Anda di halaman 1dari 330

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK

ISBN
978-979-19477-3-2
GIZI
ASUHAN

DI PUSKESMAS

n
Organization
World Health
Buku Saku

ASUHAN GIZI

PEDOMAN PELAYANAN GIZI


BAGI PETUGAS KESEHATAN
DI PUSKESMAS

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

ANAK • Gizi buruk RAWAT INAP


• Penyakit ringan / • Obati penyakit
• Datang sendiri berat
• Dirujuk : • Diet gizi buruk P
MTBS • 10 tata laksana gizi U
Non MTBS buruk S
K Posyandu / Pusat
PULANG E Pemulihan Gizi
S (PPG)
RAWAT INAP M
YANKES RUJUKAN • Penyakit berat • Obati penyakit A
• Gizi kurang • Penambahan energi S
dan protein 20 – 50 %
• Periksa klinis diatas AKG RUMAH
dan TANGGA
anthropometri
• BB dan TB anak
RAWAT JALAN
• Obati penyakit
• Penambahan energi
• Penyakit ringan dan protein 20 – 50 %
• Gizi kurang diatas AKG
TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok TB BB Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Air


Umur (cm) (kg) (kkal) (g) (g) (g) (g) (mL)
Bayi/Anak
0 -< 6 bl 61 6 550 12 30 58 0
6 -<12 bl 71 9 700 16 35 80 10 800
1-3 th 91 13 1050 20 40 145 15 1200

ISBN 978 979 19477 3 2


4-6 th 112 19 1550 28 60 210 22 1500
7-9 th 130 27 1800 38 70 250 25 1900
Laki laki
10-12 th 142 34 2100 50 70 290 29 1800
13-15 th 158 46 2550 62 85 350 35 2000
16-18 th 166 56 2650 62 88 350 37 2200
19-29 th 168 60 2700 62 90 370 38 2500
30-49 th 168 62 2550 62 70 380 36 2600

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data


50-64 th 168 62 2250 62 60 330 32 2600
65-79 th 168 60 1800 60 50 300 25 1900
80+ th 168 58 1500 58 42 250 21 1600

Office for Indonesia. II. Indonesia. Ministry of Health.


Perempuan
10-12 th 145 36 2000 52 70 270 28 1800
13-15 th 155 46 2150 60 70 300 30 2000
16-18 th 157 50 2150 58 70 300 30 2100
19-29 th 159 54 2250 58 75 320 32 2300
30-49 th 159 55 2100 58 60 300 30 2300
50-64 th 159 55 1900 57 50 280 26 2300
65-79 th 159 54 1500 57 40 250 21 1600
DAFTAR ANGKA KECUKUPAN GIZI, 2012

80+ th 159 53 1400 55 40 220 20 1500


Hamil
Trimester 1 +180 +18 +6 +25 0 +300
Trimester 2 +300 +18 +10 +40 0 +300

Buku saku asuhan gizi di Puskesmas : pedoman pelayanan gizi bagi petugas kesehatan
Trimester 3 +300 +18 +10 +40 0 +300
Menyusui

NLM Classification: WD 101


6 bl pertama +330 +17 +11 +45 0 +800
6 bl kedua +400 +17 +13 +55 0 +500

5. Maternal welfare. 6. Child welfare. 7. Infant welfare. 8. Handbooks. 9. Indonesia. I. WHO Country
1. Nutrition disorders. 2. Nutritional status. 3. Child nutrition disorders. 4. Infant nutrition disorders.
TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Vitamin B12 Folat Pantotenat Biotin Choline Vitamin C
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (mg) (µg) (µg) (mg) (µg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 0.3 0.3 3 0.1 0.4 65 1.7 5 125 40
6-<12 bl 71 9 0.4 0.4 4 0.3 0.5 80 1.8 6 150 50
1-3 th 91 13 0.6 0.7 6 0.5 0.9 160 2 8 200 40
4-6 th 112 19 0.8 1.0 9 0.6 1.2 200 2 12 250 45
7-9 th 130 27 0.9 1.1 10 1.0 1.2 300 3 12 375 45
Laki laki
10-12 th 142 34 1.1 1.3 12 1.3 1.8 400 4 20 375 50
13-15 th 158 46 1.2 1.5 14 1.3 2.4 400 5 25 550 75
16-18 th 166 56 1.3 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
19-29 th 168 60 1.4 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
30-49 th 168 62 1.3 1.6 14 1.3 2.4 400 5 30 550 90
50-64 th 168 62 1.2 1.4 13 1.7 2.4 400 5 30 550 90
65-79 th 168 60 1.0 1.1 10 1.7 2.4 400 5 30 550 90
80+ 168 58 0.8 0.9 8 1.7 2.4 400 5 30 550 90
Perempuan
10-12 th 145 36 1.0 1.2 11 1.2 1.8 400 4 20 375 50
13-15 th 155 46 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 25 400 65
16-18 th 157 50 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 30 425 75
19-29 th 159 54 1.1 1.4 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
30-49 th 159 55 1.1 1.3 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
50-64 th 159 55 1.0 1.1 10 1.5 2.4 400 5 30 425 75
65-79 th 159 54 0.8 0.9 9 1.5 2.4 400 5 30 425 75
80+ thn 159 53 0.7 0.9 8 1.5 2.4 400 5 30 425 75
DAFTAR ANGKA KECUKUPAN VITAMIN, 2012

Hamil
Trimester 1 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Trimester 2 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Trimester 3 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Menyusui
6 bl pertama +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25
6 bl kedua +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25
Hamil
7-9 th
4-6 th
1-3 th
Umur

80+ th
80+ th
0 -<6 bl

Laki laki
6-<12 bl

65-79 th
50-64 th
30-49 th
19-29 th
16-18 th
13-15 th
10-12 th
65-79 th
50-64 th
30-49 th
19-29 th
16-18 th
13-15 th
10-12 th

Menyusui
Bayi/Anak

6 bl kedua
Kelompok

Trimester 3
Trimester 2
Trimester 1
Perempuan

6 bl pertama
TB

91
71
61

159
159
159
159
159
157
155
145
168
168
168
168
168
166
158
142
130
112
(cm)

53
54
55
55
54
50
46
36
58
60
62
62
60
56
46
34
27
19
13
9
6
BB
(kg)
(µg)
Vitamin A

+350
+350
+350
+300
+300
500
500
500
500
500
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
500
450
400
400
375
(µg)
Vitamin D
ORANG INDONESIA, 2012

+0
+0
+0
+0
+0
20
20
15
15
15
15
15
15
20
20
15
15
15
15
15
15
15
15
155
5
5
(mg)
Vitamin E

+4
+4
+0
+0
+0
15
15
15
15
15
15
15
11
15
15
15
15
15
15
15
11
7
7
6
5
4
(µg)
Vitamin K

+0
+0
+0
+0
+0
65
65
65
65
65
55
55
35
65
65
65
65
65
55
55
35
25
20
15
10
5
KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Ca P Mg Cu Cr Fe I Zn Se Mn F Na K
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (ug) (ug) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 200 100 30 200 0,2 0,5 90 1,3 5 0,003 0,01 120 400
6-<12 bl 71 9 250 250 55 220 5,5 7 120 3,0 10 0,6 0,4 200 700
1-3 th 91 13 650 500 60 340 11.0 8 120 4.0 17 1,2 0,6 1000 3000
4-6 th 112 19 1000 500 95 440 15.0 9 120 5.0 20 1,5 0,9 1200 3800
7-9 th 130 27 1000 500 135 570 20.0 10 120 11,3 20 1,7 1,2 1200 3800
Laki laki
10-12 th 142 34 1200 1250 153 700 25.0 13 120 14,0 20 1,9 1,7 1500 4500
13-15 th 158 46 1200 1250 207 795 30.0 19 150 18,2 30 2,2 2,4 1500 4700
16-18 th 166 56 1100 1250 252 890 35.0 15 150 16,9 30 2,3 2,7 1500 4700
19-29 th 168 60 1000 700 350 900 36,5 13 150 13,0 30 2,3 3,0 1500 4700
30-49 th 168 62 1000 700 350 900 35,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1500 4700
50-64 th 168 62 1000 700 350 900 31,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1300 4700
65-79 th 168 60 1000 700 350 900 25,5 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1200 4700
80+ th 168 58 1000 700 350 900 20,4 13 150 13,3 30 2,3 3,1 1200 4700
Perempuan
10-12 th 145 36 1200 1250 162 700 21.0 20 120 12,9 20 1,6 1,9 1500 4500
13-15 th 155 46 1200 1250 207 795 22,5 26 150 15,8 30 1,6 2,4 1500 4700
16-18 th 157 50 1200 1250 225 890 24.0 26 150 14 30 1,6 2,5 1500 4700
19-29 th 159 54 1100 700 324 900 30,5 26 150 9,3 30 1,8 2,5 1500 4700
30-49 th 159 55 1000 700 330 900 28,8 26 150 9,8 30 1,8 2,7 1500 4700
50-64 th 159 55 1000 700 330 900 25,5 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1300 4700
65-79 th 159 54 1000 700 324 900 20,8 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
80+ th 159 53 1000 700 318 900 19,1 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Hamil
Trimester 1 +200 +0 +0 +100 +3,5 +0 +100 +1,2 +5 +0,2 +0 +0 +0
Trimester 2 +200 +0 +0 +100 +3.5 +9 +100 +4,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Trimester 3 +200 +0 +0 +100 +3.5 +13 +100 +10,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Menyusui
6 bl pertama +200 +0 +20 +400 +20 +6 +100 +4,5 +10 +0,8 +0 +0 +400
6 bl kedua +200 +0 +20 +400 +20 +8 +100 +4.5 +10 +0.8 +0 +0 +400
KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DI ANJURKAN
BUKU SAKU

ASUHAN GIZI
DI PUSKESMAS

PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
BAGI PETUGAS KESEHATAN

Kerjasama
Kementerian Kesehatan RI
dan
WHO Indonesia

World Health
n
Organization
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS A
TIM PENYUSUN

Pengarah :
Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS.
Direktorat Jendral Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak,

Dr. Minarto, MPS.


Direktur Gizi Masyarakat

Sugeng Eko Irianto. MPS. Ph.D


WHO Indonesia

Kontributor :
Iip Syaiful, Andry Harmany, Yetty MP Silitonga, Julina, Moesijanti Y.E.
Soekarti, Irfany Anwar, Syarif Darmawan, A.Razak Thaha, Veni Hadju,
Suryani As’ad, Satriono, Nurpudji Astuti, Sri Kardjati, Sri Sudaryani Nasar,
JC Susanto, Sulastini, Itje Aisah Ranida, Suroto, Djasmidar , Tatang S. Falah
Asrijanti, Inti Mudjiati Hera Nurlita, Retnaningsih, Sugeng Eko Irianto,
Sri Sukotjo, Siti Fatimah, Rofiqi.

ii Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


KATA PENGANTAR
Sampai saat ini masalah gizi masih menjadi masalah yang besar di Indonesia.
Seperti negara-negara berkembang lainnya, masalah gizi cenderung bertambah
berat dengan terjadinya beban ganda karena masalah kekurangan gizi belum
teratasi, pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat.
Menghadapi beban ganda masalah gizi di negeri ini, dibutuhkan penanganan
yang komprehensif mulai dari tindakan preventif dan promotif hingga kuratif dan
rehabilitatif.
Di bidang gizi, kesadaran akan pentingnya pendekatan promotif dan preventif
telah dimanifestasikan dalam berbagai bentuk program yang dilengkapi dengan
buku-buku pedoman pelaksanaan program. Sementara saat ditemukan kasus
atau masalah gizi pada tingkat yang membutuhkan tindakan kuratif di lini terdepan
pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas, para petugas yang bertanggung jawab
untuk hal tersebut belum memiliki buku pedoman yang memadai.
Oleh karena itu , Kementerian Kesehatan menyusun buku saku yang dapat
digunakan sebagai pedoman praktis dalam melakukan tugas sehari-hari.
Penyusunan buku ini telah melewati sebuah proses yang panjang dengan
melibatkan banyak pihak yang kompeten antara lain para pakar dari berbagai
perguruan tinggi dan organisasi profesi gizi (khususnya PERSAGI dan PDGKI)
serta praktisi lapangan mulai dari tingkat Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten hingga Puskesmas. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
hingga tersusunnya buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
buku ini. Besar harapan kami, semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi
petugas kesehatan di Puskesmas dalam memberikan pelayanan gizi kepada
masyarakat secara paripurna.

Direktur Bina Gizi

Dr. MINARTO, MPS


NIP. 195412111978111001

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS iii


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Tim Penyusun............................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Tabel .................................................................................................. vii
Daftar Bagan ................................................................................................ x
Daftar Gambar .............................................................................................. xi
Daftar Lampiran ........................................................................................... xii
Daftar Istilah ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
C. Tugas Fungsi ........................................................................................... 2
D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ............................................ 4

BAB II DIAGNOSA GIZI

Diagnosa Gizi .............................................................................................. 7


A. Pendahuluan ............................................................................................ 7
B. Konsep dasar Masalah Gizi .................................................................... 9
C. Diagnosa Gizi .......................................................................................... 13

1. Domain Intake ..................................................................................... 15


2. Domain Klinik ...................................................................................... 19
3. Domain Behavior ................................................................................. 21

iv Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB III LANGKAH-LANGKAH ASUHAN GIZI KLINIK

Langkah-Langkah Asuhan Gizi Klinik ...................................................... 27


A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien ...................................... 28
B. Pengkajian data (Assessment) ................................................................ 28
C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi ........................................ 35
D. Intervensi Gizi termasuk Planning (perencanaan terapy diet) ................. 37
E. Monitoring dan Evaluasi Gizi .................................................................. 39
F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas ..................................................... 39

BAB IV ASUHAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI PADA BALITA

Asuhan Penanggulangan Masalah Gizi pada Balita .............................. 45


A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang ..................................................... 46
B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk ...................................................... 50
C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan ............................... 78

BAB V MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI

Masalah Gizi pada Ibu hamil dan Ibu Menyusui ...................................... 87

A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil ................................................................... 87

1. Gizi Seimbang pada Ibu hamil ............................................................ 88


2. Kurang Energi Kronik .......................................................................... 89
3. Anemia Gizi Besi ................................................................................. 91
4. Defisiensi Asam Folat .......................................................................... 96
5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait Kehamilan....... 100

Hiperemesis Gravidarum 98 Pre eklampsia & Eklampsia ............................100

B. Asuhan Gizi Ibu Menyusui ....................................................................... 111

1. Fisiologi Menyusui ................................................................................112


2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui ..............................................116

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS v


BAB VI ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

Asuhan Gizi pada Penyakit Menular dan Tidak Menular ............................ 121

A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular ...................................................... 122


1. Diare pada Balita ................................................................................ 122
Menilai Dehidrasi ................................................................................ 123
Penanganan Diare di Rumah .............................................................. 124
Diare tanpa Dehidrasi ......................................................................... 124
Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang .................................... 124
Jenis Diare .......................................................................................... 128
Diare akut ........................................................................................... 128
Diare Persisten ................................................................................... 129
Diare dengan Gizi Buruk .................................................................... 132
2. Tuberculosis (TBC) ............................................................................ 132
3. HIV dan AIDS ..................................................................................... 138
4. Demam Thypoid ................................................................................. 151

B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular ............................................. 155

1. Tata Laksana Diet Diabetes mellitus ................................................... 155


2. Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi ..................................... 175
3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas ....................................... 185
4. Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia ....................................... 195
5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout .............. 206
6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati ................................................. 214
Hepatitis .............................................................................................. 214
Hepatitis Akut ...................................................................................... 215
Hepatitis Kronis ................................................................................... 216
Chirrosis Hepatis ................................................................................ 217
Tata Laksana Diet Pada Gastritis ............................................................ 219
Daftar Pustaka ........................................................................................ 223
Lampiran-Lampiran ................................................................................. 227

vi Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi ............................. 32

Tabel 2
Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran
kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO ..................................................... 34

Tabel 3
Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas .................... 51

Tabel 4
Sepuluh Langkah Tata Laksana Anak Gizi Buruk ....................................... 57

Tabel 5
Cara Mengatasi Hipoglikemi ....................................................................... 58

Tabel 6
Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia ............................................... 59

Tabel 7
Tanda Dehidrasi .......................................................................................... 60

Tabel 8
Dosis Pemberian Vitamin ............................................................................ 63

Tabel 9
Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase .................................................................... 66

Tabel 10
Kebutuhan kalori dan protein menurut umur dan jenis kelamin .................. 82

Tabel 11
Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap Kali Makan ....... 85

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS vii


Tabel 12
Pola Makan secara Umum untuk Memperoleh Gizi Seimbang
pada Ibu Hamil .......................................................................................... 89

Tabel 13
Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO ................................................... 92

Tabel 14
Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO ...................... 92

Tabel 15
Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis ....................... 104

Tabel 16
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan .............. 110

Tabel 17
Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui 118

Tabel 18
Bentuk Klinis Diare .................................................................................... 122

Tabel 19
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare ......................................... 123

Tabel 20
Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama .......................................... 125

Tabel 21
Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare .............................. 131

Tabel 22
Interpretasi Nilai IMT .................................................................................. 135

Tabel 23
Kebutuhan Energi pada penderita TB anak .............................................. 138

viii Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Tabel 24
Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama
Kehamilan dan Menyusui ............................................................................ 144

Tabel 25
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA
( HIV dan AIDS ) ......................................................................................... 149

Tabel 26
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH (1999) ......................................... 177

Tabel 27
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul ............................. 187

Tabel 28
Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan ...................... 194

Tabel 29
Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap PKV
(penyakit kardiovaskular) ............................................................................ 200

Tabel 30
Komposisi Diet untuk Dislipidemia .............................................................. 201

Tabel 31
Daftar Kandungan Purin pada Bahan Makanan ......................................... 210

Tabel 32
Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein ...................... 219

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS ix


DAFTAR BAGAN
Bagan 1
Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas .............................................. 4
Bagan 2
Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan antara
Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi............................................................ 10
Bagan 3
Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake
Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik....................................................... 12
Bagan 4
Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk.............. 54
Bagan 5
Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut....................................................... 55
Bagan 6
Modifikasi Penyebab Gizi Salah (Unicef, 1992)......................................... 79
Bagan 7
Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang
Mempengaruhi........................................................................................... 114
Bagan 8
Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I.......................................... 157
Bagan 9
Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I...................................... 157

x Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat pada Ibu Hamil............................... 98
Gambar 2
Peran Natrium pada Pre Eklampsia dan Eklampsia ................................... 108

Gambar 3
Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI ............................................ 113

Gambar 4
Profil Gula Darah, Insulin, dan Glukagon setelah Makan ........................... 168

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS xi


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas
Perawatan.................................................................................................... 228
Lampiran 2
Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan...................... 229
Lampiran 3
Cara Pembuatan RESOMAL...................................................................... 230
Lampiran 4
Formula WHO.............................................................................................. 232
Lampiran 5
Makanan Fase Rehabilitasi.......................................................................... 234
Lampiran 6
Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan.................................................... 235
Lampiran 7
Contoh Menu Ibu Hamil KEK....................................................................... 237
Lampiran 8
Contoh Menu Ibu Hamil Anemia.................................................................. 238
Lampiran 9
Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia...................................................... 240
Lampiran 10
Bagan Tatalaksanan Diare........................................................................... 241
Lampiran 11
Jenis Diet Penderita Diare Persisten........................................................... 246
Lampiran 12
Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun).................................................................. 247
Lampiran 13
Daftar Bahan Makanan Penukar.................................................................. 248

xii Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Lampiran 14
Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi (Diet Rendah Garam)................ 262
Lampiran 15
Jenis Antioksidan dan Sumbernya.............................................................. 264
Lampiran 16
Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012........................................................... 265
Lampiran 17
Daftar Angka Kecukupan Vitamin, 2012..................................................... 266
Lampiran 18
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan................. 267
Lampiran 19
Daftar Angka Kecukupan Mineral, 2012 ..................................................... 268
Lampiran 20
Grafik IMT Balita (WHO, 2007)................................................................... 269
Lampiran 21
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)............................................... 271
Lampiran 22
KMS Anak Perempuan................................................................................ 272
Lampiran 23
KMS Anak Laki-Laki.................................................................................... 274
Lampiran 24
Grafik Berat Badan Anak laki Menurut Umur (Z Score).............................. 276
Lampiran 25
Grafik Berat Badan Anak Perempuan Menurut Umur Z-Score).................. 277
Lampiran 26
Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur (z-score)......... 278
Lampiran 27
Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut Umur (z-score)..... 279

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS xiii


Lampiran 28
Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki ............ 280
Lampiran 29
Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan....... 281
Lampiran 30
Tabel Berat Badan menurut Umur Anak laki-Laki 0-5 tahun (Z-Scores) ..... 282
Lampiran 31
Tabel Berat Badan menurut Umur Anak Perempuani
0-5 tahun (Z-Scores).................................................................................... 284
Lampiran 32
Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur
Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)........................................................... 286
Lampiran 33
Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur
Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)...................................................... 289
Lampiran 34
Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan
Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores)............................................................... 292
Lampiran 35
Tabel IMT / Umur......................................................................................... 300
Lampiran 36
Nilai Standar Pemeriksaan Laboratorium dan Elektrolit............................... 306

xiv Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DAFTAR ISTILAH
Edema +++ : Edema berat yang ditandai dengan pembengkakan mulai
dari kedua kaki, paha, tangan, lengan dan wajah
Edema ++ : Edema sedang, ditandai dengan pembengkakan pada
kedua kaki, ditambah paha bagian bawah, tangan atau
lengan bagian bawah
Edema + : Edema ringan, ditandai dengan pembengkakan pada
kedua kaki
Laserasi : Terputusnya keutuhan jaringan
Xanthoma :
Benjolan kekuning-kuningan pada kulit karena
penimbunan zat lemak
Metode : Kontak langsung antara kulit ibu dan bayi prematur/
Kangguru / BBLR ( skin to skin contact ) yang dilakukan sejak dini
Kangoroo dan berkelanjutan baik selama masih di rumah sakit
Mother maupun di rumah, disertai pemberian ASI eksklusif dan
Care pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi
( KMC)

Terapi Gizi : Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk


penyembuhan penyakit , sesuai dengan hasil diagnosis
termasuk konseling gizi, baik sebelum, pada saat, dan
sesudah perawatan
Food Recall : Metode analisa konsumsi makanan dengan cara mencatat
jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada
periode 24 jam yang lalu
Nutrisi Parenteral : Pemberian zat gizi melalui pembuluh darah
Nutrisi Per Enteral
: Pemberian makanan ke saluran cerna melalui pipa
sonde

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS xv


Pemberian
: Pemberian makanan dengan cara melalui tabung suntik
makanan secara selama 5 -10 menit
bolus

Diagnosa Gizi : Kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah


gizi actual dan atau beresiko menimbulkan problem gizi
yang merupakan tanggung jawab petugas gizi Puskesmas
untuk menanganinya secara mandiri
Problem gizi (P) : Masalah gizi aktual pasien
Etiologi : Menunjukkan faktor penyebab atau faktor-faktor yang
berkontribusi terjadinya problem gizi (E)

Sign dan : Tanda dan gejala dari suatu problem gizi , biasanya tanda
symptoms itu dari data objektif sedangkan gejala berasal dari data
subjektif (S)
Hypernatremia
: Kelebihan kadar Natrium di dalam sel
intrasellular

Hypokalemia
: Kekurangan kadar Kalium di dalam sel
intrasellular

Hypoglikemia : Kekurangan kadar gula dalam plasma darah

xvi Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


1. PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan primer, yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan
termasuk masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait
dengan gizi di masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan
keterbatasan berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut
belum optimal. Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk
tenaga gizi bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
Fenomena ini, akan memberikan implikasi yang besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia.

Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di
masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah
ibu hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia
kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare,
tuberkulosis, dan seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes
mellitus, dan sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan
kompetensi petugas yang handal dan profesional dalam manajemen
pelayanan kesehatan dan gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik
yang bermutu di Puskesmas merupakan salah satu indikator penting dalam
kinerja Puskesmas.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Buku saku asuhan gizi ini dibuat sebagai pedoman bagi petugas di Puskesmas
(dokter, perawat,/bidan dan ahli gizi) dalam memberikan asuhan gizi pada
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya (tupoksi)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 1


1. PENDAHULUAN

TUGAS DAN FUNGSI

Tujuan Khusus :
Buku saku asuhan gizi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam :
1. Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat
2. Melakukan intervensi gizi
3. Melakukan monitoring evaluasi

C. Tugas dan Fungsi


Proses pelayanan gizi harus dilakukan dengan pendekatan tim yang terdiri
atas dokter, perawat/bidan, dan Nutrisionis/dietisien (Tim Asuhan Gizi) dengan
rincian tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Dokter :
a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta menegakkan
diagnosis medis
b. Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laborotarium, dan perawatan
c. Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal berkolaborasi dengan
petugas gizi (Ahli Gizi)
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan
e. Melakukan konseling penyakit
f. Melakukan rujukan

2. Perawat/Bidan :
a. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien
b Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan dan
tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi dokter
c. Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita

2 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


1. PENDAHULUAN
TUGAS DAN FUNGSI

3. Nutrisionis/ Dietisien

a. Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi

b. Melakukan pengkajian gizi dengan anamnesis gizi.

c. Menentukan diagnosa gizi melalui kolaborasi dengan dokter

d. Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis dan jumlah makanan

e. Melakukan intervensi gizi : penyuluhan dan konseling gizi (sewaktu


dirawat ataupun sewaktu akan pulang) dan bertanggung jawab terhadap
terapi diet dan penyelenggaraan makan.

f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 3


1. PENDAHULUAN

ALUR PELAYANAN GIZI TERPADU DI PUSKESMAS

D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas

MASUK KE PUSKESMAS
DATANG SENDIRI

Dokter/Perawat/Ahli Gizi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik/klinis
Pengukuran anthropometri

Diagnosis Pemeriksaan
Penyakit Penunjang
FOLLOW UP Status Gizi
/ EVALUASI /
PEMANTAUAN /
RUJUKAN RAWAT JALAN RUJUK KE RS

Ya Tidak

Dokter/Ahli Gizi/ Rawat Inap


Farmasi Di Puskesmas

Pulang TIM ASUHAN GIZI


Ya Dokter Perawat/ Ahli Gizi
Sembuh/ Asuhan Bidan Intervensi
Membaik Medik Asuhan Gizi
Tidak Terapi obat Keper- Terapi Diet
awatan
Konseling Konseling
penyakit gizi

Pulang Sembuh/
ke Ya Membaik Tidak
rumah

Bagan 1. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas

4 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


1. PENDAHULUAN
CATATAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 5


1. PENDAHULUAN

CATATAN

6 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB II
DIAGNOSA GIZI

2. DIAGNOSA GIZI
A. Pendahuluan
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan
gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional
seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan
atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan
gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas
(gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi
pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan bertugas memberikan
asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan. Dokter dalam melakukan
tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa medis, sedangkan perawat
menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan asuhan kebidanan
sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi. Semua aspek
layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing dalam
konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien
sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam
memberikan layanan

Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work suatu
layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih, sehingga
diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi masing-
masing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang saling
mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai sasaran
layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk asuhan
pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu;
a. Pelayanan/asuhan medis (medical care)
b. Pelayanan/asuhan keperawatan (nursing care)
c. Pelayanan/asuhan gizi (nutrition care)
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 7
KONSEP DASAR MASALAH GIZI

Ketiga jenis pelayanan tersebut mempunyai peranan masing-masing, akan


tetapi saling terkait dan berkesinambungan, karenanya perlu sinkronisasi
secara serasi dan terpadu. Agar kegiatan asuhan gizi di Puskesmas berjalan
lebih optimal, perlu didukung sistem administrasi yang mapan dan pembagian
tugas yang jelas. Asuhan gizi di Puskesmas dalam kaitannya dengan fungsi
2. DIAGNOSA GIZI

kuratif dan rehabilitatif, bertujuan agar setiap pasien dapat dipenuhi kebutuhan
zat gizinya secara optimal

Pada dasarnya asuhan gizi di Puskesmas sangat penting dipahami oleh semua
tim bahwa gizi berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan baik upaya
preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif. Sampai saat ini asuhan gizi
sebagai tugas pokok dan fungsi profesionalisme ahli gizi di Indonesia masih
belum tersosialisasi sampai tingkat Puskesmas dalam menentukan bahasa
diagnosa gizi. Dokter dalam memberikan asuhan medis sudah menggunakan
sistem kesamaan bahasa di dalam menentukan diagnosa medisnya misalnya;
Systematized Nomenclature of Medicine (SNOMED), Unified Medical Language
System (UMLS), International Classification of Disease (ICD-9-CM), Common
Procedural Terminology (CPT) dan sebagainya. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan sudah menggunakan standar bahasa diagnosa keperawatan
yang jelas, misalnya ; North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
International Classification of Nursing Practice (ICNP), Nursing Interventions
Classification (NIC), Patient Care Data Set (PCDS), dan sebagainya. Maka untuk
membangun kerja profesionalisme ahli gizi dalam memberikan asuhan gizi di
Puskesmas diperlukan pula acuan kesamaan bahasa yang mungkin bisa diadopsi
dari konsep upaya standar bahasa diagnosa gizi yang digunakan oleh organisasi
profesi gizi Amerika Serikat yakni ; American Dietetic Association (ADA) sehingga
tidak terjadi tumpang tindih bahasa diagnosa antara dokter dan ahli gizi, karena
dokter bukan ahli gizi dan ahli gizi bukan dokter. Konsep penyamaan bahasa
diagnosa gizi terdapat dalam kerangka asuhan gizi yang dipandang sebagai
suatu proses layanan yang dinamis, maka pemahaman konsep menentukan
dan menyamakan bahasa diagnosa gizi terdapat kerangka proses asuhan gizi
yang tertuang dalam kerangka Nutrition Care Process (NCP). Maka bukan hal
berlebihan jika konsep ini perlu diperkenalkans secara luas sebagai sebuah pola
dasar memberikan asuhan gizi di Puskesmas meskipun pada implementasinya
boleh diaplikasikan bertahap sesuai kemampuan tenagaan gizi di Puskesmas.

8 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


KONSEP DASAR MASALAH GIZI

Dasar berpikir konsep Asuhan Gizi pasien di Puskesmas adalah memahami


konsep diagnosa gizi yang berkaitan dengan masalah gizi pasien dan status gizi
pasien . Masalah tersebut berkaitan erat dengan gangguan proses pencernaan,
metabolisme dan ekskresi yang berkaitan dengan berbagai penyakit. Masalah
gizi bisa muncul saat sebelum pasien berkunjung ke Puskesmas, tetapi dapat

2. DIAGNOSA GIZI
pula timbul pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas (terutama
Puskesmas perawatan). Masalah kekurangan zat gizi bisa berupa ; mulai
keadaan deplesi sampai terjadi keadaan yang secara klinis lebih nyata sebagai
suatu wujud defisiensi. Berbagai masalah kekurangan atau kelebihan zat gizi,
sampai sekarang masih dikenal sebagai bukan masalah gizi, karena ilmu gizi
klinik pada hakekatnya tersebar di berbagai bidang keahlian klinik. Misalnya
kekurangan air dikenal sebagai gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Kekurangan zat besi lebih dikenal sebagai masalah hematologi dari pada dikenal
sebagai masalah gizi.

Petugas gizi di Puskesmas dalam menentukan masalah gizi perlu pemahaman


tentang bagaimana masalah gizi itu terjadi. Konsep pemahaman proses terjadinya
gangguan gizi pada pasien atau klien ini menjadi titik kritis dalam menentukan
diagnosa gizi secara profesional, sehingga tim asuhan layanan kesehatan (baik
dokter, perawat atau pun bidan) bisa memahami dalam komunikasi tim.

B. Konsep Dasar Masalah Gizi


Status gizi adalah derajat ekpresi terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologi.
Gangguan gizi akan terjadi jika pemenuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau
terpenuhi berlebihan dalam kurun waktu tertentu, sehingga bermanifestasi
dalam bentuk gangguan gizi, baik masalah kelebihan gizi maupun kekurangan
gizi. Konsep dasar status gizi yang optimal merupakan variabel sebagai ekspresi
dari keseimbangan antara intake zat gizi dan kebutuhan untuk memperoleh
derajat keseimbangan fisiologi yang optimal. Berikut merupakan mekanisme
keseimbangan gizi serta faktor-faktor penting yang mempengaruhi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 9


KESEIMBANGAN GIZI

Keseimbangan Gizi

Kebiasaan Ekonomi Pola Budaya Penyakit infeksi, demam,


stress fisiology
Pertumbuhan
Kondisi emosional Penyakit
2. DIAGNOSA GIZI

Fungsi Pemeliharaan
Stres psikology
Aktivitas

Asupan Makanan/
Intake

A
B
S Kebutuhan Gizi untuk
O Kesehatan Optimal
R Asupan Gizi
P
T
I
O
N

Bagan 2. Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan


antara Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi (diadopsi
dari Dorice M. Czajka-Narins, 1994).

Tehnik yang tepat dalam assassement gizi dapat


mendeteksi perkembangan kekurangan gizi tahap awal, sehingga
pemberian terapi makanan sedini mungkin dapat memperbaiki
defisiensi gizi melalui dukungan dan konseling gizi sehingga
Tehnik yang tepat dalam
perkembangan asesmen
defisiensi gizi berlanjut
gizi tidak dapat mendeteksi perkembangan
menjadi lebih berat.
kekurangan gizi tahap
Tehnik yang awal, sehingga
lain termasuk pemberian
uji kondisi terapi pertumbuhan
fisik, deteksi makanan sedini
mungkin
dan dapat memperbaiki, defisiensi
perkembangan gizi melalui
fungsi berbagai organdukungan dan konseling
dan sistem organ, gizi
sehingga perkembangan
perilaku, kadar zatdefisiensi
gizi dalamgizi tidak
urin berlanjut
, darah menjadi lebih berat.
atau jaringan sertaTehnik
yang kualitas
lain termasuk uji kondisi
dan kuantitas fisik, deteksi
konsumsi pertumbuhan dan perkembangan ,
zat gizi.
fungsi berbagai organ dan sistem organ, perilaku, kadar zat gizi dalam urin ,
darah atau jaringan serta kualitas dan kuantitas konsumsi zat gizi.
9

10 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


KESEIMBANGAN GIZI

Masalah gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat
diagnosa gizi, baik pada individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi
harus dipandang sebagai sebuah proses yang sedang terjadi di hadapan ahli gizi
di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap mana masalah gizi terjadi ini
menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam mengembangkan

2. DIAGNOSA GIZI
atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga mampu menetapkan
intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi baik berupa kekurangan
atau kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun komunitas perlu dipahami
terlebih dahulu. Model proses kekurangan atau kelebihan gizi itu memiliki alur
proses yang mirip, meskipun tidak mesti sama prosesnya, sehingga dalam hal
ini perlu kita pahami model atau tahapan-tahapan/proses kejadian defisiensi
gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah proses yang sedang berkembang. Di
bawah ini merupakan skema perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi baik
sifatnya individual maupun pada komunitas.

Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci
yang perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas :
1. Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang
didapatkan/dikonsumsi.
2. Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi :
a. Undernutrition : kekurangan gizi
b. Overnutrition : kelebihan gizi
3. Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan
salah satu atau lebih zat gizi
4. Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum
5. Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi
zat gizi yang tidak cukup dalam kurun waktu tertentu.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 11


DIAGNOSA GIZI

Mekanisme Perkembangan Defisiensi Gizi


Well nourished
individual Inadequate dietary intake Dietary
Or Impaired absorption Or increased nutrient loss from survey
Nutrion
2. DIAGNOSA GIZI

Depletion of tissue level and body store


Biological
&
Physiologi-
Altered biologic & fhysiologic cal
Studies
Individual at risk metabolic

Deterioration in capacity of cell to function

Clinical sign
Clinical symptoms &
Accutely Malnourished symptoms
individual

Morbidity

Mortality Vital statistic

Bagan 3. Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake


Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik (diadopsi dari
Beaton GH dan Patwardhan VN : Physiological and
Practical Considerations of Nutritien Function and
Requerement. In Beaton GH and Bengoa JM (eds) :
Nutrition and Preventive Medicine, Geneva, Switzerland.
World Health Organization, 1973. p 445-481. (WHO
Monograph Series No. 62).

Diagnosa gizi mengacu pada pengukuran status gizi yang


terjadi, baik status gizi aspek konsumsi zat gizi atau intake, status
Diagnosagizigiziantropometri,
mengacu pada pengukuran
status gizi klinik, status
status gizi
gizi yang terjadi,
biokimia ataubaik
punstatus
gizi aspekstatus
konsumsi zatberhubungan
gizi yang gizi atau intake,
denganstatus gizisocial,
aspek antropometri,
ekonomi, status
peri- gizi
klinik, status
laku gizi
dsb. biokimia atau
Status gizi daripun status parameter
berbagai gizi yang ini berhubungan
adalah aspek dengan
aspek social, ekonomi,
ekspresi perilaku
dari aspek dsb. sebagai
konsumsi, Status sebuah
gizi dariproses
berbagai
yang parameter
sedang ini
adalah aspek ekspresi dari aspek konsumsi,
11 sebagai sebuah proses yang
sedang berlangsung, memiliki dasar latar belakang atau kausa/penyebab
meliputi banyak aspek seperti ; perilaku (pengetahuan, sikap dan kemampuan
psikomotorik), kebiasaan atau pola budaya, lingkungan social, emosional atau
psikososial, dan yang tak kalah pentingnya adalah kondisi patologis. Aspek lain
yang perlu dipahami dalam kaitan diagnosa gizi adalah semua tingkat status
12 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
DIAGNOSA GIZI

gizi yang muncul sebagai sebuah problem menjadi tanda proses gangguan
gizi yang sedang terjadi baik antropomtris, biokimia, kondisi fisik/klinis, data
riwayat gizi, riwayat penyakit. Maka Petugas gizi Puskesmas sebaiknya mulai
mendiskripsikan sebuah problem/masalah gizi yang sedang terjadi ditelusuri
penyebabnya dan ditunjukkan dengan bukti atau tanda dari aspek status gizi

2. DIAGNOSA GIZI
atau informasi medis yang terkait dengan masalah gizi yang terjadi.

C. Diagnosa Gizi
Diagnosa Gizi adalah mengidentifikasi dan memberikan label pada problem gizi
yang spesifik, yang merupakan tanggung jawab profesi gizi untuk menanganinya
secara mandiri. Dalam melaksanakan Asuhan Gizi Klinik , Petugas Gizi
Puskesmas dituntut bisa menegakkan diagnosa gizi secara mandiri tanpa
meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di Puskesmas dalam memberikan
layanan. Dalam asuhan gizi dikenal dua konsep penting yaitu ; Asuhan terstandar
(Standardized care) dan Proses terstandar (Standardized Process). Asuhan Gizi
terstandar memberikan klien/pasien di Puskesmas menerima asuhan gizi yang
sama, sedangkan proses terstandar dalam asuhan gizi memberikan klien/pasien
struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan
gizi. Dalam kontek asuhan gizi lebih mengarah pada suatu proses Asuhan , oleh
karena itu maka asuhan gizi didasarkan pada penetapan diagnosa gizi sebagai
sebuah proses yang dinamis/ tidak statik. Maka asuhan gizi itu adalah lebih tepat
merupakan istilah PROSES ASUHAN GIZI (Nutrition Care Process ).

Diagnosa gizi didasarkan pada langkah-langkah manajemen asuhan gizi dalam


memberikan diagnosa gizi pada problem /masalah gizi individual ataupun
kelompok masyarakat. Jadi Proses Asuhan gizi itu berorientasi pada problem
gizi yang aktual. Problem gizi ini yang kemudian ditetapkan dalam determinasi
bahasa diagnosa yang harus diupayakan sama bagi Ahli gizi manapun sebagai
dasar komunikasi profesi dan berlaku menyeluruh. Jadi Diagnosa gizi ini menjadi
bahasa standar sesama ahli gizi di Puskesmas. Oleh karena itu maka petugas
gizi Puskesmas sebagai bagian Ahli Gizi Indonesia memiliki standar bahasa yang
sama, tidak lagi menggunakan diagnosa medis sebagai bahasa diagnosa gizi.
Penggunaan standar bahasa yang sama ini memiliki manfaat : meningkatkan

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 13


DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI)

komunikasi diantara sesama profesi Ahli Gizi, meningkatkan komunikasi dengan


tim kesehatan yang lain dan dapat menyiapkan kerangka pendidikan gizi.
Jika diagnosa gizi tidak mampu diltegakkan oleh petugas gizi puskemas akan
menimbulkan kesalahan dalam intervensi gizi, atau dengan kata lain pasien/
klien hanya mendapatkan asuhan terstandar yang sama meskipun problemnya
2. DIAGNOSA GIZI

berbeda.

Proses Asuhan Gizi adalah : suatu metoda problem solving yang sistematis,
menggunakan cara berfikir kritis dalam membuat keputusan menangani
berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Dalam upaya intervensi gizi dalam
konsep asuhan gizi dipandang sebagai sebuah proses menetapkan diagnosa
gizi berdasarkan data-data yang menjadi problem dari hasil pengumpulan data
(assesment), kemudian dilakukan intervensi dan monitoring evaluasi .

Ada empat langkah penting petugas gizi di Puskesmas dalam memberikan


proses asuhan gizi yaitu :
1. Mengumpulkan data gizi (Nutrition assessment)
2. Menetapkan diagnosa gizi (Nutrition Diagnosis)
3. Merencanakan dan menetapkan intervensi gizi (Nutrition intervention)
4. Monitoring dan evaluasi intervensi gizi (Nutrition monitoring and evaluation)

Dalam menetapkan diagnosa gizi petugas gizi puskemas adalah menetapkan


problem atau masalah gizi (Problem) yang muncul, sekaligus menetapkan
penyebab (Etiology) dan menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign &
Symstomp). Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan
gizi di bawah ini ;

14 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


muncul, sekaligus menetapkan penyebab (Etiology) dan
menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign & Symstomp).
Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan
gizi di bawah ini ; DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI)

Nutrition Nutrition Nutrition Monitoring/


Assessment Diagnosis Intervention Evaluation

2. DIAGNOSA GIZI
Problem (P) Etiology(E) Signs/ (S)
Symptoms

Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada Interna-


Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada International
tional Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual
Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual yang dipublikasi
yang dipublikasi oleh American Dietetic Association (ADA).
oleh American Dietetic Association (ADA).
Problem : Diagnosa gizi
Problem : Diagnosa gizi
Etiology : Penyebab problem/masalah gizi
Etiology : Penyebab problem/masalah gizi
Sign : Tanda klinis yang muncul
Sign : Tanda klinis yang muncul
Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien
Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien
Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang
Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang ditulis oleh
ditulis oleh petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah
petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah P, E dan S (PES), maka
P, E dan S (PES), maka petugas gizi memiliki kaidah “ Problem/
petugas gizi memiliki kaidah “ Problem/masalah gizi yang berhubungan
masalah gizi yang berhubungan dengan penyebab dan dibukti-
dengan penyebab dan dibuktikan dengan tanda dan atau gejala.
kan dengan tanda dan atau gejala.
Dalam menyusun kaidah diagnosa gizi petugas gizi Puskesmas mengacu pada
prinsip-prinsip taksonomi diagnosa gizi yang terdiri dari :
1. 3 domain (domain Intake/asupan, domain Klinik dan domain behavior/
perilaku dan Lingkungan) 14
2. Kelas
3. Sub kelas
4. 3 unsur ini sampai saat ini tersusun dalam 62 masalah gizi.

1. Domain Intake (Asupan) /(NI)

Masalah yang paling actual dikaitkan dengan intake energi,zat-zat gizi, zat
bioactive untuk diet oral atau dukungan gizi (Nutrition Support). Domain Intake
ini terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas. Lima kelas yang merupkan
domain intake adalah sebagai berikut :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 15


KELAS ZAT-ZAT GIZI

Keseimbangan Energi NI-1


Asupan peroral/dukungan gizi NI-2
Intake Cairan NI-3
Substansi Bioaktif NI-4
2. DIAGNOSA GIZI

Zat-zat gizi NI-5

Kelas zat-zat gizi memiliki 5 subkelas

Kelas Intake : Keseimbangan Energi (1) adalah merupakan masalah


aktual perubahan energi, problem atau masalah yang berkaitan dengan kelas
ini adalah ;
Metabolisme yang meningkat (hypermetabolisme)
(tidak digunakan lagi) NI-1.1
Peningkatan kebutuhan Energi ekpenditur NI-1.2
Penurunan metabolisme (hypometabolisme) (tidak digunakan lagi) NI-1.3
Kekurangan Asupan Energi NI-1.4
Kelebihan Asupan Energi NI-1.5

Kelas Intake : Intake makanan peroral/dukungan gizi (2)

Masalah aktual asupan makanan/minuman peroral/dukungan gizi , masalah


yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan makanan /minuman peroral NI-2.1
Kelebihan asupan makanan/minuman peroral NI-2.2
Kekurangan asupan per enteral/parenteral NI-2.3
Kelebihan asupan per enteral/parenteral NI-2.4
Ketidaksesuaian pemberian gizi per enteral NI-2.5
Kekurang optimalan komposisi makanan enternal atau
penyediaannya NI-2.5
Ketidaksesuaian pemberian gizi parental NI-2.6
Kelebihan asupan gizi parental NI-2.7
16 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
KELAS INTAKE

Kekurang optimalan komposisi makanan parenteral atau


penyediaannya NI-2.8
Keterbatasan penerimaan makanan NI-2.9

2. DIAGNOSA GIZI
Kelas Intake : Intake Cairan (3)

Masalah aktual asupan cairan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Kekurangan asupan cairan NI-3.1
Kelebihan asupan cairan NI-3.2

Kelas Intake : zat bioaktif (4)

Masalah aktual asupan zat bioaktif, termasuk komponen tunggal/multiple


pangan fungsional, kandungan zat bioaktif, makanan tambahan, alkohol dan
sebagainya. Masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan zat bioaktif NI-4.1
Kelebihan asupan zat biokatif NI-4.2
Kelebihan konsumsi alkohol NI-4.3

Kelas Intake zat gizi (5)

Masalah aktual asupan zat gizi individu ataupun kelompok masyarakat


dibandingkan dengan KGA atau kebutuhan, masalah yang berkaitan dengan
diagnosa ini adalah :
Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu NI-5.1
Malgizi (gizi salah) protein dan energi yang nyata (KEP nyata) NI-5.2
Kekurangan asupan protein-energi NI-5.3
Penurunan kebutuhan zat gizi khusus (disebutkan) NI-5.4
Ketidakseimbangan zat gizi NI-5.5

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 17


SUB KELAS ASUPAN

Sub Kelas Asupan


Lemak dan Kolesterol (5.6)
Protein (5.7)
Asupan karbohidrat dan serat (5.8)
2. DIAGNOSA GIZI

Asupan vitamin (5.9)


Asupan Mineral (5.10)
Intake multivitamin (5.11)

Domain Sub Kelas intake (asupan) : lemak dan


Kolesterol (5.6)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi lemak : masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan lemak NI-5.6.1
Kelebihan asupan lemak NI-5.6.2
Ketidak seimbangan komposisi lemak dalam makanan NI-5.6.3

Domain Sub Kelas Intake (asupan) : Protein (5.7)


Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi protein :
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan protein NI-5.7.1
Kelebihan asupan protein NI-5.7.2
Ketidak seimbangan komposisi asam amino dalam makanan NI-5.7.3
(dijelaskan)

Domain Intake Sub Kelas : Karbohidrat dan Serat (5.8)


Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi karbohidrat dan serat,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan karbohidrat NI-5.8.1
Kelebihan asupan karbohidrat NI-5.8.2
Ketidakseimbangan asupan jenis karbohidrat NI-5.8.3
Ketidakkonsistenan asupan karbohidrat NI-5.8.4
18 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
DOMAIN KLINIK (NC)

Kekurangan asupan serat NI-5.8.5


Kelebihan asupan serat NI-5.8.6

Domain intake Sub Kelas : Intake vitamin (5.9)

2. DIAGNOSA GIZI
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi vitamin tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan vitamin tertentu(dijelaskan) NI-5.9.1
Kelebihan asupan vitamin tertentu NI-5.9.2
(vitamin tertentu itu meliputi masalah spesifik vitamin larut air dan larut
lemak).
Domain Intake Sub Kelas : Intake Mineral (5.10)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi mineral tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan mineral tertentu NI-5.10.1
Kelebihan asupan mineral tertentu NI-5.10.2
(mineral tertentu itu meliputi masalah spesifik mineral makro, mikro
termasuk trace element)
Domain Intake sub kelas : Intake Multivitamin (5.11)
Prediksi Ketidakcukupan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.1
Predikdsi Kelebihan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.2

2. Domain Klinik (NC)

Domain ini berkaitan dengan masalah gizi dari aspek status gizi yang
teridentifikasi dikaitkan dengan kondisi kesehatan fisik/klinik, Antropometri,
biokimia dan perubahan fungsi saluran pencernaan. Domain klinik terdiri dari
3 kelas yaitu ;
1. Domain klinik kelas fungsional (NC-1)
2. Domain klinik kelas biokimia (NC-2)
3. Domain Klinik kelas berat badan (NC-3)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 19


DOMAIN KLINIK KELAS BIOKIMIA

Domain Klinik Kelas Fungsional (1)

Masalah yang berkaitan dengan perubahan fisik /fungsi mekanis yang


berhubungan dengan resiko timbulnya masalah gizi, misalnya ; semua
gangguan yang berhubungan dengan proses mengunyah, menelan,
2. DIAGNOSA GIZI

pemberian ASI, gangguan fungsi saluran cerna. Masalah yang berkaitan


dengan diagnosa ini adalah :
Kesulitan menelan NC-1.1
Kesulitan mengunyah/menggigit NC-1.2
Kesulitan dalam pemberian ASI NC-1.3
Perubahan fungsi Gastro intestinal (GI) NC-1.4

Domain Klinik Kelas Biokimia (2)

Masalah gizi yang berkaitan dengan perubahan kapasitas metabolisme zat


gizi sebagai hasil dari pengobatan, gangguan metabolisme, stress metabolik
(pembedahan) yang secara objektif ditunjukkan dengan perubahan nilai
biokimia (nilai laboratorium), masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Gangguan penggunaan zat gizi (perubahan kemampuan absorbsi) NC-2.1
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi tertentu (disebutkan) NC-2.2
Interaksi Obat dan makanan NC-2.3
Prediksi Interaksi Obat dan Makanan NC-2.4

Domain Klinik Kelas Berat Badan (3)

Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; penurunan berat
badan yang berlangsung secara kronik , hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan berat badan biasanya (sebelum terjadi gangguan)
dibandingkan dengan berat badan yang seharusnya (idaman/diinginkan)
Usual body weight/Desirable body weight atau UBW / DBW. Masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :

20 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL (NB)

Berat badan kurang NC-3.1


Penurunan berat badan yang tidak direncanakan(kurus/sangat kurus)
NC-3.2
Berat badan lebih (obesitas) NC-3.3

2. DIAGNOSA GIZI
Peningkatan berat badan yang tidak direncanakan NC-3.4
Pertumbuhan rata-rata yang tidak optimal NC-3.5
Pertumbuhan rata-rata yang berlebih NC-3.6

3. Domain Behavioral/Environmental (NB)

Domain ini berkaitan dengan masalah gizi yang timbul/tampak berhubungan


dengan aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), ketrampilan
(psikomotorik), kepercayaan, aktivitas fisik, suplay pangan atau akses
pangan, keamanan pangan dan lain-lain. Domain ini memiliki 3 kelas yaitu:
Pengetahuan dan keyakinan NB-1
Aktifitas fisik dan fungsi NB-2
Kemanan dan akses pangan NB-3

Domain Behavior/Enviromental Kelas Pengetahuan dan


Kepercayaan (1)

Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah ; pengetahuan dan
kepercayaan terbaru, terlaporkan dan terdokumentasi , masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan pangan dan gizi NB-1.1
Kepercayan dan sikap yang salah tentang pangan dan gizi NB-1.2
Tidak siap untuk menerima diet (perubahan life style makanan) NB-1.3
Kurang kemampuan memonitor diri sendiri NB-1.4
Kesalahan pola makan NB-1.5
Keterbatasan pemahaman kebutuhan zat gizi NB-1-6
Kesalahan dalam pemilihan bahan makanan NB-1.7

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 21


DOMAIN BEHAVIOR/ENVIROMENTAL

Domain Behavioral/Enviromintal Kelas Aktivitas Fisik dan


Fungsi (2)

Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; aktivitas fisik aktual,
perawatan diri, kualitas hidup yang dilaporkan, terobservasi/terekam dari
2. DIAGNOSA GIZI

anamnesa, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :


Tidak beraktifitas fisik (kurang aktivitas) NB-2.1
Kelebihan aktifitas fisik/olah raga NB-2.2
Ketidakmampuan merawat diri NB-2.3
Ketidakmampuan menyiapkan makanan sendiri NB-2.4
Kualitas gizi yang buruk dalam kehidupan NB-2.5
Kesulitan makan sendiri NB-2.6

Domain Behavior/Enviromental Kelas Akses dan


Keamanan Pangan (3)
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; masalah teraktual
terhadap keamanan dan akses pangan, masalah yang berkaitan dengan
diagnosa ini adalah :
Konsumsi makanan yang tidak aman NB-3.1
Keterbatasan terhadap akses pangan NB-3.2

Ahli gizi di Puskesmas dalam menentukan diagnosa gizi dimulai dengan


melakukan identifikasi dan penomoran (identification and labeling) dari data
yang tidak normal (daftar masalah), kemudian dilakukan pengelompokan
berdasarkan kelainan tertentu (clustering) serta sintesis data untuk menuju
diagnosis gizi tertentu yang disebut Domain.

Problem dalam diagnosa gizi dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok


domain di atas yaitu domain intake/asupan gizi, klinik dan perilaku. Masing-
masing domain tersebut dibagi menjadi beberapa kelas bisa terdiri dari
beberapa sub kelas.

Diagnosa gizi diatas terdiri dari tiga komponen :

22 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL

1. Masalah / Problem (P)

Adalah semua masalah gizi yang nyata sedang terjadi pada klien/pasien :
1. Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)

2. DIAGNOSA GIZI
2. Penurunan dari kebutuhan normal (decrease)
3. Peningkatan dari kebutuhan normal (increase)
4. Resiko munculnya masalah/gangguan gizi tertentu

2. Etiology /Penyebab (E)

Penyebab adalah semua hal/faktor yang dapat menyebabkan munculnya


masalah (problem gizi) pasien/klien. Komponen penyebab ini bisa merupakan
komponen gizi yang dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring
atau merupakan komponen medis yang dibuat dokter.

3. Gejala/Tanda (sign/sympstom) (S)

Gejala atau tanda adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda
yang didapatkan dari klien/pasien yang terkait dengan munculnya problem
gizi. Komponen gejala atau tanda ini bisa merupakan komponen gizi yang
dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan
komponen medis yang dibuat dokter.

Skema berikut ini merupakan ilustrasi yang memudahkan ahli gizi Puskesmas
menegakkan diagnosa gizi pada klien/pasien berdasarkan domain :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 23


Problem (P)
Domain Intake/ Didefinisikan secara spesifik sesuai deskripsi
kelompok problem domain intake : Menjadi
Asupan Gizi,
Tujuan terapi Gizi
Klinik dan Be-
2. DIAGNOSA GIZI

havioral/
environmental

(E)
Beberapa faktor
penyebab/faktor
resiko yang menim-
bulkan problem gizi
meliputi aspek;
patofisiologis, psi-
kososial, budaya Dideskripsikan secara spesifik yang paling
(pengetahuan), berhubungan dengan problem , ini menjadi
lingkungan, kondisi domain intervensi.
stress fisik, psikolo-
gis, stress meta-
bolic, aspek eko-
nomi dsb.

(S)
Tanda Subjektif/
Objektif (dari
assessment Gizi) Dideskripsikan sebagai tanda atau gejala pro-
Data Biokimia blem yang muncul sebagai dasar monitoring
Data Antropo- dan evaluasi intervensi gizi .
metri
Data fisik/klinis Contoh : Penurunan kebutuhan mineral Na
Data Riwayat gizi sehubungan dengan hipertensi ditandai de-
Data Riwayat ngan tekanan darah 190/95 mmHg .
penyakit Ketidaksesuaian asupan jenis karbohidrat se-
derhana disebabkan karena diabetes mellitus
ditandai kadar gula darah acak 345 mg/dl.

24 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS23


CATATAN

2. DIAGNOSA GIZI

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 25


CATATAN
2. DIAGNOSA GIZI

26 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB III
LANGKAH-LANGKAH ASUHAN
GIZI KLINIK

Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process), petugas gizi Puskesmas dituntut mampu melakukan proses rekam
(record) data yang benar dan tepat. Sayangnya sampai saat ini petugas gizi

3. ASUHAN GIZI
Puskesmas belum memiliki pedoman baku berupa format resmi yang menjadi
pedoman dalam asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas, sehingga hal ini
mendesak sekali agar diberikan suatu pedoman sederhana bagi petugas
gizi Puskesmas dalam melakukan langkah-langkah asuhan gizi sekaligus
dokumentasinya. Dokumen asuhan gizi ini menjadi penting dalam rangka
meningkatkan peran gizi sebagai salah satu komponen penting dalam asuhan
klien/pasien Puskesmas. Sebagus apapun peran petugas gizi Puskesmas
dalam memberikan asuhan gizi jika tidak terdokumentasi proses asuhannya,
maka proses asuhan itu menjadi intervensi yang tidak dinamis untuk
keperluan perbaikan layanan gizi di Puskesmas, karena data asuhan yang
terdokumentasi menjadi dasar proses asuhan selanjutnya. Faktanya adalah ;
bahwa petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi tidak mampu
memberikan perbaikan problem gizi pasien/klien karena proses lanjutan suatu
intervensi adalah monitoring dan evaluasi problem gizi sebagai suatu proses
yang dinamis. Sehingga setiap problem gizi klien/pasien dan komunitas harus
terdokumentasi dengan benar mulai dari proses assessment (instrumen yang
digunakan, jenis data yang dikumpulkan baik data objektif/subjektif, sosio
ekonomi, dll), penetapan problem gizi (diagnosa gizi), intervensi gizi yang
dilakukan dan akan dilakukan (planning) serta komponen monitoring dan
evaluasi. Dokumen asuhan gizi ini sangat penting dalam kolaborasi dengan
praktisi lain di Puskesmas, sehingga dokumen asuhan gizi ini menjadi dasar
komunikasi dalam menyelesaikan problem kesehatan dan gizi pasien/klien
Puskesmas.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 27


PEMAHAMAN PATOFISIOLOGI

Sebagai dasar menentukan format dokumentasi dalam proses asuhan gizi


pasien/klien di Puskesmas maka perlu dipahami langkah-langkah yang perlu
dilakukan petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi klinik
di Puskesmas sebagai berikut :

A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien


Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu
memahami tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama
aspek patofisiologinya. Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem
gizi saling terkait dengan penyakit, ada hubungan timbal balik langsung
antara problem gizi dengan penyakit. Pemahaman ini menjadi dasar bahwa
3. ASUHAN GIZI

pada prinsipnya setiap penyakit memiliki aspek patofisiologi yang penting


memberikan kontribusi terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien. Maka
dalam memberikan asuhan gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi
Puskesmas harus memahami konsep patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan
jaringan yang disebabkan penyakit dari suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang
tidak boleh dilupakan petugas gizi Puskesmas dalam pemahaman konsep
patofisiologi adalah perlu mulai belajar memahami dari konsep patofisologi
yang mencakup berbagai gangguan metabolisme gizi yang terjadi dari suatu
penyakit. Dengan pemahaman ini maka petugas gizi Puskesmas akan bisa
memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi yang akan muncul dari suatu
penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan yang lain baik asuhan
medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam memahami
problem kesehatan yang sedang terjadi pada pasien/klien. Kata kuncinya;
problem gizi saling berkaitan langsung dengan penyakit.

B. Pengkajian data (Assessment)


Dalam melakukan proses pengkajian data, maka petugas gizi Puskesmas
/ ahli gizi menggali data meliputi dua data penting yaitu ; data subjektif
dan objektif. Pengkajian data dimulai dengan mengumpulkan data melalui
riwayat gizi, pengukuran antropometri, data laboratorium, kebiasaan/
perilaku makan, data pendidikan data sosial ekonomi dsb. Langkah
selanjutnya adalah mengorganisir atau mengkelompokkan berdasarkan
jenis data yang saling terkait. Data yang tidak normal bisa berupa resiko

28 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

yang potensial menimbulkan masalah gizi. Sumber data data berupa


data primer maupun sekunder (data rekam medik). Assessment gizi lebih
detail atau dalam dibandingkan sekedar sreening, karena langkah ini
sudah meliputi kegiatan: membandingkan data dengan standar normal /
baku serta prediksi data sebagai sebuah resiko timbulnya problem gizi.
Jadi assesment gizi adalah pendekatan yang kompherehensif untuk
mendifinisikan status gizi menggunakan data medis, sosial, data gizi,
riwayat penyakit/pengobatan, data fisik/klinis, antropometri dan data
laboratorium. Berikut ini merupakan uraian singkat tentang komponen-
komponen data yang perlu diorganisir sehingga memudahkan dalam
pengkajian data bagi ahli gizi Puskesmas.

3. ASUHAN GIZI
2.1 Data Subjektif

A. Riwayat Gizi :
A.1 Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data
yang perlu dikaji misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/
emesis, hasil recall, dsb.
A.2 Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan,
alergi, intoleransi, makanan yang disukai dan makanan tidak
disukai, dsb

B. Riwayat penyakit
B.1 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk
Puskesmas. Biasanya data ini didapatkan dari data medical
record; berhubungan dengan informasi gejala-gejala yang
dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya.
B.2 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya :
data ini biasanya diambil dari dari catatan Medical record.
Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi, riwayat pengobatan,
atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 29


PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

B.3 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Data penyakit yang diderita keluarga biasanya yang
berhubungan dengan penyakit pasien atau penyakit lain,
biasanya data ini diambil dari catatan medical pasien, atau
ditanyakan langsung pada pasien/klien.

C. Data Sosial dan Ekonomi


Data ini menggambarkan data pekerjaan pasien/klien, jumlah
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, aspek pengetahuan
dan sebagainya.
3. ASUHAN GIZI

2.2 Data Objektif

A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran
dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi
badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status
gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps Skin Fold
(TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar pinggang/perut
(waist circumference) dan sebagainya.

B. Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak,
asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran,
Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna
urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi, temperatur,
Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan dari catatan
medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan aspek gizi.

30 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

C. Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran
laboratorium sesuai penyakit, atau untuk keperluan diagnosa
penyakit pasien yang terdokumentasi di dalam cacatan medik
pasien. Sampai saat ini tidak/belum semua Puskesmas memiliki
peralatan laboratorium diagnostik yang lengkap, tetapi hampir
semua Puskesmas memiliki pemeriksaan laboratorium sederhana.
Petugas gizi bisa menyesuaikan data laboratorium sesuai
kemampuan Puskesmas. Data-data laboratorium yang dijadikan
data objektif yang berkaitan dengan masalah gizi antara lain
adalah; Hb, Protein total, Albumin, transferin, hematokrit/PCV,
LED, MCV, MCHC, CHI, Ferritrin, urea

3. ASUHAN GIZI
D. Data Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan adalah;
Rongent (RO), USG Abdomen, IVP, CT Scan, PA dan sebagainya,
termasuk rencana pemeriksaan seperti jenis radiologi tertentu.

Data pemeriksaan klinis gangguan gizi (problem gizi) yang berhubungan


dengan pemeriksaan klinis yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas
didasarkan pada tanda dan gejala yang ada pada pasien . Metode penilaian
klinis didasarkan pada perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi atau kelebihan gizi, dilakukan dengan pengamatan
pada jaringan epitel (supervicial epithel tissue) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral/mulut. Dibawah ini beberapa gejala klinis defisiensi atau
kelebihan gizi yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas melakukan
pengkajian klinik .

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 31


PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

Tabel 1. Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi


Indikator yang Perlu Diamati Kemungkinan De- Kemungkinan Kele-
fisiensi bihan

Rambut :
Pudar, kering, mudah patah Protein
Mudah dicabut (tanpa rasa Protein, Zn
sakit)
Rambur Rontok Biotin Vitamin A
Tanda bendera (hilangnya Protein, Cu
pigmen rambut sekeliling
kepala)

Kepala dan Leher :


Ubun-ubun cembung (pada Vitamin A
3. ASUHAN GIZI

bayi)
Sakit kepala Vitamin A, D
Epistaksis (mimisan ) Vitamin K
Pembesaran tiroid Yodium

Mata :
Xerosis (kekeringan) pada Vitamin A
konjungtiva dan kornea
Konjungtiva pucat Fe
Sklera biru Fe
Vaskularisasi kornea Vitamin B2

Mulut :
Keilosis atau stomatitis Vitamin B2
Angular (lesi pada sudut mulut) Niasin, asam folat,
Glositis (lidah merah dan sakit ) Vit.B12, Vit. lainnya
Gingivitis ( peradangan pada Vitamin C
gusi )
Hipogeusia, disgeusia ( rasa Zn
pengecapan berkurang,
pengecapan buruk )
Karies dentis Flour
Bintik-bintik hitam pada gigi Flour
Atrofi papila lidah Fe, Vitamin B

Kuku :
Koilonikia ( kuku berbentuk Fe
sendok )
Rapuh, mudah pecah Protein

Lanjutan Tabel......

30
32 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

Tabel Lanjutan.

Indikator yang Perlu Diamati Kemungkinan Kemungkinan


Defisiensi Kelebihan

Kulit :
Kering, bersisik Vit. A, Zn, EFA Vitamin A
Hiperkeratosis folikularis ( me- Vit.A, EFA, Vit. B
nyerupai bulu roma yg berdiri)
Lesi eksematosa Zn
Petekia, ekimosis Vit. C, K
Sebore nasolabialis ( berminyak, Niasin, Vit. B2, Vit.
bersisik pada daerah di antara B6
hidung dan bibir atas )
Kulit lebih gelap dan mengelupas Niasin

3. ASUHAN GIZI
pada bagian yang terkena matahari
Penyembuhan luka yang lambat Protein, Zn, Vit. C

Jantung :
Pembesaran, takikardia, kegagalan Vitamin B1
jantung
Jantung kecil Energi
Kegagalan jantung mendadak, Se
kematian Mg, K, Se
Aritmia Ca, K
Hipertensi Na

Abdomen :
Hepatomegali Protein Vitamin A
Asites Protein

Ekstremitas, Otot Rangka :


Kehilangan massa otot ( terutama
bagian temporal ) Energi
Edema Protein, Vitamin
Nyeri tekan pada betis B1
Iga berbentuk manik-manik, atau Vit . B1 atau C,
”rachitic risary” (anak-anak) biotin, Se
Nyeri tekan pada tulang dan Vitamin C, D
persendian Vit. C, D, Ca, P Vitamin A
Kaki X, kaki O, tulang yang rapuh Vit. D, Ca, P, Cu

Lanjutan Tabel......

31
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 33
PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

Tabel Lanjutan.

Indikator yang Perlu Diamati Kemungkinan Kemungkinan


Defisiensi Kelebihan

Neurologi (syaraf) :
Parestesia ( sakit dan perasaan geli Vit. B1, B6, B12,
atau sensasi yang berubah pada Biotin
anggota gerak )
Lemah Vit. C, B1, B6,
Ataksia, penurunan perasaan B12, Energi
getaran dan posisi Vit. B1, B12
Tremor Mg
Penurunan refleks tendon Vitamin B1
Konfabulasi, disorientasi Vitamin B1
Mengantuk, letargi Vitamin B1 Vitamin A, D
3. ASUHAN GIZI

Depresi Vitamin B1, Biotin

Tabel 2. Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis


pembesaran kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO

Indikator Pembesaran Kelenjar

Normal (0) Tidak ada pembesaran kelenjar

Tingkat IA Pembesaran Kelenjar tidak tampak walaupun leher pada posisi


tengadah maksimum
Pembesaran Kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat IB Pembesaran Kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi


tengadah maksimum
Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat II Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala


normal, dari jarak 1 meter

Tingkat III Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6
meter)

32
34 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENETAPAN PROBLEM GIZI

C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi


Penentuan diagnosa gizi atau masalah gizi pada pasien /klien didasarkan
pada problem gizi yang bisa diperoleh dari assessment data (pengkajian
data) yang tidak normal, kemudian dijadikan kelompok problem yang
selanjutnya dijadikan diagnosa gizi dengan statement Problem (P),
etiologi/penyebab (E) dan tanda/gejala (sign/symptom) atau (S). Deskripsi
kalimat diagnosa berdasarkan pada statement terminologi diagnosa
gizi (lihat bab diagnosa Gizi) bukan mengacu pada penulisan diagnosa
penyakit/diseases dokter. Petugas gizi Puskesmas harus mulai belajar
menegakkan diagnosa gizi berdasarkan kelompok atau domain (intake,
klinik dan behavior/perilaku), sebelum melakukan proses asuhan gizi

3. ASUHAN GIZI
klinik di Puskesmas.

Misalnya :

Domain Asupan :

Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit kering,


turgor menurun, jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka diagnosa gizinya
bukan dehidrasi tetapi ;

Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis berupa


peningkatan kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan;
penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor kulit menurun dan
jumlah urin < 30 ml/hari (S). (lihat NI-3.1).

Penderita Obesitas : memiliki BMI 32 kg/m2, penurunan berat badan


seminggu hanya 80 g, konsumsi energi rata-rata perhari lebih 45% dari
yang seharusnya diprogramkan, penderita belum memahami tentang
pelaksanaan diet rendah energi yang dijalankan, maka diagnosa gizinya :

Kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan


diet rendah energi yang dijalankan (E) ditandai ; penurunan berat badan
seminggu hanya 80 g serta kelebihan asupan energi 45% dari yang
seharusnya.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 35


INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING

Domain klinik :
Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah dan perut kembung,
sedangkan kadar gula darahnya sering tidak terkendali sejak lama (3 bulan
terakhir), rata-rata kadar gula darah acaknya : 312 mg/dl, rata-rata konsumsi
energi dibandingkan kebutuhan hanya 30%, penderita memiliki pemahaman
jika konsumsi kurang gula darahnya akan turun. Maka diagnosa gizi klinik
bisa sebagai berikut :
Perubahan Fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan peningkatan
kadar gula darah yang tidak terkendali serta pengetahuan yang
keliru tentang terapi dietnya (E) ditandai dengan; mual, muntah dan perut
kembung, rata-rata kadar gula darah acaknya 312 mg/dl dan asupan energi
3. ASUHAN GIZI

hanya 30% kebutuhan (S).


Domain Perilaku/Lingkungan :
Seorang laki-laki menderita stroke dengan lumpuh pada tangan kanan,
selalu keluar air liur, setiap makan selalu mengalami kesulitan karena
mulutnya miring ke kiri, ia hanya mampu memasukkan makanan 1/3 porsi
yang diberikan sehari. Maka diagnosa gizi behavior bisa sebagai berikut :
Gangguan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut (P)
berkaitan dengan kondisi patofisiologis (stroke) yaitu kelumpuhan
pada tangan kanan, (E) ditandai dengan selalu keluar air liur, mulut
miring ke kiri, dan asupan yang rendah ; 1/3 porsi (S), diagnosa
stroke dokter. (lihat NB-2.6)

36 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING

D. Intervensi Gizi termasuk Planning


(perencanaan terapi diet)
Perencaan terapi diet didasarkan pada penetapan diagnosa gizi meliputi;
1. Penentuan kebutuhan gizi untuk terapi gizi berupa perkiraan atau
estimasi kebutuhan energi menggunakan metode perhitungan langsung
& tak langsung (Energi: Krause, Copper I/II, du Bois, PERKENI, Selected
Centre, Harris bennedict.
2. Penentuan Tujuan, prinsip dan syarat
3. Merencanakan susunan menu

3. ASUHAN GIZI
4. Merencanakan penyuluhan/konseling gizi
5. Merencanakan monitoring dan evaluasi

IIntervensi gizi meliputi perencanaan dan implementasi Intervensi


ditujukan untuk melakukan manajemen dari diagnosis terutama
faktor penyebab (etiologi) yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi
manajemen dari faktor resiko, faktor perilaku, faktor lingkungan dan aspek
gizi dari status kesehatan pasien/klien.

Tujuan intervensi gizi disusun berdasarkan diagnosa gizi dan disesuaikan


dengan assessement berdasarkan data S dan O. Contoh diskripsi kalimat
tujuan sesuai diagnosa gizi : memberikan makanan yang adekuat dan tidak
memberatkan kerja saluran cerna, menaikkan berat badan, memberikan
makanan untuk mencapai kadar gula yang optimal, memberikan
makanan guna memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat. Sedangkan
prinsip terapi atau intervensi gizi diberikan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan, misalnya; rendah garam, rendah energi, bentuk makanan,
tinggi energi, tinggi kalium (potassium) dsb.

Penyusunan syarat intervensi gizi adalah : poin perencanaan yang


berisi kalimat yang mendukung prinsip intervensi gizi. Hal-hal yang
perlu dituliskan dengan jelas dan sifatnya kuantitatif pada kalimat syarat
intervensi gizi adalah :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 37


INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING

1. Nilai Zat gizi termasuk kebutuhan energi, kebutuhan cairan (sesuai


estimasi) dan mengacu pada prinsip intervensi gizi.
2. Zat gizi yang ditambah, dikurangi, dibatasi atau dihilangkan sama
sekali
3. Bentuk makanan, frekuensi pemberian makanan, waktu pemberian
makanan, metode pemberian (peroral, per enteral, parenteral), tahap
pemberian makanan dan lama pemberian diet.
4. Bahan makanan yang dilarang, dibatasi, dianjurkan.

Dalam menyusun menu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


1. Menyesuaikan dengan prinsip dan syarat intervensi gizi
3. ASUHAN GIZI

2. Memenuhi syarat nilai gizi seimbang


3. Sesuai pola makan dan kebiasaan pasien/klien
4. Ketersediaan bahan makanan
5. Kemudahan dalam penyiapan
6. Sesuai kondisi social ekonomi dan sumber daya termasuk peralatan.

Dalam penyusunan perencanaan penyuluhan atau konseling, maka


susunan perencanannya adalah meliputi :
1 Tujuan umum dan khusus penyuluhan/konseling
2. Sasaran
3. Metode penyuluhan yang digunakan
4. Waktu yang diperlukan
5. Tempat penyuluhanj/konseling
6. Alat peraga atau media yang digunakan
7. Materi penting yang perlu disampaikan
8. Rencana evaluasi proses penyuluhan

Susunan planning penyuluhan ini merupakan bagian terintegrasi


disamping terapi diet yang disusun dalam intervensi gizi. Setelah
perencanaan ini telah diverifikasi dan lengkap selanjutnya dilakukan

38 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


MONITORING DAN EVALUASI GIZI

implementasi intervensi gizi. Dalam hal ini diperlukan komunikasi dengan


klien/pasien, keluarga dan tim kerja terkait. Implementasi meliputi
penyediaan diet pada pasien rawat inap maupun penyediaan makanan /
diet secara mandiri oleh pasien berdasarkan planning intervensi gizi yang
diberikan pada pasien rawat jalan.

E. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan berupa assessment ulang
terhadap parameter yang menjadi tanda dan gejala dari suatu problem
gizi baik itu berupa data subjektif maupun data objketif. Evaluasi
adalah kegiatan membandingkan parameter yang dimonitor

3. ASUHAN GIZI
sebelum dan sesudah intervensi gizi terhadap nilai-nilai standar yang
direkomendasikan. Dalam hal evaluasi dibutuhkan kemampuan untuk
melihat apakah intervensi gizi yang dilakukan sudah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Secara sederhana monitoring evaluasi terapi/intervensi gizi meliputi :


1. Data subjektif dan perkembangan keluhan pasien/klien
2. Data objektif antropometri, biokimia, klinis, pemeriksaan penunjang
yang menjadi indikator tujuan terapi diet/intervensi gizi
3. Data asupan makanan dan asupan gizi
4. Data pemeriksaan medik dsb.

F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas


Dalam melaksanakan proses asuhan gizi pada pasien/klien Puskesmas
merupakan hal yang tak kalah pentingnya adalah pencatatan atau
dokumentasi setiap langkah-langkah asuhan dari awal sampai akhir
asuhan. Dokumentasi ini penting sebagai bentuk fakta tertulis kondisi
problem gizi aktual pasien yang dikumpulkan oleh ahli gizi Puskesmas,
sebagai data untuk rekam data gizi sekaligus laporan proses asuhan
gizi (reporting/recording). Ada banyak format pendokumentasian proses
asuhan gizi yang dipergunakan dalam asuhan gizi antara lain:

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 39


DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

1. Format A D I M E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
A : Assessment /pengumpulan data
D : Diasgnosis atau diagnosa gizi atau pernyataan PES
I : Intervention atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi,
Tujuan intervensi
M : Monitoring
E : Evaluation atau evaluasi

2. Format P G I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
3. ASUHAN GIZI

P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan


PES)
G : Goal atau tujuan intervensi gizi atau perskripsi zat gizi
I : Intervention atau intervensi gizi dan Tujuan intervensi
E : Evaluation/evaluasi

3. Format D A R
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi

4. Format D A R - O
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
O : Out Put

40 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

5. Format P I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES)
I : Intervention/Intervensi Gizi
E : Evaluation/evaluasi

6. Format S O A P
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
S : Subjective/Data Subjektif
O : Objektive/Data Objektif

3. ASUHAN GIZI
A : Assessment atau Diagnosa gizi atau pernyataan PES
atau perskripsi zat gizi
P : Planning atau perencanaan, Intervensi Gizi dan Tujuan
intevesi

Format proses asuhan gizi untuk petugas gizi Puskesmas dapat dijadikan
acuan dokumentasi atau menggunakan format lainnya yang penting
essensi proses asuhan gizi di Puskesmas dapat terakomodir dalam
pelayanan gizi serta semua parameter yang digunakan dapat terukur
sehingga format proses asuhan gizi terstandar menggunakan tata alur
menurut format dokumentasi A D I M E.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 41


DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

Data dasar :
Data Subjektif meliputi :
Data Riwayat Gizi Sekarang dan
dahulu
Data Riwayat Penyakit sekarang,
riwayat penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga
Data Sosial/ekonomi
Data Objektif : Antropometri,

Daftar Masalah / Problem :


3. ASUHAN GIZI

Daftar masalah ini merupakan inventa-


risir data Objektif maupun data Subjektif
yang tidak normal yang dideskripsikan
sebagai sebuah problem, etiology atau
penyebab dan tanda/gejala (sign/
simpstom.

Diagnosa Gizi :
Dari daftar masalah yang ada memung-
kinkan Petugas gizi Puskesmas/ahli gizi
dapat mendiskripsikan Diagnosa Gizi
dalam bentuk statemen atau pernyataan
PES.

Planning :
Tujuan, Prinsip dan
Syarat Intervensi Gizi. Rencana Penyuluhan :
Estimasi : kebutuhan berisi ; tujuan metode,
energi dan zat Gizi materi konseling, me-
Rencana Monitoring & dia, waktu, sasaran,
Evaluasi rencana monitoring dan
evaluasi dsb.

40
42 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Resume Rencana Asuhan Gizi Pasien/Klien
Register :
Nama PX :
Umur :
Dx Medis :
Jenis Kelamin :

DATA DASAR DAFTAR DIAGNOSA GIZI (PES) R E N C A N A


MASALAH
TERAPI NUTRISI PENYULUHAN MONITORING
I. Data Subjektif: Tujuan:
Riwayat aktifitas : Prinsip:
Syarat:
Riwayat Nutrisi (RN) Estimasi Perhitungan kebutuhan
RNS: energi dan zat gizi.
RND:
Riwayat Penyakit:
RPS:
RPD:
Data Sosek

II. Data Objektif


Skrining Gizi:
Antropometri:
Fisik dan Klinis:
Biokimia:
Contoh Format yang bisa digunakan untuk dokumentasi proses

Data lab. Penunjang:

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


43
DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

3. ASUHAN GIZI
CATATAN
3. ASUHAN GIZI

44 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB IV
ASUHAN PENANGGULANGAN
MASALAH GIZI PADA BALITA

Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi,
buruknya absorpsi, atau kehilangan zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke dalam tubuh.

Kondisi kesehatan dan gizi anak balita di Indonesia tampaknya masih


merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan
data Riskesdas 2010 pada balita angka prevalensi BB kurang dan sangat

4. ASUHAN GIZI BALITA


kurang sebesar 17,9% (BB/U), prevalensi kurus dan sangat kurus 13,3%
(BB/TB-PB), kegemukan 14,0% (BB/TB-PB), prevalensi pendek dan sangat
pendek 35,6% (TB/U).

Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan angka kesakitan dan


kematian, serta hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Deteksi dini anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan
melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kader posyandu sebaiknya
merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika:

1. Dua bulan berturut-berturut TIDAK mengalami kenaikan berat badan


sesuai garis baku (2T)
2. Terlihat kurus
3. Edema (minimal kedua punggung kaki)
4. Trend garis pertumbuhannya mengarah ke BGM (Bawah Garis Merah)
5. LiLA < 12,5 cm

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 45


ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang

Seorang balita dinyatakan menderita gizi kurang jika indeks antropometrinya


(BB/TB) berada pada kisaran -3 SD s/d -2 SD (WHO, 2009). Gizi kurang
dapat ditegakkan dengan kriteria sebagai berikut :
1. LILA ≥ 11.5 cm - 12.5 cm
2. BB/TB > -3 SD s/d < -2 SD
3. Tidak ada oedema dan
4. Nafsu makan baik
5. Keadaan umum baik

Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein


dalam makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
dan atau adanya penyakit infeksi (sebagai manifestasi adanya gangguan
pertumbuhan).

Prinsip pemberian makanan tambahan Pemulihan pada dasarnya harus


mengacu pada konsep kepadatan energi dan nilai energi dari protein yang
4. ASUHAN GIZI BALITA

dikandungnya atau PER (Protein Energi Ratio).

Rincian cara pembuatan PMT pemulihan dan penyuluhan gizi dan


kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 223. Penanganan
balita gizi kurang adalah :
1. Pemberian PMT Pemulihan padat gizi , 350 kkal dengan protein 15 g
selama 90 hari.
2. Baduta dari keluarga miskin (6-24) bulan diberikan MP-ASI sebagai
makanan tambahan.
3. Penyuluhan dan demo cara persiapan pemberian PMT pemulihan.
4. Konseling makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT). Pantau
pertumbuhan di Posyandu setiap bulan serta stimulasi.
5. Bila dalam 2 bulan tidak ada kenaikan BB atau BGM, segera lakukan
konfirmasi BB/TB.

Sekedar diingat bahwa dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat


dilakukan dengan berbagai indek antropomentri dengan makna yang

46 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

berbeda dalam memandang kejadian kurang gizi yang terjadi :


a. Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum
b. Indek TB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi kronis
c. Indek BB/TB : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi akut.

Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan


untuk rehabilitasi anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan
makanan dengan konsep kepadatan energi yang tinggi tetapi memiliki
volume atau porsi yang kecil. Hal yang perlu dilakukan dalam menyusun
menu maupun Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gangguan
gizi kurang adalah :
Kumpulkan potensi : ketersediaan makanan sumber energi utama
Karbohidrat (bahan makanan pokok)
Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber protein (hewani dan
nabati)
Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber lemak (minyak)
sebagai KATA KUNCI PENTING MEMBUAT MAKANAN PADAT

4. ASUHAN GIZI BALITA


ENERGI TIDAK “BULK”/”VOLUMENUS”.
KUMPULKAN POTENSI bahan makanan sumber vitamin & mineral
(sayur dan buah).
Minimal empat potensi tersebut jika sudah dapat dikumpulkan dari keluarga
balita gizi kurang, baru petugas gizi bisa menyusun makanan/PMT yang
sesuai dengan kemampuan potensi keluarga.

Langkah-langkah menghitung kepadatan energi dari suatu menu makanan


atau makanan tambahan adalah sebagai berikut :
1. Hitung semua kandungan energi dan protein semua bahan makanan
yang akan diolah kemudian ditimbang sebelum dimasukkan ke dalam
wadah pengolahan.
2. Olah bahan makanan tersebut (masak)
3. Timbang kembali makanan yang telah masak (matang)
4. Bagi nilai energi dengan berat makanan yang telah matang.
5. Kepadatan energi dinyatakan dalam satuan energi (kalori) / gram berat
matang.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 47


ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

ASI atau formula pengganti air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi
0,7 kkal/gram, sedangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) memiliki
kepadatan energi 1 kkal/gr. Makanan biasa rata-rata mengandung
kepadatan energi 1,5 kkal/gr sedangkan makanan padat energi harus
memiliki kepadatan energi >1,5 kkal/gr.

Kandungan protein dari makanan padat energi seharusnya memiliki nilai


yang tinggi pula dalam makanan tumbuh kejar, oleh karena itu perlu pula
dihitung persentase rasio energi protein dari makanan yang telah diolah
terutama makanan tambahan. Rumus menghitung rasio protein energi
adalah dinyatakan dalam protein energi ratio (PER) sebagai berikut :

PER = Berat Protein (gr) x 4 kal x 100%


Total Energi (makanan)

Rasio energi protein pada makanan orang dewasa cukup antara 8 - 10


%, pada balita sehat cukup antara 10 - 12 %. Orang dewasa sakit
4. ASUHAN GIZI BALITA

membutuhkan makanan dengan PER 10-12% sedangkan pada balita sakit


atau gizi kurang
Dalamsebaiknya PERnyamakanan
memberikan 12 - 15%. pada balita dengan
gangguan gizi kurang atau pun balita dengan gizi buruk untuk
Dalam memberikan makanan pada balita dengan gangguan gizi kurang
fase rehabilitasi maka terapi utama sebenarnya difokuskan pula
atau pun balita dengan gizi buruk untuk fase rehabilitasi
pada pemberian makanan utamanya, baru pemberian makanan
maka terapi
utama sebenarnya difokuskan pula pada pemberian makanan utamanya,
tambahan sehingga membawa manfaat dalam menaikkan derajat
baru pemberian makanan tambahan sehingga membawa manfaat dalam
status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah penga-
menaikkan derajat status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah
turan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pem-
pengaturan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pemberian
berian makanan yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pembe-
makanan yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pemberian makanan
rian makanan yang optimal :
yang optimal :

06.30 09.30 12.30 15.30 18.30 12.30

Makan Snack Makan Snack Makan Snack


Pagi Pagi Siang Sore Malam Malam
20% 10% 30% 10% 20% 10%

48 Buku Waktu pemberian


Saku ASUHAN makanan tambahan sebaiknya diberikan
GIZI DI PUSKESMAS
pada titik waktu pemberian makanan selingan, sehingga tidak
ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

Waktu pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan pada titik waktu


pemberian makanan selingan (snack), sehingga tidak mengganti makanan
utama yang bisa berakibat anak justru tidak mau menghabiskan makanan
utamanya karena telah diganti makanan selingan berupa makanan
tambahan yang padat energi.

Selain diupayakan pemenuhan kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak


dan protein) pada balita gangguan gizi kurang maka sebelum indikator BB/
TB < -2 Z-score (SD) petugas gizi Puskesmas harus mengupayakan selalu
dilakukan koreksi atau penambahan pemenuhan zat gizi mikro yang sangat
penting dalam metabolisme energi balita yaitu pemenuhan vitamin dan
mineral dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Berikan suplemen vitamin A sesuai umur pada saat penangan tersebut,
jika ditemukan ada tanda-tanda xerophtalmia atau menderita campak
dalam 3 bulan terakhir maka suplemen vitamin A diberikan pada hari 1, 2
dan hari ke 15 penanganan.
2. Berikan suplemen vitamin B komplek setiap hari dan vitamin C 50 mg/hari
sampai indikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD

4. ASUHAN GIZI BALITA


3. Berikan suplemen vitamin asam folat 5 mg pada saat penanganan (
hari pertama) selanjutnya berikan 1 mg/hari sampai indikator BB/TB ≥
-2 Z-score/SD
4. Berikan suplemen Zn baik sirup atau tablet 10 mg/hari sampaiindikator
BB/TB ≥ -2 Z-score/SD

Modifikasi konsistensi makanan perlu dilakukan jika balita yang mengalami


gangguan gizi kurang mengalami sakit /gangguan hambatan pertumbuhan
umum yang biasa terjadi pada balita misalnya ;
1. Demam
2. Batuk, pilek, sesak nafas
3. Diare
4. Infeksi telinga bernanah (otitis media)
5. TBC Paru.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 49


PENANGANAN GIZI BURUK

maka pemberian makanan harus diubah pada konsistensi dibawahnya,


misalnya jika anak sesuai pola makan menurut umur diberikan makanan biasa
harus diubah menjadi konsistensi makanan lunak, jika anak (bayi) diberikan
makanan lumat maka pemberian makanan diubah menjadi makanan cair.

Dalam penanganan balita gangguan gizi kurang dengan sakit (hambatan


pertumbuhan) maka penanganannya juga fokus pada pengobatan sakitnya.
Dalam hubungannya dengan pemberian makanan pada balita dengan
gangguan gizi kurang yang sedang mengalami peradangan hati-hati pada
pemberian sumber bahan makanan terutama minyak. Sebaiknya dihindari
bahan makanan yang mengandung asam lemak omega 6 karena akan
meningkatkan reaksi peradangan sehingga perlu dihindari pengolahan
menggunakan minyak selama balita mengalami sakit.

B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk


Penanganan penderita gizi buruk, perlu pendekatan khusus, karena tidak
semua pasien penderita gizi buruk memerlukan pelayanan rawat inap.
Gizi buruk tanpa komplikasi medis (anoreksia, pneumonia berat, anemia
4. ASUHAN GIZI BALITA

berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran) dapat


ditangani secara rawat jalan.

50 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GIZI BURUK

Tabel 3 Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas

Pelaksana Penanggung
No. Kegiatan Mekanisme
Teknis Jawab
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan pada Dokter/ Dokter
Deteksi: setiap pasien baru perawat
Hipotermia dan dimonitor
Hipoglikemia setiap hari,
Dehidrasi dilakukan pada
Infeksi saat pasien baru
masuk
b. Antropometri: Penimbangan Ahli Gizi/ Dokter
ukur BB dan dilakukan setiap TPG
TB, PB hari
c. Prosedur Dokter/ Dokter
Laboratorium : laboratorium analis
Glukosa
darah, Hb,
Urin & feses
d. Anamnesis Wawancara Ahli gizi/ Dokter
riwayat gizi TPG
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi: Dokter/ Dokter
Hipoglikemia perawat

4. ASUHAN GIZI BALITA


Hipotermia
Dehidrasi
Infeksi
b. Diet Menentukan Dokter Dokter
preskripsi diet
Menerjemahkan Ahli Gizi/
preskripsi diet ke TPG
dalam jenis &
jumlah bahan
makanan
Pemantauan Ahli Gizi/
status gizi TPG
Penyuluhan gizi Ahli Gizi/
Pemberian TPG
makan Perawat
Persiapan pulang Perawat/
Penyuluhan gizi TPG
untuk dirumah Ahli gizi/
TPG
3 Pelaporan Perkembangan: Dokter/ Ahli Dokter
Pemeriksaan Gizi/
fisik, Perawat
Laboratorium
Antropometri &
asupan makanan

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 51


PENANGANAN GIZI BURUK

Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran
antropometri adalah:
Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau
pengukuran
1. Gejala Klinis antropometri adalah:
2.1 Gejala klinis
a Marasmus
Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang,
terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng,
rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy
pants), perut umumnya cekung, tulang rusuk menonjol
(iga gambang, “piano sign”), sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare
persisten
b Kwasiorkor
Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis,
kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema
minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting
4. ASUHAN GIZI BALITA

edema, otot mengecil (hipotrofi), kelainan kulit berupa


bercak merah muda yg meluas & berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis), sering disertai: penyakit infeksi
(umumnya akut) seperti anemia dan diare.

Tentukan derajat edema untuk menentukan jumlah


cairan yang diberikan
Derajat edema:
+ à Kedua punggung kaki
++ à Tungkai & lengan bawah
+++ à Seluruh tubuh (wajah & perut)
c Marasmik-kwashiorkor :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB
-PB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

52 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


50
PENANGANAN GIZI BURUK

2. Pengukuran antropometri

Standar antropometri yang digunakan adalah berdasarkan pengukuran :


BB/TB-PB < -3 Z-score/SD atau Lingkar Lengan Atas (LLA) < 11,5 cm.

Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung
(terlihat sangat kurus) namun tidak memenuhi syarat antropometri (misal
BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap dinyatakan sebagai Gizi Buruk.
Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami mikrosefal (lingkar
kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali.

Khusus pada penderita kwashiorkor, jika sudah terlihat edema yang


simetris, diagnosis dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan antropometri.
Pemeriksaan secara antropometri hanya membantu menentukan derajat
kekurusan, namun gambaran klinis lebih penting.

Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul
komplikasi atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :

4. ASUHAN GIZI BALITA


aAnoreksia
aPneumonia
aAnemia berat
aDehidrasi berat
aDemam sangat tinggi
aPenururunan kesadaran

Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki
TFC atau rumah sakit yang sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 53


4. ASUHAN GIZI BALITA
Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk
dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini
ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK

54
Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA
di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas

Anak dengan satu atau


Anak dengan satu atau
lebih tanda berikut: Anak dengan satu atau
lebih tanda berikut:
•Terlihat sangat kurus lebih tanda berikut: • Bila LILA ≥ 11,5 cm <
•Terlihat Sangat kurus
•Edema minimal, pada 12,5 cm (untuk anak
•Edema pada seluruh tubuh
kedua punggung tangan •Terlihat sangat kurus usia 6-59 bulan)
•BB/PB atau BB/TB < -3 SD
/ • BB/PB atau BB/TB (BB/TB < -2 SD s.d -3
•LiLA < 11,5 cm (untuk anak
kaki < - 3SD SD)
usia 6-59 bulan) dan
•BB/PB atau BB/TB <-3SD •LILA <11,5 cm (untuk
salah satu atau lebih dari
PENANGANAN GIZI BURUK

•LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan • tidak ada edema
tanda-tanda komplikasi
anak dan
medis berikut:
usia 6-59 bulan ; dan •Nafsu makan baik dan
•anoreksia
•Nafsu makan baik •Tanpa komplikasi
•pneumonia berat
•Tanpa komplikasi medis medis •nafsu makan baik
•anemia berat
•dehidrasi berat •klinis baik
•demam sangat tinggi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


•penurunan kesadaran
dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini

Gizi buruk
Gizi buruk Gizi
Tanpa Komplikasi
Dengan kurang
Komplikasi

Rawat Inap di Rawat Jalan PMT


RS/Pusk RI/TFC Pemulihan

Bagan 4. Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk

Sumber : Pedoman PGBM KemKes, 2009


Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk
PENANGANAN GANGGUAN GIZI AKUT BERBASIS MASYARAKAT

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN


(CTC / CFC)

SKRINING
BB/TB, LILA

< 2 SD s/d ≥ - 3 < - 3 SD atau


atau Lila < 12,5 cm ≥ - 3 SD dengan
edema pada 2 kaki
atau Lila < 12,5 cm

Komplikasi Tanpa komplikasi

Tanpa komplikasi Komplikasi


PMT Pemulihan
(Suplementary feeding)
Pengobatan, KIE

SEMBUH BB/TB ≥ - 3 SD Stabilisasi


BB/TB ≥ -2 SD dan edema (-)
PMT Terapi
Pengobatan
KIE

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


55
Bagan 5. Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut
PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA


PENANGANAN GIZI BURUK

Penderita gizi buruk dengan komplikasi dan tanda bahaya perlu dirawat
inap sesuai dengan Tatalaksana Anak gizi Buruk . Pedoman Tatalaksana
Gizi buruk menggunakan sepuluh langkah dalam 5 kondisi klinis. Kondisi
I-V ditentukan berdasarkan ada/tidaknya tanda bahaya yaitu :
a. Renjatan/ syok
b. Letargis
c. Diare, Muntah dan atau dehidrasi.
( Buku Bagan dan Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk )

Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui
Klinik Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat (PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi /
energi serta konseling gizi seminggu sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2
SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-20% dari berat badan
terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak membaik
dalam waktu 17 minggu.

Penanganan balita gizi buruk tanpa komplikasi adalah sebagai berikut :


4. ASUHAN GIZI BALITA

a Pemberian PMT Pemulihan yang padat gizi dengan kandungan energi


500 kkal selama 10 minggu
a Penyuluhan gizi dan demo cara penyiapan sampai pemberian makanan
pemulihan gizi yang padat gizi
a Konseling pemberian makanan bayi dan anak (ASI, PMT, MP-ASI)
a Memantau penambahan BB dan pemeriksaan klinis setiap minggu, TB/
PB dieriksa setiap bulan oleh tenaga kesehatan.
a Memberikan stimulasi tumbuh kembang melalui BKB, atau Pos PAUD
bila memungkinkan.
a Bila pertambahan BB < 50 g/kg BB perminggu dalam 3 minggu terakhir
atau ada gejala sakit, Rujuk ke Puskesmas TFC/RS untuk pengobatan
penyakit dan pemeriksaan lanjut.

56 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


2.3 Sepuluh langkah dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Tabel 4 . Sepuluh Langkah Tata laksana Anak Gizi Buruk

No Tindakan Stabilisasi H Transisi Rehabili- Tindak


1— 2 H 3—7 tasi mg Lanjut mg
2—6 7

1 Mencegah & men-


gatasi Hipoglikemia

2 Mencegah & men-


gatasi Hipothermia

3 Mencegah & men-


gatasi dehidrasi

4 Memperbaiki gang-
guan keseimbangan
elektrolit

5 Mengobati infeksi

6 Memperbaiki ke- Tanpa + Fe


kurangan zat gizi Fe
mikro

7 Memberikan
makanan stabilisasi
& transisi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


8 Memberikan
makanan tumbuh

57
kejar
PENANGANAN GIZI BURUK

9 Memberikan stimu-
lasi untuk tumbuh 4. ASUHAN GIZI BALITA
kembang
PENANGANAN GIZI BURUK

a. Mengatasi / Mencegah Hipoglikemia


Hipoglikemia bila kadar glukosa darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl.

Tabel 5. Cara Mengatasi Hipoglikemia

TANDA CARA MENGATASI


SADAR • Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10%
(TIDAK LETARGIS Secara oral atau atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml

• Berikan larutan Glukosa 10% secara intravena (iv) (Bolus)


TIDAK SADAR sebanyak 5 ml/kgBB
(LETARGIS) • Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula
pasir 10% secara oral atau NGT (Bolus) sebanyak 50 ml

• Berikan cairan intravena (iv) berupa Ringer Laktat dan


Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%)
RENJATAN sebanyak 15 ml /kgBB selama 1 jam pertama atau 5 tetes/
(SYOK) menit/kgBB
4. ASUHAN GIZI BALITA

• Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% secara intravena


(iv)(Bolus) sebanyak 5 ml/kg BB

b. Mengatasi/Mencegah Hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur selama
5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk
sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya
untuk menghemat cadangan energi.

58 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Tabel 6. Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia

Suhu tubuh 36-37,0 oC Suhu tubuh <36 oC


Keadaan ini pada anak gizi buruk dapat dengan mudah jatuh Cara untuk memulihkan penderita gizi buruk yang mengalami
pada hipotermia, cara untuk mempertahankan agar tidak hipotermia adalah:
hipotermia adalah:
1. Bila suhu <36 oC harus dilakukan tindakan menghangati untuk
1. Tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya. mengembalikan lagi suhu tubuh anak.
2. Hindari adanya hembusan angin di dalam ruangan perawatan 2. Pemanasan suhu tubuh anak yang hipotermia adalah dengan cara
3. Pertahankan suhu ruangan sekitar 25 - 30 oC. “kanguru”, yaitu dengan mengadakan kontak langsung kulit ibu dan
4. Usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari. kulit anak untuk memindahkan panas tubuh ibu kepada tubuh anak
5. Jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan dan anak digendong serta diselimuti seluruh tubuhnya.
pemeriksaan dan penimbangan. 3. pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan
6. Usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani lampu . Lampu harus diletakkan 50 cm dari tubuh anak.
anak gizi buruk dalam keadaan hangat. 4. Suhu tubuh harus dimonitor setiap 30 menit untuk memastikan
7. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karna air bahwa suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi akibat pemanasan.
kencing atau keringat atau sebab-sebab yang lain. 5. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 37 oC
8. Bila anak baru saja dibersihkan tubuhnya dengan air, segera
keringkan dengan sebaik-baiknya.
9. Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


untuk menghindari bila ibu anak/pengasuh lupa membungkus botol
dengan kain akan menyebabkan kulit anak terbakar.

59
PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA


PENANGANAN GIZI BURUK

c. Mengatasi/mencegah Dehidrasi

Untuk menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk dapat


digunakan 4 tanda utama yaitu letargis, anak haus, mata cekung dan
kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat. Tanda dehidrasi lain yang
mungkin ditemukan adalah anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata,
mulut dan lidah kering, diuresis berkurang.

Tidak mudah menentukan dehidrasi pada anak gizi buruk, karena


letargis, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat
sering ditemukan pada anak gizi buruk.

Tabel 7. Tanda Dehidrasi


Tabel 7. Tanda Dehidrasi
NO TANDA CARA MENENTUKAN

1 Letargis Tampak mengantuk, lemas, tidak waspada,


tidak tertarik terhadap kejadian sekitar
4. ASUHAN GIZI BALITA

2 Anak gelisah dan Tampak gelisah dan rewel terutama bila


rewel disentuh/ditangani untuk suatu tindakan
3 Tidak ada air Tidak terlihat air mata saat anak menangis
mata
4 Mata cekung Tanya ibu : mata cekung tersebut memang
seperti biasanya ataukah baru beberapa saat
timbulnya (mata anak gizi buruk tampak
cekung, mirip tanda dehidrasi)
5 Mulut dan lidah Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering
6 Haus Lihat, apakah anak ingin meraih cangkir saat
melihat atau diberi minum. Saat minuman itu
disingkirkan atau habis, apakah anak tampak
masih ingin minum?
7 Kembalinya Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat
cubitan/turgor mencubit kulit perut bagian tengah antara
kulit lambat umbilicus dan sisi perut.
Posisikan tangan anda sejajar/lurus dengan
garis tubuh, bukan melintang. Tarik lapisan
kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan.
Cubit selama 1 detik dan lepaskan. Jika kulit
masih terlipat ( belum kembali rata selama > 2
detik), dikatakan turgor lambat. ( catatan :
turgor biasanya lambat pada anak ”wasting”
walaupun tidak dehidrasi)

Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi :


60 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat
dari oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral
PENANGANAN GIZI BURUK

Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi :

Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat dari


oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral mix.

Oralit :

Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar
kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi
air, edema dan gagal jantung.

Gula :
Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia
Larutan elektrolit/mineral mix :
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seberti
kalium, magnesium, cuprum dan seng/Zinc
Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif atau
pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal.

4. ASUHAN GIZI BALITA


d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada anak gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit. Tubuh anak gizi buruk relatif mengandung kadar natrium (Na)
lebih tinggi dan kalium (K) lebih dibanding anak normal. Karena itu
pemberian cairan tidak boleh yang mengandung Na tinggi dan harus
mendapat tambahan K.

Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit tersebut, diberikan


mineral mix yang dicampurkan ke dalam formula khusus ( F75, F100)
dan ReSoMal.

e. Obati/cegah infeksi

Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala
infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan kotrimoksasol.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 61
PENANGANAN GIZI BURUK

Bila ditemukan adanya infeksi atau komplikasi ( renjatan, hipoglikemia,


hipotermia, dermatosis, infeksi saluran nafas atau infeksi saluran kencing
atau letargis/tampak sakit, dsb) maka diberikan gentamisin iv atau im
ditambah dengan ampisilin iv atau im selama 2 hari dan dilanjutkan
dengan amoksilin atau ampisilin oral selama 5 hari ( dosis lihat tabel ).

Apabila anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, makan ditambahkan


kloramfenikol iv atau im (25 mg/kg BB/kali) setiap 8 jam selama 5 hari.
Bila anak diperkirakan menderita meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk
memastikan. Bila ternyata menderita meningitis purulenta, kloramfenikol
diberikan 25 mg/kgBB/kali) setiap 6 jam sampai 10 hari. Gentamisin
diberikan apabila diuresis sudah normal (1-2 ml/kgBB/jam)

f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Setiap anak gizi buruk umumnya mengalami kekurangan zat gizi mikro,
sehingga perlu diberi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dapat
diberikan multivitamin.
4. ASUHAN GIZI BALITA

1). Vitamin B (B1, B2, B6, B12)


Gejala klinis kekurangan vitamin B (B1, B2, B6, B12) sebagai berikut:
a. Tidak ada kenaikan berat badan dan postur tubuh lebih kecil dari
anak yang sehat (defisiensi vitamin B1)
b. Diare ( defisiensi vitamin B1, B12)
c. Stomatitis angularis : pada sudut mulut terdapat maserasi dan
retak-retak/fisura (defisiensi B2, B6)
d. Glositis : lidah berwarna merah muda dan licin karena hilangnya
struktur papil lidah (defisiensi vitamin B2,B6,B12)
e. Dermatosis seboroik: perubahan kulit berupa luka seboroik pada
lipatan nasolabium, sekitar hidung, daun telinga dan kelopak mata.
Kadang-kadang dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus dan
perineum (defisiensi vitamin B2, B6)
f. Anemia dengan gangguan pembentukan/proses pematangan
eritrosit (defisiensi vitamin B12)

62 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GIZI BURUK

g. Perubahan pada mata sehingga menimbulkan fotofobia, lakrimasi


berlebihan, rasa panas dan pusing (defisiensi vitamin B2)

2) Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast
hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan :
a. penyakit skorbut
b. gangguan pertumbuhan
c. perdarahan kapiler
d. gangguan pematangan eritrosit
d. gangguan pematangan eritrosit
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
f. gangguan dalam
f. gangguan respirasi
dalam respirasijaringan
jaringan

Tabel
Tabel8. 8.
Dosis Pemberian
Dosis Vitamin
Pemberian Vitamin

Jenis Dosis
Vitamin

4. ASUHAN GIZI BALITA


Vitamin C BB < 5 kg : 50 mg/hari ( 1 tablet)
BB ≥ 5 kg : 100 mg/hari
Asam Folat Hari I : 5 mg/hari
Selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B 1 tablet/hari
kompleks

3) Vitamin A
3) Vitamin
Khusus A
Vitamin A diberikan satu kali pada hari pertama saja,
Khususbila
kecuali Vitamin A diberikan
disertai satu kali pada
kelainan pada hari pertama
mata saja, kecuali
akibat KVA
bila disertaivitamin
(Xeroftalmia), kelainanApada mata akibat
diberikan KVA (Xeroftalmia),
juga pada hari ke-2 danvitamin
ke-15,A
diberikan
dengan dosisjuga padausia
sesuai hari ke-2 dan ke-15, dengan dosis sesuai usia

4) Asam folat
4) Asam folat
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
hari
5) Zat besi atau Fe
Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi
walaupun anak menderita anemia, karenaGIZI
Buku Saku ASUHAN bila diberikan pada
DI PUSKESMAS 63
fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein untuk
PENANGANAN GIZI BURUK

5) Zat besi atau Fe


Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi walaupun
anak menderita anemia, karena bila diberikan pada fase sebelumnya
dikhawatirkan belum cukup protein untuk mengikat Fe yang diserap
sehingga mengakibatkan adanya Fe bebas dalam darah. Fe bebas ini
bersifat sebagai radikal bebas yang dapat merusak dinding sel serta
memperberat infeksi yang ada karena merupakan makanan kuman.
Dosis Fe yang diberikan 1-3 mg Fe elemental/kgBB/hari.

g. Pemberian makanan untuk fase stabilisasi dan transisi


Anak gizi buruk mengalami gangguan metabolisme dan fungsi organ,
khususnya sistem pencernaan, hati dan ginjal. Sistem pencernaan
anak gizi buruk mengalami gangguan karena terjadinya atrofi mukosa
usus sehingga produksi enzim pencernaan berkurang, khususnya
enzim laktase. Oleh karena itu, perlu diberi makanan khusus pada fase
stabilisasi berupa Formula 75 dengan ketentuan sebagai berikut :
1). Energi : 80-100 kkal/kgBB/hari
4. ASUHAN GIZI BALITA

2). Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari


3). Cairan : 130 ml/kgBB/hari , atau 100 ml/kgBB/hari bila
ditemukan edema berat
Fase Stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan
untuk menaikkan berat badan
Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Energi : 100 – 150 kkal/kgBB/hari
2) Protein : 2 -3 g/kgBB/hari
Umumnya pada fase ini mulai terjadi kenaikan berat badan
Pemberian makanan pada penderita gizi buruk dibagi dalam 4 fase,
yaitu: Fase Stabilisasi, Fase Transisi, dan Fase Rehabilitasi, kemudian
dilanjutkan dengan fase pemberian makanan pada fase tindak lanjut.
Pada fase stabilisasi (1-2 hari) perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
64 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENANGANAN GIZI BURUK

karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik


berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan
dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup hanya
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Teruskan pemberian ASI bila anak telah mendapat ASI, kemudian
dianjurkan memberi Formula WHO 75 dengan menggunakan cangkir/
gelas. Bila anak terlalu lemah berikan dengan menggunakan Naso
Gastric Tube (NGT)
Pemberian Formula WHO 75 jadwal pemberian makanan harus disusun
sesuai dengan kebutuhan anak :
Pada fase stabilisasi pemberian formula setiap 2 jam sekali. Selanjutnya
frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap 3 jam, . Pada
hari ke 5 s/d hari ke 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam.Lanjutkan
pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu I). Fase akhir
stabilisasi diberikan F75 dengan volume dosis F 100.

4. ASUHAN GIZI BALITA


Pada fase transisi hari pertama (I) dan hari ke dua (II) diberikan F 100
dengan dosis atau volume F75. Pada hari ke tiga (III) diberikan F 100
menggunakan dosis F 100 yaitu 100-150 cc/kg BB/hari. Selanjutnya 4
jam berikutnya dosis dinaikkan 10 ml secara bertahapdengan catatan
tidak boleh melebihi dosis maksimum F 100. Pada hari ke empat (IV)
F 100 diberikan tiap 4 jam dengan dosis tidak boleh melebihi dosis
maksimal F 100. Bila F 100 sudah dapat dihabiskan, maka dapat
dilajutkan memasuki fase pemberian makanan fase rehabilitasi.
Pada Fase Rehabilitasi adalah fase pemberian makanan tumbuh kejar.
Pemberian makanannya adalah diberikan F 100 dan diberikan pula
makanan padat sesuai BB anak, yaitu :

1. BB < 7 kg, diberikan makanan bayi, mulai dari bubur saring,


bubur susu, makanan lembik (nasi tim).
2. BB > 7 kg, dan berumur lebih dari 24 bulan diberikan
makanan lunak atau makanan biasa.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 65


PENANGANAN GIZI BURUK

Setelah memasuki fase rehabilitasi dan kenaikan BB sudah memenuhi


syarat, penderita dapat dipulangkan dan segera memasuki pemberian
makanan fase tindak lanjut.

Tabel 9. Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase

FASE
STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
ZAT GIZI (hari ke 1-2) (hari ke 3-7) (minggu ke 2-6)
Energi Energi 100 kkal/kg
80-100 kkal/kgBB/hr 100- kkal/kgBB/hr
100-150 150 150-220
150-220 kkal/
kkal/kgBB/hr
BB/hr Kkal/Kg BB/ kgBB /hr
Protein 1-1.5 kkal/kgBB/hr 2-3
hrgram/kgBB/hr 4-6 gram/kgBB/hr

Cairan
Protein 1-1,5 gr/
130 ml/kgBB/hr atau
2-3 gr/kgBB/
150 ml/kgBB/hr
4-6 gr/kgBB /hr
150-200 ml/kgBB/hr
kgBB/hr
100 ml/kgBB/hr bila hr
Mikronu- ada edema berat

FE
trien
TabletFebesi/folat (Fe SO4 Tidak diberi-
- Tidak diberi-
- Diberikan
Beri tiap hari selama 4 minggu
200mg+0.25 mg asam kan kan untuk anak umur 6 bulan
Folat) samapai 5 tahun
SirupCairan
besi (Fe SO4 150 130 ml/kgBB/- 150 ml/kg - 150-200 ml/Kg
ml) 1-3 mg elemental hr atau BB/hr BB/hr
Dosis lihat Buku 1 Hal. 16

Vitamin A
100 ml/kgBB/
4. ASUHAN GIZI BALITA

Umur
hr bila ada Dosis
edema < 6 bln 50.000 SI (1/2 kapsul Biru) Penderita
Xerophthalmia
Formula F-756 - 11 bln F-100
100.000 SI (1 kapsul Biru) F-100 dan
Lihat Buku II hal.MP-
6
1 - 5 tahun 200.000 SI (1 kapsul Merah) ASI / makanan
padat gizi
Vitamin lain:
Lakukan pemantauan
Vitamin C
dan pencatatan terhadap :
BB < 5 kg: 50 mg/hari (1 tablet)
Jumlah yang diberikan dan
BB ≥ 5 kg: 100 sisanya
mg/hari (2 tablet)

AsamBanyaknya
folat muntah
5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B. Komplek 1 tablet/ hari
Frekwensi dan konsistensi buang air besar
Berat badan (harian)
Mineral Mix *)
Zinc
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up
Kalium
Natrium
growth)
Magnesium
Cuprum Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan
tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu :
*) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberiannya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100
a. Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari
(dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19)
b. Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara ber-
tahap ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan
66 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
bayi, ≥ 7 kg diberikan makanan anak )
PENANGANAN GIZI BURUK

Lakukan pemantauan dan pencatatan terhadap :


Jumlah yang diberikan dan sisanya
Banyaknya muntah
Frekwensi dan konsistensi buang air besar
Berat badan (harian)

h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up growth)


Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan tubuh
sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu :
a. Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari
b. Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap
ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan bayi, ≥ 7 kg
diberikan makanan anak )
Pada fase tindak lanjut, pemberian makanan di rumah berupa makanan
keluarga padat gizi dan PMT-P ( energi 350 kkal dan protein 15 g )
Hati-hati over load cairan, lakukan pemantauan (lihat buku Bagan

4. ASUHAN GIZI BALITA


dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk)
Contoh makanan fase rehabilitasi (Lihat Lampiran 5)

Pemantauan fase rehabilitasi


Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan
anak, yang dapat dilakukan dengan :
1. Menimbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
2. Menghitung kenaikan berat badan setiap minggu dengan
interpretasi:
(a) Baik : bila kenaikan BB ≥ 50 g/KgBB/minggu, . selama 2
minggu berturut-turut,
(b) Kurang : bila kenaikan BB < 50 g/KgBB/minggu, perlu
reevaluasi secara menyeluruh.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 67


PENANGANAN GIZI BURUK

i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan


perilaku. Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam
memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Oleh karena itu perlu
diberikan petunjuk kepada orang tua dan keluarga untuk memberikan
stimulasi perkembangan anak dengan penuh kasih sayang, sambil
bermain, bernyanyi dan menciptakan suasana yang menyenangkan

Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur


anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak yaitu kemampuan
gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Stimulasi terstruktur dilakukan secara intensif setiap hari selama 15-30


menit

j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


4. ASUHAN GIZI BALITA

Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam
perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya
Anak dapat dipulangkan bila :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif, nafsu
makan baik.
2) BB/TB-PB > -3 SD (Z-score)
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu sudah memahami cara merawat anaknya dan mendapat konseling
gizi

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah anak dipulangkan. Anjurkan untuk kontrol teratur setelah
pulang, 1x / minggu pada bulan pertama, 1 atau 2 kali perminggu pada
bulan kedua, selanjutnya 1x / bulan sampai 6 bulan atau lebih. Selain
itu dianjurkan juga untuk melangkapi imunisasi dasar ataupun ulangan
sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi)

68 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


k. Skema langkah-langkah Sederhana Penanggulangan
Balita Gizi Buruk dalam Berbagai Kondisi Klinis

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


69
PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA


PENANGANAN GIZI BURUK

KONDISI : I
Jika Ditemukan
Renjatan (syok)
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana I pd hala-
man: 8-9 (Buku I
Tata Laksana Gizi
Buruk)
4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

68

70 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GIZI BURUK

KONDISI : II
Jika Ditemukan
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana II pd
halaman: 10
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

69

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 71


PENANGANAN GIZI BURUK

KONDISI : III
Jika Ditemukan
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana III pd
halaman: 11
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)
4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

70

72 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GIZI BURUK

KONDISI : IV
Jika Ditemukan
Letargis
Rencana IV pd
halaman: 12
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

71

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 73


PENANGANAN GIZI BURUK

KONDISI : V
Jika tidak ditemu-
kan
Renjatan (syok),
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana V pd
halaman: 13
4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

72

74 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GIZI BURUK

Hal penting yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan


selama fase Stabilisasi :
Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada
fase stabilisasi (lihat Buku Tata Laksana Gizi Buruk) bila ada tanda bahaya
sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Keterangan tentang tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II )
a) Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana sampai
selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh
kejar.
b) Bila tidak membaik, kemungkinan gagal jantung tangani sesuai
kondisi atau rujuk.
Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak
habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat

4. ASUHAN GIZI BALITA


Oral berikan semua lewat NGT. (sesuai dengan kondisi anak)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 75


PENANGANAN GIZI BURUK

Vena Jugularis

Arteria carotis

Musculus sternocleidomastoideus
4. ASUHAN GIZI BALITA

Vena Jugularis

Penanda bendungan vena jugularis menunjukkan tanda bahaya


Pada penderita KEP berat yang mengarah pada kegagalan jantung
kongestif terutama jantung kanan.

74

76 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

F-75 pada Buku I Hal. 23-24,

sampai mencapai volume minimum pada


tabel F100.

4. ASUHAN GIZI BALITA


3. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi
buruk, dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi
baik. Di dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah
arah garis pertumbuhannya dan bukan letaknya.

Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2


bulan atau lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N),
bila grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama
atau lebih dengan Kenaikan BB Minimal (KBM) .

75

23-24,

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 77


Catatan
sampai mencapai volume :
minimum pada
PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan


Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi buruk,
dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi baik. Di
dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah arah garis
pertumbuhannya dan bukan letaknya.

Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2 bulan atau


lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N), bila grafik BB
mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama atau lebih dengan
Kenaikan BB Minimal (KBM) .
Disebut Tidak Naik (T), bila grafik BB mendatar atau menurun memotong
garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM. (Lihat
Lampiran 6 cara membaca arah garis pertumbuhan).

1. Analisis Penyebab Gangguan Pertumbuhan


Gangguan pertumbuhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi
4. ASUHAN GIZI BALITA

dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab utama, yaitu faktor


asupan makanan yang kurang dan faktor penyakit (Bagan 6). Faktor
asupan makanan yang kurang akan menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.
Anak yang sakit, dapat mengalami penurunan nafsu makan sehingga
berkurang asupan makanan yang diterimanya. Sinergisme tersebut
akan menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
akhirnya mengalami gizi buruk.
Penyebab gangguan asupan makan berdasarkan aspek gizi adalah
sebagai berikut :
a. Anak tidak mau makan
b. Tidak ada yang dimakan
c. Pantang makanan (tidak boleh dimakan)
d. Kualitas makanan rendah

78 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

Asupan zat gizi anak yang rendah, dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu karena sakit, akses terhadap makanan yang kurang dan
pola asuh yang tidak tepat.

Pola asuh yang tidak tepat salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan orang tua atau pengasuh. Pada umumnya masyarakat
memberikan makanan pada anak umur 6-24 bulan berupa makanan
yang rendah lemak, sehingga nilai energi anak menjadi rendah.
Padahal WHO menganjurkan pemberian makanan yang mengandung
lemak 30-45% dari total energi.

Bagan 6 : Modifikasi Penyebab Gizi Salah dan Intervensi


(Unicef, 1992)
 

4. ASUHAN GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 79


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

2. Asuhan Gizi Pada Anak Yang Mengalami Gangguan


Pertumbuhan

Penanganan gangguan pertumbuhan tergantung dari penyebabnya,


yaitu faktor makanan, faktor penyakit dan faktor pola asuh.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan
pertumbuhan berdasarkan tatalaksana gizi meliputi :
a. Pemberian ASI eksklusif
ASI adalah makanan terbaik untuk anak, sehingga dianjurkan
memberikan ASI saja pada bayi kurang dari 6 bulan. Selanjutnya
ASI tetap diberikan disertai pemberian MP ASI yang benar dan
adekuat.
Beberapa butir penting dalam pemberian ASI :
a. ASI adalah makanan yang terbaik (Breastfeeding is the best)
b. Pada umumnya ibu mampu memberi kecukupan ASI.
c. Produksi ASI akan banyak jika payudara ibu sering disusu dan
4. ASUHAN GIZI BALITA

dikosongkan
d. Bayi membawa cadangan energi dan cairan, sehingga bayi
mampu bertahan 2-4 hari setelah lahir (WHO, 1989), atau
dengan pernyataan lain yaitu bayi lahir dalam keadaan
overhidrasi (Unicef 2007). Sementara ASI baru keluar pada hari
ke 2 – 4, sehingga wajar jika BB bayi sedikit turun beberapa hari
setelah lahir.
e. ASI dapat memberikan rasa kenyang hanya 1,5 jam, sedangkan
susu formula 3 jam. Pemberian susu formula akan menyebabkan
bayi lama kenyang, sehingga produksi hormon prolaktin akan
turun dan akibatnya produksi ASI menurun. Selain itu, pemberian
susu formula akan menyebabkan bayi bingung puting.
f. Tanda kecukupan ASI adalah :
a) BB bayi turun tidak lebih dari 10%, dan kembali ke BB lahir
paling lambat saat bayi umur 2 minggu.

80 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

b) Buang air kecil 5x atau lebih sehari


c) Tumbuh sesuai jalur pertumbuhan dalam KMS
g. Pemberian ASI saja, artinya ASI saja dapat mencukupi kebutuhan
bayi, tetapi Jika bayi diberi minuman lain, dapat berakibat
produksi ASI akan berkurang.

b. Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang
sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa
kritis (weaning period is critical period) dengan alasan:
a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan
pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan
sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah,
tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar
(bulky).
b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat

4. ASUHAN GIZI BALITA


dari ibu sudah habis.
c. Anak sudah sering diajak keluar rumah, sehingga sangat tinggi
kemungkinannya tertular penyakit
d. Anak pada umur ini juga sudah jarang kontrol ke Posyandu
karena imunisasinya hampir lengkap.

WHO 2008, menganjurkan untuk memberikan makanan pada


anak yang mengalami hambatan pertumbuhan, pendek, dan gizi
kurang dengan asupan gizi yang dianjurkan yaitu : lebih rendah dari
rekomendasi untuk anak penderita gizi buruk tetapi lebih tinggi dari
anak gizi normal, dengan kalori sekitar 120-150 kkal/kg/BB atau
dengan menghitung BB anak dibagi BB standar dikalikan Angka
Kecukupan Gizi (AKG).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 81


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

Cara menghitung kebutuhan gizi :


a. Menghitung BB ideal sesuai dengan TB/PB
Cara menghitung kebutuhan gizi :
b. MenghitungBB
a. Menghitung kalori:
idealBBsesuai
ideal Xdengan
kebutuhan energi
TB/PB
c. Menghitungkalori:
b. Menghitung protein:BB ideal X kebutuhan
BB ideal kebutuhanprotein
energi
c. Menghitung protein:BB
Jenis bahan makanan yangideal X kebutuhan
dianjurkan untuk protein
mencukupi kebutuhan
giziJenis
anak bahan makanan
terdiri dari: yang dianjurkan
kacang-kacangan, untuk
cerealia, mencukupi
padi-padian, ikan,
kebutuhan gizi anak
telur, daging, terdiri
minyak, dandari: kacang-kacangan, cerealia, padi
sebagainya.
-padian, ikan, telur, daging, minyak, dan sebagainya.

Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis


Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis
kelamin
kelamin .
Umur (tahun) Energi Protein
(kkal/ kgBB) (gr/ kgBB)
0-1 110-120 1,5-2,2
1-3 100 1,23
4-6 90 1,2
7-9 80 1
4. ASUHAN GIZI BALITA

10-12 Laki-laki : 60-70 1


Perempuan : 50-60 1
12-18 Laki-laki : 50-60 1
Perempuan: 40-60 1

SumberSumber : Penuntun
: Penuntun Diet Anak,
Diet Anak, 2001.
2001.
Pesan kunci praktek pemberian MP-ASI:
a. Timbanglah anak setiap bulan :anak sehat, tambah umur,
Pesanberat,
tambah kunci praktek
tambahpemberian
pandai. MP-ASI:
b. Bayia. dan
Timbanglah
anak yanganak mendapat
setiap bulanASI
:anak sehat,2tambah
selama tahun umur, tambah
atau lebih,
akan berat,
tumbuh tambah
kuat pandai.
dan sehat serta berkembang dengan baik
c. Bayib. Bayi
dan dan
anakanak yang
yang mendapat
diberi MP-ASIASImulai
selamausia
2 tahun atau dan
6 bulan lebih,ASI
akan
terus tumbuh
diberikankuatakan
dan sehat
tumbuhserta berkembang
dan berkembang dengan
denganbaik baik
d. Bubur MP-ASI
c. Bayi dan anak yang
yangcukup kental mulai
diberi MP-ASI akanusia
memberikan
6 bulan dan ASIenergi
terus
lebih diberikan
banyak akan bagi tumbuh
anak daripada bubur dengan
dan berkembang MP-ASI baikyang terlalu
encer
d. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan memberikan energi lebih
e. Makananbanyak sumber hewani
bagi anak sangat
daripada buburbaik untuk
MP-ASI yanganak,
terlaluagar
enceranak
tumbuh dan berkembang dengan baik
82 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

e. Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh
dan berkembang dengan baik.
f. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang
tanah, kacang hijau, kacang polong dan kacang lainnya serta hasil
olahnya seperti tahu dan tempe adalah makanan yang abik buat
anak.
g. Sayuran dan buah berwarna hijau / kuning / merah membantu
kesehatan mata anak dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan
penyakit
h. Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 3 kali makan
utama disertai makanan selingan dan berikan makanan yang
beraneka ragam
i. Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan
meningkat
j. Anak kecil perlu belajar cara makan : beri semangat dan bantú
sepenuhnya dengan penuh kesabaran

4. ASUHAN GIZI BALITA


k. Bujuk anak untuk tetap makan dan minum selama sakit dan berikan
makanan tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak
pulih kembali.

c. Pemantauan :
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik
bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T
(TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum
teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 83


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

d. Rekomendasi Makan untuk Anak Sakit dan Sehat


1. Umur 0 – 6 bulan
a. Berikan ASI saja sampai anak berusia 6 bulan. Menyusui semau
anak (on demand), setidaknya 8 kali sehari
b. Jangan diberi makanan dan minuman lain.
c. Jika anak terlihat masih lapar setelah menyusu, harus segera
dilakukan konseling menyusui untuk membantu ibu dalam
meningkatkan produksi ASI.
d. Nilai kecukupan ASI (kenaikan berat badan cukup atau tidak)
4. ASUHAN GIZI BALITA

84 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

Tabel. 11 Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap


Kali Makan
Usia Bentuk Berapa Kali Sehari Berapa Banyak
Makanan Setiap Kali Makan
6 – 8 bln Usia 6 bulan Usia 6 bln :
ASI Teruskan Pemberian
Makanan pemberian ASI, makanan lumat 2-
Lumat ditambah 3 sendok makan
(biskuit, makanan lumat Usia 7-8 bln :
sayuran, 2xsehari pemberian
daging dan Usia 7– 8 bln : makanan lumat
buah yang Teruskan secara bertahap
dilumatkan,dl pemberian ASI bertambah hingga
l) ditambah mencapai ½ gelas
makanan lumat atau 125 cc setiap
3x sehari kali makan
9 -11 bln ASI Teruskan
Makanan Pemberian ASI
lembik atau Makanan lembik 1/2 gelas /
dicincang 3x sehari mangkuk atau
yang mudah Makanan 125 cc
ditelan anak selingan 2 kali/
Makanan hari

4. ASUHAN GIZI BALITA


selingan
yang dapat
dipegang
anak
diberikan
diantara
waktu makan
lengkap
12–24 Makanan Makanan keluar ¾ gelas nasi /
bln Keluarga -ga 3x makan penukar
Makanan 1 potong kecil
Selingan 2x ikan/daging/
sehari ayam/telur
Teruskan pem 1 potong kecil
ASI berian ASI tempe/ tahu atau
1 sdm kacang-
kacangan
½ gelas sayur
1 potong buah
½ gelas bubur / 1
potong kue / 1
potong buah
Sumber : Modul Pelatihan Konseling MP-ASI, 2010
83
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 85
Catatan :
1. Pada usia 6-11 bulan ASI memenuhi lebih-kurang separuh
kebutuhan gizi bayi
2. Pada usia 12-23 bulan ASI memenuhi lebih kurang 1/3
kebutuhan zat gizi bayi
3. Untuk anak sakit, berikan cairan/minum lebih banyak (ekstra)
serta pemberian makan dengan jumlah lebih sedikit tapi sering
4. 1 mangkok = 250 ml

2. Umur 2 tahun atau lebih


a. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
b. Ditambah 2 kali snack bergizi
Diet sehari-hari yang baik hendaknya mencukupi jumlah dan
mutunya, padat energi (contoh : makanan sereal dengan ditambah
minyak); daging, ikan, telur, sayur dan buah (WHO, 2005) .
4. ASUHAN GIZI BALITA

CATATAN

86 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB V
MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL
DAN IBU MENYUSUI
A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil

Kehamilan adalah satu proses faali pada semua mamalia yang akan
menjadikan awal kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan
yang paling esensial untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah
asupan gizi yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan SK
MenKes no 1593/SK/XI/2005 tentang anjuran AKG yang merujuk pada
hasil WNPG 2004 bahwa kebutuhan ibu hamil rata-rata 1980-2200 kkalori
per hari dan 67 gram protein.

Masalah gizi pada ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan ibu menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) yang ditandai dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas
(LLA) < 23,5 cm. Selain kurang energi dan protein, masalah lain yang
sering dijumpai pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin dan mineral,
antara lain kekurangan asam folat, zat besi, zat seng dan yodium. 5. MASALAH GIZI BALITA
Manifestasi dari kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah anemia
gizi besi, GAKI dan rentan terhadap penyakit infeksi.

Kurang energi kronis, anemia gizi besi dan GAKI pada ibu hamil membawa
risiko terhadap gagal tumbuh pada janin, bayi lahir kurang (BBLR) dan ibu
dapat mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Bila tidak dikoreksi
tepat waktu, keadaan ini akan mengakibatkan kematian ibu, kematian
janin dalam kandungan dan bayi lahir mati.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 87


GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL

1. Gizi Seimbang pada Ibu Hamil

Dampak kekurangan Gizi pada ibu hamil secara umum akan menimbulkan
kerugian sebagai berikut :

Pengaruh Pada Ibu Hamil :


a. Ibu lemah & kurang nafsu makan
b. Perdarahan dalam masa kehamilan
c. Kemungkinan terkena infeksi tinggi
d. Anemia ( kurang darah ) Hb < 11 g /dL

Pengaruh Pada janin yang dikandungnya :


a. Keguguran
b. Bayi lahir mati
c. Cacat bawaan
d. Anemia pada bayi
e. Berat badan lahir rendah
f. Keadaan umum kesehatan bayi baru lahir kurang

Pengaruh pada Saat Persalinan :


a. Persalinan sulit
b. Persalinan sebelum waktunya ( prematur)
c. Perdarahan setelah persalinan
d. Persalinan dengan operasi cenderung meningkat
5. MASALAH GIZI BALITA

Karena itu maka pada ibu hamil harus menjaga pola makan seimbang
selama kehamilan dengan tujuan :
a. Menjaga kesehatan ibu hamil
b. Untuk kesehatan janin yang dikandung
c. Persiapan persalinan.
d. Untuk pemulihan pasca melahirkan

88 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Asam folat : 100% Mg : 14%
Ca : 50% Se : 18%
Fe : 200 – 300% I : 17%
Vitamin D : 100% KEKURANGAN
Zn ENERGI
: 25%KRONIK (KEK)
Vitamin E : 25% Vit C : 17%
Vitamin K : 8% Vit B1 : 36%
Peningkatan
B6 kebutuhan
: 27% zat gizi Riboflavin
pada Ibu: 23%hamil:
Niacin Pola Makan
Pedoman : 13%
Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi Seimbang,
Pedoman Pola Makan Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi
terdapat pada terdapat
Seimbang, tabel 12 di bawah
pada ini12
tabel : di bawah ini :

Tabel
Tabel 12.Makan
12. Pola Polasecara
Makan secara
Umum Umum untuk
untuk Memperoleh Memperoleh
Gizi Seimbang pada Ibu Gizi
Hamil.
Seimbang pada Ibu Hamil.

IBU HAMIL

BAHAN WANITA DE-


MAKANAN WASA TIDAK Tribulan I Tribulan II Tribulan III
HAMIL

Nasi 3 ½ Piring 3 ½ piring 4 Piring 3 Piring


Ikan 1 ½ Potong 1 ½ Potong 2 Potong 3 Potong
Tempe 3 Potong 3 Potong 4 Potong 5 Potong
Sayuran 1 ½ Mangkok 1 ½ Mangkok 3 Mangkok 3 Mangkok
Buah 2 Potong 2 Potong 2 Potong 2 Potong
Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm
Susu - 1 Gelas 1 Gelas 1 Gelas
Air 4 Gelas 4 Gelas 6 Gelas 6 Gelas

2.1.2
Kekurangan EnergiKronik
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
(KEK)
a. Pengertian :
a. Pengertian :
KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/
kronik.
KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/
kronik.
b. Diagnosis ::
b.
Ibu
Ibuhamil
hamildengan
denganukuran
ukuranlingkar
lingkarlengan
lenganatas
atas(LiLA)
(LiLA) ≤ ≤23,5
23,5cmcm
dinyatakan menderita
menderita KEK
KEK
5. MASALAH GIZI BALITA
dinyatakan

c. Tindakan : 87
Secara umum, diet pada ibu hamil dengan KEK adalah
menambah porsi makanan lebih banyak atau lebih sering dari
kebiasaan sebelum hamil dan istirahat lebih banyak, serta
periksa antenatal secara teratur, untuk memacu peningkatan
berat badan yang adekuat (Depkes RI, 1996).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 89


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)

Tindakan yang harus dilakukan :


1).Ibu harus makan 1 porsi lebih banyak daripada biasanya, dan
minum minimal 8 gelas sehari (1,5 sampai 2,0 liter)
2).Memberikan makanan tambahan dengan nilai kalori 500 kkal
dan 17 gram protein setiap hari, selama minimal 3 bulan ( 90 hari )
3).Waktu istirahat yang cukup pada siang hari
4).Konseling gizi kepada ibu hamil KEK dan keluarganya untuk
menanamkan pengertian, memperbaiki sikap dan perilaku sehat
bagi ibu, keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

d. Monitoring dan Evaluasi :


1) Pantau pertambahan berat badan dengan menimbang tiap
bulan. Pertambahan berat badan ideal selama hamil adalah
10-12 kg, dengan distribusi :
trimester I : + 1 kg
trimester II : + 3 kg
trimester III : + 6 kg
2) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan mencapai 1 kg
atau lebih, teruskan pemberian makanan tambahan sampai
90 hari.
3) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan kurang dari 1 kg,
lakukan tindakan berikut ini:
5. MASALAH GIZI BALITA

Kaji ulang asupan gizi.


Jika asupan makan ibu hamil tidak sesuai dengan anjuran
karena faktor “kemiskinan”, upayakan bantuan pangan melalui
program GAKIN yang ada (bila memungkinkan). Jika ibu
tidak termasuk GAKIN, lakukan konseling dan pendampingan
keluarga untuk meningkatkan kesadaran gizi.
a. Tingkatkan makanan tambahan menjadi 2x lipat, sehingga
kandungan gizi bertambah dalam makanan tambahan
yang dikonsumsi menjadi 1000 kal dan 34 gram protein
setiap hari selama 1 bulan.

90 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ANEMIA GIZI BESI

b. Waktu istirahat ditambah lagi menjadi 2 jam pada siang


hari.
c. Pastikan adanya pertambahan berat badan yang diharapkan
1 bulan kemudian.
4) Jika dalam 1 bulan pertambahan berat badan masih tetap kurang
dari 1 kg, segera dirujuk.

Contoh menu ibu hamil KEK (Lihat Lampiran 7 halaman 232)

3 Anemia Gizi Besi


a. Pengertian :
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal,
sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah
merah.

b. Diagnosis:
Nilai kadar Hemoglobin <11 gr/dl dengan menggunakan
metode cyanmethemoglobin (sebagian besar Puskesmas
masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk
digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut :
5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 91


masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk
digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
ANEMIA GIZI BEZI
Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO.
Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO.

No. Parameter Anemia defisiensi Normal


Besi
1 Hemoglobin
Laki-laki Dewasa < 13 gr/dl 15 g/dl
Wanita Dewasa (tidak
hamil) < 12 gr/dl 13 – 14 g/dl
Wanita Dewasa (hamil) <11 gr/dl 12 g/dl
2 MCHC < 13% 32 -35%

3 Serum Iron (SI) < 50 ugr% 80 – 160 ugr%

4 TIBC > 400 ugr% 250 -400 ugr%

5 Jenuh Transferin < 15 % 30 -35%

6 Ferritrin Serum < 12 ugr/l 12 – 200 ugr/l

90
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada kehamilan , dapat
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada
dilihat pada tabel 14.
kehamilan , dapat dilihat pada tabel 14.
5. MASALAH GIZI BALITA

Tabel 14.
Tabel 14. Derajat
Derajat Keparahan
Keparahan Anemia Anemia padamenurut
pada Ibu hamil Ibu hamil
WHOmenurut
WHO

Kriteria Anemia Kadar Hemoglobin


Anemia Ringan 10 – 11 g/dl
Anemia Sedang 7 – 10 g/dl

Anemia Berat < 7 g/dl

Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan


dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom
92 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
mikrositer dengan kriteria sebagai berikut :
ANEMIA GIZI BEZI

Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan


dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom
mikrositer dengan kriteria sebagai berikut :
a. MCV (Volume sel rata-rata) : Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik
< 70 fl dan makrositik > 100 fl.
b. MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit .
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan pg dan
makrositik > 31 pg.
c. MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rat-rata.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit.
Nilai normal 30-35% dan Hipokrom < 30%.

Catatan : Pemeriksaan ini menjadi sangat penting pada


Puskesmas yang sudah memiliki peralatan laboratotium yang
lebih lengkap, terutama pada Puskesmas Perawatan.

c. Tindakan:
Anemia ibu hamil perlu ditangani segera melalui asupan gizi yang
baik sesuai kebutuhan. Makanan yang harus dikonsumsi adalah
yang kaya akan zat besi, tapi sebaiknya juga kaya protein. Contohya
daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau
yang mengandung vitamin dan mineral (Paath EF dkk., 2004).

1) Tindakan yang harus dilakukan: 5. MASALAH GIZI BALITA


Jika kadar Hemoglobin (Hb) 9–10.9 g/100 ml, lakukan tindakan
sebagai berikut:
a) Ibu harus makan 1 piring lebih banyak dari biasanya dan
minum minimal 8 gelas sehari (1,5 – 2,0 liter)
b) Makan makanan sumber protein hewani dan Vitamin C setiap
hari untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan
pemanfaatan zat besi dalam tubuh
c) Minum 1 tablet Fe (mengandung 60 mg elemental iron dan
0,025 mg asam folat) per hari selama 90 hari . Bagi ibu hamil
yang berada di daerah endemis malaria perlu pertimbangan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 93
ANEMIA GIZI BEZI

khusus berdasarkan hasil anamnesis dan diagnosis gizi dan


penyakit yang ditegakkan dengan baik

2) Dalam pemilihan bahan makanan tinggi zat besi, maka


bahan makanan dibagi 2 yaitu :
a) Bahan makanan mengandung zat besi jenis heme : ini
terdapat pada hemoglobin & mioglobin pada produk-produk
hewani : daging ayam, ikan, hati dsb. Zat besi bentuk
heme ini mudah diserap tubuh ± 25% dari zat besi yang
dikandungnya.
b) Bahan makanan mendung zat besi non heme ; ini banyak
terdapat pada produk-produk makanan nabati seperti ; pada
sayuran hijau (daun papaya, daun singkong, daun katu, daun
mangkudu dsb) hanya saja nilai penyerapan dalam tubuh
lebih sedikit dibandingkan dengan zat besi jenis heme yaitu
sekitar 5% saja, untuk meningkatkan nilai serapan zat besi
non heme diperlukan MFP (meat, fish, poultry) factor seperti ;
daging, ikan dan daging dari unggas, tidak termasuk telur.

3) Prinsip-prinsip Pemberian makanan pada ibu hamil anemia


defisiensi zat besi :
Diet tinggi zat besi : hati, ginjal, daging, kuning telur, buah-buahan
kering, sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan
a. Pertimbangkan faktor bioavaibility bahan makanan tinggi zat
5. MASALAH GIZI BALITA

besi , dimana tergantung pada simpanan Fe dalam tubuh,


bentuk zat besi yang dikandung makanan (heme > non heme
: 10-20% > 3 – 8%). MFP (meat, fish dan poultry)lebih besar
penyerapannya. MFP meningkatkan penyerapan besi non
heme, vitamin C , Ca, keasaman lambung.
b. Pertimbangkan pula penghambat bioavailability zat besi :
alkali, fosfat, serat, carbonat, phytat , oksalat, malabsorbsi
syndrome, infeksi usus, kejenuhan deposit Fe dalam usus,
bahan preserfatif makanan, (EDTA), reseksi usus lambung.

94 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ANEMIA GIZI BEZI

c. Ingat pula bahwa protein merupakan komponen penting pem-


bentukan darah.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan Zat Besi ( Fe )


Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan
yang disantap pada waktu makan.
a) Zat pemacu ( enhancers ) penyerapan zat besi ( Fe ) :
(1) Vitamin C ( asam askorbat ) pada buah
(2) Asam malat dan tartrat pada sayuran : wortel, kentang,
brokoli, tomat, kobis, labu kuning
(3) Asam amino cystein pada daging sapi, kambing, ayam, hati,
ikan.
(4) Suatu hidangan yang mengandung salah satu atau lebih
dari jenis makanan tersebut akan membantu optimalisasi
penyerapan zat besi.
(5) Protein hewani maupun protein nabati tidak meningkatkan
absorbsi tetapi bahan makanan yang disebut meat factor
seperti daging, ikan, dan ayam walaupun dalam jumlah
yang sedikit akan meningkatkan zat besi non hem yang
berasal dari serealia dan tumbuh-tumbuhan. Jadi bila
konsumsi makanan sehari-hari tidak ada bahan makanan
tersebut di atas, maka absorbsi zat besi dari makanan
sangat rendah. Perlu diketahui bahwa susu, keju dan telur 5. MASALAH GIZI BALITA
tidak meningkatkan absorbsi zat besi.

b) Zat penghambat ( inhibitors ) penyerapan Fe :


(a) Fitat pada dedak, katul, jagung, protein kedelai, susu
coklat, dan kacang-kacangan
(b) Polifenol ( termasuk tanin ) pada teh, kopi, bayam, kacang-
kacangan
(c) Zat kapur/kalsium pada susu, keju

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 95


DEFISIENSI ASAM FOLAT

d. Monitoring dan Evaluasi


1) Periksa kadar hemoglobin setelah 3 bulan
2) Jika kadar Hb naik, teruskan makan 1 piring lebih banyak,
konsumsi tablet Fe dan makan makanan sumber protein
hewani tiap hari, sampai waktu melahirkan
3) Jika kadar Hb tidak naik, segera dirujuk ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi

e. Panduan penyusunan diet anemia


Diet untuk ibu hamil anemia harus mengandung zat besi, asam
folat dan vitamin B12 dalam jumlah cukup dan disesuaikan
dengan tingkat penurunan kadar hemoglobin. Berikut adalah
beberapa contoh bahan makanan yang dapat meningkatkan
kadar hemoglobin:
1) Kelompok makanan kaya akan zat besi, folat dan vitamin B12:
tempe, ikan, udang, kerang-kerangan, hati dan daging merah
dan lain-lain.
2) Kelompok makanan kaya protein: telur, ikan, susu, daging dan
lain-lain.
3) Kelompok sayuran hijau: bayam, daun singkong, kangkung dan
lain-lain.
4) Kelompok buah yang kaya vitamin C: jambu, jeruk atau tomat
dan lain-lain.
5. MASALAH GIZI BALITA

Contoh menu untuk ibu hamil dengan anemia


(Lihat Lampiran 8 halaman 233 )

4. Defisiensi Asam Folat


Ibu hamil rentan menderita defisiensi asam folat, 24-60 % ibu hamil
rentan menderita defisiensi asam folat. Asam folat disebut juga folasin
yang berperan sebagai koenzim (pengaktif enzim sel tubuh manusia)
dan bahan yang berperan dalam regenerasi sel tubuh manusia.

96 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DEFISIENSI ASAM FOLAT

Defisiensi Asam folat pada ibu hamil dewasa ini banyak menimbulkan
gangguan penutupan tulang tengkorak, sehingga bayi lahir tidak
sempurna fisik. Kekurangan asam folat terjadi karena kurang
konsumsi, gangguan penyerapan, kebutuhan meningkat misalnya;
ibu hamil, pengaruh obat-obatan dan alcohol . Defisiensi asam folat
berdampak pada :
a. Gangguan metabolisme DNA (pembentukan sel tubuh) , terjadi
perubahan morfologi (bentuk-bentuk) sel yg cepat membelah
seperti: sel lambung, usus, vagina, servik(leher) rahim, gangguan
saluran cerna.
b. Menghambat pertumbuhan, anemia megaloblastik & gangguan
darah lainnya, glositis (lidah Luka).

a. Gejala Defisiensi Asam folat pada Ibu Hamil :


1) Kepekaan meningkat
2) Lelah berat
3) Insomnia
4) Kejang
5) Rest leg Syndrome
6) Anemia megaloblastik ( Diare, depresi, lelah berat, ngantuk
berat, pucat dan perlambatan pada nadi).

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 97


DEFISIENSI ASAM FOLAT
Dampak lanjut defisiensi asam folat pada ibu hamil a
Dampak
Dampak lanjut defisiensi
lanjut defisiensi asam
asamfolat
folatpada
pada ibuhamil
hamilakan
aka
b)menimbulkan
Dampak lanjut :defisiensi asam folat pada ibu hamil ibu
akan
menimbulkan
menimbulkan :
menimbulkan: :
Neural
Neural
1) Neural Tube
Tube
Tube
Defect
Defect
(NTD)
(NTD)
Defect(NTD)
(NTD)
Neural
Dampak lanjut Tube
defisiensiDefect
asam folat pada ibu hamil akan
Prematuritas
2) Prematuritas
Prematuritas
Prematuritas
menimbulkan :
3) BeratBerat
Badan Lahir
Badan Rendah
Lahir Rendah
Berat
Berat
Neural Badan
TubeBadan LahirRendah
Defect Lahir
(NTD) Rendah
Prematuritas
Berat Badan Lahir Rendah

Gambar
Gambar 1. Dampak
1. Dampak Lanjut Lanjut Defisiensi
Defisiensi Asam FolatAsam Folat
Pada Ibu Pada Ibu
Hamil
Gambar 1. Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat
Hamil Pada Ibu
Gambar 1. Hamil
Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat Pada Ibu
Untuk mencegah timbulnya defisiensi asam folat maka perlu dilakukan
Hamil defisiensi
5. MASALAH GIZI BALITA

Untuk mencegah
Gambar 1.timbulnya
Dampak Lanjutasam folat makaAsam
Defisiensi perlu Folat Pada Ibu
suplementasi asam folat :
dilakukan suplementasitimbulnya
asam folat :defisiensi asam folat maka perlu
Untuk mencegah
1) Suplementasi Hamil
asam folat 28 sebelum ovulasi
Untuk mencegah
Suplementasi
2) Pada kehamilan
dilakukan
asam timbulnya asamdefisiensi
folat 28 sebelum
TI : 280 μg/hari,
suplementasi folat : asam folat maka perlu
ovulasi
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
dilakukan
3) Pada suplementasi
kehamilan TIItimbulnya
Suplementasi asam
: 660 μg/harifolat folat :
Untuk Pada kehamilan TII :asam
mencegah 28 sebelum
defisiensi
660 μg/hari asamovulasi
folat maka perlu
4) PadaSuplementasi
kehamilan TIII :470asam
μg/harifolat 28 sebelum ovulasi
Pada kehamilan
dilakukan suplementasi asam folat :
Pada kehamilan TIII :470TI : 280
μg/hari μg/hari,
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
PadaCDC kehamilan TII :folat
660 μg/hari
Suplementasi
Rekomendasi 1992:asam 28 sebelum ovulasi
Pada
Pada
1) Profilaksis kehamilan
kehamilan
0,4 mg/hr untuk TII
TIII : 660
:470
wanita μg/hari
μg/hari
dalam usia reproduksi
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
2) DosisPada
4 mg/hrkehamilan
mulai 1 bulanTIII :470
sebelum μg/hari
hamil sampai trimester I untuk
Pada
wanita kehamilan
dengan riwayat NTDTII : 660 μg/hari
Pada kehamilan TIII :470 μg/hari
98 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
96
DEFISIENSI ASAM FOLAT

c) Sumber Asam Folat


1) Hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, ikan kembung, ganggang laut,
kepiting.
2) Ubi jalar, gandum, bungkil kacang tanah, asparagus, bayam,
rumput laut kering, daun kacang, daun selada, kucai.
3) Kacang kedele, kacang hijau, kacang merah, pindakas.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan di sebabkan karena defisiensi
asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi
makanan.

d) Pencegahan anemia megaloblastik


Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di
daerah-daerah dengan frekwensi anemia megaloblastik yang tinggi.
Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil maka
besi harus ditambah dengan asam folik, adapun teraphy yang dapat
diberikan adalah :

e) Terapi Pada Ibu hamil dengan Anemia Megaloblastik


a) Asam folik : 15-30 mg/hr
b) Vitamin B 12 : 3 x 1 tab/hr
c) Sulfas ferrosus : 3 x 1 tab/hr
d) Pada kasus yang berat dan pengobatan peroral hasilnya lambat
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 99


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait


Kehamilan

a. Hiperemesis Gravidarum

1) Pengertian Hyperemesis
a) Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
b) Hyperemesis : muntah berlebih pada kehamilan
c) Muntah pada usia kehamilan 2 atau 3 bulan pertama pada pagi
hari terutama setelah makan “ morning sickness”
d) Jika muntah 6 -10 kali sehari : “ hyperemesis “patologis ~ akan
menimbulkan defisiensi :energi, protein, vitamin dan mineral
elektrolit.

2) Penyebab : belum diketahui


Diduga sebagai akibat dari :
a) Perubahan aliran darah setelah tidur
b) Hyperaktivitas Thyroid Glands
c) Kondisi psikologis

3) Patofisologi
Akibat mual muntah terus menerus akan menimbulkan dehidrasi
dan elektrolit berkurang, sehingga timbul hemokonsentrasi, aseton
darah meningkat dan dapat menimbulkan kerusakan pada liver.
5. MASALAH GIZI BALITA

4) Tingkat Keparahan Hiperemesis Gravidarum


a) Tingkat 1, lemah,napsu makan menurun, BB mengalami
penurunan,nyeri epigastrium, nadi meningkat,turgor kulit
berkurang,tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, mata
cekung.
b) Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor,
mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria,
aseton tercium dalam hawa pernafasan.

100 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

c) Tingkat 3,Keadaan Umum lebih lemah lagi, muntah-muntah


berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun. Komplikasi fatal
ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan mental.
Ikterik

5) Penanganan
a) Edukasi tentang kehamilan
b) Makan porsi kecil tapi sering
c) Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit
dengan teh hangat.
d) Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi
glukosa
e) Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
f) Terkadang diperlukan terapi psikologik
g) Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5%
dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam
h) Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
i) Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
Dengan penanganan yang baik keluhan akan berkurang, namun
penyakit akan kambuh jika proses penyembuhan tidak berjalan
dengan baik. 5. MASALAH GIZI BALITA

6)
Prinsip Penyusunan Diet pada Hyperemesis
Gravidarum
a) Energi dan protein diberikan tinggi
b) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan
c) Porsi makanan diberikan kecil dan frekuensi pemberian
makanan diberikan sesering mungkin
d) Bentuk makanan dipilih menu yang kering-kering tidak berair,
mudah cerna dan ditoleransi.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 101
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

e) Makanan selingan sebaiknya diberikan makanan tinggi cairan


guna memenuhi kebutuhan cairan, hanya saja perlu dihindari
pemberian bersama dengan makan utama
f) Diberikan supleman vitamin B6 dan B1 untuk menurunkan rasa
mual
g) Bentuk makanan harus menarik
h) Jika hyperemesis makin berat perlu rawat inap di rumah sakit
untuk koreksi cairan dan elektrolit.

7) Contoh Aplikasi diet hyperemesis Gravidarum


Prinsipnya setiap petugas gizi bisa membuat standar sendiri
untuk aplikasi diet hyperemesis di Puskesmas, namun jika ingin
menggunakan acuan atau referensi yang ada bisa menggunakan
standar diet yang digunakan di Instalasi RSCM untuk kemudahan,
tetapi tidak mutlak karena asuhan gizi pada hyperemesis sangat
individual, yang paling penting sesuai dengan kondisi diagnosa
gizi yang terjadi pada pasien hyperemesis.
Contoh aplikasi standar diet Instalasi gizi RSCM :
a) Tujuan diet :
(1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol
asidosis
(2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat
gizi yang cukup.
5. MASALAH GIZI BALITA

b) Syarat diet :
(1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi
total
(2) Lemak rendah, yaitu ≤ 10 % dari kebutuhan energi total
(3) Protein sedang, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi total
(4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7 – 10 gelas per
hari

102 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

c) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
berat . Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar
atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1 -2 jam sesudahnya.
Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C,
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.

d) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi

e) Diet Hiperemesis III


Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien,
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup energi dan semua zat gizi.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 103


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Tabel 15. Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet


Hiperemesis
Bahan Diet Hiperemesis Diet Hiperemesis Diet Hiperemesis III
Makanan I II
Berat URT Bera URT Berat URT
(g) t (g) (g)

Beras - - 150 2 gls 200 3 gls nasi


Roti 120 6 iris 80 nasi 80 4 iris
Biskuit - - 20 4 iris 40 4 bh
Daging - - 100 2 bh 100 2 ptg sdg
Telur Ayam - - 50 2 ptg 50 1 btr
Tempe - - 50 sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran - - 150 1 btr 150 1 ½ gls
Buah 700 7 ptg 400 2 ptg 400 4 ptg sdg
sdg sdg pepaya
Minyak - - 1 ½ gls 10 1 sdm
Margarin - - 10 4 ptg 20 2 sdm
Jam/sele 30 - 20 sdg 20 2 sdm
Gula Pasir 50 3 sdm 30 pepaya - -
Susu - 5 sdm - - 200 1 gls
1 sdm
2 sdm
3 sdm
-

Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004


Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004
Pre Eklampsia dan Eklampsia
5. MASALAH GIZI BALITA

Pre Eklampsia
Salah dan Eklampsia
satu kondisi serius dan dapat berakhir dengan
Salah pada
kematian satu kondisi seriusadalah
ibu hamil dan dapat
pre berakhir dengan
eklampsia dankematian pada
eklampsia.
ibu hamil adalah
Preeklampsia pre eklampsia
dikenal dengan dan eklampsia.istilah
beberapa Preeklampsia
antara dikenal
lain
dengan beberapa
keracunan kehamilan istilah antara lainatau
(toksemia) keracunan kehamilan
hipertensi yang(toksemia)
terjadi
padaatau hipertensi
masa yang terjadi pada masa kehamilan.
kehamilan.

104 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

1) Pengertian
Pre eklampsia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kejadian
hipertensi, proteinuria, dan edema. Umumnya mulai timbul pada minggu
ke 20 kehamilan. Gejala lainnya yang juga sering ditemukan adalah
pusing, lelah, sakit kepala dan penambahan berat badan yang berlebihan
dalam waktu pendek.
Eklampsia Merupakan kelanjutan dari pre eklampsia yang tidak
tertanggulangi secara baik yaitu semua gejala preeklampsia terjadi disertai
dengan kejang, yang merupakan stadium akhir dari pre eklampsia.
Salah satu faktor pencetus utama pre eklampsia adalah kurang gizi pada
waktu hamil, adanya stres yang dihadapi ibu hamil seperti lingkungan
tempat tinggal dan keadaan sosial-ekonomi yang kurang memadai, akan
memperberat risiko pre eklampsia

2) Diagnosis
1) Subyektif : nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.
2) Obyektif :
a) Edema
b) Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 30 mg pada pemeriksaan
tunggal, atau ≥ +1pada pemeriksaan dipstik ( carik celup )
c) Hipertensi : Sistolik >140 mmHg; Diastolik > 90 mmHg 5. MASALAH GIZI BALITA
Pre-eklampsia : kehamilan yang ditandai 2 dari 3 jenis TRIAS Utama:
hipertensi, Oedema dan Proteinuria
Eklampsia : kelainan kehamilan yg ditandai 3 jenis TRIAS Utama :
hipertensi, Oedema dan Proteinuria ditambah Konvulsi.
Gejala :
a) Sakit Kepala fontal
b) Skotoma
c) Diplopia
d) Penglihatan kabur
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 105
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

e) Nyeri epigastrium
f) Mual & muntah
g) Tekanan darah Tinggi
h) Oedema, proteinuria
i) Gelisah
j) Kejang (konvulsi)
k) Hipoalbuminemia, hipovolemia & hemoconcentrasi

4) Penatalaksanaan
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan aneka ragam dengan
gizi seimbang sesuai dengan ketersediaan pangan di lingkungan tempat
tinggal dan berlatih untuk mengendalikan stres.
Selama ini gizi kurang pada ibu hamil belum dipahami sebagai pencetus
utama terjadinya pre eklampsia. Dengan demikian, penanganan pre
eklampsia hanya difokuskan kepada gejala yang tampak seperti
pemberian diuretika, obat antihipertensi, diet rendah garam dan rendah
protein untuk mengatasi edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, penanganan preeklampsia tidak
lagi difokuskan hanya pada satu zat gizi saja seperti pemberian tablet
kalsium atau tablet magnesium sulfat. Pendekatan yang baru bersifat
holistik dengan pemberian semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai
dengan AKG yang dianjurkan, dalam bentuk makanan beraneka ragam
5. MASALAH GIZI BALITA

dan gizi seimbang.

5) Tindakan yang harus dilakukan meliputi :


a) Setiap kali kontak dengan ibu hamil lakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
(1) Ukur tekanan darah
(2) Ukur LiLA
(3) Anamnesis gizi, tentukan besaran asupan zat gizi
(4) Utamanya energi dan protein yang dikonsumsi ibu setiap hari.

106 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

b). Pastikan diagnosis apakah ada risiko pre eklampsia sebagai berikut:
(1) Jika tensi meningkat dan asupan gizi kurang dari 2.200 Kal dan 67
gram protein, yang harus dilakukan adalah :
(a) Obati pre eklampsia sesuai dengan pedoman yang ada
(b) Lakukan konseling gizi untuk meningkatkan asupan energi
dan protein agar mencapai AKG yaitu 2.200 kal dan 67 gram
protein
(c) Makan makanan yang mengandung kadar kalsium tinggi, kaya
akan vitamin D dan protein seperti susu, telur, daging, ikan.
Selain itu, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna orange
juga mengandung kalsium, vitamin D dan mineral, sehingga
tidak boleh diabaikan dalam penyusunan menu sehari-hari
(2) Jika ibu hamil KEK, tangani KEK sesuai langkah-langkah di atas
(3) Jika ibu hamil mengalami stres, kurangi beban stres dengan
mengajak berdiskusi sekitar 10-15 menit. Dengarkan keluhan ibu,
tunjukkan rasa empati dan anjurkan kontrol setelah 2 minggu.

6). Monitoring dan Evaluasi Pasien segera dirujuk apabila :


a) Keluhan bertambah banyak dan berat
b) Tensi tidak dapat dikendalikan
c) Anjuran makan tidak dipatuhi
5. MASALAH GIZI BALITA
7) Terapi Diet
Peran asuhan gizi pada pre eklampsia dan eklampsia sangat penting
karena masalah gizi hampir selalu mengiringi ibu hamil yang menderita
pre eklampsia maupun eklampsia. Ibu hami dengan status gizi kurang
dan lebih (obesitas) ada kecenderungan mengalami pre eklampsia
dan eklampsia. Kehilangan protein melalui urin harus diatasi dengan
penggantian dari makanan sehari-hari. Pemberian suplemen protein
pada beberapa penelitian tidak menurunkan gejala pre eklampsia dan
eklampsia.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 107


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Disamping problem kehilangan protein pada pre eklampsia dan eklampsia


sering terjadi gangguan metabolisme terkait zat gizi khususnya lemak,
dimana pada penderita sering diikuti masalah gangguan profil lipid
meliputi : penurunan kolesterol HDL, pengkatan Trigliserida,peningkatan
kolesterol LDL, penigkatan small dense LDL. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan (eicosapentaenoic +
docahexaenoic, pimrose oil ( γ linolenic acid) pada penderita
pre eklampsia dan eklampsia menurunkan gejala pre eklampsia dan
eklampsia sampai 31%.
Dulu karena ada gejala oedema maka pre eklampsia dan eklampsia
diberikan makanan rendah natrium.Dengan konsep terbaru hal ini
menjadi tidak berlaku karena manfaatnya tidak ada dan gangguan yang
terjadi akibat restriksi garam (Na) pada pre eklampsia dan eklampsia
justru menimbulkan kerugian, sehingga saat ini diet rendah garam ketat
tidak dianjurkan lagi.
Mekanismenya sebagai berikut :
Mekanismenya sebagai berikut :
5. MASALAH GIZI BALITA

Gambar 2. Peran Natrium pada Pre eklampsia dan Eklamp-


Gambar 2. Peran Natrium
sia. pada Pre eklampsia dan Eklampsia.

108 Terapi
Buku Sakudiet secara
ASUHAN umum pada pre eklampsia dan
GIZI DI PUSKESMAS
eklampsia :
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Terapi diet secara umum pada pre eklampsia dan eklampsia :


a) Cukup energi, dan semua zat gizi dalam semua kondisi klinis yang berat.
Tinggi protein (1.5-2 g/kgBB/hari)
b) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita.
c) Cairan diberikan ± 2500 cc /hari. Pada kondisi oliguri batasi dan
sesuaikan cairan yang masuk dan keluar.

8) Contoh Aplikasi Panduan penyusunan diet pre eklamsia dan


eklampsia di RSCM ;

a) Tujuan Diet :
(1) Menjaga agar penambahan BB tidak melebihi normal
(2) Mengganti protein yang hilang lewat urin
(3) Mencegah/mengurangi retensi garam/air
(4) Memberikan energi dan zat gizi sesuai kemampuan

b) Syarat Diet :
(1) Cukup energi :
(a) Trimester I : penambahan 180 kkal
(b) Trimester II dan III : penambahan 300 kkal
(2) Tinggi Protein : 1,5 gr/kg BB + Protein yang keluar melalui Urin
5. MASALAH GIZI BALITA
(3) Garam : ± 6 gr / hari ( 1,5 sdt garam dapur )
(4) Cairan :
(a) Bila preklampsia berat dan eklampsia cairan ± 35 ml/kg BB / 24 jam
(b Selain itu 40 ml/kg BB/ 24 jam
(5) Komposisi Asam Lemak Jenuh ( ALJ ) : Asam Lemak Tidak Jenuh
Tunggal ( ALTJT ) : Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda ( ALTJG )
adalah 8%: 10% : 10%
(6) Kalsium > 950 mg/hari apabila ditemukan hipokalsemia

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 109


ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

7) Magnesium (Mg), Zinc (Zn), Zat Besi (Fe) disesuaikan dengan


daftar AKG 2004.
8) Bentuk makanan : sesuai kemampuan ( Makanan Cair s/d
Makanan Biasa )
Lihat lampiran kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan

Contoh Menu untuk ibu hamil dengan Pre-eklampsia (Lihat Lampiran 9


halaman 235)
Tabel 16.Tambahan
Tabel 16. Tambahan kebutuhan
kebutuhan jumlah
jumlah setiap setiap
zat gizi selamazat gizi selama kehamilan.
kehamilan

Kebutuhan sebelum hamil Tambahan kebutuhan selama hamil


Jenis zat gizi 19 – 29 30 – 49 Trimester I Trimester II Trimester III Satuan
tahun tahun
Energi 2,250 2,100 180 300 300 kkal
Protein 58 58 18 18 18 gr
Lemak 75 60 6 6 6 gr
Karbohidrat 320 300 25 40 40 gr
Serat 32 30 0 0 0 gr
Air 2,300 2,300 300 300 300 ml
Vitamin A 500 500 300 300 350 µg
Vitamin D 15 15 0 0 0 µg
Vitamin E 15 15 0 0 0 mg
Vitamin K 65 65 0 0 0 µg
Vitamin B1 1.1 1.1 0.3 0.3 0.3 mg
Vitamin B2 1.4 1.3 0.3 0.3 0.3 mg
Vitamin B3 12 12 4 4 4 mg
Vitamin B6 1.3 1.3 0.4 0.4 0.4 mg
Vitamin B12 2.4 2.4 0.2 0.2 0.2 µg
Asam folat 400 400 200 200 200 µg
Pantotenat 5 5 1 1 1 mg
Biotin 30 30 0 0 0 µg
Choline 425 425 25 25 25 mg
5. MASALAH GIZI BALITA

Vitamin C 75 75 10 10 10 mg
Kalsium (Ca) 1,100 1,000 200 200 200 mg
Fosforus (P) 700 700 0 0 0 mg
Magnesium (Mg) 324 330 20 20 20 mg
Tembaga (Cu) 900 900 100 100 100 µg
Kromium (Cr) 30.5 28.8 3.5 3.5 3.5 µg
Besi (Fe) 26 26 0 9 13 mg
Yodium (I) 150 150 100 100 100 µg
Seng (Zn) 9.3 9.8 1.2 4.2 10.2 mg
Selenium (Se) 30 30 5 5 5 µg
Mangan (Mn) 1.8 1.8 0.2 0.2 0.2 mg
Flourin (F) 2.5 2.7 0 0 0 mg
Natrium (Na) 1,500 1,500 0 0 0 mg
Kalium (K) 4,700 4,700 0 0 0 mg

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012.

110 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA IBU MENYUSUI

B. Asuhan Gizi Pada Ibu Menyusui

Pada era tahun 70-an Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan
fisologis awal yang bagus mengalami penurunan pemakaian. Penyebabnya
sangat beragam namun secara umum karena ASI tidak keluar disebabkan
karena stress mental, sakit dan kurang gizi pada fase laktasi.

Dengan bertambahnya pencapaian tingkat pendidikan justru makin menurun


penggunaan ASI. Hal lain yang menjadi hambatan pemakaian ASI adalah iklan
susu formula yang begitu gencar. sudah waktunya untuk tidak lagi memberi
peluang sama sekali iklan susu masuk ke dalam institusi layanan kesehatan.
Sebenarnya Iklan susu formula sangat tidak dianjurkan dalam suatu Negara
oleh karena merampas hak anak untuk dapat menikmati Hak mendapatkan
ASI.

Apabila susu formula menjadi stimulasi awal pemberian makanan bayi baru
lahir maka proses pemberian ASI selama 6 bulan berturut-turut secara eksklusif
tidak akan bisa berjalan secara optimal. Sebab, stimulasi ini akan dicatat pada
proses pembentukan synapsis otak bayi sehingga ketika bayi diperkenalkan
dengan putting susu ibu menjadi bingung atau “ Bingung Puting”.

Untuk mendukung program pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan 5. MASALAH GIZI BALITA
pertama yang harus dilakukan petugas gizi Puskesmas adalah :
1. Menanamkan pemahaman kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI
secara fisiologis terhadap usus bayi.
2. Mengajarkan dan mempraktekkan cara menyusui yang benar .
3. Mengajarkan dan mempraktekkan perlunya menjaga gizi seimbang pada
ibu menyusui untuk menjaga kualitas zat gizi dan volume ASI.
4. Menyelesaikan masalah gizi yang diderita ibu menyusui.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 111


FISIOLOGI MENYUSUI

Penyuluhan gizi seimbang pada ibu menyusui akan berhasil jika transfer
pemahaman tentang pemberian air susu ibu yang benar tidak sekedar aspek
pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah aspek ketrampilan ibu dalam
pemberian ASI dan ketrampilan ibu dalam memenuhi gizi seimbang selama
menyusui. Menyusui merupakan dimensi praktek bukan dimensi pengetahuan
belaka. Maka jangan hanya berslogan ASI Eksklusif tapi praktekkan ke
masyarakat terutama ibu menyusui.
Penurunan penggunaan ASI disebabkan karena alasan :
- ASI dianggap tercemar
- Buah dada dianggap symbol sex semata, sehingga jika memberikan ASI
dikhawatirkan mengubah bentuk payudara tidak indah lagi.
- Menyusui dianggap kolot atau perilaku primitive tidak modern

1. Fisiologi Menyusui
Buah dada (payudara) ibu tersusun dari dua jaringan penting yaitu :
a. Glandula Tissue (berupa jaringan parenkim)
b. Supporting Tissue (jaringan penyokong/ stroma).

Memahami struktur ini maka penting dijelaskan tentang teknik menyusui


yang benar dalam hal posisi bayi dan posisi ibu dalam memberikan ASI
sehingga tidak ada kekhawatiran lagi struktur payudara akan berubah
karena menyusui.
5. MASALAH GIZI BALITA

Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada
bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli,
proses ini dikendalikan oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone
ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua,
air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah
sebelumnya terkumpul dalam sinus (lihat gambar).

Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci


oleh pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Seusai partus, kadar
hormone ini menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk
bereaksi sehingga menginduksi laktogenesis.
112 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
patan prolaktin untuk bereaksi sehingga menginduksi laktogene-
sis.
FISIOLOGI MENYUSUI

Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI


Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI

5. MASALAH GIZI BALITA

112

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 113


FISIOLOGI MENYUSUI

Bagan 8. Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang


Bagan 7. Mempengaruhi.
Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang
Produksi ASI
Mempengaruhi.
Produksi ASI dirangsang melalui "let down reflex“ yaitu rangsang
puting - hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga
Produksi ASI dirangsang melalui “let down reflex“ yaitu rangsang puting
oksitosin akan keluar sebagai hormon yang memompa mioepitel
- hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar
duktus mamalia. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan
sebagai hormon yang memompa mioepitel duktus mamalia. Pada saat
ngilu / kontraksi di daerah uterus karena pengaruh oksitosin yang
menyusui mungkin ibu merasakan ngilu / kontraksi di daerah uterus karena
meningkat juga terhadap uterus. Milk Production Reflex(sucking
pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus. Milk Production
reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga keluar
Reflex(sucking reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga
hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI.
keluar hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI.
Pentingnya ASI
5. MASALAH GIZI BALITA

Transfer sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari per-


Pentingnya ASI
tama : Colostrum (lebih banyak antibody, protein, mineral, vita-
a. Transfer
min A). sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari pertama :
Colostrum (lebih
Pemenuhan zat banyak antibody,
gizi paling ideal protein, mineral, vitamin
(paling fisiologis dengan A).usus
b. bayi)
Pemenuhan zat gizi paling
yang memiliki ideal (paling
kapasitas volume fisiologis
lambung dengan
hanyausus±10bayi)
cc yang
memiliki kapasitas
(kapasitas volume lambung
simpan lambung bayi) padahanyausia±10
4-6ccbulan
(kapasitas simpan
I, selain
lambung
itu bayi) mengandung
ASI tidak pada usia 4-6 bulan I, selain
ß globulin itu ASI tidak
sehingga tidakmengandung
mudah ß
globulin sehingga
menimbulkan tidak
alergi) . mudah menimbulkan alergi) .

c. Ekonomis 113
d. Tidak memberatkan ginjal dan saluran cerna bayi
114 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
FISIOLOGI MENYUSUI

e. Menjarangkan kehamilan (prolaktin & oksitosin)


f. Laktoferin berfungsi untuk mengikat zat besi
g. Hubungan psikososial hangat penuh kasih sayang.
h. Mempercepat penyembuhan luka melahirkan.

ASI jelas lebih hemat :


Menyusui selama 2 tahun = 375 l ASI setara dg 437 l susu sapi
Rata – rata kebutuhan ASI = 800 cc/hari
Bayi usia 6-7 bulan : membutuhkan 150 liter susu sapi = 22 kg formula
Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan keluarga untuk :
a. Pembelian dot
b. Pembelian botol susu
c. Alat masak
d. Pendingin susu
e. Bahan bakar
f. Biaya pengobatan 10 kali lebih besar dibandingkan pemberian ASI
akibat sakit yang ditimbulkan.

Menyusui Mempercepat Pelangsingan


a. 100 cc ASI = 80-90 kkal
b. Simpanan lemak selama hamil = 100-200 kkal/hari 5. MASALAH GIZI BALITA

c. 850 cc ASI memerlukan 750 kkal


d. Penambahan energi saat menyusui 500 kkal/hari terjadi defisit 250 kal
dari cadangan energi
e. Menyusui selama 4 bulan = 250 kkal x 30 x 4 = 45.000kkal = 5 kg lemak
(BB) + materi-materi selama melahirkan (janin 3.4 kg, plasenta 0.45 kg,
amnion 0.9 kg, darah 0.6 kg dan darah rata-rata 500 cc
f. Total penurunan BB setelah melahirkan + menyusui = 10.35 kg.
g. Sucking baby menimbulkan oksitosin sekresi : rahim berkontraksi
menurunkan kegemukan (cepat langsing).
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 115
PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI

2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui

Energi
- 3 bulan I setelah melahirkan penambahan energi = 500 kalori
- 100 cc ASI memasok 67-77 kkal
- Efesiensi energi makanan konversi ke ASI rata-rata 80% (kisaran 76-94%)
- 100 cc ASI dibutuhkan 85 kalori
- 850 cc ASI mengandung 600 kkal
- Energi yg dibutuhkan 750 kkal

Protein
- Tambahan protein selama menyusui 20 g/hari
- 100 cc ASI mengandung 1.2 g protein ,850 cc ASI = 10g protein
- Efesiensi konversi protein makanan menjadi ASI 70%
- Penambahan protein untuk transformasi ke protein ASI dan hormon
prolaktin dan oksitosin.

Tujuan Gizi Seimbang Ibu Menyusui


Kebutuhan makanan bagi ibu menyusui lebih banyak daripada makanan
Ibu hamil.
Kegunaan makanan tersebut adalah :
5. MASALAH GIZI BALITA

- Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan.


- Memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk bayi.

116 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI

Pengaturan Makanan Seimbang pada Ibu Menyusui


1. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah serta susu.
2. Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan
pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya.
3. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur,
daging, ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan
dan sebagainya.
4. Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun
katuk, wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat
membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI.
5. Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat
dan sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral.
6. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan
lebih bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan “bergizi” seperti : susu,
air kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan
sebagainya.
7. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan
8. Yang terpenting tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 117


PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI

Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui :


Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui :
Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu
Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang
Menyusui
pada Ibu Menyusui

BAHAN Ibu Menyusui Bayi/Anak


MAKANAN Bayi 0-6 bln Bayi 7-12 bln Anak 13 -24 bln
Nasi 5 piring 4 ½ Piring 4 Piring

Ikan 2 ½ Potong 2 Potong 2 Potong

Tempe 5 Potong 4 Potong 4 Potong

Sayuran 3 Mangkok 3 Mangkok 3 Mangkok

Buah 2 Potong 2 Potong 2 Potong

Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm

Susu 1 Gelas 1 Gelas 1 Gelas

Air 8 Gelas 8 Gelas 8 Gelas

GUNAKAN
GUNAKAN MINYAK
MINYAK ATAUATAU SANTAN PADA WAKTU
SANTAN PADA WAKTU MEMASAK
MEMASAK
TERUTAMA
TERUTAMA SEKALI
SEKALI PADAPADA IBU MENYUSUI
IBU MENYUSUI DENGAN
DENGAN LINGKARLINGKAR
LENGAN
LENGAN ATAS (LILA) < 23,5 CM.
ATAS (LILA) < 23,5 CM.
5. MASALAH GIZI BALITA

118 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


117
CATATAN

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 119


CATATAN
5. MASALAH GIZI BALITA

120 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB VI

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT


MENULAR DAN TIDAK MENULAR

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi transisi epidemiologi penyakit,


disamping penyakit menular yang belum tuntas teratasi, muncul pula penyakit
tidak menular yang juga menjadi sebab utama kematian di Indonesia.
Berdasarkan data Riskesdas 2010 selain penyakit menular (diare, TBC,
HIV/AIDS) yang masih tetap terjadi, masalah penyakit tidak menular seperti
Diabetes Mellitus, hipertensi, penyakit jantung dan kegemukan juga menjadi
masalah kesehatan yang cenderung meningkat di masyarakat.

Perubahan gaya hidup menjadikan penyebab utama kematian di Indonesia


mengalami pergeseran. Jika sebelumnya penyakit utama penyebab kematian
adalah penyakit menular, kini justru penyakit tidak menular juga menjadi salah
satu kontributor utama penyebab kematian di masyarakat. Pola makan tidak
sehat (tidak seimbang), sedentary activities, tingkat stress yang tinggi menjadi
pemicu utama berkembangnya penyakit tidak menular.

Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kedua jenis penyakit tersebut
di atas, diantaranya menurunnya kualitas hidup, produktifitas akan menjadi
rendah yang berimplikasi terhadap kerugian dari aspek ekonomi, dan lebih
fatal lagi dapat mengakibatkan kematian.

Berdasarkan penyebab masalah tersebut di atas, pola hidup sehat menjadi


suatu hal yang mutlak dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia untuk mengurangi kejadian penyakit menular dan tidak menular. Di
samping itu, dalam penatalaksanaan penderita (terapi obat dan asuhan gizi)
5. PENYAKIT MENULAR

harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan tim (dokter, perawat/


bidan, dan petugas gizi).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 121


DIARE

A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular


1. Diare
1. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular

Diare
Diare pada Balita
1.1 Diare pada Balita
Yang Yang
dimaksud dengandengan
dimaksud diare diare
adalahadalah
anak anak
buangbuang
air besar dengan
air besar
frekuensi dan lamanya
dengan frekuensi dan diare
lamanya lebihdiare
dari lebih
biasanya
dari (3 kali sehari)
biasanya serta
(3 kali
konsistensi tinjakonsistensi
sehari) serta berubah dari
tinjalembek
berubahmenjadi cair danmenjadi
dari lembek atau ditemukan
cair
darah dalam
dan atau tinja. darah dalam tinja.
ditemukan

Tabel
Tabel18.
18.Bentuk
BentukKlinis
KlinisDiare
Diare

DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN


Diare cair Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
akut kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Kolera Diare seperti air cucian beras yang sering
dan banyak dan cepat menimbulkan
dehidrasi berat
Diare dengan dehidasi berat selama terjadi
KLB Kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
Vibrio Cholerae 01 atau 0139
Disentri Diare berdarah
Diare Diare berlangsung 14 hari atau lebih
persisten
Diare Diare Diare jenis apapun yang disertai tanda
dengan gizi gizi buruk
buruk
Diare terkait Mendapat pengobatan anti biotik oral spektrum
antibiotik luas
Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam tinja
Massa intra abdomenal
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
5. PENYAKIT MENULAR

119
122 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
DIARE

Menilai Dehidrasi
1.2 Menilai Dehidrasi
Semua Semua
anak dengan diare, harus
anak dengan diare,diperiksa apakah menderita
harus diperiksa apakah
dehidrasi.
menderitaKlasifikasikan status dehidrasistatus
dehidrasi. Klasifikasikan sebagai dehidrasi
dehidrasi berat,
sebagai
dehidrasi
dehidrasiringan/sedang atau ringan/sedang
berat, dehidrasi tanpa dehidrasiatau
(Lihat Tabeldehidrasi
tanpa 19) dan
pemberian pengobatan
(Lihat Tabel 19) dan yang sesuai.pengobatan yang sesuai.
pemberian

Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare.


Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare.
Klasifikasi Tanda / gejala Pengobatan

Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih dari Beri cairan untuk diare
tanda dibawah ini : dengan dehidrasi berat
Letargis atau tidak (lihat rencana terapi C)
sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
( ≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan / Terdapat 2 atau lebih tanda Beri anak cairan dan
sedang dibawah ini : makanan untuk
Rewel, gelisah dehidrasi ringan (lihat
Mata cekung rencana terapi B)
Minum dengan kuat, haus Setelah rehidrasi,
Cubitan kulit kembali nasihati ibu untuk
lambat penanganan di rumah
dan kapan kembali
segera / kunjungan
ulang
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika anak tidak
membaik
Tanpa dehidrasi Keadaaan baik Beri cairan dan
Mata tidak cekung makanan untuk
Cubitan kulit kembali menangani kasus tsb
segera di rumah (lihat
rencana terapi A)
Nasihati ibu kapan
kembali segera
5. PENYAKIT MENULAR

Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika keadaan kasus
tidak membaik

120
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 123
DIARE

Tiga elemen utama dalam tata laksana diare pada anak yaitu terapi
rehidrasi, pemberian zink dan lanjutkan pemberian makan.

Penanganan Diare di Rumah

Diare tanpa Dehidrasi


Terapi A ( pada anak diare tanpa dehidrasi)
(a) Berikan cairan tambahan:
- Berikan ASI lebih sering dan lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI Eksklusif berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan
Kebutuhan cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan sebanyak:
1. Umur < 1 tahun à 50 – 100 ml setiap kali BAB
2. Umur ≥ 1 tahun à 100 – 200 ml setiap kali BAB
3. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif atau tidak menyusu,
beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, cairan rumah tangga
(kuah sayur, air tajin) atau air matang sebanyak 100-200 ml.
(b) Berikan tablet seng (zinc)
- Berikan tablet zink selama 10 hari dengan dosis sebagai berikut :
- Bayi umur < 6 bulan = ½ tablet (10 mg per hari)
- Bayi umur ≥ 6 bulan = 1 tablet (20 mg per hari)
(c) Lanjutkan pemberian makanan/ASI

Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang


Seorang anak dinyatakan mengalami dehidrasi ringan atau sedang jika
anak memiliki 2 atau lebih tanda berikut :
- Gelisah/rewel
5. PENYAKIT MENULAR

- Haus dan minum dengan kuat


- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat

124 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DIARE

Perhatian : :
Perhatian
Jika anak hanya menderita salah satu tanda di atas dan
Jika anaksatu
salah hanyatanda
menderita salah satu
dehidrasi berattanda di atas dan
(misalnya salah satu
gelisah/rewel
tanda
dan dehidrasi
malas berat
minum)(misalnya
berartigelisah/rewel dan malasdehidrasi
anak menderita minum)
berarti
sedanganak/ringan.
menderita dehidrasi sedang /ringan.

Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/


Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/sedang) :
sedang) :
1. Berioralit
1. Beri oralit sesuai
sesuai yang dianjurkan
yang selamaselama
dianjurkan periode 3periode
jam pertama
3 jam
(a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
pertama
(a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama
Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama

Umur Sampai 4 4 – 12 12 – 24 2–5


bulan bulan bulan tahun
BB < 6 kg 6 –10 kg 10–12 kg 12–19kg

Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 - 900 900-1400


cairan

Jumlahoralit
Jumlah oralit yang
yang diperlukan
diperlukan = 75
= 75 ml ml / kgBB
/ kgBB
1. Jika anak menginginkan oralit
1. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak lebih banyak dari
dari pedoman
pedoman
di atas, di atas,sesuai
berikan berikan sesuai cairan
kehilangan kehilangan cairan
yang sedang
yang sedang berlangsung
berlangsung
2. Bila
2. Bila matasembab
mata pemberianoralit
sembab pemberian oralit dihentikan
dihentikan
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 – 200
– 200 ml air matang selama periode ini
ml air matang selama periode ini
4. Lanjutkan pemberian ASI
4. Lanjutkan pemberian ASI
(b) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit :
1.(b) Tunjukkanlarutan
Berikan kepada ibuoralit
cara memberikan larutan tetapi
sedikit-sedikit oralit : sering
1. Berikan larutan
menggunakan sendok oralit sedikit-sedikit tetapi sering menggunakan
2. Jika sendok
5. PENYAKIT MENULAR

anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan


2. Jika
lagi anaklebih
dengan muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
lambat
dengan lebih lambat

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 125


122
DIARE

(c) Berikan tablet zinc selama 10 hari


(d) Mulailah pemberian makanan segera setelah masa pemberian
oralit
2. Setelah 3 jam :
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
a)Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah
b) Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
c) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A
d) Jelaskan 5 aturan perawatan di rumah:
e) Beri cairan tambahan
f) Beri tablet zink selama 10 hari
g) Lanjutkan pemberian ASI/makanan sesuai kelompok umur
dan kebutuhan
h) Pemberian antibiotik atas indikasi selektif
i) KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi)

Makanan yang dianjurkan :


1. Sereal atau makanan yang mengandung zat tepung dicampur
dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ ikan, jika mungkin
dengan 1 – 2 sendok teh minyak / minyak sayur yang ditambahkan
dalam setiap sajian
2. Berikan MP-ASI lokal yang direkomendasikan dalam Pedoman
MTBS (manajemen terpadu balita sakit)
5. PENYAKIT MENULAR

3. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat
diberikan untuk penambahan kalium.

126 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DIARE

4. Anak dibawah 6 bulan yang tidak diberi ASI diberikan 100 - 200 ml
susu selang seling dengan oralit/cairan rumah tangga
5. Pada anak umur <6 bulan : berikan zink ½ tablet (10 mg/hr) selama
10 hr
6. Pada anak umur >6 bulan : berikan 1 tablet zink (20 mg/hr) selama
10 hr
7. Pemberian ASI dan makanan tetap dilanjutkan, seperti buah-
buahan, cereal dan kacang-kacangan
Rencana Terapi C (Terapi diare dengan dehidrasi berat) : (lihat
bagan dalam lampiran 10 halaman 236)
1). Bayi:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
pada 1 jam pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
dengan dosis 70 ml/kg BB pada 5 jam berikutnya
2). Anak 12 bulan sampai 5 tahun:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat pada 30 menit
pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena Ringer Asetat dengan dosis 70 ml/kg
BB pada 2,5 jam berikutnya
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik.
Jika menemui anak dengan tanda dehidrasi berat segera rujuk ke
Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit.

Bagan asuhan penanggulangan diare (Lihat Lampiran 10 halaman 236)
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 127


DIARE

Jenis-Jenis Diare dan Asuhan Gizi Pada Anak


Diare Akut
Melanjutkan pemberian makanan yang bergizi merupakan suatu
elemen yang penting dalam tatalaksana diare. Namun demikian,
pemberian makanan seringkali sulit karena anak biasanya tidak
mempunyai nafsu makan.
Asuhan gizi pada penderita diare akut adalah sebagai berikut :
1. Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih
sering dari biasanya jika memungkinkan.
2. Anak yang tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi
(memulai lagi pemberian ASI) atau beri susu formula yang biasa
diberikan
3. Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan
seperti biasanya
4. Berikan makanan padat sesuai umur anak, disajikan secara segar
dan dimasak, bisa ditumbuk atau digiling.
5. Jenis makanan yang direkomendasikan:
Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur
dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin
dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam
setiap sajian.
6. Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam
pedoman MTBS di daerah tersebut.
7. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat
diberikan untuk penambahan kalium.
8. Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya
6 kali sehari (porsi kecil tapi sering). Berikan makanan yang sama
setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan per hari
selama 2 minggu.
5. PENYAKIT MENULAR

128 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DIARE

9. Pasien harus segera dirujuk apabila terjadi kondisi berikut :


a. Anak harus diberikan cairan intra vena sedangkan alat tidak
bisa disediakan dalam waktu 30 menit
b. Tidak bisa menggunakan pipa naso gatric / naso gastric tube
(NGT) untuk rehidrasi
c. Anak tidak mau minum

Diare Persisten
Terdapat dua jenis diet untuk penderita diare persisten, sesuai dengan
kondisi pasien diare persisten (Lihat Lampiran 11 halaman 237 )
a. Diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
b. Diet dengan rendah pati (starch) , tanpa susu (bebas laktosa)
Tujuan diet :
- Asupan makanan cukup
- Berat badan bertambah
- Diare berkurang
- Demam menghilang
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan yang
dapat dipastikan setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Diare
Persisten

Kegagalan diet ditunjukkan oleh:


1. Peningkatan frekuensi BAB anak (biasanya menjadi >10 kali berak
encer per hari), sering diikuti dengan kembalinya tanda dehidrasi
(biasanya terjadi segera setelah dimulai diet baru) ATAU
2. Kegagalan pertambahan berat badan dalam waktu 7 hari.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 129


DIARE

Tata Laksana Diet :


a.
Pemberian makanan untuk anak yang menderita Diare
Persisten Berat
a) ASI harus diberikan sesering mungkin selama anak masih ingin
menyusu
b) Anak-anak yang dirawat inap memerlukan diet khusus sampai
diare mereka berkurang dan berat badannya bertambah
c) Asupan makanan setidaknya 110 kkal/kg BB per hari

Bayi berumur di bawah 6 bulan


a. ASI eksklusif tetap diberikan.
b. Jika anak tidak mendapat ASI, beri susu formula yang tidak
mengandung laktosa.
c. Jika ibu menderita HIV dan memilih untuk tidak memberikan
ASI, ibu harus mendapatkan konseling yang tepat mengenai
penggunaan susu pengganti secara benar.

Bayi berumur 6 – 12 bulan


a. Pemberian makan harus dimulai kembali segera setelah anak
bisa makan
b. Berikan makanan 6 kali sehari sedikitnya 110 kalori/kg BB/hari.

b.
Pemberian Makanan untuk anak yang menderita Diare
Persisten Tidak Berat
1. Jika anak minum susu formula ganti dengan susu formula bebas
laktosa sehingga mudah dicerna
2. Jika tidak memungkinkan, dapat diganti dengan susu formula
bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/kg BB/hari
5. PENYAKIT MENULAR

3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempe tapi jangan


diencerkan

130 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


formula bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/
kg BB/hari
3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempeDIARE tapi
jangan diencerkan
4. 4. Berikan makanan lain
Berikan makanan lainyang
yangsesuai dengan
sesuai umurumur
dengan anak anak
untuk
memastikan
untuk asupan asupan
memastikan kalori yang cukup
kalori bagi cukup
yang anak sampai 6 kali
bagi anak
sehari
sampai 6 kali sehari
5. 5. Berikan
Berikan suplemen
suplemenzat gizi
zat mikro,
gizi termasuk
mikro, zink sebagaimana
termasuk zink
ditunjukkan pada
sebagaimana Tabel 21 pada Tabel 21
ditunjukkan

Tabel
Tabel 2121 : Suplemen
: Suplemen Multivitamin
Multivitamin dan Mineral
dan Mineral Untuk
Untuk anak anak
diare.
diare.

Suplemen multivitamin dan mineral


Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen
multivitamin dan mineral setiap hari selama dua minggu.
Bagi anak dengan diare persisten harus bisa menyediakan
berbagai macam vitamin dan mineral yang cukup banyak,
termasuk minimal dua kali RDAs (Recommended Daily
Allowances) asam folat, vitamin A, magnesium dan
copper.
Sebagai panduan, satu RDA untuk anak umur 1 tahun
adalah:
Asam Folat 50 micrograms
Zink 10 mg
Vitamin A 400 micrograms
Zat besi 10 mg
Tembaga (copper) 1 mg
Magnesium 80 mg

Perhatian secara seksama dalam pemberian makanan pada anak


dengan diare persisten sangatlah penting. Anak tersebut mungkin
128 mencerna susu sapi dibanding ASI,
saja menderita kesulitan dalam
sehingga
a. Ibu perlu dinasihati untuk mengurangi susu sapi (susu formula)
dalam diet anak untuk sementara
b. Teruskan pemberian ASI dan beri makanan pendamping ASI yang
5. PENYAKIT MENULAR

sesuai:
- Jika anak menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, pada waktu
siang dan malam.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 131
DIARE

- Jika anak minum susu formula, lihatlah kemungkinan untuk


mengganti susu formula dengan susu formula bebas laktosa
sehingga lebih mudah dicerna.
- Jika susu formula tidak memungkinkan, batasi pemberian susu
formula hingga 50 ml/kg/hari. Campur susu dengan bubur nasi
ditambah tempe, tetapi jangan diencerkan

Diare dengan Gizi Buruk

Asuhan Gizi:
a. Sama dengan tatalaksana diare persisten
b. Pemberian makanan secara bertahap diikuti dengan upaya
pemulihan yang lebih lama
c. Pemberian makanan mengikuti tata laksana penanggulangan
gizi buruk dengan catatan F75 khusus untuk penderita diare
( F75 dengan tepung ). Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for
Malnutrition). ReSoMal terbuat dari Oralit yang diencerkan, gula
pasir, larutan elektrolit/Mineral Mix. Bila larutan elektrolit/mineral
mix tidak tersedia sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat
dibuat cairan pengganti ReSoMal
d. Pemberian suplementasi gizi mikro.

Tuberculosis (TBC)

2.1 Pengertian
Tuberculosis : infeksi yg menyerang saluran pernafasan biasanya paru
dan dapat menyerang organ lain seperti; tulang, jaringan limfe, saluran
kemih, syaraf dan saluran cerna.
5. PENYAKIT MENULAR

132 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DIARE

2.2. Penyebab
- Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis dan mycobacterium
avium.
- Basil ini virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, mati dalam
cairan suhu 600C dalam 15-20 menit.
- Fraksi protein basil menyebabkan nekrosis jaringan, lemak tahan
asam dan penyebab terbentuknya fibrosis , sel epiteloid dan tuberkel
(sarang basil).
- Sel-sel mati dikeluarkan melalui batuk menimbulkan bekas yg
disebut caverne.
- Cara Penularan :
- Kontak langsung (luka)
- Oral
- Udara

2.3. Gejala
- Mula-mula tidak merasa enak badan dan lemah
- Anoreksi dan BB turun
- Sore demam dan malam hari berkeringat
- Batuk lebih dari 2 minggu mengeluarkan sputum
- Anemia
- Tenaga makin lemah Pada stadium akhir terbentuklah caverne dan
dapat disertai hemoptoe
- Pemeriksaan laboratorium : Hb dan LED.
- Rontgen : untuk menunjukkan ada kelainan paru.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 133


2.4 Diagnosa
Diagnosa didapatkan dari pemeriksaan antara lain :
- Mantoux test.
- Pemeriksaan sputum
- Thorax photo

2.5 Asuhan Gizi pada Tuberculosis


Asuhan gizi menjadi sangat penting pada penderita TBC, karena
penyakit ini berpotensi sebagai hambatan pertumbuhan pada anak
balita dan resiko tinggi menimbulkan masalah gizi yang disebabkan
hal-hal sebagai berikut :
- Turunnya sekresi kelenjar gastrik
- Kehilangan thiamin dan elektrolit melalui keringat
- Utilisasi vitamin C yang cepat
- Terganggunya detoksifikasi lever : glikogen menurun dan konversi
karoten menjadi vit A terganggu.
- Penghancuran protein oleh toksin basil TBC , sehingga menimbulkan
penurunan BB.
- Utilisasi (penggunaan) dan absorbsi zat gizi mikro mengalami
penurunan ; misalnya Zinc, Fe dan vitamin.

Langkah-langkah asuhan gizi pada penderita TBC :


a. Pengukuran Antropometri
Apabila penderita TB adalah Bayi atau Balita, maka indeks
antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya adalah
BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah remaja dan
dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk menentukan status
gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT dapat digunakan rumus :
5. PENYAKIT MENULAR

134 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya
adalah BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah
remaja dan dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk
menentukan status gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT
dapat digunakan rumus :

IMTIMT
= BB(kg)/ TB(m)2 BBBB
TB(m)2
= BB(kg)/ = satuan kg, kg,
= satuan TB TB
= satuan m m
= satuan
Interpretasihasil
Interpretasi hasilperhitungan
perhitungan IMT,
IMT, dapat
dapat dilihat
dilihat padapada Tabel
Tabel 16.
16. Selain
Selain itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui
itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui interpretasi hasil
interpretasi IMT
perhitungan hasil perhitungan
(Lihat Lampiran 12 (Lihat
IMThalaman 127)Lampiran 12
halaman 127)

Tabel
Tabel22.
22.Interpretasi Nilai
Interpretasi IMTIMT
Nilai

Status Gizi Kategori Batas ambang


Kekurangan berat < 17.0
badan tingkat berat
Kurus Kekurangan berat 17.0 – 18.5
badan tingkat ringan
Normal > 18.5 – 25.0
Kelebihan berat badan > 25.0 – 27.0
tingkat ringan
Gemuk Kelebihan berat badan > 27.0
tingkat berat
Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada
Orang Dewasa (> 18 tahun)
Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada Orang
b.Dewasa (> 18Diet
Anamnesis tahun)
Recall makanan / Food Recall dalam sehari
Kebiasaan makan
b. Anamnesis Diet
- Recall makanan / Food Recall dalam sehari
132
- Kebiasaan makan

Pemberian Diet pada Penderita TB


Prinsip-prinsip pemberian makanan pada penderita TBC ;
- Diet seimbang
5. PENYAKIT MENULAR

- Tinggi energi, tinggi protein


- Cukup lemak, rendah Ω6, tinggi Ω3, rendah asam lemak jenuh.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 135


DIARE

- Tinggi zat besi, tinggi vitamin C, tinggi vitamin D, tinggi vitamin B6,
Vitamin B1.
- Kalsium didapat dari susu rendah lemak atau non fat
- Prinsip bentuk makanan pada fase TBC aktif adalah konsistensi
lunak.
- Tinggi serat dan cairan
- Cukup Na dan K
- Tinggi antioksidan
- Tinggi Vitamin A

Tujuan
- Makan secukupnya karena terjadi peningkatan kebutuhan energi
dan protein
- Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
- Menambah/mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mengurangi produksi CO2 melalui peningkatan konsumsi lemak
dan mengurangi konsumsi karbohidrat 40-50% dari total energi.

Syarat Diet
- Tinggi Energi Tinggi Protein
- Cukup Vitamin dan Mineral
- Mudah dicerna
- Porsi kecil tapi sering
- Hindari makanan yang menimbulkan gas (kol, lobak, ubi, durian,
kedondong, nanas, nangka, tape ).
5. PENYAKIT MENULAR

136 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DIARE

Kebutuhan Zat Gizi


a. Dewasa
- Energi: diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari secara bertahap sesuai
kondisi pasien
- Protein: diberikan 1,5-2 g/kg/BB
- Lemak: diberikan 20-25% dari total energi. Tetapi bila CO2
meningkat, maka diberikan lemak yang tinggi sampai 45% dari
total energi
- Karbohidrat: dianjurkan 60-70% dari total energi. Namun jika CO2
meningkat, dapat diberikan karbohidrat yang rendah sebanyak
40-50% dari total energi
- Vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup (Vitamin A, C, D,
B6, zink dan Fe)
- Cairan secukupnya, minimal 2 liter
- Selain itu dalam melakukan proses perhitungan kebutuhan
zat gizi terutama energi petugas gizi sebaiknya menggunakan
formula yang memperhitungkan faktor koreksi stres dan koreksi
status gizi, karena biasanya secara nyata kondisi penderita TBC
sangat individualistik.

b. Anak
Dalam melakukan estimasi kebutuhan gizi pada anak yang
menderita TBC perlu diperhitungkan pula faktor stress dan koreksi
status gizi, jadi tidak sekedar estimasi tinggi secara umum apalagi
hanya berpedoman pada kecukupan zat gizi belaka.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 137


HIV DAN AIDS

Energi
Energi
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
BB 7-10 kg BB 10-20 kg BB 20-33 kg
Setiap 10 kg 10 kg pertama : 10 kg pertama :
pertama : 100 100 Kal/kg BB 100 Kal/kg BB
Kal/kg BB
10 kg kedua : 10 kg kedua : 50
50 Kal/kg BB Kal/kg BB
Selebihnya : 20
Kal/kg BB
Protein : diberikan 10-15% dari total energi
Protein : diberikan 10-15% dari total energi
Lemak : diberikan 20-25% dari total energi
Lemak
Karbohidrat : diberikan60-70%
: diberikan 20-25%dari
dari total
total energi
energi
Karbohidrat : diberikan 60-70% dari total energi
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan melalui pengukuran BB setiap
Monitoring dan Evaluasi
minggu
- Indikator
Monitoring dilakukan melalui pengukuran
keberhasilan
BB setiap
pengobatan TB
minggu
adalah
- peningkatan
Indikator keberhasilan
BB pengobatan TB adalah peningkatan BB
(Direktorat
(Direktorat Bina
BinaGizi
GiziMasyarakat,
Masyarakat,Depkes RI) RI)
Depkes

3. HIV
HIV dandanAIDS
AIDS
Paket
Paket asuhangizi
asuhan gizi
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dilakukan
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengkajian gizi
a. Pengkajiandiet
Anamnesis gizi { riwayat gizi ) : untuk mengetahui pola
- Anamnesis
makan, diet (riwayat
kebiasaan makan,giziadanya
) : untukpantangan
mengetahui makanan,
pola makan,
alergikebiasaan
makanan, makan, adanya pantangan
intoleransi makanan,makanan,
keamanan alergi makanan,
makanan
dan intoleransi
minuman,makanan, keamananobat
efek samping makanan
ARV,dan minuman,
masalah efek
yang
samping obatnafsu
ARV, makan
masalah (yang mempengaruhi nafsumual,
makan
5. PENYAKIT MENULAR

mempengaruhi masalah mengunyah,


( masalah
muntah, mengunyah,
konstipasi, mual,panas
diare, rasa muntah, konstipasi,
di dada), diare, rasa
penggunaan
panas divitamin,
suplemen dada), penggunaan suplemen
mineral, herbal, vitamin, mineral,
konsumsi alkohol herbal,
dan
konsumsi alkohol dan kafein.
kafein.
138 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
135
HIV DAN AIDS

- Riwayat personal meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga,


sosial ekonomi, kebiasaan merokok
- Pengukuran antropometri mencakup BB, TB/PB, IMT dan LiLA.
- Pemeriksaan klinis/fisik : tanda dan gejala kurang gizi ( sesuai
stadium HIV dan AIDS ); kehilangan massa lemak, massa otot,
kekurangan cairan dan zat gizi mikro
- Pemeriksaan laboratorium :
1). CD4+, Viral load, C-reactive Protein, Fibronectin
2). Pemeriksaan kadar Hemoglobin, hematokrit untuk mengetahui
apakah ODHA menderita anemia
3). Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada ODHA
dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin
4). Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida,
enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium, dan apabila
memungkinkan juga diperiksa asam folat, vitamin B12 dan
vitamin A. Tujuan pemeriksaan hal tersebut, untuk mengetahui
profil lipid, fungsi hati, kekurangan vitamin dan mineral dalam
tubuh. Kadar serum feritin akan meningkat pada fase akut
infeksi HIV

b. Penentuan Masalah Gizi


Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya :
- Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat
- Kehilangan berat badan
- Efek samping obat-obatan, misalnya ARV
- Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan keadaan klinis ODHA
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 139


HIV DAN AIDS

c. Intervensi Gizi
Pada ODHA yang memperoleh obat Anti Retro Viral - Opportunistic
Infection (ARV-OI) perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi
pencernaan seperti mual, muntah, diare, karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizinya
1) Stadium I : kebutuhan gizi mengikuti gizi seimbang
2) Stadium II : kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan
normal; Stadium III dan IV meningkat 20 – 30 % dari kebutuhan
normal

d. Konseling Gizi
Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping
ODHA dan masyarakat lingkungannya. Konseling mencakup
penyuluhan tentang HIV dan AIDS dan pengaruh infeksi HIV
terhadap status gizi. Konseling juga meliputi asuhan gizi, terapi gizi
medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan
setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan
dan minuman, serta aspek psikologi dan efek samping dari ARV-OI
yang mempengaruhi nafsu makan

Asuhan Gizi pada ODHA (Penyakit HIV dan AIDS)


a. Tujuan Umum
Memberikan Intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV
b. Tujuan Khusus :
a) Tercapainya berat badan normal
b) Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah
c)
Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk
memilihmakanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
5. PENYAKIT MENULAR

d) Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS


e) Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat .
140 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
HIV DAN AIDS

c. Prinsip Diet
Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) diberikan bertahap secara
oral, kaya vitamin dan mineral, serta cukup air.
d. Syarat Diet HIV dan AIDS ( Penuntun Diet)
1) Energi Tinggi. Pada perhitungan kebutuhan, diperhatikan
faktor stres, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh.
Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan
suhu 1○ C
2) Protein Tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g / kg BB untuk memelihara
dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian
protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati
3) Lemak cukup, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total.
Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila
ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan
rantai sedang ( Medium Chain Trygliseride / MCT ). Minyak
ikan ( asam lemak omega 3 ) diberikan bersama minyak MCT
dapat memperbaiki fungsi kekebalan
4) Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali ( 150% ) Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) , terutama vitamin
A,B6, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan
selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
5) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna
6) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien
dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus
hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang
sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick
fluid), semi kental ( semi thick fluid ), dan cair ( thin fluid )
7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare
5. PENYAKIT MENULAR

perlu diganti ( natrium, kalium, dan klorida )


8) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan
pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 141
HIV DAN AIDS

perorangan, dengan melihat kondisi dan Toleransi pasien.


Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka
dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde
sebagai makanan utama atau makanan selingan
9) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
10) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia
11) Bila ODHA mendapatkan obat ARV , pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat dimana ada obat
yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung
harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan
12) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit penyerta ( TB,
diare, sarkoma, oral kandidiasis )

e. Saran Untuk Meningkatkan Energi


1) Gunakan lemak MCT ( minyak kelapa), mentega dan margarin
2) Sediakan makanan kecil tinggi protein : kacang-kacangan, es
krim, yogurt
3) Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi energi: krim sup,
sereal panas, ikan goreng tepung
4) Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/minuman
manis, agar-agar disajikan sebagai makanan penutup
5) Makan secara perlahan dan nikmati secara santai

f. Keamanan Makanan
- Hindari konsumsi bahan makanan mentah ( misalnya lalapan,
salad, telur ½ matang, daging panggang ½ matang )
5. PENYAKIT MENULAR

- Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah


saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
mengkontaminasi bahan makanan lain

142 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


HIV DAN AIDS

- Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi


- Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
- Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
- Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan
makanan
- Hindari makanan yang sudah berjamur/basi
- Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
- Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/
mineral
- Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak
mencapai titik didih ( 100 0C )
- Menggunakan air panas dan sabur untuk membersihkan alat
dapur
- Lebih baik mengkonsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena
lebih terjamin keamanannya .

Asuhan gizi pada ibu hamil dan menyusui dengan HIV

Pada ODHA hamil, syarat diet sama dengan pada dewasa, hanya
ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan
multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 143


ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan
multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
HIV DAN AIDS
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.

Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama


Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama
Kehamilandan
Kehamilan danMenyusui.
Menyusui.
Trimester 1 2 3 Menyusui
HIV Negatif gizi baik +0% + 10 % + 25 % + 25 %
HIV Positif gizi baik + 10 % + 20 % + 35 % + 35 %
HIV Positif, gizi baik, +30–40 % +40-50% +55-65% +55-65%
dengan penyakit
oportunistik
HIV Positif, gizi + 35% + 35% + 40% + 40%
kurang atau pada
remaja

Sumber: :Pedoman
Sumber PedomanTatalaksana
TatalaksanaGizi
Gizi Bagi
Bagi ODHA,
ODHA, 2010
2010

Kebutuhan energi
Kebutuhan energi untuk
untukibu
ibuhamil,
hamil,HIV
HIVnegatif,
negatif,berat
beratbadan
badan normal
normal
pada trimester
pada trimester pertama
pertama kenaikan
kenaikanminimal,
minimal,trimester
trimesterdua
duakenaikan
kenaikan 250
kkal kkal
250 dan trimester tiga naik
dan trimester tiga 500
naikkkal/hari. Penambahan
500 kkal/hari. energi energi
Penambahan ini dapat
menaikkan
ini berat badanberat
dapat menaikkan ibu yang
badansesuai
ibu dan
yangjanin mendapatkan
sesuai dan janingizi
yang cukup untuk
mendapatkan tumbuh
gizi yang normal.
cukup untuk tumbuh normal.
Kebutuhan energi saat menyusui diperkirakan 500 kkal per hari.
Kebutuhanenergi
Konsumsi energiyangsaatseimbang
menyusui diperkirakan
selama menyusui 500 kkalmenjaga
dapat per hari.
Konsumsi
status gizi energi yang seimbang
ibu. Panduan selama menyusui
WHO menyebutkan bahwa dapat menjaga
bayi dari ibu
status
HIV gizi tetap
positif ibu. Panduan WHOeksklusif
diberikan ASI menyebutkan
sampai bahwa bayi dari
usia 6 bulan. Hal-ibu
HIVpenting
hal positif tetap
yang diberikan ASI eksklusif
harus diperhatikan, sampai
terkait denganusiapemberian
6 bulan. Hal-hal
ASI
penting
pada ibuyang
ODHA harus
: diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada
ibu ODHA :
141
a. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV , dianjurkan memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI,susu formula
yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS ( Acceptable,
Feasible, Affordable, Sustainable, Safe )
b. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran
(mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan
dengan susu formula dan makanan minuman lainnya , lalu
5. PENYAKIT MENULAR

menghentikan pemberian ASI setelah beberapa bulan.


c. Dianjurkan untuk memanaskan ASI ( minimal 660 C ) untuk
mematikan virus HIV
144 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
HIV DAN AIDS

d. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau


memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
Beberapa hal penting yang harus disampaikan kepada ibu dan
keluarganya :
a) Pemberian ASI yang tidak eksklusif ( ASI bersama dengan susu
atau makanan lain ) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi
b) Ibu dan keluarga harus diberikan KIE ( Komunikasi, Informasi dan
Edukasi ) mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan
makanan
c) Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan
makanan
d) Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai
mendidih sebelum menggunakannya
e) Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam
mempersiapkan makanan
f) Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak. Jika
akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan
dipanaskan kembali jika akan disajikan
g) Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang tertutup

Asuhan Gizi pada Bayi ( 0 – 6 bulan )


Makanan terbaik untuk bayi 0-6 bulan adalah ASI. Oleh karena itu,
bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan
pendampingan dan konseling mengenai pemilihan cara pemberian
makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai resiko dan manfaat
masing-masing pilihan tersebut. Apabila ibu memutuskan untuk tetap
menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 6 bulan.
Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding ( ASI dan susu
formula bergantian).
5. PENYAKIT MENULAR

Cara yang dapat digunakan untuk memperkecil risiko transmisi melalui


ASI, yaitu :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 145


HIV DAN AIDS

a. Memberikan ASI eksklusif dengan early cessation


b. Memanaskan ASI perah pada suhu minimal 660 C.

Kepada ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan


hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan gizi yang
adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. Bagi ibu
dengan HIV positif yang memilih untuk tidak memberikan ASI dapat
memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS.

Rekomendasi WHO:
- Pemberian ASI untuk bayi dari ibu HIV Positif
- Pemberian formula, apabila ibu memenuhi kriteria AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe).
1. Acceptable (mudah diterima) :
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi
2. Feasible (mudah dilakukan) :
ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan keterampilan
yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi
3. Affordable (terjangkau) : ibu dan keluarga mampu membeli
susu formula
4. Sustainable  (berkelanjutan) :
susu formula harus diberikan setiap hari selama usia bayi, dan
diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu
formula tersebut dijamin keberadaannya
5. Safe (aman penggunaannya) : susu formula harus disimpan
secara benar,higienis dengan kadar gizi yang cukup, disuapkan
dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak
berdampak terhadap peningkatan penggunaan susu formula
5. PENYAKIT MENULAR

untuk masyarakat luas pada umumnya. Apabila satu syaratnya


tidak terpenuhi, maka menyusui secara eksklusif adalah suatu
solusi.
146 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
HIV DAN AIDS

Asuhan Gizi pada Anak usia 6 – 24 bulan

Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu makanan padat
harus segera diberikan pada waktu bayi berusia 6 bulan. Makanan
padat dapat diberikan paling awal sejak bayi berusia 4 bulan apabila
telah terdapat tanda-tanda gagal tumbuh atau ibu dengan HIV Positif
memutuskan untuk tidak memberikan ASI nya lagi.

Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi


semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu
paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada
usia 12 – 24 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan perharinya.
Pada usia di atas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan
makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan.

Pendekatan tata laksana gizi pada anak yang belum dan sudah
menampakkan manifestasi klinis kurang gizi berbeda. Pada anak yang
sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan
dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus
meliputi :
1) Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kembang optimal dapat tercapai
2) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
3) Selalu mencoba pemberian makanan per oral terlebih dahulu
4) Selalu mencuci buah dan sayuran dengan air hangat; kupas kulitnya
jika memungkinkan, dan masak hingga matang sebelum disajikan
5) Meningkatkan densitas kalori dengan menambahkan jenis bahan
yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
6) Obati penyakit penyerta
5. PENYAKIT MENULAR

7) Melakukan pemantauan rutin tiap 2 – 4 minggu

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 147


HIV DAN AIDS

g. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi ODHA

1) Berbagai jenis bahan makanan yang banyak didapatkan di


Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran
dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan
gizi pada ODHA
2) Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12
untuk mencukupi kebutuhan ODHA dan mengandung bakterisida
yang dapat mengobati dan mencegah diare
3) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang
mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan
energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel
4) Wortel mengandung beta karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh sebagai bahan pembentuk
CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta karoten
berfungsi sebagai anti radikal bebas. Seperti diketahui akibat dari
perusakan sel-sel oleh HIV, maka tubuh menghasilkan radikal
bebas
5) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se, yang berfungsi untuk
mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk
pembentukan CD4
6) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin
neutropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
7) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi
sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk
asam lemak tak jenuh rantai tunggal (mono unsaturated fatty acid
= MUFA) berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan
LDL. Di samping itu, juga mengandung glutathion tinggi untuk
5. PENYAKIT MENULAR

menghambat replikasi HIV.


8) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin
9) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
148 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
HIV DAN AIDS

10) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik


dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram air panas
11) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya.
Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA ( HIV
bagi ODHA ( HIV dan AIDS )
dan AIDS )
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Semua bahan Bahan makanan yang


karbohidrat makanan kecuali yang menimbulkan gas seperti
menimbulkan gas ubi jalar

Sumber Protein Susu, telur, daging, Daging dan ayam


hewani dan ayam tidak berlemak, kulit ayam
berlemak, ikan

Sumber Protein Tempe, tahu, dan Kacang merah


Nabati kacang hijau

Sumber lemak Minyak, margarin, Semua makanan yang


santan, dan kelapa mengandung lemak tinggi
dalam jumlah terbatas ( digoreng, bersantan
kental )
Sayuran
Sayuran yang tidak Sayuran yang
menimbulkan gas menimbulkan gas seperti
seperti labu kuning, kol, sawi, dan ketimun
wortel, bayam,
kangkung, buncis,
kacang panjang, dan
tomat

Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk, Buah-buahan yang


apel, dsb menimbulkan gas, seperti
nangka dan durian

Bumbu Bumbu yang tidak Bumbu yang merangsang


merangsang, seperti seperti cabe, lada, asam,
bawang merah, cuka, dan jahe
bawang putih, daun
salam, ketumbar, laos,
kecap

Minuman Sirup, teh, dan kopi Minuman bersoda dan


5. PENYAKIT MENULAR

mengandung alkohol

Sumber : Penuntun Diet, 2004


Sumber : Penuntun Diet, 2004

147ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku Saku 149
HIV DAN AIDS

h. Monitoring dan Evaluasi


a) Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan gizi
ODHA
b) Berat Badan dan LLA
c) Data Laboratorium
d) Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi dan merupakan tanda
atau gejala dari problem gizi yang sedang terjadi dalam proses asuhan
gizi.
5. PENYAKIT MENULAR

150 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DEMAM TIFOID (TYPHOID)

4. Demam Tifoid (Typhoid)


a. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C.. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer,
1998 ).
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk
melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran
pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai
di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

b. Gejala
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1) Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2) Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
3) Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4) Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
5. PENYAKIT MENULAR

buang air besar). Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang
tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing, dan sakit perut. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 151


DEMAM TIFOID (TYPHOID)

5) Pingsan, tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan


nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan
kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. Pemeriksaan
Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap
kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan progresif.

c. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Posisi tubuh harus diubah setiap ± 2 jam untuk
mencegah dekubitus.
a) Mobilisasi sesuai kondisi.

2) Diet
a) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula lunak kemudian makanan biasa)
b) Makanan mengandung cukup cairan, cukup energi, dan tinggi
protein
c) Tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas

3) Obat

a) Antibiotik
b) Obat Simpstomatik
5. PENYAKIT MENULAR

152 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DEMAM TIFOID (TYPHOID)

Tata Laksana Gizi Pada Demam

1. Infeksi : Proses masuk dan berkembangnya M.O (mikroorganisme)


patogen ke dalam tubuh yang mengakibatkan radang.
2. Bila Tubuh terinfeksi : maka bisa timbul dehidrasi, asidosis, sehingga
suhu tubuh meningkat di atas normal yang disebut demam/febris.
3. Batasan demam : > 370C dlm kondisi istirahat dan 37.50C dalam
kondisi aktifitas sedang.
4. Demam/febris terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam tubuh
yang telah terangsang oleh pirogen eksogen yang berasal dari
mikroorganisme atau reaksi imunologik.
5. Pirogen : merupakan suatu protein identik dengan interleukin-1 dalam
hipotalamus. Zat ini merangsang pelepasan asam arachidonat yg
meningkatkan prostaglandin E2 yang menimbulkan piroksia.
7.
Demam juga berasal dari vasokontriksi perifer sehingga terjadi
dissipation (pengeluaran panas menurun) timbullah demam.
- Demam/peningkatan suhu tubuh juga dapat terjadi karena me
-ningkatnya aktifitas metabolisme.

a. Gizi pada Infeksi :


a. Peranan gizi dalam melindungi tubuh dari infeksi
b. Peranan gizi dalam mengatasi sifat infeksi
c. Pengaruh penyakit infeksi terhadap gizi dan keadaan gizi selanjutnya.

Perlindungan tubuh terhadap infeksi :


- Kulit dan lapisan mukosa
- Leukosyt dan retikuloendotel
- Antibody
5. PENYAKIT MENULAR

- Reaksi rangsang : dengan menimbulkan demam

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 153


DEMAM TIFOID (TYPHOID)

Pengaruh Demam terhadap Gizi :


a. Metabolisme naik, setiap kenaikan 10C di atas normal maka terjadi
kenaikan kebutuhan energi basal sekitar 13%, sehingga kebutuhan
cairan dan energi meningkat pula.
b. Penurunan cadangan gizi (glikogen dan adiposa)
c. Peningkatan pemecahan protein
d. Peningkatan kehilangan cairan : keringat, pernafasan
e. Ekskresi Na dan K meningkat
f. Gangguan pencernaan ; mual, muntah atau diare

b. Indikator yang Perlu Diamati pada Keadaan Demam


1). Data Klinis : luka radang dan sejenisnya, Gangguan pencernaan :
mual, muntah & diare, gangguan kesadaran dll.
2). Data Antropometri :
- Berat badan menurun akibat peningkatan metabolisme sehingga
lemak dan protein otot dipecah.
- Mata cekung dan kulit kurang elastis karena dehidrasi.
3). Faktor pengaruh konsumsi :
- Metabolisme meningkat
- Gangguan pencernaan : mual, muntah dan diare
4). Data laboratorium :
- LED meningkat
- Leukositosis

c. Prinsip-Prinsip Pengaturan Diet pada Demam


1). Energi diberikan lebih tinggi karena kenaikan energi basal
5. PENYAKIT MENULAR

2). Protein diberikan tinggi karena karena terdapat peningkatan


pemecahan protein dan peningkatan kebutuhan system imun akibat
peradangan seperti : leukosyt dan sebagainya

154 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

3). Cairan diberikan tinggi karena banyak kehilangan cairan melalui


pernafasan, muntah, diare, keringat dan kebutuhan untuk untuk
menstabilkan suhu tubuh
4). Elektrolit (mineral) terutama Na dan K diberikan tinggi untuk koreksi
keseimbangan akibat demam.
5). Bentuk makanan sebaiknya diberikan minimal lunak dan berlaku
syarat-syarat pengolahan menurut konsistensi lunak serta pemilihan
bahan makanan menurut syarat bentuk makanan lunak.
6). Pada kondisi demam diberikan makanan dalam bentuk olahan
menggunakan cairan lebih banyak (berkuah) atau banyak
menggunakan olahan buah dalam bentuk disetup atau dibuat jus
/dibuat sari buah.
7). Peningkatan kebutuhan vitamin untuk proses optimalisasi energi
terutama vitamin B komplek.
8). Sebaiknya lemak dikurangi terutama sumber bahan makanan yang
mengandung lemak pro imflamasi yaitu ; asam lemak omega 6: minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, margarine, mentega dan sebagainya.

B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular


1. Tata Laksana Diet pada Diabetes Mellitus (DM)
a. Definisi

- DIABETES MELITUS (DM) ; penyakit menahun yang ditandai


peningkatan kadar glukosa darah.
- DM : suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
- Diabetes Melitus : penyakit metabolik yang biasanya herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya
5. PENYAKIT MENULAR

insulin efektif ; gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat


yang disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 155


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

b. Klasifikasi Diabetes mellitus


Klasifikasi DM menurut PERKENI sesuai Anjuran klasifikasi ADA
(1997);
1. DM tipe I ; destruksi sel β menjurus ke defisiensi insulin absolut ;
(autoimun, idiopati).
2. DM tipe 2 : bervariasi terutama : dominan RI relatif disertai def. insulin
relatif s/d terutama defek sekresi insulin disertai RI.
3. DM tipe Lain :
- Defek genetik fungsi sel β (MODY/Maturity Onset Diabetes of the
Young 1, 2, 3., DNA mitokondria)
- Defek genetik Kerja insulin
-
Penyakit eksokrin Pangkreas : pangkreatitis, Tumor/
pangkreatektomi, pangkreatopati fibrokalkulus
- Endokrinopati : Akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme
- Karena Obat/zat kimia : vacor, Pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilatin, interferon alfa dll.
- Infeksi : Rubella kongenental, cytomegalo virus (CMV)
- Sebab Imonologi yang jarang ; antibodi anti insulin
- Sindrom genetik lain yg berkaitan dengan DM ; Sindrom down,
Sindrom klenefelter, sindrom turner, dll.
4. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus Type I


- Defisiensi insulin terjadi karena reaksi autoimune karena : radang sel β
insulitis, sehingga timbul antibodi ICA (Islet Cell Antibody) : reaksi antigen
antibodi sel beta dengan ICA ( sel mengalami infiltrasi karena diaktifkan
T Lymphosyt ).
5. PENYAKIT MENULAR

- Penyebab : misalnya Virus ; cocksakie, rubella, cmV, herpes dan lain-lain


, sehingga ditemukan histocomtability A (HLA DR3, DR4, ).
- Angka kejadian ; biasanya 10 -20% .

156 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Acute Honeymoon
Stress acut yg mendorong sekresi epinefrin, terjadi
penurunan insulin & menimbulkan gejala klinik

Ketoacidocis

12 13 14

Tahun : timbulnya kerusakan sel β

Bagan 8. Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I

Kelainan metabolisme pada penderita Diabetes Mellitus Type I


adalah Kelainan yang muncul pada DM tipe I yg tidak terkontrol :
HYPERGLIKEMIA DAN KETOASIDOSIS

↓INSULIN GLUKAGON ↑

Gluconeo- Glico- lipolysis ↑


genesis ↑ genolisis
Breakdown
of tissue Free fatty Acid in
protein ↑ Glucose up-
plasma ↑
Glucose uptake
take by tissues by tissues ↓
Hepatic Out put of
keton bodies ↑

Hyperglycemia
Ketoacidosis

Bagan 9. Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I 5. PENYAKIT MENULAR

155

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 157


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

d. Patofisiologi Diabetes Melitus Type II


- Diabetes Mellitus Tidak tergantung Insulin ( DMTTI ) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM ) adalah penyakit metabolik
kronis yang secara esensi mempunyai dua kelainan dasar yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas.
- Sekresi insulin cukup , tapi ada keterlambatan , sehingga glukosa
sudah masuk tetapi insulin belum memadai
- Sel reseptor di jaringn perifer kurang (20.000-30.000) , obesitas <
20.000
- Jumlah reseptor cukup tapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulin
tidak efektif.
- Terdapat kelainan pasca reseptor : glikolisis terganggu.
- Kelainan campuran.
Gangguan metabolisme yang terjadi pada DM tipe 2 lebih ringan dari
DM tipe 1 (IDDM), gangguan ini disebabkan oleh kombinasi 2 faktor :
- Dysfungsional sel beta pangkreas
- Resistensi Insulin

Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II karena faktor-faktor :


- Obesitas (sentral) /apple shape
- Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat
- Kurang gerak badan (Sedentary life Style)
- Herediter
- Mekanisme patofisiologi yang mendasari RI belum diketahui secara
jelas. Tetapi defek seluler/molekuler yang diduga sebagai penyebab
RI adalah disfungsi reseptor insulin, abberant receptor signaling
pathway, dan abnormalitas transport dan metabolisme glukosa.
5. PENYAKIT MENULAR

158 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


- Defek ambilan dan penggunaan glukosa yang dimediasi insulin akan
menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen di otot dan hati.
Hal ini bisa timbul sebagian oleh karena komponen genetik.
- Beberapa abnormalitas genetik berkaitan dengan GLUT-4 dan
hiperglikemia kronik dapat menyebabkan gangguan ambilan glukosa
di otot melalui down regulation GLUT-4. Defek genetik yang lain dapat
terjadi pada tingkat penyandian reseptor insulin melalui apa yang disebut
Insulin Reseptor Substrate (IRS) Pathway.
- DM tipe 2 adalah bentuk umum penyakit diabetes. Sekitar 80%
dari populasi penderita diabetes mellitus di USA. Khas DM tipe 2
ini, perkembangannya tidak didahului oleh suatu gejala yang khas
sebelumnya.
- Pada akhirnya DM tipe II menjadi seperti DM Tipe I dimana akan
tergantung pada Insulin setelah sel beta pangkreas mengalami kelelahan
memproduki insulin.
- Selain itu ada satu mekanisme yang penting, namun tidak secara
langsung menyebabkan RI yaitu peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB)
dalam sirkulasi. Lipolisis dan metabolisme asam lemak mengalami
gangguan pada DM tipe 2 dan keadaan RI lainnya.

Pemahaman sedikit tentang patofisiologi ini pada ahli gizi Puskesmas menjadi
sangat penting agar mudah menganalisa berbagai problem gizi yang mungkin
terjadi pada diabetes mellitus sehingga memudahkan dalam menegakkan
diagnosa gizi maupun intervensinya.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 159


e. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
- Usia dewasa lebih dari 45 tahun
- Status Gizi lebih atau obesitas ; BB > 120% BB ideal atau IMT > 27
- Tekanan darah > 140/90 mmHg
- Riwayat keluarga ada yang menderita DM
- Riwayat kehamilan melahirkan bayi dengan BB lahir lebih dari 4000
g dan atau riwayat DM pada kehamilan
- Dislipidemia dimana kadar HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida >
250 mg/dl
- Riwayat gangguan gula pernah mengalami TGT (…) atau GDPT
(…..) darah

f. Diagnosa Diabetes Mellitus


Diagnosis DM ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa :
- Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya
- Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/
dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
- Cara lain untuk menegakkan diagnosis DM adalah bila tidak ada
gejala khas, pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl
atau Gula darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl yang dilakukan dua
kali pada waktu yang berbeda (jam/hari ) atau GD2JPP / Gula
Darah 2 Jam Pasca Pembebanan dengan Test Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl. ( PERKENI, 2003 )
-
Untuk kemudahan, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI, 2003) hanya menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa
darah pada jam ke 2 saja. Alasan untuk kemudahan ini disarankan
oleh American Diabetes Association (ADA), yang bahkan juga
memakai hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≤ 126 mg/
5. PENYAKIT MENULAR

dl untuk kriteria diagnosis.

160 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

g. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus


Gejala awal :
- Banyak Makan (Polyphagia)
- Banyak Minum (Polydipsi)
- Banyak Kencing (Polyuri)
Dilanjutkan dengan
- Polyneuritis (Gangguan Syaraf)

Gejala Kronik :
- Nafsu makan menurun
- Banyak minum & kencing
- Mudah capek/ mengantuk
- BB turun 5 - 10 Kg/2 - 4 minggu.
- Rasa mual bila berlanjut tidak sadarkan diri
- Kesemutan, Rasa tebal di kulit terutama kaki
- Kulit rasa panas, kram
- Mata kabur
- Gatal sekitar kemaluan (wanita).
- Gigi mudah goyah dan lepas
- Kemampuan sexual menurun (impoten)
- Ibu hamil sering keguguran/bayi lahir mati.

h. Penyulit/Komplikasi Diabetes Mellitus


Akut :
- Hypoglikemia
5. PENYAKIT MENULAR

- Hyperglikemia
- Ketoasidosis

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 161


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Kronis :
Makroangiopati :
- PJK
- Otak (stroke)
- Gangguan Pembuluh darah tepi.

Mikroangiopati :
- Retinopati
- Nefropati
Neuropati/gagal syaraf
Rentan infeksi : TBC, Ginggivitis, Infeksi saluran kencing.
Kaki diabetik (ganggren) merupakan akibat Gabungan.

i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


1. Diet Diabetes
2. Obat Hipoglikemik (penurun gula) yaitu Oral Antidiabetik (OAD) dan
Insulin
3. Olah Raga
4. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
5. Cangkok Pangkreas
Asuhan bagi penyandang DM sesuai standar pelayanan dasar yang
diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh dan
terpadu meliputi : upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Asuhan bagi penderita DM di Puskesmas meliputi:
- Edukasi
- Pengelolaan makanan pada DM tipe 2 dan type 1
5. PENYAKIT MENULAR

- Aktifitas fisik
- Manajemen obat
- Sistem rujukan
162 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

k. Prinsip-Prinsip Pengaturan Makan pada Diabetes Mellitus


1.
Jumlah makanan yang dianjurkan adalah seimbang, dengan
komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak
20-25%
Prinsip :
- anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada
umumnya
- tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan
kalori (tidak berlebih)
- menu sama dengan menu keluarga
- teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan

2. Mencapai BB ideal, yang dihitung dengan cara :



BBI = (TB-100)-10% (TB-100)
Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak
dikurangi lagi 10%.
Pengelompok status gizi :
- BB kurang : 90% BB Ideal
- BB normal : 90-110% BB Ideal
- BB lebih : 110-120% BB ideal
- Gemuk : > 120% BB ideal

3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan status gizi


pasien
- IMT ≤ 18,5 = kurus
5. PENYAKIT MENULAR

- IMT 18,5-25,0 = normal


- IMT > 25,0 = gemuk

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 163


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

4. Tujuan Pengaturan Makan pada Penderita Diabetes Mellitus


- Menjaga gula darah dalam batas normal.
- Mencapai BB normal
- Menjaga Kadar Lemak darah dalam batas normal
- Menekan atau menunda timbulnya komplikasi DM
- Memperbaiki kesehatan umum pasien

5. Syarat Pengaturan Makanan Seimbang


Tepat komposisi/jumlah : Komposisi Makanan terdiri dari 3 x makan
utama dan 2-3 porsi makanan selingan sesuai kebutuhan zat gizi.
Tepat waktu : makan dengan selang waktu 3 jam sekali.
Tepat Jenis : ada bahan makanan :
1. Dianjurkan
2. Dibatasi
3. Bebas digunakan
4. Diperhitungkan

k. Paradigma Baru Diet Diabetes Mellitus


- Menganut konsep “ Makanan Seimbang”.
- Diet memiliki makna “ makanan yang diatur” ini tidak sama dengan
makanan yang ketat.
- Prinsip Tidak boleh makan enak sudah tidak berlaku seperti ;
- Tidak boleh makan nasi
- Harus makan kentang
- Tidak boleh menyentuh gula dan sebagainya.
- Prinsip tepat komposisi/tepat jumlah :
5. PENYAKIT MENULAR

164 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

a.
Makanan sehari-hari harus mendekati perhitungan kebutuhan
energi , ini menjadi kompetensi spesifik Ahli Gizi atau Petugas Gizi
Puskesmas
b. Kebutuhan energi Tiap penderita DM berbeda-beda, tergantung
pada :
- Berat badan dan tinggi badan (status Gizi)
- Jenis kelamin
- Umur
- Aktivitas fisik
- Kondisi kehamilan/laktasi
- Komplikasi (Faktor stress ; infeksi, trauma/operasi, kondisi
penyakit penyerta lainnya.

l. Perhitungan Kebutuhan Energi Penderita Diabetes Mellitus


1. Tentukan Status Gizi : dengan Rumus Brocca :
Berat badan Idaman = 90% (TB – 100) x 1 kg
Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak
dikurangi lagi 10%.
atau gunakan IMT;
Dimana Berat badan Idaman :
Pria = TB (m)2 x 22.5 x 1 kg
Wanita = TB (m)2 x 21 x 1 kg

2. Energi Basal : Pria = BBI x 30 kkal/Kg BB


Wanita = BBI x 25 kkal/Kg BB
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 165


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

3. Koreksi BMR dg faktor umur dg ketentuan :


> 40 tahun kurangi 5% utk tiap dekade sampai usia 59 tahun
60 – 69 tahun kurangi 10%
> 70 tahun kurangi 20%

4.Koreksi Aktivitas ; dengan ketentuan sbb ;


- Bedrest/istirahat = + 10%
- Ringan = + 20%
- Sedang = + 30%
- Berat = + 40%
- Sangat Berat = + 50%

5. Kehamilan dan Laktasi, pada kehamilan triwulan I ; + 150 kkal/hari,


Triwulan II & III + 350 kkal/hari, Masa laktasi + 550 kkal/hari
6. Adanya komplikasi dilakukan koreksi demam termasuk ganggren dan
stress sekitar 10 s/d 30%.
7. Koreksi Status Gizi Jika terlalu kurus/terlalu gemuk ± 20 – 30 %
5. PENYAKIT MENULAR

166 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

m. Pembagian
m. Pembagian komposisi
komposisi Energi Energi dalam Makanan
dalam Makanan Sehari Sehari
Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda
- Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda dengan
dengan pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
Karbohidrat : 60 – 70 %
- Karbohidrat
Protein : 60 – 70 %
: 10 – 15 %
- Protein
Lemak : 10 – 15 %
: 20 – 25 %
Pembagian komposisi: 20
- Lemak energi
– 25 makanan
% sehari :

- Pembagian komposisi energi makanan sehari :

20% 30% 25%

Makan Makan Makan Utama


Utama Pagi Utama Siang Sore

Selingan Selingan Selingan


Pagi sore Malam

5% 10% 10%

n. Prinsip Tepat Waktu Jadwal Makan

n. Prinsip Tepat Waktu Jadwal Makan


Sebaiknya mengikuti pola kebiasaan setiap penderita DM,
- Sebaiknya
Hanya sajamengikuti pola kebiasaan
sebaiknya mengikuti setiap penderita
pola waktu DM, Hanya
metabolisme
sajayang
sebaiknya mengikuti
sehat yaitu pola waktu
; interval 3 jam metabolisme
sekali. yang sehat yaitu
; interval 3 jam
Interval sekali.
ini mengikuti beban metabolisme setelah makan
- Interval ini mengikuti
terhadap bebandan
kerja hormon metabolisme
metabolismesetelah makan
tubuh terhadap
orang sehat
kerja hormonbisa
sehingga dan mengendalikan
metabolisme tubuh orang
kadar gulasehat sehingga bisa
darah.
mengendalikan kadarGula
Fisiologi Profile gulaDarah,
darah. Insulin dan glucagon dalam
180 menit
- Fisiologi Profilesetelah makan
Gula Darah, Insulin dan glucagon dalam 180 menit
setelah makan
5. PENYAKIT MENULAR

164

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 167


TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah Makan.


Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah
SumberMakan.
: Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry,
SumberJB: Lippincot
ChampeCompany, Philadelphia.
C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Bio-
chemsitry, JB Lippincot Company, Philadelphia.
o. Prinsip Tepat Jenis
o. Prinsip Tepat Jenis
Dalam menyusun/memilih bahan makanan sehari-hari pada penderita
tidak Dalam menyusun/memilih
dikenal bahan makanan yang bahan dilarang.makanan sehari-hari
Pada prinsipnya jenis
pada
bahanpenderita
makanan tidak dikenal
penderita bahan
DM sama makanan
dengan yang hanya
orang sehat, dilarang.
saja
ada beberapa
Pada prinsipnya jenis bahan
jenis makanan
bahan yang perlu
makanan dibatasi DM
penderita ; misalnya
sama;
penggunaan
dengan oranggula sederhana
sehat, hanyatermasuk
saja ada gula pasir , sayuran
beberapa dengan
jenis bahan
kandungan
makanan energi
yang yang
perlu tinggi, ;sumber
dibatasi misalnyaprotein yang mengandung
; penggunaan gula
tinggi kolesterol,
sederhana termasuksumber lemak
gula yang
pasir mengandung
, sayuran asamkandungan
dengan lemak jenuh,
penggunaan
energi susu dsb.
yang tinggi, Oleh karena
sumber itu dalam
protein yangmemilih bahan makanan
mengandung tinggi
sebaiknya digunakan Daftar Bahan Makanan
Kholesterol, sumber lemak yang mengandung asam lemak Penukar.
jenuh, penggunaan susu dsb. Oleh karena itu dalam memilih
bahan makanan sebaiknya digunakan Daftar Bahan Makanan
Penukar.
5. PENYAKIT MENULAR

168 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


165
TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Karbohidrat
- Komposisi Karbohidrat masih mengikuti pola makan seimbang pada
orang sehat yaitu ; 60 – 70 %.
- Pada Konsep diet DM sekarang lebih menekankan pada jumlah
Karbohidrat bukan pada jenisnya.
- Lebih banyak karbohidrat Komplek tetapi lebih sedikit/mengurangi
asupan karbohidrat sederhana
- Fruktosa dari buah dan madu ternyata masih lebih baik dibandingkan
karbohidrat komplek ; seperti; Nasi, Jagung, Mie dan kentang.
- Gula Pasir :
- Gula Pasir : terdiri dari dua unit molekul sederhana fruktosa dan
Glukosa.
- Bukti ilmiah belum menunjukkan bahwa gula pasir memperburuk
pengedalian gula darah penderita DM.
- PERKENI masih memperbolehkan penggunaan gula pasir sebesar
maksimal 5% dari kebutuhan energi sehari.
- Fruktosa :
- Fruktosa dari buah-buahan menaikkan kadar gula darah lebih
rendah dibandingkan gula pasir dan tepung-tepungan.
- Fruktosa dalam metabolisme sifatnya Non Insulin dependent Parsial
- Maksimum Dosisnya : 20% dari Total energi
- Pemanis Buatan (Sweetener)
- Pemanis berbahan fruktosa baik untuk penderita DM, hanya saja
tidak boleh lebih dari 20% kebutuhan energi, karena memiliki efek
merugikan berupa; kolesterol, LDL, uric acid dsb.
- Fruktosa dari buah alami sangat aman.
- Sorbitol, manitol dan xylitol (gula alkohol) memiliki respon glikemik
rendah, sehingga aman pula badi penderita DM.
5. PENYAKIT MENULAR

- Pemanis tidak bergizi ; Sakarin, aspartam, acesulfam K (batasi pada


penderita DM).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 169


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

Protein
- Konsensus PERKENI menganjurkan kebutuhan protein pada penderita
DM adalah 10 – 15 % total kebutuhan energi.
- Asupan protein diturunkan jika terjadi nefropati ataupun tanda objektif
mikroalbunuria menjadi 0.8 g/Kg BB.
- Pada kegagalan Ginjal (nefropati diabetikum) pemberian protein
diberikan cukup atau tinggi sesuai Dialisis (Cuci darah) yang dilakukan.
- Pemberian Protein jika terjadi kegagalan ginjal bisa diberikan 0.5 –0.7
g/kg BB. Pada kondisi dialysis irregular tetap diberikan 0.5 - 0.7 g/kg
BB. Jika dilakukan hemodialisis regular/teratur diberikan 1 - 1.2 g/kg
BB, sedangkan pada penderita dengan peritoneal dialysis diberikan
lebih tinggi 1.2 - 1.4 g/kg BB.

Lemak
- Anjuran konsumsi Lemak : 20 – 25 % dari total kebutuhan energi
- Konsumsi lemak sebaiknya tidak boleh melebihi 30% asupan energi.
- Asupan lemak penderita DM untuk mencegah atau menangani
dislipidemia : mengikuti aturan Step II dimana komposisi lemak
makanan sehari sebaiknya :
- Total Lemak 25%
- SFA (lemak Jenuh) < 7%
- MUFA (lemak tak jenuh Tunggal) < 10%
- PUFA (lemak tak jenuh ganda) < 10%
- Kholesterol < 250 mg/hari

Serat
- Sayur-sayuran dan buah-buahan terutama golongan sayuran dan
buah tinggi serat karena dapat menurunkan kadar lipid/lemak darah
5. PENYAKIT MENULAR

dan Gula darah (serat dianjurkan 20 -30 g/hari). ± 25 g/hari

170 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

- Serat larut air : pektin dan gum(Oat, cantel, kacang-kacangan, sayuran


, buah, tempe)
- Serat tidak larut air : sellulosa, lignin, hemisellulosa (bekatul, beras
merah, serealia, kacangan, buah-buahan, sayuran tua, oat, tempe).

Garam dalam hal ini Natrium (sodium)


- Orang sehat : 3000 mg/hari
- Penderita Diabetes Mellitus : 2400 mg/hari
- Pembatasan lebih ketat lagi jika diikuti kelebihan garam dalam tubuh,
seperti kondisi hipertensi, oedema dsb.

p. Tujuan Terapi diet


Tujuan dari terapi diet diabetes mellitus sebenarnya mengacu pada problem
gizi yang terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tidak bisa dilakukan
generalisasi, karena prinsipnya setiap penderita memiliki diagnosa gizi
spesifik berdasarkan pada prinsip proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process). Tetapi pada aspek manajemen terapi diet diabetes mellitus
secara umum tujuan terapi diet itu adalah : membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik, dengan cara :
- Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal
- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama,
serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani
5. PENYAKIT MENULAR

- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang


optimal

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 171


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

q. Syarat Diet secara Umum


- Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan
kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25 - 30 kkal/kg BB
normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus,
misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang
(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
( masing-masing 10-15% )
- Kebutuhan Protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu
≤300 mg/hari
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu
60 – 70%
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam
jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol
LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai
pengaruh laksatif.
- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut
air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata
memenuhi kebutuhan serat sehari
-
Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang
5. PENYAKIT MENULAR

sehat, yaitu 3000 mg/hari Na. Apabila mengalami hipertensi, asupan


garam harus dikurangi ( diet rendah garam ).

172 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

- Cukup Vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,


penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan
- Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati :
- Tujuan :
(a) Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah
(b) Mencegah menurunnya fungsi ginjal
(c) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

- Syarat Diet :
(a) Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal
(b) Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8
g/kg BB. Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung
pada kondisi pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber
protein bernilai biologik tinggi
(c) Karbohidrat sedang, yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan
lipida darah. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber
karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa
gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama
makanan utama dan bukan di antara waktu makan.
(d) Lemak normal, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total.
Utamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan
asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan energi total.
Kolesterol < 250 mg
(e) Natrium : 1000 – 3000 mg, tergantung pada tekanan darah,
adanya edema, dan ekskresi natrium
(f) Kalium dibatasi hingga 40 – 70 mEq ( 1600 – 2800 mg ) atau 40
mg/kg BB, bila ada hiperkalemia ( GFR ≤ 10 ml/menit ) atau bila
5. PENYAKIT MENULAR

jumlah urin < 1000 ml/hari

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 173


ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR

(g) Fosfor tinggi : 8 – 12 mg/kg BB ( diperlukan obat pengikat fosfor )


(h) Kalsium tinggi : 1200 – 1600 mg ( diperlukan suplemen )
(i) Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen
vitamin B kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.

r. Prinsip Umum pengaturan diet


- Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditakar sampai mencapai diet
dan porsi yang sesuai
- Makan sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang
telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang
menggunakan insulin atau obat-obatan anti diabetes
- Untuk mendapatkan variasi menu, gunakan daftar bahan makanan
penukar (Lihat lampiran 13)
- Makanlah sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat dalam
jumlah yang banyak
- Laksanakan diet secara disiplin untuk mencapai BB normal
- Pengaturan diet diatas harus disertai dengan pengaturan pola hidup
lainnya seperti latihan fisik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol dan penanggulangan stress .
- Pada waktu menggoreng, minyak jangan dibiarkan terlalu panas dan
jangan digunakan berulangkali.
- Bila penyakit disertai dengan hipertensi dan / oedema, menurut
beratnya penyakit, makanan diberikan diet hyperlipidemia rendah
garam.
- Dianjurkan pengolahan bahan makanan dengan dipanggang atau
dibakar, direbus dan pengolahan tanpa menggunakan lemak jenuh.
5. PENYAKIT MENULAR

174 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi

a. Definisi Hipertensi
- Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai
pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui
arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh
ke titik terendah saat jantung mengisi darah kembali, atau disebut
juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg
(NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah = 140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di
atas 18 tahun). Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan
darah tersebut (atau dua-duanya, sistol dan diastol), sudah dapat
dikatakan terjadi hipertensi.

b. Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Pirmer : tidak diketahui (90%)
- Hipertensi sekunder ; penyebab berkaitan dengan penyakit tertentu
(10%)
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 175


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

c. Subjek yang beresiko Menderita Hipertensi


Seseorang yang beresiko menderita hipertensi adalah ;
- Overweight/obesitas
- Laki-laki usia di atas usia 45 tahun
- Wanita usia di atas 55 tahun
- Memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi
- Mengalami pre hipertensi (hipertensi perbatasan) yaitu tekanan
darah 120 – 139/ 80 – 89 mmHg).
- Selain faktor-faktor tersebut di atas maka ada kondisi yang berpotensi
menimbulkan hipertensi pada seseorang sebagai berikut :
- Makan terlalu banyak garam dalam pola makan sehari-hari
- Minum alkohol
- Rendah kalium dalam pola makan sehari-hari
- Tidak cukup beraktifitas (sedentary life style)
- Sedang menjalani pengobatan tertentu (ada obat yang memicu
timbulnya hipertensi)
- Mengalami tekanan bathin berkepanjangan (stress)
- Merokok ( merokok menimbulkan peningkatan tekanan darah
temporer)

d. Komplikasi yang ditimbulkan Hipertensi


Hipertensi bila tidak dikontrol dengan baik dapat berbahaya
dan menimbulkan bahaya dan berisiko menderita ” stroke” atau CVA
(cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh darah
dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark), gangguan
pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko sangat fatal.
5. PENYAKIT MENULAR

176 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


(cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh
darah dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark),
gangguan pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko
sangat fatal. TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

e. Klasifikasi Hipertensi
e. Klasifikasi Hipertensi
Tabel
Tabel 26.26. Klasifikasihipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut
menurutWHO/ISH
WHO/ISH(1999)
(1999)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi berat 180 – 209 110 – 119
Hipertensi Sangat > 210 > 120
berat

f. Tanda dan Gejala Hipertensi


- Hipertensi dikenal sebagai ”silent killer” karena penderita
174 tetapi dalam beberapa tahun belum
sudah menderita hipertensi
merasakan gejala, penderita baru menyadari setelah beberapa
kali dilakukan pengukuran tekanan darah dan ternyata tekanan
darah tingginya menetap. Gejala umum yang biasa dirasakan
pada orang yang mengalami tekanan darah adalah: pusing,
mual dan muntah, sakit kepala biasanya di daerah tengkuk dan
berlangsung terus menerus, penglihatan kabur, cepat lelah, sesak
nafas dan susah beristirahat.
- Pada kebanyakan orang biasanya hipertensi tidak memperlihatkan
gejala-gejala. Gejala yang dimaksud di sini terutama berhubungan
dengan efek hipertensi pada beberapa organ tubuh seperti; otak,
mata, jantung dan ginjal
- Pengukuran tekanan darah yang baik adalah; dilakukan dalam
posisi duduk atau tidur. Sebelum dilakukan pengukuran tekanan
darah perlu diperhatikan sebagai berikut ;
5. PENYAKIT MENULAR

- Tidak minum kopi atau merokok 30 menit sebelum dilakukan


pemeriksaan

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 177


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

- Gunakan pakaian lengan pendek


- Kosongkan kantung kemih dengan buang air kecil, karena
penuhnya kantung kencing mempengaruhi tekanan darah.
- Duduk selama 5 menit sebelum pengukuran tekanan darah
(Pedoman , NHLBI, 2006).

g. Terapi Diet Pada Penderita Hipertensi


Prinsip terapi diet pada hipertensi :
- Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
- Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan
obat yang diberikan

1. Penurunan berat badan


Pemberian makanan yang adekuat/cukup seimbang dari segi
kebutuhan energi pada penderita hipertensi berfungsi untuk :
- Menurunkan berat badan bila terjadi kelebihan berat badan atau
obesitas dengan pengurangan energi dalam susunan diet yang
aman.
- Menaikkan berat badan apabila terdapat status gizi kurang /
undernutrition.
- Mempertahankan berat badan apabila penderita hipertensi
memiliki status gizi normal /eunutritional state
- Penurunan berat badan biasanya berdampak pula disertai
penurunan tekanan darah, saat ini strategi penurunan berat badan
lebih dioptimalkan pada pengaturan komposisi lemak tubuh.
Penurunan berat badan dari hasil riset sebesar 11.7 kg dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 12.7 sampai dengan 20.7
mmHg.
5. PENYAKIT MENULAR

178 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

2. Pembatasan Alkohol, rokok dan kafein.


- Orang-orang yang mengkonsumsi 3 .....atau lebih minuman
beralkohol per hari mempunyai tekanan darah yang meningkat .
- Kafein pada kopi menyebabkan vasokontriksi . Dengan berhenti
minum kopi aktivitas renin plasma dan norepinefrin akan menurun.
Merokok mengakibatkan vasokontriksi , dengan berhenti merokok
dapat menurunkan aktivitas syaraf simpatik dan kadar norepinefrin
akan turun.

3. Pembatasan Natrium (Na)


- Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka terhadap
garam (salt –sensitive) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita - penderita yang peka terhadap garam (Na) cenderung
menahan natrium , berat badan bertambah dan menimbulkan
hipertensi pada diet tinggi garam. Sebaliknya penderita resisten
garam tidak ada perubahan berat badan dan tekanan darah
pada diet rendah maupun tinggi garam, reaksi ini menunjukkan
mengapa beberapa orang respon dengan penurunan tekanan
darah sedangkan yang lain tidak respon.
- Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600
– 2300 mg Na/hari setara dengan 70 – 100 meq Natrium
menurunkan rata-rata pada tekanan sistolik 9 sampai 15 mmHg
dan tekanan diastolik 7 sampai 16 mmHg. Pembatasan Garam
sekitar 2000 mg Natrium / hari dianjurkan pada penatalaksanaan
diet hipertensi secara umum.
- Pembatasan Natrium dalam aplikasi klinis dikenal 3 kategori
pembatasan sebagai berikut :
- 1 gram garam dapur = 393 mg Na.
- 1 mEq = 23 mg Na.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 179


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

- Diet rendah garam :


- Rendah garam I = 9-13 mEq = 200-300 mg Na. (tanpa
penambahan garam dapur)
- Rendah garam II = 22-30 mEq = 500-700 mg Na ( + ¼ sdt garam
dapur = 1 g)
- Rendah garam III = 43-65 mEq = 1000-1500 mg Na ( + ½ sdt
garam dapur = 2 g)
- Sumber Na dalam makanan adalah garam dapur, monosodium
glutamat (MSG), kecap, makanan yang diawet mengandung
senyawa Na (Na benzoat), terasi, Bubuk kaldu instan, sup instan,
Soda kue, aneka penyedap, krakers, biskuit, babat, Ragi, Corned
beef, Ham, Keju, Sosis, Keju kacang tanah, Kecap asin, Salad
dressing, margarin, mentega.

4. Protein
- Protein diberikan cukup yaitu ± 10% dari total kebutuhan energi atau
0.8 – 1 g/kg/hari. Pembatasan protein diberikan ketika ditemukan
ada tanda komplikasi pada organ ginjal , misalnya mulai ditemukan:
mikroalbuminurea atau sudah terjadi gagal ginjal.

5. Lemak
- Lemak sebaiknya diberikan dalam jumlah adekuat antara 25
sampai 30% dari total kebutuhan energi. Tetapi jika ditemukan
hipertensi dengan atherosklerosis dan dislipidemia maka
penderita hipertensi harus menjalankan diet dislipidemia khusus
orang Indonesia (Asia) digunakan step 2 diet dislipidemia dengan
komposisi total lemak : 25% dari kebutuhan energi
SFA : <7%
PUFA : < 10%
MUFA : < 10%
Karbohidrat : 50-60%
5. PENYAKIT MENULAR

Protein : 10-20%
Kolesterol : < 250 mg

180 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

- Penggunaan lemak tak jenuh (PUFA dan MUFA) pada penderita


hipertensi perlu hati-hati karena jika salah dalam pengolahan
menimbulkan efek yang lebih merugikan dibandingkan
penggunaan lemak jenuh, maka perlu diberikan nutrisi pelindung
lemak tak jenuh dengan diet tinggi antioksidan. Sumber asam
lemak tidak jenuh : ikan, minyak biji bunga matahari, minyak
wijen, olive oil, minyak kedelei, minyak jagung, minyak ikan.

6. Tinggi Magnisium (Mg), Kalsium (Ca) dan Kalium (K)


- Diet tinggi kalsium berhubungan erat dengan penurunan tekanan
darah, mirip seperti obat diuretik membantu mengeluarkan Na.
Makanan tinggi kalsium yang ideal adalah susu rendah lemak
misalnya : yogurt non atau low fat, susu skim. Sumber kalsium
utama : susu dan hasil olahannya (keju), ikan yg dimakan dengan
tulang sedangkan sayur hijau, tahu, serealia, kacang2an, tempe
merupakan sumber yang baik pula hanya bahan penghambatnya
juga banyak yaitu serat, phitat dan oksalat. Kebutuhan kalsium
laki-laki 500-800 mg dan wanita 500-600 mg
- Susu yang paling ideal adalah susu non fat karena
bioavailabality tinggi.
- Magnesium (Mg) adalah kation ekstrasellular setelah Na dalam
tubuh. Magnesium berfungsi merelaksasi otot dan syaraf
serta mencegah pembekuan darah bekerja bersama-sama
mengimbangi fungsi kalsium. Sumber Mg : sayuran hijau,
serealia tumbuk, biji2an, kacang2an. Kebutuhan magnesium
laki-laki : 280 mg dan wanita : 250 mg /hari.
- Kalium adalah mineral kation utama intrasellular. Selain menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit maka kalium berperan dalam
menjaga menormalkan tekanan darah dalam perbandingan yang
sesuai dengan Na. Perbandingan ideal kalium terhadap natrium
yang baik pada penderita hipertensi adalah 1.5 : 1. Maka diet
5. PENYAKIT MENULAR

penderita hipertensi sebaiknya mengandung tinggi kalium sekitar


80 – 100 meq (3120 -3900 mg) atau rata-rata minimal 3000 mg/hari.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 181


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

- Sumber kalium : bahan segar seperti buah & sayur serta


kacang2an.
Havermouth (565 mg), tepung kedelei (1526 mg), kacang hijau
(1132 mg), kacang kedelei (1504 mg) , kacang merah ( 1151 mg),
bayam (461 mg), pisang (435 mg) per 100 g

7. Tinggi Antioksidan
-
Antioksidan sangat penting pada penderita hipertensi
karena berfungsi mengeradikasi oksidan/radikal bebas yang
memungkinkan timbulnya atherosklerosis sehingga pada
penderita hipertensi perlu diet tinggi antioksidan yaitu tinggi
vitamin A, vitamin C, vitamin E, Selenium, Zn dan Cuprum (dalam
bentuk metaloenzim)/superokside desmutase.
- Antioksidan juga berperan dalam melindungi asam-asam lemak
tak jenuh agar tidak mudah teroksidasi.

8. Tinggi Serat
- Penderita hipertensi terutama yang mengalami stroke dan
immobile perlu serat untuk memperbaiki pola defekasi dan
mencegah dislipidemia yang merperburuk hipertensi.

9. Cukup mengandung Functional Food /food medicine yang


Mampu Menurunkan Tekanan Darah.
Arginin
- Arginin berperan sebagai antiproliferasi dan antikontriksi pembuluh
darah penting untuk mencegah atherosclerosis dan hipertensi
- Arginin membantu memperbaiki gangguan fungsi seksual.
- Sumber : kacang-kacangan, daging sapi, kambing, ikan telur,
ayam.
5. PENYAKIT MENULAR

182 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

Co Enzym Q10
- Berperan dalam penurunan berat badan, sebagai antioksidan,
memperbaiki kontraksi otot jantung.
- Sumber : Bayam, kentang, minyak kedelei, corn oil, ketela rambat,
jerohan, daging sarden.
Cukup senyawa fitokimia dari kacang-kacangan
- Bahan makanan padat gizi; kaya serat, kaya senyawa phytokimia
(phytoestrogen, diadzin, geneisten, isoflavon) dan kaya mineral.

10. Makanan yang dihindari


- Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
- Makanan yang diolah menggunakan garam natrium
- Makanan dan minuman dalam kaleng
- Makanan yang diawetkan
- Mentega dan keju
- Bumbu-bumbu : kecap, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya
- Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian, tape

11. Prinsip Cara mengatur diet


- Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah/
pasir, bawang (merah/putih), jahe, kencur, daun salam dan
bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit garam natrium
- Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang, walaupun
tanpa garam
- Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam
beryodium tidak lebih dari ½ sendok teh/hari
- Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium
5. PENYAKIT MENULAR

- Bila mengkonsumsi makanan/minuman suplemen, konsultasikan


terlebih dahulu dengan dokter

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 183


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

12. Hal-hal penting lain pada penderita Hipertensi


- Olah raga , sekitar 30 menit sehari atau 3 kali seminggu. Hindari
olah raga isometrik yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Lakukan olah raga isotonik : seperti jogging, jalan dan renang.
- Mengubah gaya hidup. Menghindari stress psikis yang tidak
perlu. Belajar mengatasi stress dengan baik. Menyediakan waktu
untuk relaksasi dan istirahat cukup.
- Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan
darah.

13. Interaksi Obat dan Makanan


Diuretik
Spironolakton (aldacton) adalah potasium sparing), Thiazide
(furosemide/lasix) mengeluarkan kalium oleh karena itu perlu
penggunaan suplementasi K atau diet lebih tinggi kalium.Pada
penggunaan diuretik perlu suplementasi Zn 50-200 mg/hari.
Zincuria sering terjadi pada terapi diuretik.
- Antihipertensi
Penggunaan reserpin (serpasil) harus disertai pembatasan
Natrium. Sebaiknya minum obat bersamaan dengan makanan.
- Captopril (capoten)
Dapat mempengaruhi kadar ureum dan kreatinin serum.
Sebaiknya minum obat ini 1 jam sebelum makan, pertimbangkan
pembatasan energi dan Na
- Amiloride (moduretic)
Antihipertensi dan diuretic, Penggunaan harus disertai
pembatasan energi dan Na
- Clonidine (catapres)
Penggunaannya harus disertai pembatasan energi dan Na, dapat
5. PENYAKIT MENULAR

menyebabkan mulut kering, mual, muntah dan oedema

184 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

- Prazosin (minipres)
Dapat menyebabkan mual, anoreksia, diare atau konstipasi dan
kenaikan berat badan.
- Propanolol (inderal), rauwolfia (raudixin) dan metaprolol
(lopresor) harus disertai diet rendah energi dan Na.
- Penderita dengan suplementasi Kalium perlu diberikan
suplementasi vitamin B 12 , karena sering menimbulkan
defisiensi vitamin B12.
- Pemberian garam substitusi Kalium perlu mendapatkan
pengawasan yang ketat terutama pada gangguan ginjal seringkali
menimbulkan hiperkalemia.

3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas


- Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis
atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan sehingga berat badan anak jauh di atas normal dan
dapat membahayakan kesehatan anak. Overweight adalah kelebihan
berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal anak balita yang
dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non-
lemak.
- Obesitas = kegemukan
- Obesitas : kondisi BB jauh di atas NORMAL.
- Overfatness = kelebihan lemak
- Obesitas : kelebihan lemak tubuh (Overfatness), dimana terjadi
penimbunan lemak di jaringan lemak tubuh (jaringan adiposa) yang
berlebihan baik terlokalisir (tempat-tempat tertentu) maupun seluruh
tubuh
- Penderita obesitas berpotensi mengalami pelbagai penyebab kesakitan
dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan
5. PENYAKIT MENULAR

lain-lain.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 185


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

a. Menentukan Obesitas/overfatness
Indek Massa Tubuh :
BB(kg)/TB2(m)
Batas Normal (kg/m2) :
Laki-laki =18 - 25
Wanita =17 - 23
Batas Obesitas:
Laki-laki > 25
Wanita > 23
Lingkar Pinggang (cm):

Menentukan resiko obesitas terhadap Kesehatan, batasan untuk orang


Asia termasuk Indonesia ;
- Laki-laki = > 87.5 cm
- Wanita = > 77.5 cm
Menggunakan alat Pengukur Lemak : menentukan Status lemak
tubuh Misalnya, persentase lemak Tubuh, gram lemak tubuh dsb.

Rasio Lingkar Pinggang terhadap Lingkar Pinggul atau Waist Hip


Ratio (WHR) untuk menentukan distribusi lemak subkutan dan
intraabdomenal terhadap resiko kesehatan
Batas Resiko :
Laki-laki ≥ 0.90
Wanita ≥ 0.80
Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak.
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :
5. PENYAKIT MENULAR

186 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Laki-laki ≥ 0.90
Wanita ≥ 0.80
Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak.
TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :

Tabel 27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul


Tabel 27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul

Hasil yang diharapkan Hasil yang tidak diharapkan


Jenis Ke-
lamin Resiko
Sangat baik Baik Tinggi Sangat tinggi
rendah
Laki-laki < 0.85 0.85 - 0.90 0.90 - 0.95 0.95 - 1.00 > 1.00

Wanita < 0.75 0.75 - 0.80 0.80 - 0.85 0.85 - 0.90 > 0.90

b. Bentuk atauatau
b. Bentuk TypeType
Obesitas dan Resiko
Obesitas Penyakit
dan Resiko Penyakit
Type
- Type 1 : Ovoid
1 : Ovoid
Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)
Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)
Type 2 : Android
- Type 2 : Android
Resiko Penyakit ; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
TypePenyakit
Resiko III: Viseral
; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
Resiko penyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih
- Type III: Viseral
berat.
Resiko
Typepenyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih berat.
IV : Gynoid
- Type IV : Gynoid Rendah
Resiko Penyakit

Resiko Penyakit Rendah

c. Penyebab Obesitas/Overfatness atau Adipositas


- Faktor yang tidak dapat dirubah :
- Jenis kelamin 184
- Umur
- Type Obesitas
- Ras
- Genetik/keturunan
5. PENYAKIT MENULAR

Faktor yang dapat dirubah


- Pola Konsumsi energi
- Pemanfaatan energi
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 187
TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

d. Resiko Obesitas/Overfatness
- Peradangan Empedu/batu empedu
- Otak :Stroke
- Jantung : Gagal jantung oleh karena PJK (Penyakit Jantung Koroner)
- Sistem hormon : DM (kencing manis)
- Kanker
- Gangguan Pernafasan
- Sendi : Peradangan sendi & Gout arthritis
- dsb.

e. Tata laksana Obesitas


Manajemen tata laksana obesitas secara komprehensif meliputi :
- Terapi perilaku
- Diet Rendah energi seimbang
- Olah raga
- Farmakoterapi
- Bedah

f. Langkah Promotif/Preventif
- Langkah promotif meliputi gaya hidup sehat yakni pola makan dengan
gizi seimbang dan berolahraga/beraktivitas fisik secara teratur.
- WHO (1998) membagi pencegahan menjadi tiga tahap yaitu ;
- Pencegahan primer yang bertujuan mencegah terjadinya obesitas
- Pencegahan sekunder yang bertujuan menurunkan prevalensi
obesitas
- Pencegahan tersier yang bertujuan mengurangi dampak obesitas
5. PENYAKIT MENULAR

188 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

g. Langkah Diagnostik
1). Anamnesis
- Telusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi
- Gaya hidup meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik dan faktor
stress

2). Pemeriksaan fisis


Tanda dan gejala klinis obesitas yang khas antara lain wajah
yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar
mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding
perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X
dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan
bergesekan yang menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat
menimbulkan bau yang kurang sedap. Pada anak lelaki, penis
tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak supra-pubik
(buried penis).

h. Komplikasi.
a. Obstructive sleep apnea : mulai dari mengorok sampai mengompol
b. Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral
epiphysis) yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan
terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount (tibia vara).
c. Non-alcoholic-steato-hepatitis berupa perlemakan hati
d. Penyakit kardiovaskuler
e.Kelainan kulit, khususnya di daerah lipatan berupa ruam panas,
intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans dan jerawat
f..Psikososial : canggung atau menarik diri dari kontak sosial
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 189


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

i. Pemeriksaan antropometri untuk anak


Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan dua indeks
antropometri, sebagai berikut:
1. BB/TB :
Z score > +3 SD
2. IMT menurut Umur :
Z score > +3 SD (Sumber Baku Rujukan WHO .2005)

j. Terapi Diet

Upaya terapi diet diberikan dengan mengedepankan aspek keamanan


dalam proses penanganan obesitas dari aspek terapi diet. Pada
prisnipnya diet pada obesitas diberikan makanan rendah energi tetapi
seimbang dari aspek gizi lainnya.

Tujuan Terapi diet secara umum :


- Mencapai berat badan ideal.
- Memperoleh proporsi tubuh yang ideal.
- Mencegah atau menekan komplikasi-komplikasi karena obesitas.

Prinsip :
- Rendah energi,
- Cukup protein,
- Cukup lemak,
- Tinggi serat,
- Cukup cairan,
- Cukup vitamin & mineral.
5. PENYAKIT MENULAR

190 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

Syarat :
- Energi diberikan rendah dengan mempertimbangkan tingkat
Kegemukan & Aktifitas
- Pengurangan energi antara 500 - 1000 kalori perhari, dan memenuhi
prinsip syarat diet rendah energi, bukan sangat rendah energi.
- Protein diberikan cukup serta bervariasi (protein essensial dan Non
essensial)
- Cukup lemak (cukup lemak tak jenuh, Rendah lemak jenuh).
- Vitamin dan mineral cukup dari buah & Sayuran.(tinggi serat &
Antioksidan)
- Cukup Cairan untuk menghindari dehidrasi.
- Pemberian makanan paling kurang 3 kali perhari.
- Pemilihan makanan harus sangat variatif (aneka ragam)
- Pelaksanaan Terapi diet harus dibawah tanggung jawab Ahli Gizi

DIET BERIKUT INI TIDAK MEMPERHATIKAN KESEIMBANGAN


KEBUTUHAN GIZI , MISALNYA :
- TIGER DIET
- BANANA MILK DIET
- DIET RENDAH KARBOHIDRAT
- POTATOS DIET
- FRUIT DIET
- DLL
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 191


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

Terapi diet Khusus Anak-Anak dan Remaja


1. Tatalaksana obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa
karena pada anak faktor tumbuh kembang harus dipertimbangkan.
Tatalaksana obesitas pada anak terdiri atas :
- Pengaturan diet : jumlah energi dihitung berdasarkan BB-ideal
(median BB/TB) x AKG
- Peningkatan aktivitas fisik
- Mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) dengan melibatkan
keluarga dalam proses terapi.
2.
Tata laksana komprehensif obesitas penanganan obesitas dan
komplikasi yang terjadi.
3. Prinsip terapi dietnya : Rendah Energi

Prinsip Terapi Diet pada Anak :


1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
2. Merubah pola makan menjadi sehat dan meneruskan kebiasaan tersebut
3. Mengurangi konsumsi makanan sumber kalori/energi serta mengurangi
konsumsi lemak
4. Mengurangi konsumsi makanan 500-1000 kalori dari kebutuhan kalori/
energi per hari
5. Diet dilakukan secara bertahap, dengan menurunkan berat badan sekitar
0,5-1 kg/minggu
6. Kandungan serat tinggi.
7. Konsumsi makanan sumber antioksidan (Lampiran 15)
8. Keberhasilan diet sangat ditentukan oleh kemauan keras dan kedisiplinan
pasien.
9. Diet yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan kebiasaan
makanan pasien dan sumber daya yang tersedia.
5. PENYAKIT MENULAR

10.Pelaksanaan diet tidak akan berhasil apabila tidak diikuti oleh pengaturan
aktivitas fisik, tidak merokok dan pengaturan stress.

192 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS

Makanan yang dibatasi


- Sumber hidrat arang : nasi, roti, kentang, mie, makaroni
- Sumber protein hewani dan nabati (lauk-pauk)

Makanan yang dihindari


- Makanan berlemak dan berkolesterol tinggi: otak, ginjal, paru,
jantung, udang, daging berlemak
- Makanan yang diolah dengan menggunakan gula dan pemanis serta
goreng-gorengan
- Makanan dan minuman dalam kaleng
- Makanan yang diawetkan dengan gula : dendeng, abon, selai kacang,
acar, manisan buah

Cara mengatur diet


1. Jangan makan camilan berlebihan
2. Jangan makan di atas jam 19.00, bila lapar makanlah buah
3. Strategi makan
4 Jangan makan sambil tiduran
5. Minum air putih dulu sebelum makan
6. Dikunyah > 20 x sebelum ditelan
7. Gunakan piring kecil

Monitoring dan Evaluasi


- Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur lingkar
perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut di dasarkan
pada :
5. PENYAKIT MENULAR

- NIH 1998, WHO 2000, dan Health Canada : dinyatakan berisiko


pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang ≥ 102 cm, sedangkan
perempuan sebesar ≥ 88 cm

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 193


Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur
lingkar perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut
di dasarkan pada :
TATA LAKSANANIHGIZI PADA
1998, WHOPENDERITA OBESITAS
2000, dan Health Canada : dinyatakan
berisiko pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang ≥ 102 cm,
- WHO 2000 menganjurkan
sedangkan perempuanuntuk orang≥ Asia
sebesar 88 cmyang tinggal di daerah -
urban
WHO menggunakan cut off yanguntuk
2000 menganjurkan lebihorang
rendahAsia
yaituyang
> 80tinggal
cm untuk
di
perempuan dan > menggunakan
daerah urban 90 cm untuk laki-laki.(Gibson RS, 2005)
cut off yang lebih rendah yaitu >
80 cm untuk perempuan dan > 90 cm untuk laki-laki.(Gibson
Ada 4RS, 2005)
aspek penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi pada
anak obesitas yaitu :
Ada 4 aspek penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi
- Kepatuhan pada pengaturan diet
pada anak obesitas yaitu :
- Berat Badan pada pengaturan diet
Kepatuhan
- Aktivitas
Berat fisik
Badan
Aktivitas fisik
- Perubahan pola hidup
Perubahan pola hidup

Tabel28.
Tabel 28Komponen
KomponenKeberhasilan
Keberhasilan Rencana
Rencana Penurunan
Penurunan Berat
Berat Badan
Badan

Komponen Keterangan
Menetapkan target Kecepatan penurunan barat badan 0,5-2 kg per bulan
penurunan berat badan sampai target awal sebesar 2,5 – 5 kg tercapai.
Pengaturan diet Nasehat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari
dan anjuran komposisi lemak, protein dan karbohidrat
Aktifitas fisik Awalnya disesuaikan dengan tingkat kebugaran anak
dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas
fisik di sekolah
Modifikasi perilaku Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan
rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas
fisik, perubahan perilaku, penghargaan dan hukuman
(reward and punishment)
Keterlibatan keluarga Analisis ulang aktifitas keluarga, pola menonton televisi,
melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi

191
5. PENYAKIT MENULAR

194 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia

a. Definisi
- Dislipidemia adalah kelainan pada kadar lipid atau lemak yang
terkandung dalam darah . Umumnya isitilah ini lebih ditujukan
pada meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid. Dengan
meningkatnyan kadar kolesterol, khususnya LDL, dapat
menimbulkan penumpukan “kerak” pada dinding pembuluh darah.
Kerak atau plaque atherosklerosis inilah yang mengakibatkan
penyempitan saluran darah. Jika yang menyempit adalah pembuluh
koroner di jantung, maka menimbulkan penyakit jantung koroner
(Iwan Dakota, 2007).
- Dislipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lemak yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam
darah. Dislipidemia secara klinis dapat berupa :
- Hiperkolesterolemia
- Hipertrigliseridemia
- Kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
- Isolated hipo-High Density Lipoprpteinemia.
- Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

b. Jenis Dislipidemia
- Secara umum dislipidemia dapat dibagi atas dua tipe yaitu ;
dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder (Widjaya Lukito, 2000).
(1). Dislipidemia primer
- Common hypercholesterolemia
- Familial hypercolesterolemia
5. PENYAKIT MENULAR

- Remnant (Type III) hyperlipidemia


- Familial combined hyperlipidemia
- Chylomicrom syndrom
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 195
TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

(2) Sekunder
Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit
sebagai berikut :
- Gagal ginjal
- Syndroma nefrotik
- Diabetes melitus
- Sepsis
- Hipotiroidsme
- Sirosis hepatis

c. Patofisiologi Aspek Gizi


- Menurut Widjaya Lukito (2000), dengan menggunakan pendekatan
nutrisi, dislipidemia terjadi melalui mekanisme :
(a). Asupan makanan
Pada umumnya makanan padat energi (khususnya energi
dari lemak) dapat menyebabkan dislipidemia. Makanan padat
energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan
perubahan gaya hidup antara lain :
- Daging berlemak
- Junk Food
- Soft drink (khususnya yang menggunakan gula)
- Mentega, margarin, krim, santan
- Alkohol (termasuk alkohol tradisional seperti tuak, dan lain-lain)
- Konsumsi gula berlebihan
- Konsumsi minyak yang berlebihan
- Nutrisi enteral : pemberian formula yang tidak sesuai dengan
kapasitas metabolisme lipid.
5. PENYAKIT MENULAR

- Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan


(melebihi batas kemampuan lipid clearance).

196 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan


dengan rendahnya konsumsi serat makanan (sayur-mayur, buah-
buahan dan kacang-kacangan) terutama apabila disertai dengan
konsumsi makanan padat energi.
Dislipidemia juga erat kaitannya dengan penerapan gaya hidup yang
salah seperti ;
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol yang berlebihan
3. Kurang aktifitas fisik (sedentary lifestyle).

(b) Asupan zat gizi


Asupan jenis-jenis zat gizi di bawah ini dapat menyebabkan
dislipidemia :
- Asam lemak jenuh (saturated fatty acid /SFA) dan asam lemak
tidak jenuh trans.
- Poly unsaturated Fatty Acid/Saturated Fatty Acid ratio < 1
- Defisiensi biotin (contoh ; pada egg-white injury).

(c) Gangguan komposisi tubuh


Gangguan komposisi tubuh seperti ;
- Morbid Obesity
- Obesitas sentral (abdominal adiposity)
- Prader Willie Syndrome
Gangguan komposisi tubuh dapat menyebabkan dislipidemia
disebabkan karena aktifitas lipolisis yang berlebihan, sehingga
terjadi pelepasan asam lemak bebas yang berlebihan pada
sistem portal yang selanjutnya bergeser secara sistemik. Pada
5. PENYAKIT MENULAR

orang yang sedang menjalani program penurunan berat badan,


sering pula mengalami transient dislipidemia

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 197


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

(d) Gangguan metabolisme Lipid


Gangguan metabolisme lipid seperti ;
- Hiperkilomikronemia
- Defisiensi enzim lipoprotein lipase
- Defisiensi reseptor LDL
Memiliki kaitan yang erat dengan dislipidemia. Perlu diketahui
bahwa beberapa macam obat seperti ;
a. Kortikosteroid
b. b- blocker
c. Diuretik
Sering menyebabkan dislipidemia. Pasien-pasien yang
mengkonsumsi obat-obatan tersebut perlu diberi paling sedikit 3
alternatif rekomendasi :
1).
Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut (karena
patofisiologi penyakit sangat membutuhkan) dengan restriksi
yang lebih agresif terhadap asupan makanan / zat gizi yang
menyebabkan dislipidemia.
2). Mencari alternatif obat-obatan lain yang tidak/kurang memiliki
efek lipidemik dengan mengadakan restriksi moderat terhadap
makanan/zat gizi yang menyebabkan dislipidemia.
3). Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut dengan resktriksi
ringan terhadap makanan / zat gizi yang menyebabkan
dislipidemia, tetapi ditambah obat-obatan hipolipidemik
(seperti; statin, derivat fibrat).

d. Gejala
1. Biasanya tidak terdapat gejala yang timbul karena dislipidemia,
sehingga seseorang yang mengalami perubahan profil lipid tidak
menyadarinya. Setiap orang yang berumur 20 tahun atau lebih
5. PENYAKIT MENULAR

harus melakukan pemeriksaan secara rutin satu kali setiap lima


tahun sekali. Dan setiap orang harus mendiskusikan kadar lemak
hasil pemeriksaan dengan dokter (NHLBI, 2007).

198 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

2. Menurut Widjaya Lukito (2000) gejala timbul karena dislipidemia


terutama karena hiperkolesterolemia yang lama dan kadarnya
tinggi meliputi:
- Deposit-deposit kolesterol dengan predileksi di tendon berupa
tendon xanthoma (biasanya pada tendon-tendon di lutut, siku,
dorsum tangan dan tendon achilles).
- Yellow Xanthoma pada daerah cicatrix dan jari-jari.
- Ukuran berat badan dan tinggi badan yang tidak proporsional
terutama obesitas.
- Tanda-tanda klinis penyakit primer yang menyebabkan
dislipidemia.
- Perhatikan tanda-tanda diabetes dan gangguan metabolik lain
seperti gout yang sering menyertai dislipidemia.
- Perhatikan tanda-tanda komplikasi dislipidemia (seperti ;
gangguan neurologis, penyakit jantung koroner).

e. Faktor Resiko
Menurut T. Bahri Anwar,(2004) perlu dipertimbangkan dalam
upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor
resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia,
hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang
tidak hisa dimodifikasi seperti: usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat
keluarga serta riwayat PKV (Penyakit Kardiovaskular) sebelumnya.
Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko
yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak.
Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan
faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi ;
a) Faktor resiko positif
b) Faktor resiko negative
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 199


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

Tabel 29. Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap


Tabel 29.PKV (penyakit
Faktor kardiovaskular).
Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia
terhadap PKV (penyakit kardiovaskular).

Faktor Negatif Faktor Positif


Umur Laki-laki > 45 thn Kol. HDL > 60 mg/dl
Perempuan > 55 thn
Riwayat keluarga PKV
Merokok
Hipertensi
Diabetes Melitus
Kegemukan
Kol. HDL < 35 mg/dl
e.Penatalaksanaan Terapi Diet
e.Penatalaksanaan Terapi Diet
Tujuan
Tujuan
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya
Pilar utama pengelolaan
nonfarmakologis dislipidemia
yang meliputi adalahdiet,
modifikasi upayalatihan
nonfarmakologis
jasmani
yang
serta meliputi modifikasi
pengelolaan diet, latihan
berat badan. Tujuanjasmani serta pengelolaan
utama terapi diet disini
adalah
berat menurunkan
badan. Tujuanresiko
utamaPKVterapidengan
diet disinimengurangi asupan
adalah menurunkan
lemak jenuh
resiko dandengan
PKV kolesterol serta mengembalikan
mengurangi asupan lemak keseimbangan
jenuh dan
energi, sekaligus
kolesterol serta memperbaiki
mengembalikan nutrisi. Perbaikan energi,
keseimbangan keseimbangan
sekaligus
energi biasanyanutrisi.
memperbaiki memerlukan
Perbaikanpeningkatan
keseimbangan penggunaan energi
energi biasanya
melalui kegiatan
memerlukan jasmani serta
peningkatan pembatasan
penggunaan energi asupan Energi
melalui kegiatan
(T. jasmani
Bahri Anwar,2004). Dengan
serta pembatasan kata lain
asupan tujuan
Energi (T. terapi diet adalah
Bahri Anwar,2004).
menormalkan
Dengan kataprofillain lemak darah diet
tujuan terapi yang tidakmenormalkan
adalah normal menjadiprofil
optimal.
lemak darah yang tidak normal menjadi optimal.

Prinsip
Prinsip
Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika
- Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika status
status gizi antropometri berlebih atau obesitas.
gizi antropometri berlebih atau obesitas.
Lemak rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
- Lemak
rendah rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
lemak jenuh
rendah lemak jenuh
Tinggi serat
- Tinggi
Tinggi serat
Antioksidan
5. PENYAKIT MENULAR

Cukup karbohidrat
- Tinggi Antioksidan
- Cukup karbohidrat 197

200 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Syarat Diet

Terapi diet dimulai TATA dengan


LAKSANAmenilai TERAPI DIET polaPADAmakanDISLIPIDEMIA
pasien,
mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak
Syarat Diet
jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
Terapi diet dimulai
diperlukan dengan
ketepatan yangmenilai
lebih pola
tinggimakan
untuk pasien,
menilaimengidentifikasi
asupan gizi,
makanan yang mengandung
perlu dilakukan penilaian banyakyang lemak
lebih jenuh
rinci, dan
yangkolesterol serta
biasanya
berapa sering keduanya
membutuhkan bantuandimakan. Jika diperlukan
ahli gizi.Penilaian ketepatan
pola makan yang lebih
penting
tinggi
untukuntuk menilai asupan
menentukan apakah gizi, harus
perlu dilakukan
dimulai penilaian
dengan yangdiet lebih
tahap rinci,
I
yang
atau biasanya
langsungmembutuhkan
ke diet tahap bantuan
ke II. ahliHasil
gizi.Penilaian
diet ini pola makan
terhadap
penting untuk
kolesterol menentukan
serum apakah 4-6
dinilai setelah harus dimulaidan
minggu dengan diet tahap
kemudian I atau
setelah
langsung ke diet tahap ke II.
3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000). Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai
setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000).
Tabel 30.Komposisi
Tabel 30. Komposisi Diet
Diet untuk
untuk Dislipidemia
Dislipidemia
Komposisi Zat Gizi Tahap I Tahap II

Karbohidrat (% kalori) 50-60 50 – 60


Protein (% kalori) 15-20 15-20
Lemak (% kalori) < 30 < 25
Kolesterol (mg/dl) < 300 < 200
Saturated Fatty acid (%) < 10 <7
Polyunsaturated fatty acids < 10 < 10
(%)
Monounsaturated fatty acids <10 <10
(%)
Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien.
Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien.

Mengingat profil konsumsi lemak orang Indonesia tidak setinggi orang


barat ,anjuran diet pada penderita dislipidemia lebih cocok menggunakan
diet tahap II.
a. Hindari makan makanan yang tinggi lemak seperti;
- Gorengan (deep fat frying)
- Daging berlemak termasuk sosis
- Krim,Margarine,mentega,keju, susu reguler,es krim reguler
198
5. PENYAKIT MENULAR

- Kulit hewani (ayam dan sapi)


- Fast food
- Kue-kue
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 201
TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

b. Kurangi makanan tinggi kolesterol seperti; udang,jerohan,otak,telur 2 x


seminggu.
c. Bila menggunakan minyak sebaiknya gunakan lemak jenis tak jenuh ;
- Alpokat, kacang almon, kacang kedelei, kacang ijo, kacang koro,
wijen, kacang merah
- Minyak kacang almond, margarin jagung, minyak jagung, minyak
biji bunga matahari, minyak kedelei, minyak kacang tanah, minyak
zaitun, minyak olive,.minyak sayur.
- Ikan : salmon, ikan tuna, sarden, mackerel, minyak hati ikan, ikan
harring.
d. Mengonsumsi secara teratur buah-buahan, sayur-sayuran, sebaiknya
dikonsumsi kondisi segar (bukan olahan) sehingga diperoleh serat yang
cukup (sekitar 20 – 30 g/hari).
e.
Hindari konsumsi karbohidrat berlebihan terutama karbohidrat
sederhana misalnya : gula .
f. Hindari berat badan lebih apalagi obesitas
g. Hindari merokok
h. Hindari atau kurangi alkohol
i. Pertahankan aktivitas /olah raga teratur
j. Petunjuk praktis menyeimbangkan lemak :
- Buah-buahan paling sedikit 2-3 buah perhari.
- Berbagai macam sayuran (hijau,kuning, oranye dan jenis umbi-
umbian),paling sedikit 3 – 4 porsi sehari.
- Berbagai macam serealia seperti: rye, oat,roti bisa dikonsumsi 4 porsi
sehari.
- Kacang-kacangan paling sedikit 1 porsi perhari
- Ikan sebaiknya dikonsumsi 2 kali perminggu bila perlu lebih sering lebih
baik. Ikan kaleng salmon atau tuna boleh dikonsumsi.
5. PENYAKIT MENULAR

202 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

k. Suplementasi Minyak ikan


- Kaya PUFA seri n-3
- Menurunkan kadar trigliserida darah
- Mempengaruhi LDL dan HDL
- Dapat meningkatkan kadar LDL pada penderita hiperkoleterolemik
dan atau penderita dengan diet tinggi asam lemak jenuh.
- Dosis 6 – 12 g perhari dalam dosis terbagi.
l. Tinggi Vitamin antioksidan
- Vitamin E dapat diberikan untuk mencegah oksidasi LDL.Untuk
penderita dengan suplementasi fish oil maupun diet tinggi asam
lemak tak jenuh .Dosis yang diberikan 100 – 200 mg/hari dianggap
memadai.
- Untuk optimalisasi kerja vitamin E sebagai antioksidan,boleh
diberikan vitamin C dengan dosis 250 -300 mg perhari.
m. Asam nikotinat dapat ;
- Menurunkan produksi VLDL dan LDL hati.
- Menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
- Meningkatkan HDL
- Meningkatkan kadar asam urat dan kadar gula darah.
- Menyebabkan flushing ( rasa panas seperti terbakar)
- Dosis pemberian 3 x 125mg/hari,ditingkatkan dengan dosis 3 x 500
- 1000 mg/hari.Pemberian 150 aspirin sebelum asam nikotinat pada
2 minggu pertama menghindari flushing.
n. Hal Penting lainnya
- Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat
meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik,
5. PENYAKIT MENULAR

menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.


Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 203


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

- Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit


- Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut
jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
- Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan,
selama 5-10 menit.
Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x / minggu dengan
lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik (T. Bahri Anwar,2004)

o.Interaksi Obat dan Makanan


- BileAcid Binding Resin : Efek samping utama pemberian resin
adalah konstipasi,oleh karena itu diperlukan diet tinggi serat. Resin
dapat menghambat absorbsi asam folat dan vitamin larut lemak.
Perlu diketahui bahwa pemberian obat-obatan lain atau vitamin
tambahan sebaiknya dilakukan 1- 4 jam sebelum atau 4 jam sesudah
pemberian resin.
- Derivat fibrat : Kadang-kadang memberi efek samping berupa miopati
reversibel. Kombinasi derivat fibrat dan statin memperberat miopati.
Clofibrate dapat meningkatkan insiden batu empedu. Derivat-derivat
fibrate lain memiliki efek litogenik yang lebih kurang dibandingkan
clofibrate.
- Asam Nikotinat : disamping menimbulkan flushing juga bisa
menimbulkan hiperurecemia dan intoleransi glukosa.

Makanan yang dibatasi


- Sumber hidrat arang : mie, roti putih, ketan, cake, biskuit
- Sumber protein hewani : daging tanpa lemak 1 x per minggu, ayam 3 x
per minggu, bebek, sarden (makanan kaleng), udang, cumi, dan kuning
telor 1 x per minggu.
5. PENYAKIT MENULAR

- Sayuran yang mengandung gas : kol, sawi, nangka muda, lobak

204 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA

- Buah-buahan yang mengandung alkohol : : nangka tua, anggur, nenas


- Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan
yang digoreng
- Minuman yang mengandung soda dan alkohol : teh kental, tape dan
kopi

Makanan yang dihindari


- Mengandung lemak jenuh
- Minyak yang berasal dari hewan : lemak sapi, babi, kambing, susu
penuh (full cream), cream, keju, mentega
- Minyak kelapa, santan kental, mayonaise
- Daging berlemak (daging merah) dan jeroan: kambing, sapi, babi, otak,
limpa, ginjal, hati, kuning telor, sosis, babat, usus
- Minuman yang mengandung soda dan alkohol : soft drink, bir, arak

Cara mengatur diet


- Gunakan minyak kedelai, minyak sawit, minyak kacang tanah atau
minyak jagung dalam jumlah terbatas (1 sendok makan per hari)
- Penggunaan daging merah maksimum 2 x seminggu. Paling banyak
50 gr tiap kali makan. Gunakan daging kurus (keluarkan bagian yang
berlemak). Makan ikan dapat dijadikan sebagai pengganti daging.
- Batasi penggunaan kuning telur maksimum 2 kali per minggu
- Makan sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah yang banyak
- Sebagian dari sayur sebaiknya dimakan mentah atau sebagai lalapan
(cuci bersih terlebih dahulu)
- Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep, menumis,
memanggang atau membakar.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 205


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout


a. Definisi
- Hyperurecemia adalah kondisi dimana kadar asam urat di atas
normal. Nilai normal asam urat (Uric Acid) pada pemeriksaan
laboratorium di Indonesia umumnya adalah ;
- Laki-laki : 3 – 7.2 mg/dl
- Wanita : 2 – 6 mg/dl
- Gout adalah suatu bentuk peradangan pada persendian yang ditandai
serangan sangat sakit tiba-tiba, memerah dan pembengkakan pada
sendi. Sendi yang mudah mengalami serangan biasanya jari jempol
kaki , mata kaki, jari-jari, pergelangan tangan atau siku.
- Penyakit gout ini merupakan bentuk gangguan metabolisme purin
yang penyebabnya sampai sekarang belum sepenuhnya diketahui
dengan pasti. Purin adalah basa nitrogen adenin dan guanin yang
merupakan bagian protein nukleat. Nukleoprotein (protein nukleat)
adalah senyawa sederhana protein dasar yang berkombinasi
(melekat) dengan gen sel (DNA) dan RNA. Asam urat merupakan
produk akhir normal tubuh (sampah) dari hasil pemecahan purin yang
banyak terdapat dalam tubuh manusia dan bagian dari beberapa
produk makanan yang biasa dikonsumsi manusia sehari-hari (Mayo
Klinik,2007).
- Dewasa ini derasnya informasi di berbagai media telah turut banyak
memberikan pemahaman dan opini tersendiri di masyarakat,sehingga
semua yang berhubungan dengan kondisi sakit dipersendian selalu
dihubungkan dengan asam urat tanpa bukti objektif . Maka informasi
tentang penyakit yang berhubungan dengan asam urat perlu
diluruskan.
- Gout disebabkan karena peningkatan kadar asam urat di dalam
darah, yang kita kenal dengan istilah ”Hyperurecemia”. Pada
saat terjadi hyperurecemia biasanya serangan akut gout ini terjadi
5. PENYAKIT MENULAR

berupa serangan sakit pada sendi terutama pada sendi jempol kaki
yang disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal tajam asam urat
Monosodium Urate (MSU) di persendian terutama di cairan synovial.

206 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

Seringkali serangan akut gout merupakan bentuk peradangan,


memerah, panas dan potensi infeksi yang menimbulkan rasa nyeri
teramat sangat.
- Insidens Gout pada pria lebih sering daripada wanita,juga terutama
pada umur yang lanjut dan kadang-kadang herediter. Terdapat dua
jenis Gout ,yaitu :
- Gout primer : produksi asam urat berlebihan atau ekskresinya
berkurang.
- Gout sekunder : dapat disebabkan oleh toksin atau obat yang
mengakibatkan ekskresi asam urat menurun dan mencetuskan
serangan akut seperti ; obat-obat golongan salisilat,diuretik dan
timah.

b. Gejala Klinik Gout


- Sakit teramat sangat pada persendian.
- Panas ,memerah dan potensial infeksi bersamaan dengan serangan
sangat nyeri.
- Rasa sakit tersebut sangat menyiksa atau ekstrem, dan biasanya
sia-sia jika dipijat, serangan ini terjadi pada tahap-tahap awal Gout
tercetus, kemudian rasa nyeri dalam beberapa hari berangsur-
angsur surut.
- Secara klinis Gout memiliki 4 tahap :
- Asympstomatic (tanpa gejala)
- Akut
- Intercritical
- Kronik
- Pada penyakit gout kronik : biasanya hyperurecemia tidak terjadi
dalam waktu relatif lama , terbentuk massa asam urat di bawah
kulit persendian yang dikenal sebagai ” tophi” atau merupakan
5. PENYAKIT MENULAR

kumpulannya ” tophus”.
- Penumpukan kristal urat di persendian tumbuh membesar dan mulai
merusak tulang dekat persendian.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 207
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

- Gangguan gerak pada persendian.


- Gumpalan keras / tophi (tophus) banyak terjadi ; synovium (cairan
sendi),tulang, kulit sekeliling sendi, ginjal, siku dan tendon achilles.
- Tophi biasanya berkurang jika kadar asam urat dalam darah berkurang.
- Bentuk serangan biasanya tanpa gejala dan kemudian timbul berulang
sehingga menimbulkan gambaran polyarthritis.
- Gout ditandai dengan hyperurecemia dan penimbunan kristal asam urat
di jaringan persendian dan dapat juga terjadi di ginjal, tulang rawan dan
jaringan lainnya.

c. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kenaikan


Asam urat dalam darah :
- Obesitas
- Obat anti hipertensi
- NIDDM atau DM Type 2
- Hiperinsulinesme
- Dislipidemia (hyperlipidemia)
- Kemoterapi
- Sickle cell anemia
- Post menapause
- Alkohol.

d. Komplikasi kronik yang mungkin Ditimbulkan Gout


Komplikasi yang ditimbulkan oleh gout adalah :
- Kerusakan progresif persendian
- Seringnya timbul serangan
- Deformitas atau kelainan bentuk
5. PENYAKIT MENULAR

- Disability (kecacatan)
- Ureter obstruksi (urolithiasis)
- Gouty Nephropaty
208 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

e. Terapi Diet Pada Hyperurecemia maupun Gout


Tujuan Terapi Diet
- Mengupayakan berat badan ke arah normal.Bila obesitas ,berat badan
diturunkan bertahap untuk menghindari ketonemia yang merupakan
faktor presipitasi serangan akut.
- Meningkatkan ekskresi asam urat dan mencegah terbentuknya batu
ginjal
- Menurunkan dislipidemia
- Mencegah komplikasi seperti;hipertensi,penyakit ginjal dan stroke

Prinsip Terapi Diet


- Energi Cukup
- Protein cukup
- Lemak rendah sampai moderat
- Rendah purin
- Tinggi hidrat arang

Manajemen Terapi Diet


Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan
asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir
semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein
maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan
adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet
normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 209


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

Tabel
Tabel31.
31.Daftar
DaftarKandungan Purin
Kandungan padapada
Purin Bahan Makanan
Bahan Makanan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


0- 50 mg /100 g 50 – 150 150 – 800mg/100 g
mg/100 g
Buah-buahan Kacang- Sardine
Jus Buah kacangan Kerang kipas
Sayuran,kecuali Kembang kol Kaldu
kelompok II Buncis,tahu Bebek/angsa
Biji-bijian Bayam,tempe Ikan Herring
Minuman (kopi & Jamur Burung dara
teh) Kupang Ikan Mackerel
Lemak Daun So Ikan Roe
Telur (melinjo) Bawal
Susu Asparagus Ginjal
Dairy produk Daging Babat
(serealia) Ayam Hati
Tongkol Roti yang dibuat
Tengiri menggunakan ragi
Bawal Jantung
Bandeng Otak
Kerang-
kerangan

Energicukup
Energi cukupatau
atau Adekuat
Adekuat
Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan
Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,
yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi energi. Asupan energi yang terlalu
jumlahjuga
sedikit konsumsi energi. Asupan
bisa meningkatkan kadarenergi
asam yang terlaluadanya
urat karena sedikit keton
juga
bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton
bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. bodies
yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
Tinggi
TinggiKarbohidrat
Karbohidrat
Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks seperti
seperti nasi,
nasi, singkong,
singkong, roti
roti dan
dan ubi
ubi sangat
sangat
baik dikonsumsi
baik oleh penderita
dikonsumsi oleh penderita gangguan
gangguan asamasam urat
urat karena
karena akan
akan
meningkatkanpengeluaran
meningkatkan pengeluaran asamasam urat melalui
urat melalui urin. karbohidrat
urin. Konsumsi Konsumsi
5. PENYAKIT MENULAR

karbohidrat
kompleks komplekstidak
ini sebaiknya ini sebaiknya
kurang dari tidak kurang
100 gram dari Karbohidrat
per hari. 100 gram
per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan

207
210 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar


asam urat dalam darah.

Cukup Protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.

Lemak bisa diberikan rendah sampai Moderat


Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 - 20% persen dari
total kebutuhan energi. Lemak cenderung menghambat pengeluaran
asam urat.

Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, penderita disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 sampai 3 liter atau 10-12 gelas sehari. Air minum ini
bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan
bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.
Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-
buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat
sedikit mengandung purin.
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 211


TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

Hindari Alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam
urat dari tubuh. Alkohol meningkatkan serangan gout.

Ragi atau Yeast


Sangat tinggi mengandung purin sehingga makanan yang yang beragi
seperti; tape, roti yang diolah dengan menggunakan ragi termasuk tablet
yang mengandung ragi dihindari.

f. Interaksi Obat dan Makanan


- Analgesik biasanya menimbulkan mual,hindari pemakaian bersama
obat-obatan urikosurik. Penderita perlu minum secukupnya bila
mengkonsumsi analgesik.
- Obat-obatan urikosuric : Probenesid/benemed menghambat absorbsi
asam urat di ginjal. Obat-obatan urikosurik dapat memberi efek
samping berupa nafsu makan berkurang, mual, muntah dan sakit gusi
kemungkinan dapat terjadi.Penderita perlu minum yang cukup bila
mengkonsumsi obat ini.
- Allupurinol menghambat produksi asam urat. Penderita perlu minum
yang cukup ,gejala gastrointestinal ringan dapat timbul. Oleh karena itu
allupurinol, sebaiknya diminum setelah makan.
- Indomethacine atau ACTH untuk mengurangi panas dan bengkak.
Golongan obat ini memerlukan restriksi asupan Na. Hati-hati dengan
kenaikan gula darah.

g. Hal Penting lain


5. PENYAKIT MENULAR

- Peringatkan alkohol dapat menyebabkan serangan gout


- Hindari puasa saat serangan gout berlangsung
- Hindari stress,biasakan hidup dengan aktivitas santai
212 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT

- Hindari tablet yeast atau tablet yang mengandung yeast


- Gejala peradangan sendi bisa dibantu dengan memberikan makanan
tinggi asam lemak w-3 seperti ; minyak kedelei, minyak kanola, minyak
ikan, minyak ikan salmon, minyak ikan herring, minyak hati ikan Cod

h. Functional Food /Food Medicine


- Quersetin : yang banyak terdapat pada teh menghambat produksi
asam urat dalam tubuh.
- Bromelain :yang banyak terdapat dalam buah nenas dapat berfungsi
sebagai anti peradangan karena Gout.
- Pemberian vitamin E dan Flaxseed oils dapat membantu sebagai
antioksidan dan anti inflamasi.
- Batasi konsumsi vitamin C dan vitamin B3 karena dapat meningkatkan
produksi asam urat dalam tubuh.
- Buah cherry, bluebeery, blackberry dan senyawa warna gelap pada
berry menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 213


TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI

6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati


Hepatitis
- “ Liver merupakan organ terbesar “ Master Of Glands”
- Merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat metabolisme
(anabolisme & katabolisme)
- Detoksifikasi racun
- Fungsi Glikogenik
- Sekresi Empedu
- Pembentukan Ureum (deaminasi asam amino)
- Metabolisme lemak
- Fungsi Hematologik :
- Sintesa eritrosit pada janin
- Penghancuran sel erytrosit
- Menyimpan hematin
- Produksi sebagian besar protein plasma darah
- Sintesa protrombin dan fibrinogen
- Membersihkan bilirubin
- Penyimpanan dan penyebaran nutrisi (misalnya vitamin : vitamin A, D,
E dan K, glikogen, lemak & zat besi
- Pertahanan Suhu tubuh

a. Definisi Hepatitis
- “ Peradangan sel hati baik akut maupun kronik”
- Akut : radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatotropik.
- Kronik : radang hati yg histologiknya sebagai nekrosis, inflamasi &
fibrosis hepatosit dlm berbagai tingkat (berat, ringan) yang berlangsung
5. PENYAKIT MENULAR

lebih dari 6 bulan.

214 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI

b. Etiology/Penyebab

Hepatitis Akut
- Virus A, B, Non A/B, Delta, Epsten-Barr, Sitomegalo dg gejala Klinis :
- Masa Inkubasi : tergantung macam virus
- Masa Prodromal /preikterik : 3-10 hari ; rasa lesu/lemah, badan panas,
mual s/d muntah, anoreksia, perut kanan nyeri.
- Masa Ikterik : urin warna coklat, sklera mata kuning, kemudian seluruh
badan , puncak ikterus dalam 1-2 minggu , hepatomegali ringan, nyeri
tekan.
- Masa Penyembuhan : Ikterus berangsur-angsur kurang dan hilang
dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan &
hepatomegali, sembuh sempurna 3 - 4 bulan.

Pemeriksaan Laboratorium
- Prodromal :leukosyt menurun, transaminase serum 10-100 x lipat
sebelum ikterus, akhir tahap ini bilirubinuria.
- Ikterik :Ikterus nampak bila bilirubin serum > 2.5 mg/dl, alkaline
fosphatase naik 3 kali lipat.
- Penanda diagnosis virus :
Hepatitis A : IgM anti HAV
Hepatitis B : IgM anti HBC + HBsAg
Hep. NANB : tidak ditemeukan penanda virus
Hepatitis D : IgM anti HD
5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 215


TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI

Penatalaksanaan :
- Bed rest (tirah baring) dibutuhkan 10 % kebutuhan BMR
- Pengobatan spesifik belum ada
- Diet khusus tidak ada : tinggi energi tinggi protein, Tinggi hidrat arang,
cairan dicukupkan jika muntah.
- Pemenuhan kebutuhan energi dan protein sama dg hiperkatabolik
moderat , kira-kira 2000-3000 kal, protein sekitar 1-2 g/kg/BB
- Penambahan energi , protein dan vitamin tinggi jika penderita
mempunyai diagnosa :Undernutrisi / kurang gizi.
- Lemak tidak perlu pembatasan, karena diet rendah lemak memberikan
taste kurang enak & meningkatkan anoreksia

Hepatitis Kronis

Etiology :
Autoimune (hepatitis. Lupoid), infeksi virus B, NANB, Obat (Oksifenisatin,
Izoniasid, metildopa), alkohol, virus sitomegali, rubella, dsb.

Gejala Klinis berdasarkan jenis hepatitis kronik :


- Hepatitis Kronik Persisten (HKP) : lemah, lekas capai, sebah,
perasaan tak enak di daerah hati, lab. Bilirubin normal/sedikit naik,
transaminase serum naik 4-5 x normal, g globulin : normal, petanda
serologik virus B (+).
- Hepatitis Kronik Lobular (HKL) : masa remisi, masa kambuh silih
berganti selama bertahun-tahun, fluktuasi transaminase, kadang-
kadang hiperbilirubinenia, tidak ditemukan nekrosis.
- Hepatitis Kronik aktif (HKA) : mula-mula asymstomatik, yang jelas
lemah, sebah, kembung, anoreksia ringan, umumnya transaminase
meningkat tinggi, bilirubin dan g globulin meningkat sedang, HBsAg
5. PENYAKIT MENULAR

dan Anti HBc (+).

216 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI

Penatalaksanaan :
Medis : bervariasi
Diet : sama dengan hepatitis virus Akut

Chirrosis Hepatis (sirosis hepatis)


Definisi
“ Penyakit hati menahun yang ditandai proses peradangan , nekrosis,
usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difuse dengan
terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus hati”.

Etiology/penyebab
- Hepatitis virus B , C dan NANB
- Alkohol
- Obstruksi intra/ekstrahepatik lama
- Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo oklusif
- Gangguan autoimune (Hep. Lupoid)
- Toksis Obat (metotresak)
- Operasi usus pada obesitas
- Malnutrisi
- Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis)
- Dsb.
Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+), 10-20%
tanda infeksi anti HB core (+)

Gejala Klinis
Gejala Klinis ada dua tahap :
- Sirosis Kompensata : Asympstomatik
5. PENYAKIT MENULAR

- Lemah, mual, muntah, sebah, malaise


- Laboratorium : test faal hati minimal

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 217


TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI

- Sirosis dekompensata : simspstomatik : kegagalan parenkim hati &


hipertensi portal.
- Kelemahan otot, kegagalan parenkim ditandai : produksi protein darah
menurun menimbulkan edema & asites, gangguan mekanisme bekuan
darah, gangguan hormonal (spidernevi, eritema palmaris, atrofi testis,
gangguan siklus haid, ginekomastia)
- Hipertensi portal > 10 mmHg, ditandai splenomegali, asites, kolateral.
- Perdarahan timbul dalam bentuk komplikasi yg disebabkan karena:
pecahnya varises oesophagus, asites hebat, ikterus yg dalam.

Penanda Laboratorium
- Laboratorium : hiperbilirubinemia, hipoalbumin, g globulin, waktu
protrombin yang memanjang, bila timbul hipersplenisme maka dijumpai
; anemia normokrom normositer, trombositopenia dan leukopenia.
- Jika terjadi perdarahan : anemia hipokrom mikrositer dan makrositer
karena defisiensi asam folat
- Diagnosis penunjang : USG abdomen bagian atas, endoscopy.

Terapi Diet
Tujuan
Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan membatasi
kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis dan diet yang tepat.
Diet :
- Tinggi energi tinggi protein pada fase tertentu
- Pembatasan cairan pada kasus edema dan asites
- Rendah Natrium
- Secara umum diberikan 40-45 kkal/kg BBI/hari
5. PENYAKIT MENULAR

- Protein 0.8-2 g/kg BB/hari (mula-mula dicoba 0.5 – 0.79 g/kg BB/hari ,
sampai didapatkan imbang nitrogen (+) dan komposisinya 60-70% nilai
biologi tinggi.

218 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS

- Lemak
Lemak20% totaltotal
20% energi (sebaiknya
energi sebagian
(sebaiknya besar MCT)
sebagian besar MCT)
Suplementasi
- Suplementasi vitamin
vitamin B komplek,
B komplek, C, K, C,
Zn,K,MgZn, Mg
Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin,
- Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin, treonin,
treonin, glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap,
glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap, keju dan anggur.
keju dan anggur.
- Hindari
Hindarialkohol
alkohol
- Penderita
Penderitadianjurkan makan
dianjurkan banyak
makan di pagidihari
banyak pagidengan porsi kecil
hari dengan tapi
porsi
sering.
kecil tapi sering.

Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan


Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein
Protein

Kondisi Klinis Energi non protein Protein asam amino


(kcal/kg/hari) (g/kg/hari)
Sirosis kompen- 25-35 1.0 – 1.2
sated
Sirosis dekompen- 35-40 1.5
sated
Malnutrisi/Anoreksi 35-40 1.5

Sumber ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline


Sumber ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline (1997 ).
(1997 ).

7. Tata
Tata LaksanaDiet
Laksana DietPada
Pada Gastritis
Gastritis
Penyakit Lambung
Penyakit Lambung atauatau gastrointestinal
gastrointestinal meliputimeliputi
Gastritis Gastritis Akut
Akut dan Kronis,
dan Kronis, Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung
Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti denganyang sering
diikuti
“Dumping dengan “Dumping
Syndrome” Syndrome”
dan Kanker Lambung.dan Kankergastrointestinal
Gangguan Lambung.
Gangguan
sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atauemosi
gastrointestinal sering dihubungkan dengan makan
atau
terlalupsikoneurosis dan/atau
cepat karena kurang makan
dikunyah terlalu
serta terlalucepat karena
banyak kurang
merokok.
dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia,
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum,
yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epi-
kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.
5. PENYAKIT MENULAR

gastrum, kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat


kenyang.

216
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 219
TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS

a. Tujuan Diet :
Tujuan Diet Panyakit Lambung adalah memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah
dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.

b. Syarat Diet :
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2.
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24 – 48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.

Catatan :
- Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu
dilakukan penyesuaian
- Frekuensi makan yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan
5. PENYAKIT MENULAR

- Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan dispepsia, misalnya porsi


makan terlalu besar, makan terlalu cepat, atau berbaring/tidur segera
setelah makan.
220 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS

- Hindari Makanan yang merangsang agar tidak memberatkan kondisi


peradangan pada lambung. Aspek makanan merangsang itu terdiri
dari:
- Rangsang Fisik : adalah makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung berlebihan karena terlalu kasar bentuknya seperti ;
makanan yang digoreng.
- Rangsang Thermik : adalah makanan yang merangsang lambung
karena terlalu panas atau dingin.
- Rangsang Chemist/Kimia : adalah makanan yang merangsang
lambung karena aspek rasa terlalu tajam karena bumbu, terlalu
pedas dsb.

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 221


CATATAN
5. PENYAKIT MENULAR

222 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Alberti KZ, Zimmet PZ, 1998, Definition, diagnosis and classification of diabetes
mellitus and its complications. Part 1: Diagnosis and classification of
diabetes mellitus provisional report of a WHO consultation. Diabet
Med, 1998; 15: 539-53, diakses tanggal 9-2-2007 dari www.ajcn.org/
contents-by-date.0.shtml · 2/9/2007.
Almatsier Sunita, 2002, Prinsip Ilmu Gizi Dasar, Pustaka Gramedia, Jakarta
Ashwell Margaret, Lejeune Sonya , 1996, Ratio Of Waist Circumference To
Height May Be Better Indicator Of Need For Weight Management,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;312:377
(10 February), www. BMJ.com
Ashwell Margaret, Cole Timothy J, Dixon  Adrian K, 1996, Ratio Of Waist
Circumference To Height Is Strong Predictor Of Intra-Abdominal Fat,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;313:559-560
(31 August), www. BMJ.com
Borghi E, de Onis M, Garza C, Van den Broeck J, Frongillo EA, Grummer-
Strawn L, Van Buuren S, Pan H, Molinari L, Martorell R, Onyango AW,
Martines JC, for the WHO. Multicentre Growth Reference Study
Group. Construction of the World Health Organization child growth
standards: selection of methods for attained growth curves. Statistics
in Medicine 2006;25(2):247-65
Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot
Company, Philadelphia.
Committee on Nutrition. Ch olesterol in Childhood. Pediatrics 1998;101;141-147.
Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Statement on
cholesterol. Pediatrics 1992;90;469-73.
Daniels SR, Greer FR, and the Committee on Nutrition. Lipid Screening and
Cardiovascular Health in Childhood. Pediatrics 2008;122;198-208.
Depkes RI, 2007. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 223


Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed.
DAFTAR PUSTAKA

Ke-2 Cetakan Ke-2. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular,


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Depkes RI. Tatalaksana Gizi pada Penderita TBC. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Dirjen Yanmed Depkes RI, WHO, Pusat Diab dan Lipid RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo/FKUI, 1999, Pedoman Diet Diabates Melitus di
Rumah Sakit, Jakarta.
Ferranti SD, Neufeld E. Hiperlipidemia and cardiovascular disease. In: Walker,
Watkins, Duggan editors. Nutrition in pediatrics. 4th ed. London: BC
Decker; 2007. p. 799-810.
Gibson RS., 2005. Principle of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford
University Press. New York
Haney EH, Huffman LH, Bougatsos C, Freeman M, Steiner RD, Nelson
HD. Screening and Treatment for Lipid Disorders in Children and
Adolescents: Systematic Evidence Review for the US Preventive
Services Task Force. Pediatrics 2007;120;e189-e214.
Hartono A, 1999. Asuhan Nutrisi di Rumah Sakit, Diagnosis, Konseling dan
Preskripsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
I Dewa Nyoman S, Bachyar Bakri , Ibnu Fajar, 2001, Penilaian Status Gizi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Instalasi Gizi RSCM dan Asosiasi Dietesien Indonesia, 2004. Penuntun Diet .
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Jolliffe CJ, Janssen I. distribution of Lipoproteins by Age and Gender in
Adolescents. Circulation 2006;114;1056-1062.
Kardjati, Sri, Kusin JA, Renqvist, Schofield and de With C. Nutrition during
pregnancy and fetal growth. Dalam: Maternal and child nutrition in
Madura, Indonesia, (JA Kusin & Sri Kardjati, eds), hal 77-102, KIT,
Amsterdam, 1994.

224 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Kemenkes, 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta.
Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, 2013 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku I dan II.Jakarta.
National Cholesterol Education program, expert panel on detection evaluation
and treatment of high blood cholesterol. US Department of Health and
Human Service. 1992
National Obesity Forum (NOF), 2006, Waist Circumference, diakses tanggal 9
Pebruari, 2007 dari www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity.
Neal AW. Disorders of lipoporotein metabolism and transport. In: Kliegman,
Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. p. Philadelphia: Saunders. 2007. p. 580-92.
NHLBI, 1998, Obessity Classification for Adult, diakses tanggal 14 Maret 2007,
www.nhlbi.nih.gov.
NHLBI, 2006, Imformation for Patient & Public, diakses tanggal 7 Pebruari
2007, dari http://www.nhlbi.nih.gov/
NOF, 2006, At Risk Obesity, diakses tanggal 14 Maret 2007, www.
nationalobesityforum.org.
Paath EF, dkk, 2004. Gizi dalam kesehan reproduksi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksanan Penyakit Diabetes Mellitus,
Jakarta.
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2000, Pegangan Penatalaksanaan
Nutrisi Pasien, Jakarta.
Sanjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Steinberger J, Kelly AS. Challenges of Existing Pediatric Dyslipidemia
Guidelines: Call for Reappraisal. Circulation 2008;117;9-10.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Rendah Kalori.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Hipertensi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 225


Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas


Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Diabetes Mellitus
T. Bahri Anwar, 2004, Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner, diakses tanggal 4 Maret 2007, e-USU Repository ©2004
Universitas Sumatera Utara.
Valid International, 2006. Community-based Therapeutic Care (CTC). A
Field Manual, First Edition, 2006. valid international U.K. www.
validinternational.org
WHO dan UNICEF, 2009. WHO Child Growth Standards and the Identification
of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children. A Joint Statement
by the World Health Organization and the United Nation Children’s
Fund
WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta,
WHO-Depkes RI
WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta,
WHO-Depkes RI
WHO, 2008. Proceeding of the WHO< UNCIEF< WFP and UNHCR
Consultation on the Dietary Management of Moderate Malnutrition in
Under 5 Children (Geneva, September 30th – October 3rd, 2008)
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XIII, 2012. Angka Kecukupan Gizi.
Jakarta
Yusuf I., 2008. Hipertensi Sekunder. Medicinus : Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application. Vol 21 No 3
edisi Juli-September.
Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

226 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran-Lampiran

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 227


LAMPIRAN LAMPIRAN

228
ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

ANAK • Gizi buruk RAWAT INAP


• Penyakit ringan / • Obati penyakit
• Datang sendiri berat
• Dirujuk : • Diet gizi buruk P
MTBS • 10 tata laksana gizi U
Perawatan

Non MTBS buruk S


K Posyandu / Pusat
PULANG E Pemulihan Gizi
S (PPG)
RAWAT INAP M
YANKES RUJUKAN • Penyakit berat • Obati penyakit A
• Gizi kurang • Penambahan energi S

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


dan protein 20 – 50 %
• Periksa klinis diatas AKG RUMAH
dan TANGGA
anthropometri
• BB dan TB anak
RAWAT JALAN
• Obati penyakit
• Penambahan energi
• Penyakit ringan dan protein 20 – 50 %
• Gizi kurang diatas AKG
Lampiran 1. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas
Lampiran 2

Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan

Cara Pembuatan PMT


Dalam tatalaksana kasus gizi kurang acuan WHO, pada tahap awal dapat
diberikan starter dalam bentuk makanan cair dengan komposisi :
- Susu skim 25g
- Gula 100g
- Minyak sayur 30 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan kalori 75 kkal/dl

Kemudian diteruskan dengan formula catch up dengan komposisi

LAMPIRAN LAMPIRAN
- Susu skim 80 g 90 g
- Gula 50 g 65 g
- Minyak sayur 60 g 75 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan Kalori 100 Kkal /dl 135 Kkal /dl
Catatan Gula dapat diganti dengan tepung beras yang sudah dimasak .
Keuntungannya: Osmolaritas lebih rendah.
PMT pemulihan diberikan dengan cara :
- Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan
setiap hari
- Pemberian makanan pada balita gizi kurang di rumah, dianjurkan mengikuti
pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak

Cara Penyuluhan Gizi dan Kesehatan


- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/ kesehatan serta demonstrasi cara
menyiapkan dan pengolahan makanan untuk anak gizi kurang.
- Penyuluhan pemberian makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT)
- Penyuluhan tentang tumbuh kembang anak termasuk cara stimulasi anak.
- Penyuluhan tindak lanjut jika anak tetap tidak naik BB sesuai harapan.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 229
Lampiran 3
Cara Pembuatan RESOMAL
Resomal digunakan untuk mengatasi dehidrasi/diare pada anak gizi
buruk. ReSoMal dibuat dengan bahan dasar oralit dan mineral mix.
Larutan ReSoMal dapat dibuat dengan resep sebagai berikut:
Bubuk WHO-ORS utk 1 liter (*) : 1 pak
Gula pasir : 50 gram
Lar. Elektrolit/mineral (**) : 40 ml
Ditambah air sampai : 2 liter
Setiap 1 liter cairan Resomal: Na = 37,5 mEq, K = 40 mEq dan Mg = 1,5 mEq
(*) Bubuk WHO-ORS/1 liter: NaCl 2,6 gram, trisodium citrat dihidrat 2,9
gram, KCl = 1,5 g dan glukosa 13,5 gram.

Cara membuat lar. Elektrolit/mineral mix


LAMPIRAN LAMPIRAN

(**) komposisi:
KCl : 224 gram
Tripotasium citrat : 81 gram
MgCl2.6H2O : 76 gram
Zn acetat 2 H2O : 8,2 gram
CuSO4.5H2O : 1,4 gram
Ditambah air sampai : 2.5 liter
Atau 1 sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml air matang untuk
bahan pembuatan 1 ltr F-75 atau F- 100 / Resomal
Modifikasi ReSoMal:
BAHAN UNTUK 2000 ml
Bubuk WHO-ORS 1 pak @ 1000 ml
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCl 4 gr
Ditambah air sampai 2 liter
Atau
Larutan WHO-ORS siap pakai : 1 liter
Gula pasir : 50 gr
Bubuk KCL : 4 gr
Ditambah air sampai : 2 liter
230 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Catatan:
Oralit yang tersedia di pasaran 1 sachet dicairkan untuk 200 ml air, Untuk
membuat resomal oralit harus diencerkan dua kali yaitu 400 ml, sehingga untuk
membuat ReSoMal sebanyak 400 ml diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
Bubuk Oralit : 1 sachet
Gula pasir : 10 gr
Mineral mix : 8 ml
Ditambah air sampai : 400 ml

Apabila tidak tersedia mineral mix digunakan bubuk KCl dengan bahan-bahan
sebagai berikut:
Bubuk Oralit : 1 sachet
Gula pasir : 10 gr
KCl : 0,8 gr
Ditambah air sampai : 400 ml

LAMPIRAN LAMPIRAN
Karena modifikasinya tidak mengandung Mg, Zn dan Cu, maka diberikan
bahan makanan yang mengandung sumber mineral tersebut. Dapat pula
diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 231


Lampiran 4
Formula WHO
Per
Bahan F 75 F 100
1000 ml
Susu skim bubuk g 25 85

Gula pasir g 100 50

Minyak sayur g 30 60

Larutan elektrolit Ml 20 20

Tambahan air s/d Ml 1000 1000

Energi Kalori 750 1000


LAMPIRAN LAMPIRAN

Protein g 9 29

Lactosa g 13 42

Potasium Mmol 36 59

Sodium Mmol 6 19

Magnesium mmol 4.3 7.3

Seng Mg 20 23

Copper Mg 2.5 2.5

% energi protein - 5 12

% energi lemak - 36 53

Osmolarity Mosm/l 413 419

232 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Cara membuat:

Formula WHO (F-75 dan F-100)


a. Dengan blender
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan mineral mix, tambahkan
air hangat sedikit, kemudian blender, tambahkan air sampai menjadi sesuai
yang dibutuhkan. Larutan ini bisa langsung diminum.

b. Manual, dengan tangan


Bila tidak ada blender, dapat dibuat dengan manual dengan cara :
mencampurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan kalis,
tambahkan susu skim sedikit demi sedikit sampai tercampur dengan rata,
kemudian tambahkan mineral mix, bila sudah tercampur rata tambahkan
air hangat sedikit – demi sedikit sampai menjadi sesuai dengan yang
dibutuhkan.

LAMPIRAN LAMPIRAN
Larutan ini bisa langsung diminum.

Formula 75 untuk penderita diare ( F 75 dengan tepung )


Cara membuatnya sama dengan cara membuat Formula WHO , tetapi
tambahkan tepung beras, dan Formula ini harus dimasak sampai mendidih
selama 5-7 menit

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 233


Lampiran 5
Lampiran 5
Makanan Fase Rehabilitasi
Makanan Fase Rehabilitasi
Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr protein / porsi
Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr
diberikan
protein / porsi diberikan 7 kali
7 kali sehari
sehari

Resep 1 Bahan makanan Per saji

Tepung beras 25

Susu 120

Gula 15

Minyak atau margarin 5


Resep 2 beras 25
LAMPIRAN LAMPIRAN

Kacang-kacangan 20

Labu 25

Sayuran hijau 25

Minyak/ margarin 10

air 250

230
234 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 6
Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan

LAMPIRAN LAMPIRAN

231Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 235
Penjelasan Hasil Penimbangan pada KMS tersebut adalah :

a. TIDAK NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya


atau kenaikan berat badan kurang dari KBM (<800 g)
b. NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya atau
kenaikan berat badan lebih dari KBM (>900 g)
c. NAIK, grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya atau kenaikan
berat badan lebih dari KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK, grafik berat badan mendatar atau kenaikan berat badan
kurang dari KBM (>400 g)
e. TIDAK NAIK, grafik berat badan menurun atau kenaikan berat badan kurang
dari KBM (<300 g)
LAMPIRAN LAMPIRAN

236 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Lampiran 7

Contoh Menu PMT Ibu Hamil KEK

Menu makanan tambahan mengandung 600-700 kcal dan 15-20 gr


protein
Menu hari I Bubur kacang ijo 1 gls belimbing (250 gr)
Pisang susu 1 bh sdg (150 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari II Taripang 3 bj (150 gr)
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari III Bubur ayam 2 sdk sayur (270 gr)
Pisang susu 2 bh sdg (150 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari IV Nagasari 3 bj (250 gr)

LAMPIRAN LAMPIRAN
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari V Bubur manado 2 sdk sayur (270 gr)
Tempe goreng 2 sdm (50 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VI Dadar gulung 2 bj (200 gr)
Pisang susu 2 bh sedang (150 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VII Pallu butung 3 sdk sayur (360 gr)
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 237


233
Lampiran 8
Contoh Menu Ibu Hamil Anemia
BAHAN
WAKTU MENU MAKANAN BERAT/URT

Pagi Nasi Nasi 150


Pepes Ikan kembung Ikan kembung 75 g
Tempe goreng Tempe 50 g
Minyak 5 g (1/2 sdm)
Urapan Kol 30 g
Kacang panjang 50 g
Taoge 25 g
Kelapa parut 40 g
Jam 10.00 Combro Singkong 50 g
Oncom 25 g
Kelapa parut 25 g
LAMPIRAN LAMPIRAN

Minyak 5g
Siang Nasi Nasi 200/ 1,5 gelas
Ayam bumbu rujak Hati bumbu rujak 75 g
Santan 1/4 gelas
Bergedel tahu udang Tahu 50 g
Udang 25 g
Telur 50 g
Minyak 5 g (1/2 sdm)
Sayur bening daun
katuk Daun katuk 75 g
Jus Jambu biji Jambu biji 100 gr
Gula pasir 1 sdm
Jam 16.00 Bubur kacang hijau Kacang hijau 25 g
Ketan 25 g
Susu 50 g
Gula merah 25 g
Malam Mi ayam Mi basah 100 g
Ayam 75 g
Telur 100 g
Cay Sim 50 g
Buah Pepaya 100 g
Sebelum tidur Susu Cokelat Susu segar 200 g/ 1 gelas
Gula pasir 1 sdm

238 234
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
NILAI GIZI :
Energi = 2520.15 Kalori
Protein = 131.1 g
Lemak = 89.05 g
Karbohidrat = 331.3 g
Fe = 46.425 mg

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 239


Lampiran 9
Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia
BAHAN
WAKTU MENU MAKANAN BERAT/URT
Pagi Nasi tim Nasi tim 1 gls
Telur ceplok air saos
tomat Telur ayam 50 g / 1 btr
Ca sayuran Sawi 25 g / 1/4 gls
Wortel 25 g / 1/4 gls
Minyak 5 g / 1/2 sdm
Susu Susu bubuk 25 g /5 sdm
Gula pasir 10 g / 1 sdm
Jam 10.00 Setup buah Pisang 100 g / 1 btr
Gula pasir 10 g / 1 sdm
Siang Nasi tim Nasi tim 1 1/2 gls
LAMPIRAN LAMPIRAN

Pepes daging tahu Daging 50 g


Tahu 100 g
Bobor Bayam Bayam 75 g
Santan 25 g
Buah Pepaya 100 g
Jam 16.00 Jus Alpokat Alpokat 100 g
Susu bubuk 25 g / 5 sdm
Gula pasir 10 g / 1 sdm
Malam Nasi tim Nasi tim 75 g / 1.5 gls
Pepes Ikan Ikan 50 g / 1 ptg sdg
Tempe bacem Tempe 50 g / 1 ptg sdg
Sayur bening bayam Bayam 75 g/ 3/4 gls
Minyak 10 g / 1 sdm
Pisang 100 g / 1 ptg sdg

NILAI GIZI :
EnergiI = 2128 KALORI
Protein = 80 g
Lemak = 63 g
Karbohidrat = 305 g
Fe = 24.2 mg
Na = 403 mg

240 236
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 10 Bagan Tatalaksana Diare

Apakah anak Anda


Menderita Diare ?

LAMPIRAN LAMPIRAN

237
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 241
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lanjutan Bagan
238

242 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


LAMPIRAN LAMPIRAN

239

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 243


LAMPIRAN LAMPIRAN

240

244 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


LAMPIRAN LAMPIRAN

241Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 245
Lampiran 11

Jenis Diet Penderita Diare Persisten


Jenis diet pertama untuk diare persisten: diet yang banyak mengandung
pati (starch), diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)

Diet ini harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, beri susu sebagai sumbar
protein hewani, tapi tidak lebih dari 3,7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus
mengandung setidaknya 10% kalori dari protein. Contoh berikut mengandung 83
kalori/100 g, 3,7g laktosa/kg berat badan/hari dan 11% kalori dari protein:
Susu bubuk lemak penuh (atau susu cair: 85 ml) 11 g
Nasi 15 g
Minyak sayur 3,5 g
Gula tebu 3g
Air matang 200 ml

Jenis diet kedua untuk diare persisten: Tanpa susu (bebas laktosa) diet
LAMPIRAN LAMPIRAN

dengan rendah pati (strarch)

Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, dan menyediakan


setidaknya 10% kalori dari protein (telur atau ayam). Contoh di bawah ini mengandung
75 kalori/100 g:
Telur 1 butir 64 g
Beras 3g
Minyak sayur 4 g
Gula 3g
Air matang 200 ml
Ayam masak yang ditumbuk halus (12 g) dapat digunakan untuk mengganti telur untuk
memberikan diet 70 kalori/100 g.

Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri
dengan cara sebagai berikut;
Bahan:
Beras 40 g (½ gelas)
Tempe 50g (2 potong)
Wortel 50 g (½ gelas)
Cara membuat:
- Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel
- Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
- Bubur tempe siap disajikan
246 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 12
Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun)

LAMPIRAN LAMPIRAN

243
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 247
Lampiran 13
Lampiran 13
Daftar
Daftar Bahan
Bahan Makanan
Makanan Penukar Penukar
GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok.
Jenis diet pertama
Satu-satuan untuk diare
penukar persisten: diet: yang
mengandung 40 gbanyak mengandung
Karbohidrat; 4 gpati
Protein;
(starch),
175 Kaloridiet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)

Bahan Makanan URT Gram Ket


Bengkuang 2 bj bsr 320 S++
Bihun 1/2 gls 50
Biskuit 4 bg bsr 40 Na+
Gadung 1 ptg 175 S++
Ganyong 1ptg 185 S++
Gambii 1 ptg 185 S++
LAMPIRAN LAMPIRAN

Havermuut 5 1/2 sdm 45 S+


Jagung Segar 3 bj sdg 125 S++
Kentang 2 bh sdg 210 K+
Kentang Hitam 12 bj 125 P-
Maizena 10 sdm 50 P-
Makaroni 1/2 gls 50 P-
Mi Basah 2 gls 200 Na+, P-
Mi Kering 1 gls 50 Na+
Nasi Beras Giling 3/4 gls 100
Nasi Beras 1/2 Giling 3/4 gls 100
Nasi Ketan Hitam 3/4 gls 100
Nasi Ketan Putih 3/4 gls 100
Roti Putih 3 iris 70 Na+
Roti Warna Coklat 3 iris 70
Singkong 1 1/2 gls 120 K+, P-, S+
Sukun 3 ptg sdg 150 S++
Talas 1/2 bj sdg 125 S+
Tape Beras Ketan 5 sdm 100 S++, P-
Tape Singkong 1 ptg sdg 100
Tepung Tapioka 8 sdm 50
248 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Bahan Makanan URT Gram Ket
Tepung BerasMakanan
Bahan 8 sdm URT 50Gram Ket
Tepung Hunkwee
Beras 10
8 sdm sdm 50
Tepung Sagu
Hunkwee 8 sdm
10 sdm 50 P-
Singkong
Tepung Sagu 85 sdm 50 P-
Teribu
Tepung Singkong 5 sdm 50
Ubi JalarTeribu
Tepung Kuning 51 sdm
bj sdg 135
50 S++, P-
Krupuk
Ubi JalarUdang/Ikan
Kuning 31 bj sdg 30
135 S++, P-
Krupuk Udang/Ikan 3 bj sdg 30
Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein
Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein
S++ = >Serat
6 g >200-400
6 g K+K+ = Tinggi Kalium
KeteranganS : =NaSerat
++ + = Natrium mg P- == Tinggi
RendahKalium
Protein
S+++ ==S+
S Serat= 3-6
Serat >Serat
6 gg 3-6 g K+ = Tinggi Kalium
S+ = Serat 3-6 g
GOLONGAN
GOLONGANIIII(Sumber (SumberProtein
ProteinHewani)
Hewani)

LAMPIRAN LAMPIRAN
Umumnya
Umumnyadigunakan
GOLONGAN sebagai
II (Sumber
digunakan lemak.
Protein
sebagai Menurut
Hewani)
lemak. Menurut kandungan
kandungan lemaknya, sumber
lemaknya, protein
sumber
hewani
proteindibagi
Umumnya menjadi
digunakan
hewani 3menjadi
kelompok
dibagisebagai lemak.: Menurut: kandungan lemaknya, sumber protein
3 kelompok
1. Rendah
hewani lemak
dibagi menjadi 3 kelompok :
1.Satu
Rendah lemak
satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
1. Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bahan
Babat Makanan URT
1 ptg bsr Gram
40 Ket
Ko+, Pr+
Babat
Cumi-cumi 1 ekor
ptg bsr
kcl 40
45 Ko+, Pr+
Cumi-cumi
Daging Asap 1 ekor
lembar kcl 45
20
Ayam Tanpa Kulit
Daging Asap ptg sdg
1 lembar 40
20
Daging Ayam
KerbauTanpa Kulit 1 ptg sdg 40
35
Daging
Dendeng Kerbau
Daging Sapi 1 ptg sdg 35
15
Dendeng
Dideh SapiDaging Sapi 1 ptg sdg 15
35
GabusSapi
Dideh Kering 1 ptg sdgkcl 10
35
Gabus Kering
Ikan Asin Kering 1 ptg kclsdg 10
15 Na+
Kakap
Ikan Asin Kering 11/3ptgekor
sdgbesar 35
15 Na+
Kembung
Ikan Kakap sdg
1/3 ekor besar 30
35
Ikan Kembung
Lele 1/3
1/2 ekor sdg 30
40
Mas
Ikan Lele 1/3 ekor sdg
1/2 45
40
Ikan Mas 1/3 ekor sdg 45

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 249


245
Bahan Makanan URT Gram Ket
Ikan Mujair 1/3 ekor kcl 30
Bahan Makanan URT Gram Ket
Ikan Peda 1 ekor kcl 35
Ikan
Ikan Mujair
Pindang 1/3
1/2 ekor
ekor kcl
sdg 30
25
Ikan
Ikan Peda
Segar 11 ekor kcl
ptg sdg 35
40
Ikan Pindang
Kepiting 1/2
1/3 ekor
gls sdg 25
50
Ikan Segar
Kerang 1 ptg
1/2 gls sdg 40
90 Na+, Pr+
Kepiting
Lemuru 1/3
1 ptggls 50
35
Kerang
Putih Telur Ayam 1/2
2 1/2glsbtr 90
65 Na+, Pr+
Lemuru
Rebon Kering 1 ptg
2 sdm 35
10
Putih Telur Ayam 2 1/2 btr 65
Rebon segar 2 sdm 45
Rebon Kering 2 sdm 10
Selar Kering 1 ekor kcl 20
Rebon segar 2 sdm 45
Sepat Kering 1 ptg sdg 20
Selar Kering
Teri Kering 11 ekor
sdm kcl 20
20
Sepat Kering 1 ptg sdg 20
LAMPIRAN LAMPIRAN

Teri Nasi 1/3 gls 20


Teri
UdangKering
Segar 15 sdm
ekor sdg 20
35 Ko+
Teri Nasi 1/3 gls 20
Keterangan
Udang Segar :
Keterangan 5 ekor sdg 35 Ko+
Na+ Na +
Natrium Natrium
200-400 mg200-400 mg
Keterangan
Ko+ Ko Tinggi Kolesterol
+
Tinggi Kolesterol
Na
Pr++ Natrium 200-400 mg
Tinggi Purin
Pr+ Ko
Tinggi
+ PurinTinggi Kolesterol
2. Lemak sedang
Pr+
Satu satuan penukar mengandung Tinggi Purin g Lemak;75 Kalori
: 7 g Protein;5
2.
2. Lemak sedang
Lemak sedang
Bahan
SatuSatu Makanan
satuan
satuanpenukar URT ::77 gg Protein;5
penukarmengandung
mengandung Protein;5 Gram
g Lemak;75 Ket
Lemak;75Kalori
Kalori
Bakso 10 bj sdg 170
Bahan Makanan URT Gram Ket
Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35
Bakso 10 bj sdg 170
Daging Domba 1 ptg sdg 40
Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35
Daging Kambing 1 ptg sdg 40
Daging Domba 1 ptg sdg 40
Daging Sapi
Daging Kambing 1 ptg
1 ptg sdgsdg 35
40 Ko+
Ginjal Sapi
Daging Sapi 11 ptg
ptg bsr
sdg 45
35 Ko+,+ Pr+
Ko
Hati Ayam
Ginjal Sapi 11 bh sdg
ptg bsr 30
45 Pr+
Ko+, Pr+
Hati Ayam
Hati Babi 11 bh
ptgsdg
sdg 35
30 Ko++, Pr+
Pr
Hati Babi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+

250 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


246
Bahan Makanan URT Gram Ket
Hati Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
Otak 1 ptg bsr 65 Ko+, Pr+
Telur Ayam 1 btr 55 Ko+
Telur Bebek Asin 1 btr 50
Telur Penyu 2 btr 60
Telur Puyuh 5 btr 55
Usus Sapi 1 ptg bsr 50 Ko, Pr
3. Tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori

LAMPIRAN LAMPIRAN
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bebek 1 ptg sdg 45 Pr+
Belut 3 ekor kcl 45
Corned beef 3 sdm 45 Na+
Daging Ayam Dengan
Kulit 1 ptg sdg 40 Ko+
Daging Babi 1 ptg sdg 50 Ko+
Na++, Ko+,
Ham 1 1/2 ptg kcl 40 Pr+
Sardencis 1/2 ptg sdg 35 Pr+
Sosis 1/2 ptg sdg 50 Na+
Kuning Telur Ayam 4 btr 45 Ko+
Telur Bebek 1 btr 55 Ko+
Telur Ikan 1 ptg sdg 40
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg Na++ Natrium > 400 mg
Ko+ Tinggi Kolesterol Pr+ Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 251


247
GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati)
GOLONGAN
Umumnya III (Sumber
digunakan Protein
sebagai laukNabati)
juga. Satu satuan penukar mengandung
7Umumnya digunakan
g Karbohidrat ; 5 g sebagai
Protein; lauk juga. Satu
3 g Lemak; satuan penukar mengandung 7 g
75 Kalori
Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Kacang Hijau 2 sdm 20 S++
Kacang Kedelei 2 1/2 sdm 25 S+
Kacang Merah 2 sdm 20 S+
Kacang Mente 1 1/2 sdm 15 Tj+
Kacang Tanah 2 sdm 15 S+Tj+
Kacang Tanah Kupas 2 sdm 15
Kacang Tolo 2 sdm 20
Keju Kacang Tanah 1 sdm 15 Tj+
Kembang Tahu 1 lembar 20
Oncom 2 ptg kcl 40 S++
LAMPIRAN LAMPIRAN

Pete Segar 1/2 gls 55


Tahu 1 bj bsr 110
Tempe 2 ptg sdg 50 S+
Sari Dele Bubuk 2 1/2 gls 185

Keterangan :
Keterangan
S+ Serat 3-6: g S++ Serat > 6 g
S+ Serat 3-6Lemak
Tj+ Sumber g TidakS++
JenuhSerat >6g
Tunggal
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal

252 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


GOLONGAN IV (Sayuran)
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat
kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari
GOLONGAN IV (Sayuran)
daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat
panjang, buncis,
besi dan fosfor.wortel, labu kuning,
Hendaknya dansebagai
digunakan sebagainya.
campuranSatudaripenukar adalah
daun-daunan
100 seperti
g sayuran campur
: bayam, lebih kurang
kangkung, 1 gelas (setelah
daun singkong, dimasakpanjang,
dengan kacang dan ditiriskan).
buncis,
wortel, labu
Golongan kuning,dibagi
sayuran dan sebagainya.
menjadi 3Satu penukarberdasarkan
macam adalah 100 g sayuran
kandungancampurzat
lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi
gizinya
menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya

Sayuran A A
Sayuran
Digunakan
Digunakan sekehendakkarena
sekehendak karena sangat
sangatsedikit
sedikitsekali kandungan
sekali Kalorinya
kandungan Energi nya
Baligo

Gambas (oyong) S+

LAMPIRAN LAMPIRAN
Jamur Kuping Segar S++

Ketimun S+K+
Labu Air

Lettuce S+

Lobak S++

Slada S+K+

Slada Air S+
Tomat

Sayuran B
Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein;
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; 25
25 Kalori
Kalori
Kalori

Cabe Hijau Besar S++


Caisim S++
Daun Koro S+
Pe-Cay S+K+
Tomat S++K+
Jagung Muda S+
Kol S+K+
249 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Buku 253
Bawang Bombai
Bayam K+
Bit K+
Brokoli S+
Buncis S++
Cabe Merah Besar S++
Daun Bawang S+K+
Daun Bluntas
Daun Kacang Panjang S++
Daun Kecipir
Daun Kemangi
Daun Lobak
Daun Lomponh Tales
Daun Pakis S+
Daun Pohpohan S++
Sawi S+
Seledri S++
LAMPIRAN LAMPIRAN

Taoge Kacang Hijau S+K+


Terong S++
Genjer
Kangkung S+
Jantung Pisang S+
Kacang Buncis S++K+
Kacang Panjang S+
Kapri Muda
Kecipir (buah muda) S+
Kembang Kol S++K+
Kucai S+
Labu Siam
Labu Waluh K+
Leunce
Pare S++
Pepaya Muda S+
Rebung S+K+
Tebu Terubuk
Wortel S+

250

254 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Sayuran
Sayuran CC
Satu
Satu satuan
satuan
Sayuran penukar(100
C penukar (100 g)
g) mengandung
mengandung: 10 g Karbohidrat;
: 10 3 g Protein;
g Karbohidrat; 50
3 g Protein;
Kalori
50 Satu
Kalorisatuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3 g Protein; 50
Kalori
Bayam Merah S+K+
Bayam Merah
Daun Katuk SS+K+
Daun Katuk
Daun Labu Siam S
Daun
Daun Labu Siam
Mangkokan
Daun
DaunMangkokan
Malinjo S++
Daun Pepaya
Malinjo SK++++
Daun Singkong
Daun Pepaya KS++K
+ +

Daun Singkong
Daun Tales SS+K+
+

Kacang
Daun Kapri
Tales SS++

Kluwih Ka

LAMPIRAN LAMPIRAN
Kacang Kapri S +

Malinjo
Kluwih Ka
Nangka Muda
Malinjo S+
Taoge Kacang
Nangka Muda Kedele S+
Taoge Kacang Kedele
GOLONGANVV(Buah-buahan
(Buah-buahan dan
GOLONGAN danGula)
Gula)
Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
Merupakan
GOLONGAN sumber vitamin terutama
V (Buah-buahan dan Gula)karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
Merupakan sumber
merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
dan biji (berat bersih)mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang
merupakan
tanpa sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
Satukulit
satuandan biji (berat
penukar bersih)
mengandung : 12 g Karbohidrat; 50 Kalori
dan biji (berat bersih)
Satu
Satu satuan penukar mengandung : :1212g gKarbohidrat;
satuan penukar mengandung Karbohidrat;50 50 Kalori
Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
AnggurMakanan
Bahan 20 bh sdg
URT 165
Gram S++K+
Ket
Apel Merah
Anggur 1 bh
20 bhkcl
sdg 85
165 S++K+
Apel Merah
Apel Malang 11 bh
bh kcl
sdg 75
85 S+
ArbeiMalang
Apel 16 bh
bh sdg
sdg 135
75 SK+
+

Belimbing
Arbei 1 bh bsr
6 bh sdg 140
135 K K
S+
++ +

Blewah
Belimbing 11 bh
ptgbsr
sdg 70
140 S +
S K+
++
Cempedak
Blewah 17 ptg
bj sdg
sdg 45
70 SS+
++

Duku
Cempedak 716bjbh
sdgbsr 80
45 K
S+++

Durian
Duku 2 bh
16 bhbsr
bsr 35
80 K+
Durian 2 bh bsr 35
251
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 255
251
Bahan Makanan URT Gram Ket
Durian 2 bh bsr 35
Jambu Air 2 bh bsr 110 S+
Jambu Biji 1 bh bsr 100 K+
Jambu Bol 1 bh kcl 90 S+
Jambu Monyet 1 bh bsr 80
Jeruk Bali 1 ptg 105 S+K+
Jeruk Garut 1 bh sdg 115 S+K+
Jeruk Manis 2 bh sdg 110 K+
Jeruk Nipis 1 1/4 gls 135 K+
Kolang-kaling 5 bj sdg 25 S++
Kedondong 2 bh sdg 120 S++
Kemang 1 bh bsr 105
LAMPIRAN LAMPIRAN

Kesemek 1/2 bh 65 S+
Kurma 3 bh 15
Kiwi 1 1/2 bh 110 S+
Lontar 16 bh 185 S++
Lychee 10 bh 75
Mangga 3/4 bh bsr 90
Manggis 2 bh sdg 80 S++
Merkisa 3/4 bh sdg 35 S++
Melon 1 ptg bsr 190 S+

256 252
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Menteng 4 bh sdg 75
nangka Masak 3 bj sdg 45 S++
Nenas 1/4 bh sdg 95
Pala (daging) 4 bh sdg 120 S++
Peach 1 bh sdg 115 S++
Pear 1/2 bh sdg 85 S++
Pepaya 1 ptg bsr 190 S+K+
Bahan Makanan URT Gram Ket
Pisang Ambon 1 bh kcl 50 K+
Pisang Kepok 1 bh 45 K+
Pisang Mas 2 bh 40 S+K+
Pisang Raja Sereh 2 bh kcl 40 K+
Plum 2 1/2 bh 140 S+

LAMPIRAN LAMPIRAN
Rambutan 8 bh 75
Sawo 1 bh sdg 55
Salak 1 bh sdg 65 S+
Semangka 2 bh sdg 180
Sirsak 1/2 gls 60 S+
Srikaya 2 bh bsr 50 S+
Strabery 4 bh bsr 215 S++
Gula 1 sdm 13
Madu 1 sdm 15

253
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 257
GOLONGAN VI (Susu)
Merupakan
GOLONGAN sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin
VI (Susu)
(Susu)
GOLONGAN VI
A dan Niacin),
Merupakan
Merupakan sertaprotein.
sumber
sumber mineral
protein. (zat karbohidrat
Lemak,
Lemak, kapur dan
karbohidrat fosfor).
dan
dan Menurut
vitamin(terutama
vitamin kandungan
(terutamaVitamin
VitaminAA
dan Niacin),
lemaknya,
dan Niacin), serta
sususerta mineral
dibagi menjadi
mineral (zat kapur
(zat kapur danfosfor).
3 kelompok
dan fosfor).Menurut
Menurutkandungan
kandunganlemaknya,
lemaknya,
susu dibagi
dibagi menjadi
susu
1. Susu tanpamenjadi
lemak33 kelompok
kelompok
1. Susu
1. Susu tanpa
tanpa lemak
lemak
Satu satuan
Satu satuan penukar
penukar mengandung
satuan penukar mengandung
Satu mengandung
1010 g Karbohidrat
10 Karbohidrat7 g Protein
gg Karbohidrat 75 kalori
77 gg Protein
Protein 75 kalori
75 kalori

Bahan Makanan
Bahan Makanan URT
URT Gram
Gram Ket.
Ket.
Susu Skim
Susu Skim Cair
Cair 11 gls
gls 200
200 K+
K+
Tepung Susu
Tepung Susu Skim
Skim 44 sdm
sdm 20
20 K+
K+
Yoghurt Non
Yoghurt Non Fat
Fat 2/3gls
2/3 gls 120
120 K+
K+

2. Susu rendah lemak


lemak
2. Susu rendah lemak
LAMPIRAN LAMPIRAN

Satu satuan penukar mengandung


penukar mengandung
Satu satuan penukar mengandung
77 gg Protein
Protein 66 ggLemak
Lemak 125Kalori
Kalori
1010 g Karbohidrat
g Karbohidrat 7 g Protein 6 g Lemak 125 125
Kalori

Makanan
Bahan Makanan URT
URT Gram
Gram Ket.
Ket.
Keju 11 ptg
ptgkcl
kcl 35
35 Na+Ko+
Na+Ko+
Susu Kambing ¾¾ gls
gls 165
165 K+
K+
tidak Manis
Susu Kental tidak Manis ½½ gls
gls 100
100 K+
K+
Susu Sapi 11 gls
gls 200
200 K+
K+
Tepung Susu Asam
Asam 77 sdm
sdm 35
35 K+
K+
Yogurt Susu Penuh
Penuh 11 gls
gls 200
200 K+
K+

258 254
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
254
3. Susu tinggi lemak
3. Susu tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung :
Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat
3. 10 g Karbohidrat
Susu
7 g Protein 10 g Lemak
tinggi lemak 7 g Protein 10 g Lemak 150 Kalori
150 Kalori
Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat
Bahan Makanan 7 g Protein URT
10 g Lemak 150 Kalori
Gram Ket.
Susu Kerbau ½ gls 100 K+
Bahan Makanan URT Gram Ket.
Tepung Susu Skim 6 sdm 30 K+Ko+
Susu Kerbau ½ gls 100 K+
GOLONGAN
GOLONGAN VIIVII(Minyak/Lemak)
Tepung Susu Skim
(Minyak/Lemak)
6 sdm 30 K+Ko+
Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam
Bahan makanan
lemaknya,
GOLONGAN minyak inidibagi
hampir seluruhnya
menjadi
VII (Minyak/Lemak) terdiri dari
2 kelompok, yaitulemak.
lemak Menurut kandungan
tidak jenuh dan lemak
jenuh.
asam Satu satuan
Bahanlemaknya,
makanan penukar
iniminyak mengandung
hampirdibagi menjadi
seluruhnya 5 2g kelompok,
terdiri Lemak;
dari 50 Kalori
lemak. yaitu lemak
Menurut tidak jenuh
kandungan asam
dan lemak minyak
lemaknya, jenuh. Satu
dibagisatuan
menjadipenukar mengandung
2 kelompok, 5 gtidak
yaitu lemak Lemak;
jenuh50dan
Kalori
lemak
1. LEMAK
jenuh. SatuTIDAK
satuanJENUH
penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori

LAMPIRAN LAMPIRAN
Bahan Makanan
1. LEMAK TIDAK JENUH URT Gram Ket
Alpukat 1/2 bh bsr 60 S+Tj+K+
Biji
BahanLabuMakanan
Merah 2URT bj 10
Gram Ket
Kacang Almond
Alpukat 7 bj bh bsr
1/2 25
60 S++Tj+K+
Margarin
Biji Jagung
Labu Merah 21/4bj sdt 5
10
Mayonnaise
Kacang Almond 27 sdm
bj 20
25 S+
Minyak BijiJagung
Margarin Kapas 1 sdtsdt
1/4 5
Minyak Bunga Matahari
Mayonnaise 21 sdm
sdt 5
20
Minyak Jagung
Biji Kapas 1 sdt 5
Minyak Kacang Kedelei
Bunga Matahari 1 sdt 5 Tj+
Kacang Tanah
Minyak Jagung 1 sdt 5 Tj+
SafflowerKedelei
Minyak Kacang 1 sdt 5 Tj+
Minyak Zaitun
Kacang Tanah 1 sdt 5 Tj++
Minyak Safflower 1 sdt 5
Minyak Zaitun 1 sdt 5 Tj+

255
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 259
255
2. LEMAK JENUH

Bahan Makanan URT Gram Ket


Lemak babi 1 ptg kcl 5
Mentega 1 sdm 15
Santan (peras dengan
2.air)
LEMAK JENUH 1/3 gls 40 K+
Kelapa
Bahan Makanan 1 ptg kcl
URT Gram15 Ket K+
Keju Krimbabi
Lemak 1 ptg
1 ptg kcl kcl 5 15 K
Mentega
Minyak Kelapa 1 sdm
1 sdt 15 5 K
Santan (peras dengan
Minyak Ini Kelapa Sawit 1 sdt 5 K
air) 1/3 gls 40 K+
Keterangan
Kelapa : 1 ptg kcl 15 K+
Keterangan
S+ :
Keju KrimSerat 3-6 g 1 ptg kcl 15 K
S+ MinyakSerat
Kelapa 3-6 g 1 sdt 5 K
S++ Serat > 6 g
S++ MinyakSerat > 6 Sawit
Ini Kelapa g 1 sdt 5 K
LAMPIRAN LAMPIRAN

TjTj+
+ SumberLemak
Sumber Lemak Tidak
Tidak Jenuh
Jenuh Tunggal
Tunggal
KK+
+ TinggiKalium
Tinggi
Keterangan :
Kalium
S+ Serat 3-6 g
GOLONGAN
GOLONGAN
S++ VIIIVIII
Serat >(Makanan
6 g(Makanan Tanpa Kalori)
Tanpa Kalori)
Mengandung
Tj+
Mengandung kurang
Sumber dari 5dari
Lemak
kurang g Karbohidrat
Tidak 5Jenuh dan kurang
Tunggal
g Karbohidrat dandari 20 Kalori
kurang dari tiap
20 penukarnya
Kalori tiap
Bahan
K makanan
+ Tinggiyang
Kaliumada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar
penukarnya
sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan
Bahangulamakanan
GOLONGAN
kadar darah yang Tanpa
VIII (Makanan ada ukuran
Kalori) rumah tangganya dibatasi maksimal
3Mengandung
Bahan penukar
makanan
kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya
sehari,
yang tetapi
tidak adajangan
ukuran dikonsumsi
rumah sekaligus
tangganya karena dapat
dapat 3dikonsumsi lebih
Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal penukar
menyebabkan
sehari, tetapi jangankenaikan kadar
dikonsumsi gula karena
sekaligus darah dapat menyebabkan bebas kenaikan
Bahan
kadar gulamakanan
Bahan darah
Makanan yang tidak ada
Ket ukuran rumah tangganya dapat
Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih
dikonsumsi
Agar-agar lebih bebas Na++Pr+ bebas
AirBahan
KalduMakanan Ket
AirAgar-agar
Mineral Na++Pr+
Cuka
Air Kaldu
Air Mineral
Gelatin
Cuka
Gula Alternatif
Gelatin
Aspartam
Gula Alternatif
sakarin
Aspartam
Kecap
sakarin Na++
Kopi
Kecap Na++
Kopi
260 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
256
256
Bahan Makanan Ket
Minuman Ringan Tanpa Gula
Minuman Tonik Tanpa Gula
Tauco Na++
Teh K+
Jam Sele, rendah Gula 2 sdt
Krim, non dairy, cair 1 sdm
Bubuk 1 sdm
Margarin non fat 1 sdt
Manyonaise 1 sdm
Permen tanpa gula 2 sdm

LAMPIRAN LAMPIRAN
sirup, tanpa gula 2 sdm
Wijen 2 sdm

Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+ Tinggi Kalium
Pr+ Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 261


Lampiran 14
Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi
(Diet Rendah Garam)
BAHAN
WAKTU MENU MAKANAN BERAT/URT
Pagi Nasi Nasi 1 gls
Omelet tanpa
garam Telur 50 g /1 btr
Tumis Kacang
panjang Kacang panjang 50 g/ 1/2 gls
Minyak 10 g / 1 sdm
Teh manis Gula pasir 10 g / 1 sdm
Jam
10.00 Sari kacang hijau Kacang hijau 25 g / 2.5 sdm
LAMPIRAN LAMPIRAN

Gula pasir 15 g / 1.5 sdm


Siang Nasi Nasi 140 g / 2 gls
Lapis daging Daging sapi 50 g / 1 ptg sdg
Tempe bumbu
rujak Tempe 50 g /2 ptg sdg
Tumis kangkung Kangkung 75 g/ 3/4 gls
Minyak 10 g / 1 sdm
Buah Mangga 100 g / 1 bh sdg
Malam Nasi Nasi 140 g / 2 gls
Ayam panggang Ayam 50 g / 1 ptg sdg
Sup tahu sayur Tahu 50 g / 1 ptg sdg
Wortel 25 g / 1/4 gls
Kol 25 g / 1/4 gls
Buncis 25 g / 1/4 gls

262 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


258
NILAI GIZI :

EnergiI = 2230 Kalori Fe = 24 mg


Protein = 75 g Na = 305 mg
Lemak = 53 g
Karbohidrat = 365 g

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 263


Lampiran 15
Lampiran 15 Jenis Antioksidan dan Sumbernya
Jenis Antioksidan dan Sumbernya
No. Antioksidan Sumber
1 Betakaroten, Banyak terdapat di dalam wortel, ketela
Prekursor (bahan rambat (biasa disebut ubi atau ubi rambat),
pembuat) vitamin A dan buah atau sayur-sayuran yang berwarna
cerah

2
Vitamin A Banyak terdapat di dalam ikan, susu, hati

3 Vitamin C Banyak terdapat di dalam jeruk, anggur,


pepaya, tomat, brokoli, sebagian besar buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau
LAMPIRAN LAMPIRAN

4 Vitamin E Banyak terdapat di kacang-kacangan (polong-


polongan), minyak sayur, dan hati

5 Selenium Banyak terdapat pada ikan, kerang-kerangan,


biji-bijian, bawang putih

6 Flavonoid & Banyak terdapat di dalam kedelai dan produk-


Polifenol produk turunannya (misalnya tahu dan tempe),
teh, coklat hitam, anggur.

7 Likopen Banyak terdapat di dalam tomat, semangka,


anggur yang berwarna pink atau merah

8 Lutein Banyak terdapat di dalam sayuran yang


berwarna hijau tua, misalnya bayam dan
brokoli.

264 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


260
TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok TB BB Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Air


Umur (cm) (kg) (kkal) (g) (g) (g) (g) (mL)
Bayi/Anak
0 -< 6 bl 61 6 550 12 30 58 0
Lampiran 16

6 -<12 bl 71 9 700 16 35 80 10 800


1-3 th 91 13 1050 20 40 145 15 1200
4-6 th 112 19 1550 28 60 210 22 1500
7-9 th 130 27 1800 38 70 250 25 1900
Laki laki
10-12 th 142 34 2100 50 70 290 29 1800
13-15 th 158 46 2550 62 85 350 35 2000
16-18 th 166 56 2650 62 88 350 37 2200
19-29 th 168 60 2700 62 90 370 38 2500
30-49 th 168 62 2550 62 70 380 36 2600
50-64 th 168 62 2250 62 60 330 32 2600
65-79 th 168 60 1800 60 50 300 25 1900
80+ th 168 58 1500 58 42 250 21 1600
Perempuan
10-12 th 145 36 2000 52 70 270 28 1800
13-15 th 155 46 2150 60 70 300 30 2000
16-18 th 157 50 2150 58 70 300 30 2100
19-29 th 159 54 2250 58 75 320 32 2300
30-49 th 159 55 2100 58 60 300 30 2300
50-64 th 159 55 1900 57 50 280 26 2300
Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012

65-79 th 159 54 1500 57 40 250 21 1600


80+ th 159 53 1400 55 40 220 20 1500
Hamil
Trimester 1 +180 +18 +6 +25 0 +300

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Trimester 2 +300 +18 +10 +40 0 +300
Trimester 3 +300 +18 +10 +40 0 +300
Menyusui
6 bl pertama +330 +17 +11 +45 0 +800

265
6 bl kedua +400 +17 +13 +55 0 +500

LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 17

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN


UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K
Umur (cm) (kg) (µg) (µg) (mg) (µg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 375 5 4 5
6-<12 bl 71 9 400 5 5 10
1-3 th 91 13 400 155 6 15
4-6 th 112 19 450 15 7 20
7-9 th 130 27 500 15 7 25
Laki laki
10-12 th 142 34 600 15 11 35
13-15 th 158 46 600 15 15 55
16-18 th 166 56 600 15 15 55
LAMPIRAN LAMPIRAN

19-29 th 168 60 600 15 15 65


30-49 th 168 62 600 15 15 65
50-64 th 168 62 600 15 15 65
65-79 th 168 60 600 20 15 65
80+ th 168 58 600 20 15 65
Perempuan
10-12 th 145 36 600 15 11 35
13-15 th 155 46 600 15 15 55
16-18 th 157 50 600 15 15 55
19-29 th 159 54 500 15 15 65
30-49 th 159 55 500 15 15 65
50-64 th 159 55 500 15 15 65
65-79 th 159 54 500 20 15 65
80+ th 159 53 500 20 15 65
Hamil
Trimester 1 +300 +0 +0 +0
Trimester 2 +300 +0 +0 +0
Trimester 3 +350 +0 +0 +0
Menyusui
6 bl pertama +350 +0 +4 +0
6 bl kedua +350 +0 +4 +0

266 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Vitamin B12 Folat Pantotenat Biotin Choline Vitamin C
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (mg) (µg) (µg) (mg) (µg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 0.3 0.3 3 0.1 0.4 65 1.7 5 125 40
Lampiran 18

6-<12 bl 71 9 0.4 0.4 4 0.3 0.5 80 1.8 6 150 50


1-3 th 91 13 0.6 0.7 6 0.5 0.9 160 2 8 200 40
4-6 th 112 19 0.8 1.0 9 0.6 1.2 200 2 12 250 45
7-9 th 130 27 0.9 1.1 10 1.0 1.2 300 3 12 375 45
Laki laki
10-12 th 142 34 1.1 1.3 12 1.3 1.8 400 4 20 375 50
13-15 th 158 46 1.2 1.5 14 1.3 2.4 400 5 25 550 75
16-18 th 166 56 1.3 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
19-29 th 168 60 1.4 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
30-49 th 168 62 1.3 1.6 14 1.3 2.4 400 5 30 550 90
50-64 th 168 62 1.2 1.4 13 1.7 2.4 400 5 30 550 90
65-79 th 168 60 1.0 1.1 10 1.7 2.4 400 5 30 550 90
80+ 168 58 0.8 0.9 8 1.7 2.4 400 5 30 550 90
Perempuan
10-12 th 145 36 1.0 1.2 11 1.2 1.8 400 4 20 375 50
13-15 th 155 46 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 25 400 65
16-18 th 157 50 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 30 425 75
19-29 th 159 54 1.1 1.4 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
30-49 th 159 55 1.1 1.3 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
50-64 th 159 55 1.0 1.1 10 1.5 2.4 400 5 30 425 75
65-79 th 159 54 0.8 0.9 9 1.5 2.4 400 5 30 425 75
80+ thn 159 53 0.7 0.9 8 1.5 2.4 400 5 30 425 75
Hamil
Trimester 1 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Trimester 2 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Trimester 3 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Menyusui
6 bl pertama +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25

267
6 bl kedua +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25

LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN

268
TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Ca P Mg Cu Cr Fe I Zn Se Mn F Na K
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (ug) (ug) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (mg)
Lampiran 19

Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 200 100 30 200 0,2 0,5 90 1,3 5 0,003 0,01 120 400
6-<12 bl 71 9 250 250 55 220 5,5 7 120 3,0 10 0,6 0,4 200 700
1-3 th 91 13 650 500 60 340 11.0 8 120 4.0 17 1,2 0,6 1000 3000
4-6 th 112 19 1000 500 95 440 15.0 9 120 5.0 20 1,5 0,9 1200 3800
7-9 th 130 27 1000 500 135 570 20.0 10 120 11,3 20 1,7 1,2 1200 3800
Laki laki
10-12 th 142 34 1200 1250 153 700 25.0 13 120 14,0 20 1,9 1,7 1500 4500
13-15 th 158 46 1200 1250 207 795 30.0 19 150 18,2 30 2,2 2,4 1500 4700
16-18 th 166 56 1100 1250 252 890 35.0 15 150 16,9 30 2,3 2,7 1500 4700
19-29 th 168 60 1000 700 350 900 36,5 13 150 13,0 30 2,3 3,0 1500 4700
30-49 th 168 62 1000 700 350 900 35,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1500 4700
50-64 th 168 62 1000 700 350 900 31,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1300 4700
65-79 th 168 60 1000 700 350 900 25,5 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1200 4700

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


80+ th 168 58 1000 700 350 900 20,4 13 150 13,3 30 2,3 3,1 1200 4700
Perempuan
10-12 th 145 36 1200 1250 162 700 21.0 20 120 12,9 20 1,6 1,9 1500 4500
13-15 th 155 46 1200 1250 207 795 22,5 26 150 15,8 30 1,6 2,4 1500 4700
16-18 th 157 50 1200 1250 225 890 24.0 26 150 14 30 1,6 2,5 1500 4700
19-29 th 159 54 1100 700 324 900 30,5 26 150 9,3 30 1,8 2,5 1500 4700
30-49 th 159 55 1000 700 330 900 28,8 26 150 9,8 30 1,8 2,7 1500 4700
50-64 th 159 55 1000 700 330 900 25,5 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1300 4700
65-79 th 159 54 1000 700 324 900 20,8 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
80+ th 159 53 1000 700 318 900 19,1 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
Hamil
Trimester 1 +200 +0 +0 +100 +3,5 +0 +100 +1,2 +5 +0,2 +0 +0 +0
Trimester 2 +200 +0 +0 +100 +3.5 +9 +100 +4,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Trimester 3 +200 +0 +0 +100 +3.5 +13 +100 +10,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Menyusui
6 bl pertama +200 +0 +20 +400 +20 +6 +100 +4,5 +10 +0,8 +0 +0 +400
6 bl kedua +200 +0 +20 +400 +20 +8 +100 +4.5 +10 +0.8 +0 +0 +400
Lampiran 20
Lampiran 17
Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 269


262
LAMPIRAN LAMPIRAN

270 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


263
Lampiran 21
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Langkah-langkah pengukuran menggunakan pita LILA :
- tetapkan titik tengah antara siku dan bahu pada lengan kiri atas (beri
tanda)
- lingkarkan pita LILA tepat pada tanda/titik tengah tersebut
- Lampiran
bacalah 18skalanya secara benar
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)
- Langkah-langkah
catat sesuai dengan hasil pembacaan (angka atau warna)
pengukuran menggunakan pita LILA :
Yangtetapkan
harus diperhatikan adalah
titik tengah antara bagaimana
siku menentukan
dan bahu pada lengan kirititik tengah
atas lengan
(beri tanda)
kiri atas, karena
lingkarkan apabila
pita tidakpada
LILA tepat tepattanda/titik
dapat menimbulkan perbedaan pada
tengah tersebut
status gizi anak.
bacalah skalanya secara benar
catat sesuai
Pengukuran LILAdengan hasildapat
ini hanya pembacaan (angka
digunakan atauanak
pada warna)
yang berumur lebih
Yang harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan titik tengah lengan kiri atas,
dari 6 bulan atau panjang badannya >65 cm.
karena apabila tidak tepat dapat menimbulkan perbedaan pada status gizi anak.
Pengukuran LILA ini hanya dapat digunakan pada anak yang berumur lebih dari 6

LAMPIRAN LAMPIRAN
bulan atau panjang badannya >65 cm.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 271


Lampiran 19 KMS
Lampiran 19 KMSAnak
AnakPerempuan
Perempuan
LAMPIRAN LAMPIRAN

272 265
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN

266Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 273
Lampiran 20. KMS Anak Laki-Laki
Lampiran 23. KMS Anak Laki-Laki
LAMPIRAN LAMPIRAN

274 267
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN

268Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 275
Lampiran
Lampiran 24. KMS Anak
21. Grafik BeratLaki-Laki
Badan Anak laki Menurut Umur (Z-Score)
LAMPIRAN LAMPIRAN

276 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Lampiran 22. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score)
Lampiran 25. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 277


Lampiran 23. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut
Umur (z-score)
Lampiran 26. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur
(z-score)
LAMPIRAN LAMPIRAN

278 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


271
Lampiran 24. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut
Umur (z-score)
Lampiran 27. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut
Umur (z-score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


272 279
Lampiran 25. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan
Anak laki-laki
Lampiran 28. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak
Laki-laki
LAMPIRAN LAMPIRAN

280 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


273
Lampiran 26. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan
Anak Perempuan
Lampiran 29. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak
Perempuan

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 281


274
Lampiran
Lampiran 30.
27. Tabel Berat Badan
Tabel Berat Badanmenurut
menurutUmur
UmurAnak
Anak laki-Laki
laki-Laki 0-50-5 tahun
(Z-Scores)
tahun (Z-Scores)
LAMPIRAN LAMPIRAN

282 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

275
LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 283


276
Lampiran
Lampiran28.
31.Tabel
TabelBerat
BeratBadan
Badanmenurut
menurutUmur Anak
Umur Perempuan
Anak 0-5 0-5
Perempuan
tahun (Z-Scores)
tahun (Z-Scores)
LAMPIRAN LAMPIRAN

284 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


277
LAMPIRAN LAMPIRAN

278
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 285
Lampiran 32. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Laki-laki
Lampiran 29. Tabel 0-5 tahun
Panjang Badan/ (Z-Scores)
Tinggi badan menurut Umur
Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)
LAMPIRAN LAMPIRAN

286 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


279
LAMPIRAN LAMPIRAN

280 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 287
LAMPIRAN LAMPIRAN

281
288 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 33. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Lampiran 30. Perempuan
Tabel Panjang0-5
Badan/ Tinggi
tahun badan menurut Umur
(Z-Scores)
Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 289


282
LAMPIRAN LAMPIRAN

290 283
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


284 291
Lampiran 34. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan
Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores)
Lampiran 31. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi
Berat Badanbadan Umur Anak
menurut 0-5 tahun
Panjang Badan(Z-Scores)
anak laki-laki dan perempuan
Berat Badan menurut Panjang Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia
Usia 0-24 bulanStandar
0-24 bulan StandarWHO
WHO 2005
2005
Berat badan Anak laki-laki (kg) Berat badan Anak Perempuan (kg)
PB -3
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD SD
1.9 2.0 2.2 2.4 45.0 2.5 2.3 2.1 1.9
1.9 2.1 2.3 2.5 45.5 2.5 2.3 2.1 2.0
2.0 2.2 2.4 2.6 46.0 2.6 2.4 2.2 2.0
2.1 2.3 2.5 2.7 46.5 2.7 2.5 2.3 2.1
2.1 2.3 2.5 2.8 47.0 2.8 2.6 2.4 2.2
2.2 2.4 2.6 2.9 47.5 2.9 2.6 2.4 2.2
2.3 2.5 2.7 2.9 48.0 3.0 2.7 2.5 2.3
LAMPIRAN LAMPIRAN

2.3 2.6 2.8 3.0 48.5 3.1 2.8 2.6 2.4


2.4 2.6 2.9 3.1 49.0 3.2 2.9 2.6 2.4
2.5 2.7 3.0 3.2 49.5 3.3 3.0 2.7 2.5
2.6 2.8 3.0 3.3 50.0 3.4 3.1 2.8 2.6
2.7 2.9 3.1 3.4 50.5 3.5 3.2 2.9 2.7
2.7 3.0 3.2 3.5 51.0 3.6 3.3 3.0 2.8
2.8 3.1 3.3 3.6 51.5 3.7 3.4 3.1 2.8
2.9 3.2 3.5 3.8 52.0 3.8 3.5 3.2 2.9
3.0 3.3 3.6 3.9 52.5 3.9 3.6 3.3 3.0
3.1 3.4 3.7 4.0 53.0 4.0 3.7 3.4 3.1
3.2 3.5 3.8 4.1 53.5 4.2 3.8 3.5 3.2
3.3 3.6 3.9 4.3 54.0 4.3 3.9 3.6 3.3
3.4 3.7 4.0 4.4 54.5 4.4 4.0 3.7 3.4
3.6 3.8 4.2 4.5 55.0 4.5 4.2 3.8 3.5
3.7 4.0 4.3 4.7 55.5 4.7 4.3 3.9 3.6
3.8 4.1 4.4 4.8 56.0 4.8 4.4 4.0 3.7
3.9 4.2 4.6 5.0 56.5 5.0 4.5 4.1 3.8
4.1 4.5 4.9 5.3 57.5 5.2 4.8 4.4 4.0
4.3 4.6 5.0 5.4 58.0 5.4 4.9 4.5 4.1
4.4 4.7 5.1 5.6 58.5 5.5 5.0 4.6 4.2
4.5 4.8 5.3 5.7 59.0 5.6 5.1 4.7 4.3
4.6 5.0 5.4 5.9 59.5 5.7 5.3 4.8 4.4
4.7 5.1 5.5 6.0 60.0 5.9 5.4 4.9 4.5

292 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


285
4.8 5.2 5.6 6.1 60.5 6.0 5.5 5.0 4.6
4.9 5.3 5.8 6.3 61.0 6.1 5.6 5.1 4.7
5.0 5.4 5.9 6.4 61.5 6.3 5.7 5.2 4.8
5.1 5.6 6.0 6.5 62.0 6.4 5.8 5.3 4.9
5.2 5.7 6.1 6.7 62.5 6.5 5.9 5.4 5.0
5.3 5.8 6.2 6.8 63.0 6.6 6.0 5.5 5.1
5.4 5.9 6.4 6.9 63.5 6.7 6.2 5.6 5.2
5.5 6.0 6.5 7.0 64.0 6.9 6.3 5.7 5.3
5.6 6.1 6.6 7.1 64.5 7.0 6.4 5.8 5.4
5.7 6.2 6.7 7.3 65.0 7.1 6.5 5.9 5.5
5.8 6.3 6.8 7.4 65.5 7.2 6.6 6.0 5.5
5.9 6.4 6.9 7.5 66.0 7.3 6.7 6.1 5.6
6.0 6.5 7.0 7.6 66.5 7.4 6.8 6.2 5.7
6.1 6.6 7.1 7.7 67.0 7.5 6.9 6.3 5.8
6.2 6.7 7.2 7.9 67.5 7.6 7.0 6.4 5.9
6.3 6.8 7.3 8.0 68.0 7.7 7.1 6.5 6.0

LAMPIRAN LAMPIRAN
6.4 6.9 7.5 8.1 68.5 7.9 7.2 6.6 6.1
6.5 7.0 7.6 8.2 69.0 8.0 7.3 6.7 6.1
6.6 7.1 7.7 8.3 69.5 8.1 7.4 6.8 6.2
6.6 7.2 7.8 8.4 70.0 8.2 7.5 6.9 6.3
6.7 7.3 7.9 8.5 70.5 8.3 7.6 6.9 6.4
6.8 7.4 8.0 8.6 71.0 8.4 7.7 7.0 6.5
6.9 7.5 8.1 8.8 71.5 8.5 7.7 7.1 6.5
7.0 7.6 8.2 8.9 72.0 8.6 7.8 7.2 6.6
7.1 7.6 8.3 9.0 72.5 8.7 7.9 7.3 6.7
7.2 7.7 8.4 9.1 73.0 8.8 8.0 7.4 6.8
7.2 7.8 8.5 9.2 73.5 8.9 8.1 7.4 6.9
7.3 7.9 8.6 9.3 74.0 9.0 8.2 7.5 6.9
7.4 8.0 8.7 9.4 74.5 9.1 8.3 7.6 7.0
7.5 8.1 8.8 9.5 75.0 9.1 8.4 7.7 7.1
7.6 8.2 8.8 9.6 75.5 9.2 8.5 7.8 7.1
7.6 8.3 8.9 9.7 76.0 9.3 8.5 7.8 7.2
7.7 8.3 9.0 9.8 76.5 9.4 8.6 7.9 7.3
7.8 8.4 9.1 9.9 77.0 9.5 8.7 8.0 7.4
7.9 8.5 9.2 10.0 77.5 9.6 8.8 8.1 7.4
7.9 8.6 9.3 10.1 78.0 9.7 8.9 8.2 7.5
8.0 8.7 9.4 10.2 78.5 9.8 9.0 8.2 7.6

286
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 293
8.1 8.7 9.5 10.3 79.0 9.9 9.1 8.3 7.7
8.2 8.8 9.5 10.4 79.5 10.0 9.1 8.4 7.7
8.2 8.9 9.6 10.4 80.0 10.1 9.2 8.5 7.8
8.3 9.0 9.7 10.5 80.5 10.2 9.3 8.6 7.9
8.4 9.1 9.8 10.6 81.0 10.3 9.4 8.7 8.0
8.5 9.1 9.9 10.7 81.5 10.4 9.5 8.8 8.1
8.5 9.2 10.0 10.8 82.0 10.5 9.6 8.8 8.1
8.6 9.3 10.1 10.9 82.5 10.6 9.7 8.9 8.2
8.7 9.4 10.2 11.0 83.0 10.7 9.8 9.0 8.3
8.8 9.5 10.3 11.2 83.5 10.9 9.9 9.1 8.4
8.9 9.6 10.4 11.3 84.0 11.0 10.1 9.2 8.5
9.0 9.7 10.5 11.4 84.5 11.1 10.2 9.3 8.6
9.1 9.8 10.6 11.5 85.0 11.2 10.3 9.4 8.7
9.2 9.9 10.7 11.6 85.5 11.3 10.4 9.5 8.8
9.3 10.0 10.8 11.7 86.0 11.5 10.5 9.7 8.9
LAMPIRAN LAMPIRAN

9.4 10.1 11.0 11.9 86.5 11.6 10.6 9.8 9.0


9.5 10.2 11.1 12.0 87.0 11.7 10.7 9.9 9.1
9.6 10.4 11.2 12.1 87.5 11.8 10.9 10.0 9.2
9.7 10.5 11.3 12.2 88.0 12.0 11.0 10.1 9.3
9.8 10.6 11.4 12.4 88.5 12.1 11.1 10.2 9.4
9.9 10.7 11.5 12.5 89.0 12.2 11.2 10.3 9.5
10.0 10.8 11.6 12.6 89.5 12.3 11.3 10.4 9.6
10.1 10.9 11.8 12.7 90.0 12.5 11.4 10.5 9.7
10.2 11.0 11.9 12.8 90.5 12.6 11.5 10.6 9.8
10.3 11.1 12.0 13.0 91.0 12.7 11.7 10.7 9.9
10.4 11.2 12.1 13.1 91.5 12.8 11.8 10.8 10.0
10.5 11.3 12.2 13.2 92.0 13.0 11.9 10.9 10.1
10.6 11.4 12.3 13.3 92.5 13.1 12.0 11.0 10.1
10.7 11.5 12.4 13.4 93.0 13.2 12.1 11.1 10.2
10.7 11.6 12.5 13.5 93.5 13.3 12.2 11.2 10.3
10.8 11.7 12.6 13.7 94.0 13.5 12.3 11.3 10.4
10.9 11.8 12.7 13.8 94.5 13.6 12.4 11.4 10.5
11.0 11.9 12.8 13.9 95.0 13.7 12.6 11.5 10.6
11.1 12.0 12.9 14.0 95.5 13.8 12.7 11.6 10.7
11.2 12.1 13.1 14.1 96.0 14.0 12.8 11.7 10.8
11.3 12.2 13.2 14.3 96.5 14.1 12.9 11.8 10.9
11.4 12.3 13.3 14.4 97.0 14.2 13.0 12.0 11.0

294 287
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
11.5 12.4 13.4 14.5 97.5 14.4 13.1 12.1 11.1
11.6 12.5 13.5 14.6 98.0 14.5 13.3 12.2 11.2
11.7 12.6 13.6 14.8 98.5 14.6 13.4 12.3 11.3
11.8 12.7 13.7 14.9 99.0 14.8 13.5 12.4 11.4
11.9 12.8 13.9 15.0 99.5 14.9 13.6 12.5 11.5
12.0 12.9 14.0 15.2 100.0 15.0 13.7 12.6 11.6

LAMPIRAN LAMPIRAN

288
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 295
Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005
Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005
Berat badan Anak laki-laki (kg) TB Berat badan Anak Perempuan (kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD
5.9 6.3 6.9 7.4 65.0 7.2 6.6 6.1 5.6
6.0 6.4 7.0 7.6 65.5 7.4 6.7 6.2 5.7
6.1 6.5 7.1 7.7 66.0 7.5 6.8 6.3 5.8
6.1 6.6 7.2 7.8 66.5 7.6 6.9 6.4 5.8
6.2 6.7 7.3 7.9 67.0 7.7 7.0 6.4 5.9
6.3 6.8 7.4 8.0 67.5 7.8 7.1 6.5 6.0
6.4 6.9 7.5 8.1 68.0 7.9 7.2 6.6 6.1
6.5 7.0 7.6 8.2 68.5 8.0 7.3 6.7 6.2
6.6 7.1 7.7 8.4 69.0 8.1 7.4 6.8 6.3
LAMPIRAN LAMPIRAN

6.7 7.2 7.8 8.5 69.5 8.2 7.5 6.9 6.3


6.8 7.3 7.9 8.6 70.0 8.3 7.6 7.0 6.4
6.9 7.4 8.0 8.7 70.5 8.4 7.7 7.1 6.5
6.9 7.5 8.1 8.8 71.0 8.5 7.8 7.1 6.6
7.0 7.6 8.2 8.9 71.5 8.6 7.9 7.2 6.7
7.1 7.7 8.3 9.0 72.0 8.7 8.0 7.3 6.7
7.2 7.8 8.4 9.1 72.5 8.8 8.1 7.4 6.8
7.3 7.9 8.5 9.2 73.0 8.9 8.1 7.5 6.9
7.4 7.9 8.6 9.3 73.5 9.0 8.2 7.6 7.0
7.4 8.0 8.7 9.4 74.0 9.1 8.3 7.6 7.0
7.5 8.1 8.8 9.5 74.5 9.2 8.4 7.7 7.1
7.6 8.2 8.9 9.6 75.0 9.3 8.5 7.8 7.2
7.7 8.3 9.0 9.7 75.5 9.4 8.6 7.9 7.2
7.7 8.4 9.1 9.8 76.0 9.5 8.7 8.0 7.3
7.8 8.5 9.2 9.9 76.5 9.6 8.7 8.0 7.4
7.9 8.5 9.2 10.0 77.0 9.6 8.8 8.1 7.5
8.0 8.6 9.3 10.1 77.5 9.7 8.9 8.2 7.5
8.0 8.7 9.4 10.2 78.0 9.8 9.0 8.3 7.6
8.1 8.8 9.5 10.3 78.5 9.9 9.1 8.4 7.7
8.2 8.8 9.6 10.4 79.0 10.0 9.2 8.4 7.8
8.3 8.9 9.7 10.5 79.5 10.1 9.3 8.5 7.8
8.3 9.0 9.7 10.6 80.0 10.2 9.4 8.6 7.9

296 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


289
8.4 9.1 9.8 10.7 80.5 10.3 9.5 8.7 8.0
8.5 9.2 9.9 10.8 81.0 10.4 9.6 8.8 8.1
8.6 9.3 10.0 10.9 81.5 10.6 9.7 8.9 8.2
8.7 9.3 10.1 11.0 82.0 10.7 9.8 9.0 8.3
8.7 9.4 10.2 11.1 82.5 10.8 9.9 9.1 8.4
8.8 9.5 10.3 11.2 83.0 10.9 10.0 9.2 8.5
8.9 9.6 10.4 11.3 83.5 11.0 10.1 9.3 8.5
9.0 9.7 10.5 11.4 84.0 11.1 10.2 9.4 8.6
9.1 9.9 10.7 11.5 84.5 11.3 10.3 9.5 8.7
9.2 10.0 10.8 11.7 85.0 11.4 10.4 9.6 8.8
9.3 10.1 10.9 11.8 85.5 11.5 10.6 9.7 8.9
9.4 10.2 11.0 11.9 86.0 11.6 10.7 9.8 9.0
9.5 10.3 11.1 12.0 86.5 11.8 10.8 9.9 9.1
9.6 10.4 11.2 12.2 87.0 11.9 10.9 10.0 9.2
9.7 10.5 11.3 12.3 87.5 12.0 11.0 10.1 9.3
9.8 10.6 11.5 12.4 88.0 12.1 11.1 10.2 9.4

LAMPIRAN LAMPIRAN
9.9 10.7 11.6 12.5 88.5 12.3 11.2 10.3 9.5
10.0 10.8 11.7 12.6 89.0 12.4 11.4 10.4 9.6
10.1 10.9 11.8 12.8 89.5 12.5 11.5 10.5 9.7
10.2 11.0 11.9 12.9 90.0 12.6 11.6 10.6 9.8
10.3 11.1 12.0 13.0 90.5 12.8 11.7 10.7 9.9
10.4 11.2 12.1 13.1 91.0 12.9 11.8 10.9 10.0
10.5 11.3 12.2 13.2 91.5 13.0 11.9 11.0 10.1
10.6 11.4 12.3 13.4 92.0 13.1 12.0 11.1 10.2
10.7 11.5 12.4 13.5 92.5 13.3 12.1 11.2 10.3
10.8 11.6 12.6 13.6 93.0 13.4 12.3 11.3 10.4
10.9 11.7 12.7 13.7 93.5 13.5 12.4 11.4 10.5
11.0 11.8 12.8 13.8 94.0 13.6 12.5 11.5 10.6
11.1 11.9 12.9 13.9 94.5 13.8 12.6 11.6 10.7
11.1 12.0 13.0 14.1 95.0 13.9 12.7 11.7 10.8
11.2 12.1 13.1 14.2 95.5 14.0 12.8 11.8 10.8
11.3 12.2 13.2 14.3 96.0 14.1 12.9 11.9 10.9
11.4 12.3 13.3 14.4 96.5 14.3 13.1 12.0 11.0
11.5 12.4 13.4 14.6 97.0 14.4 13.2 12.1 11.1
11.6 12.5 13.6 14.7 97.5 14.5 13.3 12.2 11.2
11.7 12.6 13.7 14.8 98.0 14.7 13.4 12.3 11.3
11.8 12.8 13.8 14.9 98.5 14.8 13.5 12.4 11.4

290
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 297
11.9 12.9 13.9 15.1 99.0 14.9 13.7 12.5 11.5
12.0 13.0 14.0 15.2 99.5 15.1 13.8 12.7 11.6
12.1 13.1 14.2 15.4 100.0 15.2 13.9 12.8 11.7
12.2 13.2 14.3 15.5 100.5 15.4 14.1 12.9 11.9
12.3 13.3 14.4 15.6 101.0 15.5 14.2 13.0 12.0
12.4 13.4 14.5 15.8 101.5 15.7 14.3 13.1 12.1
12.5 13.6 14.7 15.9 102.0 15.8 14.5 13.3 12.2
12.6 13.7 14.8 16.1 102.5 16.0 14.6 13.4 12.3
12.8 13.8 14.9 16.2 103.0 16.1 14.7 13.5 12.4
12.9 13.9 15.1 16.4 103.5 16.3 14.9 13.6 12.5
13.0 14.0 15.2 16.5 104.0 16.4 15.0 13.8 12.6
13.1 14.2 15.4 16.7 104.5 16.6 15.2 13.9 12.8
13.2 14.3 15.5 16.8 105.0 16.8 15.3 14.0 12.9
13.3 14.4 15.6 17.0 105.5 16.9 15.5 14.2 13.0
13.4 14.5 15.8 17.2 106.0 17.1 15.6 14.3 13.1
LAMPIRAN LAMPIRAN

13.5 14.7 15.9 17.3 106.5 17.3 15.8 14.5 13.3


13.7 14.8 16.1 17.5 107.0 17.5 15.9 14.6 13.4
13.8 14.9 16.2 17.7 107.5 17.7 16.1 14.7 13.5
13.9 15.1 16.4 17.8 108.0 17.8 16.3 14.9 13.7
14.0 15.2 16.5 18.0 108.5 18.0 16.4 15.0 13.8
14.1 15.3 16.7 18.2 109.0 18.2 16.6 15.2 13.9
14.3 15.5 16.8 18.3 109.5 18.4 16.8 15.4 14.1
14.4 15.6 17.0 18.5 110.0 18.6 17.0 15.5 14.2
14.5 15.8 17.1 18.7 110.5 18.8 17.1 15.7 14.4
14.6 15.9 17.3 18.9 111.0 19.0 17.3 15.8 14.5
14.8 16.0 17.5 19.1 111.5 19.2 17.5 16.0 14.7
14.9 16.2 17.6 19.2 112.0 19.4 17.7 16.2 14.8
15.0 16.3 17.8 19.4 112.5 19.6 17.9 16.3 15.0
15.2 16.5 18.0 19.6 113.0 19.8 18.0 16.5 15.1
15.3 16.6 18.1 19.8 113.5 20.0 18.2 16.7 15.3
15.4 16.8 18.3 20.0 114.0 20.2 18.4 16.8 15.4
15.6 16.9 18.5 20.2 114.5 20.5 18.6 17.0 15.6
15.7 17.1 18.6 20.4 115.0 20.7 18.8 17.2 15.7
15.8 17.2 18.8 20.6 115.5 20.9 19.0 17.3 15.9
16.0 17.4 19.0 20.8 116.0 21.1 19.2 17.5 16.0
16.1 17.5 19.2 21.0 116.5 21.3 19.4 17.7 16.2
16.2 17.7 19.3 21.2 117.0 21.5 19.6 17.8 16.3

298 291
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
16.4 17.9 19.5 21.4 117.5 21.7 19.8 18.0 16.5
16.5 18.0 19.7 21.6 118.0 22.0 19.9 18.2 16.6
16.7 18.2 19.9 21.8 118.5 22.2 20.1 18.4 16.8
16.8 18.3 20.0 22.0 119.0 22.4 20.3 18.5 16.9
16.9 18.5 20.2 22.2 119.5 22.6 20.5 18.7 17.1
17.1 18.6 20.4 22.4 120.0 22.8 20.7 18.9 17.3

LAMPIRAN LAMPIRAN

292
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 299
Lampiran 35. Tabel IMT / Umur
Lampiran 32. Tabel IMT / Umur
LAMPIRAN LAMPIRAN

300 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


293
LAMPIRAN LAMPIRAN

294
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 301
LAMPIRAN LAMPIRAN

295
302 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN

296Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku 303
LAMPIRAN LAMPIRAN

304 297
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN

298
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 305
Lampiran . . Nilai
Lampiran33.36. NilaiStandar
StandarPemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dan dan Elektrolit
Laboratorium
Elektrolit
HEMATOLOGI

1. Lengkap :
Hemoglobin Laki-laki : 13-16 g/dl
Perempuan : 12-14 g/dll

Hematokrit 40-48 %
Eritrosit 4,5-5,5 juta/ml
Trombosit 150-400 ribu/ml
Laju Endap Darah (LED) < 15 mm
Leukosit 5-10 ribu/ml
2. Hitung Jenis :
Basofil <1 %
Eosinofil 1–3 %
Batang 2–6 %
LAMPIRAN LAMPIRAN

Segment 50 – 70 %
Limfosit 20 – 40 %
Monosit 2–8 %

KIMIA
1. Fungsi hati
Protein Elektroforesa :
Protein Total 6,6 – 8,7 g/dl
Albumin 45 – 67 %
Alfa 1 Globulin 2 – 6,5 %
Alfa 2 Globulin 7 – 13,5 %
Beta Globulin 5 – 12 %
Gamma Globulin 13,5 – 28 %
2. Protein :
Protein Total 6 – 7,8 g/dl
Albumin 4 – 5,2 g/dl
Globulin 1,3 – 2,7 g/dl
3. Bilirubin :
Total 0,3 – 1 mg/dl
Direk < 0,4 mg/dl
Indirek < 0,6 mg/dl

299
306 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
KIMIA

4. Fosfatase Alkali 80 – 306 U/I ( 37 0 )


5. SGOT < 37 U/I ( 37 0 )
6. SGPT < 42 U/I ( 37 0 )
7. Cholinesterase (CHE) 3 – 11 U/I ( 37 0 )

8.Fungsi Ginjal :
Ureum 10 – 50 mg/dl
Kreatinin < 1,5 mg/dl
Asam Urat 3,4 – 7 mg/dl

9. Fungsi Jantung ( LDH ) 230 – 460 U/I ( 37 0 )

LAMPIRAN LAMPIRAN
10. Lemak Darah :
Trigliserida 40 – 155 mg/dl
Kolesterol Total < 200 mg/dl
HDL 35 – 55 mg/dl
LDL < 130 mg/dl

11. Diabetes Mellitus :


Glukosa Puasa < 110 mg/ dl
Glukosa 2 jam sesudah makan < 145 mg/dl

12. Elektrolit :
Natrium 135 – 147 mmol/ l
Kalium 3,5 – 5 mmol/l
Klorida 100 – 106 mmol/ l
Kalsium Total 8,4 – 11 mg / dl
URIN

1. Lengkap :
Berat Jenis 1005 – 1030
pH 5–8
Urobilinogen 0,1 – 1 EU / dl

2. Sedimen :
Leukosit < 5 /LPB
Eritrosit < 1/LPB
300
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 307
Piramida Gizi Seimbang Indonesia
Piramida Gizi Seimbang Indonesia
LAMPIRAN LAMPIRAN

Sumber
Sumber : Depkes,
: Depkes, 2000 2000
Catatan
Catatan : Pada
: PadaWydiakarya
WydiakaryaPangan dan Gizi
Pangan dan2012
Gizi 2012
PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang berubah menjadi PGS
PUGS(Pedoman
(Pedoman Umum
Gizi Gizi Seimbang
Seimbang) berubah menjadi PGS
dengan penyempurnaan
(Pedoman Gizi Seimbang)
(publikasi dengan
belum tersedia penyempurnaan
saat ini)
(publikasi belum tersedia saat ini)

308 301
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Konsep gizi seimbang tidak serta merta bias diwujudkan hanya dengan konsep
4 sehat 5 sempurna, tetapi lebih ditekankan pada pemilihan makanan yang
dalam konsep analisa memenuhi kebutuhan gizi baik zat gizi makro maupun
gizi mikro.
Konsep gizi seimbang meliputi kesesuaian antara faktor konsumsi (in put) zat
gizi dari makanan yang seimbang dengan faktor out put berupa kebutuhan
basal, aktifitas dan faktor stress ( seperti sakit, luka, dsb).

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 309


INDEX

Adiposa 154, 185 Food Recall, 135


Albumin 31, 106, 139, 180, 218, 306 fosfor 110, 174, 253, 258
Anemia Gizi Besi 87, 91 fotofobia 63
Angka Kecukupan Gizi 101, 141, gigi 32 , 162
265 Masalah Gizi 1, 8, 9, 11, 13, 14,
Antropometri 3, 12, 19, 24, 28, 29, 30, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 29,
39, 42, 43, 46, 51, 52, 53, 134, 31, 35, 45, 87, 107, 111,
139, 154, 190, 200, 265 134, 139
ASI, 20, 43, 45, 54, 63, 77, 78, 79, 65, Terapi Gizi 24, 37, 140
80, 81, 82, 84, 85, 86, 111, Diagnosa Gizi 3, 7, 8, 9, 11, 12,
112, 114, 115, 116, 124, 126, 13, 14, 15, 22, 23, 27, 35,
127, 128, 130, 131, 144, 145, 36, 37, 40, 41, 42, 43,
146, 147 102, 159, 171
Bahan makanan penukar 168, 174,
248 asuhan gizi 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 13,
Badan 2, 19, 20, 21, 30, 37, 45, 56, 62, 14, 27, 28, 35, 39, 40, 41,
64, 67, 84, 88, 89, 90, 91, 98, 42, 49, 50, 78, 81, 100,
105, 129, 130, 135, 136, 139, 102, 106, 111, 121, 122,
140, 142, 144, 150, 154, 160, 128, 132, 134, 138, 140,
165, 171, 172, 178, 179, 183, 143, 145, 147, 150, 155
185, 190, 192, 194, 197, 199, Tenaga Gizi 1
200, 202, 203, 209, 210, 211, Ahli Gizi 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 21,
236, 246, 277, 280, 281, 282, 22, 26, 37, 40, 48, 49,
284, 292, 296 157, 162, 198
biokimia 12 , 13, 19, 20, 24, 39, 43 Intervensi Gizi 2, 3, 4, 13, 14, 23,
campak 49 24, 34, 35, 36, 37, 38, 39,
Diare, 1, 35, 49, 52, 56, 62, 70, 71, 72, 40, 137
74, 97, 121, 122, 123, 124, Status Gizi 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 12, 19, 26, 28, 30, 46, 48,
131, 132, 138, 140, 141, 142, 49, 54, 106, 132, 134,
148, 151, 154, 155, 185, 230, 137, 141, 158, 161, 162,
233, 241, 246, 248 163, 176, 197, 264
gondok 32
edema 30, 33, 45, 46, 52, 53, 54, 61, gusi 30, 209
INDEX

64, 66, 68, 75, 105, 106, 108, hemoglobin 91, 92, 93, 94, 96, 139,
171, 173, 184, 218 306
hepatomegali 33, 212
environment 21, 23, 24 hormon 80, 112, 114, 116, 156, 167, 188
Etiologi 28, 35, 37

310 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


INDEX

Hypoglikemia 161 185, 187, 192, 193, 195, 196,


indeks antropometri 46, 134, 190 197, 203, 204, 205, 206, 211,
indeks massa tubuh 163 214, 216
infeksi 1, 10, 46, 49, 51, 52, 57, 61, pertumbuhan 10, 21, 45, 46, 49, 50, 63,
62, 64, 83, 87, 88, 94, 132, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84,
139, 140, 142, 145, 151, 153, 85, 97, 134, 235, 236
156, 162, 165, 207, 214, 216, posyandu 45, 46, 55, 81, 228
217 protein 17, 18, 31, 32, 33, 46, 47, 48,
jaringan lemak 52, 133, 185, 189 49, 55, 63, 64, 65, 67, 82, 87,
klinis 4, 9, 13, 15, 24, 29, 30, 31, 34, 90, 93, 95, 96, 100, 101, 102,
39, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55, 106, 107, 108, 109, 110, 114,
56, 62, 69, 109, 122, 139, 147, 116, 133, 134, 135, 136, 137,
151, 154, 179, 185, 189, 195, 138, 139, 141, 142, 148, 149,
199, 207, 215, 216, 217, 219, 152, 153, 154, 155, 157, 163,
228 167, 168, 170, 172, 173,180,
kwashiorkor 52 190, 193, 194, 198, 201, 204,
laktasi 111, 128, 165, 166, 172 206, 209, 211, 214, 216, 218,
Laserasi 189 219, 220
lingkar kepala, 30, 53 stres 10, 20, 24, 105, 106, 107, 111,
lingkar lengan atas 53, 87, 89, 118, 271 121, 137, 141, 157, 165, 166,
lingkungan 12, 15, 24, 36, 37, 90, 174, 176, 184, 189, 192, 212,
105, 106, 140, 220, 224 309,
tanda klinis 15, 199
malnutrition 60, 61, 132 tinggi badan 2, 30, 165, 199, 278, 279,
marasmus 52 280, 281, 286, 289, 292, 296
mineral 18, 19, 24, 47, 49, 60, 61, 62, tumbuh kembang 56, 57, 68, 81, 146,
66, 87, 93, 100, 101, 107, 114, 147, 192, 229
117, 131, 132, 136, 137, 138, vitamin 18, 19, 32, 33, 34, 47, 49, 62,
139, 141, 143, 155, 173, 181, 63, 87, 89, 93, 94, 95, 96, 99,
183, 190, 191, 229, 230, 231, 100, 101, 102, 100, 101, 105,
233, 253, 255, 258, 268 113, 116, 128, 131 133, 134,
Nutrisi Parenteral 196 135, 136, 138, 141, 145, 146,
penyakit 1, 2, 4, 9, 10, 13, 24, 28, 153, 170, 171, 180, 182, 188,
29, 30, 28, 33, 40, 43, 50, 54, 200, 201, 210, 211, 213, 216,
INDEX

60, 76, 78, 79, 81, 85, 92, 98, 249, 251, 254, 260
99, 103, 110, 111, 131, 136, zink 124, 126, 127, 131
137, 139, 141, 145, 149, 150, 137
151, 153, 154, 156, 157, 162,
172, 173, 174, 176, 183, 184,
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 311
CATATAN
INDEX

312 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai