Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

‘‘Tantangan Women Peacekeeper Indonesia dalam Upaya Menjaga Perdamaian


Dunia’’

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Hubungan
Internasional yang diampu oleh dosen bapak Anggun Trisnanto Hari Susilo S.IP., M.IDEA.

Disusun Oleh

PUTRI SALSABILA (185120401111002)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada zaman sekarang peran perempuan sudah tidak dibatasi lagi bahkan dunia saat ini
juga tengah berfokus pada upaya mencapai kesetaraan gender antaran laki-laki dan
perempuan. Keberadaan wanita semakin hari semakin dibutuhkan dan diperhitungkan bahkan
dalam upaya menjaga perdamaian sekaliapun peran perempuang tidak bisa kita remehkan
lagi. Hal ini ditunjukkan dengan diterapkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1325
tahun 2000 tentang “Women, Peace and Security”. 1dari resolusi dewan keamanan PBB
tersebut maka seluruh negara anggota PBB sepakat untuk bekerjasama dengan memanfaatkan
partisipasi perempuan yang tergabung dalam women peacekeepers di berbagai misi
perdamaian dunia. Walaupun dunia militer identik dengan kekuatan, keberanian, dan
kemaskulinan serta membutuhkan fisik yang tahan dan kuat namun ini tidak menghambat
bagi perempuan untuk dapat ikut berpartisipasi dalam misi perdamaian dunia di berbagai
negara pasca konflik. Meskipun begitu dalam pengabdiannya di daerah-daerah konflik
tentunya sebagai perempuan dihadapi oleh berbagai tantangan yang harus siap di lalui oleh
setiap womenpeacekeepers yang bertugas.
Keberadaan Women Peacekeeper sering kita lihat di negara-negara yang tengah
dilanda konflik maupun pasca konflik yang sungguh memprihatinkan. Dalam negara-negara
yang tengah dilanda konflik biasanya pemerintah tidak bisa berjalan dengan normal. Oleh
sebab itu peran lembaga Internasional seperti PBB sangat dibutuhkan. Keberadaan Women
Peacekeeper dibutuhkan dalam rangka pemulihan masyarakat dan korban yang terdampak
konflik-konflik yang mengerikan tersebut. Hampir seluruh negara-negara anggota PBB sudah
ikut berpartisipasi dalam mengirimkan Women Peacekeepernya kedaerah-daerah konflik
tidak terkecuali dengan negara Indonesia. Indonesia sendiri sejak tahun 1957 telah
mnegirimkan pasukan perdamaiannya. Tahun 2008 adalah pertamakalinya Indonesia
mengirimkan Women Peacekeepersnya dalam misi perdamaian dunia dan bahkan Indonesia
saat ini menduduki peringkat ke 8 dari 124 negara penyumbang pasukan perdamaian terbesar
1
UNSCR. 2000. Resolution 1325 [online] https://unscr.com/en/resolutions/doc/1325 pada 27 maret 2020
pukul 19.45 WIB
yakni berjumlah kurang lebih 3080 personil dan 106 diantaranya adalam Women
Peacekeepers.2 Partisipasi Indonesia ini juga merupakan pengimplementasian dari prisip
politik bebas aktif yang dimiliki oleh Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Apa Saja Tantangan Womenpeacekeeper Indonesia dalam setiap misi perdamaian
PBB sebagai Upaya Menjaga Perdamaian Dunia?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai tantangan yang
dihadapi oleh Womenpeacekeepers Indonesia dalam setiap misi perdamaian PBB sebagai
Upaya Menjaga Perdamaian Dunia.

1.4. Manfaat Penelitian


Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan kualitas dan pengiriman
pasukan Women Peacekeepers Indonesia di negara-negara konflik yang membutuhkan.

2
Leonard F. Hutabarat, Indonesian Participation in the UN Peacekeeping as an Instrument of Kebijakan luar
negeri : Challenges and Opportunity, 2014, hlm. 186
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

2. 1 Teori/Konsep/Perspektif/Paradigma/Model/Pendekatan
Untuk dapat memahami bagaimana peran Women Peacekeeper dalam Upaya menjaga
perdamaian dunia maka penulis menggunakan teori Gender. Gender secara bahasa memang
diartikan sebagai jenis kelamin namun dalam hal ini Gender diartikan sebagai suatu
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku (Victoria
Neufeldt (ed.), 1984: 561). Dalam sumber lain seperti dalam Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat (Siti Musdah Mulia, 2004: 4). perbedaan peran tersebut pun
juga terlihat dalam berbagai misi perdamaian PBB yang didominasi oleh didominasi oleh pria
namun peran Women Peacekeeper pada masa sekarang juga sangat penting terlebih lagi
untuk mempromosikan hak-hak korban perang. Pengiriman pasukan Women Peacekeeper
terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari yang awalnya 1% dari total seluruh
pasukan lalu meningkat menjadi 5% dari total seluruh pasukan yang dikirmkan. Ini
membuktikan bahwa perempuan juga memiliki kesempatan untuk berkonstribusi dalam
berbagai misi perdamaian dunia. Hal ini juga sebagai bentuk penerapan konsep Gender
Equality yang tengah hangat disuarakan oleh masyarakat global. Pada masa sekarang laki-
laki dan perempuan memiliki hak yang sama di segala bidang kehidupan tidak terkecuali
bidang pertahanan dan keamanan.

Gender Equality
Gender menentukan perbedaan peran, perilaku, kondisi emosional dan mentalitas antara
perempuan dan laki-laki. Pada zaman dahulu perempuan kerap kali direndahkan dan ditindas
karena dianggap tidak bisa apa-apa namun berbeda dengan kondisi saat ini dimana peran
perempuan sangat diperhitungkan dalam berbagai bidang kehidupan. Dari sini kita mengenal
istilah gender equality yang dimaknai sebagai suatu kesetaraan antara hak laki-laki dan
perempuan yang mana saat ini perempuan juga memiliki kesempatan untuk ikut berperan
penting dan berpartisipasi dalam setiap bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, politik,
sosial budaya, pendidikan, hukum, maupun pertahanan. Pada penelitian kali ini peneliti
berfokus pada peran perempuan dalam bidang pertahanan. Partisipasi perempuan dalam
bidang pertahanan dapat dibuktikan dengan pengiriman pasukan Women Peacekeepers ke
daerah-daerah konflik di berbagai penjuru dunia sebut saja Libanon.3
Dalam pengupayaan tercapainya gender equality maka lembaga internasional seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) dalam Department of Peacekeeping Operations (DPKO)
membuat suatu kebijakan yang bernama “Policy on Gender Equality in Peacekeeping
Operations”. kebijakan ini didasarkan pada Security Council Resolutions 1325 tahun 2000
yang merupakan Resolusi Dewan Keamanan PBB pertama kali yang menekankan betapa
pentingnya peran perempuan sebagai agen aktif dalam pencegahan dan resolusi konflik
sebagai upaya mencapai perdamaian dunia. Resolusi tersebut menghimbau negara-negara
anggota PBB untuk memberikan kesempatan yang sama bagi kaum perempuan yang ingin
berkonstribusi dalam mempertahankan dan mempromosikan perdamaian dunia.
Karena peran perempuan dinilai rentan untuk ikut terlibat dalam misi perdamaian dunia di
daerah-daerah konflik yang mana tindak kekerasan seksual terhadap perempuan kerap terjadi
maka dengan ini Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1820 yang menghubungkan
sexsual violence sebagai suatu “tactic of war” dengan isu “women, peace, and security”.
dengan begitu terlihat peran yang begitu besar dari UN Women Peacekeepers dalam setiap
misi pemeliharaan perdamaian PBB. Dalam dunia pertahanan pun sudah dapat terlihat peran
perempuan dari hari ke hari mengalamai peningkatan.

Women Peacekeepers
Women Peacekeepers sering ditugaskan di daerah-daerah pasca konflik yang mana telah
terjadi trauma pada perempuan dan anak-anak akibat dominasi pria serta konflik yang terjadi.
Peran Women Peacekeepers dalam setiap misisnya adalah berusaha untuk menginspirasi
masyarakat daerah konflik khususnya wanita dan anak-anak untuk terus memperjuangkan
hak-haknya. Untuk itu penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan perekrutan
Women Peacekeepers tidak terkecuali negara Indonesia. Dengan adanya Women
Peacekeepers ini diharapkan dapat mengurangi dan meredam konflik, menumbuhkan rasa
aman terhadap warga setempat terutama bagi wanita dan anak-anak, menjadi role models
bagi wanita didaerah yang ditugaskan, dan yang tidak kalah penting adalah untuk
meningkatkan skill peacekeeping missions. 4
Indonesia melakukan pelatihan dan karantina bagi calon peacekeepers laki-laki dan

3
Rany Purnama Hadi & Sartika Soesilowati, Peran perempuan dalam keamanan pasukan pemelihara
perdamaian perempuan Indonesia dalam UNIFIL: Tantangan dan peluang
4
perempuan sebelum dikirimkan ke daerah pascakonflik. Ini diperlukan mengingat kondisi
geografis maupun sosial sangat berbeda jika dibandingkan dengan Indonesia. Calon
peacekeepers dipersiapkan agar dapat menghadapi situasi apapun yang mungkin terjadi entah
itu penyerangan, kekurangan air dan pangan, maupun masyarakat sekitar yang membutuhkan
bantuan. Selain itu WomenPeacekeepers juga dilatih kemampuannya dalam bidang kesehatan
sehingga dapat menangani berbagai kasus penyakit maupun luka yang diderita oleh
masyarakat.

Operasi Perdamaian
Ada banyak operasi perdamaian PBB yang telah diikuti oleh Indonesia diantaranya
adalah MINUSCA, UNIFIL, UNAMID, dan masih banyak lagi. Dalam mengkoordinasikan
dan mengawasi tugas para Peacekeepers maka Dewan Keamanan PBB membentuk
Peacekeeping Operations (PKO) untuk mengamati dan memantau setiap operasi perdamaian
PBB.5 Tercatat setidaknya ada 16 operasi perdamaian aktif yang tersebar di 4 benua berbeda.
Pada faktanya pengiriman pasukan perdamaian dunia ini bersifat multidimensional yang
berarti bahwa pengiriman pasukan tersebut bukan hanya sebatas pemeliharaan perdamaian
namun juga berperan dalam melindungi warga negara, Demobilisasi, Asistensi Gejatan
Senjata, Fasilitasi Proses Politik seperti Pemilihan Umum dan juga mempromosikan hak-hak
manusia. Selain itu dengan adanya operasi Perdamaian dunia ini dapat meningkatakan
hubungan antar negara dan meredam konflik. 6

5
Katsumi Ishizuka. 2002. Peacekeeping and National Interests: Positive Factors Influencing Potential
Contributing State. Hlm. 17-21

6
Ibid.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai “Tantangan Women Peacekeepers Indonesia dalam setiap Misi


Perdamaian Dunia sebagai Upaya Menjaga Perdamaian Dunia” ini menggunakan metode
Kualitatif yang berguna dalam membantu peneliti dalam mengumpulakn data-data terkait dan
menganalisisnya.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Batasan Waktu

Batasan waktu penelitian ini adalah sejak pertama kalinya Indonesia mengirimkan
WomenPeacekeepernya ke dalam misi perdamaian PBB yakni pada tahun 2008 sampai saat
ini.

b. Batasan Materi

Pembahasan penelitian ini berfokus pada Berbagai Tantangan yang dihadapi oleh
perempuan yang tergabung dalam Women Peacekeeper sebagai resolusi konflik dan
penerapan gender equality di dalam setiap misi perdamaian PBB.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah Kajian Pustaka yakni dengan cara
mengumpulkan data-data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen, buku, jurnal, dan
website resmi terkait dengan topik penelitian.

3.4. Teknik Analisa Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam menganalis data-data yang sebelumnya telah
terkumpul yakni dari tahap pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data
sekunder dari sumber-sumber yang terpercaya sehingga etika kejujuran dan ketelitian sangat
diperlukan dalam proses penelitian ini, kedua adalah tahap mereduksi data yakni dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis setiap data sehingga dapat membantu peneliti untuk
menemukan kesimpulan, ketiga adalah tahap verifikasi data yakni mengecek kembali
keabsahan data-dtaa yang telah dianalisis sebelumnya dan terakhir adalah display data yakni
dengan memperlihatkan data-data yang telah diolah sebelumnya.

3.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dibagi kedalam beberapa sub-bab yaitu :

1. BAB 1 (PENDAHULUAN)
Dalam bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dari
permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat yang
diharapkan dari penelitian tersebut.
2. BAB 2 ( KERANGKA PEMIKIRAN )

Dalam bab ini terdiri dari kerangka pemikiran teoritis maupun konseptual
dengan menjelaskan keterkaitan anatara Teori Resolusi Konflik ini dengan konsep
Gender Equality, operasional dari konsep yang digunakan oleh penulis, serta
Hipotesis.

3. BAB 3 (METODE PENELITIAN)

Bab ini sendiri menjelaskan mengenai metode penelitian penulis yang terdiri
dari jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, tekhnik pengumpulan data, teknik
analisis data serta sistematika dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA

Porter Elizabeth. (2007). Peacebuiding : Women in International Perspective. New York :


Routledge.

Nugroho, Tri Ambar “Wanita pada United Nations Peacekeeping Operations: Sebuah solusi
dan aset” dalam http:www.pralangga.org.

Departement of Peacekeeping Operations. (2004). Gender Resources Package for


Peacekeeping Operations. New York : Peacekeeping Best Practices Unit.

Leonard F, Hutabarat. 2014 Indonesian Participation in the UN Peacekeeping as an


Instrument of Foreign Policy: Challenges and Opportunity.

Katsumi Ishizuka. 2002. Peacekeeping and National Interests: Positive Factors Influencing
Potential Contributing State.

UN, “ Women in Peacekeeping”, [online] https://www.un.org/ pada 27 maret 2020 pukul


18.15 WIB

Leonard F Hutabarat. 2017. The Development of Indonesian Female Peackeceepers in The


United Nations Peackeeping Mission [online]
https://kemlu.go.id/portal/id/read/343/berita/peran-krusial-penjagaperdamaian-peempuan-
sebagai-agen-perdamaian-toleransi-dan-kemakmuran%20pada%2018%20April%202019
pada 27 maret 2020 pukul 18.50 WIB

UNSCR. 2000. Resolution 1325 [online] https://unscr.com/en/resolutions/doc/1325 pada 27


maret 2020 pukul 19.45 WIB

Anda mungkin juga menyukai