Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Koperasi

1) Pengertian Koperasi

Kata koperasi berasal dari perkataan Cooperation secara harfiah bermakna


kerjasama, kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama untuk kepntingan dan
kemanfaatan bersama.1 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia arti kata koperasi
adalah kerjasama.2

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan


orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.3

Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia). Koperasi


adalah suatu badan usaha yang beranggotakan orang, seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan rinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.4

1
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h 122.
2
Safuan ALfandi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Solo : Sendang Ilmu, 2006), h 289.
3
Sudarsono, Manajemen Koperasi Indonesia, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h 30
4
Nizar Muhammad, Ekonomi Koperasi (Pasuruan; Fakultas Agama Islam Universitas Yadharta Pasuruan, 2018
Sedangkan menurut terminologi, seperti yang dikemukakan para pakar yaitu:

a) Menurut Dr. Winardi, SE.

Koperasi (coopetrative) adalah sejenis badan usaha dimana hanya


terdapat satu hak suara pun setiap anggota, terlepas dari banyak sedikitnya
uang yang dimasukkan olehnya badan usaha tersebut.

b) Menurut Prof. Dr. Syamsudin Mahmud

Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar


persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak membedakan haluan agama
atau politik dengan sukarela masuk

c) Menurut Prof. Marvin A. Schaars.


Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan
dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan
oleh mereka dan untuk mereka nirlaba atau atas dasar biaya.5
2) Dasar Hukum Koperasi

UU No.25 tahun 1992 mengatur tentang perkoperasian di Indonesia dimana


Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha
berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. perlu lebih membangun
dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi
sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional.

UU No.25 Tahun 1992 merupakan UU penganti Undang-undang Nomor 12


Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

5
Itang, Pemikiran Ekonomi Koperasi Mohammad Hatta: Relevansinya dengan Etika Ekonomi Islam (Serang) h 37-38
3) Tujuan & Fungsi Koperasi

Berasarkan UU No.25 Tahun 1992 tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan


anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan
cara :

a) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota


pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat
c) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya
d) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
e) nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
f) kekeluargaan dan demokrasi ekonomi6

2. KSPPS

Koperasi syariah yang dahulu lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa
Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah) nampaknya menjadi lahan
subur untuk tumbuh dan berkembang di tengah perkembangan masyarakat muslim yang
mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan sistem ekonomi berbasis syariah dan ditengah
kelesuan koperasi konvensional. Koperasi syariah yang berlandaskan pada pijakan
Alquran surat Al-Maidah Ayat 2:

6
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN
َ ‫ين آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
‫ي َواَل‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ون فَضْ اًل ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا ۚ َوِإ َذا‬ َ ‫ْت ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغ‬َ ‫ين ْالبَي‬
َ ‫ْالقَاَل ِئ َد َواَل آ ِّم‬
‫ْج ِد ْال َح َر ِام‬ ِ ‫ص ُّدو ُك ْم َع ِن ْال َمس‬َ ‫آن قَ ْو ٍم َأ ْن‬ُ َ‫َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن‬
ۚ ‫ان‬ ِ ‫اونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬ َ ‫َأ ْن تَ ْعتَ ُدوا ۘ َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬
ِ ‫َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

menganjurkan untuk saling menolong dalam kebaikan dan melarang sebaliknya,


mengandung dua unsur didalamnya, yakni Ta’awun (tolong-menolong) dan syirkah
(kerja sama). Kesesuaian dua unsur tersebut senada dengan prinsip koperasi
(konvensional), sehingga koperasi syariah mudah diterima oleh masyarakat dan menjadi
pilihan dalam menunjang kegiatan ekonomi.7

Menurut PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN


MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 /Per/M.KUKM/IX/2015 Pasal 1

7
Triana Sofiani, KONSTRUKSI NORMA HUKUM KOPERASI SYARIAH DALAM KERANGKA SISTEM HUKUM KOPERASI
NASIONAL Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, (2014),
Ayat 2 menjelaskan mengenai KSPPS yaitu Koperasi SimpanPinjam dan Pembiayaan
Syariah selanjutnya dalam peraturan ini disebut KSPPS adalah koperasi yang kegiatan
usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk
mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.8

3. Akad

Definisi Akad
Perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan Qabul (penerimaan) anatara bank
dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip
syariah.9

Kata aqad berasal dari bahasa arab al-aqd yang menurut etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan
permufakatan (al-ittifaq). Secara terminologi fikih akad didefinisikan dengan.

“Pertalian Ijab (Pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan)
sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan”

Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa


seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak
sejalan dengan kehendak syara'. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu
orang lain, atau merampok kekayaan orang lain. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh
pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang
melakukan ijab) kepada pihak yang lain (yang menyatakan kabul).''

Hasbi Ash Shiddiegy, yang mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah:

8
PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 /Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN
SYARIAH OLEH KOPERASI
9
Hosen Nadratuzzaman, Ali Hasan, Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah hal.2
“Perikatan ijab dan kabul yang dibenarkan syara' yang menetapkan kerelaan kedua belah
pihak”.

Ada pula yang mendefinisikan, akad ialah: “Ikatan atas bagian-bagian tasharruf (pengelolaan)
menurut syara dengan cara serah terima”10

Prinsip-Prinsip Akad

Akad dengan berlandaskan prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam, adalah


hukum yang berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah/ Hadits
yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif, berlaku universal dan
diterapkan sesuai ruang dan waktu.
Hukum Islam/syariah dapat menjamin kesatuan dalam keragaman yaitu penetapan
atau penilaian terhadap semua perbuatan dan hubungan manusia sehingga hukum Islam/
Syariahbersifat sistematis yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lainnya.
Artinya bahwakeseluruhan hukum Islam/Syariah dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan keagamaan dan etika berupa institusi, transaksi ataupun perjanjian/ akad
yang diukur dengan standar agama dan moral seperti larangan riba, jual beli yang
mengandung ketidak pastian (gharar) atau bersikap adil kepada kedua belah pihak. Dalam
hukum Islam/Syariah prinsip tauhid prinsip yang mendasari seluruh aspek kehidupan.
Tauhid merupakan konsep dasar dan pemahaman menauhidkan atau inti aqidah.11

Syarat-Syarat Akad
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli). Tidak sah akad orang
yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang berada di bawah
pengampuan (mahjur), dan karena boros.
b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya, walupun dia bukan ‘agid yang memiliki barang.

10
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 51
11
Septarina Budiwati “AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH” Jurisprudence, Vol. 7 No.
2 Desember 2017 hal.158
d. Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’, seperti jual beli mulasamah
(saling merasakan).
e. Akad dapat memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila rahn (gadai) dianggap
sebagai imbangan amanah (kepercayaan).
f. jab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Maka apabila orang
yang berijab menarik kembali ijabnya sebelum kabul maka batallah ijabnya.
g. Ijab dan kabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab telah
berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi batal.

Rukun-Rukun Akad :
a) Agid, yaitu orang yang berakad;

b) Ma'gud ‘alaih, yaitu benda-benda yang diakadkan,

c) Maudhu’ al-'agd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Dalam akad
jual beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu memindahkan barang dari penjual
kepada pembeli dengan diberi ganti.

d) Shighat al-aq yaitu ijab kabul.

Macam-Macam Akad

a) Akad Sahih, ialah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Hukum
dari akad sahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu
dan mengikat kepada pihak-pihak yang berakad

b) Akad yang tidak Sahih, ialah akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-
syaratnya, sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat
pihak-pihak yang berakad

Berakhirnya akad
Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu akad dapat berkahir apabila:

1) Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu mempunyai tenggang waktu.

2) Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak mengikat.

3) Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir jika:
a) jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu rukun atau syaratnya
tidak terpenuhi.
b) berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat. c. akad itu tidak dilaksanakan oleh salah
satu pihak.
c) tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna.

4) Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para ulama figh
menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan wafatnya salah satu pihak
yang melaksanakan akad. Akad yang berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang
melaksanakan akad, di antaranya akad sewa-menyewa, al-rahn, al-kafalah, al-syirkah, al-
wakalah, dan al-muzara’ah., Akad juga akan berakhir dalam ba’l al-fudhul (suatu bentuk
jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada persetujuan orang lain) apabila tidak
mendapat persetujuan dari pemilik modal.

Hikmah Akad

Diadakannya akad dalam muamalah antarsesama manusia tentu mempunyai hikmah, antara
lain:

a) Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih di dalam bertransaksi atau memiliki
sesuatu.
b) Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan suatu ikatan perjanjian, karena telah diatur
secara syar’i.
c) Akad merupakan “payung hukum” di dalam kepemilikan sesuatu, sehingga pihak lain
tidak dapat menggugat atau memilikinya.

4. Murabahah

Secara etimologi, murabahah berasal dari kata ribh yang berarti keuntungan.
Sedangkan secara terminologis, murabahah adalah jual beli barang seharga barang
tersebut ditambah keuntungan yang telah disepakati antara penjual dan pembeli.12

Murabahah adalah istilah dalam Fiqih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli
tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
biaya biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan ini bisa dalam bentuk
lumpsum atau persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakukan
secara spot (tunai) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati bersama. 13
Terdapat dua bentuk akad murabahah:

1) Murabahah Sederhana
Murabahah sederhana adalah bentuk akad murabahah ketika penjual memasarkan
barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambah marjin
keuntungan yang diinginkan.

12
Abdullah Al-Muslih dan Shalah ash-shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, mengutip skripsi Dewi Rika Koesnaini,
Analisis Akad Murabaha dalam Produk Pembiayaan Hunian Syariah (Persepektif Hukum Perpajakan dan perlindungan
konsumen), (skripsi strata 1 Muamalah UIN Syarif Hidayatullah: 2011), h.23.

13
Ascarya; AKAD DAN PRODUK BANK SYARIAH: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara hal.83
Gambar Skema Murabahah Sederhana.

2) Murabahah kepada Pemesan


Bentuk murabahah ini melibatkan tiga pihak, yaitu pemesan, pembeli dan penjual.
Bentuk murabahah ini juga melibatkan pembeli sebagai perantara karena keahliannya
atau karena kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk murabahah inilah yang
diterapkan perbankan syariah dalam pembiayaan.14

Gambar Skema Proses Pembiayaan Murabahah dalam Bank


(Murabahah kepada pemesan)

3) Dasar Hukum Murabahah

‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبوا‬

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al Baqarah: 275).15

14
Ascarya; AKAD DAN PRODUK BANK SYARIAH: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara hal.84
15
Al-Quran surah Al Baqarah ayat 275
ْ َّ‫ين آ َمنُوا َأ ْوفُوا بِ ْال ُعقُو ِد ۚ ُأ ِحل‬
‫ت لَ ُك ْم بَ ِهي َمةُ اَأْل ْن َع ِام ِإاَّل َما يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫د َوَأ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۗ ِإ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِري ُد‬žِ ‫ص ْي‬
َّ ‫َغي َْر ُم ِحلِّي ال‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (Al Maidah:1)16

Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah:

،‫ اَ ْلبَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل‬:ُ‫ث فِ ْي ِه َّن ْالبَ َر َكة‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم ق‬
ٌ َ‫ ثَال‬:‫ال‬ َّ ِ‫َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫ت الَ لِ ْلبَي ِْع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬
ِ ‫ َو َخ ْلطُ ْالبُرِّ ِبال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬،ُ‫ضة‬ َ َ‫َو ْال ُمق‬
َ ‫ار‬
Artinya: “Nabi bersabda ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dan Shuhaib)

4) Rukun Murabahah

1) Pelaku akad, yaitu ba’l (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual,
dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli
barang;
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga); dan
3) Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.

16
Al-Quran surah Al-Maidah ayat 1
Persyaratan Minimum Akad Murabahah Menurut Fiqih17

No. KATEGORI PERSYARATAN

1 Persyaratan dalam Akad


1.1 Syarat Menggunakan judul dengan mencantumkan kata ‘Murabahah’

1.2 Syarat Menyebutkan hari dan tanggal akad dilakukan.


1.3 Syarat Menyebutkan pihak yang bertransaksi dan/atau yang
mewakilinya.
1.4 Syarat Menetapkan bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
1.5 Syarat Menetapkan harga beli, harga jual dan tingkat keuntungan
1.6 Syarat Menetapkan jenis dan ukuran barang yang akan dibeli oleh
nasabah.
1.7 Syarat Menetapkan jangka waktu dan cara membayar.
1.8 Syarat Menetapkan waktu pengiriman barang yang dibeli.
1.9 Syarat Menetapkan bahwa nasabah adalah pihak yang berhutang apabila
pembayaran tidak tunai.

1.10 Kesepakatan Menetapkan sanksi bagi nasabah apabila lalai membayar pada
waktunya.

1.11 Kesepakatan Menetapkan tindakan yang dilakukan apabila terjadi force


majeur.
1.12 Kesepakatan Menetapkan jaminan (tambahan) apabila diperlukan.
1.13 Kesepakatan Menetapkan saksi-saksi apabila diperlukan.
1.14 Kesepakatan Menetapkan Badan Arbitrase Syariah sebagai tempat
penyelesaian
apabila terjadi sengketa.

17
Ascarya; AKAD DAN PRODUK BANK SYARIAH: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara hal.90
1.15 Rukun Ditandatangani oleh kedua pihak yang bertransaksi.

2 Persyaratan Transfer Dana


2.1 Syarat turunan 1) Dilakukan bank kepada pihak ketiga.
2) Alternatif kedua: Mengredit rekening nasabah, lalu
mendebetnya berdasarkan surat kuasa dari
nasabah, kemudian mentransfer ke
rekening bank.
2.2 Syarat turunan  Tanda terima uang oleh nasabah adalah tanda terima
barang.
 Alternatif kedua: Tanda terima uang sambil menyerahkan
surat kuasa mendebet rekeningnya kepada bank.
3 Persyaratan Perhitungan Keuntungan
3.1 Kesepakatan Menggunakan real transactionary cost atau real cost yang
ditetapkan
ALCO masing-masing.

5. Fatwa NO: 04/DSN-MUI/IV/2000

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah, yaitu


menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.18

Akad murabahah menurut Peraturan Bank Indonesia tentang Akad Penghimpunan


dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
18
Fatwa NO: 04/DSN-MUI/IV/2000
Syariah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati.19

Dalam fatwa ini telah ditetapkan beberapa poin oleh MUI mengenai murabahah yaitu:

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.

19
peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Anda mungkin juga menyukai