Anda di halaman 1dari 15

Nama : Inatsa Salsabila

NIM : 214110402030

Matkul : MSI

Kelas : 2PAIC

1.) Perkembangan Teknologi Informasi sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan
penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan Komunikasi sehingga
mampu menciptakan alat- alat yang mendukung perkembangan Teknologi Informasi, mulai dari sistem
komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif). Pada hakikatnya
teknologi adalah pengembang dari ilmu pengetahuan karena sebelum teknologi dikenal oleh kita, ilmu
pengetahuan telah menduduki puncaknya. Teknologi dapat dikatakan merupakan implementasi dari
ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada intinya teknologi merupakan penggerak dari ilmu pengetahuan dan
merupakan wujud atau hasil implementasi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan pernah bisa dipisahkan meski lebih dulu ada ilmu pengetahuan dari pada teknologi.

Memasuki era industri 4.0 dimana interaksi antara manusia dan tekonologi semakin masif, hal itu
ditandai dengan berbagai macam aktivitas generasi saat ini yang tidak pernah lepas dari apa yang
dinamakan dengan teknologi. Hal ini dapat di artikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang
mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun
teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih
canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.

Sebagai umat Islam perlu kita sadari bahwa islam memiliki sifat yaitu agama yang menyeluruh atau biasa
disebut dengan syamil mutakamil, dimana dapat dimaknai bahwa dalam agama islam mencakup
pedoman berbagai macam aktivitas muamalah atau kegiatan manusia mulai dari terbukanya mata di
pagi hari sampai waktu terlelap di malam hari, tentu dalam hal perkembangan ilmu dan tekonologi
sudah tercantum pada kitab suci agama islam yaitu Al-Qur'an. Peran islam dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada dua:

Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam
dan bukannya paradigma sekuler yang seharusnya diambil oleh umat islam dalam membangun struktur
ilmu pengetahuan.
Menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan ilmu pengetahuan. Jadi, syariah islamlah
bukannya standar manfaat (utilitarianisme) yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat islam dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci agama islam dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran, sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti penjelasan dalam surah yunus ayat
101 :

"Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman (QS: Surah Yunus :
101)"

Kalau kita perhatikan alam semesta ini, maka kita akan menemukan banyak sekali tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT mulai dari berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang ditunjukkan
melalui berbagai macam fenomena-fenomena di muka bumi ini yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai seorang hamba Allah SWT yang takwa tentu kita diwajibkan untuk meyakini nilai-nilai
keagungan Allah SWT, untuk mengetahui nilai-nilai tersebut kita harus mengetahui segala sesuatu nya
dengan cara menuntut ilmu, bahkan Allah SWT memuliakan seseorang yang menuntut ilmu, seperti
dijelaskan dalam surah al-mujadilah sebagai berikut:

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadilah : 11)"

Tidak dipungkiri lagi bahwa alat-alat modern tersebut ibarat sebuah pisau, ada sisi positif dan sisi
negatifnya tergantung pada penggunaannya. Islam, pada dasarnya, tidak melarang perkembangan dan
kemajuan teknologi karena memang hukum asalnya boleh. Namun, harus disadari bahwa para setan
dari jenis jin dan manusia tidak akan tinggal diam. Mereka (para setan itu) berusaha menjadikan alat-alat
teknologi tersebut tersebut guna memangsa korban-korban untuk dirusak iman dan akhlak mereka.
Sungguh betapa banyak kerusakan dan kemaksiatan yang sumbernya adalah internet dan Facebook.

Oleh karenanya, sebagai seorang muslim yang sejati, hendaknya kita menempatkan alat-alat teknologi
ini untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sebagai lahan pahala bagi kita berupa
dakwah, silaturrahmi, dan sebagainya. Hendaknya kita ingat bahwa kemudahan seorang di dalam
maksiat bukanlah pertanda bahwa Allah meridhainya. Namun, kita harus menyadari bahwa semua
adalah ujian dan cobaan akan keimanan kita kepada Allah, apakah kita benar-benar jujur hanya takut
kepada-Nya ataukah hanya sekadar pengakuan belaka tanpa bukti yang nyata.
Selayaknya bagi seorang muslim yang mau menggunakan alat teknologi untuk mengetahui rambu-
rambu syari'at dalam hal ini agar tidak terjerumus dalam bujuk rayu setan yang mengajak pengikutnya
untuk ramai-ramai bersama masuk neraka.

2. Agama secara umum adalah Agama merupakan suatu dogma yang mengajarkan sekaligus
mengajak kepada umat atau pengikutnya untuk mepercayai adanya Tuhan semesta alam. Tuhan
yang menyampaikan perintah dan larangan-NYA agar dipatuhi dan dijalankan agar memiliki
akhlak dan iman yang baik dalam menjalankan kehidupan di dunia. Sehingga peran agama
dalam menciptakan perdamaian ialah sebagai pedoman setiap umat manusia untuk
pengendalian diri ditengah masyarakat dan hidup dalam jalan yang baik dan teratur. Agama jika
dalam konteks sosial masyarakat maka agama berperan sebagai transformasi sosial dari yang
adanya konflik menjadi sesuatu yang lebih baik dan damai, sehingga dapat saya simpulkan
bahwa agama dapat menjadi sarana dialog untuk kehidupan sosial manusia dalam menciptakan
perdamaian dan ketentraman sosial. Agama mengedepankan tindakan preventif, persuasif, dan
edukatif kepada umatnya, maka peran agama dalam penyelesaian konflik masyarakat dapat
berupa pengingat bagi umatnya untuk hidup dalam perdamaian dan cinta kasih seperti yang
diajarkan oleh semua agama seperti Kristen, Islam, Khatolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Sebagai orang beragama peran yang saya lakukan dalam menciptakan perdamaian dunia adalah
melakukan dialog antar umat beragama, dialog yang saya maksud tidak hanya terjadi dengan
mengobrol, berdikusi maupun langsung menyentuh pembicaraan keimanan dan ajaran agama dengan
umat agama lainnya namun lebih keranah menunjukkan tindakan, praktek sehari-hari dan pembicaraan
terhadap sesama tanpa mengucilkan, membeda-bedakan, dan menjatuhkan teman maupun orang lain
namun merangkul, menjaga sikap dan omongan agar memiliki hubungan yang baik dan mencontohkan
tindakan sikap toleransi terhadap sesama umat manusia. Lalu, saya juga tergabung dalam suatu
organisasi pecinta alam yang memiliki anggota dengan agama yang beragam, dalam organisasi ini saya
banyak belajar mengenai bagaimana dialog dapat menciptakan perdamaian, menyalurkan cinta kasih
kepada sesama dan dapat menyatukan setiap perbedaan yang ada. Setiap anggota menunjukkan
bagaimana agama yang dipeluk tidak dijadikan sebagai ajang eksistensi diri melainkan menjunjung
toleransi untuk bersama-sama merangkul dan menjadi contoh bagi kelompok masyarakat lainnya
mengenai indahnya kebersamaan ditengah perbedaan. Saya sering mengikuti kegiatan bersama yang
Organisasi buat dengan melakukan kegiatan bersama ditengah masyarakat seperti, ikut reboisasi di
Gunung Gede Pangarango, mengambil sampah plastik yang ditinggalkan pendaki dijalur pendakian
Gunung Salak, serta melakukan Bakti Sosial di Panti Jompo. Dialog-dialog seperti inilah yang saya
lakukan dalam berperan menciptakan perdamaian dunia.

Agama berperan penting dalam kehidupan setiap manusia, dan bagaimana agama juga dapat
menjadi alasan atau faktor seseorang maupun kelompok masyarakat dalam memperjuangkan
kepentingan dan tindakan radikalisme sehingga menimbulkan perpecahan dan konflik. Saya banyak
melihat berita bahwa ada kalanya Pemuka Agama memberikan nasihat kepada umat bahwa untuk
menjaga toleransi dan menjunjung tindakan kasih serta damai sejahterah ditengah masyarakat namun
ada kalanya juga adanya utusan maupun nasihat untuk memecah belah masyarakat dunia seperti
mendeklarasikan bahwa agama tertentu adalah sangat baik dan menjatuhkan ajaran agama lainnya.
Agama memang berperan dalam menciptakan perdamaian dan konflik di tengah masyarakat namun
tidak dipungkiri bahwa umat pemeluk yang berperan aktif dalam menciptakan perdamaian di dunia,
agama menjadi pedoman serta norma-norma dengan memberikan ajaran mengenai perbuatan yang
baik dan jahat serta tindakan yang dilarang agar terhindar dari murka Tuhan. Setiap agama memiliki
kebaikan dan kesamaan antar satu agama dengan agama yang lainnya, maka untuk menciptakan
perdamaian kita sebagai umat harus melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

Mencari kesamaan yang ada, bukan mencari perbedaan yang bersinggungan antar ajaran agama

Berdialog dengan umat agama lainnya

Toleransi

Menghormati aturan dan pelaksanaan ibadah agama lain

Sikap terbuka dan mau menerima ajaran agama lain

Contoh tindakan diatas dapat menunjang perdamaian dunia melalui peranan agama. Saya juga
menyadari bahwa masih banyak yang harus saya lakukan untuk berperan aktif dalam aksi perdamaian
antar umar beragama dan mempelajari sikap yang kita harus lakukan dalam menghadapi konflik dan
kejahatan yang dilakukan oleh umat pemeluk agama lainnya. Tindakan kasih yang mengalahkan
kejahatan adalah contoh tindakan perdamaian yang dapat kita lakukan dalam menghadapi konflik, tidak
hanya konflik yang mengatasnamakan agama melainkan kesenjangan, tindakan maupun keputusan yang
tidak adil, dan sebagainya. Saya belajar juga mengenai konsep perdamaian dalam diri dengan Tuhan
yang sudah memberikan damai itu sendiri kepada setiap daripada kita yang percaya kepada-NYA dan
berdampak pada tindakan kita yang memberikan Kasih serta Damai Sejahterah kepada lingkungan kita
dan ini juga berhubungan dengan tindakan Kasih dalam mengalahkan kejahatan. Kita sebagai umat
manusia tidak akan bisa melakukan tindakan melawan kejahatan dengan adil dan tanpa kekerasan
namun wujud Kasih mengalahkan kejahatan mengenai bagaimana kita selalu menyerahkan keluh kesah
kita dan pergumulan kita dalam menghadapi konflik atau kejahatan yang terjadi dalam hidup kita
kepada Tuhan untuk dapat menyelesaikan dan mengadili setiap orang yang jahat karena hanya Tuhanlah
yang dapat mengadili dengan Kasih.

3. Samuel P. Huntington adalah pemberi nama konflik global yang terjadi saat ini dengan sebutan
“Clash of Civilization”.[2] Alasannya, sumber konflik umat manusia saat ini bukan lagi ideologi,
politik atau ekonomi, tapi kultural. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah Jika kultur atau
peradaban adalah identitas, maka identitas peradaban itu sendiri adalah worldview. Jadi, Clash
of Civilization berindikasi pada Clash of Worldview.[3] Clash of Worldview, istilah ini paling tepat
untuk digunakan sebagai komparasi antara worldview Barat yang menjadikan “konsep manusia”
sebagai konsep tertinggi diantara konsep-konsep lainnya (Antroposentrisme), dengan worldview
Islam yang menjadikan “konsep Tuhan” sebagai konsep kunci, inti dan tertinggi (Teosentrisme
atau pandangan tauhid).[4] Sehingga, mempengaruhi cara pandang antara kedua peradaban ini
dalam memandang ilmu pengetahuan.

Worldview mencakup semua sistem dalam kehidupan, baik sistem pendidikan, politik, hukum,
atau pun sistem ekonomi, semuanya berlatar belakang dan memancarkan pandangan alam (worldview)
serta nilai-nilai utama bangsa dan peradaban tersebut. worldview inilah yang menjadi cara setiap orang
memahami kehidupan, serta menjadi asas bagi setiap kegiatannya. [5] Karena urgensinya worldview ini,
Alparslan Acikgence menyatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia pada akhirnya bisa dilacak sampai
ke worldviewnya, suatu kesimpulan yang cukup dengan sendirinya untuk mengungkapkan pentingnya
worldview dalam diri seseorang dan dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk, tentu saja, kegiatan
ilmiah. Ini menunjukkan bahwa semua nilai dan tindakan manusia, sadar atau tidak, merupakan refleksi
atas keyakinan-keyakinan metafisis atau worldview tertentu, dan bidang pengetahuan serta pendidikan
merupakan bidang yang berakar pada worldview tersebut.[6] Artinya, worldview sangat urgen, karena ia
mencakup semua aspek kegiatan dan aktivitas manusia.

Islam sebagai peradaban yang memiliki worldview membekalkan kepada manusia tidak saja dengan tata
cara peribadatan tapi juga dengan pandangan-pandangan (views) dasar tentang konsep Tuhan,
kehidupan, manusia, alam semesta, iman, ilmu, amal, akhlak, dan sebagainya. Pandangan-pandangan
yang merupakan kepercayaan asasi itu pada akhirnya berfungsi sebagai cara pandang terhadap segala
sesuatu dan secara epistemologis dapat berfungsi sebagai kerangka dalam mengkaji segala sesuatu.[7]
Yang mana konsep-konsep yang terdapat dalam sistem pandangan hidup Islam (worldview Islam)[8]
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan yang bersumber hanya kepada satu Tuhan (Tauhidi). Dan
jika metode berpikir seorang Muslim sudah dipengaruhi oleh cara pandang Tauhidi ini, maka inilah yang
disebut sebagai tujuan tertinggi,[9] dan tujuan akhir dalam Islam.[10] Sehingga, tujuan Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini terealisasi.

Adapun, worldview Barat secara umum bertolak belakang dengan Islam, karena menafikan peran wahyu
dalam membimbing rasio dan panca indra mereka, serta lebih memprioritaskan keduanya, maka lahirlah
worldview yang sekular dalam memandang ilmu. Memisahkan sains dengan agama, rasio dengan
wahyu, iman dengan ilmu, dan pada akhirnya worldview sekular ini melahirkan faham ateisme.[11]
Sehingga berpengaruh pada berbagai bidang dan disiplin keilmuan, seperti filsafat, teologi, sains,
sosiologi, psikologi, ekonomi, dan lain-lain.

Akibat dari pengaruh worldview Barat yang telah merasuk kedalam pemikiranpemikiran kaum Muslimin,
maka terjadilah di sana-sini kebingungan (confusion) intelektual dan kehilangan identitas (lost of
identity).[12] Hal tersebut bukanlah persoalan sederhana karena pada gilirannya pandangan hidup dari
anak-anak peradaban Islam yang keyakinannya tauhid menjadi bermasalah. Sehingga dalam konsep
keilmuan dan sistem berfikirnya, iman tidak berhubungan dengan ilmu, alam semesta sepenuhnya
material, menolak keberadaan alam metafisik, menyandarkan kebenaran pada alam empiris dan rasio,
mempertentangkan sifat subyektif-obyektif ataupun rasionalisme-empirisme pada ilmu, dan sebagainya.
Maka bukan hal yang mengagetkan jika muncul pernyataanpernyataan seperti: “Tuhan kan mutlak,
manusia yang relatif tidak mungkin bisa mencapainya”, “jika mengkaji persoalan demikian, lepaskan
dulu imannya”, “yang tidak rasional dan tidak ada bukti fisiknya tidak bisa dinyatakan benar”, dan
sebagainya. Kekeliruan yang ditimbulkan oleh campuran kedua pandangan alam (worldview intrusion)
inilah menurut al-Attas, yang menjadi akar permasalahan epistemologis, dan juga seterusnya menjadi
masalah teologis.[13] Sehingga dampaknya, Islam akan dipandang hanya sebagai agama saja, bukan
sebagai peradaban (lost of civilization).

Maka wajar, jika Al-Attas berani mengatakan bahwa problem terbesar yang dihadapi kaum Muslimin
adalah ilmu pengetahuan modern yang tidak netral, telah merasuk ke dalam praduga-praduga agama,
budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman serta pemikiran
manusia Barat. Jadi, ilmu pengetahuan modern harus diislamkan.[14] Maka dari pada itu, menjadi urgen
untuk memahami perbedaan antara worldview Islam dan Barat, baik dari elemen-elemennya maupun
karakteristiknya. Sehingga, tidak terbawa oleh arus westernisasi ilmu pengetahuan dari Barat.

Download Makalah : WORLDVIEW ISLAM DAN BARAT (Study Komparatif)

_________

[1] Peserta Program Kaderisasi Ulama Universitas Darussalam Gontor Angkatan ke XI.

[2] Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of the World Order (1996).

[3] Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat (Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi Dan Islam),
(Jakarta: INSISTS,2012), hal. 241.

[4] Muhammad Ismail, Menalar Makna Berpikir Dalam al-Qur’an, (Ponorogo, Unida Gontor
Press: 2016), hal. 116.
[5] Lihat pernyataan Ninian Smart dan Alparslan Acikgenc dalam Hamid Fahmy Zarkasyi,
Peradaban Islam, hal. 12-13.

[6] Alparslan Acikgence, Islamic Science towards a Definition, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2006), p. 8-
9.

[7] Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan Alam Islam Sebagai Kerangka Pengkajian Falsafah Islam:
Adab dan Peradaban, hal. 134.

[8] Konsep-konsep dasar Islam itu di antaranya adalah: (1) Konsep din; (2) Konsep manusia
(insan); (3) Konsep ilmu (ilm dan ma’rifah); (4) Konsep keadilan (‘adl); (5) Konsep amal yang benar (amal
sebagai adab) dan semua istilah dan konsep yang berhubungan dengan itu semua; dan (6) Konsep
tentang universitas (kulliyah, jami’ah) yang berfungsi sebagai bentuk implementasi semua konsep-
konsep itu dan menjadi model sistem pendidikan. Lihat Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan
Sekularisme, hal. 201.

[9] Lihat. Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,
1992), 65. Hal ini dikarenakan ‘tujuan utama’ ilmu, dalam Islam adalah untuk mengenal Allah Swt
(ma’rifatulllah), dan meraih kebahagiaan (sa’adah), sebab ilmu mengkaji tentang ayat-ayat (tanda-
tanda), baik ayat kauni atau qauli, yang menjadi petunjuk bagi yang ditandai, yaitu Allah sang pencipta.
Silahkan lihat, Adian Husaini, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hal.32.

[10] Hal ini dikarenakan, Prinsip tauhid dalam Islam merupakan inti pengetahuan dan sekaligus
pengalaman. Allah sebagai kenormatifan berarti bahwa Dia adalah Zat yang memerintah. Gerakan-Nya,
pemikiran-Nya, dan perbuatan-Nya, adalah realitas yang tak bisa diragukan. Dia adalah tujuan akhir,
yakni akhir di mana semua jalinan finalistik mengarah dan berhenti. Allah adalah tujuan akhir dari segala
kehendak dan keinginan. Karena itu, secara etis, Dia-lah yang membuat setiap kebaikan yang lain
menjadi baik. Tujuan akhir adalah dasar aksiologis dari semua mata rantai atau rangkaian tujuan-tujuan.
Lihat Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid; it’s Implications for Thuoght and Life, hal. 3-4.

[11] Kasus Ludwig Feurbach yang menjadi Ateis, karena disebabkan berguru kepada Hegel yang
berpandangan diatas worldview sekular dengan Dialektikanya…Lihat, Dr. Adian Husaini, et. al. Filsafat
Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hal. 8-9. Dan hal ini terus berlanjut hingga
zaman post-modern. Puncaknya dicapai oleh Nietzsche dengan doktrin nihilisme-nya. Menurut
Nietzsche, proses nihilisme adalah devaluasi nilai tertinggi (Tuhan), yang membawa pada kesimpulan
doktrin “kematian Tuhan”.

4. Memahami Perkembangan Studi Islam di Kalangan Ilmuwan Muslim


5. Secara Etimologi
6. Perkembangan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perkembangan artinya perihal
berkembang. Studi menurut KBBI yaitu penelitian ilmiah, kajian, telaahan, dan suatu pendekatan
untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan utuh. Islam
dari bahasa Arab (‫ )اسالم‬merupakan agama yang di ajarkan oleh nabi muhammad SAW. Ilmuwan
merupakan orang yang ahli atau banyak pengetahuan tentang suatu ilmu. Muslim berasal dari
bahasa Arab “muslim”, secara harfiyah berarti seseorang yang berserah diri pada Allah,
termasuk segala makhluk yang ada dibumi dan dilangit. Kata muslim diartikan penganut agama
Islam.

Secara Terminologi

Perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim merupakan Sebagai aktifitas yang bergerak dalam
perkembangan studi islam yang perlu mengetahui sejarah perkembangan studi islam untuk memberi
arah bagi programnya. Sebab dengan adanya sejarah studi tersebut juga berfungsi sebagai ilmu
pengetahuan dan sebagai langkah serta sebagai jalur langkah yang menentukan dalam mempelajarinya.
Serta mengerti perkembangan apa saja yang dibuat oleh tokoh-tokoh yang memajukan studi untuk
mengembangkan ilmu dari dahulu sampai sekarang ini. Dan juga mengetahui cara atau pendekatan apa
saja yang digunakan dalam perkembangan studi islam.[1]

Perkembangan Studi Islam di Kalangan Ilmuwan Muslim

Islam telah ada sejak zaman kenabian. Sejak itu Islam terus berkembang hingga saat ini. Namun,
perkembangannya Islam tidak semudah apa yang kita lihat, saat ini ajaran Islam mengalami kemunduran
hingga akhirnya berjaya hingga saat ini.

Pada Tahun 1800 M disebut sebagai Islam modern sampai saat ini. Dimasa ini banyak perkembangan
dalam kehidupan Islam, meliputi pendidikan, politik, perdagangan dan kebudayaan. Seluruh
perkembangan Islam dirangkum dalam sejarah Islam yang terbagi menjadi 3 periode, yaitu periode
klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).

Periode klasik (650-1250 M)

Islam mengalami masa keemasan atau masa kejayaan dengan dibuktikan perluasan wilayah kekuasaan
Islam adanya integrasi antar wilayah Islam dan adanya puncak kemajuan Islam di bidang Ilmu dan Sains.
pada masa ini mengalami empat kali masa kepemimpinan, yaitu masa kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW dan sahabat (611- 622 M), Abbasiyah (656 H) dan Umayyah(masa peralihan dan pemerintahan),
Dinasti Fatimah di Mesir. ciri-ciri periode ini banyak memperhatikan dari sejarah dan tanpa menutup
mata terhadap dinasti-dinasti kecil. Namun sekitar tahun 1000-1250 M keutuhan umat Islam di bidang
politik pecah, kekuasaan khalifah menurun, akhirnya tahun 1251 M dapat dikuasai dan di hancurkan
Hulagu Khan.

Periode pertengahan (1250-1800 M)

Pada periode ada dua fase yaitu, fase pertama kemunduran (1250-1500 M) zaman ini desentralisasikan
dan disintegrasi semakin meningkat. Banyak wilayah yang memisahkan diri dari kekuasaan pusat. Fase
kedua 3 kerajaan besar (1500-1800 M). Dimulai zaman kemajuan (1500-1700 M) dengan tiga Negara,
yaitu kerajaan Ustman di Turki, kerajaan Syafawi di Persia, kerajaan Mughal di India yang berjaya di
bidang literature dan arsitektur. ciri-ciri periode ini kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan.

Periode modern (1800-sekarang)

Disebut juga periode pembaharuan karena merupakan zaman kebangkitan dan kesadaran umat Islam
terhadap kelemahan dirinya dan adanya untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, terutama
dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa
pembaharuan mulai menggeliat pada tahun 1800 M.

Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengarahkan pemikirannya untuk kemajuan
agama Islam, diantaranya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran Islam berkembang di berbagai
Negara seperti Negara India, Turki, Mesir.[2]
Karakteristik studi Islam oleh umat Islam dari masa ke masa

Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. karakter studi Islam merupakan karakter yang khas yang dapat
dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah, yang
didalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik,
kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu.[3]

Secara umum karakteristik studi Islam adalah ciri khusus yang ada dalam dunia pendidikan di agama
Islam baik yang masalah ekonomi, pendidikan, politik, budaya dan lain-lain, yang terjadi dari masa lalu
dan masa yang berlanjut selanjutnya.

Studi Islam atau biasa disebut dengan pendidikan agama Islam dari masa ke masa mempunyai banyak
sekali perbedaan baik kemajuan maupun kemunduran yang pada masing-masing masa mempunyai
karakternya masing-masing.

Beberapa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam terbagi menjadi 5 periode, yaitu:

Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai
akhir Bani Umayyah. Yang di warnai dengan perkembangannya ilmu-ilmu naqliyah.

Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah
Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang di warnai berkembangnya ilmu aqliyah dan
munculnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.

Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan
Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-
pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.

Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon
sampai masa kini, yang ditandai gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.[4]

Perkembangan Studi Islam di Kalangan Ilmuwan Muslim pada Era Modern


Setelah terjadinya banyak kasus dalam dunia penddikan Islam pada era klasik, baik dalam masa-masa
pembinaan, pertumbuhan, kemunduran dan juga sempat mengalami kejayaan, pada era modern yang
sekarang ini pendidikan diseluruh dunia menjadi sangat pesat perkembangannya.

Yang dikhususkan adalah perkembangan studi Islam yang semakin maju dalam penggunaan alatnya yang
semakin canggih dibanding masa klasik, banyak penemuan-penemuan baru dan yang diajarkan juga
sekarang sangat komplek sesuai bidangnya masing-masing, dan pada era modern banyak juga ilmuwan-
ilmuwan Muslim yang bermunculan yang mengajarkan ilmunya atas tuntunan dari Allah Swt atas dasar
keimanan mereka.

Pada era modern banyak bermunculan bidang-bidang ilmu pendidikan, baik pendidikan agama,
ekonomi, budaya dan juga politik. Perkemangan Islam pada era modern biasanya juga disebut sebagai
masa pembaharuan, para ilmuwan-ilmuwan melakukan pembaharuan dalam banyak bidang yang
berlandaskan al-qur’an dan hadits. Pembaharuan tersebut mulai muncul ketika umat Islam sadar bahwa
mereka telah tertinggal banyak dari bangsa Perancis dan bangsa barat lainnya yang saat itu mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dan juga kesadaran bahwa mereka telah jauh dari ajaran Rasulullah,
seperti sebagai berikut :

Bercampurnya akidah Islamiyah dengan kemusyrikan

Ada sekelompk umat Islam yang hidup mementingkan kehidupan akhirat tanpa memerdulikan
kehidupan dunia.

Orang Islam yang menganut paham kejawen.[5]

Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut mendorong munculnya para penggagas dan


pembaharu Muslim yang berusaha menyadarkan terhadap penyimpangan yang telah dilakukan agar
kembali ke jalan yang di ridhoi Allah SWT. Beberapa tokoh yang mempelopori perkembangan Islam pada
periode modern yaitu, Muhammad bin Abdul Wahab (1115 H/1703 M), dari Arab. Rifa’ah Badawi Rafi
AtTahtawi atau At Tahw (1801 M) dari Tahta Tahub. Jamaludin Al Afghani (1839 M), dari Afghanistan.[6]

Dari sekian banyak hal yang terjadi dalam pendidikan Islam, perlu adanya perubahan dan pembaharuan
pola pendidikan. Karena dari pola pendidikan yang ada sekarang kurang mampu untuk memberikan
konstribusi yang cukup dalam dunia pendidkan dan masih terlalu jauh dengan kemajuan yang terjadi
oleh bangsa barat. Secara garis besar, terjadi tiga pola pemikiran pemabaharuan pendidikan Islam, yaitu
sebagai berikut:
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di barat.

Pola pembaharuan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.

Pola pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme.[7]

Tokoh pembaharu yang ternama adalah Muhammad ibn Abdul Wahab di Arabia dengan Wahabiyahnya
pada tahun 1703-1787 M. Gerakan berpengaruh besar pada abad ke-19. Upaya dari gerakan ini adalah
memperbaiki umat Islam sesuai ajaran Islam yang telah mereka campur adukkan dengan ajaran-ajaran
tarikat yang sejak abad ke-13 telah tersebar luas di dunia Islam.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, di Turki Usmani mengalami kemajuan dengan usaha-usaha dari Sultan
Muhammad II terhadap umat Islam di negaranya untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan upaya melakukan pembaharuan dibidang pendidikan dan pengajaran, yaitu :

Memberikan muatan pelajaran umum

Upaya mendirikan “Mektebi Ma’arif”

Upaya mendirikan “Mektebi Ulumil Edebiyet”

Mendirikan perguruan tinggi dengan berbagai jurusan.[8]

Ragam Metode dan Pendekatan Studi Islam yang digunakan Ilmuwan Muslim Kontemporer

Beberapa pendekatan studi yang diterapkan oleh ilmuwan Muslim kontemporer yaitu:

Pendekatan Historis

Studi yang digunakan untuk mempelajari dan menjelaskan bentuk-bentuk dasar masa lalu.

Pendekatan studi perbandingan

Studi yang digunakan untuk melihat kesejajaran dan perbedaan antar agama, setiap peradaban dan
kebudayaan yang berbeda dengan ciri khas tersendiri. Misalnya pertumbuhan sistem-sistem Ekonomi
yang telah memberikan akibat buruk kepada sejumlah institusi tradisional agama, seperti kapitalisme
modern.
Pendekatan studi konstektual

Studi yang digunakan untuk menghadapi agama yang dikondisikan oleh konteks sosial. Dimana terjadi
perubahan elemen keagamaan dan perubahan kontektual.

Pendekatan studi Hermeneutis

Studi yang digunakan untuk mengetahui pengikut agama dengan menggunakan data yang jelas. (Mircea
Alidiane: 475-478).

Pendekatan Normatif (agama)

Studi yang digunakan untuk melihat Islam atau agama-agama lain berdasarkan teks yang sudah tertulis
dalam kitab suci masing-masing bercorak literal, tekstual dan absolut.[9]

Pendekatan Ilmu sosial

Studi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar manusia tentang kehidupan yang diamati
sebagai satu realitas obyektif untuk mendapatkan suatu formula yang bersifat universal. Pendekatan ini
lebih menekankan pada aspek yang bersifat empiris.

Pendekatan Fenomenologi

Studi yang digunakan untuk memahami agama lain dengan berusaha untuk masuk pada suatu
komunitas agama dengan melepaskan atribut yang dimilikinya.

Beberapa metode yang diterapkan yaitu:

Metode Filologi adalah metode penelitian berdasarkan teks dengan mempelajari dan meneliti naskah-
naskah lama untuk mengerti apa yang terdapat didalamnya sehingga diketahui latar belakang
kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah itu.
Metode Deskriptif adalah metode berdasarkan uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat atau
tokoh pelaku sebuah peristiwa, metode ini digunakan jika peneliti ingin mengangkat sosok pemikir yang
diteliti dengan cara menjelaskan dan menghubungkan secara cermat data dalam bentuk-bentuk
pernyataan dan rumusan-rumusan pendapat.

Metode Komparatif adalah perbandingan antara yang satu dengan yang lainnya, metode ini bermaksud
untuk menemukan tipe, corak atau kategori suatu pemikiran, kemudian memposisikannya dalam peta
pemikiran secara umum, teori kemudian digunakan untuk mendeduksi pemikiran yang telah
direkontruksi (dibangun kembali).

Metode Hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan pemikiran yang diteliti dengan gejala-
gejala sosial yang ada. Hermeneutika adalah studi tentang prinsip-prinsip metodologi interpretasi dan
ekplanasi khususnya kajian tentang prinsip-prinsip umum kitab suci.

Metode Filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti
akar permasalahannya. Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas segala sesuatu
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-dalamnya, sejauh didalam jangkauan
kemampuan akal budi manusia.

Simpulan

Berdasarkan uraian materi diatas, kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Karakter studi Islam merupakan karakter yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam
berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah, yang didalamnya termasuk masalah pendi
dikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan
pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu.

Beberapa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam terbagi menjadi 5 periode, yaitu: Periode
pembinaan pendidikan Islam, Periode pertumbuhan pendidikan Islam, Periode kejayaan (puncak
perkembangan) pendidikan Islam, Periode kemunduran pendidikan Islam, Periode pembaharuan
pendidikan Islam.

Tokoh pembaharu yang ternama adalah Muhammad ibn Abdul Wahab di Arabia dengan Wahabiyahnya
pada tahun 1703-1787M

Beberapa pendekatan studi yang dapat diterapkan terhadap agama kontemporer yaitu: Pendekatan
Historis, Pendekatan studi perbandingan, Pendekatan studi konstektual, Pendekatan studi Hermeneutis,
Pendekatan Normatif (agama), Pendekatan Ilmu sosial dan Pendekatan Fenomenologi
Beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu: Metode Filologi, Metode Deskriptif, Metode Komparatif,
Metode Hermeneutika dan Metode Filsafat

Anda mungkin juga menyukai