Disusun oleh :
KELOMPOK 6
ARDIANSYAH (20266119198)
FITRIAH (20256119209)
HES 6
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa
shalawat serta salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW karena
atas perjuangannya lah kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah HUKUM BISNIS SYARIAH
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu demi kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah-makalah yang akan dibuat kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 8
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian lain dikemukakan oleh Amin Azis ( 1996 :12). BMT adalah: ”Balai usaha
Mandiri Terpadu yang dikembangkan dari konsep baitul mal wat tamwil. Dari segi baitul
mal, BMT menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan shadaqah dan
memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir miskin. Pada aspek baitul
tamwil, BMT mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan
pengusaha kecil dan anggota. Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa BMT
merupakan suatu lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
sosial dan fungsi komersial.
Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di
Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah
bagi usaha kecil dengan nama Bait at Tamwil SALMAN. Kemudian BMT lebih di
berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti
oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal =
Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan pertaturan dan amanahnya.
2.
c) mengoptimalkan distribusinya sesuai aturan secara adil dan merata.
ت َحبَّ ٍة َك َمثَ ِل هّٰللا ِ اَ ْم َوالَهُ ْم يُ ْنفِقُ ْو َن الَّ ِذي َْن َمثَ ُل
ْ ََسنَابِ َل َس ْب َع اَ ۢ ْنبَت
ۗ ف لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء َۗوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم فِ ْي ُك ِّل ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّماَئةُ َحبَّ ٍة ٰ َوهّٰللا ُ ي
ُ ُض ِع
Sesuai ayat diatas Baitul Mal Wattamwil digunakan untuk kemaslahatan umat,
yaitu dengan menjalin silahturahmi dalam mengadakan kerja sama bagi hasil dengan
cara membagi keuntungan yang diperoleh.
b) Berdasarkan hadis
aitul Mal Wattamwil yang di dalamnya terdapat akad, suatu perjanjian untuk berbuat
bisnis harus didasarkan pada kepercayaan para pihaknya hal ini dipertegas dengan
Hadits Qudsi :
”Saya (Allah) pihak ketiga dari 2 (Dua) orang yang berserikat selama salah 1(satu) dari
keduanya tidak mengkhianati yang lain Jika yang 1 (satu) mengkhianati temannya
maka aku keluar dari keduanya”.
c) Berdasarkan ijma
Seperti halnya Al-Qur’an dan As Sunnah Ijma’ dapat dijadikan dasar hukum bagi
Beberapa riwayat sahabat Nabi yang dapat dijadikan landasan hukum Baitul Mal
Wattamwil
a) Riwayat Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merintis embrio Baitul Mal Wattamwil dalam arti yang lebih luas. Baitul
Mal Wattamwil bukan sekedar berarti pihak (al- jihat) yang menangani harta umat,
namun juga berarti suatu tempat (al-makam) untuk menyimpan harta negara. Abu
Bakar menyiapkan tempat khusus di rumahnya berupa karung atau kantung (ghirarah)
untuk menyimpan harta yang dikirimkan ke Madinah. Hal ini berlangsung sampai
kewafatan beliau pada tahun 13 H/634 M.
b ) Umar bin Khatab
Selama memerintah, Umar bin Khathab tetap memelihara Baitul Mal Wattamwil
secara hati-hati, menerima pemasukan dari sesuatu yang halal sesuai dengan aturan
syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu
pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-1373 M), penulis sejarah dan
mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal Wattamwil, Umar berkata :
”Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian
musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk
kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Kuraisy biasa, dan aku adalah
seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.”
d) Berdasarkan UUD
Dalam BMT atau yang biasa disebut koperasi ini ada beberapa peraturan dan ada
prinsip- prinsip sendiri,seperti yang disebutkan pada UU No: 25 tahun 1992, adapun
tentang peraturan BMT itu sendiri dijelaskan pada PP No: 9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi,
undang- undang nomor 25 tahun 1992 dijelaskan bahwa BMT (Koperasi), baik sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
Dengan sistem ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT Sehingga
kedua belah pihak saling di untungkan.
Untuk sistem ini merupakan suatu cara yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat
nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT,
kemudian bertindak sebagai penjual yang menjual kembali barang yg dibelinya dengan
menambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.
3) Sistem non-profit,
Cara Kerja sistem ini disebut juga sebagai sistem pembiayaan kebajikan yang
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup
mengembalikan pokok pinjamannya saja.
Sistem ini adalah kerjasama dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikut
sertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian keuntungan / kerugian yang
telah disepakati
Yaitu penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam di antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
hutangnnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.
BMT dapat didirikan dengan modal awal 20 jutaan atau lebih. Namun demikian, jika
terdapat kesulitan mengumpulkan modal awal, maka dapat dimulai dengan modal 10 juta
bahkan 5 juta dahulu. Modal awal ini dapat berasal dari suatu atau beberapa tokoh
masyarakat setempat, yayasan, atau kas masjid. Namun sejak awal anggota pendiri BMT
harus terdiri antara 20 sampai 44 orang, ini diperlukan agar BMT bisa menjadi milik
masyarakat setempat.
B. Bentuk BMT
BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat atau koprasi.
Adapun tahap-tahap yang perlu diilakukan dalam pendirian BMT adalah sebagai berikut :
2) Panitia mencari modal awal sebesar 5 – 10 jutaan atau lebih untuk segera memulai
langkah oprasional. Modal awal tersebut bisa berasal dari perorangan, lembaga, yayasan,
pemda, atau sumber-sumber lainnya.
2) Masih banyak masyarakat yang berhubungan dengan rentenir. Hal ini disebabkan
masyarakat membutuhkan pemenuhan dana yang memadai sertai pelayanan yang cepat.
4) Mininya Kualitas SDM, Karna sangat jarang orang yang mau berkarir di BMT.
Disebabkan jenjang karir dan penghasilan yang tidak jelas khususna di BMT yang masih
awal dan belum berkembang.
5) BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai lawan yang harus dikalahkan, bukan
sebagai partner dalam upaya mengeluarkan masyarakat dari permasalahan ekonomi.
6) BMT lebih cenderung menjadi baitul tamwil dibanding baitul maal. Dimana lebih
banyak menghimpun dana untuk bisnis dibanding untuk mengelola zakat, infaq, dan
shadaqah.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul
tamwil. Baitul maal lebih mengarah ke pengumpulan dana dan penyaluran dana non-
profit, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai
pengumpulan dan penyaluran dana komersial. BMT merupakan lembaga keuangan
mikro yang berbasis syariah. Dan adapun dasar hukum bmt itu ada 4 yaitu :
berdasarkan Al-Quran, Hadis,Ijma dan UUD.
DAFTAR PUSTAKA
definisi-pengertian “ Dasar Hukum BMT “ di akses dari http://www.definisi-
pengertian.com/2015/05/sejarah-berdirinya-baitul-mal-wattamwil-bmt.html Pada Tanggal
1 mei 2017 pukul 9:49 AM.
[5] definisi-pengertian “ Dasar Hukum BMT “ di akses dari http://www.definisi-
pengertian.com/2015/05/sejarah-berdirinya-baitul-mal-wattamwil-bmt.html Pada Tanggal
1 mei 2017 pukul 9:49 AM.
Muhammad. 2005.Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UGM.