Anda di halaman 1dari 14

KOPERASI

A. Konsep Dasar Koperasi


Koperasi (syirkah ta’âwuniyah) adalah suatu persekutuan baru yang belum dikenal atau
belum dijelaskan oleh para ahli fikih terdahulu. Keberadaan koperasi dalam perekonomian
akan diuraikan dengan penjelasan di bawah ini.
Secara bahasa, koperasi berasal dari kata Inggris (cooperation), yang berarti ‘kerja
sama’. Adapun secara istilah, para pakar mendefinisikan dengan berbagai macam formulasi
bergantung pada sudut pandang dari pakar yang bersangkutan.
Winardi (1986: 138 – 139) mengemukakan beberapa definisi koperasi sebagai berikut.
1. Koperasi merupakan sebuah perkumpulan orang yang setiap orang bebas menjadi
anggotanya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan material para anggotanya.
2. Koperasi adalah perkumpulan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan ekonomi
bersama; bersama-sama melakukan usaha, pembelian atau penjualan produk atau
pemberian kredit, dan sebagainya.
3. Koperasi merupakan perkumpulan yang memungkinkan beberapa orang atau badan
hukum melalui kerja sama atas dasar sukarela melaksanakan suatu pekerjaan guna
memperbaiki nasib para anggotanya, misalnya dengan jalan bersama-sama
menyelenggarakan produksi, pembelian, penjualan, pemberian jasa, dan sebagainya.
4. Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang bertujuan untuk mengejar laba, bersama-
sama berusaha untuk memperbaiki taraf hidup serta kesejahteraan anggotanya.
5. Koperasi adalah organisasi yang mempunyai sasaran memperbaiki kesejahteraan
anggotanya yang umumnya bertendensi simpan pinjam yang kemudian diperluas
dengan koperasi-koperasi jenis lain (koperasi konsumsi dan koperasi produksi).
Pendapat lain dikemukakan oleh Syaltut (tt: 348), ia berpendapat bahwa di dalam
syirkah ta’âwuniyah tidak ada unsur mudhârabah, sebagaimana yang dirumuskan oleh
para ahli fikih, karena satu pihak sebagai pemilik modal dan pihak lain berusaha atas modal
tersebut, sebab koperasi yang ada di Mesir, modal usahanya berasal dari anggota pemegang
saham dan usaha koperasi dikelola oleh pengurus dan karyawan yang dibayar oleh koperasi
menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing. Apabila pemegang saham turut serta
mengelola koperasi itu, dia berhak mendapat upah sesuai dengan kedudukan dan sistem
perjanjian yang berlaku.
Koperasi yang ada di Mesir berbeda dengan koperasi di Indonesia, sebab di Indonesia
pengurus yang mengelola koperasi dipilih dari dan oleh anggota berdasarkan hasil rapat
anggota. Mereka tidak mendapat gaji, tetapi mereka memperoleh uang kehormatan menurut
ketetapan rapat anggota, kecuali karyawan koperasi yang bukan anggota koperasi digaji oleh
koperasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan
yang dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para
anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan bertujuan memajukan tingkat hidup bersama.

B. Landasan Hukum Koperasi


Mendirikan koperasi diperbolehkan menurut agama Islam tanpa ada keragu-raguan apa
pun, selama koperasi tersebut tidak melakukan riba atau penghasilan haram. Di dalam Al-
Qur’an surat Al-Mâ’idah 2 Allah S.W.T. berfirman:
ُ ‫ٱلل َشد‬
‫ريد‬ َ َّ ْ ‫لَع ۡٱۡلثۡ رم َوٱلۡ ُع ۡد َون َو َّٱت ُقوا‬
َ َّ ‫ٱلل إ َّن‬ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ۡ َّ َ ِ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
‫ب وٱتلقوى وَل تعاونوا‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫وتعاونوا لَع ٱل ر ر‬
َ ۡ
٢ ‫اب‬
‫ٱل رعق ر‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Berdasarkan pada firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa saling membantu dalam
kebajikan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari dianjurkan oleh Allah. Koperasi
merupakan salah satu bentuk atau perwujudan kerja sama, dan saling memenuhi kebutuhan
dalam bidang ekonomi. Kegiatan saling membantu, memenuhi kebutuhan dan tolong
menolong dalam kebajikan adalah salah satu upaya atau wasilah untuk mencapai
ketakwaan yang sempurna (haqqa tuqâtih).
Di dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad
dari Anas bin Malik r.a. dikatakan bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda: “Tolonglah
saudaramu yang menganiaya dan yang dianiaya. Sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah aku
dapat menolong orang yang dianiaya, tapi bagaimana menolong yang menganiaya?’
Rasulullah menjawab, ‘Kamu tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti
menolong kepadanya’”.
Hadits di atas dapat dipahami secara luas, yaitu umat Islam dianjurkan untuk menolong
orang-orang yang berekonomi lemah dengan cara berkoperasi dan menolong orang-orang
kaya jangan sampai mengeksploitasi orang-orang yang berekonomi lemah dengan bisnis
yang terlarang oleh agama dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang,
membungakan uang, dan cara yang lainnya.
Tolong-menolong merupakan perbuatan yang terpuji menurut agama Islam. Salah satu
bentuk tolong-menolong melalu pendirian koperasi-mendirikan dan menjadi anggota
koperasi-merupakan salah satu perbuatan terpuji menurut agama Islam.

C. Syarat Pendirian, Asas, dan Tujuan Koperasi


Dalam mendirikan koperasi harus memenuhi berbagai persyaratan, karena koperasi
merupakan usaha yang berbadan hukum. Persyaratan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Persyaratan Pendirian Koperasi
Koperasi merupakan salah satu badan ekonomi yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan dan berusaha meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Keberadaan koperasi
harus berbadan hukum, karena koperasi merupakan salah satu bentuk kerja sama dalam
usaha. Syarat-syarat mendirikan koperasi adalah sebagai berikut.
a. Dilakukan dengan akta notaris.
b. Disahkan oleh pemerintah.
c. Didaftarkan di Pengadilan Negeri.
d. Diumumkan dalam berita negara.
Keberadaan koperasi selama belum dilakukan pengumuman dan pendaftaran, pengurus
koperasi bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan atas nama koperasi itu.
Pimpinan koperasi adalah wakil koperasi di dalam dan di luar pengadilan (Fahrudin:
1985:168).
2. Asas-asas Koperasi
Ada beberapa asas koperasi berdasarkan kriteria Rochdale (penggerak lahirnya
koperasi yang pertama kali didirikan pada tanggal 12 Desember 1884 di Inggris), Winardi
(1986: 112 – 113) menyatakan sebagai berikut.
a. Setiap orang bebas menjadi anggota atau keluar sebagai anggota berdasarkan atas suka-
rela.
b. Setiap anggota mempunyai hak suara.
c. Koperasi bersifat netral terhadap agama dan aliran politik mana pun juga.
d. Siapa saja dapat menjadi anggota organisasi.
e. Pembelian dan penjualan dilakukan secara tunai.
f. Pembagian keuntungan berdasarkan jumlah pembelian jasa masing-masing anggota.
g. Harga benda-benda atau komoditas disamakan dengan harga pasar setempat.
h. Koperasi harus menjamin kualitas, ukuran, dan timbangan barang-barang yang dijual
(harus dijaga jangan terjadi kecurangan).
i. Koperasi harus memberikan pendidikan kepada para anggotanya.
3. Tujuan Koperasi
Koperasi sebagai organisasi mempunyai aneka macam tujuan yang kadang-kadang
sangat idealis (Winardi. 1986: 111 – 112), yaitu sebagai berikut.
a. Berusaha bersama dalam bidang tertentu.
b. Berusaha untuk memperbaiki taraf hidup para anggotanya.
c. Mendidik para anggota untuk berperilaku ekonomi.
d. Menggairahkan untuk bersemangat berusaha bersama dalam bidang perekonomian.
e. Menunjukkan para anggota bahwa mereka dapat mencapai hasil lebih banyak bila
mereka melakukan secara berkelompok daripada berusaha perorangan.
f. Mendidik anggota untuk bersikap disiplin.
g. Mengusahakan timbulnya kepercayaan pada diri sendiri.
Tujuan-tujuan yang dikemukakan dapat dicapai apabila koperasi memiliki: modal;
organisasi sehat dan efisien; anggotanya rukun serta memiliki tanggung jawab penuh atas
aktivitas ekonomi; dan pengurusnya ahli, jujur, ulet bekerja, dan berjiwa koperasi.

D. Macam-macam Koperasi
Koperasi sebagai pelaku ekonomi dapat dibedakan dan dilihat dari dua segi: pertama,
dari segi bidang usahanya; dan kedua, dari segi tujuannya. Zuhdi (1988: 148)
menjelaskannya sebagai berikut.
1. Dari segi usahanya, koperasi dapat dibagi menjadi dua macam.
a) Koperasi yang berusaha tunggal (single purpose), yaitu koperasi yang hanya
menjalankan satu bidang usaha, seperti koperasi yang hanya berusaha dalam bidang
konsumsi, bidang kredit, atau bidang produksi.
b) Koperasi serba usaha (multi purpose), yaitu koperasi yang berusaha dalam berbagai
(banyak) bidang, seperti koperasi yang melakukan pembelian dan penjualan.
2. Dari segi tujuannya, koperasi dapat dibagi menjadi tiga bagian.
a) Koperasi produksi, yaitu koperasi yang mengurus pembuatan barang-barang yang
bahan-bahannya dihasilkan oleh anggota koperasi.
b) Koperasi konsumsi, yaitu koperasi yang mengurus pembelian barang-barang guna
memenuhi kebutuhan anggotanya.
c) Koperasi kredit, yaitu koperasi yang memberikan pertolongan kepada anggota-
anggotanya yang membutuhkan modal.
Menurut Syaltut dalam Zuhdi (1988: 149), koperasi (syirkah ta’âwuniyah) adalah suatu
persekutuan baru yang belum dikenal atau belum dijelaskan oleh para ahli fikih terdahulu
yang membagi syirkah hanya menjadi empat macam berikut ini.
1. Syirkah abdân, yaitu suatu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan
suatu usaha yang hasilnya dibagi antar mereka menurut perjanjian yang telah ditentukan
sebelumnya. Syirkah abdân, menurut Abu Hanifah dan Malik dinyatakan boleh,
sedangkan imam Al-Syafi’i melarangnya.
2. Syirkah mufâwadhah, yaitu suatu persekutuan kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk melakukan suatu usaha dengan modal uang atau jasa dengan syarat sama
modalnya dan masing-masing berhak bertindak atas nama syirkah. Syirkah
mufâwadhah dinyatakan boleh menurut Abu Hanifah, namun menurut yang lainnya
tidak.
3. Syirkah wujûh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu
tanpa modal uang, tetapi hanya berdasarkan saling memercayai. Keuntungan dibagi
sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan. Imam Hanafiyah dan Hambali
membolehkan syirkah wujûh ini, sedangkan Imam Syafi’i melarangnya, sebab menurut
Imam Syafi’i, syirkah hanya boleh dengan uang atau dengan pekerjaan.
4. Syirkah ‘inân, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam penanaman modal
untuk melakukan suatu usaha atas dasar pembagian untuk dan rugi sesuai dengan
jumlah modalnya masing-masing. Syirkah ‘inân disepakati kebolehannya oleh para
ulama.
Selanjutnya dikemukakan oleh Mahmud Syaltut, koperasi adalah suatu kerja sama
(syirkah) baru yang ditemukan para ulama yang besar manfaatnya, yaitu memberi
keuntungan kepada para anggota pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi calon
karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usahanya untuk mendirikan
tempat (sarana) ibadah, sekolah, dan sebagainya. Oleh karenanya, dalam koperasi ini tidak
ada unsur kezaliman dan pemerasan, pengelolaannya demokratis dan terbuka serta
membagi keuntungan dan kerugian kepada anggota sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.
Persekutuan adalah bentuk kerja sama yang dianjurkan syara’ karena dengan
persekutuan berarti ada kesatuan. Dengan kesatuan akan tercipta sebuah kekuatan,
sehingga kekuatan ini digunakan untuk menegakkan sesuatu yang benar menurut syara’.
Zuhdi (1985: 151) mengemukakan bahwa koperasi yang memberikan persentase
keuntungan tetap setiap tahun kepada para anggota pemegang saham bertentangan dengan
prinsip ekonomi yang melakukan usahanya atas perjanjian keuntungan dan kerugian yang
dibagi di antara para anggota (profit and loss sharing), dan besar kecilnya persentase
keuntungan dan kerugian bergantung pada kemajuan dan kemunduran koperasi.

E. Koperasi dalam Sistem Ekonomi


Menurut Dawan Rahardjo yang dikemukakan oleh Suhendi (2008: 293 – 294), koperasi
dilahirkan di negara kapitalis. Koperasi dianggap sebagai alternatif atas sistem kapitalis.
Koperasi ingin mengganti hubungan produksi dan pertukaran yang berdasarkan pada
persaingan bebas dengan kerja sama. Akan tetapi, koperasi tidak menggantikan sistem
kapitalis, bahkan koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat bekerja dan mampu
bersaing dalam kerangka sistem kapitalis.
Koperasi yang sering dijadikan contoh adalah koperasi yang dikembangkan di negara-
negara kapitalis, seperti di Inggris, Amerika Serikat (AS), Jerman, Austria, Denmark, dan
Swedia. Denmark dan Swedia menggunakan sistem kapitalis yang sudah mengalami
perubahan-perubahan, sehingga negara ini berubah menjadi negara Welfare State.
Di sisi lain, koperasi juga dikembangkan di negara sosialis, atau dapat dikatakan bahwa
koperasi pernah dijadikan model yang dipakai oleh pemerintah sosialis sebagai wahana
dalam proses sosialisasi alat-alat produksi. Di Republik Rakyat Cina (RRC), koperasi
pernah dijadikan model transisi dalam proses transformasi dari sistem feodal ke sistem
sosialis. Sebagaimana negara-negara sosialis, koperasi hanya dijadikan model pada masa
transisi. Hal ini dilakukan karena koperasi dipandang belum sepenuhnya bersifat sosialis.
Di negara kapitalis, koperasi dianggap sebagai varian yang mendukung dan memperkuat
sistem perekonomian kapitalis itu sendiri.
Koperasi merupakan sub sistem yang lemah, kurang mampu bekerja di atas prinsip
efisiensi, sehingga koperasi pada umumnya selalu mengharapkan uluran tangan para
wirausahawan dan pemerintah. Setiap gerakan koperasi yang sejati sebenarnya selalu ingin
mendasarkan diri pada kesadaran pendukungnya, yakni kesadaran konsumen, produsen,
distributor barang dan jasa, dan kesadaran pemerintah.
Dalam pengembangan koperasi sebagai pelaku ekonomi, Winardi (1986: 136 – 138)
mendasarkan pada analisis SWOT yang dijelaskan sebagai berikut.
S = Strong Points (Kekuatan).
W = Weakness (Kelemahan).
O = Opportunities (Kesempatan).
T = Threats (Ancaman).
1. Kekuatan (strong points) koperasi sebagai organisasi adalah sebagai berikut.
a. Sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat luas sebagai organisasi.
b. Mendapatkan perlindungan dan aneka macam bantuan dari pihak Pemerintah.
c. Oleh Pemerintah dibentuk macam-macam badan resmi untuk membantu
pengelolaannya.
d. Tidak banyak kesulitan untuk membentuknya.
e. Asas “gotong royong” merupakan asas yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi.
f. Dapat mengikutsertakan rakyat yang lemah dalam bidang permodalan.
g. Dapat dibentuk di kota-kota maupun di desa-desa.
2. Kelemahan (weakness) koperasi sebagai organisasi ekonomi adalah sebagai berikut.
a. Modal yang dapat dikumpulkan pada umumnya relatif sedikit, hingga koperasi
kurang dapat menikmati apa yang dinamakan ”economies of large scale”.
b. Karena pengalaman sejarah, koperasi mendapatkan nama kurang baik sebagai
organisasi.
c. Sebagai organisasi yang lemah dalam bidang permodalan, koperasi harus
menghadapi perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi yang lebih kuat.
d. Adanya kecenderungan untuk mengharapkan bantuan pemerintah secara berlebihan
dalam segala macam bentuk.
e. Pemimpin-pemimpin koperasi kadang-kadang tidak memiliki pengetahuan
keterampilan cukup untuk mengelola usaha koperasi dengan cara efisien serta
ekonomis.
f. Sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
g. Kadang-kadang digunakan oleh ketua untuk usaha yang sebenarnya bukan usaha
koperasi.
3. Kesempatan (opportunities) koperasi yang merupakan organisasi ekonomi banyak
mempunyai peluang, yaitu sebagai berikut.
a. Koperasi sebenarnya mempunyai peluang untuk berkembang dengan baik,
mengingat adanya dukungan serta bantuan Pemerintah terhadapnya.
b. Koperasi yang dikelola dengan baik dapat menarik banyak anggota.
c. Dewasa ini banyak usaha kecil mendambakan wadah koperasi yang baik yang dapat
memperbaiki nasib mereka.
d. Apabila koperasi berhasil menghimpun anggota-anggota (manusia atau
perusahaan-perusahaan) dalam jumlah cukup banyak, mereka akan menjadi suatu
kekuatan yang dapat menetralisir kegiatan usaha swasta yang terlampau mengejar
laba.
e. Dengan informasi serta prestasi lebih baik, pihak pemerintah bersama-sama dengan
koperasi-koperasi yang ada dapat menarik anggota-anggota yang tergolong sebagai
kelompok pendapatan menengah.
f. Contoh gerakan koperasi yang berhasil di luar negeri (Denmark, Swedia, Selandia
Baru) dapat diimitasi untuk kepentingan koperasi di Indonesia.
g. Koperasi yang baik dapat dijadikan wadah yang baik untuk memupuk disiplin,
kejujuran, ‘economic mindedness’ di kalangan anggota, yang demikian dibutuhkan
oleh negara kita yang sedang membangun dalam rangka “nation building” yang
sehat.
4. Ancaman (threats) koperasi sebagai organisasi ekonomi, yaitu sebagai berikut.
a. Ancaman terhadap organisasi koperasi timbul dari contoh-contoh buruk yang
diperlihatkan oleh berbagai koperasi yang dipimpin oleh pimpinan yang tidak
bonafide.
b. Kurangnya pengertian masyarakat tentang koperasi sebagai organisasi yang dapat
menyebabkan timbulnya “citra” yang kurang menguntungkan baginya.
c. Perpecahan antara anggota-anggota koperasi akibat pertentangan kepentingan,
subjektivisme merupakan faktor yang dapat meruntuhkan koperasi.
d. Persaingan dari usaha-usaha non koperasi merupakan ancaman real bagi koperasi.
e. Inflasi yang masih tetap berlangsung merupakan ancaman bagi modal koperasi
yang umumnya relatif sedikit, apabila pihak pimpinan koperasi tidak pandai
mengamankannya dan “melindunginya” terhadap ancaman tersebut.
f. Sikap sebagian (besar) anggota koperasi yang senantiasa “menunggu bantuan pihak
pemerintah” merupakan faktor yang melemahkan gerakan koperasi.
Neraca SWOT memperlihatkan kepada kita bahwa koperasi sebagai suatu organisasi
memiliki kekuatan maupun kelemahan. Pimpinan koperasi yang baik seyogianya siap
menghadapi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh koperasi sebagai organisasi dan
memanfaatkan sepenuhnya kesempatan-kesempatan yang ada demi kemajuan koperasi
yang dikelola mereka.

F. Membudayakan Koperasi
Nawawi (2006) mengemukakan penerapan budaya organisasi di bidang koperasi sangat
ditentukan oleh pimpinan koperasi yang bersangkutan. Pengurus dan manajer koperasi
harus mempunyai komitmen yang kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya
organisasi. Budaya organisasi adalah norma yang telah disepakati oleh seluruh orang yang
terlibat dalam koperasi yang bersangkutan.
Kehancuran dari koperasi dan rusaknya citra dan kemajuan koperasi dalam kehidupan
masyarakat, karena personel koperasi, yaitu pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan
dan anggota tidak memegang teguh budaya koperasi yang berlandaskan moral dan
kompetensi kerjanya. Pada umumnya, mereka lupa pada landasan, tujuan, dan misi
didirikannya koperasi. Oleh karena itu, peranan budaya organisasi harus ditanamkan secara
dalam terlebih dahulu pada pimpinan koperasi dan disosialisasikan secara konsisten kepada
karyawan dan anggota koperasi.
1. Karakteristik Koperasi Berbudaya Kuat
Karakteristik budaya koperasi yang kuat adalah tersosialisasinya budaya organisasi
pada koperasi, pelaksanaan budaya koperasi yang konsisten dan berfungsinya budaya
organisasi dalam mengatasi masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal. Untuk lebih
jelasnya diuraikan sebagai berikut.
a. Sosialisasi budaya organisasi koperasi yang mencakup pelaksanaan seleksi calon
karyawan dan anggota koperasi, penempatan tenaga kerja, pendalaman wawasan kerja,
pengukuran kinerja, pemberian penghargaan, kesetiaan pada nilai-nilai utama koperasi,
informasi tentang budaya organisasi, promosi karyawan dan anggota, dan anggota
koperasi.
b. Pelaksanaan seleksi calon karyawan dan anggota koperasi. Secara organisasi, pengurus
koperasi harus selektif menerima karyawan dan anggota koperasinya, karena personil
koperasi yang memenuhi kualifikasi persyaratan jabatan berpotensi untuk bekerja
produktif dan mencapai prestasi kerja. Hal ini karena secara psikologis, karyawan
koperasi perlu diseleksi dan memenuhi kualifikasi persyaratan jabatannya.
c. Penempatan kerja karyawan koperasi adalah penugasan kepada karyawan dan anggota
koperasi haruslah sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya, sebagaimana
prinsip penempatan kerja “The right man in the right place, the right man on the right
job”. Begitu pula hadits Rasulullah S.A.W. yang diriwayatkan oleh Bukhari yang
artinya: “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya”. Oleh karena itu, penempatan kerja karyawan dan penugasan kepada
anggota koperasi haruslah didasarkan pada kemampuan dan bidang keahliannya.
d. Pendalaman bidang pekerjaan dan wawasan perkoperasian dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan kerja yang didasarkan pada analisis kebutuhan dan
permasalahan bidang pekerjaan yang ada pada koperasi.
e. Pengukuran kinerja dan pemberian penghargaan, yaitu penilaian prestasi kerja
pengurus, manajer, karyawan dan anggota yang aktif yang dilakukan secara periodik
(setiap 6 bulan atau minimal setiap tahun) dan kontinu. Sementara pemberian
penghargaan yang dimaksud adalah pemberian penghargaan non materi dan materi
kepada personil koperasi (pengurus, manajer, karyawan, anggota koperasi) yang
berprestasi tinggi, begitu pula pemberian sanksi kepada personil koperasi yang tidak
berprestasi dan tidak disiplin (melanggar peraturan).
f. Kesetiaan kepada nilai-nilai utama koperasi, artinya adalah personil koperasi
mengutamakan pemberian pelayanan yang terbaik dan bekerja di koperasi diartikan
atau dimaknai sebagai beribadah kepada Allah S.W.T. untuk kepentingan orang banyak
yang dilandaskan kepada moral, kerja keras dalam mencapai prestasi maksimal guna
mendapatkan rida Allah S.W.T.
g. Memperluas informasi/cerita budaya organisasi pada koperasi. Pemberian penghargaan
dalam bentuk promosi jabatan kepada karyawan yang berprestasi tinggi, yang bertujuan
agar karyawan yang bersangkutan terus termotivasi untuk bekerja produktif dan lebih
berprestasi. Begitu pula pemberian penghargaan predikat anggota koperasi terbaik
diharapkan agar anggota koperasi berlomba-lomba secara positif meningkatkan
partisipasinya dalam pembangunan koperasi. Dengan demikian, budaya organisasi
pada koperasi dapat dijadikan pedoman bagi perilaku karyawan dan anggota koperasi.
2. Pelaksanaan Budaya Organisasi pada Koperasi
Berbagai Aktivitas yang berkaitan dengan budaya organisasi pada koperasi adalah
sebagai berikut.
a. Perilaku personil koperasi merupakan interaksi kerja antara ketua pengurus dan anggota
pengurus, antara pengurus dan manajer, antara pengurus dan karyawan unit, antara
pengurus dan pengawas, antara manajer dan karyawan bawahan, antara pengurus dan
anggota, dan keefektifan bahasa kerja yang digunakan, serta keefektifan dalam
pelaksanaan Rapat Anggota (RA/RAT).
b. Norma-norma di koperasi, yaitu kepatuhan terhadap norma-norma, seperti rapat
anggota merupakan kekuasaan tertinggi, koperasi milik anggota, anggota memiliki
identitas ganda sebagai pemilik (owners) dan sebagai pengguna jasa/pelanggan (users)
adalah ciri khas budaya organisasi koperasi yang membedakan dengan perusahaan
umum.
c. Nilai-nilai dominan koperasi adalah pelayanan yang terbaik kepada anggota koperasi
(pelayanan diprioritaskan kepada anggota, penentuan harga lebih murah, berkualitas,
cepat, dan lengkap), efisiensi dalam penggunaan biaya operasional dan penggunaan
sumber daya karyawan.
d. Peraturan-peraturan perkoperasian adalah pelaksanaan kegiatan koperasi berlandaskan
pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Anggaran Dasar
Koperasi dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Sebenarnya, pemahaman pengertian
koperasi yang tertuang dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tersebut tidak perlu
terlalu dipermasalahkan karena telah dilengkapi penjelasannya. Walaupun masih
terdapat perbedaan pendapat dalam menginterpretasikannya, tetapi secara prinsipil
tidak mengganggu dalam pengelolaan koperasi.
e. Iklim organisasi koperasi adalah terciptanya hubungan kerja yang harmonis yang saling
percaya yang dilandaskan kepada keimanan dan ketakwaan antara pengurus dan
pengawas, manajer, karyawan dan anggota dengan memahami dan jelas serta
melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya sebagai personil koperasi.
f. Inisiatif personil koperasi adalah ketua pengurus banyak melakukan inovasi dan kerja
sama dengan pihak ketiga, manajer kreatif dan produktif menciptakan unit usaha,
karyawan memberikan kontribusi penyampaian ide-ide positif bagi pengembangan unit
usaha, sedangkan pengawas proaktif mengantisipasi terhadap gejala-gejala
ketidakobjektifan, dan anggota koperasi aktif dalam memberikan ide-ide pemikiran
dalam perbaikan pelayanan koperasi.
g. Toleransi terhadap risiko bahwa personil koperasi mengantisipasi situasi yang
kemungkinan menjadi faktor penghambat dalam pengembangan organisasi koperasi
dan pengambilan risiko yang moderat berdasarkan perhitungan yang rasional/logis.
h. Pengarahan pimpinan merupakan aktivitas ketua pengurus dan manajer memberikan
pengarahan kepada karyawan untuk bekerja produktif dan disiplin, serta memberikan
penyuluhan koperasi kepada anggota agar berpartisipasi aktif memanfaatkan pelayanan
koperasi.
i. Integrasi kerja di koperasi adalah terjalinnya koordinasi kerja, kekompakan kerja dan
kesatuan kerja secara efektif antar personil koperasi, sehingga adanya keselarasan
antara pelaksanaan kewajiban dan pemenuhan hak yang harus diberikan.
j. Dukungan pimpinan, artinya adalah ketua pengurus dan manajer memberikan
dukungan moral kepada kerja karyawan, menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan karyawan setiap unit kerja agar mereka merasa memiliki koperasinya.
k. Pengawasan kerja, artinya adalah pelaksanaan pengawasan kerja yang dilakukan oleh
pengawas terhadap kerja pengurus, pengurus terhadap kerja manajer, karyawan setiap
unit, dan keaktifan anggota koperasi dengan memerhatikan sistem pengawasan, mutu,
pengadministrasian, dan frekuensi pelaksanaan pengawasannya.
l. Identitas personil koperasi, artinya adalah pengurus sebagai mandataris Rapat Anggota
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan organisasi, pengawas berfungsi sebagai audit
internal, manajer dan karyawan sebagai pelaksana operasional kegiatan usaha, serta
anggota berfungsi sebagai pemilik (owners) dan pengguna jasa (users) koperasi.
m. Sistem penghargaan personil koperasi, yang merupakan pemberian bonus atau insentif
kerja (penghargaan bentuk materi), non materi, promosi jabatan dari manajer kepada
karyawan yang berprestasi maksimal serta anggota koperasi yang sangat aktif
berpartisipasi.
n. Toleransi terhadap konflik, maksudnya adalah mendeteksi penyebab kemungkinan
terjadinya konflik antar individu di unit kerja, konflik antar kelompok dan mampu
menyelesaikan konflik tersebut secara fungsional. Hal ini secara sosiologis perlu
diciptakan situasi konflik fungsional pada koperasi tersebut agar situasi kerja menjadi
dinamis.
o. Pola komunikasi kerja koperasi merupakan komunikasi kerja dua arah (interaksi
langsung antara pengurus, manajer, pengawas, karyawan dan anggota koperasi) dengan
pertemuan secara periodik dan kontinu menggunakan media yang efektif.
3. Fungsi Budaya Organisasi pada Koperasi
Pengukuran berfungsi tidaknya budaya organisasi pada koperasi mencakup:
pengembangan pemahaman visi dan misi, strategi koperasi, kebersamaan, integrasi
internal, dan adaptasi eksternal.
a. Pengembangan pemahaman visi, misi dan strategi koperasi berfungsi membantu
mengembangkan pemahaman personil koperasi tentang visi, misi, strategi, tujuan, dan
standar ukuran pencapaian tujuan organisasi koperasi. Dalam organisasi, pemimpin
organisasi harus mampu menyumbangkan wawasan yang jauh ke depan untuk
meningkatkan organisasinya kepada tahap kemajuan sesuai dengan perubahan zaman
dan dinamika lingkungan organisasinya. Bahkan, Hammel dan Prahaland (1994: 17)
berpendapat bahwa “menetapkan visi saja sebenarnya tidak cukup, karena visi
merupakan suatu hal yang abstrak, oleh karena itu perlu ada aksinya”.
b. Membangun kebersamaan dalam kehidupan koperasi. Budaya organisasi koperasi
berfungsi membantu kebersamaan dalam kehidupan organisasi koperasi, sehingga
penggunaan bahasa kerja mudah dipahami, meningkatkan konsensus keanggotaan yang
harmonis, pemahaman status peran dengan mendudukkan posisi yang tepat sebagai
personil koperasi.
c. Integrasi internal koperasi berfungsi mengatasi permasalahan integrasi internal
organisasi koperasi, sehingga pelaksanaan komunikasi kerja yang efektif oleh personil
koperasi memiliki kriteria keanggotaan yang jelas, kualifikasi persyaratan yang jelas
bagi calon personil koperasi (pengurus, pengawas, manajer, karyawan unit anggota),
memiliki standar penghargaan dan menghayati tugas serta tanggung jawab sesuai
dengan jabatannya.
d. Adaptasi eksternal koperasi, mampu mengatasi masalah yang berhubungan dengan
adaptasi eksternal organisasi yang mencakup: menitikberatkan pada misi dasar dan
strategi koperasi, menentukan tujuan yang relevan dengan misi dasar koperasi, dan
menentukan kriteria secara profesional dalam mencapai kinerja organisasi koperasi.
Visi, misi dan strategi koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Sementara kriteria
pengukuran kinerja organisasi koperasi adalah sehat organisasi, finansial, dan usaha.
Secara organisasi, pelaksanaan budaya organisasi koperasi yang tidak mampu berfungsi
mengatasi masalah yang berhubungan dengan adaptasi eksternal mengakibatkan
ketidakberhasilan organisasi koperasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins
(1992: 273) bahwa organisasi dapat berhasil karena ada kecocokan eksternal. Oleh karena
itu, pimpinan koperasi (ketua pengurus dan manajer) harus berusaha keras memedulikan
kepentingan karyawan, anggota sebagai pelanggan atau pengguna jasa koperasi, pihak
ketiga sebagai pemasok dan mencocokkan strategi organisasi dengan konteks bisnisnya
agar mampu meningkatkan kinerja organisasi koperasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kotter dan James L. Heskett (1997: 118) bahwa pemimpin organisasi harus memedulikan
orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis (pelanggan, karyawan, pemilik,
pemasok) dan mencocokkan strategi dengan konteks bisnisnya sehingga kinerja organisasi
akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai