ii PEDOMAN DAKWAH
PEDOMAN DAKWAH
ISLAM RAHMATAN LIL-A<LAMIN
Panduan Mubalig, Guru Pendidikan Agama Islam
Penulis
Abdi Kurnia Djohan
Editor
Siti Kholisoh & Rizal Mumazziq
PEDOMAN DAKWAH
ISLAM RAHMATAN LIL-A<LAMIN
(Panduan Mubalig, Guru Pendidikan Agama Islam)
WAHID FOUNDATION
Griya Gus Dur, Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Pegangsaan Menteng Jakarta
Pusat 10320
Telp : +62 21 – 3145671
Faks : +62 21 – 3928250
Media@wahidinstitute.org
www.wahidfoundation.org
FB Wahid Foundation
Twitter @Wahidfoundation
IG @Wahidfoundation
DAFTAR ISI
BAGIAN PERTAMA
MEMAHAMI PEKERJAAN RUMAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1
Dakwah Islam Rahmatan Lil-a>lamin, Antara Tantangan dan Pekerjaan
Rumah .................................................................................................................... 2
Pekerjaan Rumah Kelompok Islam Moderat................................................ 6
Isu dan Topik Materi Dakwah............................................................................. 12
Struktur Buku .......................................................................................................... 16
BAGIAN KEDUA
ISU-ISU AKIDAH DAN TAUHID DALAM ISLAM ..................................... 19
Memahami Lebih dalam Makna Akidah dan Tauhid.................................. 20
Hal-hal Membatalkan Syahadat........................................................................ 39
Bid'ah Sumber Kerusakan Umat........................................................................ 49
Al-Wala>’ Wa al-Bara>’................................................................................................ 56
Golongan yang Selamat ....................................................................................... 64
Ghuluw terhadap Nabi Muhammad................................................................. 73
BAGIAN KETIGA
ISU-ISU FIKIH YANG SERING DIPERDEBATKAN ................................... 77
Benarkah Islam Tidak Bermazhab?.................................................................. 77
Menjawab Tuduhan Haramnya Ziarah Kubur.............................................. 86
Ragam Pandangan Tentang Hijab..................................................................... 94
Beda Pandangan, Beda Akidah? ....................................................................... 101
BAGIAN KEEMPAT
RELASI ISLAM DAN NEGARA .......................................................................... 119
Penegakan Khilafah, Apakah itu Solusi? ........................................................ 120
Haramnya Hormat Bendera ............................................................................... 129
BAGIAN KELIMA
MEMBANGUN ISLAM MODERAT DI SEKOLAH ..................................... 139
vi PEDOMAN DAKWAH
PENGANTAR
Dakwah, dalam bentuk di’a>yah ini, yang kemudian mendominasi ruang publik
Tanah Air belakangan ini. Mimbar-mimbar dakwah di masjid, musholla
atau tabligh akbar, lebih menekankan kepada ajakan untuk mendukung
usaha yang dilakukan oleh pendakwah, termasuk juga gerakan politik yang
sedang dilakukan pendakwah. Jika pada masa lalu, dakwah lebih diarahkan
kepada mengembalikan orientasi pemahaman umat kepada al-akhla>k al-
Karimah, maka pada masa kini dakwah diarahkan kepada upaya membangun
dukungan di dalam mengkritik pemerintah.
Dalam situasi dakwah seperti itu, meluapkan amarah dan emosi terhadap
kebijakan pemerintah menjadi tidak terkendali. Sementara itu, di sisi lain,
dakwah yang bernuansa di’a>yah menggiring opini khalayak untuk memusuhi
keragaman pemikiran yang telah lama berkembang di masyarakat.
Akibatnya, dakwah pun tidak lagi menjadi forum untuk memunculkan solusi
yang membuat lega banyak pihak. Dakwah seperti kehilangan elannya
sebagai upaya untuk memunculkan uswatun hasanah.
Materi-materi yang ditulis di dalam buku ini, berasal dari hasil penelusuran
penulis terhadap pemikiran-pemikiran yang berkembang di kalangan pelajar
dan mahasiswa, yang ditengarai terperosok ke dalam jerat radikalisme. Dari
Buku kecil yang sederhana ini diikhtiarkan sebagai usaha untuk meng-
counter pemikiran-pemikiran yang mempunyai kecondongan yang lebih
berat ke arah pemikiran garis keras tersebut. Dengan adanya bekal
pemahaman epistemologi pemikiran garis keras itu, diharapkan para Guru
Agama Islam dan para mubalig, mampu melakukan pencegahan dini dari
meluasnya pemikiran radikal yang berpotensi merusak ikatan keumatan,
dan kebangsaan yang telah lama terjalin erat.
Ucapan terima kasih, saya ucapkan kepada Ibu Yenni Wahid, selaku
pimpinan The Wahid Foundation yang telah memberikan kesempatan
sehingga buku ini bisa diluncurkan kepada khalayak luas. Terima kasih
juga dihaturkan kepada Mbak Siti Kholishoh dan Gus Rizal Mumazziq
yang telah sudi menjadi editor atas buku sederhana ini. Tidak lupa, saya
mengucapkan terima kasih kepada Mas David yang dengan sabar menemani
saya menyelesaikan buku ini. Juga terima kasih saya ucapkan kepada para
pihak yang telah membantu selesainya penulisan buku ini.
Akhirnya, tidak ada gading yang tidak retak. Penulis mengakui bahwa
banyak kekurangan di dalam penulisan materi buku ini. Tegur sapa penulis
harapkan dari para pembaca, dalam rangka penyempurnaan buku ini.
Apa itu intoleransi? Apa itu radikalisme? Bagaimana toleransi dalam ajaran
Islam? Mengapa radikalisme harus ditolak? Pertanyaan-pertanyaan ini
kerap dihadapi guru-guru agama di sekolah-sekolah. Sepanjang perjalanan
Wahid Foundation mengembangkan sekolah damai di empat provinsi (Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta), tidak sedikit pengajar
agama Islam yang mengalami kesulitan menghadapi pertanyaan-pertanyaan
itu. Lebih sulit lagi, ketika ditanya masalah-masalah dalam teologi Islam
yang terkadang menjadi pembenar bagi tindakan-tindakan intoleran
dan kekerasan. Guru-guru agama, yang sebagian besar juga menjadi
penceramah agama di berbagai tempat, membutuhkan panduan ringkas
untuk merespon pertanyaan-pertanyaan itu.
x PEDOMAN DAKWAH
intoleran ke dalam kategori bahasan yang tepat seperti itu sangat penting.
Narasi-narasi teologis yang digunakan sebagai basis sikap intoleran kerap
menyembunyikan makna, sejarah atau narasi lain yang sesungguhnya
lebih otoritatif dan mengandung pengertian yang sangat pro-perdamaian
dan toleransi. Buku ini menyuguhkan argumen tanding yang tepat
untuk mengembalikan narasi-narasi teologis kepada pemahaman yang
proporsional.
Mujtaba Hamdi
B
agian ini memberikan penjelasan mengenai latar belakang ditulisnya
buku panduan ini. Fenomena dakwah saat ini, berikut dengan
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh umat Islam kelompok
moderat di Indonesia. Khususnya para Guru Pendidikan Agama Islam, yang
menjadi rujukan bagi para murid di sekolah.
Dakwah merupakan usaha yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.
Usaha dakwah—seperti sering dikatakan oleh para mubalig—adalah usaha
yang terus berlangsung sepanjang Dien al-Isla>m ini ada. Bagi setiap umat
Islam, dakwah merupakan kewajiban. Hanya saja kewajiban itu dilakukan
sesuai kemampuannya masing-masing.
2 PEDOMAN DAKWAH
Potensi, Tantangan dan Kendala
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa populasi umat Islam di
Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Statistik negara-negara
muslim di dunia menunjukkan bahwa jumlah umat Islam di negeri ini
menempati jumlah terbanyak sekitar 204 .807.000 jiwa. Jumlah terbesar
kedua adalah India dengan populasi sebesar 172 juta jiwa.
Dengan jumlah sebesar itu, Islam menjadi agama yang sangat mewarnai
kehidupan bernegara di Indonesia. Meskipun tidak dipersyaratkan bahwa
bentuk dan model bernegara harus sejalan dengan jumlah komposisi
penduduk, setidaknya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan negara juga
harus memperhatikan komposisi keagamaan yang dianut oleh penduduknya.
Saat ini, dakwah Islam menghadapi tantangan yang sangat berat. Tantangan
itu terutama berasal dari perubahan yang terjadi di masyarakat. Diakui
atau tidak, modernisasi mengubah dan mengeser perilaku keseharian di
masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama. Modernisasi ditandai
dengan maraknya penggunaan teknologi di dalam aktivitas kehidupan. Dan
yang paling berpengaruh adalah teknologi informasi.
Tantangan lain dari dakwah juga datang dari industrialisasi. Dari sisi
ekonomi, industrialisasi memang menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang
menjadi indikator meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat. Tapi dari
sisi moralitas, industrialisasi menghadirkan ancaman bagi tegaknya nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
Masalah lain dari dakwah adalah politik. Kehidupan politik yang tidak sehat
juga menjadi persoalan tersendiri dari dakwah. Belajar dari pengalaman
2014, dakwah di Indonesia menghadapi persoalan melebarnya fragmentasi
politik masyarakat sebagai dampak dari pemilihan presiden. Fragmentasi
itu terjadi karena ditariknya isu-isu keagamaan ke dalam persoalan politik
yang menyebabkan masyarakat tidak bisa membedakan antara persoalan
politik dengan persoalan keagamaan. Fragmentasi politik dipandang sebagai
masalah jika dihubungkan dengan keberadaan umat Islam yang secara tidak
langsung juga menentukan keberlangsungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dicintai.
4 PEDOMAN DAKWAH
5. Profesionalisme kerja dakwah jika dikaitkan dengan problematika
dakwah yang dihadapi.
INDUSTRIALISASI
DAKWAH
Selain itu, sebagaimana kata Syekh Abdullah bin Bayyah, “Kita sering kali
bercerita dan mengajar generasi muda kita tentang “sejarah peperangan”
dalam sejarah Islam, mengapa tidak kita terangkan tentang 40 orang
perwakilan yang Rasulullah kirim ke daerah lain untuk berdakwah dan
mengajar manusia kebaikan, tanpa peperangan yang membinasakan?”
6 PEDOMAN DAKWAH
Selain dua hal di atas, masih banyak peristiwa yang dialami oleh Rasulullah
yang menjadi bukti apabila dakwah beliau bersifat rahmatan lil-a>lamin . Visi
beliau bersifat jangka panjang dan berpijak pada kemashlahatan. Dalam
Perang Badar, misalnya, ketika umat Islam menang dan menahan para
petinggi kaum musyrikin, Umar bin Khattab mengusulkan agar semuanya
dipenggal. Namun, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengusulkan agar diadakan
penebusan tawanan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Usul Abu
Bakar inilah yang diterima oleh Rasulullah. Bahkan, beliau juga memberikan
tambahan usul yang menarik, yaitu tawanan Perang Badar ini mengajarkan
baca tulis kepada kaum muslimin, khususnya para pemudanya. Sehingga
dari sinilah, tradisi melek literasi bermula.
3 Michael H. Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Jakarta: Gramedia,
1994).
8 PEDOMAN DAKWAH
kapan mereka mau. Kemudahan itu walaupun dikatakan sebagai sebuah
kemajuan namun di sisi yang lain mengundang keprihatinan.
Hal ini merupakan sebuah ironi. Sebab, sering kali peredaran informasi
yang membanjir tidak diiringi dengan validitas konten. Akhirnya, hoaks
merajalela. Hoaks adalah kabar bohong yang dikemas seolah-olah benar.
Hoax ini lebih menyasar aspek emosional. Sebab, pada titik tertentu,
seseorang yang menerima, mempercayai dan menyebar hoaks tidak
mampu berpikir rasional dan logis. Jangan heran jika tsunami informasi
membuat banyak orang kehilangan sikap kritis mereka dalam menyaring
dan menerima informasi.4
4 Nadirsyah Hosen melalui bukunya, Saring Sebelum Sharing: Pilih Hadis Sahih, Teladani
Kisah Nabi Muhammad, dan Lawan Berita Hoaks (Jakarta: Bentang, 2019), menjelaskan
mekanisme berpikir dan bersikap kritis manakala menerima informasi. Saring di sini
berarti menyaring dan menyeleksi setiap informasi, dan sharing adalah mekanisme
penyebarannya.
Sementara itu di satu sisi, para guru agama dan para mubalig yang moderat
dan tidak mempunyai kecenderungan berpolitik, mempunyai kesulitan
ketika harus menyampaikan materi-materi tablig yang mengkombinasikan
antara isi khazanah keislaman klasik dengan isu-isu kontemporer. Pada
umumnya, penyampaian materi-materi tabligh yang dilakukan kebanyakan
para mubalig itu masih melanjutkan materi ta’lim yang pernah disampaikan
sebelum-sebelumnya.
10 PEDOMAN DAKWAH
Berpijak kepada uraian-uraian di atas, pedoman dakwah ini disusun sebagai
rujukan bagi para guru agama dan para mubalig di dalam menyampaikan
pesan-pesan Islam rahmatan lil-a>lamin yang berwawasan Nusantara, yang
menjadi ciri khas dakwah moderat, kepada para siswa atau mahasiswa.
Isi materi ini juga dapat disampaikan sebagai bahan kajian umum, yang
diadakan di perkantoran atau kumpulan lainnya.
Karena begitu banyaknya isu yang dilempar dan beredar itu, para mubalig
dan Guru-guru Pendidikan Agama Islam mengalami kesulitan untuk
melakuan counter terhadap isu-isu, yang khususnya, mengarahkan kepada
pelajar untuk sikap intoleran, dan bahkan ekstrem. Upaya-upaya yang
selama ini dilakukan untuk meredam tindak radikalisme dan intoleransi,
masih bersifat tambal sulam. Bahkan, lebih sering tidak mencapai sasaran.
12 PEDOMAN DAKWAH
Karena itu, isu fikih tidak bisa dijadikan sebagai alat promosi dan pro-paganda
yang efektif. Bagi mereka, menyajikan isu fikih sebagai alat promosi pada
gilirannya hanya akan menyisakan perdebatan tidak berujung di antara kalan-
gan awam. Ditambah lagi, karakter materi fikih tidak akan membang-kitkan
fanatisme dan militansi kelompok sebagaimana yang diharapkan.
1. Tauhid;
2. Ubu>diyyah (peribadatan);
3. Harakah (gerakan), yang di dalamnya mencakup penyikapan kelompok
terhadap fenomena sosial politik yang berkembang di tengah
masyarakat.
Ketiga isu di atas merupakan backbone (tulang punggung) dari isu-isu lain
yang merupakan pengembangan dari ketiganya. Isu tauhid merupakan
isu utama yang digunakan untuk menarik perhatian masyarakat terhadap
tawaran yang kelompok radikal berikan. Isu tauhid memang sengaja
dijadikan sebagai tawaran pertama yang dilempar, karena perbincangan
tentang tauhid dianggap tidak mengandung konten khilafiah sebagaimana
fikih. Selain itu, kalangan radikalis berpendapat bahwa yang pertama kali
harus diperbaiki dari masyarakat Islam adalah pemahaman tauhidnya.
Jangan heran jika kalangan yang menjunjung tinggi isu tauhid ini menjuluki
dirinya sebagai kaum muwahhidun alias kelompok yang bertauhid. Pada
giliranya, aspek ketauhidan ini yang menjadi titik pijak dalam melihat
kelompok lain yang berbeda.
s}ahih ul-Ubu>diyyah
(peribadatan yang benar)
MASYARAKAT
MASYARAKAT ISLAMI
ISLAMI s}ahih al-Manhaj Melalui
Melalui jalan (metode yang benar dalam perubahan
damai beragama) yang bersifat
mendasar
NASRUN MINALLAH
(pertolongan dari Allah)
FATHUN QORIB
(kemenangan yang dekat)
Dari alur yang disajikan di dalam bagan di atas, berikut adalah topik-topik
dakwah yang umumnya dijadikan sebagai bahan kaderisasi di kalangan
radikal.1.
14 PEDOMAN DAKWAH
Akidah Fikih Politik
2. Hal-hal yang 2. Hukum 5. Kewajiban menegakkan
membatalkan hanya syariat Islam secara kaffah
Syahadat; Milik 6. Siapa yang dimaksud dengan
3. Bid'ah sumber Allah? Ulil amri ?
kerusakan umat 3. Beda 7. Jahiliah di dalam Sistem
4. Golongan Yang pandangan, Pemerintahan
Selamat beda 8. Bertoleransi dalam Islam
5. Ghuluw akidah? 9. Radikalisme: adakah Islam
(berlebih- 4. Haramnya radikal itu ?
lebihan) ziarah 10. Aurat perempuan
terhadap Nabi kubur 11. P enegakan syariat Islam:
Muhammad Jihad?
6. Beda Pandangan, 12. Membangun Islam moderat di
Beda Akidah Sekolah
Pandangan hitam putih yang bersifat vis a vis inilah yang kemudian
menimbulkan cara pandang yang dikotomis: saya versus dia, kami versus
mereka, haq versus ba>thil, dan seterusnya. Cara pandang yang terbukti
menimbulkan banyak problem seperti simplifikasi masalah, miskin analisis,
dan kering tawaran solutif.
Untuk mencapai tujuan itu, pedoman ini dibuat dengan struktur sebagai
berikut:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan Tiga Materi Utama (Akidah, Fikih, dan Politik). Bahasan
ini berusaha menggambarkan peta masalah yang selalu diangkat
sebagai bahan dakwah yang mengarah kepada provokasi dan agitasi
terhadap kelompok lain,
Isu-isu dakwah yang dikembangkan oleh kalangan radikalis dan
intoleran itu, kiranya perlu disikapi dengan mengembangkan counter-
issue (isu tandingan) sebagai jawaban atas isu-isu yang dilemparkan di
tengah masyarakat. Counter Issue ini penting karena berfungsi sebagai
klarifikasi atas permasalahan yang diangkat dan dikembalikan kepada
pemahaman yang proporsional.
3. Profil Gerakan Islam Transnasional. Sebagai tambahan wawasan bagi
pengajar, di bagian ini akan disampaikan informasi singkat tentang
gerakan Islam Transnasional yang berkembang di Indonesia sejak era
1980-an. Gerakan Islam Transnasional adalah gerakan politik yang
menggunakan wajah keagamaan pada saat mengembangkan sayapnya
di Indonesia. Gerakan ini dibawa oleh para alumnus kampus Timur
Tengah.5 Di era Orde Baru, gerakan Islam Transnasional ini tiarap
karena represi rezim. Namun, pasca reformasi, mereka bergerak solid
dan membentuk jejaring-jejaring baru dan teknik rekrutmen yang
lebih massif dan terstruktur. Terlebih, sel gerakan mereka yang
menyusup di kampus dan birokrasi turut memperkokoh basis gerakan
kelompok ini.
5 Ainurrofiq al-Amin, mantan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengupas jerohan
organisasi terlarang ini melalui buku karyanya, Membongkar Proyek Khilafah ala Hizbit
Tahrir Indonesia (HTI) (Yogyakarta: LKiS, 2012).
16 PEDOMAN DAKWAH
gerakan ini memilih bergerak secara halus. Bermetamorfosis menjadi
gerakan kultural, namun tetap mempropagandakan khilafah.6
6 Nadirsyah Hosen mengupas akar sejarah dan doktrin gerakan Islam Transnasional ini
melalui dua buku karyanya, Islam Yes, Khilafah No: Doktrin dan Sejarah Khilafah Islam dari
Khulafa’ Ar-Rasyidun hingga Umayyah (Yogyakarta: UIN Suka Pres, 2018), serta Islam
Yes, Khilafah No: Dinasti Abbasiyyah, Tragedi, dan Munculnya Khawarij Zaman Now
(Yogyakarta: UIN Suka Pres, 2018).
B
agian kedua ini akan dibagi beberapa bab yang membahas tema-tema
terkait dengan persoalan akidah dan tauhid. Pembahasan akidah dan
tauhid ini sering menjadi tema-tema dakwah kelompok-kelompok
intoleran dan radikal untuk membangun keislaman yang eksklusif dan
ekstrem. Sering kali , dengan bekal pengetahuan terbatas mengenai tauhid,
kelompok ini kemudian membangun eksklusivitas sembari menebarkan
teror justifikatif.
Gambaran Umum
Pembahasan awal dimulai dengan menjelaskan landasan pemikiran,
argumen yang dibangun mengenai tauhid serta karakteristik penyampaian
dan dalil-dalil yang digunakan untuk membangun militansi kelompok
intoleran di berbagai pengajian eksklusif, lalu di bagian selanjutnya kita
menjelaskan sekaligus untuk meluruskan argumentasi tersebut. Dan counter
atas landasan yang digunakan serta ulasan berdasarkan dasar hukum.
Tentang “Akidah”
Sebelum masuk ke dalam pembahasan materi tentang akidah, perlu
dijelaskan terlebih dahulu makna akidah, yang dianggap sebagai ruh dari
ajaran Islam. Kata “akidah” berasal dari kata kerja “‘aqada” ( )عقدyang
maknanya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Di dalam kamus
al-Mu’jam al-Wasit> h kata “’aqada ” ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang seperti diikat.7
20 PEDOMAN DAKWAH
dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu
pun yang menyerupai-Nya.9
Tauhid
Topik tauhid senantiasa dijadikan sebagai materi pembuka di hampir
sebagian besar pengajian yang diadakan oleh kelompok intoleran.
Sebagaimana umat Islam pada umumnya, pengetahuan tentang tauhid
merupakan pondasi untuk memahami struktur bangunan ajaran Islam
secara utuh. Namun, kesalahpahaman di dalam memahami makna tauhid
dan penerapannya di masyarakat dapat berakibat fatal. Sebagian umat
Islam menjadikan tauhid sebagai alasan untuk membangun sikap intoleran—
bahkan permusuhan—terhadap siapa saja yang berada di luar kelompoknya.
Fenomena ini sering dijumpai di kalangan kelompok intoleran. Mereka
menjadikan isu tauhid ini sebagai pintu masuk untuk membangun militansi
sekaligus ketidaksukaan terhadap kelompok lain di luar pengajiannya.
9 Zakky Mubarak, Menjadi Cendekiawan Muslim: Kuliah Islam di Perguruan Tinggi Umum,
cetakan I, (Jakarta: Yayasan Ukhuwwah Insaniyah, 2007), hal. 141
Karakteristik Materi
Dari hasil amatan terhadap materi-materi tauhid yang disampaikan di
kalangan intoleran, ditarik kesimpulan bahwa dari materi tauhid yang
mereka kembangkan adalah bercorak:
1. Provokatif;
2. Menguatkan sikap non-kompromi;
3. Membangun militansi.
22 PEDOMAN DAKWAH
Pemahaman terhadap pernyataan-pernyataan dasar yang dikembangkan
kelompok intoleran, penting untuk dikuasai sebagai bekal untuk menyadar-
kan kalangan pelajar yang baru tertarik terhadap ajakan-ajakan menuju
radikalisme.
بـَيـْنـَُه ْم ِف َما ُه ْم فِ ِيه َيْتَلِ ُفو َن قلى إِ َّن اللَّهَ َل يـَْه ِدي َم ْن
sebagai
perantara di
dalam berdoa.
ب َك َّف ٌار ٣ ِ
ُه َو َكاذ ٌ
Orang yang QS Yusuf (12):106
menolak tauhid
dan enggan
mempelajarinya
َوَما يـُْؤِم ُن أَ ْكثـَُرُه ْم بِاللَّ ِه إَِّل َوُه ْم ُم ْش ِرُكو َن ١٠٦
adalah orang-
orang yang
menentang
risalah.
َل َِت ُد قـَْوًما يـُْؤِمنُو َن بِاللَّ ِه َوالْيـَْوِم ْال ِخ ِر يـَُو ُّادو َن َم ْن َح َّاد
orang-orang
yang menentang
اللَّهَ َوَر ُسولَهُ َولَ ْو َكانُوا آبَاءَ ُه ْم أ َْو أَبـْنَاءَ ُه ْم أ َْو إِ ْخ َوانـَُه ْم
Allah dan
dakwah Rasul
ب ِف قـُلُوبِِم ِْ
الميَا َن َوأَيَّ َد ُه ْم َ ت
َ ك
َ كَ أَو ع ِشريتـهم ج أُوٰلَئِ
ْ َ َ َُ ْ
ُ
َّات َْت ِري ِم ْن َْتتِ َها ْالَنـَْه ُار وح ِمْنه وي ْد ِخلُهم جن ٍ صلى
ِ
بُر ٍ ُ َ ُ ُ ْ َ
خالِ ِد ِ
ضوا َعْنهُ أُوٰلَئِ َ ين ف َيها َر ِض َي اللَّهُ َعنـْ ُه ْم َوَر ُ
ج ج
ك َ َ
ِ ِ ِ ِ ج ِ
ب اللَّه ُه ُم الْ ُم ْفل ُحو َن ب اللَّه أََل إِ َّن ح ْز َ ح ْز ُ
Berikut ini adalah list yang berisi kumpulan dalil yang digunakan untuk
menjelaskan tauhid rububiyyah yang dimaksud:
Al-Quran Hadis
Tauhid Ulu>hiyyah
Apa itu tauhid ulu>hiyyah? Syekh Sholih bin Abdul Aziz bin Ibrahim Syekh
menjelaskan bahwa makna dari tauhid ulu>hiyyah adalah mengesakan
Allah melalui beragam perbuatan hamba, yang arahnya adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Jika perbuatan yang dilakukan hamba itu
hanya diperuntukkan bagi Allah saja, ia akan dianggap sebagai orang yang
bertauhid. Namun, jika perbuatan yang dilakukannya itu karena Allah dan
karena selain Allah, ia dikategorikan sebagai pelaku perbuatan syirik di
dalam ibadah.10
10 Sholih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim alu Syekh, al-Tamhid li Syarhi Kitabi
al-Tauhid (Riyadh: Dar ul-Tauhid, 2003), hal. 7
11 Ibid., hal. 7
12 Ibid., hal. 9
26 PEDOMAN DAKWAH
فاألكري هو املخرج,التقسيم األول وهو تقسيم الشرك إىل أكري وأصغر
, و األصنام, عبادة األوثان: فمثال الظاهر من الشرك األكري...من امللة
... واألموات والغائبني,وعبادة القبور
“Pembagian pertama dari pembagian syirik itu adalah syirik akbar (besar) dan
syirik ashg{ar (kecil). Yang dimaksud dengan syirik akbar adalah perbuatan
syirik yang dapat membuat pelakunya keluar dari agama. Contoh nyata dari
syirik akbar adalah menyembah patung, beribadah kepada kuburan, mayit,
atau kepada orang yang sudah lama tiada.”13
Kontra Narasi
Realitas:
Tertanam di dalam benak pemikiran masyarakat, khususnya umat Islam,
jika sebuah pendapat diiringi dengan kutipan ayat al-Quran, hadis, atau
pendapat ulama, pendapat itu cenderung dianggap sebagai kebenaran final
yang tidak boleh dikritisi.
13 Ibid., hal. 9
Tuduhan murtad dan syirik kepada kaum muslimin yang sering berziarah
kubur maupun bertawasul dengan nama para wali adalah tuduhan yang
sangat kasar. Di berbagai buku dan ceramah, para mubalig garis keras
senantiasa menyebarkan kecurigaan ini.
Padahal, dalil berziarah kubur dan menziarahi makam para kekasih Allah
juga memiliki dalil yang jelas. Ustaz Ma’ruf Khozin, Ketua Aswaja Center
PWNU Jatim, misalnya, membuat buku bagus yang bukan hanya menolak
tuduhan sebagai “penyembah kubur”, melainkan juga menulis adab dan
tatacara berziarah kubur yang sesuai dengan petunjuk Islam.
Selain ilmiah dan argumentatif, kedua buku karya ulama muda di atas
menjadi bagian dari upaya meng-counter tuduhan nista apabila para peziarah
kubur adalah orang syirik karena “menyembah kuburan” dan bertawasul
dengan para kekasih-Nya.
28 PEDOMAN DAKWAH
b. Memusyrikkan orang Islam yang melakukan istiga>tsah, tabarruk,
tawassul dengan para nabi, wali dan orang saleh berdasarkan tauhid
ulu>hiyyah.
c. Memahami ayat-ayat dan hadis mutasyabihat, khususnya yang
berkaitan dengan sifat-sifat Allah dengan makna lahiriyahnya dan
terjebak pada paham tajsi>m yang menganggap Allah berjisim seperti
makhluk.14
Tinjauan Teoritis
Penggunaan ayat-ayat al-Quran di atas jika dilakukan tanpa melibatkan
ilmu akan berakibat fatal. Ayat-ayat al-Quran tidaklah dapat berbicara
sendiri. Ia tentu sangat bergantung kepada pihak yang membacanya. Jika
pihak yang membacanya mempunyai sikap yang arif dan bijaksana, maka
hasil penafsiran terhadap al-Quran adalah lahirnya sikap yang bijaksana,
dalam arti menempatkan masalah pada tempatnya. Namun, sebaliknya jika
pihak yang membaca al-Quran adalah orang yang mempunyai kepentingan
tertentu atau ketidaksukaan tertentu terhadap suatu kelompok, hasil
pembacaan al-Quran itu adalah sikap-sikap yang menyimpang dari tujuan
diturunkannya al-Quran itu sendiri. Ia tidak akan menjadi petunjuk (hidayah)
bagi orang yang membacanya. Tapi, malah menjadi dasar pembenar atas
tindakan orang yang membacanya. Di titik inilah, sikap ekstrem itu lahir,
tumbuh dan berkembang dengan menggunakan al-Quran sebagai dasar
pembenar.
Setiap muslim wajib membaca al-Quran, tapi tidak semua orang Islam
bisa memberikan penafsiran terhadap al-Quran. Setiap muslim juga
wajib berpegang teguh pada al-Quran, tapi tidak semua muslim bebas
mengeluarkan fatwa dan beristinbat serta berijtihad berdasarkan al-
Quran. Sebab, ada banyak syarat untuk menjadi seorang mufasir, mufti, dan
qa>di} (hakim). Jika semua muslim dibebaskan untuk menafsirkan dan bahkan
menggali hukum berdasarkan kitab suci ini, maka kajian tafsir dan hukum
14 Tim Aswaja NU Center Jawa Timur, Khazanah Aswaja: memahami, Mengamalkan dan
Mendakwahkan Ahlussunnah wal Jama’ah (Surabaya: Tim Aswaja NU Center Jatim, 2016),
hal. 168.
30 PEDOMAN DAKWAH
umat Islam yang berbeda pendapat sebagai “penyembah kuburan”, musyrik,
murtad, zindiq, dan tuduhan lain yang menyakitkan. Sebab, pada dasarnya,
bertauhid bukan hanya membebaskan diri dari kesyirikan kepada-Nya,
melainkan juga menyadari dirinya sebagai seorang hamba-Nya. Seorang
yang akidahnya kokoh, mustahil gampang menyalahkan pihak lain, apalagi
menuduh orang lain sebagai musyrik, dan sebagainya.
ِ ِ
ت لَ َّعانًا ُ ْإَِّنَا بُعث
ُ ْت َر ْحَةً َوَما بُعث
Nabi Muhammad bersabda, “Sungguh aku diutus hanya sebagai rahmat, dan
tidaklah aku diutus sebagai tukang melaknat” (HR. Al-Bukhari di dalam al-
Adab ul-Mufrad)
Dengan menggunakan dalil al-Quran dan hadis yang sama, pemateri dapat
menjelaskan maqa>s}id (tujuan) dari dalil-dalil ke tempatnya semula:
a. QS Muhammad (47):19
Para ulama tafsir sepakat di dalam pemahaman bahwa ayat ini berbicara
tentang pentingnya mempelajari tauhid dan memahami keesaan Allah.
b. QS al-Shaffa>t (37):35
32 PEDOMAN DAKWAH
Al-Thabari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang-orang
yang bersikap sombong ketika disampaikan “La> ila>ha illa Allah” (tidak
ada tuhan kecuali Allah) adalah orang-orang musyrikin Makkah.
Penafsiran al-Thabari itu diikuti oleh Syekh Abdurrahman al-Sa’di.
Penafsiran kedua ulama ini didasarkan kepada fakta sejarah tentang
kerasnya penentangan tokoh-tokoh Quraisy terhadap dakwah Nabi
Muhammad. Kerasnya penentangan itu ditunjukkan di dalam QS
Al-Mudatsir [74]:18-23, tentang al-Walid ibnu al-Mughirah. Dari
penjelasan ini, dapat dipahami sikap tegas ditunjukkan al-Quran,
setelah sebelumnya muncul permusuhan dari orang-orang yang enggan
menerima dakwah Nabi Muhammad.
Ayat ini tidak dapat dipahami bahwa setiap orang yang menolak
dakwah Nabi Muhammad, harus dimusuhi. Dalam praktik, ajakan
Nabi Muhammad tidak diterima oleh beberapa penguasa negara,
seperti Heraklius, Kaisar Romawi, Muqauqis Penguasa Mesir, dan
Kisra Penguasa Persia. Heraklius menolak secara halus ajakan Nabi
Muhammad itu, sambil memberi pengakuan bahwa Muhammad benar
adalah seorang Nabi. Muqauqis, Penguasa Mesir, juga menolak ajakan
Nabi Muhammad, namun penolakan itu disampaikan secara diplomatis
dengan menghadiahkan Nabi Muhammad dua orang budak. Sedangkan
d. QS al-Jin (72): 18
ِ ِِ ِ
َ َن الْ َم َساج َد للَّه فَ َل تَ ْدعُوا َم َع اللَّه أ
َح ًدا َّ َوأ
e. QS az-Zumar (39):3
ين َّاتَ ُذوا ِم ْن ُدونِِه أ َْولِيَاءَ َما نـَْعبُ ُد ُه ْم ِ َّالالِص ج وال
َ َ ُ َْ ِّين
ذ ِِ
ُ أََل للَّه الد
إَِّل لِيـَُقِّربُونَا إِ َل اللَّ ِه ُزلْ َف ٰى إِ َّن اللَّهَ َْي ُك ُم بـَيـْنـَُه ْم ِف َما ُه ْم فِ ِيه َيْتَلِ ُفو َن
ِ ِ
ٌ إِ َّن اللَّهَ َل يـَْهدي َم ْن ُه َو َكاذ
قلى
ب َك َّف ٌار
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada
Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”
34 PEDOMAN DAKWAH
Jika dikatakan bahwa ayat ini melarang umat Islam menjadikan para
nabi dan orang-orang soleh sebagai perantara di dalam berdoa kepada
Allah, pemahaman itu tidaklah tepat. Syekh Shalahuddin al-Idlibi
menjelaskan bahwa orang yang menyeru kepada makhluk Allah, dengan
keyakinan bahwa ia dari aspek zat tidak mempunyai kekuasaan atas apa
yang diminta, tapi meyakini bahwa Allah memberikannya kewenangan
untuk menguasai sesuatu, maka tidak ada hukum yang bisa digunakan
untuk menuduhnya syirik. Ikhtilaf di dalam masalah ini terletak kepada
aspek hukumya, di antara kesunnahan atau kebolehan. Apakah benar
Allah memberikan kewenangan kepada makhluk-Nya akan suatu
urusan? Syekh al-Idlibi memberi contoh kisah Imam Ahmad yang
pernah tersesat dalam perjalanan pulang dari melaksanakan ibadah
haji. Abdullah ibnu Ahmad, putera dari Imam Ahmad, meriwayatkan
bahwa ketika mengalami keadaan itu, Imam Ahmad berdoa, “wahai
hamba-hamba Allah, tunjukkan saya jalan.”, Imam Ahmad berulang-
ulang mengucapkan itu sampai akhirnya ia menemukan jalan ke arah
kampung halamannya. (al-Idlibi, tt: 35) Apa yang dilakukan oleh Imam
Ahmad itu didasarkan kepada riwayat Abdullah ibnu Abbas ra.
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan
lain).”
g. QS al-Muja>dalah (58): 22
ِ ِ ِ ِ ِ
َُل َت ُد قـَْوًما يـُْؤمنُو َن بِاللَّه َوالْيـَْوم ْالخ ِر يـَُو ُّادو َن َم ْن َح َّاد اللَّهَ َوَر ُسولَه
َ َِولَ ْو َكانُوا آبَاءَ ُه ْم أ َْو أَبـْنَاءَ ُه ْم أ َْو إِ ْخ َوانـَُه ْم أ َْو َع ِش َريتـَُه ْم أُوٰلَئ
ج
ك
ٍ وح ِمْنه صلى وي ْد ِخلُهم جن ِ ِْ ب ِف قـُلُوبِِم
َّات َ ْ ُ ُ َ ُ ٍ الميَا َن َوأَيَّ َد ُه ْم ب ُر ُ َ ََكت
ِ َت ِري ِمن َتتِها ْالَنـهار خالِ ِد
ُ ين ف َيها َر ِض َي اللَّهُ َعنـْ ُه ْم َوَر
ج
ُضوا َعْنه َ َ ُ َْ َ ْ ْ ْ
ب اللَّ ِه ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َنَْز حِ ك ِحزب اللَّ ِه ج أََل إِ َّن
ُْ َ ِج أُوٰلَئ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
36 PEDOMAN DAKWAH
pentingnya menjaga keutuhan bangsa dan NKRI dari pihak-pihak yang
berusaha merongrong kesatuan dan keutuhan bangsa serta negara.
1. Independensi;
2. Akuntabilitas di dalam amal;
3. Profesionalisme di dalam pekerjaan;
4. Mempunyai komitmen yang kuat terhadap kesepakatan atau perjanjian;
5. Bersikap jujur dan amanah.
38 PEDOMAN DAKWAH
Hal-Hal Membatalkan Syahadat
Gambaran Umum
Walaupun topik ini semula dimaksudkan untuk menegaskan identitas dan
komitmen keislaman, di dalam praktek, topik ini justru dijadikan sebagai alat
ukur untuk membedakan in-group dari out-group. Arah dari topik ini adalah
memposisikan muslim di luar kelompok sebagai “kafir” yang pada gilirannya
nanti boleh dimusuhi atau bahkan boleh diperangi.
Belakangan ini muncul narasi antara lain orang yang berteman dengan
berbeda keyakinan, mengucapkan selamat hari raya umat agama lain,
mendukung salah satu pasangan calon yang berbeda masuk kategori hal-
hal membatalkan syahadat. Sehingga narasi demikian harus diluruskan
disertai dengan dasar hukum, landasan teori dan argumentasi yang tepat.
Karakteristik
Karakteristik dari materi ini sama dengan karakteristik dari materi tauhid.
Rujukan materi ini banyak mengambil pemikiran Muhammad bin Abdul
Wahab, yang kemudian diperjelas uraiannya oleh Abdul Aziz bin Baz di
dalam Subul al-Salam ‘an Qawathi’ al-Islam dan Sholih bin Fauzan al-Fauzan
di dalam Syarh Nawa>qid{ al-Islam.
Dalil :
QS al -Mumtahanah (60):3, QS Ibrahim (14):35. Hadis Nabi Muhammad:
ِ َ من بد
َُّل ديـْنَهُ فَاقـْتـُلُ ْوه َ َْ
“Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah oleh kalian.” (HR Al-Bukhari)
Menjawab Syubhat
Di antara syubhat yang dikembangkan terkait dengan tema “Hal-hal yang
dapat membatalkan syahadat” adalah pertanyaan-pertanyaan tentang:
Beberapa syubhat di atas akan dijelaskan di bagian kontra narasi berikut ini.
Kontra Narasi
Para ulama baik dari sebagian kalangan Salafi maupun dari kalangan Sunni
menyadari betapa rawannya pembahasan tentang nawa>qid{ al-syahadatain
(hal-hal yang membatalkan dua kalimat syahadat) ini. Sebagian dari
kalangan ulama Salafi yang menyadari itu adalah Syekh al-Syarif Hatim
al-Auni, pengajar di Universitas Umm al-Qura' Makkah. Adapun dari
40 PEDOMAN DAKWAH
kalangan Sunni, kesadaran tentang rawannya pembahasan tentang nawa>qid{
al-syahadatain itu adalah Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani,
Syekh Ramadan al-Buthi, Syekh Jamil Halim al-Husaini, Syekh Umar
Abdullah Kamil dan Syekh Shalahuddin al-Idlibi. Mereka mengkhawatirkan
pembahasan tentang nawa>qid{ al-syahadatain itu akan disalahgunakan
untuk menyebarkan pemahaman yang ekstrem tentang ajaran Islam.
Kekhawatiran tersebut mereka tuangkan ke dalam karya-karya yang sudah
tersebar luas di tengah masyarakat.
1. Bahwa di dalam menyimpulkan pesan dari teks al-Quran dan juga hadis
Nabi, penting untuk memperhatikan perbedaan di antara nash (teks),
tafsir al-nash (tafsir terhadap teks), dan tathbi>q al-nas (implementasi
terhadap teks). Para ulama menganggap bahwa pangkal kesesatan
berpikir tentang nawa>qid{ al-syahadatain bermula dari tidak dikenalinya
tiga perbedaan tersebut.
2. Bahwa tafsir terhadap teks membutuhkan perangkat ilmu, metodologi,
serta pengetahuan yang dapat menjaga penafsir dari kekeliruan atau
bahkan kesalahan di dalam penafsiran. Tidak dilibatkannya penggunaan
metodologi, dan dipinggirkannya pengetahuan yang berkaitan dengan
penafsiran terhadap teks al-Quran dan hadis itu, yang memunculkan
pemahaman yang keliru—bahkan terkesan asal-asalan terhadap
pembahasan tentang nawa>qid{ al-syahadatain.
3. Bahwa di dalam setiap simpulan hukum yang disampaikan memiliki
syarat, batasan, kontekstualisasi, dan patokan-patokan. Jika perangkat-
perangkat itu tidak dimiliki ketika menafsirkan teks, ini disamakan
dengan orang yang melaksanakan salat tanpa t}aharah (bersuci),
tanpa menutup aurat, atau tanpa memedulikan masuknya waktu.
Menafsirkan teks al-Quran atau hadis tanpa perangkat ilmu tadi, dapat
disamakan dengan orang yang menyangka bahwa melaksanakan salat
cukup dengan gerakan saja karena sudah pasti diterima Allah.
Para ulama juga menduga telah terjadi manipulasi atas pendapat para
ulama salaf, yang dilakukan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab,
terhadap persoalan nawa>qid{ al-syahadatain. Dugaan itu didasarkan kepada
analisis terhadap simpulan yang ditarik oleh Syekh Muhammad bin Abdul
Wahab. Di dalam menyimpulkan perkara-perkara nawa>qid{ al-syahadatain,
Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengupas secara tuntas
semua faktor yang menyebabkan batalnya syahadat seorang muslim,
sebagaimana tercantum di dalam al-Quran, hadis, dan pembahasan para
ulama sebelumnya. Demikian Syekh Muhammad bin Abdul Wahab juga
membangun simpulan yang dinisbahkan kepada para ulama, padahal tidak
satu pun ulama yang mengatakannya.
42 PEDOMAN DAKWAH
Para ulama, selain Muhammad bin Abdul Wahab, banyak yang membahas
tentang perkara-perkara yang membatalkan keislaman. Hanya saja
pembahasan mereka dimasukkan ke dalam perkara ikhtilaf. Mereka tidak
menjadikan pembahasan itu sebagai kaidah yang dijadikan sebagai patokan
yang harus diikuti oleh umat Islam.
Selain itu, para ulama masa lalu sepakat bahwa orang yang mengucapkan
dua kalimat syahadat, dianggap sebagai muslim dan berlaku pada dirinya
hukum Islam. Sedangkan menghukuminya dengan status keluar dari Islam,
harus didasarkan kepada keyakinan, bukan kepada prasangka, mengikuti
kaidah:
Oleh karena itu, para ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa perkara hal-
hal yang dapat membatalkan syahadat berada di ranah ijtihad. Sehingga
pendapat yang dikemukakan oleh seorang ulama, dalam masalah ini, tidak
dapat dijadikan sebagai patokan, dikarenakan tidak ditemukannya ijmak
(kesepakatan) di antara para ulama.
َل يـَنـْ ٰه ُك ُم اهللُ َع ِن الَّ ِذيْ َن َلْ يـَُقاتِلُوُك ْم ِف الدِّيْ ِن َوَلْ ُيْ ِر ُج ْوُك ْم ِم ْن ِديَا ِرُك ْم
ي ِِ
َ ْ ب الْ ُم ْقسط ُّ اَ ْن تـَبـَُّرْوُه ْم َوتـُْق ِسطُْوا اِلَْي ِه ْم اِ َّن اهللَ ُِي
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil, terhadap orang-
orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir
kalian dari kampung halaman kalian. Sungguh Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.”
44 PEDOMAN DAKWAH
kepada mereka yang berbeda agama, yaitu mereka yang tidak menyatakan
permusuhan atas nama agama, atau mengusik martabat kaum perempuan
muslimah dan merampas hak anak-anak muslim.16
Di dalam hadis riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa ibunda dari Asma
binti Abu Bakar, mertua Nabi Muhammad, datang kepada Asma di Madinah
dengan membawa hadiah berupa minyak samin dan masakan. Pada waktu
itu, ibunda dari Asma belum masuk Islam. Asma menolak kedatangan
ibunya dan menolak semua pemberian itu. Mengetahui peristiwa itu, Aisyah
bertanya kepada Nabi Muhammad, lalu turunlah surah al-Mumtahanah ayat
8 di atas. Nabi menyuruh Asma untuk menyambut ibunya, menerima hadiah
yang dibawakan, serta mengajaknya masuk ke dalam rumah.17
ني ۖ َوَم ْن يـَْف َع ْل ِِ ِ ِ ِ َّخ ِذ الْم ْؤِمنُو َن الْ َكافِ ِر ِ َل يـت
َ ين أ َْوليَاءَ م ْن ُدون الْ ُم ْؤمن َ ُ َ
ِ ٍ ِ ِ ك فـلَي ِٰ
ُس م َن اللَّه ِف َش ْيء إَِّل أَ ْن تـَتـَُّقوا منـْ ُه ْم تـَُقا ًة ۗ َوُيَ ِّذ ُرُك ُم اللَّه َ ْ َ َ َذل
ِ ِ ِ
ُنـَْف َسهُ ۗ َوإ َل اللَّه الْ َمصري
16 Lihat Abu al-Fida Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim (Beirut: Dar ul-Fikr, 1994), Jilid
ke-4, hal. 419
17 Abu al-Fida Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, Jilid ke-4 hal. 419
ِ ِ ِ ِ َّ
ُض ُه ْم أ َْوليَاء
ُ َّص َارى أ َْوليَاءَ بـَْع
َ ود َوالن
َ ين َآمنُوا َل تـَتَّخ ُذوا الْيـَُه َ يَا أَيـَُّها الذ
ِِ ِ ِ ِ
َ ض َوَم ْن يـَتـََوَّلُ ْم مْن ُك ْم فَِإنَّهُ منـْ ُه ْم إِ َّن اللَّهَ َل يـَْهدي الْ َق ْوَم الظَّالم
ني ٍ بـَْع
Kedua, tidak semua ayat al-Quran mengandung makna yang sifatnya qath’i
(pasti). Ada pula yang mengandung makna yang sifatnya z{anny (relatif).
Menilai suatu ayat itu qath’i atau z{anny diperlukan banyak perangkat
keilmuan.
46 PEDOMAN DAKWAH
Ketiga, ayat-ayat yang bertalian dengan sikap terhadap non-muslim, harus
dilihat secara jeli, karena di dalam al-Quran, tidak semua non-muslim
dianggap musuh.
18 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, cetakan VIII,
(Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), Volume I, hal. 62
19 ibid.
48 PEDOMAN DAKWAH
Bid'ah Sumber Kerusakan Umat
Gambaran Umum
Makna bid'ah menurut bahasa adalah sesuatu yang diadakan setelah
sempurnanya sebuah perkara. Dalam kaitannya dengan agama Islam, makna
bid'ah adalah menambah sesuatu yang baru di dalam ajaran agama, yang
tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad atau para sahabat.
Kontra Narasi
1. Menentukan sebuah perkara masuk ke dalam kategori bid'ah atau
bukan, jelas bukan merupakan urusan yang sederhana.
2. Para ulama dari kalangan Aswaja (Ahl al-Sunnah wa al-Jama> a h)
berpendapat bahwa untuk menentukan sebuah perkara masuk ke
dalam kategori bid'ah atau tidak, diperlukan kecermatan analisis dan
pertimbangan yang matang. Hal ini dikarenakan perkara bid'ah dapat
menyebabkan pelakunya dianggap pantas masuk ke dalam neraka.
3. Para Ulama Ahl al-Sunnah wa al-Jama>ah sepakat dengan makna bid'ah
sebagaimana telah disebut di atas. Namun, untuk sampai kepada
keputusan menilai bid'ah atau tidaknya sebuah perbuatan, para ulama
itu tidak sependapat dengan kalangan Salafi Wahabi.
ٍ
َ ُك ُّل بِ ْد َعة
ٌض َللَة
“Setiap bid'ah adalah kesesatan”.20
Ditemui fakta, bahwa hadis di atas tidak dapat dipisahkan konteksnya secara
menyeluruh. Hadis yang diriwayatkan oleh al-Irbadh bin Sariyah itu sering
dipahami tidak secara utuh. Teks lengkap hadis itu adalah sebagai berikut:
،ب ِ َاهلل صلى اهلل عليه وسلم مو ِعظَةً وِجل ِ وعظَنَا رسو ُل
ُ ت منـَْها الْ ُقلُ ْو ْ َ َْ َّ َ ُْ َ َ َ
، فَأ َْو ِصنَا، َكأَنـََّها َم ْو ِعظَةُ ُم َوَّد ٍع،اهلل
ِ يا رسوَل: فـ ُق ْلنَا،و َذ ِرفَت ِمنـها الْعيـو ُن
ْ ُ َ َ َ ُْ ُ َْ ْ َ
اع ِة َوإِ ْن تَأ ََّمَر َعلَْي ُك ْم
َ َّالس ْم ِع َوالط
ِ أُو ِصي ُكم بِتـ ْقوى:ال
َّ َو،اهلل َعَّز َو َج َّل َ َ ْ ْ ْ َ َق
فـََعلَْي ُك ْم بِ ُسن َِّت َو ُسن َِّة.ًاختِالَفاً ًكثِ ْيا
ْ ش مْن ُك ْم فَ َسيـََرى
ِ ِ فَِإنَّه من يع،عب ٌد
ْ َ َُْ َْ
اتِ َ وإِيَّا ُكم وُْم َدث،ضوا علَيـها بِالنـَّو ِاج ِذ ُّ ع ي ـ ي ِ الر ِاش ِدين الْمه
د ِ اللَ َف
اء
َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ِّْ ْ َ َ ْ َّ ُْ
ٍ
[ حديث حسن صحيح: [رَواه داود والرتمذي وقال َ ٌضالَلَة َ فَِإ َّن ُك َّل بِ ْد َعة،اْأل ُُم ْوِر
“Rasulullah memberi kami nasihat yang membuat hati kami semua bergetar.
Dan mengalir air mata. Lalu kami berkata, “ ini seperti nasihat perpisahan wahai
Rasul Allah, berilah kami wasiat!” Beliau bersabda, “ aku berwasiat kepada kalian
agar selalu takut kepada Allah, serta selalu mendengarkan dan taat kepada
pemimpin. Walaupun nanti yang memimpin kalian adalah seorang budak hitam
dari Habasyah. Karena siapapun di antara kalian yang panjang umur, pasti akan
menjumpai banyak perselisihan. Tetaplah kalian berpegang kepada sunnahku
dan sunnah para khalifah yang mendapat bimbingan sesudahku. Peganglah
erat-erat sunnah itu. Dan berhati-hatilah terhadap perkara yang baru. Karena
setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Imam Abu Dawud dan Turmudzi)
50 PEDOMAN DAKWAH
5. Para Ulama Ahl al-Sunnah wa al-Jama>ah seperti Imam al-Nawawi dan
Imam al-Taftazani berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bid'ah
adalah setiap perbuatan yang tidak dapat dikembalikan (dirujuk)
dalilnya. Imam al-Nawawi di dalam penjelasan Kitab al-Arba’in
berpendapat bahwa bid'ah adalah perbuatan menambah bagian dari
rukun Islam yang lima. Sedangkan al-Taftazani berpendapat bahwa
bid'ah adalah perbuatan yang tidak dapat dikembalikan kepada dalil
syariat. Dalil itu sendiri di dalam kajian ilmu fikih terdiri dari; dalil naqli
yaitu al-Quran dan Sunnah, serta dalil aqli, yang di dalam hal ini adalah
ijtihad.
6. Para Ulama Ahl al-Sunnah wa al-Jama>ah juga berpendapat bahwa
menetapkan perkara bid'ah jelas bukan perkara yang mudah. Mereka
mewanti-wanti umat Islam agar tidak dengan mudah menilai sebuah
perbuatan itu bid'ah. Sebagaimana ditulis oleh Dr. Seif al-Ashri, seorang
ulama Aswaja asal Emirat Arab, banyak perkara yang semula dianggap
bid'ah, namun setelah ditelusuri dan dipahami dengan menggunakan
pendekatan ilmu, ternyata perbuatan itu termasuk ke dalam perbuatan
yang disunnahkan.
7. Mengadakan tahlil untuk memperingati hari ketujuh kematian
merupakan perbuatan yang dianggap mustahab (dianjurkan) karena
dahulu generasi Salaf as-S{ a > l ih, sebagaimana diriwayatkan oleh
Imam Thawus bin Kaysan al-Yamani, seorang ulama tabi’ut tabi’in,
melakukannya. Penuturan Imam Thawus itu dikutip oleh al-Hafiz al-
Suyuthi, di dalam al-Hawi li al-Fatawi:
“Sungguh mayat itu akan terus ditanya di alam kuburnya selama tujuh hari.
Dan dulu para sahabat sering bersedekah memberi makanan selama waktu
tersebut.”21
21 Ustaz Ma’ruf Khozin memberikan ulasan menarik mengenai tradisi Tahlilan ini dalam
karyanya, Tahlilan Bid’ah Hasanah (Surabaya: Muara Progresif, 2016). Demikian juga KH.
Muhyiddin Abdusshomad dalam karyanya, Tahlil dalam Perspektif al-Quran dan Assunnah
(Surabaya: Khalista, 2018).
Masih banyak hadis, yang secara jelas menyebut zikir bersama itu
sebagai kegiatan yang dianjurkan. Jika ada yang memahami teks
hadis itu berbeda dari yang tertulis, yang menjadi pertanyaan kenapa
perbedaan itu mendorong umat Islam saling bermusuhan? Bukankah
perbedaan pemahaman itu menunjukkan adanya kekayaan berpikir
dari umat Muhammad ini?
52 PEDOMAN DAKWAH
c. Syekh Ramadan al-Buthi berpendapat bahwa tradisi memperingati
maulid Nabi merupakan perbuatan yang dianggap sebagai mashalih
ul-mursalah, yaitu kebaikan yang tidak disebut di dalam al-Quran
dan juga sunnah.
d. Sedangkan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki menulis
buku berjudul Haulal Ihtifal bi Dzikr al-Maulid an-Nabawi asy-Syarif
menjelaskan berbagai alasan rasional, dalil dan adab memperingati
kelahiran Rasulullah. Bahkan, ada ungkapan terkenal dari beliau
yang berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi ini. “Tidak
layak bagi seseorang yang berakal bertanya, mengapa kalian
memperingati maulid Nabi, karena seolah-olah mereka bertanya,
mengapa kalian bergembira atas adanya Nabi?”
e. Adapun Syekh Wahbah Az-Zuhaili, menjelaskan apabila Maulid
NAbi diperingati dengan membaca al-Quran, mengingatkan
akhlak Nabi, mendorong umat agar mengamalkan ajaran Islam,
dan mendorong melakukan ibadah wajib serta akhlak agama, maka
bukan termasuk bid'ah.22
10. Demikian banyaknya pembahasan tentang bid'ah, maka untuk
memperkaya pengetahuan dan wawasan, para guru dianjurkan untuk
membaca karya Dr. Ali Jum’ah yang berjudul “Menjawab Dakwah Salafi-
Wahabi”. Di dalam buku itu, diuraikan secara detail permasalahan-
permasalahan yang dituduhkan bid'ah.
11. Yang terpenting dari uraian tentang bid'ah adalah bahwa tidak semua
yang tidak dilakukan Nabi dengan serta merta dianggap bid'ah. Karena
faktanya, banyak perbuatan yang dilakukan para sahabat setelah Nabi
Muhammad wafat dan perbuatan-perbuatan itu tidak pernah dilakukan
oleh Nabi. 23
24 Ustaz Faris Khoirul Anam, seorang Dewan Pakar Aswaja PWNU Jawa Timur, menulis
buku bagus berjudul Ada Bid’ah di Masjid?: Menjawab Persoalan Fiqh Masjid Berdasarkan
Pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah (Jakarta: Keira, 2019). Buku ini membantah sang-
kaan beberapa pihak yang selama ini menuduh amaliah yang dilakukan mayoritas umat
Islam di Indonesia sebagai bid’ah dhalalah. Ustaz Faris membantahnya dengan baik dan
ilmiah.
54 PEDOMAN DAKWAH
v. Melaksanakan puasa pada tanggal 1 syawal, 10 Dzulhijjah, dan
hari-hari tasyriq;
vi. Membaca ayat al-Quran pada waktu ruku’;
vii. Melaksanakan salat li daf’i al bala>’ (menolak bencana) dengan cara
duduk;
viii. Membentuk panitia zakat fitrah (pendapat Kiai Maimun Zubair);
ix. Menambah satu macam zakat yang tidak dikenal pada masa Nabi
Muhammad dan masa sahabat, yaitu zakat profesi.
x. Menganggap sunnah cara berpakaian yang tidak dicontohkan oleh
Nabi Muhammad; dan
xi. Mengganti model pakaian tertentu sebagai identitas telah
melaksanakan hijrah.
25 Sholih bin Fauzan al-Fauzan, al-Wala>’ wa al-Bara>’ fi al-Islam, Ghazza: Markaz al-Bahts
al-Ilmi, tt, hal. 2
56 PEDOMAN DAKWAH
ditinggalkan seorang muslim, yaitu:26
Selain menjelaskan detail dari perbuatan orang kafir yang harus ditinggalkan
itu, Syekh Sholih juga menjelaskan perbuatan apa saja yang wajib dilakukan
seorang muslim, dan dianggap sebagai bentuk al-Wala>’ (kesetiaan) terhadap
Islam dan kaum muslimin:27
Kontra Narasi
Penjelasan mengenai al-Wala>’ Wa al-Bara>’ sebagaimana diuraikan oleh
Syekh Sholih al-Fauzan, dan dijadikan sebagai pakem di dalam pemahaman
kelompok radikal saat ini, secara substansi berlawanan dengan semangat
yang dikandung di dalam al-Quran. Beberapa ayat al-Quran berikut ini
malah menolak simpulan dari Syekh al-Fauzan tentang implementasi sikap
al-Wala>’ Wa al-Bara>’ tersebut:
1. QS al-Mumtahanah ayat 8:
َل يـَنـْ ٰه ُك ُم اهللُ َع ِن الَّ ِذيْ َن َلْ يـَُقاتِلُوُك ْم ِف الدِّيْ ِن َوَلْ ُيْ ِر ُج ْوُك ْم ِم ْن
ي ِِ
َ ْ ب الْ ُم ْقسط ُّ ِديَا ِرُك ْم اَ ْن تـَبـَُّرْوُه ْم َوتـُْق ِسطُْوا اِلَْي ِه ْم اِ َّن اهللَ ُِي
Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil, terhadap orang-
orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir
kalian dari kampung halaman kalian. Sungguh Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.
58 PEDOMAN DAKWAH
Jika dikatakan bahwa seorang muslim tidak boleh “membantu dan menolong
orang-orang kafir serta memberikan pujian kepada mereka”, bagaimana
mungkin di dalam ayat di atas, Allah tidak melarang untuk berbuat baik
kepada orang-orang kafir?
ج
ين ِم ْن قـَْب ُل ِ َّ ِ ِ قُ ْل ِسريُوا ِف ْال َْر
َ ف َكا َن َعاقبَةُ الذ
َ ض فَانْظُُروا َكْي
ِ
َ َكا َن أَ ْكثـَُرُه ْم ُم ْش ِرك
ني
3. QS al-Jumu’ah ayat 10
Jika dikatakan bahwa termasuk bersikap bara>’ atas orang kafir adalah
meninggalkan negeri mereka untuk tinggal di negeri-negeri muslim, kenapa
pula Allah perintahkan kaum Muslim untuk bertebaran di muka bumi?
1. QS al-Maidah ayat 5:
ات ن
َ ص ح مْل ا
و اتِ َوطَعام ُكم ِحلٌّ َلم صلى والْمحصنَات ِمن الْمؤِمن
ُ َ ُْ َ ْ ُ َ ُ َ ْ ُ َ ُْ ْ َُ َ
ِِ ِ ِ ِمن الَّ ِذين أُوتُوا الْ ِكت
ني
َ ُج َورُه َّن ُْمصن ُ وه َّن أ ُ اب م ْن قـَْبل ُك ْم إِ َذا آتـَْيتُ ُم
َ َ َ َ
ان فـََق ْد ِْ َِخ َد ٍان قلى َوَم ْن يَ ْك ُف ْر ب
ِ َالمي ِِ ِِ
ْ ني َوَل ُمتَّخذي أ َ َغيـَْر ُم َسافح
ِ ْ حبِ َط عملُه وهو ِف ْال ِخرِة ِمن
َ الَاس ِر
ين َ َ ََُ ُ َ َ َ
28 http://www.almesbah.org/fatwa/show/22/
60 PEDOMAN DAKWAH
“Pada hari ini dihalalkan bagi kalian yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Alkitab itu halal bagi kalian, dan makanan kalian halal
(pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kalian,
bila kalian telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya,
tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikan gundik-gundik. Barang
siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka
hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.”
Meskipun ayat ini berbicara tentang halalnya sembelihan dan wanita ahl
al-kitab, jika dicermati lebih dalam, ayat ini juga berbicara tentang bolehnya
bekerja sama dengan ahl al-kitab. Bahkan, ayat ini membicarakan ranah kerja
sama yang lebih intim yaitu pernikahan. Ayat ini dapat ditarik lebih luas
lagi bahwa bekerja sama dengan ahl al-kitab dalam persoalan keduniaan,
tidaklah dilarang oleh syariat. Yang menjadi pertanyaan, jika kerjasama
dengan ahl al-kitab di bidang keduniaan, tidak dilarang oleh syariat, apakah
kerja sama itu dapat dianggap sebagai bentuk ketidaksetiaan terhadap
Islam? Tentu saja, ukuran kesetiaan tidak bisa dilihat dari situ.
2. QS al-Mumtahanah ayat 8:
Dalam realitasnya, konsep al-Wala>’ Wa al-Bara>’ ini juga dipakai oleh kelompok
teroris seperti al-Qaedah dan ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah) dalam
tahap seleksi awal keanggotaan. Selain konsep tauhid yang seringkali
malah dipakai mengkafirkan sesama muslim, konsep al-Wala>’ Wa al-Bara>’
ini juga dipakai sebagai parameter penilaian karakteristik seorang muslim
dan menjadi “pintu masuk” faham takfir (pengkafiran). Dalam beberapa
website yang dikelola oleh ISIS dan simpatisannya, konsep loyalitas dan
pengingkaran ini menjadi bagian yang terpisahkan dalam mendoktrin
anggota kelompoknya. Kelompok kombatan yang menjadi sempalan dari
gerakan terorisme internasional, seperti al-Jamaah al-Islamiyah, al-Qaedah,
ISIS, dan sebagainya, menaruh aspek al-Wala>’ Wa al-Bara>’ dalam rekrutmen
anggotanya. Hal ini wajar, karena mereka hidup dalam iklim perang yang
menjunjung tinggi loyalitas dan hierarki komando.
62 PEDOMAN DAKWAH
mereduksi dan menjadi antiklimaks dengan tujuan sebenarnya. Potongan
Surah Al-Maidah ayat 44, “waman lam yahkum bima> anzala Allaahu faula>ika
humu al-kaafiruun”, Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (QS
al-Maidah : 44), seringkali dipakai untuk menjustifikasi kebenaran versi
mereka untuk mengkafirkan orang lain.
Padahal ayat inilah yang dulunya menjadi slogan Khawarij, yang setelah
dimodifikasi menjadi berbunyi La> Hukma Illa Lillah. Menurut al-Syahrastani
dalam al-Milal wa al-Nihal, yang pertama kali mengucapakan semboyan itu
adalah seorang laki-laki dari Bani Sa’ad bin Manat bin Tamim, dari kalangan
Bani Tamim yang bernama al-Hajjaj bin Ubaidullah yang dikenal dengan
julukan al-Barq.29 Abdullah bin Umar ikut mensifati kelompok Khawarij
dengan meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah Saw. yang berbunyi:
“Mereka yang menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang
kafir, lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-orang beriman.”
Lebih lanjut, melihat polah tingkah saya jadi ingat dengan komentar
Sayyidina Ali ra.., “Kalimat benar tapi disalahgunakan (kalimatu haqqin
urida biha bathilun), saat menantu Baginda Rasulullah ini melihat kelompok
Khawarij membuat semboyan La> Hukma Illa Lillah (tidak ada hukum selain
dari Allah). Sebuah slogan yang sangat menarik dan memikat namun dipakai
untuk menghalalkan darah mereka yang tidak sepaham dengan paham
kelompok radikal tertentu di Indonesia.
29 Abu al-Fath Muhammad bin Abd al-Karim bin Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani, al-Milal
wa al-Nihal, Juz I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt), hal. 117.
Istilah golongan yang selamat atau al-Firqah an-Na>jiyah juga sering digunakan
oleh kelompok radikal untuk menarik minat masyarakat, terutama kalangan
muda, agar bergabung atau setidaknya mendukung perjuangan mereka.
Sebagaimana halnya dengan istilah al-wala> wa al bara>’, istilah al-Firqah an-
Na>jiyah ini juga digunakan sebagai pembeda di antara in groups (kelompok
sendiri) dan out groups (kelompok lain).
1. Mengikuti jalan Rasulullah pada masa hidupnya dan jalan para sahabat
sesudahnya;
2. Mengembalikan semua permasalahan kepada Allah dan rasul-Nya,
apabila terjadi perselisihan pendapat;
30 Muhammad Jamil Zainu, Minha>j al-Firqah al-Najiyya>t wa al-Tha>ifa>t al-Manshurat, tp: tt, hal
14-17
64 PEDOMAN DAKWAH
3. Tidak mendahulukan pendapatnya atas kitab Allah dan Sunnah rasul-
Nya;
4. Golongan yang memelihara kemurnian tauhid;
5. Yang memelihara dan menyemarakkan sunnah-sunnah Rasulullah
dalam segala aspek peribadatan dan dalam menempuh jalan hidup dan
kehidupan;
6. Yang tidak fanatik kecuali kepada kitab Allah dan hadis-hadis Rasulullâh
saw;
7. Mereka adalah para ahli hadis;
8. Mereka adalah golongan yang memuliakan para mujtahidin dan
menghormati mereka;
9. yang selalu menyeru kepada kebaikan dan melarang segala bentuk
kemungkaran;
10. yang mengajak seluruh kaum muslimin untuk berpegang teguh kepada
sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dengan sebenar-benarnya
sehingga mendapatkan pertolongan Allah ;
11. yang mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat
manusia; dan
12. yang mengajak seluruh kaum muslimin untuk berjihad di jalan Allah
sesuai dengan kemampuannya.
Poin nomor sebelas dari identifikasi yang diberikan oleh Syekh Jamil
Zainu di atas tampaknya yang dapat dijadikan sebagai pintu masuk untuk
mengembangkan paham anti-negara, sebagaimana yang saat ini tengah
dikembangkan oleh kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah).
Kita tahu, ISIS dan gerakan sempalan lain seperti As-Syabab (Somalia), al-
Qaedah dan gerakan yang sejenis, senantiasa mengkampanyekan apabila
negara yang tidak dikelola berdasarkan sistem yang mereka percayai
adalah negara taghut yang wajib dirobohkan dan diganti dengan konsep
mereka. Gerakan anti negara ini berkembang bukan hanya di negara-
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, melainkan juga
berkecambah di Eropa. Hanya saja, dalam penerapannya gerakan ini sering
kali mengalami kegagalan karena terlampau brutal dan tidak memiliki
platform pemerintahan yang jelas.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat dipahami bahwa ide
“kelompok yang selamat” dari beberapa agama, seperti Islam, Kristen, dan
Buddha, sebenarnya menegaskan esensi ajaran yang akan disampaikan, yaitu
keselamatan. Perbedaannya terletak pada cara bagaimana menarasikannya.
31 https://www.lds.org/manual/gospel-principles/chapter-18-faith-in-jesus-christ?lang=ind
32 https://dhammacitta.org/artikel/abin-nagasena/semangat-misionaris-dalam-buddhisme.
html
66 PEDOMAN DAKWAH
Ide “kelompok yang selamat” yang dibawa oleh Nabi Muhammad secara
hakiki tidak berbeda dengan ide yang pernah disampaikan oleh nabi-nabi
sebelumnya, termasuk Musa, yang diikuti oleh umat Yahudi, dan Isa, yang
dianggap suci oleh umat Kristen.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).”
ِ قلى
َ ون اللَّ ِه فـَيَ ُسبُّوا اللَّهَ َع ْد ًوا بِغَ ِْي ِع ْل ٍم َك َٰذل
ك ِ وَل تَسبُّوا الَّ ِذين ي ْدعو َن ِمن د
ُْ ُ ََ ُ َ
َزيـَّنَّا لِ ُك ِّل أ َُّم ٍة َع َملَ ُه ْم ُثَّ إِ َ ٰل َرِّبِ ْم َم ْرِجعُ ُه ْم فـَيـُنَبِّئـُُه ْم ِبَا َكانُوا يـَْع َملُو َن
68 PEDOMAN DAKWAH
ِ ُالر ْش ُد ِمن الْغَي ج فَمن ي ْك ُفر بِالطَّاغ
وت ُّ ي َّ ـب ـت د
ْ ق
َ
صلى
َل إِ ْكَر َاه ِف الدِّي ِن
ْ َ ْ َ ِّ َ َ ََ
يمِ ويـؤِمن بِاللَّ ِه فـ َق ِد استمسك بِالْعروِة الْوثـ َقى َل انِْفصام َلا قلى واللَّه َِس
ٌ يع َعل
ٌ ُ َ َ ََ ٰ ْ ُ َ ُْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُْ َ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقـَبَائِ َل لِتـََع َارفُوا
ج
ُ يَا أَيـَُّها الن
ِ ِإِ َّن أَ ْكرَم ُكم ِعْن َد اللَّ ِه أَتـَْقا ُكم ج إِ َّن اللَّهَ َعل
ٌيم َخبري ٌ ْ ْ َ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
قُ ْل ُكلٌّ يـَْع َم ُل َعلَ ٰى َشاكِلَتِ ِه فـََربُّ ُك ْم أ َْعلَ ُم ِبَ ْن ُه َو أ َْه َد ٰى َسبِ ًيل
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang yang bertakwa.” (QS an-Najm [53]: 32) ...
70 PEDOMAN DAKWAH
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar dan Muadz bin Jabal, Nabi
Muhammad bersabda:
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah keburukan
dengan kebaikan, pasti kebaikan itu akan menghapusnya, dan berakhlak-lah
kepada sesama manusia, dengan akhlak yang baik.”33
Pertama, golongan yang menguasai tauhid dan kenabian, dengan kata lain al-
Mutakkalimin. Terbebas dari ideologi tasybih (menyamakan Allah dengan
makhluknya) dan ta'thiel (menafikan sifat Allah).
Kedua, golongan ahl fiqih dari ahl ra’yi (logika) dan ahli hadis. Ahl ra’yi (logika)
berpusat di Iraq yang dinahkodai oleh Imam Abu Hanifah sedangkan ahli
hadis berpusat di Madinah yang dinahkodai Imam Malik.
33 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi di dalam sunan-nya, dan ia mengomentari hadis
ini hasan shahih.
Keenam, golongan Ahli zuhud dan sufi, yang mereka ridha terhadap
ketentuan Allah dan menyadari bahwa mata, telinga dan hati semua akan
dipertanggungjawabkan, tidak melakukan kebaikan karena riya (ingin dilihat
atau disanjung orang lain) dan seterusnya.
72 PEDOMAN DAKWAH
Ghuluw Terhadap Nabi Muhammad
Lalu, apa itu ghuluw? Syekh Sholih bin Fauzan al-Fauzan menjelaskan
makna dari ghuluw adalah melebihi batas. Menurut Syekh Sholih, dasar
dari larangan bersikap ghuluw adalah al-Quran surah an-Nisa ayat 171:34
Dalam pandangan Syekh Sholih al-Fauzan, sikap ghuluw pada umat Islam
itu terlihat ketika mereka memuji-muji Nabi Muhammad Saw. Syekh Sholih
mengutip contoh pujian seseorang kepada Nabi yang tidak membuat Nabi
Muhammad tidak berkenan. Di dalam contoh itu disebut seseorang yang
memuji Nabi Muhammad dengan pujian:
اهلل يَا َخيـَْرنَا َوابْ َن َخ ِْينَا َو َسيِّ َدنَا َوابْ َن َسيِّ ِدنَا
ِ يا رسوَل
ُْ َ َ
“Wahai Rasul Allah, wahai orang terbaik kami dan putera dari orang terbaik
kami, pemimpin kami dan putera dari pemimpin kami”.35
ِ أَيـُّها النَّاس قـولُوا بَِقولِ ُكم وَل يستـه ِويـنَّ ُكم الشَّيطَا ُن أَنَا ُم َّم ٌد عب ُد
اهلل َْ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ ْ ْ ْ ُْ ُ َ
ِ َِّ ِ ِ ِ ُّ َوَر ُس ْولُهُ َما أ ُِح
َ َب أَ ْن تـَْرفـَعُ ْون فـَْو َق َمْنزلَ ْت الت أَنـَْزل
ن اهللُ َعَّز َو َج َّل
“Wahai manusia, ucapkanlah seperti yang biasa kalian ucapkan (di dalam
memperlakukan aku), jangan sampai setan memperdayai kalian. Aku adalah
Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak suka kalian menyanjung-
nyanjung aku di atas derajat yang Allah berikan kepadaku.”36
Atas dasar riwayat di atas, Syekh Sholih dan para ulama yang satu pemikiran
dengannya berpendapat “haram” hukumnya menyanjung-nyanjung Nabi
Muhammad. Dari situ kemudian dikembangkan pendapat yang mengharam-
kan peringatan maulid Nabi Muhammad. Haramnya memperingati maulid
Nabi Muhammad ini didasarkan kepada adanya kesamaan praktik dengan
yang dilakukan oleh umat Nasrani, yang memperingati hari kelahiran Nabi
Isa/Yesus. Menurut Syekh Sholih, di dalam peringatan maulid Nabi itu tidak
dapat dihindari perbuatan syirik dan kemunkaran lainnya seperti menden-
dangkan qas{idah yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad. Padahal, Nabi
sendiri tidak menyukai diperlakukan seperti itu.37
36 Ibid.
37 Ibid., hal. 116
74 PEDOMAN DAKWAH
tahun yang lalu, untuk membubarkan pengajian maulid Nabi Muhammad.
Kejadian yang sama terulang kembali pada akhir bulan Januari 2019, di
salah satu kawasan perumahan di Bintaro Jaya. Sekelompok orang yang
tidak menyukai peringatan maulid Nabi, membubarkan paksa kegiatan
maulid Nabi Muhammad yang diadakan di masjid.
Kontra Narasi
Apakah benar memuji Nabi Muhammad dan memperingati hari kelahirannya
termasuk ke dalam perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan dalam beragama)?
Dalam kaitan dengan tuduhan ini, Qas{idah Burdah biasanya dijadikan sebagai
obyek tuduhan bahwa pengarangnya, yaitu Imam al-Bushiri, mengajak
kepada pembacanya bersikap berlebih-lebihan dalam mencintai Rasulullah.
Syair-syair indah pujian kepada Rasulullah dianggap mengkultuskan, bahkan
dinilai berpotensi syirik. Apakah demikian? Tentu tidak, sebab berbagai
syair pujian kepada Baginda Rasulullah ini adalah ekspresi sastrawi dari
seorang pecintanya. Maka, jangan heran jika kalimat-kalimat puitik ini hanya
bisa dilihat dalam kacamata cinta dan perspektif sasatrawi, bukan dalam
kacamata kecurigaan dan su'uz{on.
Mata pendengki tidak akan pernah bisa melihat hakikat cinta dalam susunan
kata-kata. Sebab, alih-alih menikmati, mereka bakal mencari celah untuk
mempermasalahkan susunan kalimat dan pilihan kata. Puja-puji terhadap
Rasulullah adalah tradisi kaum Salaf as-s}al> ih dan memiliki pijakan kuat sejak
zaman Rasulullah. Beliau memiliki sahabat yang menjadi penyair handal
76 PEDOMAN DAKWAH
BAGIAN KETIGA
ISU–ISU FIKIH YANG SERING
DIPERDEBATKAN
B
agian ketiga membahas tema terkait fikih, materi fikih seringkali
menjadi perdebatan dan pro kontra karena pendapat fikih selalu
melihat teks dan konteks dalam kehidupan umat Islam.
Judul-judul yang dijadikan sebagai sub bab di bagian, merupakan isu yang
biasa dilempar kalangan radikal ke tengah masyarakat. Uraian tiap sub bab
diruntut mulai dari persoalan mendasar hingga ke persoalan hilir, yaitu
penegakkan syariat melalui jihad fi sabillah (jihad di jalan Allah). Tidak
semua topik yang beredar di dalam kajian-kajian mereka, disajikan di sini.
Topik-topik yang dihadirkan dan dibahas di sini adalah topik-topik yang
dianggap mendasar dan penting untuk diketahui. Untuk kemudian dibangun
kontra narasinya, sebagai bekal bagi para guru agama di dalam menghadapi
tantangan radikalisme yang semakin menguat.
78 PEDOMAN DAKWAH
Dari banyak tokoh yang mewacanakan gerakan antimazhab, Syekh
Nashiruddin al-Albani lebih dikenal dibandingkan yang lainnya. Di Indonesia,
popularitas al-Albani sebagai tokoh anti mazhab, mulai terangkat setelah
menerbitkan buku yang diberi judul “Sifat Salat Nabi Muhammad”.38 Sebelum
meluncurkan buku tentang praktik saalat, al-Albani telah banyak menulis
karya yang berisi kritik terhadap penilaian para ulama terhadap hadis-hadis
Rasulullah. Namun, dari sekian banyak karyanya, buku “Sifat Salat Nabi” yang
tampaknya mendapat tempat di hati sebagian pembacanya di Indonesia.
Kontra Narasi
Kesimpulan bahwa bermazhab berarti memilih mengikuti ulama dan
meninggalkan Rasulullah, merupakan kesimpulan yang sesat. Kesimpulan
itu dibangun dari ketidaktahuan terhadap hakikat mazhab fikih, atau
dibangun dari kebencian yang besar terhadap para ulama mazhab.
Apa itu mazhab? Kata “mazhab” di dalam bahasa Arab, dibentuk dari kata
“dzahaba” yang maknanya adalah pergi. Kata “mazhab” merupakan bentuk
isim maka>n (kata benda yang menunjuk kepada makna tempat), yang
38 Buku ini pertama kali diterbitkan di Indonesia oleh penerbit Minaret dan diberi pengantar
oleh Prof. Rifyal Ka’bah.
39 https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D9%85%D8%B0%D9%87%D8%A8/
40 Hadis Riwayat at-Tirmidzi nomor 1249, Abu Dawud nomor 3119, dan Ahmad nomor
21000)
80 PEDOMAN DAKWAH
Dari dialog di antara Rasul dan Muadz di atas, dapat dipahami bahwa ada
permasalahan-permasalahan yang tidak dijumpai ketetapan hukumnya di
dalam al-Quran dan sunnah. Karena kondisi itu, ijtihad dibutuhkan. Selain
karena adanya tuntutan untuk melakukan ijtihad, mazhab lahir karena
adanya perbedaan penafsiran terhadap al-Quran dan sunnah Rasulullah.
Perbedaan penafsiran terhadap al-Quran dikhususkan kepada ayat-ayat
yang berkaitan dengan hukum. Sedangkan perbedaan penafsiran terhadap
sunnah, disebabkan oleh perbedaan di dalam jalur periwayatan, status
sunnah yang diriwayatkan mutawatir atau ahad, dan nasikh serta mansukh
yang terkandung di dalam sunnah.
َوَل ِد ْرَهًا َوَّرثُوا، َوإِ َّن ْالَنْبِيَاءَ َلْ يـَُوِّرثُوا ِدينَ ًارا،إِ َّن الْعُلَ َماءَ َوَرثَةُ ْالَنْبِيَ ِاء
َخ َذ ِبَ ٍّظ َوافِ ٍر
َ َخ َذهُ أ
ِ
َ فَ َم ْن أ،الْع ْل َم
ISLAM RAHMATAN LIL-A<LAMIN 81
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi
tidak mewariskan dinar atau dirham, tapi mereka mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil sesuatu yang
sangat besar”.41
82 PEDOMAN DAKWAH
agama maupun logika, mengikuti salah satu mazhab yang empat tersebut
akan menghasilkan banyak kemaslahatan, dan berpaling darinya akan
mengakibatkan sekian banyak kerusakan. Syekh Waliyullah ad-Dahlawi
memberikan penjelasan, sebenarnya dalam mengikuti mazhab empat
terdapat kemaslahatan yang besar, dan berpaling darinya hanya akan
mengakibatkan mafsadah yang besar. Hal ini diuraikan melalui berbagai
alasan:42
a. Umat Islam sepakat untuk berpegang teguh pada generasi salaf dalam
upaya mengetahui syariah. Generasi tabiin berpegang pada pendapat
para sahabat, sedangkan generasi tabi’ut tabi’in berpegang pada
generasi tabiin. Demikian pula dalam setiap generasi, mereka mengikuti
jalan yang telah ditempuh generasi sebelumnya.hal ini baik, sebab
syariah hanya bisa diketahui melalui naqli (riwayat) atau melalui istinbat}
(ijtihad). Sedangkan naqli tidak akan terjadi jika suatu generasi tidak
menerimanya dari generasi sebelumnya secara langsung. Sedangkan
dalam istinbat} diharuskan mengetahui pandangan-pandangan ulama
terdahulu, supaya hasil istinbat}-nya tidak keluar dari pendapat mereka
sehingga dianggap melanggar ijmak ulama yang dilarang oleh agama.
b. Mengikuti empat mazhab tersebut berarti mengikuti sabda Rasulullah
agar mengikuti kelompok mayoritas (as-Sawad al-A’dzam). Hal ini
berangkat dari realitas sosial umat Islam, di mana setelah mazhab-
mazhab yang benar telah punah kecuali mazhab yang empat ini, maka
mengikutinya berarti mengikuti kelompok mayoritas ini, dan keluar
darinya berarti menyempal dari kelompok as-sawad al-a’dzam.
c. Setelah era generasi salaf—yang dikatakan sebagai sebaik-baiknya
generasi—semakin jauh dari masa kita sekarang dan amanah telah
banyak diabaikan, maka kita tidak boleh berpegangan pada ulama
jahat, seperti hakim yang curang, dan para mufti yang mengikuti hawa
nafsunya. Demikian pula kita tidak boleh mengikuti pendapat mereka
yang tidak kita ketahui telah memenuhi syarat melakukan ijtihad atau
tidak.
42 Syekh Waliyullah ad-Dahlawi, ‘Iqd al-Jid fi Ahkam al-Ijtihad wa al-Taqlid (Bombai: t.p), hal.
56.
Oleh karena itu, yang paling aman, mengikuti apa yang disabdakan oleh
Rasulullah:
ِ ِ ِ
ْ ،بأص َح ِاب مثّ الّذيْ َن يـَلُ ْونـَُه ْم مثّ الّذيْ َن يـَلُ ْونـَُه ْم
َعلَْي ُك ْم:)(وفيه ْ أ ُْوصْي ُك ْم
يِ َْاح ِد وُهو ِمن االثـْنـ
ِ الشيطاَ َن مع ِ باجلم
َ َ َ الو َ ََ ْ ّ اعة َوإيّا ُك ْم َوال ُف ْرقَةَ فَإ ّنَ ََ
قال
َ ذي َو ِ الماعةَ (رواه ِ ِ ْ َ فَمن أراد ُببـوحة،أبـعد
ّ التمّ ُ َ َ َ َْ الَنّة فـَْليـَْلَزم َ ُْ ْ َ َ ْ َ َْ
(وص ّح َحه احلَاكِم َ ،حي ٌح ْ صَ حس ٌن
َ
Maknanya: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-
sahabatku, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka, kemudian
orang-orang yang datang sesudah mereka”. Dan termasuk dalam rangkaian
hadis ini: “Hendaklah kalian berpegang kepada mayoritas (al-Jama’ah) dan
jauhilah perpecahan, karena setan akan menyertai orang yang menyendiri.
Dia (Setan) dari dua orang akan lebih jauh. Maka barangsiapa menginginkan
tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh kepada (keyakinan) al-
Jama’ah”. (HR. At-Tirmidzi. Ia berkata: Hadis ini Hasan Shahih. Hadis ini juga
dishahihkan oleh al-Imam al-Hakim).
84 PEDOMAN DAKWAH
(b) kredibiltas imam mazhab dan keandalan pemikirannya telah teruji oleh
dinamika zaman. Hal ini terbukti dengan diikutinya para imam mazhab
oleh sebagian besar umat Islam di dunia;
(c) mengikuti pemikiran ulama mazhab mempunyai nilai praktis dan
pragmatis. Dengan mengacu dan mengikuti pemikiran mazhab tidak
perlu bersusah-payah untuk memulai dari awal dalam mencari solusi
dan menjawab permasalahan hukum yang dihadapi, apalagi ketika
masalah tersebut menghendaki untuk segera dijawab.43
43 Ahmad Arifi, Fiqh Tradisi Pola Madzhab, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010), hal. 170.
ِ الساعةُ وهم أَحياء ٌوالَّ ِذين يـت ِ إِ َّن ِم ْن ِشَرا ِر الن
َّخ ُذ ْو َنَ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ َّ َّاس َم ْن تُ ْد ِرُك ُه ُم
ِ الْ ُقبـور مس
اج َد َ َ َ ُْ
44 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, nomor 1056. Ia mengatakan bahwa hadis ini
adalah hasan shahih.
86 PEDOMAN DAKWAH
“Sungguh termasuk kelompok manusia yang buruk (keadaannya) adalah orang
yang hidup pada saat terjadinya kiamat dan orang yang menjadikan kuburan
sebagai masjid.”45
“Ya Allah, jangan Engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah.”46
ِ َل تـت
َّخ ُذوا قـَِْبي ِعْي ًداَ
“Jangan kalian jadikan kuburku sebagai tempat hari raya.”48
45 Hadis ini dikutip oleh Syekh Sholih bin Abdul Aziz alu Syekh di dalam karyanya al-Tamhid
li Syarhi Kitabi al-Tauhid, lihat Syekh Sholih bin Abdul Aziz alu Syekh, al-Tamhid...hal. 266
46 Hadis diriwayatkan oleh Malik dan Ahmad. Syekh Sholih bin Fauzan al-Fauzan mengutip
hadis ini sebagai dalil haramnya ziarah ke makam Nabi Muhammad. Lihat Sholih bin
Fauzan al-Fauzan, Kitab ul-Tauhid, hal. 39
47 Ibnu Taimiyyah, Iqtidho’u Shirathil Mustaqim Mukhalifatu
Ashabal Jahim, (Beirut: Darul Fikr: tt), hal. 325
48 Hadis diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushili dan Sa’id bin Manshur di dalam Musnadnya,
sebagaimana dikutip oleh Ibnu Taimiyyah. Lihat kembali Ibnu Taimiyyah, Iqtidha’u Shiratil
Mustaqim..., hal. 322
49 Muhammad Zakki Ibrahim, al-Masyru>’ wa al-Mamnu> fi Qadhaya > > al-Quba>b, al-Maha>rib, al-Ma-
sa>jid wa al-Qubu>r, Syadd ul-Riha>l, al-Mawa>lid, Ziya>rat ul-Qubu>r Masjid al-Rasu>l, al-Tabarruk
bi al-Sha>lihin, wa Ba’dhu ma> yata’alliqu bidzalika, Kairo: Da>ru Ihya>’ it Tura>ts il-Sha>fi, hal. 27
50 Ibid.,hal. 28
88 PEDOMAN DAKWAH
melakukan ziarah kubur.51 Mengenai hal ini, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,
murid dari Ibnu Taimiyyah, mengutip atsar dari al-Dhaha>k, seorang ulama
tabiin yang berkata, “Siapa ziarah kubur pada hari sabtu sebelum terbit
fajar, mayit yang di dalam kubur akan mengenalinya.” Ketika ditanya
tentang alasannya, al-Dhaha>k menjawab, “itu terjadi karena kedudukan
hari jum’at”.52
51 Ibid.,hal. 28
52 Lihat Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, al-Ru>h, (Jakarta: al-Haramain, tt), hal. 8
53 Muhammad Zakki Ibrahim, Op.cit.hal. 29
54 Tawassul adalah berdoa dengan menyebut nama orang-orang saleh atau amal saleh
sebagai kesaksian kepada Allah. Tujuan dari tawassul adalah agar doa segera dikabulkan.
Dasar dari tawassul ini adalah atsar dari Umar bin Khatthab r.a. yang berdoa meminta
hujan, dengan menyebut nama paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul Muthallib,
sebagaimana diriwayatkan di dalam shahih al-Bukhari.
55 Muhammad Zakki Ibrahim, Op.Cit.,hal. 30
56 Muhammad Zakki Ibrahim, Op.Cit.,hal. 33-34
Tuduhan ini sangat menyakitkan. Sebab, jika menggunakan logika ini, maka
betapa banyak orang-orang saleh yang terstigma sebagai musyrik karena
menjadi penyembah kubur. Padahal mereka sama sekali tidak pernah
menyembah kuburan dan bahkan melakukan tindakan kemusyrikan.
Tuduhan ini biasanya juga terkait dengan tindakan barbar yang dilakukan
kelompok ini kepada orang-orang yang dituduh penyembah kubur.
Bahkan, di Pakistan, para teroris meledakkan bom di makam seorang
ulama dan mengakibatkan terbunuhnya para peziarah. Di Iraq, mereka
bahkan meledakkan makam Nabi Yunus dan Imam Nawawi karena menilai
masyarakat yang berkunjung di sini telah menyembah dua makam ini.
Sebuah tuduhan konyol yang sangat tidak berdasar.
90 PEDOMAN DAKWAH
Imam Nawawi ad-Dimasyqi, yang makamnya dihancurkan oleh ISIS,
pendapatnya pernah dikuti oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam karyanya,
Nihayat az-Zein.
92 PEDOMAN DAKWAH
pernah melaksanakan salat di musala dekat makam Imam Abu Hanifah,
dalam rangka tabarrukan (mengambil keberkahan). Tentang membaca
al-Quran di kompleks makam, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memberikan
penjelasan yang rinci tentang sampainya pahala membaca al-Quran
kepada mayit, sebagaimana ditulis di dalam kitab Al-Ru>h.58
5. Sedangkan pujian kepada orang yang sudah wafat merupakan
perbuatan yang dianjurkan oleh Nabi. Beliau bahkan melarang mencaci
maki orang yang sudah meninggal dunia, sebagaimana diriwayatkan
oleh al-Bukhari di dalam Kitab Jana>iz di dalam Shahihnya.
94 PEDOMAN DAKWAH
yang dilakukan oleh Densus 88, penampilan keluarga terduga teroris selalu
terlihat dengan mengenakan cadar.
Kontra Narasi
Kata “hijab” berasal dari kata kerja “hajaba-yahjubu” yang maknanya
adalah menghalangi atau menutupi. Penjelasan awal yang diberikan oleh
Al-Maududi menunjukkan bahwa kata “hijab” tidak menunjuk kepada jenis
pakaian tertentu.59 Al-Maududi, di dalam bukunya al-Hijab, menunjuk jilbab
sebagai mode pergaulan muslimah yang sifatnya khas.60 Sampai ketika
membahas perihal niqab (penutup wajah), al-Maududi memasukkannya
sebagai bagian dari hijab. Ia menyimpulkan bahwa pemakaian niqa> b
merupakan penafsiran para sahabat Nabi terhadap makna jilbab yang
dimaksud di dalam al-Quran (surah al-Ahza>b ayat 59).61 Simpulan al-
Maududi tersebut tidak bisa dikatakan final. Jika itu dikatakan sebagai
simpulan akhir yang kemudian menjadi hukum qat}’i (pasti), kenapa para
ulama Mazhab seperti Malik, Abu Hanifah dan Ahmad menyimpulkan
kebolehan bagi perempuan membuka wajahnya ketika melaksanakan
ibadah haji?62
Di dalam al-Quran, kata “hijab” disebut sebanyak delapan kali. Makna hijab
yang disebut itu mencakup: 1. Batas di antara dua kelompok; 2. Batas di
antara hamba dengan Tuhannya; 3. Batas di antara siang dan malam; dan
4. Batas interaksi di antara wanita dengan lingkungan di luar anggota
59 Lihat Abu al-A’la> al-Maududi, al-Hija>b dan Abdul Aziz bin Marzuq al-Tharifi, al-Hija>b fi
al-Syar’i wa al-Fithrati bayna ad-Dali>l wa al-Qauli ad-Dakhi>l.
60 Abu al-A’la> al-Maududi, al-Hija>b, (Damaskus: Dar ul-Fikr, 1964), hal. 280-312
61 Ibid., hal. 302
62 Abdul Aziz bin Marzuq al-Tharifi, al-Hija>b fi al-Syar’i wa al-Fithrati bayna ad-Dalil> wa al-Qauli
ad-Dakhi>l, (Jeddah: Darul Minhaj, 2015), hal. 99-100
96 PEDOMAN DAKWAH
“Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.”
Terkait dengan tafsir terhadap makna jilbab itu, Muhammad Quraish Shihab,
mencatat beragam pandangan yang diberikan oleh beberapa ulama sebagai
berikut:65
64 Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah, Al-Mu’jam ul-Wasith (Kairo: Dar ul-Syuruq, 2011), hal.
133
65 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: ..., volume 11, hal. 320
66 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
cetakan I, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal. 171-172
98 PEDOMAN DAKWAH
“Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang” (QS al-Ahzab [33]: 59)
Jilbab adalah baju kurung yang longgar yang dilengkapi dengan kerudung
penutup kepala,Seperti tergambar di atas, wanita-wanita Muslimah sejak
semula telah memakai jilbab, tetapi cara pemakaiannya belum menghalangi
gangguan serta belum menampakkan identitas Muslimah. Nah, di sinilah
al-Quran memberi tuntunan itu.67
Istilah “beda pandangan beda akidah” ini sangat populer di kalangan radikal.
Sebagian besar ustaz yang mengampu kajian-kajian keagamaan di kalangan
ini menanamkan doktrin bahwa berbeda pandangan dalam masalah agama
menunjukkan perbedaan di dalam pemahaman akidah. Kalangan awam
kemudian menyederhanakan doktrin itu dengan bahasa “beda pandangan
beda akidah”.
69 Salah seorang veteran Perang Afganistan yang kemudian menjadi penggerak organisasi
ekstrem Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, di kemudian hari memilih bertobat dari jalan
Kontra Narasi
Bagaimanakah perbedaan pendapat itu dilihat menurut ajaran Islam?
Sebelum sampai kepada penjelasan yang dimaksud, terlebih dahulu perlu
disampaikan di sini bahwa perbedaan pendapat merupakan sesuatu
yang sifatnya niscaya di dalam kehidupan manusia. Perbedaan pendapat
merupakan fenomena yang sifatnya alami di dalam kehidupan manusia.
َّاس إِنَّا َخلَ ْقٰن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثٰى َو َج َع ْلٰن ُك ْم ُشعُ ْوبًا َوقـَبَائِ َل
ُ ٰيَا أَيـَُّها الن
اهلل اَتـْٰقى ُك ْم اِ َّن اهللَ َعلِْي ٌم َخبِيـٌْر
ِ لِ�تعار�فوا اِ َّن اَ ْكرم ُكم ِعْن َد
ْ ََ ُْ َ ََ
“Wahai manusia, sungguh Kami ciptakan kalian dari (jenis) laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kalian saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
adalah orang yang paling takwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui Maha Teliti.”
70 Syekh Muhammad Awwamah adalah seorang ulama hadis asal Suriah yang kemudian
bermukim di Riyadh Saudi Arabia. Di antara karyanya yang populer adalah Adabul Ikhtilaf
dan Atsarul Hadis as-Syari>f fi Ikhtila>fi il-Fuqaha> wa al-Muhadditsi>n (Pengaruh Hadis Nabi
Muhammad di dalam Perbedaan Pendapat di antara Para Ahli Fikih dan Hadis).
71 Muhammad Awwamah, Ada> b al-Ikhtila> f fi Masa> i l al-Ilm wa ad-Din, (Madinah al-
Munawwarah: Dar al-Yusr, 2007), hal. 19
72 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Ja>mi’ li ahka>mi ‘l-Qur’a>n...,
Jilid VI, hal. 149. Lihat pula Abu al-Fida al-Hafizh Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran
al-Azhim. Jilid III, hal. 228.
صلى
ين َه َد ُاه ُم اللَّ ُه ِ َّالَّ ِذين يست ِمعو َن الْ َقوَل فـيتَّبِعو َن أَحسنه ج أُوٰلَئِك ال
ذ
َ َ ُ َ َ ْ ُ ََ ْ ُ َْ َ َ
ِ ك ُهم أُولُو ْالَلْب ِٰ
اب َ ْ َ َوأُولَئ
“(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan-perkataan lalu mengikuti apa
yang terbaik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk
oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS
az-Zumar [39]:18)
73 Abu al-Fida al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bida>yah wa al-Niha>yah, (Kairo: Dar al-Hadis, 2004),
Juz IV, hal. 120-121
Jargon “hukum hanya milik Allah” sering disampaikan oleh Abu Bakar
Ba’asyir sebelum Ia dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam setiap
ceramahnya, Abu Bakar Ba’asyir mengajak umat Islam Indonesia untuk
tidak mentaati hukum yang dibuat oleh manusia. Ia berdalih bahwa
manusia diliputi oleh berbagai kelemahan, bagaimana mungkin dapat
mengatur dirinya sendiri. Sedangkan idealnya hukum itu dibuat oleh Yang
Menciptakan manusia yaitu Allah SWT. Cara pandang Abu Bakar Ba’asyir itu
disepakati oleh Abu Jibril. Kedua tokoh gerakan Islam radikal Indonesia ini
berpendapat bahwa jargon “hukum hanya milik Allah” mempunyai landasan
teologis (akidah) yang sangat kuat, yaitu surah al-Maidah ayat 44:
Pandangan Abu Bakar Ba’asyir, Abu Jibril dan orang-orang yang satu
pemikiran dengan mereka, tampak sejalan dengan pandangan kelompok
74 Abu Bakar Ba’asyir dan Abu Muhammad Jibriel AR, Keindahan Syari’ah dan Keagungan
al-Quran, (Tangerang: Arrahmah Media, 2007), hal. 15
75 Ibid., hal. 25
Dari aspek lahiriah, jargon itu benar tapi dari aspek substansi terdapat
masalah. Quraish Shihab mengutip bantahan Khalifah Ali bin Abu Thalib
terhadap jargon, yang mengatakan:
Kontra Narasi
Pernyataan bahwa “hukum hanya milik Allah” sering disalahpahami
oleh sebagian umat Islam, sehingga akhirnya pernyataan itu dijadikan
sebagai argumentasi untuk menolak aturan hukum positif. Bahkan, pada
level tertentu, pernyataan itu dijadikan sebagai alat kampanye untuk
memberontak kepada pemerintahan yang sah.
76 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
cetakan I, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal. 418
Sebagai tindak lanjut dari penjelasan Ali Said tersebut, pada tahun 1974,
hukum Islam tentang perkawinan berhasil diundang-undangkan di dalam
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974. Tidak sampai di situ, pada tahun
1989, hukum Islam kembali mendapat penguatan dengan ditetapkannya
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Setelah
77 Mohammad Daud Ali adalah guru besar Hukum Islam pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Ia adalah penerus dari guru besar Hukum Islam sebelumnya Prof. Hazairin
yang dikenal sebagai “pembela” Hukum Islam di jalur hukum formal. Mohammad Daud
Ali wafat pada tahun 1998.
78 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indo-
nesia, edisi keempat, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), hal. 33
Maka dari itu, dapat dikatakan di sini bahwa usaha untuk memasukkan
nilai-nilai syariat ke dalam sistem hukum nasional merupakan ikhtiar
untuk menjadikan syariat sebagai nilai-nilai yang dapat berlaku konkret di
masyarakat. Ikhtiar tersebut, dalam kenyataannya, terbukti efektif dengan
memanfaatkan perangkat hukum yang berasal dari Barat. Terkait dengan
fakta itu, dapat pula disimpulkan di sini bahwa syariat itu bersifat tetap,
namun fikih juga tidak menutup terhadap kompromi dan perubahan.
Hal lain yang juga harus diklarifikasi terkait dengan pernyataan bahwa
“hukum hanya milik Allah” dan siapa yang tidak berhukum dengan aturan
Allah dianggap kafir adalah bahwa makna kafir sebagaimana dimaksud
dengan surah al-Maidah ayat 44 itu, bukanlah kafir dalam arti keluar dari
agama. Para ulama sangat berhati-hati di dalam memberi tafsir terhadap
kata “kafir” yang dihubungkan dengan pelaksanaan syariat tersebut. Ini bisa
kita baca dari catatan Ibnu Katsir tentang pendapat para ulama (sahabat dan
tabiin) yang memberi komentar terhadap makna kata “kafir” sebagaimana
tertulis di dalam ayat al-Quran itu:79
2. Ibnu Thawus
79 Abu al-Fida Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Az}im, (Beirut: Darul Fikr, 1994),
Jilid ke-2, hal. 77
80 Muhammad Sa’id Ramadan al-Buthy, Hakadza fal Nad’u> ila al-Islam, (Riyadh: Maktabah
al-Risalah), hal. 84
Isu penegakkan syariat Islam ini ramai dibicarakan di kalangan Salafi Haraki
dan Hizbut Tahrir. Puncak dari pengembangan diskursus tentang syariat
Islam adalah munculnya gerakan KPPSI (Komite Persiapan Penegakkan
Syariat Islam) yang didirikan di Sulawesi Selatan pada tahun 2001 dan
munculnya Hizbut Tahrir Indonesia, yang untuk pertama kali mengadakan
konferensi secara besar-besaran di Jakarta pada tahun 2000. Perbincangan
tentang syariat Islam, juga sebenarnya cukup ramai di kalangan aktivis
Ikhwanul Muslimin, namun manuver mereka tidak dilakukan secara terbuka
sebagaimana dilakukan kalangan Salafi Haraki dan juga HTI.
81 https://www.liputan6.com/news/read/13101/jafar-umar-seluruh-laskar-ikut-merajam
Kontra Narasi
Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi dari isu tersebut, yaitu tentang
makna syariah dan makna jihad. Sebagian besar umat Islam terjebak ke
dalam kekeliruan di dalam memahami kata syariah. Di antara kekeliruan
itu adalah mempersamakan syariah dengan undang-undang atau aturan
yang bersifat teknis. Padahal, tidaklah jika diselami lagi makna dari syariah,
tidaklah sederhana seperti yang disangkakan. Syariah bisa bermakna nilai-
nilai luhur, sebagaimana dikemukakan oleh al-Syathibi di dalam kitabnya
Al-Muwa>faqa>t. Syariah juga bisa bermakna ibadah, seperti salat lima waktu,
puasa Ramadan, zakat dan melaksanakan haji. Dan syariah juga bisa
bermakna muamalah.
Dari semua makna syariah yang telah disebutkan di atas, seluruhnya telah
diterapkan di Indonesia, baik melalui akomodasi yang sifatnya kultural
maupun akomodasi yang sifatnya legal. Akomodasi tersebut berada di
bawah payung sila pertama dasar negara Pancasila dan Konstitusi Undang-
undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 1. Di antara akomodasi yang bersifat legal
adalah pelaksanaan puasa Ramadan. Setiap tahun Kementerian Agama
atas nama Negara, mengesahkan isbat (penetapan) 1 Ramadan dan 1
Syawal. Keterlibatan Pemerintah di dalam menentukan awal Ramadan dan
Syawal, itu menegaskan peran Pemerintah sebagai mufti (pemberi fatwa)
di dalam pelaksanaan ibadah. Akomodasi yang bersifat legal lainnya adalah
pengaturan pelaksanaan ibadah haji yang dikukuhkan melalui Undang-
82 https://www.liputan6.com/news/read/13101/jafar-umar-seluruh-laskar-ikut-merajam
83 https://www.kiblat.net/2017/03/12/mengapa-umat-islam-harus-menegakkan-syariat/
Makna asal dari jihad adalah melawan kezaliman bukan saja terhadap umat
Islam, tapi juga seluruh manusia. Nabi Muhammad berjihad menghadapi
kaum musyrikin Makkah yang diuntungkan bukan saja orang-orang yang
mengimaninya, tapi juga budak-budak yang pada waktu itu banyak yang
tidak menganut ajaran Islam. Mereka merasa diuntungkan karena Nabi
Muhammad Saw. memperjuangkan agar perbudakan dihapuskan. Oleh
sebab itu, mereka memilih Islam sebagai keyakinan dan meninggalkan
keyakinan paganisme yang sebelumnya mereka ikuti.
Maka dari itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa jargon “penegakkan
syariah adalah jihad” sebagaimana sering dilempar oleh para aktivis Salafi
Haraki dan aktivis eks HTI merupakan bentuk ancaman terhadap keutuhan
Negara. Jargon itu—apabila tidak dihentikan—berpotensi memecah
keutuhan bangsa, dengan terbentuknya faksi-faksi yang mengusung
sentimen masing-masing agama. Dan bukan tidak mungkin, akan
mendorong munculnya perang antar agama di Republik yang dicintai ini.
T
ema “Relasi Islam dan Negara” merupakan tema yang mengundang
ketertarikan kalangan muda untuk bergabung mengikuti kajian
keislaman. Di berbagai kelompok gerakan Islam, mulai dari Negara
Islam Indonesia, Ikhawnul Muslimin, dan Hizbut Tahrir, tema ini dianggap
sebagai tema yang menarik.
Bagian ini juga ingin memberikan alternatif narasi bagi para Guru PAI
dan mubalig di lapangan jika dihadapkan dengan isu–isu terkait dengan
wacana relasi negara dan agama sebagaimana tema–tema yang disebutkan
di atas. Sehingga bagian ini akan diulas dalam bagian keempat di buku ini,
supaya pembaca memahami mengapa tema–tema justru sering muncul dan
digunakan dalam momentum–momentum politik yang justru melenceng
dari nilai–nilai politik keislaman.
Di kelompok Negara Islam Indonesia (NII), tema tentang islam dan negara
dianggap sebagai bagian dari akidah.84 Kata-kata “negara” selalu digunakan
sebagai ilustrasi untuk menjelaskan sisi kehidupan menurut ajaran Islam.
Sebagai contoh, ketika menjelaskan bagaimana kehidupan keluarga yang
Islami, para aktivis NII menggambarkan keluarga sebagai miniatur Negara
Islam. Menurut mereka, keberhasilan mengelola keluarga merupakan tolok
ukur keberhasilan mengelola negara. Struktur gerakan NII pun dirancang
menyerupai struktur negara dengan urutan dimulai dari kelurahan,
kecamatan, hingga amirulmukminin yang merupakan pemimpin negara.
Menurut mereka, pembentukan struktur tersebut menunjukkan kesiapan
mereka untuk menyongsong peralihan kekuasaan dari NKRI kepada NII
suatu saat.85 Dari penjelasan mereka tentang negara, tidak pernah ditemui
penjelasan tentang pembentukan khilafah.
84 Simpulan tersebut diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang yang diduga ber-
gabung ke dalam kelompok NII. Wawancara ini dilakukan pada tahun 2005-2006.
85 Buku karya Solahuddin, NII sampai JI: Salafi Jihadisme di Indonesia (Jakarta: Komunitas
Bambu, 2011) membedah akar persoalan cita-cita pendirian negara Islam di tanah air.
Buku ini bagus sebagai pengaya wacana mengenai aksi terror yang juga dilakukan oleh
kubu Salafi Jihadi ini. Fanatisme, persoalan global yang dipadu dengan indoktrinasi
mengenai jihad dan cita-cita mendirikan Da>rul Islam adalah pupuk yang menyuburkan
paham ekstrem ini.
Kontra Narasi
Beberapa hal yang perlu diklarifikasi dari isu khilafah ini adalah apakah
benar khilafah merupakan sistem pemerintahan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw.? Apakah benar demokrasi dan nasionalisme diharamkan
di dalam ajaran Islam?
87 https://twitter.com/felixsiauw/status/274405856920088576
Penyebutan kata “khulafa” atau para khalifah di dalam hadis-hadis Nabi tidak
melulu menunjuk kepada makna kepemimpinan negara. Sebagai contoh di
dalam hadis riwayat at-Thabrani, misalnya, Nabi berdoa:
88 Lihat Manoucher Paydar, Aspect of the Islamic State; Religious Norms and Political Realities,
diterjemahkan oleh M.Maufur el-Khoiry, Legitimasi Negara Islam; Problem Otoritas Syariah
dan Politik Penguasa, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), hal. xiii
Doa Nabi itu mengundang pertanyaan para sahabat tentang siapa yang
dimaksud para khalifah Nabi. Beliau menjawab bahwa yang dimaksud
dengan para khalifah Nabi adalah orang-orang yang menghapal hadisnya
dan mengajarkannya kepada banyak orang.89
Para aktivis Hizbut Tahrir berdalil bahwa di dalam s}ahih al-Bukhari, Nabi
menyebut kata khalifah untuk menunjuk kepemimpinan umat beliau yang
berbeda dari umat-umat sebelumnya. Hadis yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
“Dari Abu Hazim ia berkata, “ saya bergaul dengan Abu Hurairah selama 5
tahun dan saya mendengar ia menyampaikan hadis Nabi Saw.: “ Dulu Bani
Israel, dipimpin oleh para nabi. Begitu satu orang nabi wafat, digantikan oleh
seorang nabi berikutnya. Dan karena tidak ada lagi nabi sesudahku, akan banyak
khalifah nanti...”
89 Riwayat ini dikutip oleh Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki di dalam kitabnya yang
membahas tentang ilmu hadis.
90 Hadis Riwayat Muslim nomor 1842
Sebagaimana kita tahu bahwa sistem negara bangsa telah diterima secara
internasional sebagai sistem bernegara. Indonesia tidak dikecualikan dari
fakta itu. Ditambah lagi, pendirian Negara Republik Indonesia bukanlah
didasarkan oleh keinginan satu golongan masyarakat. Akan tetapi, pendirian
tersebut melibatkan semua golongan agama dan suku bangsa, yang sepakat
untuk membangun kehidupan bersama. Dari aspek syariat, fakta tersebut
dapat diterima karena umat Islam diperintahkan untuk mengedepankan
musyawarah sebagai ciri dari umat yang mengusung misi rahmatan lil-a>lamin.
91 Hadis Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, dan Ia menyatakan hadis ini shahih
Kontra Narasi
Para ulama Saudi Arabia pernah membahas persoalan hormat kepada
bendera nasional, sebagaimana dirilis di dalam fatwa Komisi Tetap Bidang
Fatwa Ulama Saudi Arabia Nomor 118533. Di dalam Fatwa Nomor
103506 disebut tentang tidak dibolehkannya (bukan haram) menghormat
kepada bendera nasional dengan alasan sebagai bentuk tasyabbuh
(menyerupai) perbuatan orang-orang kafir. Namun, di dalam fatwa itu,
terdapat penjelasan bahwa berdiri di hadapan bendera bukan termasuk
perbuatan syirik.92 Dalam kaitan ini, Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia
tidak memberikan pandangan yang cukup jelas mengenai hormat kepada
bendera. Dari penjelasan yang kontradiktif tersebut dapat disimpulkan
untuk sementara, bahwa para Ulama Saudi Arabia, menganggap praktek
menghormat kepada bendera merupakan perbuatan makruh.
92 http://fatwa.islamweb.net/ar/fatwa/181515/
Ulil Amri
Terminologi “ulil amri” juga menjadi perhatian penting di dalam kajian-
kajian kalangan radikal. Salah seorang ustaz dari Hizbut Tahrir bernama
Syamsul Arifin berpendapat bahwa kesalahan umat Islam di Indonesia di
dalam memahami makna ulil amri adalah melepaskan keterkaitan di antara
ulil amri dengan hukum yang diberlakukan. Menurutnya, ulil amri itu satu
paket dengan sistem hukum yang diterapkan. Jika hukum yang diterapkan
adalah bukan hukum Islam, pemaknaan ulil amri itu menjadi tidak relevan.94
Kontra Narasi
Bagaimanakah pandangan dua ormas besar Islam Indonesia (NU dan
Muhammadiyah) di dalam memahami makna “ulil amri”. Berikut ini
ditampilkan secara utuh pandangan kedua ormas tersebut:
93 http://www.marw.dz/index.php/2015-03-24-13-16-07/2015-05-19-12-42-17/562-
2010-07-21-09-18-51.html
94 http://muallifin.blogspot.com/2015/11/larangan-taat-kepada-pemerintah-yang.html
95 https://muslim.or.id/28789-siapa-yang-dimaksud-dengan-ulil-amri.html
ِ السماو
ِ ات َو ْال َْر
... ض ْ إِنَّا َعَر
َ َ َّ ضنَا ْال ََمانَةَ َعلَى
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi.”
(QS al-Ahzab [33]: 72)
ول َوأ ُْوِل األ َْم ِر ِمن ُك ْم فَِإن ِ َطيعواْ اللّه وأ ِ ِ َّ
َ الر ُس
َّ َْطيعُوا َ َ ُ ين َآمنُواْ أ َ يَا أَيـَُّها الذ
ول إِن ُكنتُ ْم تـُْؤِمنُو َن بِاللّ ِه َوالْيـَْوِمِ الرس ِ ِ ٍ
ُ َّ تـَنَ َاز ْعتُ ْم ِف َش ْيء فـَُرُّدوهُ إ َل اللّه َو
ِ ِ
ًَح َس ُن تَأْ ِويال
ْ ك َخيـٌْر َوأَ اآلخ ِر َذل
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS an-Nisa [4]:59)
ٌاهلِيَّة
ِ من مات ولَيس ِف عن ِق ِه بـيـعةٌ مات ميتةً ج
َ َْ َ َ َ َ ْ َ ُُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ
96 Dikutip dari hasil Bahtsul masa’il Diniyyah Maudluiyyah pada Munas Alim Ulama di Pondok
Pesantren Qomarul Huda, Bagu, Pringgarata, Lombok tengah, Nusa Tenggara Barat, 16-20
Rajab 1418 H / 17 November 1997 M. Sumber http://www.nu.or.id/post/read/11794/
nashbul-imam-dan-kepemimpinan
إ َذا ُو ِس َد:ال
َ َاعتـَُها؟ ق ِ الس ِ
َ إض
َ ف
َ قْي َل َوَكْي.َاعة
َ َّ األمانَةُ فَانـْتَظُر
َ ت ْ ضيـَِّع
ُ إ َذا
ْال ْم ُر َإل َغ ِْي ْأهلِ ِه
َّاس أَ ْن َْت ُك ُموا بِالْ َع ْد ِل إِ َّن اللَّهَ نِعِ َّما يَعِظُ ُك ْم بِِه َ ََْوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بـ
ج
ِ ي الن
ِ قلى إِ َّن اللَّه َكا َن َِسيعا ب
ص ًريا َ ً َ
2. Muhammadiyah97
Secara bahasa “ulî” ( )اويلadalah bentuk jamak dari “wali” ( )ويلyang berarti
pemilik atau yang mengurus dan menguasai. Bentuk jamak dari kata
tersebut menunjukkan bahwa mereka itu banyak. Sedangkan kata “al-amr”
( )االمرadalah perintah atau urusan. Dengan demikian “ulil amri” adalah
orang-orang yang berwewenang mengurus urusan kaum muslim. Mereka
adalah orang-orang yang diandalkan dalam menangani persoalan-persoalan
kemasyarakatan. Siapakah ulil amri tersebut? Jika dikaitkan dengan Surah al-
Maidah ayat 55 maka ulil amri itu adalah pemimpin umat yang menggantikan
kepemimpinan Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman:
97 Dikutip dari makalah Prof. Yunahar Ilyas dan dianggap sebagai pernyataan resmi Mu-
hammadiyyah. Lihat http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/2823/fiqh-ulil-am-
ri--perspektif-muhammadiyah.html
2. Mendirikan Salat
Salat adalah ibadah vertikal langsung kepada Allah Swt. Seorang pemimpin
yang mendirikan salat diharapkan memiliki hubungan vertikal yang baik
dengan Allah Swt. Diharapkan nilai-nilai kemuliaan dan kebaikan yang
terdapat di dalam salat dapat tercermin dalam kepemimpinannya. Misalnya
nilai kejujuran. Apabila wudu seorang imam yang sedang memimpin salat
batal, sekalipun tidak diketahui orang lain dia akan mengundurkan diri dan
siap digantikan orang lain, karena dia sadar bahwa dia tidak lagi berhak
menjadi imam.
Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa umara atau
hukâm adalah ulil amri dengan syarat-syarat minimal yang sudah disebutkan
di atas. Tetapi sebagian memperluas makna ulil amri tidak hanya kepada
pemerintah atau penguasa semata tetapi juga kepada siapa saja yang
mempunyai kompetensi dan mendapatkan amanah untuk memimpin suatu
urusan, baik itu perorangan atau lembaga. Ahl al-halli wa al-‘aqdi (pemegang
otoritas) adalah ulil amri dalam bidang-bidang yang ditugaskan dan menjadi
wewenang mereka, misalnya dalam pemilih kepala negara, menetapkan
undang-undang dan urusan-urusan lainnya.
Menurut Ibnu Abbâs, ulil amri adalah ahli fikh dan agama. Menurut Mujâhid,
‘Athâ’ dan Abu al-‘Aliyah serta Hasan al-Bashri, ulil amri itu adalah ulama.
Menurut Ibnu Katsir sendiri, ulil amri mencakup keduanya, umara dan ulama.
ن فَالَ يـَتـََع ْل ُق بِِه أ َْمُر أ َْه ِل ِ ِ ِ ِْ وأ ََّما الْعِبادات وما َكا َن ِمن قـب ِل
ُّ ِْال ْعت َقاد الدي َْ ْ ََ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ْس لَ َحد َرأ
ي َ بَ ْل ُه َو مَّا يـُْؤ َخ ُذ َعن اهلل َوَر ُس ْول فـََق ْط لَْي,الَل َو الْ َع ْقد ْ
فِْي ِه أِالَّ َما يَ ُك ْو ُن ِ ْف فـَْه ِم ِه
Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ulil amri itu adalah:
1. Umarâ’ dan hukama dalam pengertian yang luas (legislatif, eksekutif dan
yudikatif) dengan segala perangkat dan wewenangnya yang terbatas;
2. Semua pemimpin masyarakat dalam bidangnya masing- masing;
3. Para ulama baik perorangan ataupun kelembagaan seperti lembaga-
lembaga fatwa.
B
agaimana membangun pemahaman Islam yang moderat di
lingkungan sekolah? Pertanyaan ini penting untuk diperhatikan
seiring dengan rentannya kalangan pelajar terjerumus ke dalam
paham radikalismembahkan terorisme. Menyikapi pertanyaan tersebut,
ada tiga hal yang penting untuk disoroti. Ketiga hal itu adalah substance
(substansi/hakikat/isi), structure (struktur) dan culture (budaya).
Bagi kalangan pelajar, pola-pola reaktif dan radikal yang ditawarkan oleh
kelompok Salafi, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir, tentu akan dianggap
menarik. Ketertarikan itu juga tidak terlepas dari faktor psikologis para
pelajar yang selalu menginginkan dinamika, dan perubahan dalam waktu
yang singkat. Dalam menyebarkan pemahamannya, kelompok-kelompok
itu sangat memahami selera interaksi kaum pelajar yang menyukai
tantangan-tantangan baru. Ini berbeda dengan pola-pola pengajian
yang ditawarkan oleh kalangan tradisionalis moderat. Dapat dikatakan
bahwa pola-pola pengajian yang diadakan kalangan tradisionalis moderat
cenderung monoton dan terjebak kepada pola yang konservatif. Sehingga
pada akhirnya, kajian-kajian keislaman yang diselenggarakan kalangan
tradisionalis di perkotaan, cenderung tidak diminati kalangan pelajar.
Faktor kedua yang penting untuk disorot adalah structure. Dari pengamatan
terhadap pergerakan kelompok-kelompok radikal yang telah disebutkan,
terlihat bagaimana mereka mampu mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
mereka dengan rapi. Meminjam istilah John Naisbitt, kelompok-kelompok
itu meskipun jumlah anggotanya tidak banyak, tapi mampu tampil sebagai
creative minority.
Tentu saja, di balik keteraturan itu ada jejaring besar yang saling mengikat
satu kelompok kecil dengan kelompok kecil lain sehingga membentuk ikatan
kelompok besar yang kuat. Ini bisa terlihat dari momentum-momentum
besar yang diadakan kelompok-kelompok Salafi, Ikhwanul Muslimin dan
Hizbut Tahrir.
Faktor yang juga tidak kalah penting adalah culture. Para aktivis dari
kelompok-kelompok Salafi, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir, dikenal
dengan etos kerja yang baik. Beberapa dari mereka bahkan mampu meraih
kepercayaan bisnis dari kalangan non-muslim. Bermodal dari etos kerja yang
baik itu pula mereka mampu membangun dan mengembangkan jejaring
usaha yang menghidupi banyak kegiatan yang mereka adakan. Etos kerja
yang baik itu juga ditopang militansi untuk mengembangkan gerakan yang
menghantarkan mereka kepada tujuan yang dicita-citakan. Faktor ini pula
yang mengundang ketertarikan para pelajar untuk bergabung ke dalam
kegiatan-kegiatan yang diadakan kelompok-kelompok tersebut.
Para pelajar yang datang ke sekolah bukanlah kelompok orang yang tidak
terbebani oleh masalah. Malah bisa dikatakan, masalah mereka adalah
sekolah itu sendiri. Para pelajar yang telah menemukan solusi atas masalah
mereka dari satu kelompok, tentu tidak akan mencari kelompok lain untuk
memahami solusi dalam perspektif yang lain. Dalam hal ini, berlaku kaidah
first come first in.
Selain tuntutan untuk mampu meraih simpati dan trust dari kalangan pelajar,
upaya membangun pemahaman Islam yang moderat di lingkungan sekolah
juga tidak terlepas dari kinerja dan organisasi kerja yang mendukung.
Yang terjadi selama ini adalah bahwa materi yang baik, seringkali tidak
didukung oleh ketersediaan SDM. Para pemateri yang baik, umumnya
adalah orang-orang yang telah sibuk dengan beban rutinitasnya. Sedangkan
di sisi yang lain, kaderisasi calon-calon pemateri pun mengalami stagnasi.
Sehingga pada akhirnya, keterbatasan SDM ini tidak mampu memenuhi
kebutuhan untuk mengayomi para pelajar yang semakin meningkat. Untuk
itu, dibutuhkan sinergi di antara guru agama Islam dengan para aktivis
Islam moderat di dalam membangun organisasi dan jejaring kegiatan yang
mengarahkan para pelajar kepada pemahaman moderat.
HADIS
Al-Hajjaj, Abul Hussain Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar ul-Fikr, 1993
BUKU
________. Kutemukan Makna Jihad: Kisah tentang Nasir Abas, Iwan Setiawan
dan Dani Dwi Permana, Jakarta: Lazuardi Birru, 2011.
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, edisi keempat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002.
Anam, Faris Khoirul. Ada Bid’ah di Masjid?: Menjawab Persoalan Fiqh Masjid
Berdasarkan Pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah, Jakarta: Keira,
2019.
al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadan Hakadza fal Nad’u> ila al-Islam, Riyadh:
Maktabah al-Risalah, tt.
alu Syekh, Sholih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim, al-Tamhid li
al-Fauzan, Sholih bin Fauzan al-Wala>’ wal Bara>’ fi al-Islam, Ghazza: Markaz
ul-Bahtsi al-Ilmy, tt.
al-Syahrastani, Abu al-Fath Muhammad bin Abd al-Karim ibn Abi Bakar
Ahmad al-Milal wa al-Nihal, Juz I. Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt..
al-Tharifi, Abdul Aziz bin Marzuq al-Hija>b fi al-Syar’i wa al-Fithrati bayna al-
Dali>l wa al-Qauli al-Dakhi>l, Jeddah: Darul Minhaj, 2015.
Arifi, Ahmad. Fiqh Tradisi Pola Madzhab, Yogyakarta: Elsaq Press, 2010.
Ba’asyir, Abu Bakar dan Abu Muhammad Jibriel AR, Keindahan Syari’ah dan
Keagungan Al-Quran, Tangerang: Arrahmah Media, 2007
Hosen, Nadirsyah. Saring Sebelum Sharing: Pilih Hadis Sahih, Teladani Kisah
Nabi Muhammad, dan Lawan Berita Hoaks. Jakarta: Bentang, 2019.
________. Islam Yes, Khilafah No: Dinasti Abbasiyyah, Tragedi, dan Munculnya
Khawarij Zaman Now. Yogyakarta: UIN Suka Pres, 2018.
________. Risalah Ziarah Kubur: Hujjah, Tuntunan dan Ada, Surabaya: Muara
Progresif, 2017
________. Jawaban Amaliyah dan Ibadah yang Dituduh Bid’ah, Sesat, Kafir dan
Syirik. Surabaya: al-Miftah, 2010.
Paydar Manoucher, Aspect of the Islamic State; Religious Norms and Political
Realities, diterjemahkan oleh M. Maufur el-Khoiry, Legitimasi Negara
Islam; Problem Otoritas Syariah dan Politik Penguasa, Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2003
INTERNET
http://www.almesbah.org/fatwa/show/22/
https://www.lds.org/manual/gospel-principles/chapter-18-faith-in-jesus-
christ?lang=ind
https://dhammacitta.org/artikel/abin-nagasena/semangat-misionaris-
dalam-buddhisme.html
https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D9%85%D8%B0%D9%
87%D8%A8/
https://www.liputan6.com/news/read/13101/jafar-umar-seluruh-laskar-
ikut-merajam
https://www.liputan6.com/news/read/13101/jafar-umar-seluruh-laskar-
ikut-merajam
https://www.kiblat.net/2017/03/12/mengapa-umat-islam-harus-
menegakkan-syariat/
https://twitter.com/felixsiauw/status/274405856920088576
http://fatwa.islamweb.net/ar/fatwa/181515/
http://muallifin.blogspot.com/2015/11/larangan-taat-kepada-pemerintah-
yang.html
https://muslim.or.id/28789-siapa-yang-dimaksud-dengan-ulil-amri.html
http://www.nu.or.id/post/read/11794/nashbul-imam-dan-kepemimpinan
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/2823/fiqh-ulil-amri--
perspektif-muhammadiyah.html