AGROFORESTR
Y
* Bambang Sigit Subiyanto
A
groforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan hasil secara lestari, dengan cara
mengkombinasikan tanaman pangan, pakan ternak, kolam ikan dan lain-
lain dengan tanaman kehutanan pada sebidang lahan yang sama; baik secara
bersama sama atau cara bergantian dengan menggunakan praktek-praktek
pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, social dan budaya
setempat. Manfaat sistem Agra Forestry adalah.
2. Manfaat Sosial Ekonomi. Sistem Agro forestry pada suatu lahan akan
memberi¬kan manfaat ekonomi yang nyata bagi petani/masyarakat
di daerah setempat. Manfaat tersebut berupa:
a) Meningkatkan dan penyediaaan hasil berupa kayu, pangan, pakan
ternak dan pupuk hijau.
b) Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total yang sering
terjadi pada sistim pertanian monokoltur.
c) Memantapkan dan men ingkatkan pendapatan petani karena adanya
peningkatan dan jaminan kelestarian produksi.
d) Perbaikan standar hidup petani karena adanya pekerjaan yang tetap
dan pendapatan yang lebih tinggi.
e) Perbaikan mutu gizi dan tingkat kesehatanpetani, dan adanya
peningkatan jumlah dan kenaikan ragam hasil pangan yang
diperoleh.
f) Perbaikan sikap masyarakat dalam cara bertani, melalui teknik
penggunaan lahan yang tetap.
Dari beberapa uraian diatas pengolahan lahan dengan sistem Agro Forestry dapat
digunakan sebagai solusi untuk memperbaiki sistem pertanian masyarakat. Disini
penulis
menyajikan salah
satu Agro Forestry
yang sukses di
bangun secara
swadaya oleh
kelompok tani
Balla Tinggia di
Desa
Mangempang,
Kecamatan
Bungaya
Kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi
Selatan.
Kelompok Tani Agro Forestry Balla Tinggia dibangun pada tanggal 24 Mei tahun
2004 dengan anggota semula 25 orang. Luas lahan 50 hektar ini di ketuai oleh H.
Abdul Thalib.
Bermula pada tahun 2004 lahan seluas 50 hektar tersebut ditanami sebanyak
20.000 pohon, dengan tanaman kehutanan (jati, mahoni, sengon, gemelina,
kemiri, suren). Tanaman perkebunan (kakao, kopi mangga, kelapa, mangga,
cengkih, dan pisang). Tanaman ternak dan empon-empon yang merupakan
tanaman sabuk hijau/teras sering (rumput gajah, jahe, sereh, dan kapas organic).
Tanaman semusim (jagung, kedelai dan ubi jalar) Ternak sapi sebanyak 112 ekor,
kambing 34 ekor. Setelah enam tahun kemudian Hutan Rakyat dengan sistem
Agro Forestry ini telah tumbuh dengan subur, kelihatan tertata rapih dan berstrata
serta terawat baik. Hasil yang diperoleh dari Hutan Rakyat tersebut Pada tahun
2009 cukup besar yaitu Rp. 673.000.000. (Enam ratus tujuh puluh tiga juta
rupiah). Data Produksi Hutan Rakyat Agro Forestry Kelompok Tani Balla Tinggia
seluas 50 hektar pada tahun 2009 sebagaimana tabel dibawah ini.
Dampak adanya Hutan Rakyat Agro Forestry Balla Tinggia yang dikelola dengan
manajemen yang baik telah berkembang pesat. Baik secara kelembagaannya
maupun luasan areal hutan rakyatnya.
POLA TANAM
AGROFORESTR
Y
* Bambang Sigit Subiyanto
A
groforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan hasil secara lestari, dengan cara
mengkombinasikan tanaman pangan, pakan ternak, kolam ikan dan lain-
lain dengan tanaman kehutanan pada sebidang lahan yang sama; baik secara
bersama sama atau cara bergantian dengan menggunakan praktek-praktek
pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, social dan budaya
setempat. Manfaat sistem Agra Forestry adalah.
4. Manfaat Sosial Ekonomi. Sistem Agro forestry pada suatu lahan akan
memberi¬kan manfaat ekonomi yang nyata bagi petani/masyarakat
di daerah setempat. Manfaat tersebut berupa:
g) Meningkatkan dan penyediaaan hasil berupa kayu, pangan, pakan
ternak dan pupuk hijau.
h) Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total yang sering
terjadi pada sistim pertanian monokoltur.
i) Memantapkan dan men ingkatkan pendapatan petani karena adanya
peningkatan dan jaminan kelestarian produksi.
j) Perbaikan standar hidup petani karena adanya pekerjaan yang tetap
dan pendapatan yang lebih tinggi.
k) Perbaikan mutu gizi dan tingkat kesehatanpetani, dan adanya
peningkatan jumlah dan kenaikan ragam hasil pangan yang
diperoleh.
l) Perbaikan sikap masyarakat dalam cara bertani, melalui teknik
penggunaan lahan yang tetap.
Dari beberapa uraian diatas pengolahan lahan dengan sistem Agro Forestry dapat
digunakan sebagai solusi untuk memperbaiki sistem pertanian masyarakat. Disini
penulis
menyajikan salah
satu Agro Forestry
yang sukses di
bangun secara
swadaya oleh
kelompok tani
Balla Tinggia di
Desa Mangempang, Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi
Selatan. Kelompok Tani Agro Forestry Balla Tinggia dibangun pada tanggal 24
Mei tahun 2004 dengan anggota semula 25 orang. Luas lahan 50 hektar ini di
ketuai oleh H. Abdul Thalib.
Bermula pada tahun 2004 lahan seluas 50 hektar tersebut ditanami sebanyak
20.000 pohon, dengan tanaman kehutanan (jati, mahoni, sengon, gemelina,
kemiri, suren). Tanaman perkebunan (kakao, kopi mangga, kelapa, mangga,
cengkih, dan pisang). Tanaman ternak dan empon-empon yang merupakan
tanaman sabuk hijau/teras sering (rumput gajah, jahe, sereh, dan kapas organic).
Tanaman semusim (jagung, kedelai dan ubi jalar) Ternak sapi sebanyak 112 ekor,
kambing 34 ekor. Setelah enam tahun kemudian Hutan Rakyat dengan sistem
Agro Forestry ini telah tumbuh dengan subur, kelihatan tertata rapih dan berstrata
serta terawat baik. Hasil yang diperoleh dari Hutan Rakyat tersebut Pada tahun
2009 cukup besar yaitu Rp. 673.000.000. (Enam ratus tujuh puluh tiga juta
rupiah). Data Produksi Hutan Rakyat Agro Forestry Kelompok Tani Balla Tinggia
seluas 50 hektar pada tahun 2009 sebagaimana tabel dibawah ini.
Dampak adanya Hutan Rakyat Agro Forestry Balla Tinggia yang dikelola dengan
manajemen yang baik telah berkembang pesat. Baik secara kelembagaannya
maupun luasan areal hutan rakyatnya.