Ketentuan Pidana
Pasal 113:
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus
juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja
dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta
dan/atau HakTerkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
SUARA MUHAMMADIYAH
KEMUHAMMADIYAHAN
•
Tim Penyusun:
Penanggungjawab: Prof. Dr. Suyatno, M. Pd.
Pengarah: Prof. Dr. H. Gunawan Suryoputro, M. Hum.
Dr. H. Muchdie, M. S.
Ketua: Zamah Sari, M. Ag.
Sekretaris: Muhammad Dwi Fadjri, M. Pd. I.
Bendahara: Mufidah, S. E.
Penulis: Andri Gunawan, Fakhrurrozi, Farihen, Ilham,
Mundzir, Kusen, M. Abdul Halim Sani, Mufid,
Nur Achmad, Yusrizal, Zamah Sari, Zulpikor
Pembaca ahli: Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, M. A.
Drs. H. Husni Thoyar, M. Ag.
Dr. Rohimi Zamzami, M. A.
Faiz Rafdhi, S. T., M. T.
Kesekretariatan: Muhib Rosyidi, MA. Hum. dan Khadirin
Pemeriksa aksara: Febriyani Dwi Putri Ramadhan
Desain Sampul: Amin Mubarok
Tata Letak: bong_bong@2018 dan desain651@gmail.com
ISBN: 978-602-6268-54-9
Senarai Isi
[v]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ vi ]
Pengantar PENYUSUN
[ vii ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ viii ]
Pengantar PENYUSUN
[ ix ]
1
Pengantar Perkuliahan Kemuhammadiyahan
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
1
MPK Muhammadiyah, Gerakan Muhammadiyah Berbasis Masjid dan
Jamaah, 2009 (Yogyakarta: MPK-SDI PP Muhammadiyah), hlm. ix.
[1]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[2]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
[3]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[4]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
semua tumbuh, bergerak dan terus berkembang hingga saat ini, sela-
lu dimulai dari gerakan filantropi. Maka menjadi mudah menjelaskan
Muhammadiyah karena mahasiswa sudah mengalami bermuham-
madiyah secara praksis. Nilai dan tradisi filantropi dijadikan satu
pintu masuk untuk mengalami cara berdakwah yang lebih kompl-
eks. Melalui nilai dan tradisi ini, mahasiswa melihat dimensi-dimensi
dakwah dalam perspektif yang lebih luas dan lebih menantang.
[5]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2
David Kolb, Experiential Learning (New Jersey: Prentice Hall, 1984), hlm. 41.
[6]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
[7]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[8]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
[9]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 10 ]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
[ 11 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 12 ]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
5. Catatan Dosen:
a. Catatan tentang Isi dan redaksional Laporan
b. Catatan tentang power point dan video
c. Catatan tentang point-point penting dalam diskusi
d. Catatan tentang nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadi-
kan bahan pembelajaran dari pemberdayaan keluarga
duafa ini.
[ 13 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 14 ]
Memberdayakan Umat dengan Filantropi
[ 15 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Jadwal Perkuliahan
Jadwal perkuliahan Kemuhammadiyahan sebagai berikut:
I Pengantar Perkuliahan
II Makna surat Al-Maun secara Teologis dan
praksis sosialnya.
III Dakwah pencerahan dan tanggungjawab
membangun keluarga Indonesia
berkemajuan
IV Strategi dan implementasi menemukan
keluarga duafa sesuai dengan indikator
yang dikembangkan
V Proposal untuk pemberdayaan keluarga
duafa
VI Menghimpun dana untuk pemberdayaan
keluarga duafa.
VII Penyaluran bantuan pemberdayaan untuk
keluarga duafa
VIII Mid test
IX Konsep Islam Berkemajuan untuk
membangun Indonesia berkemajuan.
X Ideologi Muhammadiyah
XI Tiga pilar Dakwah Muhammadiyah:
pendidikan, kesehatan dan ekonomi
XII Presentasi dakwah pemberdayaan keluarga
duafa
XIII Presentasi dakwah pemberdayaan keluarga
duafa
XIV Presentasi dakwah pemberdayaan keluarga
duafa
XV Perjalanan sejarah Muhammadiyah selama
seabad lebih
XVI
[ 16 ]
2
Teologi Al-Maun dalam Praksis
Sosial Kehidupan Warga Muhammadiyah
Pendahuluan
Jamak diketahui bahwa Muhammadiyah muncul di panggung
sejarah saat kondisi masyarakat mengalami empat penyakit, yaitu;
1). kerusakan dalam bidang kepercayaan, 2). kebekuan dalam bidang
hukum fikih, 3). kemunduran dalam bidang pendidikan, dan 4). kem-
iskinan rakyat dan hilangnya rasa gotong royong. Dalam perkemban-
gannya, Muhammadiyah dikenal sebagai sebuah organisasi Islam
pembaharuan yang bercorak modern. Meyakini Al-Qur’an dan Sun-
nah al-maqbullah sebagai sumbernya, Muhammadiyah melakukan taf-
sir atas Al-Qur’an yang kemudian diturunkan pada tataran praksis,
dan diterjemahkan menjadi gerakan nyata.
Pada hakikatnya, salah satu yang menjadi landasan pokok perger-
akan Muhammadiyah adanya kekuatan teologis surat al-Ma’un yang
diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah. Dahlan
mengajarkan kepada murid-muridnya pada dekade awal abad ke-20
[ 17 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 18 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
[ 19 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 20 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
َ ۡ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ ّ ٗ َ َّ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
ان
ِ ٱلرهب َي ۡأيها ُٱلِينَ ء َامنوا إِن كثِرياۡ مِن ٱلحبار و
َ َ ُّ ِ ُ َ َ َ ُ َ
اس بِٱل َبٰ ِط ِل ويص ۡدون ع َن ِ َّكلون أ ۡم َّ َوٰل ٱنل لأ
َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ ۡ َ َ َ َّ َ
يل ٱللِۗ وٱلِين يك ِنون ٱذلهب وٱلفِضة ول ِ ِ سب
[ 21 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
َ َ َ ُ ۡ ّ َ َ َّ َ ون َها ف َ ُ ُ
٣٤ اب أ ِل ٖم ٍ ذ ع ِ ب ۡ مه شِ ب ف ِ ٱلل يل
ِ ِ ب س َ ِ ين ِفق
ُ َ َّ َ َ ۡ ُ
ج َباه ُه ۡمِ ى ب ِ َه َاٰ م عل ۡي َها ِف نار َج َهن َم ف ُتك َو
ِ ٰ َ يَ ۡو َم ي
ُ ُ ُ َۡ َ َ َ َٰ ۡ ُ ُ ُ ُ َ ۡ ُ ُ ُ ُ َ
سك ۡم ِ نت ۡم ِلنف وجنوب ْهم ُوظهورهمۖ هذا ما ك
َ ُ ۡ َ ُۡ
نون َ ُ َُ
ِ فذوقوا ما كنتم تك
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar mema-
kan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka berita-
hukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam,
lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mere-
ka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu.
Menurut Dahlan, ayat itu tidak saja mengancam orang yang tidak
mengeluarkan zakat, akan tetapi juga bagi siapa saja yang menyim-
pan harta hanya untuk kepentingan diri sendiri dan tidak mender-
makan di jalan Allah. Lebih lanjut Dahlan juga mengajarkan “carilah
sekuat tenaga harta yang halal, jangan malas. Setelah mendapat, pa-
kailah untuk kepentingan dirimu sendiri dan anak istrimu secukupn-
ya, jangan terlalu mewah. Kelebihannya didermakan di jalan Allah”.
Pemahaman Kiai Ahmad Dahlan yang demikian semakna den-
gan pandangan beliau mengenai konsep beragama. Baginya berag-
ama itu adalah beramal, artinya berkarya dan berbuat sesuatu, mel-
akukan tindakan sesuai dengan isi pedoman Al-Qur’an dan Sunah.
Orang yang beragama ialah orang yang menghadapkan jiwanya dan
hidupnya hanya kepada Allah SWT yang dibuktikan dengan tinda-
kan dan perbuatan seperti rela berkurban baik harta benda miliknya
dan dirinya, serta bekerja dalam kehidupannya untuk Allah. Itu pula
[ 22 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
Hidupnya akal yang sempurna, dan agar supaya dapat tetap namanya
akal, itu harus ada kumpulnya perkara enam… (antara lain). Pertama,
memilih perkara apa-apa harus dengan belas kasihan. Manusia tidak
sampai pada keutamaan, bila tidak dengan belas kasihannya itu.
Segala perbuatannya bisanya kejadian melainkan dengan kejadiannya
kesenangan, yang akhirnya lalu bosan dan terus sia-sia. Kedua,
harus bersungguh-sungguh akan mencari. Sebab sembarang yang
dimaksudkan kepada keutamaan dunia dan akhirat, itu tidak sekali-
kali dapat tercapai bila tidak dicari dengan daya upaya ikhtiar, dengan
pembelaan harta benda, kekuataan dan fikir.
[ 23 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 24 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
[ 25 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
salat dengan ria dan meninggalkan apabila tidak ada yang melihat-
nya, serta menolak memberikan bantuan kepada orang miskin dan
َّ َ َ َ َّ َ ۡ َ َ َ
anak yatim.
ُّ ُ َ ٰ ّ ُ ّ َ ُ
ۡ فذل ِك ٱلِي يدع١ ِين ِ َ كُ ِذُّب َب ِ َٱدل أ ۡرءيت ٱلِي َي
ََٞۡ ۡ َ ٰ َول يض٢ يم َ َ ِ ٱلَت
فويل٣ ِني ِ ِ ع طع
ام ٱل َ ِمسك َّ
َ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ ّ َ ُ ّۡ
٥ ٱلِين هم عن ص ۡلت ِ ِهم ساهون٤ ل ِلمصلِني
َ ُ َ َ َََُۡ َ ُ ٓ َ ُ ۡ ُ َ َّ
٧ ويمنعون ٱلماعون٦ ٱلِين هم يراءون
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yai-
tu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat
ria, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
[ 26 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
[ 27 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
َ ۡ ُ ُ ٰ َ َ ُ َ َ َّ َ ُ ٰ َ ُ َ ٰ َ ُ ۡ َّ
ِإَوذا
َ َ خ ِد َّعه َم إن ٱلمنفِقِني يخ ِدعون ٱلل وهو
َ ُ ٓ َ ُ ٰ َ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ َّ َ ْ ٓ ُ َ ِ
قام ُوا إِل ٱلصل َّوة ِ قام ٗوا كسال يراءون ٱنلاس ول
َ َ ُ َۡ
َ َّ ون
١٤٢ ٱلل إِل قلِيل يذكر
[ 28 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
ُ َّ َ َْ َ
ِ َح َّدث َ َنا ي َي بْ ُن عبْ ِد ْاللِ ب ْ ِن عبْ َد َويْه.ان َّ قَ َال
َ َ الط
ُِّ ِ ب
َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ َ ُّ َ ْ َ ْ
اب بْ ُن ع َطا ٍء ه
ِ َ ْ َ وال د بع ا ن ث د ح ب ِ ْ أ ن ِ الغداد ُِي حدث
ب َ
ّ َّاس عن انل ٍ
َّ ال َسن عن ابن ع
ب َ َع ْن يُون َس َعن
ُ ِ ِ َ ْ ِ َ ً َ َ َ َّ َ َ ِ ِ َّ َ ِ َ َ َّ َ َ ِ ْ َ َ ُ َّ َّ َ
صل الل عليهِ و ْسلم قال إ ِ ُ ّن ِف ج َهنم لوادِيا تست ُعِيذ
َ
ك يَ ْو ٍم أ ْر َب َع ِمائةِ َم َّر ٍة أع َِّد ف ِي د ا َ َج َه َّن ُم م ِْن َذل َِك ال
و
َ َ َّ َ ُ َّ ُِ ْ ِ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ
اب ِ ذل َِّك ال ْواد َِّي ّ ل ِلمرائ ِ َني ْ م َِن أمةِ َّمم ٍد ْ َ ِلا ّم ِِل َ كِت
ت ِ ْاج إِل َبيِ ات اللِ َول ِلح ِ يذ ِ اللِ َول ِْل ُمص ِد ِق ِف غ
َّ َ خار ِج ف َ َ َّ
ِيل الل ِ ِ ب س ِ ِ اللِ ول ِل
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya
ibnu Abdullah ibnu Abdu Rabbih Al-Bagdadi, telah menceritakan ke-
padaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu
Ata; dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW.
yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam be-
nar-benar terdapat sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri me-
minta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap
harinya sebanyak empat ratus kali. Lembah itu disediakan bagi orang-
orang yang ria (pamer)dari kalangan umat Muhammad yang hafal
Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat Allah, dan
juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk
berjihad(tetapi bukan karena Allah SWT.).
[ 29 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 30 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
َقَ َال َأبُو َج ْع َفر بْ ُن َجرير َح َّدثَن َأبُو ُك َريْب َح َّد َثنا
َ ْ َ ّ ْ َّ ِ َ َ ْ َ ٍ ْ ِ َ َِ ُْ َُ َ ُ
ي عن َجاب ِ َ ٍر معاوية بن هِشام عن شيبان انلحو
َ َ ّ َ ِ ْ ِ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ ُ ٍ َ َ َّ َ ّ ِ ْ ُ ْ
م قال ْقال ف حدث ِن رجل َعن أ ِب برزة السل الع
َُ َ ِ ِْ َ َ َ ْ َ ُ َّ َّ َ َّ ِ ِ ُ ُ َ
ت ه ِذه ِ الية رَّسول اللِ صل الل عليهِ وسلم لما نزل
َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ َ ْ َ ِين ُه ْم َع ْن
َ ال
ون ُّ قال الل أكب هذا اه س م
ُ ه ِ ِ
ُ َ ْ َْ ْ ْ ْ ُ َ ٌْ َ ت ال ص
َ
َْ ُ ْ
ك َر ُج ٍل مِنك ْم َمِثل َ خي لكم مِن أ َّن لو أع ِطي
ْ َ ُ َّ
َ ادلنْ َيا ُه َو الِي إ ْن َصل ل ْم يَ ْرج خ ُّ َِجِيع
ِصلتِه ِ ي ِ ََْ َ َ َ ْ
ِإَون ت َرك َها ل ْم يف َر َّب ُه
Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan, “Telah menceritakan kepadaku Abu
Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Hisyam, dari
Syaiban An-Nahwi, dari Jabir Al-Ju’fi, telah menceritakan kepadaku se-
orang lelaki, dari Abu Barzah Al-Aslami yang mengatakan bahwa ketika
diturunkan firman-Nya: (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya.”
(Al-Ma’un: 5) Maka Rasulullah SAW. bersabda: “Allahu Akbar (Al-
lah Maha Besar), ini lebih baik bagi kalian daripada sekiranya tiap-tiap
orang dari kalian diberi hal yang semisal dengan dunia dan seisinya.
Dia adalah orang yang jika salat tidak dapat diharapkan kebaikan dari
salatnya, dan jika meninggalkannya dia tidak takut kepada Tuhannya”.
ُّصي ْ قَ َال ابْ ُن َجرير َأي ْ ًضا َح َّدثَن َز َكر َّيا بْ ُن َأبَان الْم
ِ ِ ٍ ْ ِ َ َ َّ َِ ٍ ُِ ْ َ َ َ َّ َ
َِكرمِة بْ ُن إب ْ َراهِيم َ ُ
حدثنا عمرو ْبن طارِ ٍق حدثنا عْ
ِ
ْن ُع َم ْي َع ْن ُم ْص َعب بْن َسعد ُ ْك ب ِ ِ ل َ َح َّدثَن َعبْ ُد ال
م
ٍ َّ ِ ِ َ َ
ْ ٍَ َ َ َّ َ َ ْ ْ َ ِ ْ َ
َ َّ ُ َ ُ
اص قال سألت رسول اللِ صل ٍ عن سع ِد بن أب وق
َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َّ ْ َ َِ َّ َِ َ ْ َ َ ُ َّ
الل عليهَِّ وسلم عن الِين ه َم عن صالت ِ ِهم ساهون
ْ َ َ ُ ّ َُ َ ُ َ َ
الصلةَ ع ْن َوقت ِ َها َّ ون خر ِ قال ه ُم الِين يؤ
[ 31 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 32 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
Ali. Hal yang sama telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari
Ibnu Umar. Hal yang sama dikatakan oleh Muhammad ibnul Hana-
fiah, Sa’id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, Atha, Atiyyah Al-Aufi, Az-
Zuhri, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa jika dia salat pamer dan
jika terlewatkan dari salatnya, ia tidak menyesal dan tidak mau memberi
zakat hartanya; demikianlah makna yang dimaksud. Menurut riwayat
yang lain, ia tidak mau memberi sedekah hartanya. Zaid ibnu Aslam men-
gatakan bahwa mereka adalah orang-orang munafik; mengingat salat ada-
lah hal yang kelihatan, maka mereka mengerjakannya; sedangkan zakat
adalah hal yang tersembunyi, maka mereka tidak menunaikannya.
Al-A’masy dan Syu’bah telah meriwayatkan dari Al-Hakam, dari
Yahya ibnul Kharraz, bahwa Abul Abidin pernah bertanya kepada
Abdullah ibnu Mas’ud tentang makna al-ma’un, maka ia menjawab
bahwa makna yang dimaksud ialah sesuatu yang biasa dipinjam-
meminjamkan di antara orang-orang, seperti kapak dan panci.
Al-Mas’udi telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari
Abul Abidin, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang
makna al-ma’un, maka ia menjawab bahwa makna yang dimaksud
ialah sesuatu yang biasa dipinjam-meminjamkan di antara sesama
orang, seperti kapak, panci, timba, dan lain sebagainya yang serupa.
Ibnu jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad
ibnu Ubaid Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas,
dari Abu Ishaq, dari Abul Abidin dan Sa’d ibnu Iyad, dari Abdullah yang
mengatakan bahwa dahulu kami para sahabat Nabi Muhammad SAW.
membicarakan makna al-ma’un, bahwa yang dimaksud adalah timba,
kapak, dan panci yang biasa digunakan. Telah menceritakan pula kepa-
da kami Khallad ibnu Aslam, telah menceritakan kepada kami An-Nadr
ibnu Syamil, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Ishaq
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa’d ibnu Iyad menceri-
takan hal yang sama dari sahabat-sahabat Nabi SAW.
[ 33 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 34 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
orang yang disebutkan dalam ayat ini masih belum tiba masanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan enggan (menolong dengan) barang berguna
(Al-Ma’un:7).
Ulama berbeda pendapat mengenai maknanya; di antara mereka
ada yang mengatakan enggan mengeluarkan zakat, ada yang men-
gatakan enggan mengerjakan ketaatan, dan ada yang mengatakan
enggan memberi pinjaman. Demikianlah menurut apa yang telah di-
riwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ya’qub ibnu Ibrahim,
dari Ibnu Aliyyah, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Abu Ishaq, dari
Al-Haris ibnu Ali, bahwa makna yang dimaksud dengan ayat ini ia-
lah enggan meminjamkan kapak, panci, dan timba kepada orang lain
yang memerlukannya.
Ikrimah mengatakan bahwa puncak al-Ma’un ialah zakat mal,
sedangkan yang paling rendahnya ialah tidak mau meminjamkan ay-
akan, timba, dan jarum. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim. Pendapat yang dikemukakan oleh Ikrimah ini
baik, karena sesungguhnya pendapatnya ini mencakup semua pen-
dapat yang sebelumnya, dan semuanya bertitik tolak dari suatu hal,
yaitu tidak mau bantu-membantu baik dengan materi maupun jasa
(manfaat). Karena itulah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ka’b se-
hubungan dengan makna firman-Nya: dan enggan (menolong den-
gan) barang berguna. (Al-Ma’un: 7) Bahwa makna yang dimaksud
ialah tidak mau mengulurkan kebajikan atau hal yang makruf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Ibnu
Abu Zi-b, dari Az-Zuhri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al-Ma’un: 7) Al-ma’un
menurut dialek orang-orang Quraisy artinya materi (harta).
[ 35 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
ُّ ُ َ َ ِ َ َّ ُ َّ َ ُ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ ْ ُْ
الم َسلِم أخو المسل ِ ِم َإِذا لقِيه ْحياه بِالسلم ويرد
َ ُ َ ُ َْ َ ُْ ٌْ َ َ ُ َ ْ َ
اعون عليهِ ما هو خي مِنه ل يمنع الم
Orang muslim adalah saudara orang muslim lainnya; apabila mangu-
capkan salam, maka yang disalami harus menjawabnya dengan salam
[ 36 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
yang lebih baik darinya, ia tidak boleh mencegah al-ma’un. Aku ber-
ُ َ َْ
tanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan al-ma’un?’’
Rasulullah SAW. Menjawab: "( الجر واحلديد وأشباه ذلكPera-
botan yang terbuat dari) batu dan besi dan lain sebagainya”.
[ 37 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
sialnya berupa rumah sakit, panti asuhan, panti jompo lembaga pen-
didikan dan lainnya.
Teologi al-Ma’un—dalam payung teologi Islam- yang di-
gagas dan dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendi-
ri Muhammadiyah, dipandang oleh warga Muhammadi-
yah dan dinilai oleh sebagian peneliti, seperti Deliar Noer
dan Achmad Jainuri, berhasil membawa warga gerakan modern ini gigih
dan bersemangat untuk membebaskan mustad’afin dari ketertindasann-
ya. Wujud konkret dari gerakan mereka adalah pendirian beberapa panti
asuhan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan. Dengan demikian, pada
dataran konsep, teologi Mustad’afin sesungguhnya merupakan istilah
baru, bukan konsep baru, yang dikembangkan dari sumbernya, yakni
teologi al-Ma’un sebagai identitas yang diambil dari spirit QS. al-Ma’un.
[ 38 ]
Teologi Al-Maun dalam Praksis
[ 39 ]
3
Dakwah Pencerahan
dan Membangun Keluarga Indonesia
Deskripsi Singkat
Mata Kuliah ini mengantarkan mahasiswa untuk memiliki pen-
galaman terstruktur dalam berdakwah yang mencerahkan bagi kel-
uarga Indonesia. Pengalaman terstruktur tersebut merujuk pada pen-
galaman historis Muhammadiyah dan dikontekstualisasikan dengan
dinamika terakhir melalui sebuah unit sosial terkecil, yaitu keluarga
duafa. Melalui mata kuliah ini juga mahasiswa akan mendapatkan
gambaran tentang dimensi-dimensi dakwah pencerahan seperti kon-
versi agama karena miskin, persoalan akut bangsa Indonesia, akar
persoalan bangsa Indonesia, konsep keluarga ideal, potret keluarga
Indonesia, strategi dakwah pencerahan, dakwah pencerahan untuk
keluarga Indonesia yang berkemajuan, potret keluarga duafa dan
pendekatan dakwah pencerahan untuk keluarga duafa.
[ 41 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 42 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
Capaian Pembelajaran
1. Mampu memahami konsep dakwah pencerahan dan tanggung-
jawab membangun keluarga Indonesia berkemajuan
2. Mampu mengantisipasi permasalahan konversi agama kaitan
dengan kemiskinan
3. Mampu memahami persoalan akut bangsa Indonesia saat ini.
4. Mampu memahami akar persoalan bangsa Indonesia adalah per-
soalan keluarga.
5. Mampu memahami konsep keluarga ideal (sakinah) menurut Is-
lam (‘Aisyiyah)
6. Mampu memahami potret keluarga Indonesia.
7. Konsep dan strategi dakwah pencerahan
1
https://media.neliti.com/media/publication/652-id-kemiskinan-
melonjak-jurang-kesenjangan-melebar-kekayaan-40-orang-terkaya-setara.pdf
[ 43 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 44 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
2
Juwita Armini S. Kemiskinan dan Konversi Agama (Studi Kasus Masyarakat
Balangbuku Desa Tinasa, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa. Skripsi
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar (2011).
3
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/miskin
[ 45 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
4
HM Harry Mulya Zein, Dr., Kemiskinan yang Dapat Gelincirkan Iman,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/07/06/m6p3vd-
kemiskinan-yang-dapat-gelincirkan-iman
5
KRH Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat
Al-Qur’an (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi, 2008).
[ 46 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
6
Mukti Ali, Rumah Tangga Sejahtera Bahagia dan Pembangunan Negara,
dalam buku Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1993), hlm.
52–56.
[ 47 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
7
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammaddiyah adalah suatu pedoman
resmi yang di terbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tujuan agar
warga Muhammadiyah dapat lebih terarah dalam mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. PHIWM berisi pedoman yang menyeluruh
mulai dari masalah pribadi sampai masalah negara dan bangsa.
8
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, Satu
Abad Aisyiyah Muktamar ke-47, Makasar 2 sd 7 Agustus 2015, 2015, hal 29-30
[ 48 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
[ 49 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
9
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, Satu
Abad Aisyiyah Muktamar ke-47, Makasar 2 sd 7 Agustus 2015, 2015, hal 29-30
10
Lihat https://bisnis.tempo.co/read/news/2017/07/17/090892130/maret-
2017-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-27-77-juta
[ 50 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
11
Setiyanto Budiono, Kemiskinan Melonjak, Jurang Kesenjangan
Melebar Kekayaan 40 orang terkaya, setara kekayaan 60 juta penduduk,
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/652-Id-Kemiskinan-Melonjak-
Jurang-Kesenjangan-Melebar-Kekayaan-40-Orang-Terkaya-Setara.Pdf
[ 51 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
12
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/inpicture/nasional
inpicture/16/07/29/ob2gjq283-potret-keluarga-miskin-yang-tinggal-di-
gubuk-reyot. Diakses 7 Februari 2018
13
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dakwah
[ 52 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
14
Lihat Tanfidz Muhammadiyah terkait Model Dakwah Pencerahan
Berbasis Komunitas (2015).
[ 53 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
[ 54 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
18
Ibid.
[ 55 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
6.
Dakwah Pencerahan sebagai Solusi Strategis Keluarga
Indonesia Berkemajuan
Asep Purnama Bakhtiar menjelaskan bahwa dalam perspektif
teologis, dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia
menuju jalan Allah (QS. Yusuf: 108), yaitu jalan menuju Islam (QS.
Ali `Imran: 19). Strategi dan implementasi dakwah mesti mempertim-
bangkan tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu: dimensi kerisala-
han (QS. Al-Maidah: 67); dimensi kerahmatan (QS. Al-Anbiya: 107);
dan dimensi kesejarahan (QS. Al-Hasyr: 18).
Dengan tiga dimensi tersebut, dakwah merupakan upaya untuk
menyampaikan ajaran Islam dan menyebarkan nilai kebajikannya un-
tuk kelayakan hidup manusia hingga bisa menyejarah, kini dan kelak.
Karena itu, selain mengajak seseorang atau sekelompok orang (mas-
yarakat) agar merespons Risalah Islamiyyah, dakwah juga bermakna
kontinu agar mengamalkan ajaran Islam atau merealisasikan pesan-pe-
[ 56 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
san dan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan yang bisa dirasakan oleh
masyarakat luas. 19
Dakwah dalam konteks ini juga dapat bermakna pembangunan
kualitas sumberdaya manusia, pengentasan kemiskinan, memerangi
kebodohan dan keterbelakangan. Dakwah juga bisa berarti penye-
barluasan rahmat Allah (rahmatan lil-`alamin). Dengan pembebasan,
pembangunan dan penyebarluasan ajaran Islam, berarti dakwah
merupakan proses untuk mengubah kehidupan manusia atau mas-
yarakat dari kehidupan yang tidak Islami menjadi suatu kehidupan
yang Islami.
Dakwah Pencerahan untuk keluarga Indonesia berkemajuan ada-
lah dakwah yang seimbang antara aspek lahir dan aspek bathin, aspek
duniawi dan ukhrawi. Dalam hal ini, Muhammadiyah mengelom-
pokkan materi dakwah kepada empat kelompok ajaran Islam. Yaitu:
aspek Akidah, Ibadah, Akhlak dan muamalah. Dakwah pencerahan
bertujuan untuk mencerahkan akidah Islamiyah, diharapkan akidah-
nya bersih dari kekufuran, kemusyrikan, tahayyul dan khurafat serta
terhindar dari taklid dan fanatisme. Dakwah pencerahan juga untuk
mencerahkan peribadatan, sehingga ibadah seorang muslim henda-
knya sesuai dengan syariat Allah dan Rasulnya, dan terhindar dari
praktik bidah. Di samping dakwah pencerahan juga mesti berdampak
kepada perbaikan akhlak dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat,
dan negara. Lebih dari itu dakwah pencerahan juga seyogianya dapat
mencerahkan kehidupan keduniaan. Yaitu kehidupan yang berkema-
juan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dll.
19
Asep Purnama Bakhtiar, “Dakwah Pencerahan dalam Mengembang-
kan Kehidupan yang Berkemajuan di Basis Masyarakat.” Makalah, Disampai-
kan dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kampus
Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta, 4-6 Ramadhan 1435 H/1-3 Juli 2014.
[ 57 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 58 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
[ 59 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 60 ]
Dakwah Pencerahandan Membangun Keluarga Indonesia
erja pada sektor informal atau berprofesi sebagai buruh, seperti ped-
agang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, anak jalanan, buruh
termasuk buruh perempuan, kelompok masyarakat yang tergusur
oleh pembangunan, pengemis, gelandangan, dan lain sebagainya.20
Rangkuman
Dakwah pencerahan untuk keluarga Indonesia berkemajuan
adalah dakwah Islam untuk bangsa dan negara. Islam sebagai aga-
ma mayoritas bangsa Indonesia adalah penaggungjawab terbesar di
republik ini dalam melakukan pemberdayaan ekonomi sosial dan
politik seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh keluarga Indonesia
agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
20
Lihat Tanfidz Muhammadiyah terkait Model Dakwah Pencerahan
Berbasis Komunitas (2015).
[ 61 ]
4
Strategi dan Teknik Menemukan
Keluarga Duafa
Pendahuluan
Dalam KBBI, keluarga diartikan sebagai ibu dan bapak beserta
anak-anaknya; seisi rumah, orang seisi rumah yang menjadi tanggu-
ngan; batih, sanak saudara; kaum kerabat, atau satuan kekerabatan
yang sangat mendasar dalam masyarakat.1 Dari pengertian tersebut,
tampak bahwa definisi keluarga memuat pengertian yang secara
umum bisa mencakup keluarga dalam arti sempit yakni orang seisi
rumah ataupun dalam arti luas mencakup keseluruhan orang yang
masih berada dalam hubungan kekeluargaan.
Sementara itu, kata duafa diartikan sebagai orang-orang lemah
(ekonominya dan sebagainya).2 Kata duafa juga didekatkan dengan
kata miskin dalam artian mengacu kepada orang yang tidak berharta,
tidak memiliki harta dan serba kekurangan (karena berpenghasilan
1
https://kbbi.web.id/keluarga. Diakses pada 19 Desember 2017
2
https://kbbi.web.id/duafa. Diakses pada 19 Desember 2017
[ 63 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
3
https://kbbi.web.id/miskin. Diakses pada 19 Desember 2017
4
Lihat Hilman Latief, Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi
Kesejahteraan Kaum Modernis (Jakarta: Maarif Institute dan Gramedia, 2010),
hal 117–118.
5
Lihat lebih lanjut dalam Jeffrey D Sach, The End of Poverty: The Possibilities
For Our Time (New York: The Penguin Press, 2005), hlm. 23.
[ 64 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
6
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1378. Diakses pada tanggal 24
Agustus 2017
7
Lihat antara lain Amelia Fauzia dan Dick van Der Meij, Filantropi Di
Berbagai Tradisi Dunia (Jakarta: CSRC, 1998), hlm. ix.
[ 65 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
8
Lihat Hilman Latief, Melayani Umat..., hlm. 117–118.
[ 66 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
Di satu sisi, penderma sudah merasa menjadi orang yang “baik” yang
sudah menunaikan kewajiban-kewajibannya terhadap orang miskin.
Ia sudah merasa berjiwa sosial. Di sisi lainnya, kemiskinan tetap ek-
sis dan lestari. Kelompok orang miskin menjadi bergantung kepada
pemberian orang.
Terhadap masalah ini, ada baiknya pendapat Herbert Spencer
direnungkan. “Ada banyak orang-orang yang berjiwa sosial, (namun)
tidak punya nyali untuk melihat hal ini secara terbuka. Walaupun
mereka memiliki rasa simpati terhadap penderitaan-penderitaan
tersebut, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Alih-alih mempertim-
bangkan resiko, mereka mengambil tindakan yang sangat ceroboh,
bahkan pada akhirnya bertindak sangat kejam. Kami tidak men-
ganggapnya sebagai kebaikan sejati, tindakan seperti ini sama den-
gan kebaikan seorang ibu yang berbaik hati dengan anaknya dengan
memberikannya permen yang justru akan membuatnya sakit. Kita
seharusnya justru menganggapnya sebagai tindakan yang sangat
bodoh seperti dokter bedah yang membiarkan penyakit pasiennya
semakin parah, ketimbang melakukan operasi. Sama halnya, kita ha-
rus menyebut orang-orang ini sebagai dermawan palsu, yakni orang-
orang yang berusaha mencegah penderitaan ini, tetapi akan meng-
hasilkan penderitaan yang lebih dahsyat bagi generasi berikutnya.”9
Ketiga, hendaknya kepedulian untuk mengatasi kemiskinan itu
disalurkan melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir, terencana atau
melalui lembaga-lembaga amil zakat yang profesional. Kegiatan seper-
ti ini penting bukan hanya untuk memilahkan mana kemiskinan yang
sesungguhnya dengan fenomena kemiskinan “jadi-jadian”, namun juga
agar kegiatan penyantunan itu bisa berdampak secara maksimal bagi
transformasi sosial. Menurut penelitian PIRAC, potensi dana zakat, infak
dan sedekah di Indonesia sangat besar dan potensial untuk menduku-
9
Dikutip dalam Michael Sherraden, Asset untuk Orang Miskin: Perspektif
Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hal 106.
[ 67 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Indikator Kemiskinan
Para sarjana maupun lembaga-lembaga sosial memiliki sejumlah
pandangan dalam menyikapi akar-akar apa saja yang menyebabkan
fenomena kemiskinan. Namun secara umum bisa dikategorikan ke
dalam dua narasi besar. Pertama adalah penjelasan yang berpusat
pada aspek politik, dan kedua upaya melihat kemiskinan dari pers-
pektif kebudayaan.
Pertama, kemiskinan sebagai dampak dari politik. Jefrey D Sach
misalnya mengatakan bahwa penyebab utama kemiskinan adalah ab-
sennya negara dalam menyediakan infrastruktur dasar seperti akses
yang buruk terhadap kesehatan dan pendidikan bagi setiap warga
negaranya.
Intinya, gagasan seperti ini berupaya melihat kemiskinan dari
perspektif politik, bukan ekonomi semata, di mana kemiskinan di-
anggap muncul karena ketidakberhasilan pemerintah sebuah negara
dalam menyediakan, membuka lapangan pekerjaan, kegagalan dalam
10
Hamid Abidin dan Kurniawati, Mensejahterakan Umat dengan Zakat:
Potensi dan Realita Zakat Masyarakat Indonesia (Depok: Piramedia, 2008).
[ 68 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
11
Lihat lebih lanjut dalam Jeffrey D Sach, The End of Poverty, hlm. 24–26.
[ 69 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 70 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
[ 71 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 72 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
[ 73 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
12
Lihat Godfried Engbersen, Keey Schuyt, Jaap Timmer, and Frans
van Waarden, Culture of Unemployment: A Comparative Look at Long Term
Unemployment and Urban Poverty (Amsterdam: Amsterdam University Press,
2006), hlm. 167.
[ 74 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
[ 75 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 76 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
[ 77 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 78 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
13
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah. Dokumen
Satu Abad Aisyiyah, Muktamar ke-47 di Makassar, 18-22 Syawal 1436 H/ 3-7
Agustus 2015.
[ 79 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
14
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, hlm. 20.
[ 80 ]
Strategi dan Teknik MenemukanKeluarga Duafa
ga tidak merasakan lapar, haus, dingin dan panas, rasa sakit dan se-
bagainya. Perlindungan mental dimaksudkan agar terhindar dari keke-
cewaan, frustasi, ketakutan, sementara perlindungan moral bermakna
bahwa setiap unit keluarga hendaknya menjaga seluruh anggota kelu-
arga dari perilaku buruk dan tidak patut lainnya.
Keenam, fungsi kemasyarakatan. Di mana setiap keluarga men-
gantarkan anggotanya agar hidup harmonis dan aktif dalam kehidu-
pan sosial secara ihsan, islah dan makruf. Ketujuh adalah fungsi pen-
didikan, yakni sebagai tempat melakukan pendidikan yang holistik
secara intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Kedelapan, fung-
si ekonomi, yakni menempatkan keluarga sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya dalam mengelola
sumber-sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara efektif dan efisien.15
Dengan terbentuknya keluarga sakinah, maka sebuah unit kelu-
arga bisa mewujudkan, sebagai berikut:
1. Mewujudkan insan yang bertaqwa, yakni semua anggota kelu-
arga dapat mengembangkan semua potensi kemanusiaannya se-
cara optimal, menjadi muslim yang kaffah, yakni potensi tauhid-
iyyah, ubudiyyah, kekhalifahan, jasadiyah serta aqliyahnya yang
tercermin dalam sikap sehari-hari.
2. Mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, berdaya dan ba-
hagia lahir maupun batin. Yakni masyarakat yang anggota-an-
ggotanya merasa aman dan tenteram dalam seluruh kehidupan
baik perseorangan maupun kelompok yang di dalam Al-Qur’an
disebut dengan istilah baldatun tayyibatun wa Rabbun ghofur, neg-
eri yang baik yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Se-
hingga, terjamin rasa persaudaraan, keadilan, ketertiban dalam
seluruh bidang kehidupan masyarakat.16
15
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, hlm. 43–55
16
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tuntunan menuju Keluarga Sakinah..., hlm. 50–51.
[ 81 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 82 ]
5
Teknik Penyusunan Proposal
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN
KELUARGA DUAFA
1
Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan Kiai
Ahmad Dahlan, (Jakarta; Kompas Media Nusantara,2010) hal 197
[ 83 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2
Irdham Huri, Filantropi Kaum Perantau; Studi Kasus Kedermawanan Sosial
Organisasi Perantau Sulit Air Sepakat (SAS), (Kabupaten Solok, Sumatra Barat,
Depok: Piramedia, 2006), hlm. 10
3
Hilman Latief, Melayani Umat; Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan
Kaum Modernis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2010), hlm. 34
4
Irdham Huri, Filantropi Kaum Perantau..., hlm. 10.
5
Hilman Latief, Melayani Umat..., hlm. 36
[ 84 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
6
Zakiyuddin Baidhawy, Muhammadiyah dan Kedermawanan, dalam
Republika co.id, tanggal 17 Agustus 2017.
7
Helmut K Anheier, dan Diana Leat, Creative Philanthropy Toward a
New Philanthropy For The Twenty-First Century (Los Angeles: University of
California, 2006).
[ 85 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
9
Haedar Nashir, Manhaj Gerakan Muhammadiyah; Ideologi, Khitah dan
Langkah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan Kader
Pimpinan Pusat Muhammadiyah,2009), hlm. 10.
[ 86 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
bukan hanya meyakini bahwa Allah SWT. adalah Esa, namun implikasi
dari mengesakan Allah SWT maka manusia harus berbuat baik dalam
rangka untuk beribadah kepadaNya. Mengesakan Allah SWT saja tanpa
adanya amal sholeh berdampak pada pemahaman tauhid yang kurang
sempurna, begitu pula sebaliknya. Tauhid sebagaimana dijelaskan da-
lam Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut dinamakan
Tauhid Sosial sebagaimana di ungkapkan oleh Amien Rais.
Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah melakukan program
prioritas untuk mengatasi persoalan kemanusiaan yang tertuang da-
lam keputusan hasil Mukatamar ke 47 di Makasar di antaranya ada-
lah perlindungan kelompok minoritas.10 Kelompok minoritas dalam
keputusan muktamar di antaranya adalah kaum difabel, para buruh,
gelandangan dan keluarga miskin. Kelompok minoritas dalam men-
jalankan kehidupannya seringkali kurang mendapatkan keadilan ka-
rena mendapatkan pelakukan subordinasi dari hasil kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Perlindungan dan pemberdayaan pada
kelompok itu, merupakan tugas yang utama agar mereka dapat man-
diri dengan program yang relevan.
Menurut Mitsuo Nakamura dalam Hilman Latief, mengungkap
bahwa Muhammadiyah tidak memiliki ideologi tertentu selain Islam dan
kandungan ajarannya sebagai sumber kebenaran abadi. Namun Muham-
madiyah memiliki sifat yang unik dalam pendirian dan sifat gaya aktivis-
menya. Pendirian dan gaya aktivismenya yang dilakukan oleh Muham-
madiyah adalah sifat praksis sosial dalam pengaplikasian keagamaan
dalam kehidupan sosial masyarakat. Sifat tersebut yang menjadi dasar
bahwa pendiri Muhammadiyah dikenal dengan man of action, dikarena-
kan KH Ahmad Dahlan dalam pelaksanaannya kehidupan sebagai pen-
gaplikasian Al-Qur’an dalam mengatasi permasalahan sosial. 11 Pelaksan-
10
Keputusan Muktamar 47, Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis
Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal, (Yogyakarta; Pimpinan Pusat
Muhammadiyah,2015).
11
Hilman Latief, Melayani Umat..., hlm. 125.
[ 87 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
aan ajaran agama dalam aksi sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah
merupakan ikhtiar kolektif umat untuk terciptanya keadilan sosial dan
kesejahteraan masyarakat, inilah yang dinamakan ideologi kesejahteraan.
Ideologi kesejahteraan Muhammadiyah sebagai cerminan pelak-
sanaan nilai-nilai keagamaan yang dianutnya diaktualkan dengan
mendirikan lembaga filantropi yang modern, mandiri dan profes-
sional sehingga dakwah Muhammadiyah berdampak luas bagi mas-
yarakat. Lembaga filantropi Muhammadiyah melaksanakan program
sesuai dengan yang dilakukan oleh Muhammadiyah bersifat pem-
berdayaan dan pengembangan masyarakat. Penerjemahan ideologi
kesejahteraan Muhammadiyah tertuang secara institusionalisasi den-
gan seluruh kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah dibiayai dari
dana infak, zakat dan sedekah serta jariah lainnya. Sedekah dan amal
sholeh merupakan kedermawanan sosial atau filantropi yang dilaku-
kan oleh publik sebagai relasi ajaran amal sholeh. Kegiatan ini dikelo-
la oleh persyarikatan menjadi amal usaha dalam berbagai bentuk sep-
erti sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan tempat ibadah.12
Biaya program pemberdayaan dilakukan dengan cara menejemen
fundraising secara modern, terarah, transparan, dan profesional. Dalam
melakukan fundraising misalkan Muhammadiyah memiliki Lazismu
sebagai lembaga filantropi Islam sebagai penerus perpanjangan tangan
dakwah Muhammadiyah. Lazismu sudah berdiri di setiap pimpinan
wilayah, daerah dan cabang se-Indonesia. Proses fundraising dilaku-
kan pada seluruh lapisan masyarakat dengan program yang bersifat
universal dengan keterlibatan pemberi dana dalam melaksanakan pro-
gram. Proses pemberian dana yang dilakukan oleh Muhammadiyah
dengan keterlibatan langsung kepada sasaran program sehingga men-
jadi jelas program dan tepat sasaran, bukanya penerima sasaran pro-
gram datang kantor untuk menerima bantuan. Hal ini penting, dika-
12
Abdul Munir Mulkan, Jejak Pembaharuan Sosial ..., hlm. 153.
[ 88 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
[ 89 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
13
Helmut K Anheier, dan Diana Leat, Creative Philanthropy ...
[ 90 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
14
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta,
Gramedia, Cet. XXIII, 1996, hlm. 425
15
Happy Susanto, Panduan Lengkap Menyusun Proposal, Jakarta, Visi
Media, 2010, hlm. 1
[ 91 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 92 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
1. Bagian awal
Bagian awal merupakan kesan pertama dari proposal sehingga
harus kelihatan menarik dan memberikan kesan positif bagi para
donatur program tersebut. Bagian ini berisi tentang; sampul depan
(cover), halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran.
[ 93 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 94 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
1.8. Lampiran
Lampiran berisi tetang informasi lampiran yang diperlukan
dalam proposal yang dianggap penting. Lampiran dituliskan
berdasarkan nomor urut yang ditulis dalam lampiran, dalam
daftar lampiran tidak disertai nomor halaman, namun hanya
judul lampiran.
2. Bagian utama
Pada bagian utama dari proposal ini berisi tentang; latar be-
lakang, profil keluarga duafa, tujuan dakwah lapangan, manfaat da-
lam melakukan dakwah lapangan, rencana program dan kegiatan
pemberdayaan, sistematika laporan dakwah lapangan. Berikut ini
merupakan rincian dari bagian utama dalam proposal dakwah lap-
angan
[ 95 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 96 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
[ 97 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 98 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
3. Bagian akhir
Bagian akhir merupakan yang terakhir dari penyusunan propos-
al dakwah lapangan yang terdiri dari rencana melakukan dakwah
lapangan, daftar pustaka dan lampiran
[ 99 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
3.3. Lampiran
Lampiran berisi dokumen-dokumen yang diperlukan dalam
menyusun proposal dakwah lapangan sehingga menjadi jelas saran
program pemberdayaan ekonomi keluarga duafa.
[ 100 ]
DAKWAH LAPANGAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DUAFA
[ 101 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 102 ]
6
Menghimpun Dana
untuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
[ 103 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Susungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1
WJS Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), hlm. Tt.
[ 104 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
2
Muhsin Kalida, Fundraising Dalam Studi Pengembangan Lemabaga
Kemasyarakatan (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2004),
hlm. 3–4.
[ 105 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 106 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
2. Komponen Fundraising
Dalam melakukan kegiatan fundraising, banyak elemen-elemen
yang bergerak, di antaranya adalah (a) pengelola fundraising (fund-
raising managerial); (b) lembaga fundraising (fundraising institution);
(c) program fundraising (fundraising pragrame); (d) media fundraising
(fundraising media); (e) teknik fundraising (tecnic fundraising).
3
Michael Norton, The Worldwide Fundraiser’s Handbook. A Guide to
Fundraising for NGOs and Voluntary Organisations (London: International
Fundraising Group dan Directory of Social Change, 1996), hlm. 4.
[ 107 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 108 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
[ 109 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 110 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
[ 111 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
3. Pengembangan Relawan
Langkah selanjutnya untuk mendapatkan donatur di masa de-
pan adalah meminta para suporter organisasi nonprofit menjadi
relawan. Para relawan ini akan memberikan waktu, ide, dan tenaga
untuk mendukung kegiatan organisasi secara sukarela. Tentu saja
secara ekonomi, hal ini dapat menekan biaya. Setelah para relawan
ini aktif dalam kegiatan organisasi, mereka akan lebih mempunyai
keinginan untuk berdonasi, karena merasa ikut memiliki organisasi
dan menyukai kegiatannya. Melibatkan generasi muda menjadi rela-
wan bisa dilakukan dengan menempatkan mereka pada pos-pos ke-
giatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tunjukkan
pada mereka bahwa Anda ingin memberikan pengalaman yang be-
rarti. Jadikan mereka umpan balik. Dengan menjaga hubungan yang
kuat dan langgeng dengan para relawan ini, Anda akan memiliki pen-
dukung tetap yang berada pada posisi yang dibutuhkan organisasi.
4. Pengembangan Jejaring
Organisasi nonprofit, lembaga penghimpun dana (fundraising)
perlu mengamankan dukungan lintas generasi, hal ini bisa dilakukan
dengan cara memberi perhatian atau melibatkan anggota keluarga
donatur dengan menggunakan teknologi informasi. Saat ada acara
pengumpulan dana atau sosialisasi, bisa sekaligus mengundang kel-
[ 112 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
Target Fundraising
Target Fundraising itu di antaranya menghimpun dana dari berb-
agai donatur, mengadministrasikan dengan transparan, menyalur-
kankannya dengan tepat sasaran, serta mempertanggungjawabkan-
nya secara akuntabilitas.
1. Menghimpun Dana
Target utama fundraising adalah menghimpun dana dari masyar-
akat. Tetapi pertanyaan yang menggelitik adalah mengapa menghim-
pun dana? untuk apa menghimpun dana? Dan bagaimana menghim-
pun dana?
Dalam bagian terdahulu telah diterangkan bahwa lembaga ke-
masyarakatan melakukan kegiatan penghimpunan dana adalah ka-
rena dana merupakan sumber kekuatan pada kelembagaan untuk
kegiatan operasional dan pengembangan program.
Permasalahan utamanya adalah bagaimana lembaga tersebut
menghimpun dana. Teknik dan kreativitas lembaga menghimpun dana
akan menjadi keunggulan tersendiri pada lembaga tersebut. Lembaga
yang kreatif, akan dapat menghimpun dana sebanyak-banyaknya.
Di era informasi dan digital sekarang, lembaga yang mampu
mempengaruhi opini publik, akan mendapatkan simpati, dukungan
dan kepercayaan publik. Lembaga fundraising yang mengintegrasikan
kegiatannya dengan dunia teknologi informasi, akan mendapatkan
dukungan publik yang besar.
[ 113 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2. Administrasi Dana
Dana yang terhimpun dengan berbagai teknik pendekatan kepa-
da masyarakat, haruslah di catat, diadministrasikan dengan sebaik
mungkin. Tidak ada jumlah nominal yang diberikan oleh donatur
yang terlupakan dalam catatan pihak administrator lembaga fundrais-
ing.
Adminsitrasi dana yang baik akan berkaitan secara linier dengan
kepercayaan publik (public trust). Lembaga yang memiliki administra-
si yang rapi, akan dipercaya oleh donatur menitipkan sebagian dari
harta yang ia miliki. Sebaliknya lembaga yang administrasinya jelek,
akan mengurangi bahkan kehilangan kepercayaan donatur.
3. Penyaluran Dana
Kelanjutan dari administrasi fundraising, melakukan penyaluran
dari dana yang telah dihimpun, tentu disesuaikan dengan program
yang telah diajukan kepada donatur. Kalau dana yang dihimpun un-
tuk bantuan korban banjir, haruslah disalurkan kepada korban banjir,
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, jangan sampai dana dona-
tur lama mengendap di rekening lembaga.
Dana yang mengendap lama di rekening lembaga membuat lem-
baga kehilangan kepercayaan. Tetapi sebaliknya dana yang cepat dis-
alurkan, di dokumentasi dengan rapi, di kemas dalam annual report
(laporan singkat), niscaya akan mendapatkan kepercayaan tinggi dari
donatur.
Pihak lembaga dapat menyisihkan untuk operasional lembaga
dan kegiatan penyaluran, jangan sampai lebih dari 20% (dua puluh
persen), hal ini dijelaskan dalam laporan keuangan lembaga.
4. Pertanggungjawaban
Target yang sangat penting dalam kegiatan fundraising, per-
tanggungjawaban. Pertanggungjawaban merupakan yang sangat es-
ensial dalam kegiatan. Lembaga fundraising harus melakukan audite
[ 114 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
1. Pengusaha
Pengusaha, saudagar, pedagang adalah orang yang berusaha
maksimal dalam mengelola unit atau jenis tertentu dari usaha, seh-
ingga telah membentuk sebuah organisasi usaha. Usaha yang sudah
tertata dan tersistem tersebut telah memiliki manajemen dan infra-
struktur. Usaha tersebut telah memiliki sistem akuntansi yang baik
dan benar, dapat dideteksi laba bersih dan kewajiban corporate social
responsibility-nya.
Pimpinan perusahaan tersebutlah yang kita beri nama pengu-
saha, beliau dapat memberikan uang pribadinya sebagai pemegang
deviden perusahaan, dan juga uang perusahaan sebagai kewajiban
CSR nya. Ini perlu di data dan di inventarisasi oleh lembaga fund-
[ 115 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2. Profesional
Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa
atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang
yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang
tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang
didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah.4
Meskipun begitu, seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam
suatu bidang juga disebut “profesional” dalam bidangnya meskipun
bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah.
Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profe-
sional yang merupakan kebalikan dari olahragawan amatir yang bu-
kan berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.
Karyawan profesional adalah seorang karyawan yang digaji dan
melaksanakan tugas sesuai juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan juknis
(Petunjuk Teknis) yang dibebankan kepada dia. Sangat wajar jika dia
mengerjakan tugas di luar Juklak dan Juknis dan meminta upah atas
pekerjaannya tersebut. Karena profesional adalah terkait dengan pen-
dapatan, tidak hanya terkait dengan keahlian
3. Politisi
Politisi adalah seseorang yang terlibat dalam politik, dan kadang
juga termasuk para ahli politik. Politikus juga termasuk figur poli-
tik yang ikut serta dalam pemerintahan.Politisi memiliki penghasi-
lan yang cukup besar sebagai penghargaan terhadap tanggungjawab
mereka dalam mengelola negara.
Banyak para politis yang memiliki kepedulian dalam berbagai
kegiatan sosial dan kemanusian (social and humanity), mereka telah
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Profesional
[ 116 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
4. Eksekutif
Eksekutif adalah salah satu cabang pemerintahan yang memiliki
kekuasaan dan bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Ek-
sekutif dapat merujuk kepada administrasi, dalam sistem presiden,
atau sebagai pemerintah, dalam sistem parlementer.Eksekutif berasal
dari bahasa Latin, execure yang berarti melakukan atau melaksana-
kan. Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di
negara demokrasi, badan eksekutif biasanya terdiri atas ketua negara
seperti raja atau presiden. Badan eksekutif dalam arti luas juga men-
cakup para pegawai negeri polisi dan tentara.
Di antara para eksekutif ada yang berjabatan presiden, menteri,
dirjen, deputi, direktur, asisten deputi dan tak kalah pentingnya juga
eksekutif perusahaan-perusahaan swasta. Eksekutif pada umumnya
memiliki gaji, tunjangan yang lumayan besar, kebanyakan di antara
mereka memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial, kemanu-
siaan, kesehatan, pendidikan dan lingkungan hidup.
Banyak para eksekutif tersebut memberikan uang pribadinya,
dan juga dapat menghimbau dan mengajak yang lain untuk terlibat
dalam kegiatan sosial, kemanusiaan, pendidikan, dan lingkungan. Ini
perlu di data dan di inventarisasi oleh lembaga fundraising, dihubun-
gi, ditemui dan di ajak bersama-sama untuk kegiatan.
[ 117 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
5. Pegawai
Pegawai Negeri Sipil berkumpul di dalam organisasi Pegawai
Negeri Sipil atau Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Tu-
juan organisasi ini adalah memperjuangkan kesejahteraan dan ke-
mandirian Pegawai Negeri Sipil.5 Terwujudnya KORPRI sebagai or-
ganisasi yang kuat, netral, mandiri, profesional dan terdepan dalam
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mensejahterakan anggota,
masyarakat, dan melindungi kepentingan para anggota agar lebih
profesional di dalam membangun pemerintahan yang baik.
Selain Pegawai negeri tersebut, juga ada pegawai swasta yang
bekerja di profit dan non profit. Lembaga profit perusahaan dan per-
tokoan, lembaga non profit di sekolah, rumah sakit dan kegiatan so-
sial lainnya.
Banyak di antara mereka memberikan uang pribadinya untuk
kegiatan sosial, kemanusiaan, pendidikan, dan lingkungan. Ini per-
lu di data dan di inventarisasi oleh lembaga fundraising, dihubungi,
ditemui dan di ajak bersama-sama untuk kegiatan.
5
www.korpri.or.id
[ 118 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
1. Profile Lembaga
Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan,
maka secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berben-
tuk yayasan.Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pe-
merintah yang ada dapat di kategorikan sbb :
• Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang mem-
berikan dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.
• Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah
yang melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah
dalam menjalankan kegiatannya.
· Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tert-
entu seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop ju-
rnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.
• Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang mel-
akukan kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang
dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik
dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah
[ 119 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 120 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
[ 121 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 122 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
Tetapi lebih jauh dari itu mereka memerlukan santunan baik dalam
bentuk pendidikan, pengembangkan kemampuan dalam bentuk
pelatihan, dan pemenuhan kebutuhan hidup. Lembaga fundraising
haruslah menjadikan ini sebagai target pemberdayaan dalam pro-
gram fundraising oleh lembaga sosial kemasyarakatan.
4. Santunan Jompo
Orang tua (senior) menjadi kewajiban anak, tetapi banyak di an-
tara orang tua yang tidak mempunyai anak dan kaum kerabat. Mere-
ka hidup sebatang kara yang tidak punya apa-apa dan tidak mampu
berbuat apa-apa.
Mereka memerlukan uluran tangan dari pemerintah dan kelom-
pok sosial yang peduli di tengah masyarakat. Fundraising harus men-
jadikan ini target layanan dan pemberdayaan.
6
Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Jihad Keberdayaan Model-
Model Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Lazismu, 2015), hlm. 1.
[ 123 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
1. Sekolah
Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah memiliki 4.623
taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Al-Qur’an, 71 sekolah luar
biasa, 2.604 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, 1.772 sekolah lanju-
tan tingkat pertama (SMP dan MTs), 1.143 sekolah lanjutan tingkat
atas (SMA, MA, SMK), serta 67 pesantren.
7
Lazismu, Aksi Bersama Untuk Sesama Perilaku dan Potensi Filantropi
Warga Muhammadiyah (Jakarta: Lazis-Mu, 2015), hlm. 1.
8
Majelis Pustaka & Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profile
Amal Usaha Muhammadiyah (Yogyakarta: MPIPPM, 2015).
[ 124 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
2. Perguruan Tinggi
Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadi-
yah memiliki 172 perguruan tinggi Muhammadiyah (yang mencakup
universitas, sekolah tinggi, akademi, dan politeknik), 159 di antaran-
ya dikelola oleh Muhammadiyah, dan 13 lainnya dikelola oleh ‘Aisy-
iyah. Di dalam universitas dan sekolah tinggi ada pimpinan univer-
sitas rektor, wakil rektor, dekan wakil dekan, ketua jurusan/program
studi, dosen dan karyawan.
Pada umumnya mereka mendapatkan gaji dan tunjangan sudah
sejahtera, hal ini akan dapat dikelola menjadi potensi ZIS. ZIS ini akan
dapat membantu permasalahan berkaitan dengan kemanusian, so-
sial, pendidikan, dan lingkungan hidup.
3. Rumah Sakit
Sementara itu, dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah memi-
liki 457 fasilitas kesehatan, yang meliputi rumah sakit umum, rumah
bersalin, balai kesehatan ibu dan anak (BKIA), balai pengobatan, po-
liklinik, balai kesehatan masyarakat, dan layanan kesehatan yang lain.
Rumah sakit kita mempunyai pimpinan, dokter, perawat dan
pegawai, pada umumnya mereka telah memiliki penghasilan cukup
sejahtera. Hal ini potensi ZIS yang cukup luar biasa yang perlu pen-
gelolaan dengan basis manajemen terbuka.
[ 125 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Dalam BPR dan BMT itu juga terdapat pimpinan dan para peg-
awai yang telah memiliki penghasilan lumayan, sangat potensial
dikelola dana ZIS-nya.
Dari gambaran umum tersebut terlihatlah bahwa organisasi yang
didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini telah memiliki kontribusi dan
perhatian yang besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indone-
sia. Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk ‘’menega-
kkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyar-
akat Islam yang sebenar-benarnya’’, organisasi sosial keagamaan itu
telah menempuh berbagai usaha, seperti dakwah, sosial, pendidikan,
ekonomi, dan politik yang secara operasional dilaksanakan melalui
struktur organisasi berbentuk majelis, badan, dan lembaga.
Sebagai sebuah organisasi yang telah berusia lebih satu abad,
kekuatan Muhammadiyah terletak pada, pertama, reputasinya sebagai
gerakan Islam modern yang dikenal luas secara nasional ataupun in-
ternasional. Hal ini berdampak pada berbagai kemudahan dan duku-
ngan yang didapat oleh Muhammadiyah dalam menyelenggarakan
kegiatan pada tingkat lokal ataupun nasional. Kedua, jaringan organ-
isasi yang sudah tersebar di seluruh penjuru Tanah Air dan beber-
apa negara di dunia membuat Muhammadiyah lebih mudah dalam
mengembangkan aktivitas pada akar rumput yang membutuhkan
koordinasi berjenjang dan melibatkan partisipasi masyarakat di berb-
agai daerah. Ketiga, perkembangan amal usaha yang sangat besar,
secara kuantitatif juga menjadi aset sumber daya yang sangat berhar-
ga bagi persyarikatan untuk terus dapat bertahan di tengah-tengah
badai krisis yang telah melanda bangsa ini. Keempat, perkembangan
kehidupan nasional menempatkan Muhammadiyah sebagai modal
sosial dan modal moral bagi bangsa dan semua partai politik teru-
tama partai yang berbasis komunitas Islam. Di samping kekuatan,
organisasi ini masih diwarnai beberapa kelemahan, antara lain, ke-
cenderungannya sebagai gerakan aksi membuat gerakan pemikiran
kurang berkembang dengan baik.
[ 126 ]
Menghimpun Danauntuk Pemberdayaan Keluarga Duafa
1. Target Fundraising
Target fundraising untuk setiap kelompok dalam kegiatan Dak-
wah lapangan ini adalah minimal sebesar Rp. 1.000.000,-. Dalam
proses mengambil kesepakatan tentang target fundraising, kelompok
harus mempertimbangkan kebutuhan yang tergambarkan dalam
budget kelompok.
[ 127 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Target
No Calon Donatur
Perorangan Kelompok
1 Lembaga Bisnis/Industri 3 9
2 Lembaga Filantropi 3 9
3 Instansi pemerintah 3 3
4 Perseorangan 30 90
[ 128 ]
7
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan
untuk Keluarga Duafa
1
Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,2010), hlm. 196–197.
[ 129 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 130 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
2
Kompas.Com, ICW; Hentikan BLT, Senin 29 Juni 2009.
3
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah;
Ideologi, Khitah dan Langkah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah dan Majelis
Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009), hlm.10.
4
KRH Hadjid, Pelajaran KH Ahmad Dahlan; Tujuh Falsafah dan Tujuh
Belas Kelompok Ayat Al-Qur'an (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi
[ 131 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 132 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
[ 133 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
5
Buhanuddin (peny.), Revitalisasi Lembaga Zakat dalam Titik Temu Zakat
dan Pajak (Jakarta: Peduli Ummat, 2011), hlm. 88–89.
6
Eri Sudewo, Manajemen Zakat; Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip
Dasar (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2010), hlm. 222–223.
[ 134 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
Pendekatan Pemberdayaan dan Pendampingan dalam
Menyalurkan Bantuan
Lembaga filantropi memiliki dua pijakan dalam konsentrasi yang
diambil, yakni pengimpunan sebagai komando atau pendayagunaan
sebagai komando. Penghimpunan sebagai komando program pem-
berdayaan karena tujuan utamanya adalah menghimpun dana. Bagi-
an yang aktif adalah devisi penghimpunan dan yang lain menunggu
keberhasilan devisi ini. Sedangkan yang menempatkan pendayagu-
naan sebagai komando maka perolehan dana ZIS akan disesuaikan
dengan anggaran dari divisi pendayagunaan. Oleh karena itu, devisi
penghimpunan dana bertanggung jawab terhadap jalannya program.8
Pelaksanaan lembaga filantropi dalam mengelola program lebih
bersifat charitas, di mana program ini tidak memerlukan pendampin-
gan karena pemberian yang sifatnya konsumtif. Pemberdayaan yang
7
ihat dalam Buhanuddin (peny.), Revitalisasi Lembaga Zakat..., hlm. 91–92.
L
8
Eri Sudewo, Manajemen Zakat..., hlm. 216–217.
[ 135 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2013) hlm. 242.
10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan
Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta:
Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), hlm. 33.
11
Eri Sudewo, Manajemen Zakat..., hlm. 227–235.
[ 136 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
1. Pengembangan Ekonomi
Pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh lembaga filantropi
terbagi menjadi beberapa program seperti penyaluran modal, pemben-
tukan lembaga keuangan, pembangunan industri, peningkatan lapan-
gan kerja, peningkatan usaha pelatihan dan pembentukan organisasi.
Penyaluran modal dilakukan secara individual ataupun berkelompok,
penyalurannya bisa modal untuk kerja ataupun investasi.
Pengelola dana ZIS harus mengenal mustahiknya agar tepat sasa-
ran dan pengelola memberikan persyaratan agar dapat melibatkan
masyarakat sekitar orang yang miskin sebagai tenaga kerja. Namun
bila dana zakat disalurkan pada lembaga komersial maka bekerjasama
dilakukan dengan sistem mudharabah, yang dananya bisa diambil dari
pihak ketiga. Sedangkan penyaluran dana lewat kelompok dilakukan
dengan cara meminta kelompok untuk membentuk organisasi. Organ-
isasi tersebut dapat mengelola dana bantuan, dan organisasi ini juga
mendayagunakan anggotanya secara partisipatif dalam mengatasi per-
soalan usaha pada anggota kelompoknya. Organisasi melakukan pem-
binaan rohani anggotanya melalui pengajian rutin dan berkala dengan
dai dari lembaga yang melakukan pencarian.
Pembentukan lembaga keuangan, dilakukan dalam penyaluran
bantuan untuk pengusaha mikro pada akar rumput, dengan mendirikan
Lembaga Keuangan Mikro Syariat. Di sini, lembaga filantropi bersentu-
han dengan pengusaha gurem, namun tidak secara langsung. Perkem-
bangan masyarakat dapat terlihat dari berkembangnya LKMS yang
besar dan banyak memberikan manfaat pada masyarakat kecil. Melalui
LKMS ini, lembaga filantropi berperan sebagai agent of development.
Pembangunan industri, merupakan penyaluran modal usaha un-
tuk industri dan investasi dalam kisaran nominal yang besar sampai
dengan beberapa juta rupiah. Modal dan investasi disalurkan lewat
lembaga zakat sebagai contoh pengembangan Unit Usaha Tani di
Lamongan, Pati, Mojokerto dengan investasi lebih dari 1 milyar, hal
[ 137 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
yang sama juga dengan usaha yang produktif pada BTM dan toko
swalayan yang dikembangkan oleh lembaga filantropi seperti Dom-
pet Dhuafa.
Penciptaan Lapangan kerja, modal yang diberikan, dalam sektor
usaha dengan mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada. Na-
mun, jika lebih baik menambah tenaga kerja yang baru dari kalan-
gan yang kurang mampu. Sedangkan peningkatan usaha, pemberian
modal untuk menyelamatkan usaha yang dalam masalah sehingga
dapat berkembang lebih baik lagi. Hal ini, dikarenakan dengan pen-
ingkatan usaha maka selaras dengan peningkatan ekonomi masyar-
akat di mana perputaran uang terjadi secara dinamis.
Pelatihan yang dilakukan dengan cara pengembangan usaha
sehingga masyarakat secara tidak langsung memberikan kemepatan
pada masyarakat untuk berlatih. Dampak yang dihasilkan seiring den-
gan berjalannya waktu maka suatu daerah menjadi sentral industri
dikarenakan kebiasaan yang ada dalam masyarakat dalam mengem-
bangkan usaha rumah tangganya, seperti di daerah Ciamis sebagai in-
dustri kerupuk. Sedangkan pembentukan organisasi dilakukan agar
mustahik menerima bantuan modal usaha dari lembaga pengelola
ZIS. Tujuan dibentuk organisasi untuk mustahik memperkuat posisi
dan memperkuat keungan dan tempat berdiskusi dalam menyelesai-
kan persoalan pengembangan usaha serta kerohanian.
2. Pembinaan SDM
Pembinaan SDM adalah program yang mudah dengan memberi-
kan beasiswa pada yang miskin, namun seorang pengelola zakat ha-
rus memperhatikan penerima beasiswa tersebut, tidak boleh semba-
rangan dengan pertimbangan yang matang dan serius. Pengelola juga
memberikan sekolah yang baik untuk penerima zakat masa depan
menjadi gemilang. Berikut ini merupakan program pendidikan yang
dapat diberikan pada penerima zakat di antaranya; beasiswa, diklat
dan kursus keterampilan, dan sekolah. Keterampilan diberikan pada
[ 138 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
3. Layanan Sosial
Layanan sosial merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh
pengelola zakat kepada mustahik untuk memenuhi kebutuhan mere-
ka. Kebutuhan dalam kontek ini yang bersifat darurat, dan mendasar
agar bertahan hidup seperti untuk melakukan pengobatan, memba-
yar SPP tunggakan dalam mengambil ijazah, dan yang lain. Layanan
sosial juga memberikan modal usaha yang bersifat mikro untuk mem-
bantu masyarakat yang tidak bisa mengakses keuangan
Program pemberdayaan yang dilakukan dilakukan oleh lembaga
filantropi menekankan aspek mustahik yang berorientasi pada tiga besar
program yaitu; pengembangan sumberdaya manusia, layanan sosial dan
pengembangan ekonomi. Program itu disesuaikan dengan kebutuhan dan
potensi dari masing-masing mustahik yang dapat dikembangkan sehing-
ga dapat berkembang dan mandiri. Proses pemberdayaan yang dilakukan
untuk mustahik pemberdayaan dengan mensinergikan pemberdayaan
[ 139 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
ekologi, sosial, agama, ekonomi dan budaya.12 Sinergi menjadi hal yang
sangat penting dalam proses pemberdayaan dikarenakan setiap elemen
berkorelasi dengan yang lain dengan kerjasama yang menguntungkan.
Program pemberdayaan itu bersinergi dengan aspek yang lain sehingga
memperhatikan mustahik dan lingkungan sekitar agar potensi mustahik
dapat berkembang secara maksimal dapat mandiri dan memberikan man-
faat pada lingkungan sekitar.
Pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat/mustahik diarti-
kan sebagai proses dan hasil. Pemberdayaan sebagai proses merupakan
aktivitas yang dilakukan peningkatan kemampuan, kapasitas masyar-
akat dalam rangka memperbaiki kehidupannya. Sedangakan pember-
dayaan sebagai hasil adalah sebuah keadaan mustahik berdaya mengon-
trol kehidupannya dalam realitas sosial masyarakat.
Program yang diterima mustahik harus sesuai dengan kebutuhan
dan potensinya. Program ini mengembangan kemampuan, skill musta-
hik dari berbagai sisi agar program berjalan dengan baik. Agar menca-
pai tujuan diperlukan kesabaran dan keseriusan bagi lembaga filantropi.
Program tersebut dikerjakan secara professional dengan melibatkan se-
seorang yang ahli dan maupun praktisi dalam pengembangan masyar-
akat. Mustahik dalam melakukan perubahan dirinya perlu pendamping
dalam rangka menemani untuk mencapai tujuan. Para pendamping
tersebut sering dikenal sebagai relawan. Relawan dipilih sesuai dengan
kemapuannya dengan tugas khusus melakukan pendampingan untuk
mustahik. Skill yang dimiliki oleh relawan dalam rangka melakukan
pemberdayaan di antaranya pengetahuan untuk mempercepat peruba-
han, mampu menjembatani mustahik dengan yang lain, memiliki sifat
pendidik, mampu merencanakan perubahan sesuai dengan kebutuhan,
aktif dan melakukan pembelaan pada mustahik.
Pendampingan yang dilakukan oleh relawan sesuai dengan
pelaksanaan program pada masyarakat ataupun mustahik. Relawan
12
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas ..., hlm. 81.
[ 140 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
13
Abdul Munir Mulkhan, Warisan Intelektual KH Ahmad Dahlan dan Awal
Muhammadiyah (Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan,1990), hlm. 193–194.
[ 141 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
14
Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan Hikmah
Muhammadiyah (Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan, 2010), hlm. 193–194.
[ 142 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
15
Izza Rohman, Tafsir Al-Maun dengan Metode Tujuh Tafsir (Ciputat: Al-
Wasat Publishing House dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok
Cabe Hilir, 2016), hlm. 9–10.
[ 143 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
1. Target Penyaluran
Target penyaluran setiap kelompok dakwah lapangan adalah:
a. Dari total dana yang terhimpun untuk keluarga duafa, mini-
mal yang sampai kepada keluarga duafa sebesar 95%.
b. Mampu mempengaruhi dan mengubah kondisi keluarga
duafa menjadi lebih baik dari kondisi semula
c. Mahasiswa mampu menangkap dan menyikapi nilai-nilai
kehidupan filantropi dari proses penyaluran ini.
2. Pendekatan Penyaluran
Penyaluran bantuan oleh kelompok dakwah lapangan
dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan, sebuah pendeka-
tan yang mengacu pada keberdayaan dan proses pemandirian
keluarga duafa. Pilihan pendekatan pemberdayaannya, sesuai
dengan yang sudah dirumuskan dalam proposal; pemberdayaan
ekonomi, pemberdayaan SD, atau Karitas.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian penting dalam
penyaluran dengan pendekatan pemberdayaan ini adalah:
a. Tidak ada dana cash yang diberikan kepada keluarga duafa.
b. Menghindari pola komunikasi yang memberi harapan ter-
hadap munculnya ketergantungan kepada kelompok dan/
atau anggota kelompok.
c. Akan sangat baik jika kelompok mampu mendatangkan be-
berapa donatur untuk melihat langsung kondisi keluarga
duafa saat penyerahan bantuan. Hal ini akan membuat terja-
linnya hubungan yang lebih panjang antara keluarga duafa
dengan para donatur, dan terus berlanjut setelah kegiatan
pemberdayaan oleh Kelompok ini selesai.
d. Karena durasi waktu kegiatan dakwah lapangan ini terbatas,
sementara persoalan keluarga yang diberdayakan mungkin
membutuhkan bantuan yang lebih besar dan berkesinam-
bungan, maka kelompok diharapkan untuk membuka akses
[ 144 ]
Penyaluran Bantuan Pemberdayaan untuk Keluarga Duafa
[ 145 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 146 ]
8
Islam Berkemajuan
Menuju Indonesia Berkemajuan
Catatan:
Benarkah kita mencintai Indonesia sepenuh jiwa-raga tatkala
kehidupan kebangsaan saat ini sarat tarikan yang serba niscaya?
1
PP Muhammadiyah, Indonesia Berkemajuan: Rekonstruksi Kehidupan
Kebangsaan yang Bermakna (Yogyakarta: Cetakan ketiga, 2015), hlm.1.
2
Republika, 14 Agustus 2017.
[ 147 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 148 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
2. Problem Sosial-ekonomi
Kehidupan sosial-ekonomi pun harus diakui bahwa Indonesia
mengalami kemajuan yang cukup berarti. Itu terlihat dari pertumbu-
han ekonomi 5,8% dalam kurun waktu sepeuluh tahun terakhir. Na-
mun, sekali lagi, pertumbuhan ekonomi yang baik itu tidak mampu
menutup beberapa persoalan yang sangat serius dan bisa menjadi an-
caman bagi ketahanan Negara Republik Indonesia saat ini dan ke de-
pan. Beberapa di antara persoalan sosial-ekonomi itu adalah:
a. Pembangunan ekonomi yang tidak selaras nilai-nilai UUD 1945
b. Ketimpangan struktural
c. Kebijakan moneter dan fiskal yang tidak mandiri dan memihak
d. Liberalisasi perdagangan dan industri
3
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 6.
[ 149 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
ْ َ ْ َّ ُ َ ُ ُ ْ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ ُ َ
إ ِ ْذا َقمت َ إِل الصالة ِ فأسبِغِ الوضوء ثم استقب ِ ِل
ْ ّ القبْل َة فَك
ب ِ ِ
Jika engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wud-
humu lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah (HR.
Bukhari dan Muslim).
[ 150 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
4
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2010), hlm. 5.
5
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm.10.
[ 151 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
6
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, hlm.6.
7
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 10.
[ 152 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
8
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 6.
[ 153 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 154 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
9
PP Muhammadiyah. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), hlm. 3.
10
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 7.
11
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 6.
[ 155 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
ُ ۡ َ ۡ َ ُ َُۡ َّ ۡ َ ۡ ُ َّ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ
وف ِ اس تأمرون بٱلمعر ِ كنتم خي أمة أخرجت ل ِلن
ُ ۡ َ َ َ َ ِ ۡ َ َ َّ َ ُ ۡ ُ َ ِ َ ُ ۡ ٍ َ َ ۡ َ ۡ َ َ
و ۡتنهون َع ِن ٱلمنك ِر َّوتؤمِنون بِۡٱللِۗ ولو ء َامن َأهل
ُ ُ ۡ َ َ ُ ۡ ُ ُ ُ ۡ ّ ُ ٗۡ َ َ َ ٰٱلك َِت
ثه ُم ب لكن خيا له ۚم مِنهم ٱلمؤمِنون وأك ِ
َ ُ َٰ ۡ
سقون ِ ٱلف
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan keban-
yakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
12
Ibn Katsir. Tafsir Al-Qur'an Al-‘Adzim. (Juz I) hlm. 391.
13
Djarnawi Hadikusumo adalah anak dari Ki Bagus Hadikusumo.
Dan Ki Bagus Hadikusomo sendiri adalah murid dari K.H. Ahmad Dahlan.
Djarnawi Hadikusumo dikenal sebagai pendiri Tapak Suci.
[ 156 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
َ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ ٞ َّ ُ ۡ ُ ّ ُ َ ۡ َ
ي َ ويأمرون و ۡلكن مِنكم أمة يدعون إِل ٱل
ُُ َ ٰٓ ِ ْ ُ َ َ ُ ۡ َ
وف َو َي ۡن َه ۡون َع ِن ٱلمنك ِرۚ وأولئِك هم ۡ
ِ ب ِ ۡٱل َمع ُر
َ ُ ُۡ
١٠٤ حون ِ ٱلمفل
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari
yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung
14
Nurcholish Madjid merupakan tokoh utama gerakan neo-modernisme
Islam.
15
Bisa disimak lebih lanjut dalam KRH Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan
(Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2008).
[ 157 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
16
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan..., hlm. 7.
[ 158 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
[ 159 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
17
Pada 2016, Alvara Research melakukan penelitian jumlang muslim
yang berafiliasi ke ormas Islam. Hasilnya 79,04 juta jiwa ke NU dan 22,46
juta jiwa ke Muhammadiyah. Sisanya tersebar ke ormas lainnya dan tidak
berafiliasi ke ormas manapun.
18
Haedar Nashir, Pembaruan (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,2010)
hlm. 314–315.
19
Dr. Abdul Mu’ti adalah Sekretaris PP Muhammadiyah periode 2015–
2020
20
Kiai Syuja’ adalah murid langsung dari K.H. Ahmad Dahlan
[ 160 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
21
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, ada 5 jalan untuk memahami Al-Qur'an
. Uraian tentang ini lihat Abdul Munir Mulkhan (1990, hlm. 8).
22
Prof.Dr. Syamsul Anwar merupakan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid
PP Muhammadiyah periode 2010–2020.
[ 161 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
َّس ما ُ َ ۡ َ َ َّ ْ ُ َّ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
ٞ نظ ۡر َن ۡف يأيها ٱلِين ءامنوا ٱتقوا ٱلل ول
َ ُ َ ۡ َ َ ۢ ُ َ َ َّ َّ َ َّ ْ ُ َّ َ َ ۡ َ َّ َ
١٨ قدمت ل ِغدٖۖ وٱتقوا ٱللۚ إِن ٱلل خبِري بِما تعملون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hen-
daklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Al-
lah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
[ 162 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
23
Haedar Nashir, Pembaruan, hlm. 310–311.
[ 163 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
24
Ibid., hlm. 338–341.
[ 164 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
ditandai dengan 5 hal: (a) ketauhidan adalah jiwa dan semangat bagi
dan dalam suatu masyarakat Islam; (b) beragama merupakan perwu-
judan dari jiwa ke-tuhanan itu sendiri; (c) setiap orang muslim se-
laku anggota masyarakat hendaknya menempatkan dirinya sebagai
hamba Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Kuasa,
tada sekutu bagi-Nya dan tiada yang menyamainya; (d) keyakinan
yang demikian itu harus mewujud jelas; (e) Petunjuk Ilahi menjadi pe-
gangan yang utama dari masyarakat tersebut.
(2) Masyarakat Persaudaraan. Tentang ini diurai lagi menjadi 3 hal; (a)
masyarakat Islam terikat oleh suatu ikatan batin yang kuat berdasarkan
persamaan dan kasih sayang; (b) mewujudkan ukhuwah Islamiyah ser-
ta memupuk dan memelihara persaudaraan adalah kewajiban, menceg-
ah perpecahan, menghilangkan perbedaan paham yang menyebabkan
perpecahan itu dilarang; (c) kesamaan keyakinan adalah pokok pangkal
terwujudnya ukhuwah. (3) Masyarakat yang berkhlaq dan beradab, di-
uraikan dan dirinci lagi menjadi 5 hal: (a) semua anggota masyarakat be-
rakhlak luhur, sesuai dengan kesucian dan martabat manusia; (b) setiap
orang tahu akan kebaikan dan mau memperbuat kebaikan itu; (c) setiap
anggota masyarakat tahu akan kemungkaran dan mau meninggalkann-
ya, sehubungan dengan itu fitrah manusia senantiasa mendorong untuk
berbuat yang baik dan meninggalkan yang mungkar; (d) setiap anggota
masyarakat mengutamakan kewajiban daripada hak, dan mengutamakan
kepentingan umum dari kepentingan pribadi; (e) ditinjau dari segi-segi
kemasyarakatan, maka norma-norma masyarakat Islam itu adalah: sal-
ing hormat menghormati sesuai dengan martabat kemanusiaan, menja-
ga kemaslahatan dan keselamatan orang, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok, saling cinta mencintai dan adanya saling pengertian,
saling nasihat menasihati; kesemuanya itu menuju pada pertumbuhan
dan perkembangan hari depan masyarakat yang lebih baik. (4) Masyarakat
yang berhukum syar’i, dirinci lagi menjadi 4 hal: (a) di dalam masyarakat
berlakulah hukum syar’i yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis;
(b) masyarakat yang anggota-anggotanya mempunyai rasa keadilan ter-
[ 165 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 166 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
25
Ibid., hlm. 320.
26
Istilah “Masyarakat Utama” mengingatkan kita pada Al-Farabi
tentang konsep “Al-Madinah Al-Fadhilah”, atau konsep Aristoteles tentang
konsep “Negara Kota”. Keterangan tentang Masyarakat Utama, bisa disimak
lebih lanjut dalam Zamah Sari, dkk., Menuju Peradaban Utama, (Tangerang:
Al_wasat, 2011).
27
K.H. Ahmad Azhar Basyir merupakan Ketua Umum Muhammadiyah
periode 1990-1995. Belum sempat genap memimpin selama 5 tahun, beliau
dipanggil Allah, sehingga kepemimpinan Ketua Umum digantikan oleh Prof.
[ 167 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2. Indonesia Berkemajuan
Sebagaimana disinggung di muka bahwa kehadiran Muhammadi-
yah melalui gerakan tajdid (pembaruan) tidak lain sebagai wujud gera-
kan pencerahan. Menurut Haedar Nashir, salah satu agenda gerakan
pencerahan yang harus terus menerus diikhtiarkan ialah mengembang-
kan kualitas manusia Indonesia agar menjadi insan yang berkemajuan.
Bertitik-tolak dari wacana “insan Indonesia yang berkemajuan” itulah
kiranya kemudian dapat dikembangkan wacana “Indonesia Berkema-
[ 168 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
28
PP Muhammadiyah. Indonesia Berkemajuan...
29
Ibid., hlm.10–11.
30
Ibid.
31
Ibid., hlm. 12.
32
Ibid., hlm. 12–13
[ 169 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
33
Ibid., hlm. 13–14.
34
eperti apakah kepribadian bangsa Indonesia? Bandingkan pandangan
S
Muchtar Lubis dengan Farid Ma’ruf
35
PP Muhammadiyah, Indonesia Berkemajuan..., hlm. 14.
36
Ibid., hlm. 11–12.
[ 170 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
37
PP Muhammadiyah, Indonesia Berkemajuan..., hlm. 15.
[ 171 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2. Solusi Sosial-ekonomi
Dalam bidang Sosial-ekonomi, beberapa langkah strategis yang
harus dilakukan dan menjadi prioritas bangsa dan negara Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Memperkuat sistem ekonomi berbasis UUD 1945
b. Pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan
c. Menciptakan sruktur ekonomi yang lebih sehat dan adil
d. Melaksanakan reformasi agraria
e. Membangun kekuatan pangan dan energi
f. Melaksanakan kebijakan fiskal dan keuangan yang mandiri
g. Menciptakan kebijakan perdagangan yang berdaya saing
[ 172 ]
Islam BerkemajuanMenuju Indonesia Berkemajuan
38
Ibid.
[ 173 ]
9
Ideologi Muhammadiyah
Relevansi Ideologi Muhammadiyah di Tengah
Perkembangan Masyarakat dan Ilmu Pengetahuan
1
Haedar Nashir, Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2001) h.33.
[ 175 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 176 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 177 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Pada tahun 1969, awal pemerintahan Orde Baru, saat sidang Tan-
wir tahun 1969, dilahirkan rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita
Hidup Muhammadiyah (MKCH). MKCH merupakan pernyataan misi
Muhammadiyah dalam kehidupan, khususnya misi dan peran di ten-
gah kehidupan bangsa dan negara Indonesia, dan pada tahun 2015,
pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, muncul rumu-
san Darul Ahdi wa Syahadah, sebuah rumusan yang meneguhkan diri
bahwa Muhammadiyah terikat ke dalam satu perjanjian dan komitmen
berbangsa dan bernegara melalui Ideologi Pancasila (Darul Ahdi), pada
saat yang sama Muhammadiyah menjadi saksi sekaligus membangun
dan membantu pemerintah dalam mengisi kemerdekaan melalui bi-
dang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain (Darul Syahadah).
Inilah yang dimaksud, bahwa ideologi tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan.
2
Ibid., hlm. 11.
[ 178 ]
Ideologi Muhammadiyah
3
Ibid., hlm. 10.
[ 179 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
4
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia (Oxford: Oxford
University Press, 1973) h.87
[ 180 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 181 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
5
Farid Ma’ruf, Pendjelasan Tentang Maksud dan Tudjuan Muhammadijah
(Jakarta: Penerbit Yayasan Santakam, 1966), hlm. 8.
[ 182 ]
Ideologi Muhammadiyah
6
PP Muhammadiyah, Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiah
(Yogyakarta: 1954), hlm. 16.
7
Muktamar ke-45 tahun 2005.
[ 183 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 184 ]
Ideologi Muhammadiyah
ٌم َّمد َُ َ ْ َّ ُّ َ ْ ْ ُ ْ ّ َ ْ َ ُ ْ ّ َ
ِ
ِادلِين أي ادلِين اإلسال ِم الِي جاء بِه
ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ
آنِ صل اهلل عليهِ وسلم هو ما أنز َل اهلل ِف القر
َلم ْق ُب ْولَ ُة مِنَ ْ ح ُة أي ا َّ الس َّن ُة
َ ْالصحي ُّ ِت به ْ َ َ َ َ
ِ ِ ِ و َما جاء
َ ْ َ َ َ ْ ْ
ِت ل َِصال ِح العِباد ِ اه َوا ِإل ْرشادا ِ األ َوام ِِر َوانلَّ َو
ُ َ ْ َُ ْ ُ َ ُْ
ْاهم دنياهم وأخر
Agama (yaitu agama Islam) yang dibawa Nabi Muhammad
SAW, ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-Qur’an dan
yang tersebut dalam Sunnah yang shahih (maksudnya maqbu-
lah), berupa perintah-perintah dan larangan-larangan berupa
petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia & Akhirat.
[ 185 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
ّ
ادلين هو ما رشعه اهلل ىلع لسان أنبيائه من األوامر
ُ
ُو انلّواىه و اإلشادات لصالح العِباد دنياهم و
ُ
أخراهم
Agama: apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabi-
nabiNya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan beru-
pa petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
[ 186 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 187 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 188 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 189 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 190 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 191 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 192 ]
Ideologi Muhammadiyah
8
Musthafa Kamal Pasha, dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Yogyakarta: LPPI
UMY 2002, cet. ke-2), hlm. 157
9
Hamdan Hambali, Ideologi dan Strategi Muhammadiyah (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2008), hlm. 15
[ 193 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
10
Haedar Nashir (peny.), Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah
(Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 1992), hlm. 129
[ 194 ]
Ideologi Muhammadiyah
11
Yusuf, dkk., Cita dan Citra Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Panjimas
1985), hlm. 45
12
MT Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya), 1987, hlm. 103
[ 195 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 196 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 197 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 198 ]
Ideologi Muhammadiyah
1. Surat Al-Fatihah
2. Pernyataan diri atau Ikrar: Radhlitu billahi rabba
3. Diktum matan/materi Muqaddimah Anggaran Dasar Muham-
madiyah, sebagai berikut:
[ 199 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
1. Akidah
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan. Formu-
lasi akidah dalam Muhammadiyah merujuk langsung kepada al-Qur’an
dan Sunnah, karena hanya berpegang kepada kedua itulah maka Islam
dapat berkembang secara dinamis. Muhammadiyah bekerja demi tegakn-
13
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah 2011), h. 276
[ 200 ]
Ideologi Muhammadiyah
2. Akhlak
Ajaran yang berhubungan dengan pembinaan sikap mental. Imam
al-Ghazali memandang akhlak sebagai sifat yang tertanam di dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
perlu pemikiran dan pertimbangan. Dalam pandangan Islam, segala
sesuatu dinilai baik ataupun buruk, terpuji ataupun tercela, parame-
ternya adalah al-Qur’an dan Sunnah. Akhlak Islam mencakup akhlak
pribadi, akhlak dalam keluarga, dalam masyarakat, akhlak bernegara,
dan akhlak dalam beragama. Muhammadiyah dalam bidang akhlak
ini bekerja demi tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Muhammadiyah dalam
masalah akhlak ini tidak merujuk kepada nilai-nilai ciptaan manu-
sia, karena biasanya nilai-nilai ciptaan manusia itu mengarah kepada
kerusakan.
3. Ibadah
Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
dengan cara menjalankan segala perintah-perintahNya dan menjau-
hi segala larangan-laranganNya serta menjalankan segala yang diiz-
inkanNya. Ibadah dibagi menjadi dua yaitu; ibadah umum atau ghoiru
mahdlah dan ibadah khusus atau mahdlah. Ibadah umum atau ghoiru
mahdlah adalah segala perbuatan baik yang di izinkan Allah SWT. dan
diniatkan karena Allah Ibadah khusus atau mahdlah ibadah yang tata-
cara dan aturannya sudah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.
4. Mu’amalah Dunyawiyah
Mua’malah Dunyawiyah: Aspek kemasyarakatan yang meng-
atur pegaulan hidup manusia di atas bumi ini, baik tentang harta
benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan, hubungan antar negara
dan lain sebagainya. Di dalam prinsip-prinsip Majelis Tarjih poin 14
[ 201 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
14
Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah 2014), hlm. 57–58.
[ 202 ]
10
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi
Pendahuluan
Gerakan sosial Muhammadiyah telah menetapkan prinsip bah-
wa setiap Islam harus menjalin persaudaraan dan kebaikan sesama
serta menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan pada prinsip
menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia.
Ketika pertama kali didirikan tahun 1912, Muhammadiyah ada-
lah sebuah gerakan sosial keagamaan yang tidak hanya terilhami oleh
kenyataan tidak murninya praktik ajaran Islam di tanah air. Di luar
persoalan ini, sebenarnya Muhammadiyah juga lahir karena terdapat
kondisi sosial yang sangat timpang. Dualisme pendidikan contohnya.
Pendidikan Belanda yang sekuler untuk kaum priyayi dan anak-anak
Belanda dan pendidikan pesantren yang sangat tradisonal untuk pen-
duduk pribumi dan rakyat jelata. Di sinilah akan nampak dipermu-
kaan ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat, dan di sini pula
Muhammadiyah akan muncul dipermukaan sebagai penyeimbang
dan pemberi solusi menghadapi ketimpangan tersebut.
[ 203 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
1
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interprestasi untuk Aksi, (Bandung:
Mizan, 1991), hlm. 338.
[ 204 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 205 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 206 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
2
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: kencana, 2004), hlm. 1
[ 207 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
a. Dakwah Mimbar
Sudah sejak abad yang lampau istilah dakwah dalam agama dikenal
sebagai media strategis penyampaian paham keislaman, hingga terse-
butlah bahwa Islam adalah agama dakwah sehingga saat ini istilah dak-
wah sudah sangat dikenal dikalangan masyarakat baik muslim ataupun
non muslim. Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi Ima-
ni yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman,
dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
memengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak.3
Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa istilah
dakwah oleh kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian,
ceramah, khutbah atau mimbar (karena dilakukan dari mimbar ke
mimbar) seperti halnya yang dilakukan oleh para mubaligh, ustadz,
atau khattib. Dakwah atau yang kita sebut sebagai dakwah mimbar
sering diartikan sebagai sekedar ceramah dalam arti sempit sehing-
ga dampak dan pengaruhnya juga hanya pada kalangan komunitas
masyarakat setempat atau daerah sekitarnya saja tidak menjangkau
lapisan masyarakat yang lebih luas lagi.
Dakwah mimbar berupa ceramah lebih banyak diwarnai oleh kar-
akteristik penceramahnya dalam suatu aktivitas dakwah. Pelaksanaan
dakwah mimbar sebagai salah satu metode paling banyak digunakan
oleh instansi pemerintah maupun swasta, di antaranya melalui radio,
televisi, media-media online maupun dakwah secara langsung.
Dakwah mimbar bisa sangat efektif dan efisien apabila;
1. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak;
2. Penceramah adalah orang yang ahli berceramah dan berbicara;
3. Sebagai syarat dan rukun Ibadah (seperti pada shalat Jum’at);
4. Metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
objek dakwah.
3
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),
hlm. 68–69.
[ 208 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
Untuk membentuk kondisi umat Islam yang baik, baik secara in-
dividu maupun komunitas masyarakat yang lebih luas, maka aktiv-
itas dakwah dituntut untuk menggunakan metode berdakwah yang
tepat dan efektif, oleh karenanya diperlukan strategi dan metode
dakwah yang sistematis terencana, terarah, dan tak ketinggalan tere-
valuasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan, maka saat ini sangat
diperlukan media dakwah yang terorganisir dengan baik berupa in-
stitusi-institusi dakwah.
b. Dakwah Institusional
Tentunya dakwah mimbar lebih dulu dikenal di masyarakat luas
karena dilakukan dari mimbar-ke mimbar seperti mimbar khutbah
jumat, sebelum dikenal dakwah yang lebih sistematis, terarah dan
terencana sebagaimana dilakukan oleh organisasi-organisasi dakwah
kontemporer. Dahulu dakwah dilakukan lebih banyak secara indi-
vidual oleh para da’i muballigh dan muballighah. lembaga dakwah
di antaranya seperti Persyarikatan Muhammadiyah, Nahdlatul Ula-
ma dan organisasi dakwah lainnya kemudian berdiri sebagai sebuah
lembaga dakwah institusional modern. Namun kesadaran kolektif
masyarakat pada organisasi-organisasi dakwah tersebut dirasakan
sangat memprihatinkan karena minimnya akses informasi ditambah
keengganan untuk berorganisasi disebabkan padatnya kesibukan-
kesibukan untuk memenuhi hajat hidup. Majelis-majelis taklim atau
lembaga-lembaga dakwah kurang diminati oleh masyarakat umum-
nya pada dekade tahun 90-an, karena kurangnya kesadaran kolektif
dalam berdakwah.
Fenomena yang menarik pada dasawarsa terakhir ini seiring
dengan berjalannya waktu dan iptek yang berkembang dengan pesat-
nya ditandai dengan hadirnya media-media elektronik, seperti kom-
puter, handphone, android, dan internet/media online, hampir tidak
ada jarak untuk berkomunikasi bagi manusia satu dengan manusia
yang lainnya, organisasi-organisasi dakwah institusional belakangan
[ 209 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 210 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 211 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
َ ُ ْ ُ ََ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ّ َّ ُ َّ
dapat menjerumuskan kepada kekafiran. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
[ 213 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Sayang, tidak ada data pasti berapa jumlah BTM (Baitul Tamwil
Muhammadiyah), Minimarket, dan unit-unit usaha ekonomi yang di-
miliki Muhammadiyah. Tentu untuk mengejawantahkan hal di atas,
dapat dilihat bagaimana fokus Persyarikatan Muhammadiyah pada 3
pilar sebagai berikut:
4
Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Jakarta: Balitbang Pusat Data dan Informasi, 2004), hlm. 10.
[ 214 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
ْ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ٰ َ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ
ل هو والْملئِكة ْ وأولو ال ِعل ِم َّ ِ الل أنه ل َ إِل َه إ
ْ ش ِهد
ُ الك
ِيم َ يز ُ قَائ ًما بالقِ ْس ِط ۚ ل إل ٰ َه إل ه َو ال َعز
ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malai-
kat dan orang-orang yang berilmu, (juga menyatakan yang demiki-
an itu), tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.5
ْان مِن َ َْ ْ ََ َ َ َ َ َّ َ ّ َ ْ ْ َ ْ
َ َ ْ الن َّ َس
ِ َ خ َّلق1ُ الِي ْ َخل ْق َ ُّ
اق َرأ بِاس ِم ربِْك
َ اقْ َرأ َو2 َعلق
الِي علم بِالقل ِم3 ك َرم ال ك ب ر
َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ ٍ
ْ
5 النسان ما لم يعلم ِ علم4
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Mencip-
takan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) den-
5
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2007), Cet. Ke-10, hlm 52.
[ 215 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
gan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.6
6
Ibid, hlm. 597.
[ 216 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
• Sinkretisme
Kemajemukan masyarakat Indonesia, yang terdiri
dari berbagai macam suku, agama dan budaya, secara
tidak langsung telah melahirkan format sinkretisme,
bercampur baurnya budaya lokal dengan ajaran Islam.
Sebagai proses Islamisasi ditengah-tengah budaya
lokal ini tidak dapat terhindari, namun kadang-
kadang menimbulkan persoalan ketika bercampurnya
budaya dan ajaran Islam menyimpang dan tidak dapat
dipertangungjawabkan. Sampai saat ini penyimpangan-
penyimpangan yang menurut kacamata Islam masuk
kategori musyrik masih marak dijumpai ditengah-
tengah masyarakat. Orang melahirkan contohnya, ari-
ari sang bayi yang dianggap titisan sang bayi, wajib di
tanam, dibekali dengan kain tujuh warna, aneka bumbu
dapur, alat tulis dan uang recehan. Dengan harapan sang
bayi ketika dewasa nanti akan menjadi orang disenangi
oleh banyak orang, pintar, dan pandai memasak jika
berjenis kelamin perempuan.
(b) Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Pesantren merupakan sistem pendidikan tradisional Is-
lam ciri Indonesia. Transformasi nilai-nilai ke-Islaman keda-
lam pemahaman dan kesadaran dalam pendidikan pesantren
sangat besar jasanya. Namun terdapat kelemahan dalam sis-
tem pesantren, yang menjadi kendala untuk mempersiapkan
kader-kader Islam yang sesuai dengan kemajuan zaman, re-
ligius dan menguasai teknologi. Pesantren hanya mengajar-
kan pelajaran agama, seperti ilmu kalam, tafsir dan fiqih saja
namun mengabaikan ilmu-ilmu umum seperti ilmu hitung,
biologi, fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang justru san-
gat diperlukan umat Islam untuk memhami perkembangan
zamandan dalam rangka menunaikan tugas sebagai khalifah
dimuka bumi. Sistem pendidikan Muhammadiyahlah yang
[ 217 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 218 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
b.
Arah dan Strategi Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi
Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan Muhammadiyah adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai ” ulama intelek ” yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas,
kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sis-
tem pendidikan tersebut, Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan
sekaligus, memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang
sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri, di mana agama dan
pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu se-
karang sudah menjadi fenomena umum, yang awal Ahmad Dahlan
dianggap sudah kafir dan murtad ketika mencoba mengadopsi sistem
pengajaran Barat ini.
Namun ide Ahmad Dahlan tentang model pendidikan integral-
istik yang mampu melahirkan ulama intelek masih terus dikembang-
kan. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang
musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu,
masalah tehnis pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkemban-
gan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia di-
rikan, maka atas saran murid-muridnya Ahmad Dahlan akhirnya
mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pem-
belajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan bercorak kontekstual
melalui proses penyadaran.Dan ini semua penuh dengan kerja keras
dan pengorbanan yang tiada mengenal kata berhenti.
[ 219 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 220 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
7
Drs. Sukriyanto AR. Suara Muhammadiyah.No.13/98/1-15. Juni 2013.
[ 221 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 222 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 223 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 224 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
8
Imam Robandi, Semangat Tanpa Batas (Gombong: Tangan Emas, 2013),
hlm. 167.
[ 225 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 226 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
9
www.republika.co.id › Ekonomi › Makro, Senin, 18 Juli 2016.
[ 227 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 228 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
10
M.republika.co.id, diakses Tanggal 20 Maret 2017.
[ 229 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 230 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 231 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 232 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 233 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari tujuan hidup
manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi ham-
ba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai ke-
hidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Adapun tujuannya yaitu:
(1) Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah menyebarkan
ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi
putera didalam residenan Yogyakarta menunjukkan hal agaama
Islam kepada anggotanya.
(2) Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakar-
ta menjadi memajukan dan menggembirakan pengajaran dan
memajukan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muham-
madiyah secara umum berbunyi:
(1) Terwujudnya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap,
percaya pada diri sendiri, berguna bagi masyrakat dan ne-
gara. Beramal menuju terwujudnya masyrakat Islam yang
sebenar-benarnya.
(2) Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk pembangunan dan masyarakat negara re-
publik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Un-
dang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menen-
tukan tujuan yang ingin dicapai, sehingga mudah diarahkan
dan dievaluasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
[ 234 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 235 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 236 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
1. Permasalahan Profesionalisme
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan
proses pembelajaran adalah pendidik. Betapapun kemajuan teknologi
telah menyediakan berbagai ragam alat untuk meningkatkan berbagai
ragam alat bantu untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran,
namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan, itu artinya
guru merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, seorang guru memiliki peluang yang amat
besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari buta akan aksara,
menjadi melek aksara dan ilmu pengetahuan, kemudian akhirnya
ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya. Guru
yang bisa mencetak anak demikian bukan guru sembarang guru. Ia
pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga ia bisa ditiru.
[ 237 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 238 ]
Tiga Pilar Dakwah Muhammadiyah
[ 239 ]
11
Peran Strategis
dan Tantangan Muhammadiyah
Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan per-
jalanan Muhammadiyah serta peran dan tantangannya.
1
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis (Yogyakarta: LPPI
UMY, 2002), hlm. 103..
2
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900–1942 (Jakarta:
LP3ES, 1986), hlm. 85.
[ 241 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Maulana Malik Ibrahim3, ulama besar yang dikenal sebagai salah satu
Wali Songo. Dari silsilah beliau diketahui bahwa KH. Ahmad Dahlan
merupakan keturunan ulama besar, baik dari jalur ayah maupun ibu.
Muhammad Darwis kecil memulai belajar agama langsung ke-
pada ayahnya sendiri di rumah. Pada usia 8 tahun, beliau sudah fasih
membaca Al-Qur’an dan telah khatam membacanya sebagai tradisi
anak-anak Muslim masa itu. Selanjutnya, beliau belajar Ilmu Fiqih ke-
pada KH. Muhammad Shaleh dan Ilmu Nahwu kepada KH. Muhsin
dan juga belajar sejumlah ilmu keislaman lainnya kepada KH. Mu-
hammad Nur dan KH. Abdul Hamid.4
Pada tahun 1889, Muhammad Darwis atau KH. Ahmad Dahlan
menikah dengan Siti Walidah, putri KH. Muhammad Fadhil, Kepala
Penghulu Kesultanan Yogyakarta.5 Kelak, Nyai Siti Walidah menjadi
pendukung utama dan berkorban penuh bagi suaminya dalam mem-
perjuangkan pemikiran dan gerakannya untuk berdakwah. Bahkan
tidak sedikit harta yang dikeluarkan untuk mendukung perjuangan
dakwah sang suami, KH. Ahmad Dahlan, termasuk dengan menjual
perhiasan dan perabotan pribadi.
Pada tahun 1890 M. atau tepatnya bulan Rajab 1308 H., Muham-
mad Darwis berangkat melaksanakan ibadah haji untuk kali pertama.
Dalam momen tersebut beliau banyak bersilaturrahim, berguru, dan
berdiskusi dengan para ulama asli dari Indonesia yang sudah men-
etap di Arab Saudi, seperti Syekh Mahfudz (Termas, Pacitan), Syekh
Nahrowi (Banyumas), Syekh Nawawi (Banten), dan sejumlah ulama
Arab di Masjidil Haram Mekah. Juga belajar sejumlah ilmu kepada
Syekh Sayyid Bakri Syatha’ dan mendapat ijazah nama Haji Ahmad
Dahlan.6
3
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam..., hlm. 103.
4
Ibid., hlm. 103.
5
Ibid.
6
Ibid., hlm. 104.
[ 242 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam..., hlm. 85.
[ 243 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
10
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam..., hlm. 106.
11
Abdul Munir Mulkhan, Boeah Fikiran Kiaji H. A. Dachlan, (Jakarta:
Global Base Review & STIEAD Press, 2015), hlm. 81. Lihat juga Musthafa
Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam..., hlm. 106
12
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam..., hlm. 106. Lihat juga Nur Achmad & Pramono U.
Tanthowi (peny.), Muammadiyah “Digugat”: Reposisi di Tengah Indonesia yang
Berubah, (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 193. Lihat juga, Abdul Munir Mulkhan,
Boeah Fikiran Kiaji H. A. Dachlan, hlm. 81.
[ 244 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
13
Lihat Nur Achmad & Pramono U. Tanthowi (peny.), Muhammadiyah
“Digugat”, hlm. 193.
14
Ibid.
[ 245 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
15
Abdul Munir Mulkhan, Boeah Fikiran Kiaji H. A. Dachlan, hlm. 71.
[ 246 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
16
Ibid., hlm. 193.
17
Nur Achmad & Rifma Ghulam Dz., Menggagas Muhammadiyah Masa
Depan, Percikan Pemikiran Sosial-Budaya dalam Mukhaer Pakkanna & Nur
Achmad (peny.), Muhammadiyah Menjemput Perubahan: Tafsir Baru Gerakan
Sosial-Ekonomi-Politik, (Jakarta: Kompas, 2005).
[ 247 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
oleh penjajah dan bahkan lebih dari itu, penjajah memang menghendaki
keserbakurangan seperti kemiskinan dan kebodohan serta keterbelakan-
gan bagi masyarakat demi semakin menguasai negeri jajahannya.18
Dalam bidang kebudayaan, saat itu masyarakat muslim di Indo-
nesia memiliki pemahaman keagamaan atau ke-Islaman yang sangat
fatalistik bahwa penjajahan merupakan bagian dari takdir hidup yang
harus diterima dengan sabar dan rela. Tentu pandangan kebudayaan
yang sedemikian cenderung mengajarkan untuk “menerima” sesua-
tu keadaan yang tidak manusiawi sekalipun atau bahkan menerima
adanya pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Padahal di sa-
lah satu ayat dalam QS. Al-Ra’du: 13 menegaskan bahwa nasib suatu
kaum atau bangsa sangat dipengaruhi oleh kesiapsediaannya dalam
mengubah potensi dan keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(maa bi anfusihim) untuk maju dan lebih baik.
Dalam bidang keyakinan dan pemahaman keagamaan, umumn-
ya masyarakat masih percaya pada mitos-mitos, dan sesuatu keyak-
inan yang diada-adakan tanpa berdasar pada pokok ajaran Islam
itu sendiri. Ini sudah sangat mendarah daging, sehingga jika suatu
anggota masyarakat tidak melakukannya dianggap tidak mau mele-
starikan tradisi atau budaya masyarakat yang sudah menjadi bagian
hidup suatu masyarakat, seperti upacara nyadran atau selametan di
bawah pohon-pohon besar dengan membawa sesajian dan diramai-
kan dengan menghadirkan pertunjukkan kesenian tertentu. Upacara
semacam itu dianggap dapat menolak bala’ atau musibah.19
Di bidang pendidikan, terdapat dualisme model pendidikan
yang sama-sama kukuh dalam pandangan masing-masing. Di satu
sisi, pendidikan umum atau sekolah yang hanya mengajarkan materi
ilmu-ilmu umum saja tanpa dihubungkan atau diintegrasikan den-
18
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam..., hlm. 117.
19
Ibid., hlm. 76 dan 80.
[ 248 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
20
Ibid., hlm. 109.
21
Ibid.; Lihat juga Syamsul Hidayat, dkk. (peny.), Studi Kemuhammadiyahan:
Kajian Historis, Ideologis, dan Organisatoris, (Surakarta: LPID UMS, 2012), hlm. 67.
22
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam..., hlm. 107.
[ 249 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
23
Ibid., hlm. 110–111.
[ 250 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
24
Elly Roosita, Muhammadiyah Kini dan Esok, dalam Nur Achmad dan
Pramono U. Tanthowi, (peny.), Muhammadiyah “Digugat”..., hlm. 67–68.
[ 251 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
25
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam..., hlm. 90.
26
Ibid., hlm. 92.
[ 252 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
[ 253 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 254 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
[ 255 ]
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan
mana ilmu agama dan mana ilmu umum. Semua adalah perintah
dan dalam naungan agama. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa se-
jak didirikan, Muhammadiyah menampilkan corak arif, terbuka dan
lapang dada.
[ 256 ]
cara, di antaranya menetapkan agar semua hewan yang dijadikan
kurban harus dibayar pajaknya. Hal ini ditentang oleh Muham-
madiyah, dan akhirnya berhasil dibebaskan.
2. Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indone-
sia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik
Indonesia agar Indonesia mempunyai parlemen di zaman pen-
jajahan. Begitu pula pada kegiatan-kegiatan Islam internasional,
seperti Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar ‘Alam Islam,
Muktamar Masjid se-Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah
aktif mengambil peran di dalamnya.
3. Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia, begitupula
pada tahun 1945 termasuk menjadi pendukung utama berdirin-
ya satu partai Islam Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia)
dengan gedung Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakar-
ta sebagai tempat kelahirannya. Malahan setelah beberapa tahun
lamanya akibat kekosongan partai politik yang sejiwa dengan ke-
hendak Muhammadiyah, akhirnya pada tahun 1967 Muhammadi-
yah tampil lagi sebagai tulang punggung utama pendiri Partai
Muslimin Indonesia (Parmusi)
4. Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia
di kalangan umat Islam Indonesia, dengan memelopori penggu-
naan bahasa Indonesia dalam tabligh-tablighnya, dalam khutbah
ataupun tulisan-tulisannya. Pada saat terdengar semboyan nasion-
alisme dituduh sebagai pembawa fanatisme ashabiyah atau fanatik
golongan, untuk mengahadapi reaksi tersebut dikumandangkan
semboyan “Hubb al-Wathan min al-Iman” (cinta tanah air adalah
salah satu cabang dari keimanan). Bahkan Muhammadiyah juga
kemudian mendirikan organisasi sayapnya (organisasi otonom)
dengan nama Hizbul Wathan (Pembela/ Tentara Tanah Air).
[ 257 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 258 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
27
Syarifuddin Jurdi, dkk. (peny.), 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan
Pembaruan Sosial Keagamaan, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 258–259.
[ 259 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 260 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
[ 261 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 262 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
[ 263 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 264 ]
Peran Strategisdan Tantangan Muhammadiyah
[ 265 ]
Senarai Pustaka
‘Abd Allāh Qar’āwī ibn Ibrāhīm ibn ‘Uthmān, Ahmad ibn Muham-
mad Ibn Hanbal. 1986. al-Muhassal: min musnad al-Imām Ahmad
ibn Hanbal, Matābi’ al-Khālid, Volume 2.
Abdul Mu’ti. 2009. Islam Berkemajuan. Jakarta: Al-Wasat
Abdul Munir Mulkhan. 1990. Pemikiran K.H.Ahmad Dahlan dan Muham-
madiyah: Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
______. 1990. Warisan Intelektual KH Ahmad Dahlan dan Awal Muham-
madiyah. Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan.
______. 1991. Islam (Yang) Menggembirakan. Yogyakarta: Metro.
______. 2010. Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad
Dahlan. Jakarta; Kompas Media Nusantara.
______. 2013. Ajaran dan Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta:
Galang Press.
______. 2010. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muham-
madiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Achmad Jainuri. 2002. Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan
Keagamaan Muhammadiyah Periode Awal. Surabaya: LPAM.
Adi Nugraha. 2009. Kiai Haji Ahmad Dahlan. Jakarta: Garasi.
Ahmad Najib Burhani. “Dari Teologi Mustad’afin Menuju Fiqh
Mustad’afin,” Muhammadiyah Studies.
______. 2010. Muhammadiyah Jawa. Ciputat: Al-Wasat Publishing
House.
Ahmad Syafii Maarif. Teologi Al-Ma’un Muhammadiyah, dalam
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/12/08/07/
m8dxq8-teologi-almaun-muhammadiyah.
[ 267 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 268 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 269 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 270 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 271 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
Michael Sherraden. 2006. Asset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Us-
aha Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Rajawali Press
Michele Borba. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Moh. Ali Aziz, 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana
MT. Arifin. 1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Muhammad Azhar. dkk., 2000. Pengembangan Pemikiran Keislaman
Muhammadiyah: antara Purifikasi dan Dinamisasi. Yogyakarta: LPPI
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Muhsin Kalida. 2004. Fundraising Dalam Studi Pengembangan Lemabaga
Kemasyarakatan. Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.
Mukhaer Pakkanna & Nur Achmad (peny.). 2005. Muhammadiyah
Menjemput Perubahan: Tafsir Baru Gerakan Sosial-Ekonomi-Politik.
Jakarta: Kompas, cet. ke-1.
Mukti Ali. 2005. “Rumah Tangga Sejahtera Bahagia dan Pembangu-
nan Negara,” dalam Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka
Antara, cet.3.
Munawwar Khalil. 2016. Modul Baitul Arqam. Yogyakarta: MPK Mu-
hammadiyah.
Musthafa Kamal Pasha, dan Ahmad Adaby Darban. 2002. Muham-
madiyah sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis.
Yogyakarta: LPPI UMY, cet. ke-2.
Nasution Harun. 1985. Pembaruan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Noor Chozin Agham. 2012. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah. Jakarta:
UHAMKA Press.
Nur Achmad & Pramono U. Tanthowi. 2000. Muhammadiyah “Digugat”,
Reposisi di Tengah Indonesia yang Berubah. Jakarta: Kompas, cet. ke-1.
Pimpinan Pusat Aisyiyah. Tuntunan Keluarga Sakinah. Dokumen Satu
Abad Aisyiyah. Muktamar ke-47 di Makassar, 18-22 Syawal 1436
H/ 3-7 Agustus 2015 .
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2010. Tanfidz Keputusan Muk-
tamar Satu Abad Muhammadiyah. Yogyakarta.
______. 2011. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah.
[ 272 ]
Ideologi Muhammadiyah
[ 273 ]
K E M U H A M M A D I YA H A N
[ 274 ]