Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PERAN BALAI LATIHAN KERJA LOMBOK TIMUR DALAM

PEMBINAAN TENAGA KERJA

HASBIAH

A1A017044

PROGRAM STUDI SARJANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
ii

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PERAN BALAI LATIHAN KERJA LOMBOK TIMUR DALAM


PEMBINAAN TENAGA KERJA

Oleh :

HASBIAH

A1A017044

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

Setelah membaca naskah proposal ini dengan seksama, maka menurut


pertimbangan kami telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Hj. St. Maryam, M.Si Endang Astuti, SE. ME.

NIP. 196603011992032003 NIP. 196801131996032001


iii

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.....................................................................................11
2.1.1 Balai Latihan Kerja............................................................11
2.1.2 Tenaga Kerja.................................. ...................................15
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................16
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................24
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian...........................................................................26
3.2 Pengumpulan Data..............................................................................27
3.2.1 Informan dan Kehadiran Peneliti...........................................27
3.2.2 Lokasi Penelitian...................................................................28
3.2.3 Prosedur Pengumpulan Data.................................................28
3.3 Keabsahan Data....................................................................................30
3.4 Analisis Data........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tenaga Kerja di Lombok Timur Pada Tahun 2017-2019

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Gambar 1.2 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balai Latihan Kerja yang selanjutnya disingkat BLK, adalah tempat

diselenggarakannya proses pelatihan kerja bagi peserta pelatihan sehingga mampu

dan menguasai suatu jenis dan tingkat kompetensi kerja tertentu untuk membekali

dirinya dalam memasuki pasar kerja dan atau usaha mandiri maupun sebagai

tempat pelatihan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraannya (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1)

Balai Latihan Kerja merupakan sebuah wadah yang menampung kegiatan

pelatihan yang fungsinya untuk memberikan dan memperoleh, meningkatkan,

serta mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos

kerja yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek daripada teori. Salah satu

Balai Latihan Kerja yang dibentuk oleh Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi adalah Balai Latihan Kerja Lombok Timur yang berada di Jalan

Ramban Biak, Desa Lenek Daya, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Timur,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Balai Latihan Kerja Lombok Timur ini bertujuan untuk melatih tenaga

kerja. Pelatihan sebagai sarana pembinaan merupakan bagian dari pendidikan,

pelatihan bersifat spesifik praktis dan segera, spesifik berarti pelatihan

berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan, praktis dan segera berarti
2

yang sudah dilatih dan diperaktikaan, umumnya pelatihan dimaksudkan untuk

memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif

singkat, suatu pelatihan berupaya menyiapkan peserta pelatihan untuk melakukan

pekerjaan yang dihadapi

Di Balai Latihan Kerja Lombok Timur ini juga melatih tenaga kerja yang

putus sekolah untuk dilatih keterampilan, dengan adanya Balai Latihan Kerja

Lombok Timur ini diharapkan akan menciptakan masyarakat yang terampil dan

berkualitas sehingga kualitas tenaga kerja meningkat dan dapat bersaing di dunia

kerja. Dengan mengikuti program pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja Lombok

Timur, maka para pencari kerja dan pengangguran dapat meningkatkan

keterampilan kerjanya sesuai kebutuhan pasar kerja dan segera mengisi lowongan

kerja yang tersedia di perusahaan, selain itu peserta pelatihan pun dapat

berwirausaha secara mandiri.

Lombok Timur merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi

Nusa Tenggara Barat yang memiliki kualitas tenaga kerja rendah. Hal ini dapat di

lihat dari masih tingginya jumlah tenaga kerja yang belum terserap oleh lapangan

pekerjaan yang mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran.


3

Untuk lebih lengkapnya akan di jelaskan dalam tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 1.1 Tenaga Kerja di Lombok Timur Pada Tahun 2017-2019

Klasifikasi Tenaga 2017 2018 2019

Kerja

Tenaga Kerja yang 540 513,00 522 513,00 535 280,00

Bekerja

Tenaga Kerja yang 20 422,00 16 804,00 19 230,00

Tidak Bekerja

Jumlah Tenaga 560 935,00 539 317,00 554 510,00

Kerja

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur

Jumlah tenaga kerja yang ada di Kabupaten Lombok Timur mengalami

fluktuatif di setiap tahunnya. Dapat di lihat pada tabel 1.1 di atas dimana jumlah

tenaga kerja pada tahun 2017 sebanyak 560 935,00, tahun 2018 sebanyak 539

317,00, tahun 2019 sebanyak 554 510,00.

Tingginya tenaga kerja yang tidak terserap lapangan pekerjaan

mengakibatkan banyaknya pengangguran. Jika masalah pengangguran ini tidak

dapat tertangani dengan efektif, menurut Siagian (2003) dapat mengakibatkan

semakin lebarnya kesenjangan ekonomi sehingga dapat meningkatkan

kecemburuan sosial dan keresahan sosial, semakin tingginya gangguan keamanan

dan ketertiban umum dan menjamurnya perumahan kumuh serta urbanisasi yang

tidak terkendali.
4

Oleh karena itu perlu ditingkatkan langkah-langkah pembinaan dan

pengembangan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, antara

lain melalui pendidikan dan pelatihan kerja. Dalam hal ini pemerintah

mengupayakan dan mengusahakan untuk menciptakan tenaga-tenaga terampil

guna meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia Indonesia.

Pemberian bekal pendidikan dan pelatihan kerja kepada calon tenaga kerja

dimaksudkan agar tenaga kerja tersebut dapat meningkatkan kemampuan

sehingga siap untuk memasuki lapangan pekerjaan.

Sebagaimana menurut Jucius dalam Tohardi (2002) tujuan dari pelatihan

tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan atau kemampuan,

akan tetapi juga untuk meningkatkan bakat. Pemberian bekal untuk meningkatkan

kemampuan tenaga kerja dapat melalui jalur pendidikan formal maupun non

formal. Peningkatan dan pengembangan kemampuan tenaga kerja melalui

pendidikan formal merupakan tanggung jawab Departemen Pendidikan,

sedangkan peningkatan dan pengembangan kemampuan tenaga kerja melalui jalur

pendidikan nonformal yaitu dengan pelatihan kerja merupakan tanggung jawab

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui Balai Latihan Kerja.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah ketenagakerjaan

secara terus menerus menjadi masalah berkepanjangan yang disebabkan oleh

ketidakmampuan ekonomi untuk menyerap pertambahan tenaga kerja yang cukup

besar dan meningkat cukup tinggi setiap tahunnya. Tenaga kerja mempunyai

peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
5

pembangunan nasional sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas

tenaga kerja dan mengembangkan perannya dalam pembangunan nasional.

Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian serius dari

berbagai pihak, yaitu dari pemerintah sebagai lembaga eksekutif dan pembuat

kebijakan, lembaga pendidikan dan masyarakat umum. Undang-Undang Dasar

1945, pasal 27, ayat (2) menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” telah menjadi landasan

konstitusi tentang masalah ketenagakerjaan.

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan

manusia karena mencakup dimensi sosial ekonomi salah satu sasaran dalam

pembangunan adalah diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan terciptanya

lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang seimbang dan memadai untuk

dapat menyerap bertambahnya angkatan kerja yang memasuki pasar kerja baru

setiap tahunnya.

Perkembangan ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan

struktur ekonomi dan industri yang tentunya akan mempengaruhi jumlah

kebutuhan tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas

tenaga kerja pun perlu selalu di pertimbangkan, baik dari jenis maupun

kualifikasinya yang cenderung pada kompetensi yang semakin tinggi agar mampu

bersaing di pasar nasional, regional, maupun internasional.

Pembinaan ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pengembangan

tenaga kerja yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan
6

manusia serta kepercayaan pada diri sendiri. Pembinaan ketenagakerjaan

merupakan upaya yang sifatnya menyeluruh di semua sektor dan daerah dan

ditujukan pada perluasan lapangan kerja, peningkatan mutu dan kemampuan serta

perlindungan tenaga kerja. Demikian pula perlu terus ditingkatkan langkah-

langkah untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja sesuai dengan

kebutuhan pembangunan, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan kerja.

Tujuan pembinaan ketenagakerjaan, memberdayakan dan

mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan

pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesusai dengan

kebutuhan pembangunan nasional dan daerah (pasal 4 UU RI, no. 13 Tahun 2003

Ketenagakerjaan), maka untuk memenuhi tenaga kerja yang sesuai dengan

kebutuhan pasar kerja Pemerintah melalui Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003

Ketenagakerjaan Pasal 11 yang berisi “Setiap tenaga kerja berhak untuk

memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja

sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja”

Berdasarkan fenomena yang terjadi perusahaan pencari tenaga kerja saat

ini tidak hanya melihat ijasah pendidikan formal, tetapi juga keterampilan yang

merupakan persyaratan lain yang dibutuhkan oleh perusahaan sesuai dengan

bidang kerja yang tersedia. Karena salah satu penyebab pengangguran menurut

Siagian (2003) adalah para pencari pekerjaan tidak memiliki pengetahuan dan

atau keterampilan yang diperlukan pengguna tenaga kerja sehingga para pencari

pekerjaan tidak dapat diterima karena tidak memenuhi persyaratan perusahaan.

Selain itu dengan adanya keterampilan yang dimiliki tenaga kerja menjadi nilai
7

tambah dalam mengukur kemampuan tenaga kerja. Namun selama ini tenaga kerja

hanya mengandalkan ijasah pendidikan formal tanpa memiliki kemampuan

khusus, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak diterima oleh perusahan-

perusahaan pencari kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka Balai Latihan Kerja Lombok Timur

diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi masalah ketenagakerjaan yaitu tenaga

kerja yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus yang sesuai dengan

kebutuhan lapangan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Untuk itu, dalam pembinaan dan pemberian latihan kerja segala bentuk program

latihan disesuaikan dan dipadukan dengan praktek dunia kerja serta penerapan

metode pengajaran yang terdiri dari teori dan praktek secara langsung pada

lapangan pekerjaan, sehingga dapat dihasilkan tenaga kerja yang mempunyai

kemampuan yang berkualitas dan akhirnya tenaga kerja yang belum bekerja dapat

cepat mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Analisis Peran Balai Latihan Kerja Lombok Timur Dalam Pembinaan

Tenaga Kerja”
8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Peran Balai Latihan Kerja

Lombok Timur Dalam Pembinaan Tenaga Kerja?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk

Mengetahui Bagaimana Peran Balai Latihan Kerja Lombok Timur Dalam

Pembinaan Tenaga Kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan, baik secara akademis, teoritis maupun praktis, diantaranya :

1.4.1 Manfaat Akademik

Secara akademis merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan

strata satu (S1) Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mataram.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai Peran Balai

Latihan Kerja Lombok Timur Dalam Pembinaan Tenaga Kerja dan diharapkan

dapat digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara

teoritis dipelajari dibangku perkuliahan.


9

1.4.3 Manfaat kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

menentukan kebijakan dalam pembinaan tenaga kerja yang tidak terampil melalui

Balai Latihan Kerja Lombok Timur.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Balai Latihan Kerja

Balai Latihan Kerja yang selanjutnya disingkat BLK, adalah tempat

diselenggarakannya proses pelatihan kerja bagi peserta pelatihan sehingga mampu

dan menguasai suatu jenis dan tingkat kompetensi kerja tertentu untuk membekali

dirinya dalam memasuki pasar kerja dan atau usaha mandiri maupun sebagai

tempat pelatihan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraannya. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1)

Balai Latihan Kerja berawal dari ide awal pembentukan Pusat Latihan

Kerja Program Pelatihan bidang industri pada tahun 1953 dan pada tahun1960,

Pusat Latihan Kerja Program Pelatihan diarahkan menjadi Pelatihan Pencari Kerja

pegawai Instansi agar menjadi Tenaga Kerja yang memiliki keterampilan. Pada

tahun 1970, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan dari Pusat

Latihan Kerja Program Pelatihan menjadi Balai Latihan Kerja dibawah pembinaan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, dan sejak otonomi daerah Balai

Latihan Kerja berubah menjadi Balai Latihan Kerja Daerah berada dibawah

naungan Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja di masing-masing daerah di

Indonesia. (Wati, 2016)


11

Tujuan dari Balai Latihan Kerja yaitu untuk meningkatkan produktivitas

tenaga kerja baik di daerah pedesaan dan pinggiran kota, memperluas lapangan

usaha dan kesempatan kerja, menciptakan pelatihan produksi serta uji

keterampilan, mendorong dan mengembangkan jiwa kewirausahaan serta

meningkatkan motivasi dan jiwa mandiri. (Wati, 2016)

Balai Latihan Kerja mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan

fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai kebutuhan dan keahliannya

serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja

menyatakan bahwa Balai Latihan Kerja mempunyai tugas melaksanakan

pelatihan, pemberdayaan, dan uji kompetensi tenaga kerja. Dilihat dari tugas Balai

Latihan Kerja yaitu memberikan pelatihan dengan adanya pelatihan diharapkan

dapat merubah atau meningkatkan kualitas kerja angkatan kerja yang lebih baik.

Oleh karena itu perubahan menjadi alasan Balai Latihan Kerja mengadakan

pelatihan tenaga kerja.

Fungsi dari Balai Latihan Kerja adalah melakukan penyusunan rencana,

program dan anggaran; penyusunan bahan pelatihan, pemberdayaan, dan uji

kompetensi tenaga kerja; pelaksanaan pelatihan tenaga kerja; pelaksanaan

pelayanan konsultasi, pemasaran dan kerja sama kelembagaan pelatihan;

pelaksanaan uji kompetensi tenaga kerja; evaluasi dan penyusunan laporan di

bidang pelatihan, pemberdayaan, dan uji kompetensi tenaga kerja; pengelolaan


12

data dan informasi di bidang pelatihan, pemberdayaan, dan uji kompetensi tenaga

kerja; dan pelaksanan urusan tata usaha dan rumah tangga. (Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Kerja)

Peran Balai Latihan Kerja merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan Balai Latihan Kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu

memberikan pelatihan dan keterampilan untuk tenaga kerja. (UU No.13 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan). Pelatihan sebagai sarana pembinaan sangat

penting dilakukan demi tercapainya tujuan dari didirikannya Balai Latihan Kerja

yaitu menghasilkan tenaga kerja dan para pencari kerja yang berkualitas dan

kompetitif melalui pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja

Peran Balai Latihan Kerja akan semakin penting apabila : 1) Para

penyelenggara memilih informasi yang lengkap dan mutakhir tentang permintaan

akan tenaga kerja teknis tertentu di pasaran kerja sehingga program pelatihan yang

diselenggarakan benar-benar tertuju pada pemenuhan permintaan di pasaran kerja.

2) Para lulusan betul-betul merupakan tenaga kerja yang siap pakai sehingga

segera setelah diterima sebagai pegawai, mereka langsung dapat berkarya secara

produktif. 3) Terjalin kerjasama antara berbagai Balai Latihan Kerja itu dengan

berbagai organisasi/perusahaan pemakai tenaga kerja. (Siagian, 2014)

Dengan kata lain bahwa peran Balai Latihan Kerja merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan berupa pelaksanaan tugas dan fungsinya demi mencapai

tujuan didirikannya yaitu menghasilkan tenaga kerja Indonesia, dan para pencari
13

kerja yang berkualitas dan kompetitif melalui pelatihan, sertifikasi kompetensi

dan penempatan kerja. (Siagian, 2014)

Pelatihan merupakan salah satu sarana dalam pembinaaan tenaga kerja.

Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai

Pustaka menjelaskan bahwa Pembinaan berasal dari kata “bina yang berarti

pelihara”. Pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan,

cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna

dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan adalah

yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan (Poerwadarminta, 1987)

Pembinaan tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja ini penting dilakukan

untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas tenaga kerja. Keterampilan tenaga

kerja merupakan keahlian untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Sedangkan

kualitas tenaga kerja diartikan sebagai mutu hasil kerja yang sebaik-baiknya

dihasilkan oleh tenaga kerja. Selain itu juga dengan adanya pembinaan tenaga

kerja akan menghasilkan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna.

Berdaya guna berarti bahwa segala pekerjaan yang diberikan kepada tenaga kerja

dapat dislesaikan dengat tepat, cepat, hemat dan selamat tanpa hambatan.

Sedangkan berhasil guna berarti bahwa segala pekerjaan dapat di selesaikan tepat

waktu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.


14

2.1.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia

kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64

tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai

tenaga kerja.

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah seluruh

jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada

permintaan kerja. Menurut undang undang Tenaga Kerja No 13 tahun 2003,

mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia

antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Sedangkan bukan tenaga kerja adalah

mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada

permintaan bekerja. Menurut undang undang Tenaga Kerja No 13 tahun 2003,

mereka adalah penduduk diluar usia, yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun

dan berusia diatas 64 tahun. Seperti Para pensiun, para lansia (Lanjut Usia ) dan

anak –anak. (Maryanti sri, dkk. 2017)

Jika dilihaat dari segi kualitasnya, tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih dan tenaga kerja tidak terdidik dan
15

tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu

keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau

pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru dan lain

lain. Tenaga Kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam

bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini

dibutuhkan latihan secara berulang ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan

tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain lain. Tenaga kerja

tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya

mengandalkan tenaga saja. Contohnya : kuli, buruh angkut, pembantu rumah

tangga dan sebagainya. (Maryanti sri, dkk. 2017)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini adalah penelitian yang berlokasi di Balai Latihan Kerja

Lombok Timur. Sedangkan judul dalam penelitan ini adalah tentang Analisis

Peran Balai Latihan Kerja Dalam Pembinaan Tenaga Kerja. Oleh karena itu,

selain berdasarkan pada survei dan data-data yang diperoleh, penulis juga berpijak

pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

1) Penelitian yang dilakukan oleh Maysarah (2018). Hasil penelitian ini

menunjukan peran Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja

Kalianda dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja belum sepenuhnya

berjalan efektif hal ini dapat dilihat dari empat peran Unit Pelaksana

Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Kalianda hanya satu yang berjalan, tiga

peran Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Kalianda yang
16

lainnya belum sepenuhnya berjalan efektif, tetapi walaupun peran balai

latihan kerja kalianda belum sepenuhnya berjalan efektif, namun Unit

Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Kalianda sudah mampu

meningkatkan kualitas tenaga kerja.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Legowo (2009). Hasil penelitian ini

menunjukan kebijakan Balai Latihan Kerja Industri Wilayah Semarang

berusaha mencetak tenaga kerja berkualitas yang sesuai dengan dengan

standar mutu yang telah ditetapkan dalam peningkatan kualitas kerja

tenaga kerja Indonesia dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yaang

dilakukan oleh Joko Legowo adalah jika peneliti mengunakan metode

kualitatif sedangkan metode yang digunakan Joko Legowo menggunakan

metode kuantitatif.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2015). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan di Balai Latihan Kerja Kulon

Progo Tahun 2015 termasuk baik. Sebelum pelatihan dilakukan

perencanaan terlebih dahulu yang terdiri dari identifikasi kebutuhan

pelatihan, identifikasi tujuan pendanaan, rekuitmen dan seleksi peserta

pelatihan, pembentukan tim dan pelaksana dan instruktur, mempersiapkan

sarana dan prasarana, dan kurikulum. Setelah perencanaan, dilakukan

pelaksanaan pelatihan yang di awali dengan penjadwalan, penyerahan

fasilitas dan peralatan kepada peserta, menciptakan lingkungan belajar.

Selama pelaksanaan menggunakan beberapa metode. Metode-metode yang


17

digunakan yaitu metode off job trainning yang meliputi ceramah, diskusi

tanya jawab, demonstrasi, praktek kerja atau simulasi dan metode

selanjutnya yaitu on job trainning melalui program magang. Setelah

pelatihan selesai dilaksanakan kemudian melakukan evaluasi.

4) Penelitian ini dilakukan oleh Nazarudin (2018). Dari hasil penelitian

tersebut, peneliti dapat menyimpulkan sebanyak 98,9% responden

menyatakan setuju bahwa dengan adanya pelatihan kerja oleh Balai

Latihan Kerja berdampak positif dalam meningkatkan potensi angkatan

kerja demi terwujudnya pengurangan tingkat pengangguran di Kota

Bandar Lampung. Di Balai Latihan Kerja juga menekankan kepada para

siswa untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah, yaitu: shiddiq, amanah,

tabligh, dan fathonah. Selain itu, siswa juga harus mengutamakan prinsip

persaingan yang sehat dan benar menurut Islam, antara lain: memberikan

yang terbaik kepada perusahaan atau tempat kerja,tidak berlaku

curang,dan kerjasama positif.

5) Penelitian ini dilakukan oleh Sari (2008). Hasil dari penelitian pada Balai

Latihan Kerja Instruktur dan Pengembangan Surabaya bahwa jenis

pelatihan yang tersedia di Balai Latihan Kerja Instruktur dan

Pengembangan Surabaya merupakan pelatihan kejuruan. Metode pelatihan

kerja yang digunakan adalah dengan pemberian teori dan praktek dengan

sistem pelatihan berbasis kompetensi. Kompetensi yang diberikan

merupakan pelatihan kompetensi konsep diri dimana pelatihan ini telah

berjalan dengan optimal karena terdapat perubahan sikap dan citra diri
18

calon tenaga kerja menjadi lebih baik. Pelatihan kompetensi pengetahuan

dimana pelatihan ini berjalan dengan baik karena calon tenaga kerja

mudah memahami materi-materi pengetahuan yang menjadi bekal

pengetahuan mereka. Pelatihan kompetensi keterampilan dimana pelatihan

ini berjalan cukup baik karena calon tenaga kerja dapat menerapkan materi

dan banyaknya calon tenaga kerja lulusan Balai Latihan Kerja Instruktur

dan Pengembangan Surabaya yang telah diterima dalam lapangan kerja.

Kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan pelatihan kerja untuk

meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja, berasal dari sikap calon

tenaga kerja yang kurang disiplin, latar belakang pendidikan calon tenaga

kerja yang bervariasi dan terbatasnya sarana dan prasarana pelatihan serta

kurang dapat mengikuti perkembangan teknologi.


19

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Jenis Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian Pengumpulan
Tahun Data

1 Maysarah Analisis Penelitian Wawancara Hasil penelitian Sama-sama Penelitian Ami


(2018) Efektivitas Kualitatif dan hasil yang dilakukan menggunakan Ade Maysarah
Peran Balai kuesioner maka hasil jenis penelitian lebih
Latihan Kerja menunjukan kualitatif memfokuskan
Dalam peran Unit pada Analisis
Meningkatka Pelaksana Efektivitas
n Kualitas Teknis Daerah Peran Balai
Tenaga Balai Latihan Latihan Kerja
Kerja Kerja Kalianda Dalam
Menurut dalam Meningkatkan
Perspektif meningkatkan Kulitas Tenaga
Ekonomi kualitas tenaga Kerja Menurut
Islam (Studi kerja belum Perspektif
Pada Unit sepenuhnya Ekonomi Islam
Pelaksana berjalan efektif, (Studi Pada
Teknis tetapi walaupun UPTD Balai
Daerah Balai peran balai Latihan Kerja
Latihan Kerja latihan kerja Kalianda).
Kalianda) kalianda belum Sedangkan
sepenuhnya penelitian yang
berjalan efektif, dilakukan
namun Unit peneliti adalah
Pelaksana peran Balai
Teknis Daerah Latihan Kerja
Balai Latihan (BLK)
Kerja Kalianda Lombok Timur
sudah mampu dalam
meningkatkan Pembinaan
kualitas tenaga Tenaga Kerja.
kerja.

2 Legowo Peran Balai Penelitian Observasi, Hasil penelitian Sama-sama Penelitian


(2009) Latihan Kerja Kuantitatif wawancara, ini menunjukan meneliti peran Legowo
Industri dan kebijakan Balai Balai Latihan (2009)
Dinas Tenaga dokumentasi. Latihan Kerja Kerja menggunakan
Kerja dan Industri Wilayah jenis penelitian
Transmigrasi Semarang Kuantitatif.
Provinsi Jawa berusaha Sedangkan
Tengah mencetak tenaga penelitian yang
Lanjutan Tabel 1.2
20

No Nama Judul Jenis Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian Pengumpulan
Tahun Data
Dalam kerja berkualitas sekarang
Rangka yang sesuai menggunakan
Pelaksanaan dengan dengan jenis penelitian
Kebijakan standar mutu kualitatif
Peningkatan yang telah
Kualitas ditetapkan
Keterampilan dalam
Tenaga Kerja peningkatan
Indonesia kualitas kerja
tenaga kerja
Indonesia
dilakukan sesuai
dengan
kebutuhan pasar.

3 Yulianto Analisis Penelitian Observasi, Hasil penelitian Sama-sama Penelitian Eko


(2015) Pengembanga Kualitatif wawancara, ini menunjukkan menggunakan Yulianto lebih
n Sumber dan bahwa jenis penelitian memfokuskan
Daya dokumentasi pelaksanaan kualitatif tentang
Manusia di pelatihan di Analisis
Balai Latihan Balai Latihan Pengembangan
Kerja Kulon Kerja Kulon Sumber Daya
Progo D.I Progo Tahun Manusia di
Yogyakarta 2015 termasuk Balai Latihan
(Studi Atas baik. Kerja Kulon
Pelaksanaan Progo D.I
Pelatihan Yogyakarta
Tahun 2015 (Studi Atas
Pelaksanaan
Pelatihan
Tahun 2015).
Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
peneliti adalah
peran Balai
Latihan Kerja
(BLK)
Lombok
Timur dalam
Lanjutan Tabel 1.2
21

No Nama Judul Jenis Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian Pengumpulan
Tahun Data
Pembinaan
Tenaga Kerja.

4 Nazarudin Analisis Penelitian wawancara Dari hasil Sama-sama Penelitian Rian


(2018) Peran Kualitatif dan observasi penelitian menggunakan Nazarudin
Pelatihan langsung tersebut, peneliti jenis penelitian lebih
Kerja Oleh serta dapat kualitatif memfokuskan
Balai Latihan kuesioner menyimpulkan pada Analisis
Kerja Dalam sebanyak 98,9% Peran
Meningkatka responden Pelatihan
n Potensi menyatakan Kerja Oleh
Angkatan setuju bahwa Balai Latihan
Kerja di dengan adanya Kerja Dalam
Bandar pelatihan kerja Meningkatkan
Lampung oleh Balai Potensi
diTinjau Dari Latihan Kerja Angkatan
Perspektif berdampak Kerja di
Ekonomi positif dalam Bandar
Islam (Studi meningkatkan Lampung
Pada Unit potensi angkatan diTinjau Dari
Pelaksana kerja demi Perspektif
Teknis terwujudnya Ekonomi Islam
Daerah Balai pengurangan (Studi Pada
Latihan Kerja tingkat Unit Pelaksana
Bandar pengangguran di Teknis Daerah
Lampung) Kota Bandar Balai Latihan
Lampung. Kerja Bandar
Lampung).
Sedangkan
penelitian yang
dilakukan
peneliti adalah
peran Balai
Latihan Kerja
(BLK)
Lombok Timur
dalam
Pembinaan
Tenaga Kerja.

Lanjutan Tabel 1.2


22

No Nama Judul Jenis Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti/ Penelitian Penelitian Pengumpulan
Tahun Data
5 Sari Peningkatan Penelitian Wawancara, Hasil dari Sama-sama Penelitian Mia
(2008) Kompetensi Kualitatif observasi dan penelitian pada menggunakan Suci Kurnia
Calon Tenaga dokumentasi Balai Latihan jenis penelitian Sari lebih
Kerja Melalui Kerja Instruktur kualitatif memfokuskan
Pelatihan dan pada
Kerja Pada Pengembangan Peningkatan
Balai Latihan Surabaya bahwa Kompetensi
Kerja jenis pelatihan Calon Tenaga
Instruktur yang tersedia di Kerja Melalui
dan Balai Latihan Pelatihan
Pengembang Kerja Instruktur Kerja Pada
an Surabaya dan Balai Latihan
Dinas Tenaga Pengembangan Kerja
Kerja Surabaya Instruktur dan
Provinsi Jawa merupakan Pengembangan
Timur pelatihan (BLKIP)
kejuruan. Surabaya
Metode Dinas Tenaga
pelatihan kerja Kerja Provinsi
yang digunakan Jawa Timur.
adalah dengan Sedangkan
pemberian teori penelitian yang
dan praktek dilakukan
dengan sistem peneliti adalah
pelatihan peran Balai
berbasis Latihan Kerja
kompetensi. (BLK)
Kompetensi Lombok Timur
yang diberikan dalam
merupakan Pembinaan
pelatihan Tenaga Kerja.
kompetensi
konsep diri
dimana
pelatihan ini
telah berjalan
dengan optimal
karena terdapat
perubahan sikap
dan citra diri
calon tenaga
kerja menjadi
lebih baik.
23

Pelatihan
kompetensi
pengetahuan
dimana
pelatihan ini
berjalan dengan
baik karena
calon tenaga
kerja mudah
memahami
materi-materi
pengetahuan
yang menjadi
bekal
pengetahuan
mereka.
Pelatihan
kompetensi
keterampilan
dimana
pelatihan ini
berjalan cukup
baik karena
calon tenaga
kerja dapat
menerapkan
materi dan
banyaknya calon
tenaga kerja
lulusan Balai
Latihan Kerja
Instruktur dan
Pengembangan
Surabaya yang
telah diterima
dalam lapangan
kerja.

2.2 Kerangka Berpikir


24

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Tenaga Kerja


Terampil Tidak Terampil

Balai Latihan Kerja Lombok Timur

Pembinaan Tenaga Kerja

Pelatihan Pendidikan

Lapangan Pekerjaan

Keterangan :

Yang diteliti

Yang tidak diteliti

Kondisi tenaga kerja Indonesia saat ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu

tenaga kerja terampil dan tenaga kerja tidak terampil. Adapun yang menjadi objek
25

penelitian ini adalah tenaga kerja yang tidak terampil. Balai Latihan Kerja

Lombok Timur kemudian mengakomodir tenaga kerja yang tidak terampil

tersebut untuk dilakukan pembinaan melalui pelatihan dan pendidikan. Sehingga

kedepannya tenaga kerja tidak terampil tersebut bisa mendapatkan pekerjaan.

BAB III

DESAIN PENELITIAN
26

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau

enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara dan dokumentasi), data yang

diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan,

mengkonstruksi fenomena dan menemukan hipotesis (Sugiyono, 2020).

Penelitian kualitatif menurut (Moleong, 2007) yakni prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Kaelan (2012) dalam

(Ibrahim, 2018) menjelaskan pendekatan kualitatif dalam penelitian dicirikan

dengan kesadaran bahwa dunia dengan berbagai persoalan sosial bersifat nyata,

dinamis dan multidimensional, karena tidak mungkin dapat didekati dengan

batasan-batasan yang bersifat eksakta (pasti dan matematis).

Sedangkan metode deskriptif dalam penelitian kualitatif adalah penelitian

yang dimaksudkan untuk melukiskan, menggambarkan, atau memaparkan

keadaan objek yang diteliti sebagaimana apa adanya, sesuai dengan situasi dan

kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan (Ibrahim 2018). Maka dalam

penelitian ini, pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif sesuai digunakan

karena penulis ingin mengetahui secara alamiah atau apa adanya mengenai
27

bagaimana Peran Balai Latihan Kerja Lombok Timur Dalam Pembinaan Tenaga

Kerja.

3.2 Pengumpulan Data

3.2.1 Informan dan Kehadiran Peneliti

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh

pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan

memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin,

2015). Informan Utama dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan dan alumni

Balai Latihan Kerja Lombok Timur. Sedangkan Informan Pendamping /

Tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua / keluarga dari informan utama

dan Kepala Seksi Penyelenggaraan dan Pemberdayaan Balai Latihan Kerja

Lombok Timur.

Berdasarkan uraian di atas maka penentuan informan pada penelitian ini

akan menggunakan teknik purposive. Teknik purposive yaitu menentukan

informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian

(Bungin, 2015).

Kehadiran peneliti dalam hal ini terlibat langsung dari awal penelitian,

pencarian data sampai membentuk kesimpulan. Sugiyono (2018) menyebutkan

peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
28

atas temuannya. Peran peneliti ialah sebagai partisipan penuh dengan instrument

pendukung ialah handphone/smarphone, catatan kecil/note dan kamera.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Balai Latihan Kerja Lombok Timur yang

terletak di Jalan Ramban Biak, Desa Lenek Daya, Kecamatan Lenek, Kabupaten

Lombok Timur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Pusat di bawah

naungan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pelatihan Produktivitas Kementerian

Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

3.2.3 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari data lapangan

melalui kegiatan observasi dan wawancara sebagai data primer, dan juga

menggunakan informasi baik berupa buku, jurnal, makalah ilmiah, hasil penelitian

dan lainnya sebagai data skunder. Selain itu pada penelitiam ini dilakukan

pemotretan sebagai dokumentasi dan rekaman suara sebagai alat pengumpulan

data yang hasilnya dapat memperjelas situasi yang terjadi (Sugiyono, 2011).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2018). Dalam hal ini peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu:

1) Observasi

Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan salah

satunya melalui observasi. Satori (2009) dalam (Ibrahim, 2018) menjelaskan

observasi dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai pengamatan langsung


29

terhadap objek, untuk menegetahui kebenarannya, situasi, kondisi, konteks, ruang,

serta maknanya dalam upaya pengumpulan data suatu penelitian. Terdapat tiga

macam observasi, yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang dan tersamar

serta observasi tidak terstruktur. Lebih lanjut, observasi partisipatif dapat

digolongkan kembali menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partsipasi moderat,

partisipasi yang terus terang dan tersamar dan observasi yang lengkap (Sugiyono,

2018). Penggunaan metode observasi yang akan digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah partisipasi pasif. Penulis akan turun ke lapangan, namun

tidak ikut terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan dari informan. Peneliti

mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan Balai Latihan Kerja Dalam

Pembinaan Tenaga Kerja.

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2018).

Menurut Esterbrg (2002) dalam (Sugiyono, 2018), terdapat tiga macam

wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara

terstruktur dimana peneliti menyiapkan sederet pertanyaan dengan pilihan

jawaban yang ketat (baku).

3) Dokumentasi
30

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari bahasa latin

yaitu docere, yang berarti mengajar. Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa

dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat

berupa catatan, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen. Metode dokumentasi

ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang

mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang

masih terpercaya dan sesuai dengan masalah penelitian.

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

berupa data-data tertulis seperti : profil balai latihan kerja, struktur organisasi dan

visi misi, personil balai latihan kerja, jumlah kelulusan peserta pelatihan dan data-

data lainnya. Sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi atau keterangan dan

penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih terpercaya dan sesuai

dengan masalah penelitian.

3.3 Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan

dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2018). Maka dari itu

pemeriksaan keabsahan data penting dilakukan untuk memberi keyakinan lebih

dari hasil penelitian.

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang akan digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah


31

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

(Moleong, 2018). Denzin (1978) dalam (Moleong, 2018) membedakan empat

macam traingulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyedik (peneliti) dan teori. Dalam penelitian ini teknik

triangulasi yang digunakan hanya tiga, yiatu triangulasi sumber, metode dan teori.

1) Triangulasi Sumber

Patton (1987) dalam (Moleong, 2018) menjelaskan triangulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan

jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain; dan (5) membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2) Triangulasi Metode

Bungin (2015) menyatakan triangulasi metode dilakukan untuk

melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan

data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama

dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan


32

informasi yang diberikan ketika di-interview. Pada triangulasi dengan

metode, menurut Patton (1987) dalam (Moleong, 2018), terdapat dua

strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan

derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3) Triangulasi Teori

Sugiyono (2018) menyatakan triangulasi teori dilakukan dengan

cara membandingkan beberapa teori yang terkait secara langsung

dengan data penelitian. Bungin (2015) menjelaskan triangulasi teori

dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan

penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau

penjelasan pembanding. Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan

pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis,

maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding

atau penyaing (Moleong, 2018).

3.4 Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.


33

Model analisis data dari penelitian ini akan menggunakan analisis data

model Miles dan Huberman atau model interaktif. Miles dan Huberman (1984),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh

(Sugiyono, 2020). Aktivitas dalam analisis data model interaktif meliputi: 1) data

collection (pengumpulan data), 2) data reduction (reduksi data secara interaktif),

3) data display (penyajian data), dan 4) conclusion drawing/verification

(penarikan kesimpulan).

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar di bawah ini

Gambar 1.2 komponen dalam analisis data (interactive model)

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Verifikasi/menarik


kesimpulan

Sumber : Sugiyono (2020)

1) Pengumpulan Data (Data Collection)

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti akan mengumpulkan data dengan

observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

2) Reduksi Data (Data Reduction)


34

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.

3) Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan

yang paling penting digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

4) Penarikan kesimpulan (Verification)

Langkah ke empat dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi (Miles and Huberman, 2020). Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang


35

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

DAFTAR PUSTAKA
36

Bungin, Burhan. 2015. Penelitian Kualitatif Edisi Kedua. Jakarta; Prenada Media
Group.
Ibrahim. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Alfabeta.
Kusumawati Dyah. 2010. Pembinaan Pelatihan Sebagai Strategi Membentuk
Tenaga Kerja Terampil.
Legowo, Joko. 2009. (2009). Peran Balai Latihan Kerja Industri Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah Dalam Rangka
Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Kualitas Keterampilan Tenaga Kerja
Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
Madya Efi Brata. Pentingnya Pembinaan Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi Dakwah. Jurnal Vol 5, No 6. 2018.
Maryanti sri, dkk. 2017. Deskripsi Perencanaan Ketenagakerjaan. Jakarta; Citra
Harta Prima.
Maysarah, Ami Ade. 2018. Analisis Efektivitas Peran Balai Latihan Kerja Dalam
Meningkatkan Kulitas Tenaga Kerja Menurut Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada UPTD Balai Latihan Kerja Kalianda). Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Jambi.
Moleong, Lexy J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya.
N Siti Fitria. 2014. Pembinaan Kinerja Pegawai Dalam Melaksanakan Tugas
Pokok dan Fungsi di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten. Skripsi
S1Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Nazarudin, Rian. 2018. Analisis Peran Pelatihan Kerja Oleh Balai Latihan Kerja
Dalam Meningkatkan Potensi Angkatan Kerja di Bandar Lampung di
Tinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis
Daerah Balai Latihan Kerja Bandar Lampung). Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pelatihan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2012 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1.
Poerwadaminta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.
37

Riyadi. 2002. Perencanaan pembangunan Daerah Strategi Mengendalikan


Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta; Gramedia.
Sari, Mia Suci Kurnia Sari. Peningkatan Kompetensi Calon Tenaga Kerja Melalui
Pelatihan Kerja Pada Balai Latihan Kerja Instruktur dan Pengembangan
(BLKIP) Surabaya Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur. Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Secha Alatas dkk. 2000. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di
indonesia. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Soerjono Soekanto. 2002. Terori Peranan. Jakarta; Bumi
Aksara.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta; Rineka Cipta.
------------------------. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; PT Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung; Alfabeta.
------------. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung; Afabeta.
------------. 2020. Metode Penelitian Kualitatif., Bandung. Alfabeta.
Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta; Prenada Media.
Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung; Universitas Tanjung Pura, Mandar Maju.
Tyas, D C. 2010. Ketenagakerjaan di Indonesia. Jawa Tengah. Alprin
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2
Wati, Wulan Rahma. Sejarah Balai Latihan Kerja. Long Live Education :
http//www.non from wulan blog.spot/programs/legal.html (Di akses 19
Desember 2020).
Yulianto Eko. 2015. Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia di Balai
Latihan Kerja Kulon Progo D.I Yogyakarta (Studi Atas Pelaksanaan
Pelatihan Tahun 2015). Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Zhalfa, Tiara. 2020. Efektivitas Pelatihan Kerja (Studi Kasus Balai Latihan Kerja
Kota Jambi). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Anda mungkin juga menyukai