Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

“ISLAM, SAINS DAN TEKNOLOGI”

OLEH :

LA ODE MUHAMMAD YOGIN


NIM : C1B323098

JURUSAN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN SOSIAL

UNIVERSITAS HALU OLEO

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

La Ode Muhammad Yogin

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5

A. PENGERTIAN AGAMA, SAINS DAN TEKNOLOGI ...................................................... 5

B. HUBUNGAN ANTARA AGAMA, SAINS DAN TEKNOLOGI ....................................... 9

C. PANDANGAN ISLAM TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI .................................... 11

D. DAMPAK PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI BAGI MASYARAKAT


BERAGAMA.................................................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 19

A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sebab manusia telah diberi
bentuk atau rupa yang paling baik dan dengan kemampuan akal yang lebih baik daripada makhluk
lain. Secara biologis manusia dikatakan sebagai homo sapiens yang artinya spesies mamalia yang
memiliki tingkat kecerdasan berpikir yang tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya.

Melalui kelebihan yang dimiliki manusia dalam mengembangkan pemikiran intelektual


dan akalnya tersebut, manusia mampu melahirkan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat.
Manusia sebagai homo sapiens atau manusia berfikir akan menghasilkan beragam pemikiran,
seperti sains, teknologi (homo faber) dan pengetahuan agama. Agama, sains dan teknologi
merupakan hal terpenting dalam kebudayaan dan peradaban manusia.

Agama, sains dan teknologi merupakan hal yang sangat berkaitan erat dan sangat
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu atau sains tidak akan lahir teknologi, sedangkan
tanpa teknologi, ilmu sulit berkembang pesat. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai
sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari
Tuhan, dan disitulah peran agama dibutuhkan.

Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa”, sementara teknologi untuk


mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berinteraksi, sedangkan agama
sebagai alat untuk mengontrol dan menstabilkan perkembangan ilmu atau sains dan teknologi
untuk mewujudkan keselarasan hidup guna menciptakan kerukunan dan perdamaian umat
beragama di seluruh dunia.

Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Perkembangan sains dan teknologi yang
demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan
peradaban umat manusia. Jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang

3
cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin- mesin otomatis. Ringkas kata
kemajuan sains dan teknologi yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dandirasakan
memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.

Sumbangan sains dan teknologi terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah
dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa sains
dan teknologi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Kalaupun sains dan
teknologi mampu mengungkap semua kenyataan rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti
teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab sains dan teknologi hanya mampu menampilkan
kenyataan, bukan kebenaran.

Sebagai manusia beragama, kita tentu menyadari bahwa kebenaran yang pasti berasal dari
Tuhan dan telah dijelaskan dalam agama masing-masing. Seringkali, kenyataan yang ditunjukkan
oleh sains dan teknologi berbanding terbalik dengan kebenaran yang telah di tuliskan dalam
agama. Seharusnya, sains dan teknologi dapat diakui dan diterima oleh masyarakat jika unsur
agama ikut andil dalam menyelaraskan kenyataan yang dibuktikan oleh agama, sains dan teknologi
dengan kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari penjelasan latar belakang di atas, kami berpikir bahwa dapatlah kami
simpulkan bahwa adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini meliputi pertanyaan
berikut ini:

1. Apa pengertian agama, sains dan teknologi?


2. Bagaimana hubungan antara agama, sains dan teknologi?
3. Bagaimana agama, khususnya Islam, dalam memandang sains dan teknologi?
4. Bagaimana dampak sains dan teknologi bagi masyarakat beragama?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AGAMA, SAINS DAN TEKNOLOGI

1. Agama

Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari
istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan
Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gam” yang dalam bahasa
inggrisnya sama dengan “go” yang berarti pergi. Jadi agama berarti sesuatu yang tidak pergi,
langgeng, kekal. Yang dimaksud dengan semua itu adalah Tuhan. Sedangkan agama dalam bahasa
inggris berarti “religion” yang berarti kedatangan kembali, maksudnya kedatangan wahyu Tuhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud agama adalah ajaran suci bersifat
rohani yang menuntun serta mengatur kehidupan manusia.

Agama, Religi, dan Din (pada umumnya) adalah suatu sistema kredo (tata-keimanan atau
tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia dan satu sistema ritus (tata-
peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu serta sistema norma (tata-kaidah)
yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubunganmanusia dengan alam
lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata-keimanan dan tata-peribadatan termaksud.1

Menurut Durkheim, agama ialah sistem kepercayaan dan praktik yang dipersatukan yang
berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama ialah kepercayaan terhadap sesuatu
yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama ialah pencarian manusia
terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yangg dapat mengancam
jiwanya; agama ialah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yangg hebat. Dengan demikian,
mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada
definisi agama yang benar secara absolut dan dapat ditarima secara un

5
Pada dasarnya, manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan yang dapat melahirkan nilai-nilai
kepercayaan guna menopang kehidupannya. Selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan, dalam
waktu bersamaan juga harus merupakan suatu kebenaran. Demikian juga cara berkepercayaan-pun
harus benar. Karena kepercayaan itu diperlukan, maka dalam dunia nyata ditemukan bentuk-bentuk
kepercayaan yang berbeda. Adapun salah satu kepercayaan yang dapatdiakui kebenaraannya adalah
kepercayaan terhadap agama. Agama sebagai sistem kepercayaan (iman), memiliki dua pengertian:

1. Kepercayaan (iman) sebagai institusi, yaitu iman yang merupakan bagian (paling pokok)
dari agama sendiri, yang berposisi sebagai bentuk kepercayaan yang tertinggi yang diakui
kebenarannya. Seperti rukun iman dalam Islam.
2. Kepercayaan (iman) sebagai sikap jiwa, sikap jiwa mempercayai dan menerima sesuatu
sebagai benar, yaitu sikap jiwa sami’na wa ata’na (kami mendengar dan mematuhi), serta
mematuhi firman ilahi dengan sepenuh kedirian, memusatkan segala pengabdian hanya
kepada-Nya, menyerahkan diri, hidup dan mati semata-mata untuk-Nya.

Eksistensi agama selain sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan adanya


kebenaran, juga sebagai tindakan praktis terhadap aplikasi kepercayaan (iman) yang telah diakui
kebenaranya. Dalam hal ini Ibnu Sina memiliki dua aspek misi, yaitu misi teoritis dan praktis. Misi
teoritis berfungsi mengarahkan jiwa manusia menuju kebahagiaan abadi dengan mengajarkan
ajaran dasar keimanan terhadap eksistensi Tuhan, realitas wahyu, dan kenabian serta kehidupan
sesudah mati. Sedangkan misi praktis mengajarkan aspek-aspek praktis agama sebagai tindakan
ritual untuk dilaksanakan oleh seseorang yang beriman.3

2. Sains (Ilmu Pengetahuan)

Sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Secara istilah sains
adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau pengetahuan
yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum–hukum alam yang terjadi, misalnya
didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains merupakan suatu proses untuk mencari
dan menemui suatu kebenaran melalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk
untuk menerangkan hukum-hukum alam. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk

6
mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam.4

Dalam KBBI, Sains ialah ilmu pengetahuan pada umumnya; ilmu pengetahuan alam;
pengetahuan sistematika tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya zoology, botani,
fisika, kimia, geologi, dan lain sebagainya.5 Sedangkan sains menurut Lorens Bagus, Science
dalam bahasa Indonesia “Ilmu”, dari bahasa Latin “scientia” (pengetahuan), scire (mengetahui).
Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah episteme. Adapun beberapa pengertian
dari sains: Kata tahu (pengetahuan) secara umum menandakan suatu pengetahuan tertentu. Dalam
arti sempit, pengetahuan bersifat pasti. Berbeda dengan iman, pengetahuan didasarkan atas
pengalaman dan pemahaman sendiri. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernahmengartikan
kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya, ilmu menandakan seluruhkesatuan ide
yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu,
koherensi sistematik adalah hakikat ilmu.

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, dan
bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, artinya hasil observasi atau pengamatan baik di
laboratorium untuk ilmu-ilmu kealaman maupun di masyarakat untuk ilmu-ilmu sosial. Sains
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu natural science dan socio science. Kata dasar yang diambil
dari kata sains adalah scientia yang berarti knowledge (pengetahuan). Tetapi, tidak semua
pengetahuan itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud pengetahuan yang sains adalah
pengetahuan yang dapat diuji (hasil dari pengamatan sesungguhnya) kebenarannya dan
dikembangkan secara sistematis dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau
kenyataan semata sehingga pengetahuan yang ditemukan tersebut boleh dipercayai, melalui
eksperimen secara tepat.

Sains memberi penekanan kepada sumbangan pemikiran manusia dalam menguasai ilmu
pengetahuan itu, dan ini terdapat dalam seluruh alam semesta. Proses mencari kebenaran
(jawaban) tentang persoalan-persoalan secara sistematik dinamakan pendekatan saintifik dan
pendekatan ini menjadi landasan perkembangan teknologi yang menjadi salah satu unsur

7
terpenting peradaban manusia. Sains sangat penting untuk perkembangan dan kemajuan
kemanusiaan dan teknologi.

3. Teknologi

Secara etimologis, teknologi berasal dari “techne” atau cara dan “logos” atau pengetahuan.
Secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang cara. Teknologi adalah cara
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indra
dan otak manusia. Kata Yunani kuno “techne” berarti seni kerajinan, dan dari kata “techne”
kemudian lahirlah perkataan “technikos” yang berarti seseorang yang memiliki keterampilan
tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena
menunjukkan suatu pola, langkah dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Dengan demikian teknologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang menerapkan suatu teori dalam
kenyataan yang praktis dan memiliki tujuan tertentu dengan menggunakan suatu peralatan
tertentu.6

Teknologi merupakan sarana yang amat penting untuk kehidupan masyarakat di jaman
yang modern ini di berbagai bidang untuk mencapai tujuan-tujuan yang praktis. Istilah teknologi
merupakan produk sains atau ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju
pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan inipun mempunyai suatu akibat di mana
teknologi dianggap sebagai penerapan sains. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan
salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral, dalam situasi tertentu teknologi
tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak
perbedaan sains dan teknologi.

Penggunaan teknologi bertujuan untuk memudahkan segala aktivitas yang berkaitan


dengan efisien waktu dan tenaga. Penciptaan teknologi ini didorong oleh ciri otomatisme dari
fenomena teknik kehidupan masa kini yang menginginkan segala sesuatu menjadi lebih cepat dan
mudah. Sama dengan sains, hasil penggunaan teknologi juga memberikan kontribusi yang besar
dari kesejahteraan hidup manusia di segala aspek kehidupan. Namun sayangnya sekarang ini tidak

8
semua teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, justru ada pula teknologi yang malah
membantu menjadi bumerang akibat salah dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu, dalam
memanfaatkan teknologi haruslah didasari dengan moral dan etika yang baik serta tanggung jawab
sosial yang beradab.

B. HUBUNGAN ANTARA AGAMA, SAINS DAN TEKNOLOGI

Sebagaimana dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa agama, sains dan teknologi
merupakan hal yang sangat berkaitan erat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa
ilmu atau sains tidak akan melahirkan teknologi, sedangkan tanpa teknologi, ilmu sulit
berkembang pesat. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak
cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan, dan disitulah peran
agama dibutuhkan.

Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa”, sementara teknologi untuk


mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berinteraksi, sedangkan agama
sebagai alat untuk mengontrol dan menstabilkan perkembangan ilmu atau sains dan teknologi
untuk mewujudkan keselarasan hidup guna menciptakan kerukunan dan perdamaian umat
beragama di seluruh dunia.7

Sumbangan sains dan teknologi terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah
dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa sains
dan teknologi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Kalaupun sains dan
teknologi mampu mengungkap semua kenyataan rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti
teknologi adalah sinonim dengan kebenaran. Sebab sains dan teknologi hanya mampu
menampilkan kenyataan, bukan kebenaran.

Sebagai manusia beragama, kita tentu menyadari bahwa kebenaran yang pasti berasal dari
Tuhan dan telah dijelaskan dalam agama masing-masing. Seringkali, kenyataan yang ditunjukkan
oleh sains dan teknologi berbanding terbalik dengan kebenaran yang telah di tuliskan dalam

9
agama. Seharusnya, sains dan teknologi dapat diakui dan diterima oleh masyarakat jika unsur
agama ikut andil dalam menyelaraskan kenyataan yang dibuktikan oleh agama, sains dan teknologi
dengan kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan.

Paradigma Hubungan Agama dengan Sains dan Teknologi

Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan antara Agama
dan Teknologi, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma.8

1) Paradigma Sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama, sains dan teknologi adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan
dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya
dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak
mengatur kehidupan umum/ publik. Paradigma ini memandang agama, sains dan teknologi
tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama, sains dan teknologi sama
sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal),
epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan
dengan cara menerapkan pengetahuan).
2) Paradigma Sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi
agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan
sains dan teknologi. Sains dan teknologi bisa berjalan secara independen dan lepas secara
total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem.
Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-Tuhan.
Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak
ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan paradigma sosialis ini,
maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan sains dan teknologi. Seluruh
bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis.9 Paham Materialisme Dialektis adalah
paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus

10
melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi
yang sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri.
3) Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah
Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi
qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan
manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas
dari aqidah itu. Sehingga disimpulkan bahwa paradigma ini, melakukan integrasi antara
agama, sains dan teknologi. Selengkapnya dijelaskan pada bagian pembahasan selanjutnya.

C. PANDANGAN ISLAM TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk mengerahkan segala
kemampuannya dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di alam
semesta ini. Hal ini sebagaimana tercantum dalam ayat Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 33:

Yang Artinya berbunyi : “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan”.

Dalam ayat tersebut Allah SAW memberikan kesempatan kepada manusia untuk
melakukan pemikiran (menggunakan akalnya) dan eksplorasi terhadap alam semesta. Upaya
penaklukan ruang angkasa harus dilihat sebagai suatu ibadah manusia yang ditujukan selain untuk
memahami rahasia alam, juga demi masa depan kehidupan manusia.

Menurut Muhammad Ismail sebagaimana dikutip oleh Sudjana10 mengatakan bahwa


pemahaman Islam tidak lain adalah pemikiran-pemikiran yang memiliki penunjukan-penunjukan
nyata, yang dapat ditangkap dengan logika selama masih dalam batas jangkauan akalnya. Namun,
bila hal-hal tersebut berada diluar jangkauan akalnya, maka hal itu ditunjukan secara pasti oleh
sesuatu yang dapat diindera, tanpa rasa keraguan sedikitpun. Dengan demikian peranan akal bagi

manusia sangatlah penting dan mendasar karena dengan akalnya ia dapat menentukan yang terbaik
11
bagi dunia dan akhirantnya kelak.

Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa tidak ada agama (Islam) tanpa adanya aktifitas
akal. Artinya bagi seorang Muslim, keyakinannya tentang Islam haruslah dibangun berdasarkan
akal sehat dan penalarannya. Bukan hanya sekedar dogma yang dipaksakan atau informasi-
informasi tanpa kenyataan. Akan tetapi, akal harus difungsikan sebagaimana mestinya.11

Islam bahkan mendorong penganutnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains


seperti tercantum dalam QS Al-‘Alaq: 1-5:

Yang Artinya berbunyi : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang
mengajarmanusia dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka
makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus
dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut
bismirabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang
tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya.13

Dalam Q.S. Ali-Imran: 190-19:

Yang Artinya berbunyi : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa
neraka.”14

Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan
merenungkan ayat-ayat-Nya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini, Allah menyuruh
manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit yang melindungi dan bumi yang
terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu
penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran12
Allah SWT. Kemudian islam juga menempatkan
orang yang beriman, berilmu dan beramal shalih pada derajat yang tinggi, seperti dalam Q.S. Al-
Mujadilah

Yang Artinya Berbunyi: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”15

Kedudukan orang-orang beriman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang kafir
meski mereka memiliki kelebihan yang bersifat keduniaan dari orang-orang beriman. Namun
derajat orang-orang beriman yang berilmu akan menempati posisi yang lebih baik lagi ketimbang
orang yang hanya beriman saja. Hal tersebut dikarenakan hanya dengan sarana ilmu lah, seseorang
dapat mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil.

13
Seluruh pengetahuan, termasuk pengetahuan kealaman (sains) ada dalam al-Qur’an.
Pendapat ini didukung antara lain oleh al-Ghazali, al-Suyuti, dan Maurice Bucaile. Al-Qur’an
hanya sebagai petunjuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pendapat ini didukung antara
lain oleh Ibnu Sina, al-Biruni, dan al-Haitam.

Dalam Al-Qur`an yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang berakal”. (QS Ali Imran: 190). Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang
taat dan saleh tapi sekaligus cerdas dalam sains dan teknologi.16

Prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan sains
dan teknologi dunia Islam antara tahun 700- 1400 M. Pada masa inilah dikenal nama Jabir bin
Hayyan (721 M) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarizmi (780 M) sebagai ahli matematika
dan astronomi, Al-Battani (858 M) sebagai ahli astronomi dan matematika, Al-Razi (884 M)
sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin Qurrah (908 M) sebagai ahli
kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.17

Buktinya, dalam ayat yang lain, Alquran Surah Al-anbiya: 30:

Yang Artinya Berbunyi : “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit
dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS.
Al-anbiya: 30)

Ayat tersebut berkaitan dengan Big Bang Theory, yaitu teori terbentuknya alam semesta
yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian terjadi
ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas. Teori Big Bang ini adalah teori
penciptaan bumi yang paling diakui di era modern.

14
D. DAMPAK PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI BAGI MASYARAKAT
BERAGAMA

Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting
dalam pembangunan peradaban manusia. Penemuan-penemuan sains dan teknologi telah
memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Perjalanan yang dulu perlu ditempuh
berbulan-bulan, sekarang dapat ditempuh hanya beberapa jam saja dengan pesawat terbang, kereta
api cepat, memudahkan dan menyenangkan cara hidup manusia zaman sekarang dibanding zaman
dulu. Islam, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong
manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban,
bahkan mengatur umatnya kearah selamat dan menyelamatkan baik di dunia maupun diakhirat
kelak.18 Selain manfaat tersebut, teknologi serupa pisau bermata dua sebab mampu menimbulkan
hal negatif juga. Berikut beberapa dampak dari perkembangan sains dan teknologi bagi masyarakat
beragama:

Dampak Positif Perkembangan Sains dan Teknologi:

a) Menyadarkan umat Islam untuk selalu mengenal dan dekat dengan sang penciptanya
Allah S.W.T, karena sumber segala sains dan teknologi yang diciptakan dan
dikembangkan oleh manusia pada hakikatnya berasal dari Allah S.W.T, terutama
bersumber pada suroh/ayat kauniyah.
b) Mengantarkan manusia kepada era kehidupan yang maju, modern dan sejahtera.
Menurut ajaran agama Islam, sains dan teknologi harus dipergunakan untuk mencapai
kehidupan bahagia dunia dan akhirat.
c) Mempercepat dan mempermudah komunikasi.
d) Mempercepat dan mempermudah transportasi ke suatu tempat.
e) Pembuatan senjata dan peralatan perang untuk menjaga keamanan dari serangan musuh.
f) Komputerisasi dan informasi.

16
Dampak Negatif Perkembangan Sains dan Teknologi:

a) Informatika. Kemajuan teknologi dan informasi faktanya juga membuat dunia kejahatan
makin canggih. Praktek-praktek pencurian melalui jaringan komputer dan internet,
seperti pembobolan bank, penipuan dagang via internet.19
b) Persenjataan. Akibat yang ditimbulkan senjata modern dan canggih, bisa lebih
menimbulkan kerusakan dan kerugian yang lebih besar atau korban yang jauh lebih
banyak jumlahnya ketimbang senjata konvesional, juga karena dengan itu jumlah
korban yang dibunuh dapat lebih banyak daripada perang tradisional.
c) Biologi. Dengan teknologi, kalangan ahli biologi dapat mengembangkan apa yagdisebut
sebagai clonning yang bisa diterapkan pada tumbuhan, hewan, dan sangat mungkin juga
pada manusia.
d) Medis. Kemajuan teknologi kedokteran sangat pesat, banyak peralatan medis mutakhir
banyak ditemukan. Kecuali dampak yang positif, sudah tampak bahwa peralatan
modern itu juga membawa dampak negatif.
e) Lingkungan hidup. Sistem pengelolaan industri yang tidak ditata secara tepat dan baik,
menyebabkan lingkungan bukan hanya kotor, tapi juga tercemar.
f) Membawa kepada kekhafiran atau kekuasaan dunia.
g) Menumbuhkan sikap sombong dan kecongkakan.
h) Memodernisir kepuasaan hawa nafsu manusia.
i) Menutupi kefasikan diri.
j) Menambahkan kepintaran berdebat dengan memperhalus kedustaan serta
membanggakan diri.
k) Gaya hidup yang cenderung ke arah negatif.

17
Sikap Muslim Terhadap Teknologi dan Sains

Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi teknologi dan sains, tentunya kita harus
menanggapi dengan bijak. Cara menaggapi di antaranya:

1) Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya terhadap
perkembangan teknologi dan sains. Kemajuan teknologi dan sains itu tidak bisa kita tolak.
2) Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa melakukan hal ini.
3) Digesif, teknologi dan sains itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma’ruf nahi
munkar.20
4) Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim yang pasti
sesuai dengan dasar islam.
5) Transmitif, kembangkanlah teknologi dan sains untuk menyiarkan agama islam. Sebagai
contoh dengan adanya alquran seluler, quran digital dan sebagainya.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa bagian pembahasan di atas, kami menyimpulkannya ke dalam beberapa poin
berikut ini:

➢ Agama adalah ajaran suci bersifat rohani yang menuntun serta mengatur kehidupan
manusia.
➢ Sains merupakan suatu proses untuk mencari dan menemui suatu kebenaran melalui
pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk untuk menerangkan hukum-
hukum alam dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan
dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam.
➢ Teknologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang menerapkan suatu teori dalam
kenyataan yang praktis dan memiliki tujuan tertentu dengan menggunakan suatu peralatan
tertentu.
➢ Hubungan antara agama, sains dan teknologi adalah bahwa sains berperan sebagai suatu
badan pengetahuan, dan teknologi saling berinteraksi dengan sains, sedangkan agama
sebagai alat untuk mengontrol dan menstabilkan perkembangan sains dan teknologi untuk
mewujudkan keselarasan hidup guna menciptakan kerukunan dan perdamaian umat
beragama di seluruh dunia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Supadie, Didiek Ahmad. 2011. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Inke, Vindyastika. 2010. Manusia, Sains, Teknologi, Seni dan Agama (Makalah
yang diposting di Academia).
Ali, Lukman. 1991. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amalia, Ayu. 2010. Mengutip Yahya Farghal.
Sudjana. 2008. Islam Fungsional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muhaimin.2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.
Shihab, Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Mizan.
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Cet.3. Jakarta: RajaGrafindo.

Ahmad, Marimba. 1984. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.

Prasetyo, Dicky.
https://www.academia.edu/28640893/Makalah_Agama_Pengertian_Agama (20 April
2019).
https://www.academia.edu/28064644/MANUSIA_SAINS_TEKNOLOGI_SENI_DA
N_AGAMA.docx diakses pada 29 April 2019.
https://alquran-indonesia.com/index.php?surah=96 diakses pada 10 Mei 2019.
http://www.suaraislam.co/islam-dan-sains-pandangan-al-quran-terhadap-sains/
diakses pada 29 April 2019.
https://www.bacaanmadani.com/ diakses pada 10 Mei 2019.
http://ayuamalia97.blogspot.com/2015/05/hubungan-antara-agama-dan-sains.html
di akses pada 12 Mei 2019.
http://onedi7.blogspot.com/2015/12/fungsi-agama-islam-dalam-sains-dan.html
Diakses pada 10 Mei 2019.

20

Anda mungkin juga menyukai