Anda di halaman 1dari 20

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011

PERHITUNGAN INDEKS GINI RATIO DAN


ANALISIS KESENJANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2006-2010

H. Syamsuddin. HM
Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi

ABSTRAC
Kesenjangan distrbusi pendapatan merupakan konsekwensi dari suatu pembangunan
yang berorientasi pada pertumbuhan. Hasil studi menunjukkan bahwa Gini ratio selama
periode 2006-2010 cenderung meningkat dari 0,288 pada tahun 2006 menjadi 0,321 pada
tahun 2010 sehingga ketimpangan distribusi pendapatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
termasuk kategori sedang. Kriteria Bank Dunia (relative inequality), tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan Kabupaten ini selama lima tahun terakhir tergolong relatif rendah (low
inequality). Hal ini ditunjukan kelompok 40 % dari penduduk berpendapatan rendah dapat
menikmati pendapatan rata-rata diatas 20 persen, baik di wilayah pedesaan maupun di
wilayah perkotaan. Akan tetapi porsi pendapatan yang diterima golongan penduduk
berpendapatan rendah tersebut, secara konsisten semakin menurun, yang berarti tingkat
ketimpangan pendapatan masyarakat selama periode tersebut semakin meningkat.
Keywords : Distribution of income, employment and growth.

Halaman 83
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

I. PENDAHULUAN Pelaksanaan Otonomi Daerah


yang paralel dengan upaya
1.1. Latar Belakang
peningkatan kesejahteraan
Dalam era ekonomi yang semakin masyarakat melalui penciptaan
terbuka, ekonomi makin berorientasi berbagai aktivitas ekonomi
pada pasar, peluang dari keterbukaan diperlukan suatu pengukuran universal
dan persaingan pasar belum tentu dapat untuk melihat keberhasilan pelaksanaan
dimanfaatkan oleh masyarakat yang pembangunan dalam kerangka
kemampuan ekonominya lemah. Otonomi Daerah. Salah satu ukuran
Kondisi ini harus dicegah sehingga yang banyak digunakan adalah seberapa
proses kesenjangan tidak semakin besar hasil-hasil pembangunan dapat
melebar, karena kesempatan yang dinikmati oleh masyarakat melalui
muncul dari ekonomi terbuka hanya pemabagian pendapatan daerah
dapat dimanfaatkan oleh wilayah, secara merata.
sektor dan golongan ekonomi yang Gini Ratio merupakan suatu alat
lebih maju. Perhatian dan keberpihakan untuk mengukur tingkat kepincangan
harus diberikan kepada pembedayaan pembagian pendapatan relatif antar
ekonomi masyarakat yang berbasis penduduk suatu negara atau wilayah
potensi lokal. yang telah diakui secara luas. Indeks
Isu-isu pokok perekonomian makro Gini ratio dengan asumsi-asumsi
suatu daerah, yaitu pertumbuhan tertentu dapat pula dipergunakan
ekonomi (economic growth), untuk bahan analisis perbandingan
penyerapan tenaga kerja (employment) pembagian pendapatan relatif antar
dan pemerataan yang berkaitan dengan masyarakat dari beberapa negara atau
penyediaan jasa umum dasar (basic wilayah dan kecenderungan
public services). Pertumbuhan kepincangan pembangian pendapatan
ekonomi merefleksikan perkembangan antara anggota masyarakat tertentu.
aktifitas perekonomian daerah yang Dalam mengukur distribusi
ditandai dengan pergerakkan roda pendapatan, Bank Dunia membagi
ekonomi daerah melalui aktivitas jumlah penduduk atas tiga kelompok,
produksi, konsumsi dan investasi yang yaitu kelompok 40 % penduduk
berdampak pada penyerapan tenaga berpendapatan rendah, kelompok 40
kerja dan peningkatan kesejahteraan % penduduk berpendapatan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menengah dan 20 persen penduduk
akan lebih bermakna manakala dapat yang berpendapatan tinggi.
dinikmati oleh seluruh lapisan Selanjutnya ketidakmerataan sebaran
masyarakat secara merata. pendapatan yang menyebabkan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat pembangian pendapatan dalam
sebagai salah daerah pemekaran telah keadaan kepincangan yang parah,
melaksanakan otonomi daerah dengan sedang atau ringan dapat diukur
berbagai kemajuan yang telah dicapai.
Halaman 84
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

berdasarkan persentase pendapatan diharapkan dapat mengukur tingkat


yang dinikmati oleh kelompok 40 kesenjangan pembagian pendapatan
persen penduduk berpendapatan relatif antar penduduk suatu negara
rendah. atau wilayah yang telah diakui secara
Perhitungan pengukuran distribusi luas.
pendapatan yang sangat populer
1.3. Tujuan Penelitian
digunakan oleh para ilmuwan dan
ekonom dewasa ini adalah Koefisien Tujuan perhitungan Indeks
Gini (Gini Ratio), karena perhitungan Gini Ratio dan Analisis Kesenjangan
ini cukup peka untuk menjelaskan Distribusi Pendapatan Kabupaten
hubungan antara kelompok penduduk Tanjung Jabung Barat diarahkan
yang berpendapatan tinggi dengan pada upaya untuk mendapatkan
kelompok penduduk lainnya. Namun gambaran yang berkaitan dengan :
dalam penelitian ini untuk melihat 1. Karakteristik dan pengeluran
kepincangan distribusi pendapatan di rumah tangga berdasarkan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat lapangan usaha, pekerjaan
selama lima tahun terakhir, digunakan utama, kondisi sosial dan pola
kedua pengukuran, yaitu Gini Ratio konsumsi
dan kriteria Bank Dunia, sehingga 2. Kondisi kesenjangan distribusi
akan tegambar suatu perbandingan pendapatan berdasarkan
kesenjangan distribusi pendapatan perhitungan Koefisien Gini
yang mengacu pada keberhasilan selama priode 2006-2010
pembangunan di Kabupaten Tanjung 3. Kondisi kesenjangan distribusi
Jabung Barat selama periode 2006- pendapatan berdasarkan kreteria
2010. Bank Dunia selama priode 2006-
2010
1.2. Perumusan Masalah
II. Tinjauan Pustaka
Otonomi Daerah yang berorientasi
2.1. Pembagian Pendapatan
pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui penciptaan Salah satu kritik Marshall (1959)
berbagai aktivitas ekonomi telah yang sangat keras terhadap David
berangsung selama sepuluh tahun. Ricardo dan pengikutnya adalah
Diperlukan suatu pengukuran bahwa dalam pengembangan ilmu
universal untuk melihat keberhasilan ekonomi terdapat kemajuan pesat,
pelaksanaan pembangunan dengan tetapi mereka tidak mengindahkan
menghitung seberapa besar hasil-hasil bahwa orang-orang miskin telah
pembangunan dapat dinikmati oleh menyebabkan kemiskinan. Mereka
masyarakat melalui pemabagian tidak melihat bahwa kemiskinan
pendapatan daerah secara merata. adalah penyebab utama dari
Melalui pendekatan Gini Ratio ketidakefisienan yang kemudian
menyebabkan pula kemiskinan kelas
pekerja.
Halaman 85
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Implikasi dari dana upah yang tingkat pemerataan atau tingkat


terkenal dari Laslle sebagai Iron Law kepincangan ketiga ketegori
yang kemudian dikembangkan oleh pendapatan tersebut. Pengukur
Mill (1976) membuka kemungkinan kesenjangan dalam kelopmpok faktor
lebih besar akan kekakuan pembagian produksi, seperti upa, laba, bunga dan
pendapatan. Lahirnya Exhaustion- sewa, dapat juga digunakan ukuran-
Theorem dan Euler-Theorem untuk ukuran seperti Koefisien Pareto dapat
fungsi Cobb-Douglas merupakan dihitung dari distribusi upah atau laba
pengukuran terhadap pembagian yang diperoleh masing-masing faktor
pendapatan fungsional, yaitu mengukur produksi.
sampai seberapa jauh sumbangan Selanjutnya, pengukuran tersebut
masing-masing sektor terhadap output. dapat pula digunakan secara sektoral.
Jika output tersebut dibayarkan kepada Kepincangan pembagian pendapatan
masing-masing sektor sesuai dengan di sektor pertanian, industri,
nilai marginalnya, maka output perdagangan, perhubungan dan jasa-
tersebut tidak ada yang tersisa. jasa dapat dibandingkan dengan
Pengukuran pembagian mengukur lebih dahulu kepincangan
pendapatan berdasarkan fungsional pendapatan personal secara kelompok.
tersebut terlihat pula dalam model Untuk mengukur tingkat disparitas
Landreth (1976) yang memperlihatkan antar wilayah dalam wilayah itu
hubungan antara sumbangan faktor sendiri akan lebih efektif daripada
dengan pertumbuhan dengan dengan pengukuran pendapatan
memperhitungkan faktor upah dan perkapita secara keseluruhan. Sampai
laba. Pemilik modal telah memberi tahun 1964, Rusia sebagai negara
sumbangan dalam proses produksi dan sosialis dengan ekonomi terencana
mendorong pertumbuhan, sehingga secara sentral yang bercirikan dengan
ekonomi lebih maju. Laba dijadikan prinsip distribusi, belum mempunyai
tabungan, tabungan diubah menjadi perhitungan kelompok pendapatan
investasi. Dengan demikian terjadilah secara personal.
pertumbuhan ekonomi yang kemudian
2.2. Perkembangan Teori dan
menciptakan permintaan.
Pengukuran
Alat-alat pengukuran dalam
pembagian pendapatan personal tidak Konsep pengukuran pendapatan
saja dapat dipakai untuk mengukur nasional pertama sekali disusun oleh
kelompok masyarakat berpendapatan William Petty dalam bukunya Political
tinggi, sedang dan rendah, tetapi juga Halaman
Aritmatck satu abad sebelum 74
terbitnya
dapat dipakai untuk mengamati tingkat Wealth of Nations. Kemudian
kepincangan menurut fungsional, penaksiran pendapatan personal yang
regional dan sektoral. Jadi, pengukuran pertama dilakukan oleh King (1696)
pembagian pendapatan personal ini dalam Mill (1976), enam tahun setelah
dapat digunakan untuk mengukur buku Petty dipublikasikan. Hasil kerja

Halaman
Halaman 8676
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

keras King telah disajikan distribusi 2.2.1. Hukum Pareto


pendapatan personal menurut jenis Eric (1956) berpendapat bahwa
kelamin, umur dan wilayah serta Pareto, Marshall, Wieser dan Bohm
jabatan/profesi. adalah nama-nama yang tergolong ke
Apa yang disajikan King jauh lebih dalam Generasi kedua dari kaum
lengkap dibandingkan dengan Susenas Marjinalis. Pareto (1923) dalam
Indonesia tahun 1964/1965 tentang Schwier (1971) adalah seorang penulis
pengeluaran konsumsi rumah tangga. terakhir dari kelompok generasi kedua.
Menurut Soltow (1968) di Inggeris, Dia tertarik ilmu ekonomi setelah dua
data pembahasan pembagian puluh lima tahun berprofesi sebagai
pendapatan personal terlah tersedia insinyur dan merupkan orang pertama
sejak tahun 1436. Seandainya pada yang menerapkan konsep Indifferent
waktu itu Pareto, Lorenz dan Gini Curve terhadap dua macam barang
menyaksikannya, tentu sudak dapat yang kemudian lebih dikenal F.Y.
ditaksir tingkat kepincangan Edgeworth.
pembagian pendapatan di Negara Disamping teorinya tentang Paretian
Inggeris. Akan tetapi menjadi Optimum, dia telah pula menyusun
pertanyaan mengapa kompilasi tentang suatu hukum dalam distribusi
pendapatan personal yang sedemikian pendapatan. Pareto menjelaskan
berharga tidak mendapat perhatian teorinya ini dengan menunjukkan
serius dalam perjalanan sejarah distribusi normal dari fenomena umum
pengukuran pendapatan personal. kualitas manusia. Dalam mengamati
salah satu aspek kualitas manusia,
dapat ditentukan rata-rata hitung dan
kemudian setiap nilai individu
pengamatan akan mempunyai
simpangan dari nilai rata-ratanya. Jika
semua deviasi (penyimpangan) ini
digambarkan, maka akan terbentuk
kurva normal yang disebut Curve of
error.

Halaman 87
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Gambar 1
Kurva Pembagian Pendapatan
Selalu Melenceng ke Kanan

c
a

N = Jumlah Frekuensi Penerima Pendapatan pada Setiap Kelompok Y


Y = Tingkat Pendapatan atau Kelompok pendapatan yang Diterima

Jika diamati penyimpangan upah yang berhubungan dengan kualita


dari nilai rata-ratanya, akan terbentuk manusia. Kurva distribusi pendapatan
pula kurva-kesalahan, tetapi tidak tersebut, sebenarnya pada bagian kiri
simetri. Kurva akan menceng (Pareto lebih curam, oleh karena dibatasi
menggambarkannya dengan vertikal pendapatan minimum (terendah) dari
sedemikian rupa, sehingga puncak variabel pendapatan personal yang
kurva di sebelah kanan dan menceng diamati, sehingga Gambar 1 berubah
ke atas) ke kanan. Demikian juga menjadi Gambar 2.
halnya terhadap pendapatan yang
menceng ke kanan (Gambar 1).
Menurut Pareto, manusia
ditentukan oleh suatu kolektivitas yang
bersifat hairakis. Kurva yang menceng
tersebut, bukan kurva kualitas manusia,
tetapi fakta lain

Halaman 88
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Gambar. 2
Kurva Kelompok Pendapatan Pareto
N

H
b

h Y
Y
a A B

Gambar 2 dibagi atas tiga daerah yang 3. Penduduk yang tinggal di daerah
mempunyai implikasi sbb : Bbc, mempunyai distribusi
pendapatan yang relatif baik dan
1. Garis ah adalah batas pendapatan
mempunyai daya tahan yang
kelompok orang yang mempunyai
tinggi, sehingga terhindar dari
pendapatan terendah, sehingga bila
berbagai kelemahan fisik. Bila
dihubungkan dengan kebutuhan
kelompok atas dan bawah tidak
masih berada di bawah kebutuhan
berada dalam kmondisi
subsisten. Daerah ahHA merupakan
seimbang, maka akan
kelompok penduduk yang sangat
mengakibatkan terjadinya
miskin dengan tingkat mortalitas
keresahan sosial.
tinggi.
Penjelasan di atas merupakan
2. Penduduk yang bermukim di gambaran pertama teori Pareto
wilayah AHbB mempunyai tentang distribusi pendapatan
distribusi pendapatan yang belum personal. Selanjutnya Pareto
begitu cukup tangguh untuk menurunkan sebuah hukum
menghadapi perjuangan untuk pembagian pendapatan yang sangat
hidup, sehingga kelompok ini terkenal sebagai hukum Pareto.
mempunyai tingkat kematian anak-
anak yang cukup tinggi.

Halaman 89
alaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

2.2.2. Hukum Gini


adalah Y, maka Gini membuat
Gini atau lebih lengkapnya Corrado fungsi sbb :
Gini adalah seorang ahli statistika Nh = Byβ atau
Italia yang menganalisis pembagian Log Nh = β Log Y
pendapatan personal dengan Jadi Y adalah jumlah
peralatan matematis yang pendapatan agregat di atas y,
rumusannya sering disebut Hukum sedangkan Nh sama dengan jumlah
Gini yang dipublikasikan pada tahun penerima pendapatan. Sementara B
1908. Gini tidak menentukan tingkat merupakan konstanta yang terjadi
pendapatan tertentu, tetapi atas pilihan terhadap unit
menghitung tingkat kesenjangan pengukuran. Sedangkan β adalah
pendapatan personal secara agregatif kriteria pembagian pendapatan
yang diterima di atas tingkat personal. Sebaliknya dari taksiran
tertentu. Untuk itu Hukum Gini erat keoefisien Pareto, kalau
hubungannya dengan Hukum Pareto. pendapatan agregat di atas atau
Gini dalam Bowman (1974) sama dengan y turun 1 %, maka
menentukan jumlah pendapatan yang jumlah penerima pendapatan akan
diterima oleh sejumlah orang < = Nh bertambah β %. Dalam benruk
>. Misalkan jumlah pendapatan logaritma linier, kurva Gini dapat
digambarkan seperti terlihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 3
100 Kurva Gini

Garis Sama Rata

Garis Gini
Garis Sama Rata

G S
100
0

Halaman 90

8
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4, Oktober 2011

Perkembangan selanjutnya Hukum Penggunaan pendekatan ini


Gini sering dihubungkan dengan kurva dimaksudkan untuk mempermudah
Lorenz. Koefisien Gini atau bilangan dalam penetapan sasaran. Siapakah
Gini sering dipakai untuk mengukur yang perlu mendapat perioritas
tingkat kesenjangan pembagian dalam pembangunan suatu negara.
pendapatan. Angka Gini dapat Untuk tujuan-tujuan pemerataan
diturunkan dari berbagai formula. Dari pendapatan, maka kelompok paling
formula Pareto dapat diperoleh angka bawah atau termiskin perlu mendapat
Gini. Demikian pula angka Gini dapat perioritas untuk di tingkatkan
diperoleh fungsi kepadatan pendapatan pendapatannya. Bila dengan angka
(density function). Kakwani (1973) Gini Ratio atau Pareto hanya menilai
mencoba menafsirkan beberapa secara makro, tanpa dapat melihat
modifikasi tentang kurva Lorenz dan keadaan bagian-bagian anatominya
kemudian dapat pula diturunkan lebih jauh.
berbagai macam angka Gini. Bank Dunia bekerja sama dengan
Institute of Development Studies
2.2.3. Ukuran Bank Dunia menentukan kiteria tentang
penggolongan pembagian
Ukuran yang digunakan Bank
pendapatan, apakah dalam keadaan
Dunia sebenarnya tidaklah serumit
kepincangan yang parah, sedang atau
ukuran-ukuran yang telah dibahas
ringan. Kriteria tersebut
sebelumnya. Pengukuran yang
menunjukkan bahwa (Chenery,
digunakan Bank Dunia tersebut hanya
1975):
peralatan statistika deskriptif yang
3. Jika suatu negara mempunyai 40
sederhana. Dalam statistika deskriptif
% penduduk yang berpendapatan
telah dikenal adanya pengelompokan
terendah dan memperoleh sekitar
frekuensi, misalnya dijadikan lima
kurang dari 12 % jumlah
kelompok atau quantile. Secara
pendapatan negara, maka hal
kumulatif, jika kita mengambil
tersebut termasuk dalam
kelompok pertama dari bawah (nilai
kepincangan yang tinggi.
terendah) quantile, maka diperoleh 20
% penduduk atau penerima 4. Bila suatu negara mempunyai 40
pendapatan. Dari 20 % tersebut % penduduk berpendapan
dihitung jumlah pendapatan mereka terendah, tetapi jumlah
dan dibagi dengan pendapatan total, pendapatan yang diterima antara
misalnya diperoleh 15 %. Ini berarti 20 12 % -17 % dari seluruh
% penduduk yang mempunyai pendapatan negara, maka negara
pendapatan terendah memperoleh 15 % tersebut digolongkan sebagai
bagian dari total pendapatan.

Halaman 91

9
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

1. negara dengan kepincangan III. Metode Penelitian


sedang.
3.1. Data Yang Digunakan
2. Jika suatu negara mempunyai
Data yang digunakan dalam
40 % penduduk berpendapatan
penelitian ini adalah Row Data
terendah, tetapi jumlah
yang diperoleh dari BPS hasil survei
pendapatan yang diterima lebih
Sosial dan Ekonomi secara nasional
dari 17 % dari total pendapatan
(Susenas), namun supaya lebih
negara, maka kepincangan
fokus, data yang diambil hanya
negara tersebut termasuk
untuk Kabupaten Tanjung Jabung
rendah.
Barat selama periode 2006-2010.
Dengan adanya ukuran
Penelitian dengan metode pustaka
pengelompokan seperti di atas,
(library research).
akan lebih cepat diamati penduduk
paling miskin yang perlu mendapat 3.2. Responden
perioritas dalam pembangunan. Penelitian ini didominasi oleh
Dalam menentukan sasaran Row Data yang bersumber dari
kelompok, perlu dilakukan BPS kantor pusat di Jakarta,
identifikasi kelompok, baik secara dengan jumlah responden yang
nasional amupun regional relatif berbeda-beda setiap tahun
lebih muda dilakukan. Kemudian observasi. Selama periode 2006-
dalam membandingkan angka- 2010 jumlah responden Susenas di
angka kepincangan pembagian Kabupaten Tanjung Jabung Barat
pendapatan, harus lebih teliti, sbb :
karena cukup banyak faktor yang 1. Untuk tahun 2006 sebanyak
menentukan tinggi rendahnya 608 sampel rumah tangga
angka Gini Ratio. Apalagi ada 2. Untuk tahun 2007 sebanyak
keinginan untuk membandingkan 608 sampel rumah tangga
antara dua kurun waktu. Jika 3. Untuk tahun 2008 sebanyak
metode dalam pengelolaan datanya 605 sampel rumah tangga
tidak sama, akan berakibat salah 4. Untuk tahun 2009 sebanyak
tafsir terhadap angka-angka Gini 608 sampel rumah tangga
Ratio yang dihasilkan. 5. tahun 2010 sebanyak 579
sampel rumah tangga

Halaman 92
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Okobter 2011

ukuran besar dan kecil (lihat contoh). IV. HASIL PENELITIAN


Ketiga, setelah masyarakat memahami
dan mengerti, dicetak uang yang 4.1. Karakteristik dan
sebenarnya dalam bentuk baru yaitu Pengeluaran Rumah Tangga
3.3. Metode Analisis Gambaran karakteristik
Data yang telah dikumpulkan rumah tangga di Kabupaten Tanjung
melalui studi pustaka (library research), Jabung Barat mengacu pada data
kemudian dianalisis dengan hasil survei sosial ekonomi nasional
menggunakan metode sbb : (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh
a. Metode Deskriptif Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Metode ini digunakan untuk tahun 2010. Survei ini melibatkan
mengetahui gambaran 579 rumah tangga sampel dengan
karakteristik rumah tangga, rincian 339 sampel rumah tangga
kondisi sosial ekonomi dan pedesaan dan sebanyak 240 rumah
pengeluaran rumah tangga di tangga perkotaan. Pembahasan
Kabupaten tanjung Jabung Barat mengenai karakteristik rumah tangga
periode 2006-2010. penduduk ini meliputi karakteristik
b. Metode Kuantitatif kepala rumah tangga dan jumlah
Metode ini digunakan untuk anggota rumah tangga, Lapangan
menghitung koefisien gini (Gini usaha dan status pekerjaan utama
Ratio) yang berkaitan dengan kepala rumah tangga, kondisi
kepincangan distribusi perumahan penduduk Kabupaten
pendapatan di Kabupaten Tanjung Tanjung Jabung Barat, akases
Jabung Barat melalui dua anggota rumah tangga terhadap
pendekatan, yaitu Gini Ratio dan program kemiskinan, pengeluaran
Bank Dunia. rumah tangga dan pola konsumsi
rumah tangga di Kabupaten Tanjung
3.4. Alat Analisis Data Jabung Barat.
Untuk mengetahui level kepincangan
distribusi pendapatan di Kabupaten 4.1.1.Karakteristik Kepala Rumah
Tanjung Jabung Barat selama periode Tangga
2006-2010 digunakan rumus Gini Ratio Berdasarkan hasil survei sosial
sebagai berikut : ekonomi nasional oleh BPS tahun
n 2010 menunjukkan bahwa umur rata-
G 1 Xi Xi 1 Yi Yi 1 rata kepala rumah tangga di
i 1
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
G = Angka Koefisien Gini (Gini Rasio) pada tahun 2010, secara rata-rata
X i = Persentase kumulatif dari jumlah rumah sekitar 44 tahun, dimana umur kepala
tangga untuk i = 1, .... n rumah tangga di pedesaan dan
Yi = Persentase kumulatif pendapatan rumah perkotaan tidak berbeda signifikan.
tangga untuk i = 1, ... n

Halaman 93
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

Akan tetapi porsi kepala rumah pada tingkat SD serta yang tidak
tangga di pedesaan yang berjenis pernah bersekolah terutama terjadi
kelamin perempuan lebih tinggi di wilayah pedeaan yang porsinya
dibandingkan di perkotaan, perbedaan mencapai sekitar 56.78 persen dari
tersebut bisa jadi disebabkan karena total kepala rumah tangga di
porsi kepala rumah tangga yang pedesaan.
berstatus cerai (terutama cerai mati) Karakteristik kepala rumah
di pedesaan lebih tinggi tangga penduduk di Kabupaten
dibandingkan di perkotaan. Tanjung Jabung Barat
Dari aspek perkawinan tampak menunjukkan bahwa sekitar 92.57
bahwa kepala rumah di Kabupaten persen kepala rumah tangga
Tanjung Jabung Barat sebagian besar memiliki kemampuan membaca
(84,63 %) berstatus kawin, tidak ada huruf latin, bahkan di wilayah
perbedaan yang berarti antara mereka pedesaan, kepala rumah tangga
yang tinggal di pedesaan dan yang memiliki kemampuan
perkotaan. Namun cerai mati membaca huruf latin hanya sekitar
proporsinya jauh lebih besar (10,62 89.38 persen, artinya lebih 10
%) di pedesaan dibanding perkotaan. persen kepala rumah tangga di
Hal ini diduga karena beratnya wilayah pedesaan ini buta huruf.
pekerjaan kepala rumah tangga di Kemampuan membaca huruf arab
pedesaan tidak sebanding dengan juga lebih rendah diwilayah
asupan gizi yang masuk, sehingga pedesaan di bandingkan di
probalitas terkena berbagi penyakit perkotaaan.
sangat besar. Sementara kemampuan Selanjutnya dilihat dari aspek
finansial untuk berobat sangat lapangan pekerjaan utama
terbatas. menunjukkan bahwa, sebagian
Dilihat dari aspek jenjang dan bear kepala rumah tangga di
jenis pendidikan tertinggi yang daerah ini bekerja di usaha
pernah di duduki kepala rumah tangga pertanian, khususnya tanaman
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat perkebunan. Secara total porsi
menunjukkan bahwa secara rata-rata kepala rumah tangga berusaha di
sekitar separuh dari kepala rumah bidang perkebunan mencapai 42.31
tangga ini hanya memiliki persen. Jenis pekerjaan terbesar
pengalaman pendidikan pada tingkat berikutnya adalah sektor
SD atau sederajat saja, bahkan perdagangan dengan porsi sekitar
terdapat sekitar 6.39 persen kepala 12.44 persen dan jasa
rumah tanga tidak pernah bersekolah. kemasyarakatan, pemerintah dan
Porsi kepala rumah tangga yang perorangan dengan porsi sekitar
hanya memiliki pengalaman sekolah 10.88 persen.

Halaman 94
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

Dilihat dari status kepala rumah Jenis program kredit usaha


tangga dalam pekerjaan utamanya, menunjukkan bahwa, setidaknya
tampaknya bahwa di wilayah terdapat sekitar 14.58 persen
pedesaan sebagian besar status rumah tanggga perkotaan yang
kepala rumah tangga dalam menerima program kredit usaha,
pekerjaan utamanya sebagai sementara di pedesaan hanya
berusaha dibantu buruh tidak tetap sekitar 12.09 persen yang
denga porsi mencapai 42.18 persen memperoleh program kredit usaha
dari total kepala rumah tangga, ini. Jenis program krediti usaha
kemudian di ikuti status berusaha yang paling banyak di akses rumah
sendiri dengan porsi sekitar 18.29 tangga di perkotaan adalah PNPN
persen. Sementara diwilayah Mandiri dengan porsi sekitar 5.83
perkotaan status kepala rumah tangga persen, kemudian di ikuti program
dalam pekerjaannya dominan sebagai Bank selain KUR dengan porsi
buruh.karyawan/pegawai dengan sekitar 3.33 persen, program
porsi mencapai sekitar 37,08 persen koperasi sekitar 2.50 persen dan
kemudian diikuti status berusaha program Kredit Usaha Rakyat
sendiri dengan porsi sekitar 20,0 (KUR) sekitar 1.67 persen.
persen.
Secara total porsi rumah tangga 4.1.2. Pengeluaran Rumah
sampel yang memperoleh program Tangga
beras murah/raskin mencapai sekitar Pengeluaran rumah tangga
33,68 persen dari keseluruhan rumah merupakan salah satu indikator
yang dapat memberikan gambaran
tangga sampel di daerah ini,
mengenai tingkat pendapatan
sedangkan porsi rumah tangga yang masyarakat di suatu wilayah atau
memperoleh program kesehatan daerah. Berdasarkan hasil survai
gratis sekitar 16,06 persen dan yang sosial ekonomi nasional tahun
memperoleh berbagai program kredit 2006-2010, menunjukkan bahwa
usaha adalah sebanyak 13,13 persen. rata-rata pengeluaran rumah tangga
Perbandingan aksesibilitas rumah di Kabupaten Tanjung Jabung
tangga perkotaan dan pedesaan Barat cenderung meningkat dari
terhadap program pengentasan tahun ke tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa
kemiskinan menunjukkan bahwa,
kesejahteraan masyarakat di daerah
porsi rumah tangga perkotaan yang ini cenderung semakin baik.
dapat mengakses program Perkembangan engeluaran
pengentasan kemiskinan lebih besar rata-rata rumah tangga di
dibandingkan dengan porsi rumah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
tangga pedesaan. menunjukkan bahwa selama
Halaman 95
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

periode 2006-2010, rata pengeluaran besar di wilayah perkotaan yakni


rumah tangga meningkat hampir dua tumbuh sekitar 19,38 persen per
kali lipat yakni meningkat dari Rp. tahun, sedangkan di wilayah
1,05 juta per bulan tahun 2006 pedesaan tumbuh sekitar 16,18
menjadi sekitar Rp. 1,92 juta per persen per tahun. Perbedaan
bulan tahun 2010 atau meningkat tersebut lebih disebabkan karena di
rata-rata sekitar 18,32 persen per daerah pedesaan biaya hidup relatif
tahun. Laju peningkatan rata-rata rendah, sehingga pengeluran lebih
pengeluaran rumah tangga ini paling kecil.

Gambar. 4
Perkembangan Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2006-2010

daerah perkotaan selama periode


Selanjutnya Gambar diatas 2006-2010 atau turun sekitar 0,46
menunjukkan bahwa porsi persen pertahun. Hal ini membutikan
pengeluaran rumah tangga untuk suatu hipotesis bahwa semakin tinggi
makanan di wilayah perkotaan, pendapatan maka semakin besar
sekitar 59.8 persen dan sekitar 40.2 proporsi pengeluaran untuk non
persen untuk non makanan. Pada makanan, terutama dialokasikan
tahun 2010 berubah menjadi 57.5 untuk pendidikan, kesehatan dan
persen untuk makanan dan sekitar wisata.
42.5 persen untuk non makanan.
Penurunan proporsi pengeluaran
untuk makanan sebesar 2,3 persen di

Halaman 96
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

4.2.Ketimpangan Distribusi 32,01 persen dari total


Pendapatan Versi Koefisien pendapatan daerah tahun 2010.
Gini Berdasarkan hasil perhitungan
Distribusi pendapatan merupakan tersebut, maka distribusi
salah satu aspek kemiskinan yang pendapatan di Kabupaten Tanjung
penting karena pada dasarnya Jabung Barat pada tahun 2010
merupakan ukuran kemiskinan termasuk kategori ketimpangan
relatif. Tingginya ketimpangan sedang.
pendapatan atau kemiskinan relatif, Hasil perhitungan Koefisien
berarti kebijakan pembangunan Gini Kabupaten Tanjung Jabung
belum mampu menjangkau seluruh Barat selama periode 2006-2010
lapisan masyarakat. menunjukkan bahwa selama
Koefisien Gini (Gini Ratio) periode 2006-2008 Indeks Gini di
adalah parameter yang digunakan wilayah pedesaan selalu lebih
untuk mengukur ketimpangan tinggi dibandingkan di wilayah
distribusi pendapatan. Koefisien Gini perkotaan dan keseluruhan wilayah
bernilai antara 0 sampai dengan 1 Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
yang merupakan rasio antara luas Kondisi tersebut menunjukkan
area antara kurva Lorenz dengan bahwa selama periode 2006-2008
garis kemerataan sempurna dengan distribusi pendapatan di wilayah
luas area di bawah kurva Lorenz. pedesaan realtif lebih tinggi
Aplikasi rumus Koefisien Gini dibandingkan di wilayah
berikut ini di berikan contoh perkotaan. Meskipun demikian
perhitungan koefisien Gini tingkat ketimpangan pendapatan di
berdasarkan data SUSENAS wilayah pedesan maupun di
mengenai pengeluaran rumah tangga wilayah perkotaan dalam kategori
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tingkat ketimpangan rendah.
tahun 2010. Berdasarkan hasil Selanjutnya pada periode 2009-
perhitungan diperoleh angka 2010, tingkat ketimpangan di
Koefisien Gini untuk seluruh rumah wilayah perkotaan meningkat dan
tangga sampel pada tahun 2010 melampaui tingkat ketimpangan
sebesar 0,3201. Hal ini berarti bahwa wilayah pedesan. Selama periode
ketimpangan distribusi pendapatan di ini distribusi pendapatan di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat wilayah perkotaan berada dalam
pada tahun 2010 dikategorikan tingkat “ketimpangan sedang”.
sebagai tingkat “ketimpangan Sementara distribusi pendapatan di
sedang”. Hal ini bermakna bahwa wilayah pedesaan pada tahun 2009
dari 579 rumah tangga penerima tetap berada dalam tingkat
pendapatan, memperoleh sekitar ketimpangan rendah, namun pada

Halaman 97
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

tahun 2010 menunjukkan inequality diartikan sebagai


peningkatan hingga menyentuh pada ketimpangan dalam distribusi
level tingkat ketimpangan sedang. pendapatan yang diterima oleh
Secara total wilayah dalam kurun berbagai golongan masyarakat.
waktu 2009-2010 kesenjangan Berdasarkan hasil analisis
distribusi pendapatan di Kabupaten ketimpangan distribusi pendapatan
Tanjung Jabung Barat berada pada di Kabupaten Tanjung Jabung
tingkat ketimpangan sedang. Hal ini Barat berdasarkan pendekatan
ditunjukkan oleh angka indeks Gini Kriteria Bank Dunia, menunjukkan
masing-masing 0,310738 untuk bahwa secara umum tingkat
tahun 2009 dan meningkat menjadi kesenjangan distribusi pendapatan
0,320068 pada tahun 2010 atau di Kabupaten Tanjung Jabung
selama kurun waktu tersebut indeks Barat selama lima tahun trakhir
Gini berada diatas nilai 0,3 yaitu dari tahun 2006 – 2010
(ketimpangan sedang). berada pada kategori tingkat
ketimpangan rendah (low
4.3. Ketimpangan Distribusi inequality). Ini ditunjukan oleh
Pendapatan Versi Kriteria porsi pendapatan yang diterima
Bank Dunia oleh kelompok 40 % dari
Pola distribusi pendapatan penduduk berpendapatan rendah,
masyarakat yang didasarkan pada berkisar antara 20.54 persen
hasil perhitungan Gini Ratio hanya hingga 22.90 persen, yang berarti
bisa menggambarkan tingkat lebih tinggi dari ambang batas 17
pemerataan pendapatan secara persen pendapatan, dan berada
umum, tetapi tidak mampu dalam kriteria low inequality dalam
menjelaskan seberapa besar porsi kriteria Bank dunia.
yang diterima oleh kelompok Dengan mencermati
berpendapatan rendah/miskin dari pergeseran porsi pendapatan yang
keseluruhan pendapatan wilayah. diterima oleh 40 persen kelompok
Sehubungan dengan ini, ukuran yang rumah tangga berpendapatan
dikembangkan oleh Pusat Penelitian rendah selama periode 2006-2010
Bank Dunia (World Bank) dan menunjukkan kondisi yang
Lembaga Studi Pembangunan fluktuatif. Tahun 2006 kelompok
Universitas Sussex, memberikan ini menikmati sekitar 22,08 persen
gambaran lebih jelas mengenai dari bagian pendapatan regional,
masalah ketidakadilan (inequality) kemudian pada tahun 2007
melalui indikator yang disebut meningkat menjadi 22,90 persen.
relative inequality atau biasa disebut Sementara tiga tahun berikutnya
dengan kriteria Bank Dunia. Relative (2008-2010), porsi pendapatan

Halaman 98
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

yang dinikmati oleh golongan ketimpangan pendapatan


rumah tangga berpendapatan masyarakat. Kondisi ini harus
rendah ini semakin menurun. Hal mendapat perhatian serius dari
ini berarti bahwa meskipun tingkat pemeritah daerah, bila ada
ketimpangannya masih dalam keinginan untuk menurunkan
kategori rendah, namun dari tahun proporsi penduduk miskin dimasa
ketahun menunjukkan depan.
kecenderungan peningkatan
Gambar 5
Distribusi Pendapatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Berdasarkan Kriteria Bank Dunia, Tahun 2006-2010

Sumber : Diolah dari Susenas Tahun 2006-2010

Kenyataannya bahwa porsi dhingga 23,83 persen. Akan tetapi


pendapatan yang diterima porsi pendapatan yang diterima
golongan 40 persen rumah tangga oleh golongan berpendapatan
berpendapatan rendah ini di rendah ini dari tahun ke tahun
wilayah pedesaan berkisar antara cenderung menurun, baik
21,37 persen hingga 22,58 persen, diwilayah perkotaan maupun di
sedangkan di wilayah perkotaan wilayah pedesaan.
berkisar antara 20,85 persen

Halaman 99
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

Masalah ketimpangan antar Untuk wilayah pedesaan kedua


wilayah akan selalu menjadi ukuran ketimpangan ini hampir
perahatian dan menarik untuk tidak memperlihatkan perbedaan
diamati, karena kecenderungan yang berarti, namun Koefisien Gini
konsentrasi spasial selalu terjadi. cenderung fluktuatif dan tetap pada
Tabel 4.10 berikut ini menyajikan level ketimpangan pendapatan
dua ukuran ketimpangan, yaitu yang rendah. Untuk wilayah
Halaman 82
criteria World Bank dan Gini perkotaan, kedua ukuran sama-
Ratio. Dengan criteria World Bank sama berfluktuatif, namun ukuran
secara umum tidak terlihat adanya Gini Ratio levelnya bergeser pada
ketimpangan pendapatan, hal ini posisi Sedang yang dimulai pada
ditunjukkan oleh persentase tahun 2009 sampai dengan 2010.
pendapatan kelompok 40 % Walaupun hasil kedua pengukuran
terendah yang berada di atas 17 %. tersebut menunjukkan
Namun cenderung menurun dari ketimpangan yang rendah dan
tahun 2007 sampai dengan tahun sedang serta berada dalam posisi
2010 (22,90 – 20,54). yang belum menghawatirkan,
Kondisi yang sama diperlihatkan namun indikasi kecenderungannya
oleh koefisien Gini yang selama periode 2006-2010 perlu
menunjukkan ketimpangan yang diwaspadai.
semakin meningkat dari Tahun
2007 sampai dengan 2010. Hal ini V. PENUTUP
ditunjukkan Koefisien Gini dari 0, 5.1. Kesimpulan
257 pada tahun 2007 dan terus Berdasarkan hasil analisis pada
meningkat hingga mencapai 0,320 bab-bab sebelumnya dapat ditarik
pada tahun 2010. Berarti secara beberapa kesimpulan sebagai
total kedua ukuran ini memberikan berikut :
hasil dengan kecenderungan yang
1. Sekitar 42,31 persen pekerjaan
hampir sama, yaitu sejak tahun
utama kepala rumah tangga
2007 ketimpangan distribusi
adalah di subsektor
pendapatan di Kabupaten Tanjug
perkebunan dengan kondisi
Jabung Barat selama periode 2006-
sosial ekonomi relatif baik, hal
2010 cenderung meningkat, namun
ini tergambar dari pengeluaran
masih pada level yang rendah.
rumah tangga secara rata-rata
Tetapi ukuran Gini Ratio periode
mencapai Rp 1,9 juta
2009 – 2010 berada pada level
perbulan yang disertai dengan
sedang.

Halaman 100
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

pergeseran pola konsumsi dari 5.2. Saran-Saran


64,80 persen pengeluaran 1. Studi menemukan bahwa
untuk makanan pada tahun pemenuhan pelayanan dasar
2006 bergeser menjadi 59,45 masyarakat (air bersih, kondisi
persen pada tahun 2010. rumah, akses terhadap
2. Angka Gini ratio selama pelayanan kesehatan dan
periode 2006-2008 berada raskin masih relatif rendah.
Halaman 82
dibawah nilai 0,3. Hal ini Perlu pemetaan dengan data
berarti ketimpangan yang valid, sehingga arah
pendapatan masyarakat pada kebijakan pemerintah dalam
periode tersebut rendah. tepat sasaran.
Namun pada periode 2009- 2. Ketimpangan yang cenderung
2010 angka Gini ratio lebih meningkat, terutama dua tahun
besar dari 0,3 (> 0,3) sehingga terakhir (2009-2010) harus
ketimpangan distribusi diwaspadai. Perlu suatu
pendapatan masyarakat di rumusan kebijakan lokal untuk
Kabupaten Tanjung Jabung meredam laju peningkatan
Barat termasuk kategori besaran koefisien Gini Ratio.
sedang. 3. Kabupaten Tanjung Jabung
3. Menurut Kriteria Bank Dunia Barat dengan pertumbuhan
(relative inequality), tingkat ekonomi rata-rata cukup tinggi
ketimpangan distribusi dan merupakan kabupaten
pendapatan di Kabupaten terkaya kedua setelah
Tanjung Jabung Barat selama TanjabTim, namun disertai
lima tahun terakhir (tahun 2006- dengan angka kemiskinan yang
2010) tergolong relatif rendah tinggi. Berarti telah terjadi
(low inequality). Hal ini kebocoran wilayah. Perlu
ditunjukan oleh kelompok 40 penelusuran disektor mana
% dari penduduk kebocoran itu,..?, berapa besar
berpendapatan rendah dapat dan kebijakan apa yang perlu
menikmati pendapatan rata- segeara dilakukan.
rata diatas 20 persen, baik di
wilayah pedesaan maupun di
wilayah perkotaan.

Halaman 101
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4,Oktober 2011

DAFTAR PUSTAKA
Bowman, Mary Jean. 1974. “ A Kakwani and N. Podder. “ On The
Graphical of Personal Estimation of Lorenz Curves
Income Distribution The From Grouped Observations”.
United States. American International Economic
Economic Review. Review. 14 hal. 278-291.
Chenery, Hollis, et.al. 1978. Landreth, Harry. 1976. History of
Redistribution With Growth. Economic Theory, Houghton
Oxford University Press, Mifflin Company. Boston.
London. Marshall, Alfred. 1959. Principle of
Esmara, Hendra. 1977. Economics, Cetak Ualang,
Pertumbuhan Ekonomi, Macmillan, , London.
Pembagian Pendapatan dan Mill, John Stuart. 1976. Principle of
Tingkat Kemiskinan di Jawa- Political Economy, August M.
Madura 1967-1976. Lembaga Kelly, New York
Penelitian Ekonomi Regional
Salim, Emil. 1983. Kualitas
FE Univesitas Andalas.
Kependudukan dan
Padang
Kebijaksanaan Pemerataan.
Esmara, Hendra. 1979. Perkiraan Pidato Pada Upacara
Pembagian Pendapatan di Lustrum/Dies Natalis ke-30
Indonesia. Lembaga Penelitian FE. Sriwijaya, Palembang
Ekonomi Regional FE
Univesitas Andalas. Padang
Hasibuan, Nuriman. 1981.
Pertumbuhan dan Pembagian
Pendapatan Masyarakat
Indonesia. Pascasarjana FE
Halaman 101Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993.
Pemerataan dan
Pembangunan Ekonomi.
Teori dan Kebijaksanaan.
Universitas Sriwijaya,
Palembang.

Halaman 102

Anda mungkin juga menyukai