Anda di halaman 1dari 7

BAB 8

KOPERASI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Setelah mempelajari bab 8 ini, para pembaca dan mahasiswa dapat


memahami pengertian koperasi syariah dalam perspektif Islam. Khususnya para
mahasiwa dapat menjelaskan pengertian koperasi syariah, konsep dasar koperasi
syariah, prinsip dasar koperasi syariah, serta peran dan fungsi dari koperasi
syariah.

A. Pendahuluan

Perkembangan sejarah koperasi syariah di Indonesia tidak lepas dari


perkembangan ekonomi Islam di tanah air. Gerakan ekonomi Islam gaungnya
sudah ada sejak tahun 1905, yaitu sejak didirikannya SDI, pada perjalanannya
gerakan ini relatif tidak berkembang. Perkembangan gerakan ekonomi Islam
mulai terangkat kembali pada era 1980-an, ditandai dengan pendirian Baitut
Tamwil Teknosa di Bandung, kemudian disusul dengan Baitut Tamwil Ridho
Gusti di Jakarta. Tetapi, keberadaan keduanya pun tidak dapat bertahan.

Gerakan ekonomi Islam mulai benar-benar eksis yang ditandai dengan


berdirinya lembaga keuangan yang disebut Baitul Maal Tamwil (BMT) Bina
Insan Kamil pada tahun 1992. Berdirinya BMT sekaligus menjadi momentum
bagi koperasi syariah untuk mulai bangkit.

Berdirinya BMT ini ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian


kalangan akar rumput, khususnya para pengusaha kecil (mikro). Kendati awalnya
hanya merupakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berlandaskan syariah,
namun BMT memiliki sistem kerja layaknya sebuah bank. Diklasifikasikannya
BMT sebagai KSM, pada saat itu, adalah strategi untuk menghindari BMT dari
jeratan hukum sebagai bank gelap. Hal ini karena adanya Undang-undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyebutkan bahwa :”Segala kegiatan
dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit harus berbentuk bank”.

B. Pengertian Koperasi Syariah

Perkembangan BMT kian pesat, apalagi setelah sejumlah Lembaga


Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) ikut mendorong eksistensi KSM
BMT, seperti Pusat Pendidikan dan Pembinaan Usaha Kecil (P3UK) sebagai
penggagas awal, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) yang dimotori oleh
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Forum Ekonomi Syariah
(FES) yang digagas Dompet Dhuafa Republika. Semua LPSM tersebut turut
membantu mengembangkan sistem perekonomian Indonesia melalui perannya
dengan cara memfasilitasi penyaluran bantuan dana pembiayaan dari Bank
Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan satu-satunya Bank Umum Syariah
(BUS) pada saat itu. Di samping sebagai fasilitator, LPSM tersebut memberikan
bantuan peningkatan keterampilan (skill) SDM BMT melalui berbagai pelatihan.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi syariah adalah


usaha ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif,
dan berwatak sosial, dimana operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang
mengusung etika moral dengan memerhatikan halal atau haramnya sebuah usaha
yang dijalankannya, sebagaimana diajarkan dalam agama Islam.

Pada hakikatnya, BMT yang berdiri pada saat iru mempunyai filosofi
koperasi. Sebab BMT memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dan falsafah : Dari
Anggota, Oleh Anggota, Untuk Anggota. Oleh karena itu, maka berdasarkan UU
RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, BMT berhak menggunakan badan
hukum koperasi.

Namun yang membedakan BMT (koperasi syariah) dengan koperasi


umum, salah satunya terletak pada teknis operasionalnya saja. Di mana BMT
mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal
dan haram dalam melakukan usahanya.

Pengelolaan BMT yang memfokuskan anggotanya pada sektor keuangan,


maka bentuk yang ideal dari BMT adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah. Inilah
yang menginisiasi Kementerian Koperasi mengeluarkan peraturan terkait
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) melalui Keputusan Menteri Koperasi
No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Kemudian tahun 2015 keluar Per-Men-Kop dan UMKM Nomor


16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi. Maka sejak dikeluarkan peraturan
tersebut nama nomenklatur yang semula Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS).

C. Konsep Dasar Koperasi Syariah

Secara umum, prinsip operasional koperasi adalah membantu


kesejahteraan para anggota dalam bentuk gotong royong. Prinsip tersebut sesuai
dengan sudut pandang syariah, yaitu prinsip gotong royong (ta’awun ala birri)
dan bersifat kolektif (berjamaah) dalam membangun kemandirian hidup, seperti
Firman Allah SWT dalam QS Al-Maidah 2 :” …. Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksaannya”.

Dengan kata lain, koperasi syariah merupakan sebuah konversi dari


koperasi umum melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan
peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Konsep utama operasional koperasi syariah adalah menggunakan akad


syirkah mufawadhah, yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama
oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam
porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama
pula. Masing-masing orang saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih
besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula disbanding dengan yang
lainnya.

Asas usaha koperasi syariah berdasarkan konsep gotong royong dan tidak
dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan
yang diperoleh maupun kerugaian yang diderita harus dibagi secara sama dan
proporsional. Sementara, manajemen usaha dilakukan secara musyawarah (syuro)
sesame anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruh
potensi anggota yang dimilikinya.

D. Prinsip Dasar Koperasi Syariah

Prinsip dasar koperasi syariah, sebagaimana lembaga eknoomi Islam


lainnya, yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri, seperti tersirat dari
fenomena alam dan tersurat dalam Al-Quran serta Hadits. Prinsip tersebut antara
lain :

1. Koperasi Syariah bagian dari Sistem Syariah

Islam telah mengatur setiap sendi kehidupan manusia, termasuk bidang


ekonomi, agar sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Aturan ini disebut sebagai
syariah atau Hukum Islam. Setiap umat Islam wajib menjalankan syariah
sebagaimana Firman Allah SWT :

Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setn itu adalah musuhmu yang nyata. (QS. Al-Baqarah:208).
2. Tujuan Koperasi Syariah
a. Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam,
yaitu dengan cara yang halal dan meninggalkan yang haram, sebagaimana
Firman Allah SWT :

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan,
karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-
Baqrah:168).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang


baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.(QS. Al-Maidah : 87-88).

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi, dan


carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya kamu
beruntung. (QS. A;-Jumuah : 10).

b. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota. Prinsip ini


didasarkan perintah Allah agar manusia menjalin silaturrahmi (hubungan)
dengan manusia yang lain.

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki serta seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi
Maha Mengenal:.(QS. Al-Hujurat : 13).

c. Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota


berdasarkan kontribusinya. Agama Islam mentolerir kesenjangan kekayaan
dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam karakter, kemampuan,
kesungguhan, dan bakat. Perbedaan di atas tersebut merupakan penyebab
perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat terlihat pada Al-
Quran :

Dan Dial ah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia


meninggikan sebagian kamu atau sebagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am : 165).
Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal
rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau
memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar
mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari
nikmat Allah…? (QS. An-Nahl : 71).

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ? Kami telah


menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebahagian yang lain, dan Rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf : 32).

d. Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial. Prinsip ini didasarkan pada


pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.

Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka, bergembira dengan


kitab yang diturunkan kepadamu dan di antara golongan-golongan
(Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari
sebagiannya. Katakanlah : “Sesungguhnya aku hanya diperintah
menyembah Allah dan tidak untuk mempersekutukan sesuatu pun dengan
Dia, hanya Kepada-Nya aku seru (manusia)dan hanya kepada-Nya aku
kembali. (QS. Ar-Ra’d : 36).

3. Karakteristik Koperasi Syariah

Mengacu pada konsep dan prinsip dasar yang telah dijelaskan di atas, maka
koperasi syariah memiliki sejumlah karakteristik, antara lain :

a. Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha


b. Tidak melakukan transaksi dengan menetapkan bunga (riba)
c. Berfungsinya institusi ziswaf
d. Mengakui mekanisme pasar yang ada
e. Mengakui motif mencari keuntungan
f. Mengakui kebebasan berusaha
g. Mengakui adanya hak bersama

E. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

Koperasi umum mengutamakan mencari keuntungan untuk kesejahteraan


anggota, baik dengan cara tunai atau membungakan uang kepada anggota. Para
anggota yang meminjam tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya, hanya
melihat apakah uang pinjaman kembali ditambahkan dengan bunga. Jadi, tidak
didasarkan kepada kondisi hasil usaha atas penggunaan uang tadi. Bahkan, bias
terjadi jika ada anggota yang meminjam untuk kebutuhan sehari-hari (misalkan)
untuk makan dan minum, maka pihak koperasi memberlakukannya sama dengan
peminjman lainnya yang penggunaannya untuk usaha produktif dengan mematok
bunga sebagai jasa koperasi.

Pada koperasi syariah hal itu tidak dibenarkan, karena setiap transaksi
(tasharruf) didasarkan atas penggunaan, apakah untuk pembiayaan atau
kebutuhan sehari-hari. Keduanya diperlakukan berbeda. Untuk usaha produktif,
misalnya anggota membutuhkan dana untuk sebuah proyek, maka dapat
menggunakan prinsip kerja sama (musyarakah) atau bagi hasil (mudharabah),
sedangkan untuk pembelian alat-alat lainnya dapat menggunakan prinsip jual beli
(murabahah).berikut ini adalah peran dan fungsi koperasi syariah :

1. Manajer Investasi

Manajer investasi yang dimaksud adalah koperasi syariah dapat memainkan


perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para pemilik dana.
Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau anggota yang berhak
mendapatkan dana atau bias juga kepada calon atau anggota yang sudah
ditunjuk oleh pemilik dana.

Umumnya, apabila pemilihan calon penerima dana (anggota atau calon


anggota) didasarkan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik dana, maka
koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas jasa agennya. Misalnya
pendapatan fee jasa atas proses seleksi calon anggota penerima dana, atau
menarik biaya adminstrasi. Kemudian apabila terjadi wanprestasi yang bersifat
force major, yakni bukan kesalahan koperasi atau bukan kesalahan anggota,
maka sumber dana tadi (pokok) dapat dijadikan beban untuk risiko yang
terjadi. Akad yang tepat untuk seperti ini adalah mudharabah muqayyadah.

2. Investor

Peran sebagai investor (shahibul maal) bagi koperasi syariah adalah jika
sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain
diserahkan sepenuh kepada koperasi untuk dikelola tanpa persyaratan khusus
dari pemilik dana. Akad yang sesuai dengan pola ini adalah mudharabah
mutlaqah.

Sebagai investor, koperasi syariah dapat menginvestasikan dananya ke dalam


berbagai produk investasi dengan akad-akad yang sesuai syariah, seperti jual
beli secara tunai (al-musawamah), jual beli tidak tunai (al murabahah), sewa
menyewa (ijaroh), kerja sama penyertaan sebagian modal (musyarakah) dan
penyertaan modal seluruhnya (mudharabah). Keuntungan yang diperoleh
dibagikan secara proporsional (sesuai kesepakatan nisbah) pada pihak yang
memberikan dana, misalnya anggota yang memiliki jenis simpanan tertentu
ditetapkan sebagai yang mendapatkan hak bagi hasil dari hasil usaha tersebut.

3. Fungsi Sosial

Sesuai karakteristiknya, koperasi syariah bukan semata-mata lembaga profit,


tetapi memiliki kewajiban memberikan pelayanan social, baik kepada anggota
yang membutuhkan dana darurat maupun kepada masyarakat dhuafa.

Misalnya, kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat (emergency


loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan pengembalian pokok (al
qard) yang sumber dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun.
Untuk itu, anggota tidak dibebankan bunga dan sebagainya seperti di koperasi
umum.

Sementara bagi anggota masyarakat dhuafa dapat diberikan pinjaman


kebajikan dengan atau tanpa pengembalian pokok (qardhul hasan) yang
sumber dananya dari dana ZIS (zakat, infaq dan shadaqah). Pinjaman qardhul
hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin agar
usahanya menjadi besar. Jika usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu
dibebani dengan pengembalian pokoknya.

F. Evaluasi
1. Jelaskan yang melatarbelakangi berdirinya koperasi syariah ?
2. Jelaskan pengertian dari koperasi syariah ?
3. Jelaskan konsep dasar koperasi syariah ?
4. Jelaskan tujuan dari koperasi syariah ?
5. Jelaskan karakteristik dari koperasi syariah ?

G. Kuis

Buatlah perbedaan koperasi umum dengan koperasi syaraih berdasarkan


aspek-aspek yang ada di tabel berikut ini !

Koperasi Umum Ciri-Ciri Koperasi Syariah


Prinsip yang digunakan
Aspek Pengawasan
Aspek Pemberian
Pinjaman
Tujuan
Peran dan Fungsi

Anda mungkin juga menyukai