Anda di halaman 1dari 32

“URGENSI PEMIKIRAN CAK NUR: SUATU PENDEKATAN

MENANGGAPI KONTROVERSI WACANA NEGARA ISLAM SEBAGAI


SEBAGAI VISI REVOLUSI ISLAM DI INDONESIA”

(Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Peserta IntermediateTraining (LKII)


Cabang Sinjai”)

OLEH :

Nama : Viery Heriansyah Risaf

Komisariat : STIEM BONGAYA MAKASSAR

CABANG : GOWA RAYA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT STIEM BONGAYA

CABANG GOWA RAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puja, puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha ESA
yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq, serta hidayahnya kepada kita
sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam kita
semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul, Sang Revolusioner sejati yang
menjadi panutan semua Ummat, yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa Umat Manusia dari zaman kebodohan menuju kehidupan yang penuh
dengan Ilmu Pengetahuan.

Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Urgensi Pemikiran
Cak Nur: Suatu Pendekatan Menanggapi Kontroversi Wacana Negara Islam
Sebagai Sebagai Visi Revolusi Islam Di Indonesia” ini untuk memenuhi syarat
mengikuti Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Sinjai.

Penulis juga ingin menyampaikan Penghargaan dan Banyak Terima Kasih


kepada Kedua Orang Tua, yang penuh kerelaan hati dan pengertian yang
mendalam kepada penulis untuk melanjutkan jenjang Training di HMI, serta
kepada Seluruh Keluarga Besar HMI Komisariat Stiem Bongaya Cabang Gowa
Raya yang telah memberikan dorongan serta masukan yang bermanfaat bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat pada waktunya.

Takada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah ini. Maka dari itu, saran, koreksi, dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca.

Semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan kita tentang


peran kita sebagai Kader HMI dalam mewujudkan Masyarakat adil Makmur yang
diridhai Allah SWT.

Makassar, 30 Juli 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan Makalah............................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6

A. Revolusi Islam dan Relevansi Dalam Konteks KeIndonesiaan ......... 6


1. Revolusi ............................................................................................. 6
2. Keharusan Revolusi ........................................................................... 7
3. Islam ................................................................................................... 9
4. Revolusi Islam ................................................................................... 12
5. Pembentukan Negara Indonesia, cikal bakal Wacana Negara
Islam, Bukan Revolusi Islam ............................................................. 15
B. Pemikiran Cak Nur Dalam Menanggapi Negara Islam di
Indonesia ............................................................................................ 16
1. Nurcholish Madjid (Cak Nur) ............................................................ 16
2. Pemikiran Cak Nur dalam menanggapi Kontroversi Negara Islam... 18
3. Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi
Umat................................................................................................... 22

BAB III “PENUTUP” ...................................................................................... 26

A. KESIMPULAN .............................................................................. 26
B. SARAN .......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Milenial adalah peristilahan yangbooming di gunakan untuk menunjukkan


tanda dari generasi hari ini yang telah melek tehnologi, internet dan informasi.
Menanggapi fenomena ini sekilas pemikiran muthahhari menjelaskan bahwa ada
banyak ideologi, isme- isme yang telah melangkahkan dirinya kedalam masyarakat
sehingga corak pandangan masyarakat menjadi beragam. Menurut Muthahhari dunia
adalah tempat manusia menemukan ragam informasi yang akan menjadi
pengetahuannya, diera kekinian dan kedisinian media sosial adalah salah satu sarana
yang banyak membentuk pandangan bahkan keyakinan masyarakat.

Olehnya itu dapat kita temui ada banyak pemahaman-pemahaman baru


tentang Ajaran pokok Agama Islam yang dikemukakan oleh Ustadz-Ustadz Milenial
yang ada di Indonesia. Ustadz-ustadz Millenial ini lebih cenderung membawakan
pemahaman-pemahaman yang baru tentang Ajaran pokok dalam Agama Islam.
Meskipun pemahaman-pemahaman yang baru initidak terlepas dari pemahaman
yanglama. Pemahaman yang baru ini lebih cenderung ke Syariat, karena jarang sekali
ada Ustadz-Ustadz Millenial yang menyinggung pembahasan Tentang Keselarasan
antara Akidah, Syariat, dan Akhlak, padahal kita ketahui Akidah, Syariat, dan Akhlak
adalah Pokok-pokok ajaran Islam yang sangat fundamental, tetapi kita sangat jarang
menemukan ada Ustadz-Ustadz Millenial ini yang membahas tentang Akidah, Syariat
dan Akhlak ini.Belum lagi banyaknya pemahaman baru tentang Pakaian Syar’i,
Makanan dan minuman Syar’i, Kosmetik syar’i, serta barang-barang Syar’i lainnya.
Jikalau ditinjau dari prakstisnya maka secara tidak langsung, pemahaman-
pemahaman yang baru ini lebih menunjukkan sikap ingin menghadirkan suatu
gagasan serta wacana Negara Islam atau Negara Khilafah, yang lebih cenderung ke
ajaran Syariat agama, tanpa melihat bagaimana kondisi dan situasi Negara Indonesia
ini. Pemahaman yang paling parah adalah yang dimana pada saat ini banyak orang-

1
2

orang yang mengiginkan terbentuknya Negara Islam dan mengganti Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dimana sama sekali tidak relevan terhadap apa yang
diinginkannya, karena kita lihat banyaknya agama-agama uang menetap di Indonesia,
banyaknya budaya yang ada di Indonesia, serta banyaknya bahasa-bahasa yang lebih
cenderung berasal dari Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini. Padahal
pancasila sendiri ambil acuan dari Al-quran jikalau ditinjau dari kacamata Agama
Islam, contohnya Sila pertama diambil dari Q.S Al-Ikhlas:1, Sila Kedua (Q.S Al-
Maidah:8), Sila Ketiga (Q.S Al-Imran:108), Sila Keempat (Q.S An-Nisa:59 & Q.S
Asy-Syura:38) dan Sila Kelima (Q.S An-Nahl:90). Jadi apakeinginan dari Orang-
orang yang lebih ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia? Jangan sampai ini
hanya keinginan segelintir orang, tetapi bukan untuk kemaslahatan bersama.

Terlepas dari itu sangat disayangkan apabila kita sendiri tidak tahu apa yang
akan terjadi apabila tidak kita selaraskan antara Akidah, Syariat dan Akhlak ini. Di
Indonesia pengajaran tentang Ajaran pokok dalam Agama Islam sangat minim,
dikarenakan kurangnya pengetahuan kita terhadap permasalahan-permasalahan yang
sangat fundamental ini. Apalagi efek dari Media sosial, yang kita ketahui bahwasanya
masih ada banyak Informasi-informasi yang belum pasti atau hoaxyang sudah
tersebar di platform Media Sosial dan sebagian pengguna Media Sosial ini langsung
saja menerima tanpa mengidentifikasi terlebih dahulu. Padahal diMedia Sosial lah
kita sangat gampang menemukan Informasi-informasi yang sanget penting bagi
kehidupan sehari-hari kita. Tetapi masih saja ada segelintir orang yang tidak
bertanggung jawab dalam membagikan Informasi secara lengkap dan terperinci,
apalagi Informasi yang dibagikan itu adalah Informasi-informasi tentang ajaran dalam
Agama Islam yang terkhusunya penikmat Media Sosial yang beragama Islam.
Kejadian seperti ini sangat disayangkan, kehadiran Media Sosial tidak pernah kita
manfaatkan sebaik-baiknya. Disisi lain akibat dari kurangnya pengetahuan kita
tentang Pemahaman ajaran pokok dalam Agama Islam, selalu saja membuat kita
pincang akan Pengetahuan Agama kita sendiri. Kita selalu saja mengikuti orang-
3

orang (yang katanya) paham akan Agama tetapi tindakannya tidak mencerminkan
seperti orang yang Ber-Agama.

Zaman ini mestinya kita harus lebih mendalami apa yang dimaksud Pokok-
pokok ajaran Agama Islam, dimulai sejak usia dini. Karena pokok-pokok ajaran pada
Agama Islam sangatlah penting untuk diri kita sendiri, serta untuk orang lain. Pokok-
pokok ajaran pada Agama Islam sangatlah penting, karena intisari pada Pokok ajaran
Agama Islam ialah untuk Memanusiakan Manusia serta meliputi ajaran aspek
kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, keluarga dan aspek duniawi lainnya. Jika
kita melihat dari aspek sosial, masyarakat tidak pernah terlepas dari suatu
Kepercayaan, walaupun ia melepas suatu kepercayaan, itu kepercayaan juga. Saat ini
sangat banyak orang-orang yang menganut suatu kepercayaan tetapi jarang
terjerumus kedalam suatu kepercayaan tersebut, dia hanya mengetahui suatu
kepercayaan tetapi tidak mengetahui darimana hadirnya dan mengapa kita mesti
memiliki kepercayaan. Dari sinilah perlunya kita lebih mendalam Ajaran-ajaran
Pokok Agama Islam yang cenderung membuat kita lebih paham akan apa yang kita
percayai sampai saat ini.

Di Indonesia kita sering mendapati orang-orang yang ber-Agama Islam tetapi


tidak mencontohi sikap dan perilaku yang Agama Islam ajarkan, bahkan seorang
Ulama pun yang dikatakan ahli ilmu agama terkadang keluar dari jalur subtansi yang
diajarkan Agama Islam.

Perlunya Revolusi Pemikiran terhadap ajaran Agama Islam terkhusus untuk


diIndonesia pada saat ini dikarenakan banyaknya dari kita yang masih salah dalam
mengartikan Pokok-pokok ajaran dalam Agama Islam. Kurangnya orang-orang yang
lebih paham akan Agama Islam, kalaupun itu ada, hanya sebagian yang berani
menampakkan diri dan mengatakan kebenaran tetapi kalah tenar dengan Ustadz-
Ustadz Millenialyang banyak digandrungi Anak Muda jaman sekarang. Beberapa
bulan terahir, kita sering disuguhi berita-berita kontroversial dari sejumlah
penceramah dan tokoh agama populer di negeri ini. Ironisnya, berita-berita tersebut
bukan berita yang menggembirakan, namun sebaliknya,Setidaknya, kontroversi demi
4

kontroversi yang muncul secara berturut-turut itu dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam ceramahnya, dia sering menggunakan kata-kata kotor dan sangat tidak pantas.
Apalagi saat dia, salah menyebut ayat Alqur’an dan tidak bisa menjelaskan dengan
ilmiyah tuduhan “sesat” terhadap konsep Islam Nusantara.Belum lagi, banyak kata-
katanya yang menyerang sesama muslim yang tidak sependapat denganya. Tentunya
hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Inilah
perlunya bagi kita yang beragama islam yang ada diindonesia membutuhkan
keterbukaan pemikiran akan nilai-nilai pokok ajaran agama islam. keterbukaan
pemikiran ini sangat penting bagi kita semua, karena dampak dari keterbukaan
pemikiran ini sangat baik dan ini yang diinginkan dalam islam, bahwasanya kita tidak
sembarang mengikut-ikuti sikap, tingkah laku, dari seseorang baik itu kyai’, ulama,
ustadz apabila keluar dari subtansi ajaran agama islam dan siapapun itu karena
hakikatnya kita dilarang mengikuti apapun itu tanpa ada pengetahuan didalamnya.

Menanggapi hal ini, berdasarkan deskripsi diatas penulis ingin memberikan


judul makalah yang berjudul “Urgensi Pemikiran Cak Nur: Suatu pendekatan
menanggapi Kontroversi wacana Negara Islam sebagai Visi Revolusi Islam di
Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Dari Uraian diatas, maka penulis merumuskan sebagai berikut :
1. Apakah gagasan Revolusi Islam relevan terhadap konteks Ke-
Indonesiaan?
2. Bagaimanakah pemikiran Cak Nur dalam menanggapi wacana Negara
Islam?
C. Tujuan penulisan Makalah
1. Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu persyaratan mengikuti Intermediate Training Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang Sinjai.
2. Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini untuk mengetahui dan
mengenal lebih dalam pemikiran Nurcholish madjid.
5

D. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat :
a. Bagi Pembaca
Penulisan Makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi.
b. Bagi penulisan Makalah Lanjutan
Penulisan makalah ini dapat juga menjadi referensi dalam bentuk
pengembangan model penelitian yang berkaitan dengan tema yang penulis
angkat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Revolusi Islam dan Relevansi Dalam Konteks KeIndonesiaan.


1. Revolusi
Pada mulanya, Revolusi merupakan istilah yang digunakan oleh Nicolaus
Copernicus dalam bidang astronomi. Melalui bukunya yang terkenal “On The
Revolutions of Celestial Bodies”, revolusi diartikan sebagai “perputaran benda-
benda dalam tata surya melalui lintasannya masing-masing mengelilingi matahari
sebagai pusat”. Pada abad ke-17, istilah Revolusi mulai digunakan dalam filsafat
politik.1
Revolusi merupakan suatu bentuk perubahan dari sosial maupun budaya
secara cepat dan memiliki nilai utama dalam kehidupan masyarakat yang dijalankan
tanpa kekerasan maupun dengan kekerasan. Revolusi dapat terjadi apabila adanya
Ketimpangan dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh para pemimpin-
pemimpin yang tidak berkenaan dengan kehidupan masyarakat dalam suatu negara,
ketidakadilan dalam bidang ekonomi politik, dan timbulnya paham-paham baru.
Revolusi senantiasa berkaitan dengan Dialektika Revolusi, logika revolusi,
romantika revolusi, menjebol dan membangun. Dialektika revolusi yaitu suatu usaha
untuk tercapainya kemaslahatan rakyat yang ditunjang berbagai faktor, tah hanya
figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika
revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu
perthitungan yang mapan bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia
akan datang tepat pada waktunya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari
revolusi beserta kenangan dan kebesarannya, dimana ia dibangun. Romantika ini
menyangkut pemahaman historis tentang bagaimana ia disandingkan dengan
pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Menjebol dan membangun
masuk kedalam bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi, seperti tatanan lama

1
Ahmad Syafi‟i Safinuddin. HMI dan Wacana Revolusi Sosial. (Hijau Hitam:2003) hal.113

6
7

yang busuk, meyesatkan dan mengsensarakan rakyat diubah menjadi tatanan yang
besar peranannya untuk rakyat.
Revolusi yang paling dikenal sampai saat ini yaitu Revolusi Islam Iran, yang
dimana salah satu dari sekian banyak Revolusi Negara-negara besar yang ada
didunia, seperti Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, Revolusi Filiphina, Revolusi
Kuba, Revolusi Vietnam, dan Revolusi Negara lainnya. Revolusi Iran merupakan
yang paling disoroti dari sekian banyak revolusi yang ada dinegara-negara lainnya,
ini dikarenakan Revolusi Iran mempunyai pengaruh besar khususnya bagi gerakan
Syi‟ah dinegara-negara timur tengah abad ke-19. Revolusi ini merupakan reaksi dari
kebijakan penguasa rezim Pahlevi yang bertindak diktator, dan sangat berorientasi
pada negara-negara Barat.
Rezim Pahlevi banyak membuat kebijakan yang memojokkan posisi ulama di
Iran. Akibatnya, ulama perlahan-lahan menghimpun kekuatan dari berbagai lapisan
masyarakat untuk mewujudkan perubahan. Revolusi yang dipelopori oleh Ali
Shariati, dan Ayatullah Khomeini ini, merupakan revolusi negara Timur Tengah yang
paling banyak mendapat sorotan dunia Barat. Alhasil banyak kepentingan asing yang
merasa terancam akibat revolusi ini. Revolusi ini lebih cenderung dikatakan sebagai
Revolusi Ekonomi dan politik, dikarenakan berubahnya struktural negara Iran
menjadi Republik Islam Iran.
2. Keharusan Revolusi
Jika setiap zaman selalu menuntut perubahan dan “zaman lain” lahir dari
perubahan itu, maka metode perubahan yang paling tepat adalah Revolusi sosial. Hal
ini disebabkan karena Manusia selalu ingin mengarah pada kesempurnaan. Revolusi
yang baik adalah, yang didirikan di atas kekuatan rohani yang menyinari setiap
pilihan pilihan intelektual manusia.
Prasyarat revolusi ada 2 golongan, yakni; suasana atau iklim dan pelaku.
Umumnya suasana yang dapat mempercepat meletusnya revolusi adalah
ketidakadilan ekonomi-politik dan kesewanang-wenangan penguasa atas kebanyakan
warganya. Iklim lain yang tak kalah pentingnya dapat mendorong terjadinya
revolusi adalah produk kontstitusi yang diperoleh dan hanya untuk kepentingan
8

ekonomi-politik penguasa, budaya para elit yang mengerdilkan peran rakyat,


perampasan hak-hak rakyat yang banyak oleh segelintir orang, monopoli, oligopoly,
oligarki lembaga-lembaga politik, kekuasaan diskriminasi ras, agama dan gender, dan
penindasan fisik serta hilangnya kemandirian sebagai sebuah bangsa berdaulat untuk
menentukan sikapnya secara merdeka tanpa tekanan.2
Suasana sebagai faktor pemicu revolusi, amat membantu untuk menata gerakan
revolusi, setidak-tidaknya untuk menjawab pertanyaaa; “dari mana memulai
gerakan?‟. Murtadha muthahhari memberi gambaran bahwa perubahan apapun
bentuknya selalu bangkit dari kesadaran. Menurutnya, pada manusia atau suatu
masyarakat dapat mendasarkan pilihan hidupnya termasuk pilihan perubahan sosial
dan budayanya pada; “kesadaran terhadap alam sekitar, kesadaran filosofis, kesadaran
kebangsaan, kesadaran kemanusiaan, kesadaraan kelas, maupun kesadaran agamawi
atau alam gaib”. Pandangan dunia atau falsafah kehidupan dalam bahasan ini amat
menentukan karena disanalah terdapat alat ukur yang menentukan tepat tidaknya
gerakan dilakukan. Disana pulalah alat evaluasi atas seluruh kelemahan dari setiap
pendekatan, sehingga penggerak revolusi dapat mengantisipasi langkah yang
mungkin menghambat perubahan.
Revolusi tak dapat diwujudkan apabila tiba masa tiba akal. Imam Khomeini,
Murtadha Muthahhari, Ali Shariati dan kawan-kawan telah siap dengan Iran baru
secara menyakinkan sebelumnya Shah Reza pahlevi dari kesombongan dan
menyelamatkan bangsanya dari perbudakan serta ketergantungan kepada pihak asing,
Amerika Serikat. Kalau dari Negara kita sendiri, Soekarno, Bung Hatta, Syahrir dan
kawan-kawan telah „siap‟ dengan Negara baru sebelum Hindia-Belanda dana
pemerintahan jepang diusir. Dan tentu sama halnya dengan Negara lainyang pernah
melakukan Revolusi.

2
Ahmad Syafi‟i Safinuddin. HMI dan Wacana Revolusi Sosial.(Hijau Hiitam 2003) hal.128
9

3. Islam
Kata islam berangkat dari akar kata salima yang berarti selamat sentosa. Dan
asal kata tersebut dibentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri, tunduk, patuh
dan pasrah. Kata aslama itulah menjadi pokok kata islam, mengandung segala arti
yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama atau
memeluk islam disebut muslim.3 Jadi ketundukan seseorang kepada tuhan yang esa
maka dia telah berislam. Islam seringkali diartikan sebagai ajaran yang di bawa oleh
nabi Muhammad untuk di sampaikan kepada manusia dalam rangka mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Islam sebagai sebutan suatu nama agama yang pertama kali di bawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Di tengah padang jazirah arab sekitar 1400 tahun yang lalu
Dimana kehidupan masyararakat pada saat itu memiliki budaya yang tidak manusiawi
lagi (jahiliah). Hal tersebut terjadi karena mayoritas masyarakat mekkah diwaktu itu
telah menyimpang terhadap agama nenek moyang mereka yang dibawa oleh nabi
Ibrahim as. beserta keturunannya. Nabi Muhammad SAW. Yang masih keturunan
nabi Ibrahim as. Di utus untuk memperbaiki kondisi masyarakat mekkah yang
menyimpang agar mereka kembali kepada ajaran nenek moyang mereka ataupun
kembali ke fitrah kemanusiaanya.
Selain nabi Muhammad datang untuk menyempurnakan ajaran sebelumnya.
Kita perlu Menelusuri makna islam dalam al-quran, kita akan menemukan bahwa
islam bukanlah semata-mata nama sebuah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad
seperti yang telah disebut di atas, melainkan islam merupakan ajaran tuhan yang
universal, disampaikan kepada seluruh makhluk dengan perantaraan para nabi dan
rasul, sesuai dengan tempat dan masa tertentu. Nabi Muhammad disebutkan dengan
jelas: “kami (Allah) tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk seluruh
ummat manusia, sebagai kegembiraan dan pembawa ancaman”al-Quran
s.saba‟/34:28. Al-Quran juga menginformasikan bahwa seluruh nabi mengajarkan
ajaran islam.

3
Lihat nasruddin razak, dienul islam (Bandung pt alma‟rif,1981) hal. 56.
10

Sungguhlah tepat apa yang dikatakan oleh Ibn taymiyyah seperti yang dikutip
Cak Nur, bahwa agama semua nabi adalah satu ,yaitu islam, meskipun syariatnya
yang berbeda-beda sesuai dengan zaman dan tempat khusus masing-masing nabi itu.4
Ibn taymiyyah juga menuliskan sebuah hadist nabi yang menyatakan bahwa “ para
nabi bersaudara satu ayah lain ibu, jadi agama mereka adalah satu , yaitub ajaran
yang beribadah hanya kepada allah, tuhan yang maha esa yang tiada padanan bagi-
nya.3
Jadi di sepanjang zaman pada awalnya manusia telah meyakini tentang ada nya
sang maha pencipta yakni tuhan yang maha esa melalui utusannya namun karena
penyimpangan pengikutnya yang terjadi selama berabad-abad yang disebabkan oleh
kepentingan, kebodohan maupun subjektifitas sehingga lahir berbagai agama yang
ada sampai sekarang. Hal tersebut relevan apa yang di katakana oleh Wilhelm
Schmidt dalam the origin of the idea of God, yang pertama kali terbit pada 1912.
Schmidt menyatakan bahwa telah ada suatu monoteisme primitive sebelum manusia
mulai menyembah banyak dewa.
Pada awalnya, mereka mengakui hanya ada satu tuhan yang tertinggi, yang
telah menciptakan dunia dan menata urusan manusia dari kejauhan, kepercayaan
terhadap satu tuhan tertinggi (kadang disebut tuhan langit karena diasosiasikan
dengan ketinggian) dia tidak terwakili oleh gambaran apapun, tuhan diketahui sebagai
suatu yang maha tinggi sampai sampai jaraknya sangat jauh dari manusia ,inilah yang
tidak memuaskan manusia pada waktu itu,sehingga mereka menggantinya dengan
dewa-dewa yang lebih rendah dari tuhan namun tidak terasa jauh.5
Tetapi Sampai disni kita harus tetap membedakan ajaran para nabi dan rasul
yang bersifat lokal-historis dan ajaran yang bersifat normatif-universal bahkan
membedakan dengan ajaran kepada pasrah kepada tuhan yang esa yang telah
mengalami penyimpangan. Ajaran nabi Muhammad saw. Tentang bagaimna cara
menyembah Allah berbeda dengan ajaran cara menyembah nabi nuh as. Kepada
Allah. Perbedaan tersebut terjadi karena masing-masing agama turun dalam setting
4
Nurcholish Madjid, pintu-pintu menuju tuhan, (Jakarta: paramadina. 1996) hal. 3.
3
Ibid, hal 3.
5
Karen Amstrong, sejarah tuhan, (mizan, 2013) hal. 27-28.
11

sosial yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Prinsip-prinsip dasar mereka
yang disebut agama adalah sama, ajaran ajaran mereka hanya berbeda dalam soal
hukum dan masalah-masalah subsider yang nilai pentingnya sekunder, sekalipun
bentuk ajaran mereka berbeda, namun semua nabi memvisualisasikan satu tujuan
yang sama.6
Karena sebagai ajaran yang universal Islam bukan hanya diperuntukkan untuk
makhluk yang bernama manusia, melainkan bagi seluruh alam semesta. Dalam surat
yang lain Allah berfirman ”tidak kami utus engkau Muhammad melainkan rahmat
bagi seluruh alam” al-anbiya 21:107. Berkenaan dengan hal ini Nurcholish Madjid
sering menyatakan bahwa: islam itu universal, pertama-tama karena islam sebagai
sikap pasrah dan tunduk kepada Allah,sang maha pencipta, adalah pola wujud (mode
of existence) seluruh alam semesta, dalam bahasa yang lebih tegas ,seluruh jagad raya
adalah satu wujud ketundukan dan kepasrahan (ber-islam) kepada tuhan .baik yang
terjadi secara dengan sendirinya (keterpaksaan) ataupun karena sukarela dan pilihan
sadar.7
Dengan demikian bisa dikatakan setiap agama yang mengajarkan sikap pasrah
dan tunduk kepada Allah harus disebut dengan islam (dalam makna esoterisnya atau
tujuan akhirnya kembali kepada tuhan) walaupun ajaran lokalnya berbeda-beda dan
tentu saja akan mendapat perkenan tuhan. Jadi berangkata dari teori keuniversalan
Tuhan yang berasumsi pada “di bumi hanya ada satu tuhan yang maha kuasa, jika
tuhan itu berbilang , bumi tidak akan tercipta”.sangat mustahil jikalau sang pencipta
itu banyak atau lebih dari satu & hal tersebut dipertegas dalam kitab suci “ sekiranya
di langit dan di bumi ada tuhan – tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa.
Maha suci Allah pemilik Arsyi, dari sifat sifat yang mereka berikan” al-anbiya 21:22.
Sikap pasrah dan tunduk patuh kepada tuhan dapat dilihat pada tiga bentuk,
pertama, islam sebagai ajaran tuhan kepada alam semesta karena alam semesta
dengan seluruh isinya telah ber-islam, yaitu sikap pasrah yang yang total dan tunduk
patuh kepada tuhan sang maha pencipta. Kedua,islam adalah agama kemanusiaan

6
Murtadha Muthahhari, manusia dan alam semesta (Jakarta:lentera, 1997) hal. 136.
7
Nurcholish Madjid, islam agama kemanusiaan (Jakarta:paramadina, 1995) hal. x
12

sejagad. Ketiga,islam sebagai agama sekalian para nabi , karena sesungguhnya


seluruh nabi mengajarkan sikap pasrah dan tunduk kepada tuhan walaupun cara dan
jalan yang ditempuh itu berbeda. Sampai disini ,sejatinya pengertian islam harus
dipahami dalam makna esoterisnya, yaitu sikap tundu patuh dan pasrah kepada tuhan
yang maha esa, dalam hal ini tidaklah terlalu tepat jika islam dibatasi hanya untuk
agama atau ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw.8
4. Revolusi Islam
Revolusi memang kata yang diserap dari bahasa asing terutama bahasa inggris,
yang berarti perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Namun tidak serta merta
kita sebagai muslim menolak istilah penggunaan kata revolusi, karena kata revolusi
telah dimaknai secara luas oleh berbagai pihak sebagai kondisi perubahan total pada
sebuah masyarakat atau negara. Perubahan tersebut adalah berubahnya pokok atau
asas yang membangun sebuah masyarakat dan negara.
Perubahan terhadap asas sebuah negara menyebabkan perubahan secara besar-
besaran terjadi di dalam negara tersebut. Asas negara atau kita kenal sebagai ideologi
adalah sebuah ide atau pikiran yang membangun negara tersebut. Hukum dan aturan
yang dipakai oleh sebuah negara terlahir dari ideologi yang diemban oleh negara
itu.Maka apabila Anda mendengar kata Revolusi Islam, maka sebenarnya penulis
yang menyebutkan gabungan kata tersebut menunjukkan pada perubahan total sebuah
masyarakat sesuai dengan asas/ideologi Islam atau kita kenal dengan akidah
islamiyyah.
Revolusi Islam sudah barang tentu berbeda jauh dengan revolusi ala barat,
yakni revolusi demokrasi dan revolusi sosialisme. Karena revolusi Islam berangkat
dari akidah islam, yang akan mengarahkan sebuah perubahan tatanan masyarakat
sesuai dengan ajaran dan sumber-sumber hukum islam (Alquran dan assunnah).
Berbicara tentang Revolusi Islam, tidak terlepas dari Negara Republik Islam
Iran, yang dimana seluruh Struktur pemerintahan yang dibangun oleh Rezim Shah

8
Azhari akmal tarigan,islam mazhab Hmi (kultura, 2007) hal. 10.11
13

Reza pahlevi, diubah menjadi Struktur pemerintahan yang ber-asaskan/ideologi islam


(akidah islamiyyah).9
Pada 2 Februari 1979, telah terjadi sebuah peristiwa superbesar yang menjadi
sumbu bagi semua gerakan politik didunia Islam dan internasional. Hampir seluruh
buku tentang kebangkitan islam kebangkitan islam menyebutkannya. Revolusi Islam
yang menumbangkan imperium berusia 2000 tahun dengan status ekonomi yang
kokoh (akibat naiknya harga minyak dunia era 1970-an) dan dukungan politik
Amerika yang tanpa Reserve, telah menjungkirbalikkan semua prediksi dan kalkulasi
sentra-sentra analisis imperialism Barat dan Timur.
Untuk dapat memahami Revolusi Islam yang dipelopori Ayatullah Khomeini
dan konsepsi „modernitas‟ yang mendasarinya, pertama kali kita harus menyadari
karakteristik-karakteristik utamanya.10 Revolusi ini tidak sama dengan revolusi-
revolusi Prancis dan Rusia, karena Revolusi Prancis adalah revolusi politik yang
mengalihkan kekuasaan Negara dari aaistokrasi kepada sebuah hirearki baru dan yang
didasarkan atas kemakmuran.
Demikian pula halnya Revolusi Rusia yang menstransferkan kekuatan ekonomi
dari kaum borjuis kepada proletar. Revolusi Islam pada satu dan saat yang sama
merupakan Revolusi ekonomi sekaligus politik dan dalam terminology ini
menyerupai revolusi-revolusi yang tadi disebutkan. Namun, apa yang secara radikal
membedakannya dari revolusi-revolusi lain adalah bahwa ia diarahkan untuk
melawan semua konsepsi tentang manusia dan peradaban yang muncul di dunia barat
selama berabad-abad, dan yang dianggap sebagai satu-satunya bentuk yang mungkin
dari „Modernitas‟. Dari sejak masa tersebut, Eropa memandang dirinya sebagai satu-
satunya kendaraan budaya, dan pencipta satu-satunya bentuk yang mungkin dari
„Modernitas‟.
Kita dapat menjelaskan modernitas ini lewa tiga postultat ;
1. Pretensi mengenai manusia yang mampu menguasai bumi dengan
menyingkirkan segala aspek ketuhanan dan finalitas.

9
Roger Garaudy, dkk, Demi Kaum Tertindas; Akar Revolusi Islam (Penerbit Citra)
10
Roger Garaudy,dkk, Demi Kaum Tertindas: Akar Revolusi Islam Iran (penerbit citra)hal.187
14

2. Dominasi pasar sebagai satu-satunya pengatur segala relasi manusia, baik antar
individu maupun antar bangsa. Dalam system ini, ketika setiap individu adalah
rival bagi yang lainnya, maka „manusia merupakan serigala yang memangsa
manusia lainnya‟ sebagaimana dinyatakan Thomas Hobbes, salah satu ideologi
system ini.
3. Alam semesta merupakn cadangan, yang dipandang tidak terbatas, dari „bahan-
bahan utama‟ dan tempat penyimpanan bagi limbah yang dihasilkan produksi
dan konsumsi manusia. Inilah apa yang Descartes simpulkan sebagai: „menjadi
tuan dan pemilik alam‟.11
Revolusi Islam Iran didasasrkan atas prinsip-prinsip yang secara radikal
berbeda, berakar dalam salah satu peradaban dunia yang paling tua. Pencetusnya,
Ayatullah Khomeini, adalah ekspresi dari kebudayaan ini yang melintasi beberapa
millennium. (demi kaum tertindas; akar revolusi islam diiran, roger garaudy dkk,
penerbit citra. Hal 187-189).
Islam dalam bentuk universalnya yang dikenal-seperti yang diajarkan dalam al-
Quran dan diwahyuhkan kepada para nabi, sebelum kepada seluruh manusia, sebagai
para utusan dari satu-satunya Tuhan yang sama, tidak memasuki Iran sebagai sebuah
keyakinan yang asing, tetapi dalam sebuah cara yang mendekatkan semuanya kepada
kesucian primordial Qurani‟-nya sendiri (lihat Nahj al-Balaghah, 78).
Ayatullah Khomeini memiliki konsep berbeda tentang kekuasaan, ia memiliki
kehendak kuat untuk melihat kekuatan dan kekuasaan bukan pada institusi militer
tetapi dalam kesadaran internal (wujudan para sufi) dan anggota-anggota militer.
Semua arahannya selama masa konfrontasi diinspirasikan lewat prinsip berikut:
“jangan serang dada para prajurit, tetapi serang hatinya”, Ketika sesuatu didalam hati
dan pikiran manusia dibongkar, maka senjata-senjata itu akan jatuh dari genggaman
mereka. Bagi strategi-strategi semacam itu, keyakinan tidak masuk kedalam
komputer-komputer dan sirkuit-sirkuit elektronik mereka.

11
Roger Garaudy,dkk. Demi Kaum Tertindas; Akar Revolusi Islam di Iran. (Penerbit Citra) hal.188-
189
15

Dari sinilah, seseorang dapat mendefinisikan sebuah modernitas autentik yang


beroposisi, satu demi satu, terhadap 3 postultat yang dengannya kita mengarkterisasi
modernitas barat.
1. Tauhid, ini bukan hanya pengakuan akan keesaan tuhan dan kesatuan dari
dunia yang Dia ciptakan; tetapi juga secara konkret berbicara bahwa setiap
individu dan setiap masyarakat mempunyai kewajiban untuk berserah diri
kepada Tuhan melalui pengabdian kepada komunitas global dari umat Manusia.
2. Kebalikan dari Individualisme, sebagai oposisi terhadap individualism yang
menjadikan individu sebagai pusat dan ukuran dari segala sesuatu, dan
karenanya melahirkan sebuah rimba merkantilisme, dimana setiap manusia
adalah rival bagi yang lainnya, seseorang harus mengontraskannya dengan
sebuah komunitas universal yang sejati, dimana setiap anggotanya memiliki
kesadaran untuk secara personal bertanggung jawab bagi nasib seluruh anggota
lainnya. (QS. Al-Baqarah: 213 : „Manusia adalah Komunitas yang satu‟)
3. Tentang Alam, alam tidak bisa dipandang sebagai kekayaan dan wadah yang
statis, tetapi sebagai koleksi dari tanda-tanda (ayat), atau sebuah bahasa yang
dengannya Tuhan berbicara kepada kita, menuntut pertanggungjawaban kita
untuk menjaga dan menghargai alam serta membiarkannya untuk berkembang.
Dalam seperti ini, seseorang mungkin bisa menyimpulkan makna esensial dari
pesan Ayatollah Khomeini, yang diatasnya sebuah modernitas baru nan autentik
dapat dibangun.12

5. Pembentukan Negara Indonesia cikal bakal wacana Negara islam, bukan


revolusi islam.
Awal kemerdekaan Indonesia wacana Revolusi Islam tidak begitu jelas
diartikulasikan oleh masyarakat pribumi bahkan tidak pernah digunakan dalam
penggunaan istilah untuk meyebutkan perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajah sebagai revolusi islam. Namun dalam kesempatan pembentukan Negara

12
Roger Garaudy,dkk. Demi Kaum Tertindas; Akar Revolusi Islam di Iran. (Penerbit Citra) hal.197-
198
16

Indonesia wacana Negara islam sebagai salah satu tawaran bentuk Negara Indonesia
yang di usung pendiri bangsa dari kelompok nasionalis islam. Dalam momentum
tersebut secara tidak langsung cikal bakalide.
Negara islam dikontruksi hingga akhirnya di praktikkan oleh salah satu
organisasi islam yang ada di Indonesia pasca kemerdekaan dengan cita cita
organisasi, Karena secara sederhanaRevolusi Islamdapat diartikan suatu upaya
masyarakat menjadikan atau melembagakan nilai nilai dasar islam sebagai dasar
Negara yang nantinya ketika upaya ini berhasil akan mengarah kepada bentuk Negara
baru yaitu negara Islam.
B. Pemikiran Cak Nur Menanggapi Negara Islam di Indonesia
1. Nurcholish Madjid (Cak Nur)
Nurcholish madjid lahir di mojoanyar, jombang, 17 maret 1939. beliau adalah
seorang pemikir islam, cendekiawan, dan budayawan indonesia. menjadi staf
lembaga ilmu pengetahuan (lipi), jakarta, juga, menjadi dosen di fakultas adab dan
pasca-sarjana iain syarif hidayatullah, jakarta. pendidikannya dimulai di pesantren
rejoso, jombang, dan kemudian di pondok pesantren modern gontor, ponorogo.
setelah itu, beliau melanjutkan ke fakultas sastra dan kebudayaan islam iain syarif
hidayatullah dan tamat pada 1968. sejak 1978-1984, beliau melanjutkan ke
pendidikan doktoral di university of chicago dan meraih gelar ph.d. dengan disertasi
berjudul “ibn taimiya on kalam and falsafah : problem of reason and relevantion in
islam” (ibn taimiyah tentang kalam dan filsafat: suatu persoalan hubungan antara akal
dan wahyu dalam islam).
Beliau pernah menjabat sebagai ketua umum pengurus besar himpunan
mahasiswa islam (hmi) selama 2 periode (1966-1969 dan 1969-1971), presiden
persatuan mahasiswa islam asia tenggara , dan asisten sekretaris jenderal international
islamic federation of students organizations (iifso). beliau banyak menulis artikel
diberbagai media massa. karya-karyanya dalam bentuk buku, antara lain: “the issue of
modernization among muslim in indonesia”, dalam gloria davis(ed.), what is modern
indonesian? (1979); “islam in indonesia; islam in the contemporary world (1980),
khazanah intelektual islam, sebagai editor (1984) dll.
17

Pengakuan atas perannya dalam kancah pemikiran keislaman di indonesia


tampak pada kenyataan dijadikannya pemikiran-pemikiran tohoh ini sebagai bahan
beberapa disertasi doctoral sekaligus, disamping pembahasan-pembahasan dalam
setiap karya tulis mengenai masalah tersebut.13 Nurcholish madjid (cak nur)
meninggal dunia pada 29 agustus 2005, ia pergi meninggalkan warisan ilmu
pengetahuan kepada generasi sekarang maupun mendatang. buah pikirannnya
menjadi rujukan. obsesinya untuk menjadikan indonesia sebagai bangsa besar telah
menginspirasi banyak kaum muda menempuh jalan yang dilaluinya, mencermati
pikirannya, serta mencontohi sikap dan tindakannya.
Sampai akhir hayatnya, cak nur adalah orang yang lurus (hanif). ia hanya
percaya pada kebenaran yang lapang (al-hanifiyah al-samhah), kebenaran yang tidak
membelenggu jiwa, kebenaran yang berproses didalam penghayatan akan tuhan, dan
pengalaman iman yang berlangsung sepanjang hayat. kebenaran seperti ini hanya
mengakui kemutlakan tuhan, namun relatif pada dirinya sendiri. cak nur
mengajarkan: “kalau kita berhenti mencari dan merasa sudah sampai pada
kebenaran maka kita mudah menjadi orang sombong”.
Kritik Cak Nur terhadap kaum Fundamentalisme agama terutama pada
kesombongannya. kaum fundamentalis ingin meringkus kebenaran dan
memaksakannya kepada orang lain. fundamentalisme kini telah menjelma menjadi
kekerasan agama. dewasa ini kita semakin sering melihat orang-orang yang marah
meneriakkan asma allah, mengancam orang yang berbeda pandangan, dan menyerang
rumah-rumah ibadah yang berbeda keyakinan. dulu masyarakat dunia mengenal islam
indonesia dan asia tenggara sebagai islam yang berwajah lembut. “islam with a
smiling face,” tulis majalah time newsweek pada tahun 1966. tetapi kini wajah itu
telah berubah menjadi brutal dan penuh kebencian. dititik ini kita teringat cak nur
yang selalu tersenyum, mendakwahkan islam bagi rahmat bagi semua (rahmatan-lil
alamin).
Cak nur adalah guru kebebasan. kata cak nur, kebebasan adalah hal pertama
yang diberikan tuhan kepada manusia, bahkan kebebasan untuk beriman atau tidak

13
Nurcholish Madjid. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. (Penerbit Mizan) hal.5-6
18

beriman kepadanya. Kalau tuhan tidak memberi kebebasan kepada makhluk-nya


untuk tidak beriman, bagaimana mungkin kita beriman secara tulus? keimanan yang
sejati hanya bisa lahir dari kebebasan. Konstruksi kebebasan seperti ini mendorong
tumbuhnya sikap keimanan yang terbuka, yaitu, tidak merasa benar sendiri, dan mau
menerima perbedaan sebagai konsekuensi dari kebebasan yang diberikan tuhan.
Wujud dari sikap keagamaan seperti ini adalah toleransi antarsesama. orang yang
berbeda bukanlah musuh yang harus dimusnahkan. ajaran tentang kebebasan dan
toleransi telah menjadi dasar perdamaian dan persahabahatan antar umat ber-agama.
Nilai-nilai yang diusung cak nur adalah nilai-nilai universal yang ada pada
semua agama, bukan nilai sektarian, dari dan untuk kepentingan kelompok saja. saat
ini, ditengah menguatnya kembali intoleransi dan kekerasan atas nama agama,
pikiran-pikiran cak nur kembali relevan untuk diingat dan disemaikan. Cita-cita cak
nur untuk menjadikan umat islam indonesia lebih toleran, moderat, dan bersahabat,
belum selesai dan harus terus dikerjakan.14
2. Pemikiran Cak Nur Dalam Menanggapi Kontroversi Negara Islam
a. Negara Islam
Negara Islam adalah Suatu Negara yang ber-asas-kan Islam dan menjunjung
tinggi nilai-nilai syariat yang ada pada agama Islam. Negara Islam juga menjadi salah
satu konsep yang sedemikian banyak dikaburkan pengerti-annya oleh para pihak.
Selain definisi juga kriteria yang dapat disepakati tentang sebuah negara Islam
juga semakin sulit dicapai. Apakah yang akandiukur populasi penduduknya,
eksistensi pemimpinnya, atau kekuatan pengaruh muslim di negeri itu? Apakah yang
secara tekstual dalam konstitusinya menyat-akan Islam sebagai Agama Negara,
Negara Islam, atau hak-hak istimewa yang diberikan kepadanya? Lebih tidak jelas
lagi jika populasi muslim di sebuah negara berimbang dengan kelompok agama lain.
Apakah prioritas ukurannya simbol atau substansi?
Banyak Negara secara simbolik sebagai Negara Islam (atau muslim) tetapi
eksistensi syari'ahnya masih jauh dari maqashid al-syari'ah (maksud-maksud syariah).
Padahal tujuan Allah menurunkan hukum Islam adalah demi kemaslahatan bersama.

14
Ahmad Gaus AF. Api Islam Nurcholish Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner (Kompas,2010)
19

Sebaliknya ada negara tidak mengeksplisitkan Islam sebagai agama negara atau hak-
hak istimewa lainnya, tetapi substansi ajaran dan syari'ah dengan bebas dilakukan di
sana.
Ada beberapa Organisasi Masyarakat (ORMAS) Islam yang ada di Indonesia
yang ber-asaskan Islam dan tujuannya Khilafah (Negara Islam), seperti yang akan
saya kemukakan dibawah ini :
1. Hizbut Tahrir (HTI)
Hizbut Tahrir adalah organisasi politik pan-Islamis, didirikan tahun 1953, yang
menganggap "ideologinya sebagai ideologi Islam", yang tujuannya membentuk
"Khilafah Islam" atau negara Islam. Kekhalifahan baru akan menyatukan komunitas
Muslim (Ummah) dalam negara Islam kesatuan (bukan federal)dari negara-negara
mayoritas Muslim.Hizbut Tahrir memiliki dua tujuan: (1) melangsungkan kembali
kehidupan Islam; (2) mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Tujuan ini berarti mengajak umat Islam agar kembali hidup secara Islami di dâr
al-Islam dan di dalam lingkungan masyarakat Islam. Tujuan ini berarti pula
menjadikan seluruh aktivitas kehidupan diatur sesuai dengan hukum-hukum syariat
serta menjadikan seluruh pandangan hidup dilandaskan pada standar halal dan haram
di bawah naungan dawlah Islam. Dawlah ini adalah dawlah-khilâfah yang dipimpin
oleh seorang khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh umat Islam untuk didengar dan
ditaati.
Khalifah yang telah diangkat berkewajiban untuk menjalankan pemerintahan
berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Muhammad serta mengemban risalah Islam ke
seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Di samping itu, aktivitas Hizbut
Tahrir dimaksudkan untuk membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan
yang benar melalui pemikiran yang tercerahkan. Hizbut Tahrir berusaha untuk
mengembalikan posisi umat Islam ke masa kejayaan dan keemasannya, yakni tatkala
umat dapat mengambil alih kendali negaranegara dan bangsa-bangsa di dunia ini.
Hizbut Tahrir juga berupaya agar umat dapat menjadikan kembali dawlah Islam
sebagai negara terkemuka di dunia—sebagaimana yang telah terjadi pada masa silam;
sebuah negara yang mampu mengendalikan dunia ini sesuai dengan hukum Islam.
20

2. Front Pembela Islam (FPI)


Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Indonesia.
Mengusung pandangan Islamisme konservatif, FPI memiliki basis massa yang
signifikan dan menjadi motor di balik beberapa aksi pergerakan Islam di Indonesia.
Organisasi ini didirikan pada tanggal 17 Agustus 1998. FPI menjadi sangat terkenal
karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun 1998, terutama yang dilakukan
oleh laskar paramiliternya yakni Laskar Pembela Islam.
Rangkaian aksi penutupan Club malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat
yang diklaim sebagai tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu,
penangkapan (sweeping) terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi
berbasis agama lain adalah wajah FPI yang paling sering diperlihatkan dalam media
massa.
Di samping aksi kontroversial yang dilakukan, FPI juga melibatkan diri dalam
aksi-aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di
Aceh, bantuan relawan dan logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa
aktivitas kemanusiaan lainnya. Tindakan FPI sering dikritik berbagai pihak karena
tindakan main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain.
Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-satunya intitusi yang berhak
melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri tidak memiliki
insiatif untuk melakukannya.
Habib Rizieq, sebagai ketua FPI, menyatakan bahwa FPI merupakan gerakan
lugas dan tanpa kompromi sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Menurut
Rizieq kekerasan yang dilakukan FPI dikarenakan kemandulan dalam sistem
penegakan hukum dan berkata bahwa FPI akan mundur bila hukum sudah
ditegakkan. Ia menolak anggapan bahwa beberapa pihak menyatakan FPI anarkis dan
kekerasan yang dilakukannya merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran
sikap.
21

3. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


Darul Islam yang artinya “Rumah Islam” adalah kelompok Islam di Indonesia
yang bertujuan untuk pembentukan Negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7
Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi
Muslim, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampang, Kecamatan
Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengaku
syariat Islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan
pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama
non-kekerasan. Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu
baru saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara
Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara.
Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia
adalah Hukum Islam".
Pemberontakan yang dilakukan dengan mengatasnamakan Islam sebagai
labelnya, bukan semata mengakitbatkan kesengsaraan bagi lawannya, atau terhadap
masyarakat umum, namun juga terhadap pemberontak, setidaknya pengikutnya, itu
sendiri. Disamping, alasan kemanusiaan, pemberontakan ini bagaimana pun, adalah
sebuah gerakan sejarah yang meletus tentu memiliki suatu sebab. Dan kiranya, itulah
yang menyebabkan pemberontakan itu sendiri meletus. Sebagai akibat dari usaha
mendirikan suatu kebebasan dengan penafsirannya sendiri.15
Dalam kategori ini, sebagian ORMAS yang ber-label kan Islam, menganggap
bahwa perlunya Negara yang ber-asas kan Islam hadir di Indonesia. Oleh karena itu,
ORMAS yang ber-label kan Islam ini, banyak ditentang oleh Masyarakat yang ada di
Indonesia karena pahamnya mengandung Pan-Islamisme (Paham politik yang
memperjuangkan untuk mempersatukan Umat Islam dibawah satu Negara Islam yang
umumnya disebut KeKhalifaan). Tetapi ada juga sebagian Masyarakat yang

15
Syafaruddin Usman Mhd. Tragedi & Pemberontakan Kahar Muzakkar. (Narasi,2010) hal.8
22

cenderung mendukung Kekuatan yang Ultrakonservativ ini, dikarenakan Mayoritas


Masyarakat diIndonesia memeluk Agama Islam. Dari alasan itulah mengapa ORMAS
yang penulis sebutkan diatas memiliki kekuatan massa yang begitu besar. Dari sinilah
perlunya Pembaharuan pemikiran dalam Islam yang ada di Indonesia.

3. Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat


Dorongan untuk membahas masalah ini ialah konstatasi bahwa kaum muslim
Indonesia sekarang ini telah mengalami kejumudan kembali dalam pemikiran dan
pengembangan ajaran-ajaran Islam, dan kehilangan psychological striking force
dalam perjuangannya. Oleh sebab itu, dengan carayang sedikit ugal-ugalan, dan
pemahaman yang minim, saya ingin mencoba merefleksikan kembali pemikiran Cak
Nur ini dengan keadaan hari ini, terutama yang berkaitan dengan relasi agama dan
politik16.
a. Liberalisasi pandangan terhadap “Ajaran-Ajaran Islam” Sekarang
Jika kita telah sampai pada keputusan bahwa perlunya melaksanakan
Pembaruan dikalangan Umat, dari manakah kita hendak memulainya? Peringatan
bahwa suatu kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar menandaskan lebih
pentingnya dinamika daripada kuantitas.
Sudah tentu, yang lebih baik ialah kombinasi keduanya. Tetapi jika tidak
mungkin, pilihan harus dijatuhkan kepada salah satu dari keduanya, dan hal itu
haruslah dinamika. Dari ungkapan tersebut, kita hendak menarik pengertian bahwa
pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling erat hubungannya, yaitu
melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional, dan mencari nilai-nilai yang berorientasi
ke masa depan.
Nostalgia, atau orientasi dan kerinduan pada masa lampau yang berlebihan,
harus digantikan pandangan ke masa depan. Untuk itu, diperlukan suatu pro
“liberalisasi” (proses pembebasan (berfikir)). Proses itu dikenakan terhadap “ajaran-

16
Nurcholish Madjid. Islam, Kemodernan, dan KeIndonesiaan. (Mizan 2013) hal.247
23

ajaran dan pandangan-pandangan islam” yang ada sekarang ini. Proses ini
menyangkut proses-proses lainnya17 :

b. Sekularisasi
Sekuler (usaha memisahkan antara agama dan Negara), tidaklah
dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme (Paham atau pandangan yang
berpendirian bahwa urusan agama harus dipisahkan dari Negara), sebab
secularism is the name for an ideology, a new closed world view which function
very much like a new religion (nama untuk sebuah ideologi, dan menutup
pandangan dunia yang baru, serta sangat mirip dengan agama baru).
Dalam hal ini, yang dimaksudkan ialah setiap bentuk liberating
development(pembangunan yang membebaskan). Proses pembebasan ini
diperlukan karena umat Islam, akibat perjalanan sejarahnya sendiri, tidak
sanggup lagi membedakan nilai-nilai yang disangkanya islami itu, mana yang
transcendental dan mana yang temporal. Malahan, hierarki nilai itu sendiri
sering terbalik, transcendental semuanya, bernilai ukhrawi, tanpa kecuali.
Akibat dari hal itu, sudah maklum menjadi cukup parah: Islam menjadi senilai
dengan tradisi, dan menjadi Islamis sederajat dengan menjadi tradisionalis.
Jadi sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme
dan mengubah kaum Muslim menjadi sekularis, tetapi dimaksudkan untuk
menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi, dan
melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk meng-ukhrawi-kannya. 18
Dengan demikian, kesediaan mental untuk selalu menguji dan menguji
kembali kebenaran sesuai nilai dihadapan kenyataan-kenyataan material, moral,
ataupun historis, menjadi sifat kaum Muslim. Umat Islam semestinya
menempatkan porsi keduniawian sebagai sesuatu yang duniawi. Sebab,
manusia seharusnya bisa bebas menentukan cara dan tindakan yang dilakukan
di dunia dalam rangka mencapai perbaikan hidup. Apabila tidak demikian,

17
Nurcholish Madjid. Islam, kemodernan, dan KeIndonesiaan. (Mizan 2013) hal. 250
18
Nurcholish Madjid. Islam, Kemodernan, dan KeIndonesiaan. (Mizan 2013) hal.250-151
24

menurut Cak Nur, umat Islam kehilangan kreativitasnya dalam kehidupan


duniawi yang fana.
Dalam hal ini, Cak Nur mengatakan: "mereka telah kehilangan semangat
ijtihad".Dalam bahasa yang paling sederhana kira-kira seperti ini: karena urusan
duniawi bukan sesuatu yang sakral, manusia semestinya tidak perlu takut untuk
mengembangkan wilayah keduniawian mereka untuk mencapai taraf hidup
yang lebih baik. Inilah yang dimaksudkan oleh Cak Nur sebagai liberating
dalam konteks sekularisasi. Lebih lanjut lagi, Cak Nur menganggap bahwa
semestinya sakralisasi adalah semata-mata untuk Tuhan, bukan kepada yang
lain. Sakralisasi selain kepada Tuhan bisa diibaratkan sebagai perbuatan syirik
yang dilarang agama.
Sekularisasi inilah yang kemudian menjadi jalan pembaruan Islam bagi
Cak Nur. Demi membebaskan umat Islam dari kemandekan, umat Islam
semestinya memiliki kebebasan berpikir (intellectual freedom). Umat Islam
semestinya tidak perlu takut untuk mengutarakan gagasan "nyeleneh", karena
bisa jadi hal itujustru menjadi sesuatu yang benar.
c. Menganai Agama dan Politik
Setelah memahami konsep sekularisasi yang dimaksud Cak Nur, kita
akan mendapatkan paham bahwa sebenarnya urusan politik adalah urusan
temporal/duniawi. Makanya Cak Nur tidak sepakat dengan formalisasi agama
dalam negara, dan menafikan eksistensi negara Islam. Jika kita mendapati
bahwa politik adalah urusan duniawi yang tidak semestinya disakralisasi,
manusia bisa mengembangkan wilayah ini dengan lebih leluasa.Apakah dengan
demikian Cak Nur menganggap politik adalah sesuatu yang terpisah dengan
agama? Tentu saja tidak. Cak Nur tetap menganggap agama dan politik itu
sesuatu yang tidak terpisah.
Kita harus paham bahwa menempatkan urusan politik dalam wilayah
duniawi bukan berarti menghilangkan elemen agama dari dalamnya. Sebab
sejak awal Cak Nur sudah menegaskan sekularisasi ini adalah "untuk lebih
memantapkan tugas duniawi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi".
25

Maksud tidak terpisahnya agama dari politik menurut Cak Nur bukanlah
praktik berpolitiknya, melainkan orientasi dari politik itu sendiri. Bagi Cak Nur,
seorang muslim dalam bernegara harus berniat dalam rangka mencapai ridha
Allah dengan itikad baik guna mencapai tindakan yang tepat. Dalam hal ini,
tujuan politik adalah untuk mengatur urusan publik demi tercapainya keadilan.
Oleh sebab itulah manusia perlu mengembangkan gagasannya di wilayah
politik guna mencari output yang bermanfaat bagi masyarakat luas dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT.Setelah muslim menempatkan urusan
politik dalam wilayah duniawi (sekularisasi), dalam kacamata Cak Nur, muslim
tersebut dapat mengembangkan gagasannya secara bebas (liberal) dengan
belajar kepada siapa saja dan di mana saja. Ilustrasinya, apabila sistem
demokrasi dapat mencapai taraf hidup manusia yang lebih baik, maka muslim
harus mempelajarinya dari siapa pun untuk mencapai bentuk demokrasi yang
lebih kokoh.
Inilah konteks dari mantra yang disebut Cak Nur: "Islam Yes, Partai
Islam No".19 Mantra tersebut adalah dekonstruksi bahwa urusan agama harus
dibedakan dengan urusan politik. Dengan demikian, kualitas agama seseorang
tidak ditentukan oleh apakah seseorang itu tergabung atau memilih partai Islam
atau tidak. Melainkan, yang dilihat apakah orientasi seorang muslim tersebut
dalam keputusan politiknya adalah untuk mencapai keadilan yang tentu saja
diridai oleh Allah SWT.
Sekali lagi harus dipahami betul bahwa yang terpenting adalah output-nya
yang tepat. Sedangkan cara harus dikembangkan secara bebas untuk
mendapatkan output yang tepat tersebut.

19
Nurcholish Madjid. Islam, Kemodernan, dan KeIndonesiaan. (Mizan 2013) hal.248
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya penulis sampai saat ini Tidak menemukan bahwasanya ada
wacana gerakan Revolusi Islam diindonesia sepanjang pengetahuan penulis,
berdasarkan hasil pencarian lewat buku bacaan serta google yang menjadi salah satu
pengetahuan yang absolut menurut kaum milenial saat ini. Karena apabila kita
mengatakan ada Revolusi Islam di Indonesia, berarti menyangkut hal yang berkaitan
dengan adanya Gerakan seluruh Umat Islam yang ada Di Indonesia, tetapi kita
keteahui bukan hanya Agama Islam saja yang ada diIndonesia, melainkan ada banyak
Agama-agama lain yang ada di Indonesia. Jikalau membahas Wacana tentang
mendirikan Negara Islam di Indonesia memang ada, melalui Ormas-ormas tertentu
yang pahamnya paham yang berasaskan Islam Konservatif dan Pan-Islamisme. Hasil
dari inilah yang membuat Umat Islam yang ada di Indonesia masih tidak sanggup
menentukan secara tegas mana temporal dan mana yang sakral, terbukti hari ini.
Kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2019 adalah bukti kuat bahwa masih banyak
muslim yang gagap menyikapi urusan politik.

Contohnya kita lihat polarisasi yang terjadi. Bagaimana kemudian banyak


ustadz di mimbar-mimbar agama berkhotbah agar umat Islam mendukung calon
tertentu. Digunakanlah dalil bahwa Islam itu kaffah (menyeluruh) sehingga urusan
Pilpres ini adalah urusan Islam.Di satu sisi ini memang benar, bahwa Islam itu ada di
setiap urusan makhluk. Masalahnya di sisi lain, dorongan-dorongan tersebut
membuat Pilpres ini menjadi sakral sehingga terlalu kaku. Hal ini pula yang membuat
sebagian Umat Muslim menjadi tidak punya kebebasan untuk bertindak karena ada
kekhawatiran bahwa melenceng dari pilihan sama saja menggadaikan separuh
keimanan. Andai "resep" Cak Nur ini diterapkan, semestinya polarisasi ini tidak perlu
terjadi. Sebab semua muslim sama-sama memiliki orientasi untuk mencari jalan
keadilan sebagai output dari politik. Dalam rangka mencari jalan itu, terbukalah
proses dialog, saling belajar, saling memahami, dan saling mencari titik temu.

33
34

Titik Temu ini memberikan kita satu pendekatan makna dari Bhinneka Tunggal
Ika atau yang lebih jelasnya diartikan “Berbeda-beda tetapi tetap Satu”. Titik temu
mengarahkna pada corong persamaan, dalam arti titik temu tujuan hidup yang
tertuang dalam sila terakhir pancasila dari hasil pemikiran (hikmah) pendiri bangsa
karena berangkat dari landasan historis yang samayaitu kesamaan nasib terjajah oleh
kelompok asing yang jauh dari substansi kemanusiaannya. Sehingga makna dari
Kalimat ini memberikan kita arti bahwasanya “Walaupun kita berbeda Agama, kita
tetap satu, Walaupun kita berbeda Bahasa, kita tetap satu, Walaupun kita berbeda
pilihan, kita tetap satu. Walaupun kita berbeda kebudayaan, tapi kita satu dalam
KeIndonesiaan”. Inilah hal yang paling harus kita ketahui sebagai kelanjutan atau
penerus dari sejarah bangsa serta memiliki tanggung jawab menjaga dengan
membangun suatu kesadaran.

B. SARAN
1. Perlunya pemikiran yang lebih luas tentang Pendidikan ajaran Islam, yang
lebih mengarah kepada kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk individu,
atau segelintir kelompok saja.
2. Perlunya paham akan Sekularisasi
3. Perlunya paham mengenai hubungan antara Agama dan politik.
4. Perlunya masyarakat diberikan pengembangan gagasan diwilayah politik guna
mencari output yang bermanfaat bagi masyarakat luas dalam rangka beribadah
kepada Allah SWT.
35

DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i Safinuddin, Ahmad. 2003. HMI dan Wacana Revolusi Sosial. Jakarta:
Penerbit Hijau Hitam

Usman Mhd, Syafaruddin. 2010. Tragedi patriot & Pemberontakan Kahar Muzakkar.
Jakarta: Narasi

Madjid, Nurcholish . 2013, Cetakan 1, edisi kedua. Islam, Kemodernan, dan


KeIndonesiaan. Jakarta: Penerbit PT.Mizan Pustaka

Gaus AF, Ahmad. 2010. Api Islam Nurcholish Madjid Jalan Hidup Seorang Visioner.
Jakarta: Kompas.

Tarigan, Azhari Akmal. 2007. Islam Mazhab HmI: Tafsir Tema Besar Nila Dasar
Perjuangan. Penerbit Kultura.

Muthahhari, Murtadha. 1997. Manusia dan Alam Semesta. Penerbit Lentera

Madjid, Nurcholish. 1995. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi & Visi
Baru Islam Indonesia. Penerbit Paramadina, Jakarta.

Amstrong, Karen. 2013. Sejarah Tuhan: Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan Dalam
Agama-Agama Manusia. Penerbit Mizan, Bandung.

Madjid, Nurcholish. 1996. Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Penerbit paramadina, Jakarta.

Razak, Nasruddin. 1981. Dienul Islam. Penerbit pt.al ma’rifahb Bandung.

Geraudy, Roger, dkk. Demi Kaum Tertindas; Akar Revolusi Islam di Iran. Penerbit
Citra.
CURRICULUM VITAE

A. Nama Lengkap : Viery Heriansyah Risaf


B. Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 02 Februari 2000
C. Jenis Kelamin : Laki-laki
D. Universitas : STIEM Bongaya Makassar
E. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen
F. Alamat : Tabaria Blok A5 No.3
G. Komisariat : Komisariat Stiem Bongaya
H. Asal Cabang : Cabang Gowa Raya
I. No.Hp/WA : 089-612-642-073
J. E-mail : vieryheriansyahr22@gmail.com
K. Jenjang pendidikan :

SD : SD Inpres Tinggimae TAHUN : 2006-2012


SMP : SMPN 4 Sungguminasa TAHUN : 2012-2015
SMA : SMAN 9 Makassar TAHUN : 2015-2018
S1 : STIEM Bongaya Makassar TAHUN : 2018-Sekarang
S2 : - TAHUN : -
S3 : - TAHUN : -

L. Jenjang Perkaderan HMI :


FORMAL
Basic Training TAHUN 2018

NONFORMAL
Kelas Epistemologi Islam TAHUN 2018

Pesantren Ramadhan HMI Kom. Stiem TAHUN 2019


Bongayah

Makassar 31 Juli 2019

Viery Heriansyah Risaf

Anda mungkin juga menyukai