Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASPEK HUKUM BMT ( KOPERASI SYARIAH )

Disusun oleh :

KELOMPOK 6
ARDIANSYAH (20266119198)

FITRIAH (20256119209)

FANNY MARISSA MUTRI SAFRI (20256119194)

M AGUNG DEVOULT (20256119204)

NUR ITA ARISSA NARDIN (20256119219 )

HES 6

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa
shalawat serta salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW karena
atas perjuangannya lah kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah HUKUM BISNIS SYARIAH

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu demi kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat kedepannya.

Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.

Wa’alaikumussalam warah matullahi wa barokatuh

Majene, 26 Mei 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah............................................................................. 1


B. Rumusan masalah...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian BMT dan sejarah BMT............................................................ 2


B. Dasar hukum BMT.................................................................................... 3
C. Sistem operasi BMT.................................................................................. 5
D. Tahapan pembentukan BMT serta kendalanya......................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 8

Ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Seiring dengan perkembangan perbangkan syariah di Indonesia, berkembang juga
lembaga keuangan mikro syariah dengan sarana pendukung yang lebih
lengkaKetersedian infrastruktur baik berupa Peraturan Mentri, Keputusan Mentri, S0P,
SOM, IT, Jaringan dan Asosiasi serta perhatian perbankan khususnya perbankan syariah
mempermudah masyarakat mendirikan BMT. Belajar dari 15 th perkembangan BMT,
ternyata BMT yg gugur dan BMT yg tumbuh pesat sangat di pengaruhi oleh SDM,
Modal Kerja, Sistem. SDM sebagai poin pertama menjadi pondasi utama BMT. Apabila
BMT berisi SDM yg memiliki integritas tinggi, kapable di bidangnya, semangat kerja dan
kinerja yg baik maka BMT akan bergerak dan tumbuh dengan dinamis. Namun
pergerakan dan pertumbuhannya akan terhambat ketika modal kerja yg dimiliki tidak
memadai.
Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan
muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan
hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam yang kurang tetapi juga dipengaruhi oleh
lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran BMT agar mampu lebih aktif dalam
memperbaiki kondisi tersebut.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian BMT dan bagaimana sejarah BMT?
b. Apa dasar hukum yang menjadi landasan BMT?
c. Apa saja sistem operasi BMT?
d. Bagaimana Cara Mendirikan BMT Serta Kendala apa saja yang terjadi.?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian BMT dan sejarah BMT


Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah merupakan sustu lembaga yang terdiri dari dua
istilah,yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
penghimpunan dan penyaluran dana yang nonprofit,seperti zakat,infaq dan shodaqoh.
Adapun baitul tamwil sebagai usaha penghimpunan dan penyaluran dana komersial.

Pengertian lain dikemukakan oleh Amin Azis ( 1996 :12). BMT adalah: ”Balai usaha
Mandiri Terpadu yang dikembangkan dari konsep baitul mal wat tamwil. Dari segi baitul
mal, BMT menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan shadaqah dan
memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir miskin. Pada aspek baitul
tamwil, BMT mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan
pengusaha kecil dan anggota. Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa BMT
merupakan suatu lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
sosial dan fungsi komersial.

Sejarah singkat berdirimya BMT di Indonesia

Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di
Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah
bagi usaha kecil dengan nama Bait at Tamwil SALMAN. Kemudian BMT lebih di
berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti
oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal =
Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan pertaturan dan amanahnya.

Dengan demikian BMT mempunyai peran sebagai berikut :

a) Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.

b) Melakukan pembinaan dan pendanaan terhadap usaha kecil

2.
c) mengoptimalkan distribusinya sesuai aturan secara adil dan merata.

d) Melakukan pengawasan terhadap usaha-usaha nasbah atau masyarakat umum.

B. Dasar hukum BMT

a) Berdasarkan al- Quran


Di dalam Al-Qur’an mengatur perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan harta
benda yang digunakan (dinafkahkan) susuai tuntunan agama. Penjelasan di dalam Al-
Qur’an yang berkaitan dengan Baitul Mal Wattamwil (BMT) diantaranya dapat
ditemukan pada QS. Al-Baqarah ayat 261.

‫ت َحبَّ ٍة َك َمثَ ِل هّٰللا ِ اَ ْم َوالَهُ ْم يُ ْنفِقُ ْو َن الَّ ِذي َْن َمثَ ُل‬
ْ َ‫َسنَابِ َل َس ْب َع اَ ۢ ْنبَت‬

ۗ ‫ف لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء َۗوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم فِ ْي ُك ِّل ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّماَئةُ َحبَّ ٍة‬ ٰ ‫َوهّٰللا ُ ي‬
ُ ‫ُض ِع‬

”Perumpamaan (nafkah) yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh butir, dan pada tiap-tiap butir (menumbuhkan) 100 biji. Allah akan
melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Diakehendaki. Dan Allah Maha Luas
karunia-Nya lagi Maha Mengetahui".

Sesuai ayat diatas Baitul Mal Wattamwil digunakan untuk kemaslahatan umat,
yaitu dengan menjalin silahturahmi dalam mengadakan kerja sama bagi hasil dengan
cara membagi keuntungan yang diperoleh.
b) Berdasarkan hadis
aitul Mal Wattamwil yang di dalamnya terdapat akad, suatu perjanjian untuk berbuat
bisnis harus didasarkan pada kepercayaan para pihaknya hal ini dipertegas dengan
Hadits Qudsi :
”Saya (Allah) pihak ketiga dari 2 (Dua) orang yang berserikat selama salah 1(satu) dari
keduanya tidak mengkhianati yang lain Jika yang 1 (satu) mengkhianati temannya
maka aku keluar dari keduanya”.
c) Berdasarkan ijma
Seperti halnya Al-Qur’an dan As Sunnah Ijma’ dapat dijadikan dasar hukum bagi
Beberapa riwayat sahabat Nabi yang dapat dijadikan landasan hukum Baitul Mal
Wattamwil
a) Riwayat Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merintis embrio Baitul Mal Wattamwil dalam arti yang lebih luas. Baitul
Mal Wattamwil bukan sekedar berarti pihak (al- jihat) yang menangani harta umat,
namun juga berarti suatu tempat (al-makam) untuk menyimpan harta negara. Abu
Bakar menyiapkan tempat khusus di rumahnya berupa karung atau kantung (ghirarah)
untuk menyimpan harta yang dikirimkan ke Madinah. Hal ini berlangsung sampai
kewafatan beliau pada tahun 13 H/634 M.
b ) Umar bin Khatab
Selama memerintah, Umar bin Khathab tetap memelihara Baitul Mal Wattamwil
secara hati-hati, menerima pemasukan dari sesuatu yang halal sesuai dengan aturan
syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu
pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-1373 M), penulis sejarah dan
mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal Wattamwil, Umar berkata :
”Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian
musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk
kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Kuraisy biasa, dan aku adalah
seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.”
d) Berdasarkan UUD
Dalam BMT atau yang biasa disebut koperasi ini ada beberapa peraturan dan ada
prinsip- prinsip sendiri,seperti yang disebutkan pada UU No: 25 tahun 1992, adapun
tentang peraturan BMT itu sendiri dijelaskan pada PP No: 9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi,
undang- undang nomor 25 tahun 1992 dijelaskan bahwa BMT (Koperasi), baik sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

C.Sistem operasi BMT

1) Sistem bagi hasil

Dengan sistem ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT Sehingga
kedua belah pihak saling di untungkan.

2) Sistem jual beli,

Untuk sistem ini merupakan suatu cara yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat
nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT,
kemudian bertindak sebagai penjual yang menjual kembali barang yg dibelinya dengan
menambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

3) Sistem non-profit,

Cara Kerja sistem ini disebut juga sebagai sistem pembiayaan kebajikan yang
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup
mengembalikan pokok pinjamannya saja.

4) Sistem Akad bersyarikat,

Sistem ini adalah kerjasama dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikut
sertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian keuntungan / kerugian yang
telah disepakati

5) Sistem produk pembiayaan,

Yaitu penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam di antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
hutangnnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.

D.Tahapan pembentukan bmt serta kendalanya


Cara Pembentukan BMT

A. Modal pendirian BMT

BMT dapat didirikan dengan modal awal 20 jutaan atau lebih. Namun demikian, jika
terdapat kesulitan mengumpulkan modal awal, maka dapat dimulai dengan modal 10 juta
bahkan 5 juta dahulu. Modal awal ini dapat berasal dari suatu atau beberapa tokoh
masyarakat setempat, yayasan, atau kas masjid. Namun sejak awal anggota pendiri BMT
harus terdiri antara 20 sampai 44 orang, ini diperlukan agar BMT bisa menjadi milik
masyarakat setempat.

B. Bentuk BMT

BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat atau koprasi.

1) Koprasi serba usaha atau koprasi syariah

2) Koprasi simpan pinjam syariah

C. Tahap pendirian BMT

Adapun tahap-tahap yang perlu diilakukan dalam pendirian BMT adalah sebagai berikut :

1 Membentuk panitia penyiapan pendirian BMT di lokasi tertentu seperti masjid,


pesantren, desa miskin, kelurahan, kecamatan atau lainny.

2) Panitia mencari modal awal sebesar 5 – 10 jutaan atau lebih untuk segera memulai
langkah oprasional. Modal awal tersebut bisa berasal dari perorangan, lembaga, yayasan,
pemda, atau sumber-sumber lainnya.

3) Atau langsung mencari pemodal-pemodal pendiri dari sekitar 20 sampai 44 orang di


kawasan itu untuk mendapatkan dana urunan mencapai 20 juta atau minimal 5 juta.
4) Jika pemodal sudah ada maka dipilih pengurus yang ramping (3 sampai 5 orang)
yang akan mewakili pendiri dalam mengerahkan kebijakan BMT.

5) Melatih 3 calon pengelola (minimal berpendidikan D3) dengan menghubungi pusdiklat


PINBUK propinsi atau kabupaten.

6) Melaksanakan persiapan-persiapan sarana perkantoran dan formulir yang diperlukan.

7) Menjalankan bisnis BMT secara profesional dan sehat.]

Kendala pengembangan BMT


Dalam pengembangan BMT banyak kendala yanng terjadi, kendala tersebut sebagai
berikut :
1) Akumulai dana masyarakat belum bisa dipenuhi oleh BMT.hal ini menjadikan nilai
pembiayaan dan jangka waktu pembayaran kewajiban dari nasabah cukup cepat. Dan
belum tentu pembiayaan yang diberikan BMT cukup memadai untuk modal usaha
masyarakat.

2) Masih banyak masyarakat yang berhubungan dengan rentenir. Hal ini disebabkan
masyarakat membutuhkan pemenuhan dana yang memadai sertai pelayanan yang cepat.

3) Nasabah yang bermasalah.

4) Mininya Kualitas SDM, Karna sangat jarang orang yang mau berkarir di BMT.
Disebabkan jenjang karir dan penghasilan yang tidak jelas khususna di BMT yang masih
awal dan belum berkembang.

5) BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai lawan yang harus dikalahkan, bukan
sebagai partner dalam upaya mengeluarkan masyarakat dari permasalahan ekonomi.

6) BMT lebih cenderung menjadi baitul tamwil dibanding baitul maal. Dimana lebih
banyak menghimpun dana untuk bisnis dibanding untuk mengelola zakat, infaq, dan
shadaqah.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul
tamwil. Baitul maal lebih mengarah ke pengumpulan dana dan penyaluran dana non-
profit, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai
pengumpulan dan penyaluran dana komersial. BMT merupakan lembaga keuangan
mikro yang berbasis syariah. Dan adapun dasar hukum bmt itu ada 4 yaitu :
berdasarkan Al-Quran, Hadis,Ijma dan UUD.
DAFTAR PUSTAKA
definisi-pengertian “ Dasar Hukum BMT “ di akses dari http://www.definisi-
pengertian.com/2015/05/sejarah-berdirinya-baitul-mal-wattamwil-bmt.html Pada Tanggal
1 mei 2017 pukul 9:49 AM.
[5] definisi-pengertian “ Dasar Hukum BMT “ di akses dari http://www.definisi-
pengertian.com/2015/05/sejarah-berdirinya-baitul-mal-wattamwil-bmt.html Pada Tanggal
1 mei 2017 pukul 9:49 AM.
Muhammad. 2005.Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UGM.

Anda mungkin juga menyukai