PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bertil Malmberg
Bertil Malmberg (1968), seorang fonetik Prancis, mendefinisikan
fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi bahasa. Fonetik ialah
pengkajian yang lebih meniti beratkan pada ekspresi bahasa,bukan
isinya. Yang dipentingkan adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
penutur, bukan makna yang ingin disampaikan.
Unit-unit yang digunakan dalam bahasa lisan adalah bunyi-bunyi
dan kumpulkan bunyi-bunyi yang mampu dibedakan oleh telinga
dengan jelas. Telingan akan menyaring bunyi-bunyi yang biasa
didengar ini untuk diproses lebih lanjut ke otak. Otak inilah yang
mengenal dengan pasti dan menerjamahkan semua perbedaan bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Menurut Bertil Malmberg, ilmu fonetik bias dibagi menjadi empat
cabang, yaitu ilmu fonetik umum,ilmu fonetik deskriptif, ilmu fonetik
sejarah, dan ilmu fonetik normatif.
- Ilmu fonetik umum mengkaji terhadap penghasilkan bunyi-bunyi
dan fungsi mekanisme ucapan. Yang dikaji adalah bagaimana
bunyi-bunyi itu dihasilkan dan apa saja organ yang terlibat dalam
penghasilan bunyi bahasa.
2
- Ilmu fonetik deskriptif mengkaji terhadap kalainan atau
perbedaan buni bagi suatu bahasa tertentu. Yang dikaji adalah
bagaimana perbedaan bunyi dalam bahasa yang sama sehingga
melahirkan atau memunculkan dialek yang berbeda. Misalnya,
perbedaan bunyi bahasa Indonesia daerah ( penutur asli ) Jakarta
dengan basaha Indonesia baku merupakan sasaran kajian fonetik
deskriptif ini.
- Ilmu fonetik sejarah mengkaji terhadap perubahan bunyi suatu
bahasa berdasarkan sejarah bahasa tersebut. Yang dikaji adalah
mencari kekerabatan atau kekeluargaan bahasa bagi bahasa-
bahasa yangdikaji. Juga mengkaji perubahan bunyi sebagai
akibat perbedaan kurun waktu. Misalnya, mengkaji keluarga
bahasa Austronesia dilihat dari perubahan bunyi bahasa-bahasa
yang dikaji lewat kata-kata Swadesh.
- Ilmu fonetik normative mengkaji terhadap kaidah bunyi yang
benar pada suatu bahasa. Yang dikaji adalah menentukan bunyi-
buny ibaku pada bahasa tertentu untuk dijadikan patokan
pengucapan bahasa baku atau formal. Pengkajian ini diperlukan
dalam rangka pengajaran bahasa resmi di suatu Negara.
2. J.D.O’CONNOR
Menurut O’Connor, fonetik ialah ilmu yang bersangkut pautdengan
bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi-
bunyi yang dapat didengar ini kemudian diformulasikan sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang terdapat dalam bahasa
masyarakat yang bersangkutan. Seterusnya, formula bunyi-bunyi
ujar ini diberi ’’fungsi’’ tertentu sehingga dapat dipakai untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Menurut O’Connor, tingkah laku berkomunikasi berawal dari otak
pembaca. Pada tahap ini, kita bisa beranggapan bahwa otak penutur
mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu kreatif (creative
function) dan fungsi saluran (forwarding function).
3
a. Fungsi kreatif
Fungsi kreatif merupakan fungsi terpenting sebab lewat fungsi
inilah pesan-pesan bisa dibentuk dan diterima.
Dalam praktiknya, ada tiga fase yag berbeda dalam fungsi
kreatif otak ini.
® Fase pertama, menghidupkan komunikasi.
® Fase kedua, alat komunikasi.
® Fase ketiga, memastikan bentuk pesan.
b. Fungsi saluran
Fungsi saluran pada otak penutur lebih bersifat teknis. Fungsi
saluran ini melibatkan pembicaraan mengenai peranan ota, yaitu
organ utama yang terlibat dalam penghasilan bunyi bahasa dan
tiga peringkat bagi prosespemahaman bunyiyang dihasilkan.
3. DAVID ABERCROMBIE
David Abercrombie(1971) Ia berpendapat pada fonetik adalah
David Ambercrombieb(1971). Ia berpendapat bahwa fonetik adalah
ilmu yang bersifat teknis. Dalam ilmu ini, suatu bahasa akan dilihat
secara analitis, yaitu tidak saja mendengar percakapan, tetapi juga
menyadari setiap gerak jasmani yang melatar belakanginya. Sewaktu
kita bernafas, misalnya, udara tidak dikeluarkan terus menerus. Aliran
udara tidak berkelanjutan. Otot pernafasan yang panjang. Rata-rata
gerakan tegang-kendur otot pernapasan adalah lima klai dalam satu
detik atau 300 kali dalam satu menit.udara dikeluarkan dari paru paru
setiap kali hembusan.
Ternyata, setiap ketegangan dan hembusan yang dihasilkan
merupakan suku kata (syllable). Satu suku kata berdasarkan satu
gerakan tegang dan kendur ini. Satu suku kata bersamaan dengan satu
gerakan ujaran. Irama napas/dada begitu begitu teratur dan sistematis
sehingga bisa disebut sebagai nada. Satu detik memuat lima suku kata.
Kenyataannya ini merupakan landasan teori bagi semua bunyi bahasa.
4
Abercrombie juga berpendapat bahwa perilaku ujaran sangat
kompleks karena selain gerakan paru-paru juga ada gerakan lidah, gigi,
langit-langit lembut dan keras terus menerus. Kalau kita berusaha
memecah ujaran, semata-mata hanya untuk kepentingan analisis bunyi
bahasa tersebut. Ujaran inilah nantinya dijadikan unsure-unsur dasar
segmental (perluasan bunyi). Usaha-usaha ini sangat pelik karena hal-
hal berikut.
∑ Gerakan bunyi bahasa sangat kompleks. Banyak gerakan
yang terlibat sekaligus dan serentak.
∑ Gerakan bunyi bahasa sanagat cepat. Lidah bergerak 720 kali
dalam satu menit. Ini berarti sama dengan 12 kali setiap
detik.
∑ Gerakan bunyi bahasa sangat halus. Contohnya, pemindahan
lidah 2 atau 3 mm akan ditanggapi sebagai bunyi lain oleh
penutur bahasa.
∑ Gerakan bunyi bhasa selaluberkelanjutan. Gerakan demi
gerakan berlangsung secara terus menerus. Perhentian antara
satu gerakan ke gerakan lain sangat singkat.
5
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan bunyi “segmental”,
ambilah contoh sederhana, yaitu kata Indonesia dan. Kata itu terdiri dari
bunyi [d], [a], dan [n], dalam urutan tersebut. Jadi tiga bunyi itu adalah
“segmen-segmen” dari kata dan itu. Jadi bunyi sebagai segmen adalah bunyi
menurut pola urutannya dari pertama sampai yang terakhir, atau (seperti
sering dirumuskan dalam linguistik) “dari kiri ke kana”. Struktur dari kiri ke
kanan itu berupa segmental; artinya ada bagian-bagian yang terkecil
menurut urutannya.
Kita perlu mengenal nama alat-alat ucap itu satu per satu untuk bisa
memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi. Nama-nama bunyi
bahasa itu pun diambil dari nama-nama alat ucap itu yang diambil dari
bahasa latin. Untuk mengenal alat-alat ucap itu perhatikan kerterangannya.
1. Paru-paru (lung)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (laring)
4. Pita suara (vocal cord) yang didalamnya terdapat glottis, yaitu celah
diantara dua bilah pita suara.
5. Krikoid (cricoid)
6
6. Lekum atau tiroid (thyroid)
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis (epiglotis)
10. Akar lidah (root of the tongue)
11. Pangkal lidah atau sering disatukan dengan nomor (13) daun lida.
Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)
12. Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13. Daun lidah (blade of the tongue, laminum)
14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. Gusi, ceruk gigi (alveolum)
19. Gigi atas (upper teeth, dentum)
20. Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21. Bibir atas (upper lip, labium)
22. Bibir bawah (lower lp, labium)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-nama bunyi
disebut juga dengan nama latinnya itu. Misalnya, bunyi yang dihasilkan
dibibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir, dan bunyi
yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi apikodental, yang
diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.
7
yang keluar itu mulai bergetar. Dari sudut pandangan akustik, bunyi itu
tidak lain adalah udara yang bergetar. Bila tidak ada “penyempitan” seperti
itu, tak ada bunyi bahasa sama sekali, dan kita hanya bernafas secara normal
saja.
8
konsonan adalah arus udara dalam bembentukan bunyi vokal,setelah
melewati pita suara,tidak mendapat hambatan apa-apa, sedangkan dalam
bembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau
gangguan. Bunyi kosonan ada yang bersuara ada yang tidak. Yang bersuara
terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar. Bunyi vokal,semuanya adalah
bersuara, sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.
9
Beberapa jenis vocal yaitu:
10
Perbedaan ini menyangkut lamanya (atau “kuantitas”) pelafalan
vokal. Tentu saja, lamanya adalah relatif. Misalnya, [ù] dalam kata Inggris
full adalah pendek, sedangkan [u ] dalam kata Inggris fool adalah panjang.
Semua vokal yang dibahas dalam [i] sampai dengan [v] adalah vokal
yang pelafalannya tidak melibatkan perubahan bangun mulut selama
pelafalan tersebut. Misalnya, dalam pelafalan [a], bangun mulut sama dari
permulaan sampai akhir. Vokal seperti itu disebut vokal tunggal.
11
tunggal. Demikian pula, meskipun [ai ] dalam balai berupa diftong, namun
[a]+[i] dalam kata kait adalah dua vokal tunggal.
12
pada unsur kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai]
pada kata Indonesia landai sonoritasnya terletak pada unsur pertama, karena
itu, bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.dalam bahasa
Prancis kata moi yang dilafalkan [mwa] sonoritasnya terletak pada unsur
kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik.
13
membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
Semuanya itu dapat anda rasakan. Yang sulit dirasakan
ialah bahwa dalam pengucapan konsonan sengau
manapun perlulah langit-langit lunak diturunkan(yaitu
tidak menyentuh dinding belakang rongga kerongkongan)
agar arus udara dapat langsung keluar lewat rongga
hidung.
iv. Konsonan sampingan adalah konsonan yang dihasilkan
dengan menghalangi arus udara sedemikian rupa
sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah atau kedua
belah sisi lidah saja. Tempat artikulasi adalah antara
ujung lidah dengan lengkung kaki gigi, hasilnya [L]
melamun.
v. Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang
dihasilkan oleh alur yang amat sempit sehingga sebagian
besar arus udara terhambat.
vi. Konsonan panduan atau afrikat dihasilkan dengan
menghambat arus udara pada salah satu tempat artikulasi
secara implosif, lalu melepaskan secara “frikatif”.
vii. Konsonan getaran adalah konsonan yang pelafalannya
terdiri atas pengulangan cepat dari apa yang dapat disebut
“pengartikulasian dasar”.
viii. Konsonan alir(an) adalah konsonan kontinuan yang
tidak frikatif atau paduan. Demikian, misalnya, konsonan
sengau dan konsonan sampingan adalah konsonan
alir(an).
ix. Konsonan kembar atau jeminat adalah konsonan yang
diperpanjang pelafalannya. Perpanjangan itu berbeda-
beda sifatnya menurut golongan artikulatoris konsonan
yang bersangkutan untuk segala macam kontinuan,
lamanya pelafalannya diperpanjang untuk segala macam
14
letupan, yang diperpanjang adalah lamanya waktu antara
implosi dan eksplosi.
Konsonan jeminat terdapat dalam banyak bahasa
beberapa contohnya: misal dalam bahasa Itali
(cappa’jubah’), bahasa Inggris abad pertengahan
(sonne’matahari’), bahasa Batak Toba kata
(alang’makan’). Dari sudut fonetik tak ada perbedaan,
dalam hal pelafalan, antara konsonan jeminat yang
merupakan hanya satu unsur saja ( secara fonologis),
seperti dalam contoh-contoh tadi.
15
fonetik dan fonemik). Apa perbedaan tulisan fonetis dengan tulisan biasa?
Perhatikan contoh berikut.
(1) Bukunya nggak ada, ‘ntar katanya sabtu baru dateng lagi. Kalo mau
pesan sekarang boleh kok.
16
2.5 UNSUR SUPRASEGMENTAL
17
yang satu dengan segmen yang lain. Jeda ini dapat bersifat
sementara. Biasanya dibedakan adanya sendi dalam atau internal
juncture dan seni luar atau open juncture.
2.6 SILABEL
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus
ujaran atau runtunan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal
dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan atau
sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah vokal. Hal ini terjadi karena
adanya ruang resonansi berupa rongga mulut, rongga hidung atau rongga-
rongga lain di kepala dan dada.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
19
20