Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DENGAN MASALAH

HIPERTENSI DI DESA GHEOGHOMA DUSUN MBOMBA II

OLEH

NAMA KELOMPOK

Aplonia Kresensia Do’a Angelia Indrayana Waang

Maria Salvatorani Alvin Bapista Melania Dadi

Regina Novita Rendo Leonarda Istansia Wanda

Siti Nur Azizah Zunaidin Maria Ivantris Jaga

Sriwahyuni Maria Yasinta Aga

Theresia Hilda Anggo Jata Maria Anjelina Eno

Oktaviani Marcelina Kana

Nining Karlina Lero

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah
Rahmat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan
Kelompok dengan judul Asuhan Keperawtan Pada Lansia dengan Maslaah Hipertensi DI
Desa Gheoghoma Dusun Mbomba II tepat waktu.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bawah dalam rangka kegiatan praktek
keperawtan Gerontik ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang di harapkan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, motivasi
kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ucapakan terimkasih kepada :

1. Bapak Aris Wawomeo, M.Kep., Ns., Sp.Kep. Kom selakuh ketua program studi D III
Keperawatan Ende yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Kampus Program Studi D III Keperawatan Ende
2. Bapak Kepala Desa Gheoghoma yang telah memberikan kesempatan untuk penulis
melakukan praktek di desa Gheoghoma.
3. Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing Kelompok Dusun Mbomba II yang telah
membimbing penulis untuk menulis laporan ini
4. Masyarakat Desa Gheoghoma dudun Mbomba II yang telah senantiasa membantu
penulis untuk melaksanakan praktek keperawatan gerontik dan menenrima penulis.
5. Teman-teman seperjuangan yang dengan cara nya masing-masing membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa Memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan dan bisa meluangkan waktunya utnuk membantu penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan masih jauh dari kata sempurna, maka saran
dan kritik yang kontruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah utama di berbagai Negara yang berkaitan dengan kesehatan adalah

penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan salah satu pemicu

pertama di dunia pertahunnya. Angka penderita hipertensi terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Hipertensi merupakan penyebeb kematian nomor 3

setelah stroke dan tuberkolosis, yakni mencapai 6,7% dari tuberkulosis dari populasi

kemtian pada semua umur di indonesia. Hipertensi merupakan salah satu penyakit

kardiovaskuler yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Hiperetnsi sekarang menjadi masalah umum, tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia,

karena hipertensi merupakan salah satu pintu masuk atau faktor resiko penyakit

jantung, ginjal, diabetes, dan stroke ( Kemenkes RI 2019).

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevelensi hipertensi berdarakan hasil pengukuran


pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di kalimantan selatan
(44,1%), sedangkan terendah di papua sebsesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31- 44 tahun (31,6%), umur 54-55 tahun(45,3%),umur 55-64 tahun
(55,2%). Dari prevelensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum
secara rutin.
Menurut WHO(2018) hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

cukup berbahaya di dunia, karena hipetensi merupakan faktor resiko utama yang

mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung,gagal jantung,

stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan

stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia. Hipertensi diprediksi dapat

menyebabkan kematian yaitu sekitar 7,5 juta dan penyebeb kematian di dunia yaitu

12,8%. Adapun di Amerika diprediksi terdapat 33,8% penduduknya menderita


hipertensi yang terjadi pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Adapun di

Indonesia, prevelensi penderita hipertensi menurut Depertemen Kesehatan yaitu

terdapat sekitar 31,7% dimana hanya 7,2 dari 32,7% penduduk mempunyai

pemahaman mengenai tentang hipertensi. Riskesdas (2018) menjelaskan hipertensi

merupakan penyakit tidak menular yang memiliki prevelnsi tertinggi yang di diagnosa

di fasilitas kesehatan dengan jumlah kasus mencapai 1885.857. Prevelensi hipertensi

di Indonesia pada umur ≥18 tahun sebesar 34,1% dengan penderita hipertensi

tertinggi.

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018), penyakit hipertensi di Nusa Tenggara Timur

(NTT) mencapai angka 7,2% kasus. Angka ini menempatkan hipertensi sebagai

penyakit tertinggi ke empat di provinsi NTT. Data tahun 2017 Kabupaten Kupang

merupakan salah satu Kabupaten dengan kasus hipertensi tertinggi di propinsi NTT

dengan kasus 1.582 kasus. Salah satu di daerah Kabupaten Kupang yang memiliki

hipertensi yang cukup tinggi adalah di desa Oeletsala. Daerah ini memiliki populasi

suku Timor yang pada umunya menderita penyakit hipertensi. Sebanyak (16%) 117

dari 1020 penduduk . Berbagai upaya sudah di lakukan oleh pemerintahan kabupaten

Kupang terutama petugas puskesmas, melalui berbagai pendekatan diantaranya

Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS PK), pos yandu lansia,

binaan terpadu penyakit tidak menular (POSBINDU PTM) dan berbagai upaya lainya

seperti penyuluhan kesehatan. Penyakit ini terus meningkat dengan pertambahan

usia,gaya hidup yang tidak sehat, seperti minum alkohol,merokok,dan diet yang tidak

sehat.

Tanda dan gejala pada pasien dengan hipertensi hingga saat ini secara pasti belum

dapat diketahui ,tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Terdapat

beberapa faktor yang menjadi resiko terjadinya hipertensi seperti, usia,jenis


kelamin,merokok,dan gaya hidup dan kurang aktivitas yang dapat mengarah ke

obesitas. Mengurangi faktro- faktor tersebut menjadi dasar pemberian intervensi oleh

tenaga kesehatan(Tritasari & Kodim 2019).

Menurut Hmdan Hriawan hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang

cukup besar untuk tetap di atasi. Penyebab hipertensi hingga sat ini secara pasti belum

dapat di ketahui, tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Hal yang

dapat dilakukan dalam mengatasi masalah hipetrensi adalah dengan senam hipertensi

dan dukungan keluarga melalui pemberdayaan keluarga. Pelaksanaan pengabdian

kepada masyarakat ini dilakukan dengan penyuluhan kepada keluarga sebagai

pemberdayaan keluarga dan senam hipertensi kepada anggota keluarga yang

mendertita hipertensi.

Sebagai salah satu solusi untuk menekan kejadian hipetensi ini dapat dilakukan

dengan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Hipetensi dapat di kontrol dengan

berbagai upaya menjaga gaya hidup. Hal ini dapat tercapai jika pengetahuan

masyarakat mengenai pencegahan dan perawatan hipertensi. saat ini, Kementrian

Kesehatan berupaya meningkatkan promosi kesehatan melalui komunikasi, informasi,

dan edukasi. Pemberian informasi dan edukasi pada masyarakat dapat melalui

berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penyampaian informasi

dan edukasi kesehatan melalui media pembelajaran yang dapat di akses masyarakat

setiap hari. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan

keinginan masyarakat dalam mencegah dan melakukan perawatan di rumah, sehingga

angka hipertensi dapat terkontrol ataupun dicegah pada masyarakat yang beresiko.

Pemberian informasi dan edukasi melalui media pembelajaran, salah satunya booklet

diharapkan juga dapat di sampaikan kepada orang lain dan anggota keluarga. Booklet

yang menarik dan mudah di bawah akan mudahakan penyebaran informasi dan
edukasi menggunakan media pembelajaran diharapakan dapat meningkatkan

pengetahuan dan self efficacy masyarakkat.

B. Rumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penulisan laporan kelompok lansia

“Bagaimana Penarapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien lansia dengan Diagnosa

Medis Hipertensi’.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien lansia di Desa
Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
2. Tujuan khusus.
Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasein lansia di Desa
Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
a. Mampu menentukan diangnosa keperawatan pada pasien lansia di
Desa Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
a. Mampu menetukan intervensi keperawatan pada lansia di Desa
Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
b. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien lansia di
Desa Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
c. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien lansia di Desa
Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
D. Manfaat.
1. Bagi mahasiswa.
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam mengidentifikasi dan
mengetahui Asuhan Keperawatan kepada pasien lansia di Desa Gheoghoma
Dusun II dengan Hipertensi.
2. Bagi institusi pendidikan.
Dengan adanya studi kasus ini,Poltekes Kemenkes Kupang Jurusan
Keperawatan Ende dapat mengevaluasi kemampuan penulis dalam memahami
Asuhan Keperrawatan pada pasien lansia di Desa Gheoghoma Dusun II
dengan Hipertensi.
3. Bagi masyarakat.
Bermanfaat untuk menmbah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
lansia di Desa Gheoghoma Dusun II dengan Hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar teori.

1. Pengertian.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekana darah di atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan (morbiditas) dan dan angka kematian (mortalitas).

(Sumartini,Zulkifli,dan Adhitya,2019)

Menurut WHO penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastolik sama atau

lebih besar dari 95 mmHg.

2. Penyebeb hipertensi.

Dapat di kelompokan menjadi 2 kelompok penyebeb hipertensi yaitu:

a. Hipertensi esensial ( hipertensi primer).

Penyebeb pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,

sementara penyebeb sekunder dari hipertensi esensial juga tidak

ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak di temukan penyakit gagal

ginjal, maupun penyekit lainya, genitik setara menjadi bagian dari

penyebeb timbulnya hipertensi esensial termasuk stres, intek alkohol,

merokok, lingkungan dan gaya hidup. Hipertensi primer dapat di

sebabkaan oleh faktor berikut ini:

1) Faktor keturunan.

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi.
2) Umur.

Jika umur bertambah maka tekanan darah akan meningkat.

3) Jenis kelamin.

Pada umunya laki-laki lebih tinggi dari permpuan atau lebih

dominan terkena hipertensi.

4) Gaya hidup.

Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan

(obesitas), sters, merokok, minuman alkohol, dan minum obat-

obatan. (Copeland et al., 2018).

b. Hipertensi sekunder.

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui kelainan pembuluh

darah ginjal, gangguan kelenjer tiroid (hipertiroid).

(Huang et al.,2019).

3. Patofisiologi.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusta vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor bermula dari

saraf simpatis yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medula spinalis ganglia simpatis di torkas dan abdomen.

Rangasangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak ke bawah memalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepineprin mengakibatakan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon


pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sennsitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan diamna

sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat senstif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa saja terjadi.

Pada saat bersamaan diaman sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangasang,

mengakibatakan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang mengakibatakan penurunan

aliran ke ginjal, menyebebkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat,yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabakan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertens. (Reny,dkk 2015).

4. Manifistasi klinis hipertensi.

Menurut Kemenkes RI 2018 tidak semua penderita hipertensi memiliki gejala

secara tampak, mayoritas dari penderita mengetahui hipertensi setelah

melakukan pemeriksaan pada fasilitas kesehatan baik primer maupun

sekunder. Hal ini pula yang mengakibatkan hipertensi dikenal dengan sebutan

the silent killer. Tetapi pada beberapa penderita hipertensi memiliki gejala

seperti:
a. Sakit kepala

b. Gelisah

c. Jatung berdebar-debar

d. Pusing

e. Panglihatan kabur

f. Rasa sesak di dada

g. Mudah lelah.

5. Pemeriksaan diagnostik.

a. Pemeriksaan laboratorium.

1) Hemoglobin / hematokrit: dapat mengakji dari hubungan sel-sel

terhadap volume cairan( viskositas) dan dapat mengindikasikan

faktor resiko seperti anemia.

2) BUN/kreatinin: dapat memberikan informasi tentang perfusi/

fungsi ginjal.

3) Glukosa : hiperglikimia ( diabetes militus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatakan oleh pengeluaran kadar

ketakolamin.

4) Kolsterol dan trigliserida serum:peningkatan kadar dapat

mengindikasikan adanya pembentukan plak ateromatus.

B. Konsep masalah keperawatan.

1. Penurunan curah jantung.

Defenisi: ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh.

Penyebeb.
a) Perubahan irama jantung.

b) Perubahan frekuensi jantung.

c) Perubahan kontraktilitas.

d) Perubahan preload.

e) Perubahan afterload.

Gelaja dan tanda mayor.

Subjektif

1) Perubahan irama jantung.

Palpasi.

2) Perubahan preolad.

Lelah

3) Perubahan afterload.

Dispnea.

4) Perubahan kontrakikitas.

Paroxysmal(noctumal dyspnea PND), Otropnea , Batuk

Objektif .

1) Perubahan irama jantung.

Bardikardia/takikardia,gambaran EKG aritmia atau ganggun

konduksi.

2) Perubahan preload.

Edema,distensi vena juguralis,central venous pressure(CVP)

meningkat /menurun,hepatomegali.

3) Perubahan afterload.
Tekanan darah meningkat/menurun,nadi perifer terabah

lemah,capillary refil time > 3 detik, oliguria, warna kulit pucat

dan/atau sianosis.

4) Perubahan kontraktilitas.

Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4,ejection fraction(EF)

menurun.

Gejala dan tanda minor.

Subjektif.

1) Perubahan preload.

(tidak tersedia)

2) Perubahan afterload

(tidak tersedia)

3) Perubahan kontraktilitas.

(tidak tersedia)

4) Perilaku /emosional.

Cemas,gelisah.

Objektif.

1) Perubahan preload.

Murmur jantung,berat badan bertambah,pulmonary artery wadge

pressure (PAWP) menurun.

2) Perubahan afterload.

Pulmonary vasculer resistance (PVR) meningkat/menurun.

3) Perubahan kontraktilitas.

Cardiac index (CI) menurun,left vantricular stroke work

index (LVSWI) menurun.


4) Perilaku emosional

(tidak tersedia )

2. Resiko Perarfusi serebral tidak efektif.

Defenisi : beresiko mengalami penurunan darah ke otak.

Faktor resiko: keabnormalan masa protrombin, dan/atau masa

tromboplastin parasial, penurunan kinerja vantrikel kiri, aterosklorosis

aorta, diseksi arteri, fibrilasi atrium, tumor otak, stenosis kartotis, miskoma

atrium, aneurisma serebri, koagulopati( mis, anemia, sel sabit), dilatasi

kardiomiopati, koagulasi intravaskuler diseminata, embolisme,cedera

kepala, hiperkolesteronemia, hipertensi, endokarditis infeksi, katup

prostetik mekanis, stenisi mitral,neoplasma otak, infrak miokard akut,

sindrom sick sinus, penyalagunaan zat, terapi tombolitik, efek samping

tindakan (mis, tindakan operasi bypass).

Kondisi klinis terkait: stroke, cedera kepala, aterosklerotik aoertik, infrak

miokard akut, diseksi arteri, embolisme,endokarditi infektif, fibrilasi

atrium, hiperkolesterolemia, hiperetnsi, dilatasi kardiomiopati, koagulasi

intravaskuler diseminata, miksoma atrium, neoplasma otak, segemn

ventrikel kiri akinetik, sindrom sick sinus, stenosis karotid, stenosi mitral,

hidrosefalus, infeksim otak(mis, menegitis,enesefalitis, abses serebri.

3. Nyeri akut

Defenisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan

Penyebab:
a) Agen pencedera fisiologis( mis, inflamasi, iskemia dan neoplasma)

b) Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik ( mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, traum latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : mengeluh nyeri

Objektif : tampak meringis, protektif (mis,waspada,posisi

menghindari nyeri)

Gejala dan tanda minor.

Subjektif : tidak ada

Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu

makan berubah,proses berpikir terganggu,menarik diri,berfokus

pada diri sendiri, diaforesis.

Kondisi klinis terkait: kondisi pembedahan,cedera traumatitis,

proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,

diaforesis.

4. Intoleransi aktivitas.

Defenisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Penyebab:ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,tirah

baring,kelemahan,imobilitas,gaya hidup monoton.

Gejala dan tanda mayor

Subjektif: mengeluh lelah

Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% kendisi istirahat.

Gejala dan tanda minor.


Subjektif : dispnea saat / setelah aktivitas, merasa tidak nyaman

beraktifitas, merasa lelah.

Onbjektif: tekana darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran

EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG

menunjukan isekmia dan sianosis.

Kondisi klinis terkait : anemia,gagal jantung kongestif , penyakit jantung

koroner,penyakit katub jantung, aritmia,penyakit paru obstruktif kronis

(PPOK), gangguan metabolik, gangguan muskuloskeletal

C. Konsep dasar asuhan keperawatan.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama dan

alamat.

Identitas penanggung jawab meliputi : nama, jenis kelamin,

agaama, alamat dan hubungan dengan pasein.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang :

Pada sebagian besar pasien hipertensi menimnulkan gejala

sakit kepala di sertai nyeri pada tengkuk dan kelelahan.

b) Riwayat kesehatan dahulu.

Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya atau adanya

riwayat merokok.
c) Riwayat kesehatan keluarga.

Biasanya ada riwayat keluarga (keturunan) yang menderita

hipertensi.

d) Pengkajian perpola

Aktivitas / istirhat.

Gejala : kelemahan, letih , nafas pendek, gaya hidup

monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama

jantung , takipnea.

Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi,atheroskleorosis dan penyakit

jantung koroner.

Tanda: tekanan darah meningkat dan takikardi. Intergritas

ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian , ansietas , marah ,

faktor stres multiple ( hubungan, keuangan, yang berkaitan

dengan pekerjaan).

Tanda :letupan suasana hati ,gelisah dan tangisan meledak.

Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi dan

riwayat penyakit ginjal pada masa lalu)

Makanan dan cairan

Gejala : makanan yang di sukai yang mencakup makana

tinggi garam, lemak serta kolestrol , mual, muntah dan


perubahan berat badan akhir-akhir ini( meningkat atau

menurun).

Neuresensori

Gejala: keluhan pusing atau pening, berdenyut, sakit kepala

suboksipitial (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan

( penglihatan ganda , penglihatan kabur).

Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orentasi ,

proses pikir,respon motorik : penurunan kekuatan

genggaman tangan.

Nyeri atau ketidaknyamana

Gejala: angina( penyakit jantung koroner ), sakit kepala,

nyeri pada tengkuk.

Pernapasan

Gejala : dispne yang berkaitahn dengan aktivitas atau kerja,

takipnea , ortopnea, batuk dengan atau tanpa sputum ,

riwayat merokok.

Tanda: distres pernapasan , bunyi napas tambahan dan

sianosis.

Pembelajaran / penyuluhan

Gejala: faktor resiko keluatga (hiperteensi, penyakit

jantung, diabetes militus),faktor lain (penggunaan alkohol

atau riwayat merokok).


b. Tabulasi data.

Dispnea, mudah lelah, merasa tidak nyaman setalah

beraktifitas, takikardia, distensi vena jugularis, sianosis, sakit

kepala, tampak meringis, sulit tidur, tekanan darah meningkat,

merasa lemah, rasa sesak di dada, jantung berdebar-debar,

pusing

c. Klasifikasi data

DS : dispnea, mudah lelah, merasa tidak nyaman setelah

beraktifitas, merasa lemah, sakit kepala, sulit tidur, rasa sesak

di dada, jantung berdebar-debar.

DO : takikardia, tampak meringis, tekanan darah meningkat,

sianosis, distensi vena jugularis.

d. Analisa data.

1) Singn/symptom.

DS: lelah, dispnea

DO: takikardia, distensi vena jugularis.

Etiologi: perubahan afterload

Problem: penurunan curah jantung.

2) Singn/symptom

DS : tidak ada

DO : tidak ada

Etiologi :

Problem : resiko perfusi serebral tidak efektif

3) Singn/symptom

DS : mengeluh nyeri, sakit kepala, pusing


DO : tampak meringis, tekanan darah meningkat, sulit tidur

Etiologi : agen pencedera fisiologis

Problem : nyeri akut

4) Singn/symptom

DS : mengeluh lelah, merasa lemah, merasa tidak nyaman

setelah beraktifitas

DO : frekuensi jantung meningkat, sianosis

Etiologi : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

Problem : intoleransi aktifitas

2. Diangosa keperawatran.

a. Penurunan curah jantung.

b. Resiko Perfusi serebral tidak efektif.

c. Nyeri akut

d. Intoleransi aktivitas.

3. Intervensi keperawatan.

a. Dx 1. Penurunan curang jatung b/d perubahan afterload.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah penurunan curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:

1) Bradikardia meningkat.

2) Takikardia menurun.

3) Dispnea menurun.

4) Distensi vena juguralis menurun.

Intervensi.

Observasi
Monitor tekanan darah.

R: untuk mengetahui perkembangan ada tidaknya peningkatan

tekanan darah.

Terapeutik

Berikan oksigen untuk mempertahnakan saturasi oksigen.

R: agar tidak terjadi hipoksia

b. Resiko Perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja

ventrikel kiri.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan di

harapkan maslah resiko perfusi serebral tidak efektif teratasi

Dengan kriteria hasil:

1) Tekana intra karnial menurun

2) Sakit kepala menurun

3) Gelisah menurun

4) Nilai rata-rata tekana darah membaik

5) Kesadaran membaik.

Intervensi

Observasi .

Monitor tekana darah.

R:perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keteribatan/bidang masalah vaskuler.

Terapeutik.

Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

R:untuk mengetahui kondisi pasien.


c. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologi(mis, inflamasi iskemia,

neoplasma

Tujuan : setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan di

harapkan masalah gangguan nyeri akut dapat teratasi dengan

kriteria hasil;

1) Keluhan nyeri menurun

2) Tampak meringis menurun

3) Gelisah menurun

4) Kesulitan tidur menurun

5) Ketegangan oto menurun

6) Pola napas membaik.

Intervensi

Observasi :

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi , kualitas,

intensitas nyeri.

R: mengetahui lokasi nyeri dan skala nyeri yang muncul saat

nyeri.

2) Identifikasi skala neyri

R: mengetahui seberapakah rasa nyeri yang di alami oleh

pasien.

Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri.

R: mengurangi nyeri yang di rasakan pasien.


2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

R: mengurangi rasa nyeri yang di rasakan pasien dan

memberikan kenyamanan.

Kolaborasi

Kolaborasi dalam pemberian analgetik

R: untuk membantu proses penyembuhan pasien pasca

operasi/untuk mengurangi nyeri.

d. Intolerasi aktifitas b/d kelemahan.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan asuahan keperawatan di

harapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi .

Dengan kriteria hasil:

1) Keluhan lelah menurun.

2) Dapat melakukan aktivitas mandiri.

Intervensi

Observasi.

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatakn

kelelaahan.

R: untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh yang di

alami pasien akibat kecelakan.

2) Monitor kelahan fisik dan emosional.

3) R:untuk mengetahui tingkat kelahan fisik dan emosional

pasein.

Terapeutik

Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus.

R:untuk memberikan rasa nyaman pada pasien.


Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

R:untuk memberikan kenyamanan pasein saat

beristirahat.

2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

R: untuk menunjang proses kesembuhan pasien

secara bertahap.

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan.

R:untuk memaksimalkan penyembuhan pada pasien.

4.Implementasi .

Impelemntasi keperawatan adalah pelaksanaan keperawatan olehb perawat

dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang

berfokus pada pasien dan berorentasi pada tujuan dan hasil yang di

perkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan di lakukan dan di

selesaiakan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yan g sudah di

buat.

5.Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya

memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menghubungkan tindakan

keperawatan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan data
A. Pengakajian
a. Pengelompokan data
1. Data biografi
a) Usia : > 60 tahun
b) Jenis kelamin :
 Tn. A. K
 Ny. K. S
 Ny. M. N
 Tn. A. A. A
 Tn. P. B
 Tn. A. B. U
 Ny. S
 Tn. A. G
 Ny. M
 Ny. M. A. G
 Ny. R.R
 Ny. M.M
 Ny. N.E
Kesimpulan : dari pengkajian yang didapat dari 13 lansia yang
mengalami penyakit hipertensi sebanyak 6 orang dengan
presentasi 46,15%, penyakit gout atritis sebanyak 3 orang
dengan presentasi 23,07%, penyakit pada gangguan sistem
indra sebanyak 4 orang dengan presentasi 30,76%. Mengenai
jenis kelamin jumlah lansia berjenis kelamin laki-laki yang
mengalami hipertensi sebanyak 4 orang dengan presentasi
30,76% dan lansia berjenis kelamin perempuan yang
mengalami hipertensi berjumlah 2 orang dengan presentasi
15,38%.
c) Pendidikan :
 Tn. A. K : SD
 Ny. K. S : SD
 Ny. M. N : SD
 Tn. A. A. A : SI
 Tn. P. B : SD
 Tn. A. B. U : SD
 Ny. S : SI
 Tn. A. G : SD
 Ny. M. A. G : SD
 Ny. R.R : SD
 Ny. M.M : SD
 Ny. N.E : SD
 Ny. M : SD
Kesimpulan dari data yang di dapatkan di ketahui bawah
jumlah lansia yang memiliki pendidikan :
1) SD : 11 orang dengan presentasi 84,61%
2) SI : 2 orang dengan presentasi 15,38%
d) Pekerjaan :
 Tn. A. K : Petani
 Ny. K. S : IRT dan Petenun
 Ny. M. N : IRT dan Penenun
 Tn. A. A. A : Pensiunan
 Tn. P. B : Petani
 Tn. A. B. U : Petani
 Ny. S : Pensiunan
 Tn. A. G : Petani
 Ny. M. A. G : Petani
 Ny. R.R : petani
 Ny. M.M : petani
 Ny. N.E : petani
 Ny. M : petani
Kesimpulan dari hasil yang dikaji di dapatkan bawah rata-rata
lansia yang dikaji memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak
9 orang dengan presentasi 69,23%, pekerjaan sebagai penenun
dan IRT sebanyak 2 orang dengan presentasi 15,38%, dan
pekerjaan sebagai pensiunan sebanyak 2 orang dengan
presentasi 15,38%.
e) Status dalam keluarga
 Tn. A. K : kepala keluarga
 Ny. K. S : Ibu Rumah Tangga
 Ny. M. N : Ibu Rumah Tangga
 Tn. A. A. A : kepala keluarga
 Tn. P. B : kepala keluarga
 Tn. A. B. U : kepala keluarga
 Ny. S : Ibu Rumah Tangga
 Tn. A. G : kepala keluarga
 Ny. R.R : Ibu rumah tangga
 Ny. M. M : Ibu rumah tangga
 Ny. N.E : Ibu rumah tangga
 Ny. M : ibu rumah tangga
 Ny. M. A. G : ibu rumah tangga
Kesimpulan dari data diatas di dapatkan yang berstatus ibu
rumah tangga sebanyak 8 orang dengan presentasi 61,53% dan
berstatus sebagai kepala rumah tangga sebanyak 5 orang
dengan presentasi 38,46%.
f) Kondisi lingkungan tempat tinggal (risiko injuri)
 Keadaan WC dan kamar mandi : dari hasil pengkajian yang
didapatkan keadaan kamar mandi lansia yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar lantai semin halus sebanyak 7
orang dengan presentasi 53,84%, kamar mandi yang tidak
memiliki pengaman dan berbahan dasar semin kasar sebanyak
4 orang dengan presentasi 30,76% dan kamar mandi yang
tidak memiliki pengaman dan berbahan dasar keramik
sebanyak 2 orang dengan presentasi 15,38%.
 Penerangan : dari hasil pengkajian di dapatkan penerangan
rumah dan kamar mandi serta WC pada pasien lansia yang
memiliki penerangan yang baik sebanyak 10 orang dengan
presentasi 76,92% dan penerangan yang kurang baik sebanyak
3 orang dengan presentasi sebanyak 23,07%.
 Kemiringan : dari hasil pengkajian di dapatkan keadaan
lingkungan rumah lansia yang berada di posisi kemiringan 45-
300 sebanyak 2 orang dengan presentasi 15,38% dan sebagian
berada posisi horizontal sebayak 11 orang dengan presentasi
84,61%.
2. Keluhan yang sering di alami dalam 1 tahun terakhir : pada pasien
lansia yang mengalami hipertensi rata-rata menyeluh sering sakit
kepala, pusing dan nyeri pada bagian tengkuk.
3. Keluhan saat ini : lansia mengeluh sakit pada kepala, pusing dan
nyeri pada tengkuk
4. Masalah kesehatan yang dialami saat ini : Hipertensi
5. Upaya kesehatan mencari pertolongan (fasilitas kesehatan) : dari
hasil pengkajian di dapatkan dari 13 lansia yang memilih untuk
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan ketika mengalami sakit
sebanyak 4 orang dengan presentasi 30,76%, dan yang tidak
menggunakan fasilitas kesehtan serta lebih memilih menggunakan
obat tradisional sebanyak 9 orang dengan presentasi 69,23%.
b. Tabulasi data
lansia mengeluh sakit pada kepala, pusing dan nyeri pada tengkuk,
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, pengelihatan kabur, jantung
berdebar, laki-laki yang mengalami hipertensi sebanyak 30,76% dan
lansia berjenis kelamin perempuan yang mengalami hipertensi
15,38%, jumlah lansia yang memiliki pendidikan SD 84,61%, SI
sebanyak 15,38%, pekerjaan sebagai petani sebanyak 69,23%,
pekerjaan sebagai penenun dan IRT 15,38%, dan pekerjaan sebagai
pensiunan 15,38%. Keadaan kamar mandi lansia yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar lantai semin halus sebanyak 53,84%,
kamar mandi yang tidak memiliki pengaman dan berbahan dasar
semin kasar sebanyak 30,76% dan kamar mandi yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar keramik sebanyak 15,38%. lansia yang
memiliki penerangan yang baik sebanyak 76,92% dan penerangan
yang kurang baik sebanyak 23,07%. lingkungan rumah lansia yang
berada di posisi kemiringan 45-300 sebanyak 15,38% dan sebagian
berada posisi horizontal sebayak 84,61%. lansia yang memilih untuk
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan ketika mengalami sakit
sebanyak 30,76%, dan yang tidak menggunakan fasilitas kesehtan
serta lebih memilih menggunakan obat tradisional sebanyak 69,23%.
c. Klasifikasi data
DS : lansia mengeluh sakit pada kepala, pusing dan nyeri pada
tengkuk, pengelihatan kabur, jantung berdebar, klien mengungkapkan
ketidaktauan mengenai penyakit dan penyebabnya.
DO : tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, klien tampak bingung
dengan penyakit nya dan sulit mengungkapkan penyebab dari
penyakitnya, , laki-laki yang mengalami hipertensi sebanyak 30,76%
dan lansia berjenis kelamin perempuan yang mengalami hipertensi
15,38%, jumlah lansia yang memiliki pendidikan SD 84,61%, SI
sebanyak 15,38%, pekerjaan sebagai petani sebanyak 69,23%,
pekerjaan sebagai penenun dan IRT 15,38%, dan pekerjaan sebagai
pensiunan 15,38%. Keadaan kamar mandi lansia yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar lantai semin halus sebanyak 53,84%,
kamar mandi yang tidak memiliki pengaman dan berbahan dasar
semin kasar sebanyak 30,76% dan kamar mandi yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar keramik sebanyak 15,38%. lansia yang
memiliki penerangan yang baik sebanyak 76,92% dan penerangan
yang kurang baik sebanyak 23,07%. lingkungan rumah lansia yang
berada di posisi kemiringan 45-300 sebanyak 15,38% dan sebagian
berada posisi horizontal sebayak 84,61%. lansia yang memilih untuk
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan ketika mengalami sakit
sebanyak 30,76%, dan yang tidak menggunakan fasilitas kesehtan
serta lebih memilih menggunakan obat tradisional sebanyak 69,23%.
d. Analisa data

No Sing/simptom Etiologi Problem


1. DS : lansia mengeluh sakit pada kepala, kurang terpapar Kurang
pusing dan nyeri pada tengkuk, informasi pengetahuan
pengelihatan kabur, jantung berdebar, masyarakat
klien mengungkapkan ketidaktauan tentang
mengenai penyakit dan penyebabnya. Hipertensi
DO : tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg, klien tampak bingung dengan
penyakit nya dan sulit mengungkapkan
penyebab dari penyakitnya, laki-laki
yang mengalami hipertensi sebanyak
30,76% dan lansia berjenis kelamin
perempuan yang mengalami hipertensi
15,38%, jumlah lansia yang memiliki
pendidikan SD 84,61%, SI sebanyak
15,38%, pekerjaan sebagai petani
sebanyak 69,23%, pekerjaan sebagai
penenun dan IRT 15,38%, dan pekerjaan
sebagai pensiunan 15,38%. Keadaan
kamar mandi lansia yang tidak memiliki
pengaman dan berbahan dasar lantai
semin halus sebanyak 53,84%, kamar
mandi yang tidak memiliki pengaman
dan berbahan dasar semin kasar
sebanyak 30,76% dan kamar mandi
yang tidak memiliki pengaman dan
berbahan dasar keramik sebanyak
15,38%. lansia yang memiliki
penerangan yang baik sebanyak 76,92%
dan penerangan yang kurang baik
sebanyak 23,07%. lingkungan rumah
lansia yang berada di posisi kemiringan
45-300 sebanyak 15,38% dan sebagian
berada posisi horizontal sebayak 84,61%.
lansia yang memilih untuk melakukan
kunjungan ke fasilitas kesehatan ketika
mengalami sakit sebanyak 30,76%, dan
yang tidak menggunakan fasilitas
kesehtan serta lebih memilih
menggunakan obat tradisional sebanyak
69,23%.

B. Diagnosa keperawatan :
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Hipertensi berhubungan
dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan :
DS : lansia mengeluh sakit pada kepala, pusing dan nyeri pada tengkuk,
pengelihatan kabur, jantung berdebar, klien mengungkapkan ketidaktauan
mengenai penyakit dan penyebabnya.
DO : tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, klien tampak bingung
dengan penyakit nya dan sulit mengungkapkan penyebab dari penyakitnya,
laki-laki yang mengalami hipertensi sebanyak 30,76% dan lansia berjenis
kelamin perempuan yang mengalami hipertensi 15,38%, jumlah lansia
yang memiliki pendidikan SD 84,61%, SI sebanyak 15,38%, pekerjaan
sebagai petani sebanyak 69,23%, pekerjaan sebagai penenun dan IRT
15,38%, dan pekerjaan sebagai pensiunan 15,38%. Keadaan kamar mandi
lansia yang tidak memiliki pengaman dan berbahan dasar lantai semin
halus sebanyak 53,84%, kamar mandi yang tidak memiliki pengaman dan
berbahan dasar semin kasar sebanyak 30,76% dan kamar mandi yang
tidak memiliki pengaman dan berbahan dasar keramik sebanyak 15,38%.
lansia yang memiliki penerangan yang baik sebanyak 76,92% dan
penerangan yang kurang baik sebanyak 23,07%. lingkungan rumah lansia
yang berada di posisi kemiringan 45-300 sebanyak 15,38% dan sebagian
berada posisi horizontal sebayak 84,61%. lansia yang memilih untuk
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan ketika mengalami sakit
sebanyak 30,76%, dan yang tidak menggunakan fasilitas kesehtan serta
lebih memilih menggunakan obat tradisional sebanyak 69,23%. Intervensi
keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Berikan
masyaraakat tentang tindakan penyuluhan
Hipertensi berhubungan keperawatan kesehatan
dengan kurang terpapar selama 60 menit tentang
informasi diharapkan Hipertensi
masalah defisit 2. Berikan
kesehatan terapi
komunitas dapat akatifitas
teratasi dengan kelompok
kriteria hasil : senam lansia
1. Mampu
menjelaskan
masalah
kesehatan
yang dialami
2. Mampu
mengenali
tanda dan
gejalah yang
dialaminya
3. Mampu
mengatasi
masalah yang
dialami

C. Implementasi
No Diagnosa Implmentasi Evaluasi
1. Kurang 1. Memberikan penyuluhan S: lansia mengatakan
pengetahuan kesehatan tentang hipertensi sudah mengetahu
masyaarakat  Pengertian, peyebab tentang pengertia, tanda
tentang  Tanda dan gejalah, dan gejalah, komplikasi
Hipertensi komplikasi dan uapaya mengatasi
berhubunga  Upaya mengatasi serta pencegahan
n dengan  Pencegahan hipertensi
kurang 2. Memberikan terapi aktifitas O: lansia tanapak
terpapar kelompok yaitu senam lansia mengerti dengan
informasi penjelasan yang di
berikan, lansia mampu
untuk mengungkapkan
kembali tentang
pengertian, penyebab,
tanda dan gejalah, serta
komplikasi dari
hipertensi.
Lansia tanpak antusias
dalam terapi katifitas
kelompok (senam
lansia)
A: Masalah defisit
pengetahuan komunitas
teratasi
P: Intervensi di hentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Kelompok Lansia di temukan pada tahap awal pengkajian keperawatan di
temukan dari jumlah lansia 14 orang sebagian besar menderita Hipertensi
dengan gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, pusing dan
mengeluh nyeri pada bagian tengkuk serta tegang, pola makan pada lansia
hampir semua mengkomsumsi makanan yang tinggi akan zat natrium, serta
lansia kurang melakukan aktifitas. Lansia belum mengenal tentang
hipertensi dan cara pengobatan yang baik untuk masalah Hipertensi
tersebut. Menurut data yang di peroleh dari pengkajian dapat di tentukan
diagnosa keperawatan pada kelompok lansia tersebut adalah defisit
pengetahuan komunitas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Intervensi yang dilakukan untuk kelompok lansia tersebut adalah
melakukan penyuluhan kesehatan mengenai Hipertensi serta melakukan
terapai aktifitas kelompok berupa senam lansia dari hasil implementasi
tersebut penulis tidak menemukan adanya hambatan sehingga tahap
pelaksaan tersebut berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan adanya
dukungan dan keinginan dari klien untuk kesembuhan penyakit tersebut.
Dari hasil implentasi tersebut klien mengerti dengan konsep penyakit
Hipertensi di buktikan dengan kemampuan klien yang dapat mengulang
kembali. Klien antusias dengan terapi yang diberikan, masalah defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi teratasi.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa agar kedepannya lebih dan benar-benar menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan maslah Hipertensi mulai dari
pengkajian sampai pada tahap evaluasi keperawatan.
2. Untuk keluarga dan lansia agar kedepannya lebih memperhatikan
kesehatan lansia mulai dari pola makan, aktifitas serta pemanfaatan
fasilitas kesehatan untuk mencegah Hipertensi yang terjadi.
HARI/TANGGAL HASIL KONSUL PARAF

Anda mungkin juga menyukai