Anda di halaman 1dari 4

Dua sisi yang terdiri dari sisi idealisme fundamental dan sisi pragmatisme pada

implementasi menjadi dinamika utama aktualisasi Pancasila, yakni bagaimana ideologi


Pancasila tanpa harus menghilangkan konsepsi dasarnya dapat menyerap perubahan dan
perkembangan yang terjadi. Sebagai contoh, bagaimana Pancasila dengan lima konsepsi
dasarnya akan menyerap nilai-nilai baru yang cukup relevan untuk pengembangan dan
pengayaan ideologi, sehingga aktualisasi Pancasila tetap menjaga kredibilitas dan
keberterimaannya sebagai ideologi bangsa.
Pada konteks inilah apa yang pernah disampaikan oleh Mohammad Hatta bahwa
menggambarkan masa depan Pancasila ibarat berlayar atau mendayung dan kita melampaui
di antara pulau-pulau besar menjadi relevan dengan aktualisasi Pancasila kontemporer.
Kenyataan ini sekaligus menjadi tantangan terbesar bagi Pancasila sebagai ideologi bangsa,
yakni apakah Pancasila akan tetap dapat bertahan sebagai ideologi yang dianut bersama oleh
Bangsa Indonesia dengan segala perkembangan dan dinamika yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, usaha untuk menjembatani secara timbal balik antara nilai fundamental Pancasila
dengan perkembangan pada praktiknya harus berjalan bersamaan, yakni Pancasila menyerap
perubahan dan perkembangan yang ada sekaligus mentransformasikan nilai-nilai dasarnya
pada perubahan dan perkembangan itu.
Secara umum tantangan yang dihadapi oleh Pancasila sebagai ideologi bangsa dapat
dibedakan menjadi tantangan yang berasal dari dalam (tantangan internal) dan tantangan
yang berasal dari luar bangsa Indonesia (tantangan eksternal).

1. Tantangan internal
Yang dimaksud dengan tantangan internal adalah tantangan yang berasal dari dalam Bangsa
Indonesia sendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Demoralisasi bangsa
Bentuk demoralisasi anak bangsa dapat dilihat dari semakin banyaknya bentuk perbuatan
yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Bentuk perbuatan itu antara lain korupsi,
intoleransi antar pemeluk agama, politik uang, tawuran pelajar, tingginya tingkat
kriminalisasi dan sebagainya. Demoralisasi juga terjadi pada konstruksi berfikir menjadi
pragmatis, rendahnya semangat nasionalisme, oportunistik serta budaya komsumtif yang
berlebihan. Demoralisasi ini berdampak pada minimnya ditemukan praktek terbaik
Pancasila sebagai ideologi sehingga dapat berakibat munculnya sikap pesimitis terhadap
konsep ideal Pancasila.

b. Ancaman disintegrasi bangsa


Bentuk acaman disintegrasi bangsa dapat dilihat dari masih adanya gerakan saparatis
yang berusaha untuk memisahkan diri dari Indonesia seperti Organisasi Papua Merdeka
(OPM) di Papua. Gerakan yang sama juga pernah terjadi di Aceh yang dilakukan oleh
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik-konflik horizontal yang pernah terjadi di
Sampit, Aceh, Ambon, Poso dan Papua, peristiwa Tanjung Periok dan lain sebagainya
jika tidak ditangani dengan tepat juga dapat mengacam kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. Selain itu acaman disintegrasi ini juga dapat berasal dari menguatnya ego
primordial kedaerahan terutama pasca otonomi daerah yang memunculkan
kecenderungan daerah untuk menguatkan indentitas kedaerahan atau kelompok
mayoritas di daerah.
c. Kencenderungan munculnya pemaksaan kehendak
Kecenderungan pemaksaan kehendak ini dapat dilihat dari munculnya organisasi-
organisasi masyarakat yang berusaha untuk memaksakan kehendak menurut paham yang
mereka anut. Pemaksaan kehendak ini terkadang dilakukan dengan kekerasan yang
menimbulkan korban jiwa maupun penderitaan fisik lainnya.
d. Munculnya gerakan untuk merubah Pancasila
Gerakan yang berusaha untuk merubah ideologi Pancasila dengan ideologi ditandai
dengan adanya upaya-upaya dari sekolompok orang untuk merubah Pancasila menjadi
ideologi yang dianutnya. Pada masa yang lampu gerakan ini pernah dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia yang bermaksud untuk menganti ideologi Pancasila menjadi ideologi
Komunis. Pada era sekarang, gerakan ini muncul dari kelompok fundamentalisme
keagamaan tertentu yang ingin mengganti Pancasila dengan keyakinan agama yang
mereka pahami. Gerakan ini mengakar kepada radikalisme keagamaan yang mendorong
munculnya bentuk-bentuk tindakan terorisme di Indonesia.

e. Rendahnya pengetahuan terhadap Pancasila


Rendahnya pengetahuan terhadap Pancasila bisa dilihat dari tidak populernya Pancasila
pada pergaulan kemasyarakatan. Hasil penelitian litbang Kompas yang dipublikasikan
pada tanggal 1 Juni 2008 menunjukan fakta bahwa pengetahuan masyarakat mengenai
Pancasila merosot tajam, yakni 48,4 persen responden yang berusia 17-29 tahun tidak
dapat menyebutkan sila-sila Pancasila secara benar dan lengkap; 42,7 persen responden
berusia 30-45 tahun salah menyebut sila-sila Pancasila, dan responden yang berusia 46
tahun ke atas, sebanyak 60,6 persen sama sekali tidak dapat menyebutkan kelima sila
Pancasila. Publikasi hasil penelitian litbang kompas lainnya menunjukan bahwa survei
terhadap 860 responden di sepuluh kota di Indonesia menunjukan 90,8 persen hanya
hapal sila pertama; 27,8 persen lupa isi sila kedua; 23,8 persen lupa sila ketiga; dan 30,2
persen lupa sila keempat (dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI, 2012)
f. Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya penegakan hukum dapat dilihat dari masih banyaknya terjadi kasus-kasus
yang penanganannya tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat. Lemahnya penegakan
hukum ini juga dapat dilihat dari kurang sigapnya aparat penegak hukum dalam
menangani kasus-kasus hukum yang melibatkan oknum-oknum yang memiliki sumber
daya ekonomi dan kekuasaan seperti pada kasus korupsi serta masih adanya kekerasan
yang dilakukan oleh aparatur negara terhadap masyarakat Indonesia.
g. Belum meratanya kesejahteraan
Belum meratanya kesejahteraan dapat dilihat dari masih tingginya jumlah dan persentase
penduduk miskin dan belum meratanya pembangunan infrastruktur penunjang di
berbagai daerah di Indonesia. Persentase kemiskinan per bulan Maret 2014 sebagaimana
dipublikasikan oleh Badan Statistik Negara (BSN) menunjukan bahwa angka kemiskinan
secara nasional masih mencapai angka 11 persen. Jumlah penduduk miskin terbanyak
terdapat di Papua yang mencapai 30,05 persen dan Papau Barat mencapai 27,13 persen.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan sumber daya alam yang dimiliki oleh Papua dan
Papua Barat (dapat diakses melalui
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&nota
b=1)
2. Tantangan eksternal
Yang dimaksud dengan tantangan eksternal adalah tantangan yang berasal dari luar negara
Republik Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. Globalisasi
Globalisasi menjadi tantangan utama bagi ideologi Pancasila, hal ini ditandai dengan
semakin tersedianya teknologi yang mempermudah komunikasi dan transportasi pada
pergaulan waga negara dengan warga negara lainnya. fenomena ini pada satu sisi
memberikan dampak yang positif pada penyerapan nilai-nilai untuk aktualisasi Pancasila,
tapi pada sisi yang lain dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan ideologi Pancasila.
Globalisasi menghilangkan batas-batas teritorial kenegaraan pada pergaulan hidup
manusia sehingga dengan mudah bisa terjadi percampuran kebudayaan satu sama lain.
Tanpa pengetahuan dan penghayatan yang memadai tentang Pancasila, generasi penerus
bangsa tidak akan mampu memfilter berbagai kebudayaan yang datang sehingga nilai-
nilai fundamental Pancasila tidak lagi menjadi pedoman hidup bermasyarakat dan
bernegara. Sebagai contoh, diterimanya budaya asing seperti Korea, Jepang, Amerika
dan Eropa oleh generasi muda Indonesia sebagai budayanya tanpa adanya komparasi
dengan nilai-nilai fundamental Pancasila.
b. Desakan ideologi lain
Desakan ideologi lain juga menjadi tantangan eksternal yang harus dihadapi oleh
ideologi Pancasila. Semakin memudarnya batas-batas kenegaraan pada era globaliasi
membuat masyarakat Indonesia akan sangat mudah untuk mengenal ideologi negara lain
seperti: Liberalisme, Komunisme, Individualisme, Pragmatisme, Hedonisme, dan juga
ideologi lain yang berasal dari luar negeri. Perkembangan ideologi sektarian Islam
radikal secara global juga memberikan pengaruh signifikan pada konsepsi berpikir
masyarakat Indonesia sehingga memunculkan bentuk-bentuk tindak terorisme yang
membahayakan kehidupan manusia dan negara.
c. Kepentingan internasional terhadap sumber daya alam Indonesia
Ideologi Pancasila juga mendapat tantangan dari derasnya arus modal asing yang masuk
ke Indonesia terutama yang terkait dengan pengolahan sumber daya alam Indonesia.
Arus modal asing ini cenderung mengacu kepada prinsip kapitilasitik ekonomi yang
tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan yang dianut oleh Pancasila. Klaim
negara tetangga terhadap beberapa wilayah kepulauan RI, dan illegal fishing dan
pencurian sumber daya alam lainnya juga merupakan bentuk-bentuk kepentingan
internasional terhadap sumber daya alam Indonesia.
Meskipun sebagai ideologi Pancasila tidak terlepas dari dinamika dan tantangan yang
terus berkembang, tetapi Pancasila masih menduduki peran strategis sebagai dasar
fundamental negara dan bangsa Indonesia. Temuan penelitian litbang Kompas seperti termuat
dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI tahun 2012, menunjukan bahwa 96,6 persen respondennya
menyatakan bahwa Pancasila haruslah dipertahankan sebagai dasar negara dan 92,1 persen
respoden menegaskan bahwa Pancasila adalah landasan terbaik bagi bangsa dan negara
Indonesia.
Spirit Pancasila juga masih efektif untuk menjawab berbagai persoalan yang ada,
misalnya mendorong dan menciptakan perdamaian di daerah-daerah yang terlibat kol2nflik
horizontal seperti di Ambon dan Poso melalui semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang
terkandung dalam ideologi Pancasila. Demikian juga halnya pada bencana-bencana seperti
tsunami di Aceh, gempa bumi, dan gunung meletus di berbagai tempat di Indonesia, spirit
persatuan Indonesia dan kemanusiaan yang adil dan beradab muncul secara bersamaan dari
berbagai tempat.
Langkah-langkah menjaga eksistensi dan aktualisasi ideologi Pancasila diperlukan
untuk mempertahankan spirit ke Indonesiaan bagi generasi yang akan datang. Langkah-
langkah tersebut dapat dilakukan pada dua pendekatan yakni pertama, penanaman kembali
kesadaran bangsa akan eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa, dan kedua, konsistensi
dari seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Rangkuman
Pancasila merupakan ideologi yang di dalamnya memuat cita-cita, ide-ide dasar, nilai-nilai,
simbol, doktrin, pedoman dan kerangka normatif bagaimana negara Indonesia akan
diselenggarakan. Pancasila sebagai ideologi bukan suatu ide atau gagasan yang muncul tiba-
tiba melainkan merupakan manifestasi berfikir yang tumbuh dan berkembang berdasarkan
sejarah perjalanan panjang bangsa dan dinamika yang berkembang di dalamnya. Oleh
karenanya untuk memahami Pancasila sebagai ideologi secara lengkap dan utuh, pemahaman
terhadap latar historis, sosiologis, dan politis terbentuknya negara sangat diperlukan. Hal ini
disebabkan nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila secara objektif telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sejak Indonesia belum berbentuk negara.
Pancasila sebagai ideologi nasional mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya hukum yang mengatur
berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan politik. Dia memandang
Pancasila sebagai cita hukum yang ditenjemahkan dan istilah Rechtsidee. Cita hukum
mempunyai fungsi konstitutif yang menentukan dasar suatu tata hukum, yang tanpa cita
hukum, suatu tata hukum kehilangan arti dan maksudnya sebagai hukum. Cita hukum juga
mempunyai fungsi regulatif yang menentukan suatu hukum positif adil atau tidak adil.
Pancasila sebagai cita hukum berarti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mempunyai
fungsi konstitutif yang menentukan tata hukum Indonesia merupakan tata hukum yang benar.
Selain itu, Pancasila mempunyai fungsi regulatif yang menentukan hukum positif yang
berlaku di Indonesia merupakan hukum yang adil atau tidak adil.

Tugas-tugas dan latihan

1) Jelaskan makna Pancasila sebagai ideologi!


2) Jelaskan tujuh ide atau gagasan dasar yang terkandung dalam ideologi Pancasila!
3) Jelaskan fase perkembangan Pancasila sebagai ideologi bangsa!
4) Jelaskan karakteristik ideologi Pancasila!
5) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi reformatif, dinamis, dan
terbuka!
6) Jelaskan peran dan fungsi Pancasila sebagai ideologi bangsa!
7) Uraikanlah perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain!
8) Jelaskan tantangan internal dan tantangan eksternal Pancasila sebagai ideologi bangsa!

Anda mungkin juga menyukai