Anda di halaman 1dari 70

Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis

Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS


PEMBANGUNAN SMP NEGERI 36 BANDUNG

BAB 1
URAIAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN

1.1. Persyaratan Umum Pelaksanaan


Peraturan Teknis
a. Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti
dan (menggunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan) memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan
Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peraturan setempat lainnya
yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
 Peraturan-peraturan umum (Agregat Voorwarden) disingkat AV
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI. 2 (PBI-1971)
 Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal 2834-2000 (SK.SNI.3775/BSN-
1/HK.64/12/2000)
 Pedoman Plumbing Indonesia 1974
 Standard Industri Indonesia (SII)
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang
Penggunaan Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
 SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991
SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN
1253-1989-A CAT EMULSI
SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
SNI 0225-87-D PERATURAN INSTALASI LISTRIK
AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR
1974 PEDOMAN PLUMBING INDONESIA
Standard Nasional Indonesia (SNI), sebagaimana diberikan dalam Lampiran
Spesifikasi ini harus digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Dalam segala hal,
Penyedia Jasa harus menggunakan SNI yang relevan atau setara untuk
menggantikan standar-standar lain yang mungkin ditunjukkan dalam Spesifikasi
ini. Bilamana standar tersebut tidak terdapat dalam SNI, Penyedia Jasa dapat
menggunakan standar lain yang relevan sebagai pengganti atas perintah Direksi
Pekerjaan.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang
tersebut diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan
standar-standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau
setidak-tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dari Negara-negara
asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan
b. Jika ternyata pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat itu terdapat
kelalaian/penyimpangan dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan
dalam ayat 1.1. diatas, maka Rencana Kerja dan Syarat ini yang mengikat.
c. Merek-merek dagang
Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari
bahan yang disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan
sebagainya setelah mendapat persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.
Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka Penyedia Jasa diharuskan untuk dapat
menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Direksi atau
Konsultan Pengawas.
d. Pemakaian Umum
 Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab dalam menepati ketentuan yang
tercantum dalam rencana kerja berikut tambahan dan perubahannya.
 Penyedia Jasa wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya didalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat dan dalam Gambar Kerja maupun dalam pelaksanaan.
Penyedia Jasa baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Penanggung Jawab
Kegiatan.
 Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal
apapun menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa; oleh karenanya Penyedia Jasa
diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-
gambar dan dokumen yang ada.

Kondisi Lapangan
a. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus benar-benar memahami
kondisi/keadaan site/lapangan atau hal-hal lain yang mungkin akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala
akibatnya.
b. Penyedia Jasa harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan bahan-bahan/material, pengamanan dan
kelangsungan operasi selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
c. Penyedia Jasa harus mempelajari dengan saksama seluruh bagian gambar, RKS,
dan agenda dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

Kebersihan dan Ketertiban


a. Selama berlangsungnya pembangunan, Direksi keet, gudang dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas,
tumpukan tanah dan lain-lain.
b. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Konsultan Pengawas atau Direksi
memberi perintah penghentian seluruh pekerjaan dan Penyedia Jasa harus
menanggung seluruh akibatnya.
c. Penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang-gudang maupun yang
berada diluar gudang, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum dan juga memudahkan jalannya
pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan/material oleh Konsultan
Pengawas/Direksi maupun Pemberi Tugas.
d. Penyedia Jasa wajib membuat urinoar dan WC untuk para pekerja pada tempat-
tempat tertentu yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, demi terjaminnya
kebersihan dan kesehatan dalam Proyek.
e. Para pekerja Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk :
 Menginap ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas atau
Direksi.
 Memasak ditempat kerja, kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas atau
Direksi.
 Membawa masuk pedagang makanan, buah-buahan, minuman, rokok dan
sebagainya ketempat pekerjaan.
 Keluar masuk dengan bebas.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Pemeriksaan, Penyediaan Bahan dan Barang.


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuat dari suatu barang atau
bahan, maka hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahan dan barang yang
digunakan dan untuk mempermudah Penyedia Jasa mencari barang tersebut.
b. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus
disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas dan bila ditentukan dalam
RKS serta gambar kerja, maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan
disediakan oleh Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Sedang biaya tetap
menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
c. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Penyedia Jasa, setelah disetujui oleh Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas atau Direksi, harus dianggap bahwa bahan dan
barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
d. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas atau
Pengelola Teknik Proyek/Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila
ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan kualitas maupun
sifatnya seperti contoh yang telah disampaikan.
e. Dalam mengajukan harga penawaran, Penyedia Jasa harus sudah memasukan
biaya untuk keperluan pengujian berbagai bahan dan barang
f. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab pula
atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas atau Direksi.

Perbedaan dalam Dokumen Lampiran Kontrak


a. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini, maka Penyedia Jasa harus menanyakan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas/Direksi dan Penyedia Jasa mentaati
keputusan tersebut.
b. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar terbesar dan terakhir yang berlaku
dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala dari
pekerjaan yang sudah selesai.
c. Apabila terdapat perbedaan antara :
 Gambar Arsitektur dengan Gambar Struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur, sedangkan
untuk jenis dan kualitas bahan dan barang adalah Gambar Struktur.
 Gambar Arsitektur dengan Gambar Elektrikal, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur, sedangkan
untuk ukuran kualitas dan bahan-bahan adalah Gambar Elektrikal/Listrik.

Gambar Kerja (Shop Drawing)


a. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar kerja atau
diperlukan gambar tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan
Penyedia Jasa melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar tersebut dan dibuat
rangkap 3 (tiga) atas biaya Penyedia Jasa serta dimintakan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh
Pemberi Kerja/Pengawas Lapangan, dengan mengikuti Penjelasan dan
pertimbangan dari Perencana dan Konsultan Pengawas.
c. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas, sehingga jelas memperlihatkan perbedaan
antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.
d. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui
sebelum dilaksanakan.

Gambar Sesuai Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

a. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja (Gambar Arsitektur,
Gambar struktur dan Gambar Mekanikal dan Elektrikal), baik karena
penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas,
maka Penyedia Jasa harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja
dan pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya
(gambar asli) dan biaya pembuatannya ditanggung Penyedia Jasa.

Jadwal Pelaksanaan
Dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah Penyedia Jasa dinyatakan
sebagai pemenang lelang, atau dengan lain cara ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebagai
pelaksana pembangungan, Penyedia Jasa harus segera membuat :
1. Jadwal Waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara rinci yang digambarkan secara
Diagram Panah (Network Planning) dan Diagram Balok (Bar chart).
2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
3. Jadwal Pengadaan Bahan/Material Bangunan.
4. Jadwal Pengadaan dan Pemakaian Peralatan.
5. Diagram Cash-Flow (Arus Tunai).

Bagan/Diagram tersebut diatas harus mendapat persetujuan dari Pemberi


Tugas/Direksi/Konsultan Pengawas sebagai dasar/pedoman Penyedia Jasa dalam
melaksanakan pekerjaannya dan Penyedia Jasa wajib mematuhi dan menepatinya.
Petunjuk-petunjuk/Instruksi Direksi/Konsultan Pengawas
1. Semua instruksi dari Direksi/Konsultan Pengawas harus dilaksanakan secara
baik oleh Penyedia Jasa, jika Penyedia Jasa keberatan menerima
petunjuk/instruksi Direksi/Konsultan Pengawas tersebut, maka harus
mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Konsultan Pengawas dalam waktu 7
(tujuh) hari.
2. Apabila dalam batas waktu tersebut diatas Penyedia Jasa tidak mengajukan
keberatan maka dianggap telah menyetujui dan menerima petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera dilaksanakan. Penyedia Jasa
diharuskan merekam atau dalam kata lain mencatat setiap petunjuk/instruksi
Direksi/Konsultan Pengawas dalam buku harian lapangan/pelaksanaan dan
memintakan tanda tangan atau sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

Hasil Pekerjaan
Untuk menjamin mutu/kualitas hasil pekerjaan dan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, maka Penyedia Jasa diharuskan menyediakan :
1. Pelaksana atau tenaga ahli yang mengerti dan berpengalaman tentang gambar
kerja dan cara-cara pelaksanaan.
2. Alat Bantu Kerja, Pompa Air untuk kerja, alat pemadat tanah, alat ukur waterpas,
penyekat tegak dan alat bantu pekerjaan lainnya.
3. Bila diperlukan, sesuai dengan kondisi lapangan/situasi tempat kerja, maka
sebelum melakukan pekerjaan pembersihan, Penyedia Jasa maupun Pelaksana
pembangunan, Penyedia Jasa diwajibkan memasang alat-alat
pengaman/pelindung/penyangga seperti jaring/lori/katrol.

Penetapan Ukuran
1. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan ini dan
tidak boleh menambah ukuran tanpa seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Setiap
ada perbedaan dengan ukuran-ukuran yang ada harus segera memberitahukan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera ditetapkan sebagaimana
mestinya.
2. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memberitahu
Direksi/Konsultan Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk
diperiksa terlebih dahulu ketepatan ukuran-ukurannya.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

3. Penyedia Jasa diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran satu dengan yang lain
dalam setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada Direksi/Konsultan
Pengawas setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan
pembetulannya.
4. Mengingat setiap kesalahan ukuran selalu mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaan yang lainnya, maka ketetapan akan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Penyedia Jasa terhadap hal ini tidak
dapat diterima dan Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk membongkar
pekerjaan dan memerintahkan untuk menepati ukuran sesuai ketentuan.
5. Kerugian terhadap kesalahan pengukuran oleh Penyedia Jasa sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

Buku Harian Lapangan


1. Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapangan yang
berisi laporan tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan bangunan dan pekerjaan
yang dilaksanakan, keadaan cuaca, peralatan yang dipakai serta lain-lain hal yang
dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada ditempat pekerjaan, diisi oleh
Penyedia Jasa dan diketahui Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Konsultan Pengawas mencatat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang
dianggap perlu pada Buku Harian Lapangan dan merupakan petunjuk yang harus
diperhatikan Penyedia Jasa.
Buku Harian Lapangan dibuat masing-masing 3 (tiga) rangkap

1.2. Uraian Pekerjaan


a. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung
yang berlokasi di Kota Bandung dan terdiri dari :
- Pekerjaan Umum
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Atap
- Pekerjaan Dinding
- Pekerjaan Kusen
- Pekerjaan Lantai
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Pengecatan
- Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
- Pekerjaan Lain - lain
b. Kontraktor harus pula melaksanakan sarana – sarana penunjang seperti :
- Pekerjaan Instalasi Listrik untuk Penerangan didalam bangunan dan di luar
bangunan,instalasi stop kontak untuk peralatan listrik dari tempat
sumber listrik yang telah ada
c. Sarana Kerja
- Tenaga Kerja terampil dan tenaga kerja ahli yang sudah cukup memadai
dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Alat-alat bantu seperti beton molen (mixer beton), vibrator, pompa air, alat-alat
penarik, pengangkat dan pengangkut horizontal dan vertikal, mesin giling/ gilas,
alat-alat gali, bor tanah, alat penyipat datar ( theodolit, waterpas dan lain - lain ),
alat -alat bongkar, dump trucks serta peralatan lain yang benar - benar
diperlukandan dipakai dalam pelaksanaan.
- Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam
pekerjaanyang akan dilaksanakan, paling lambat sudah tersedia 4 (empat) hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud dimulai.
- Cara Pelaksanaan
- Semua macam pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan
keterampilan,sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS),gambar bestek, Berita Acara Aanwijzing,

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

petunjuk-petunjuk pelaksanaan dari produsen untuk pekerjaan-


pekerjaan tertentu serta petunjuk dari Ahli/Pengawas.
- Jenis dan Mutu Bahan.
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam
negeri sesuai dengan keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi,
Menteri Perindustrian dan Menpan Nomor : 64/MENPAN/1980 tanggal 23
Desember 1980.

1.3. Persyaratan Pekerjaan Persiapan.


Peralatan Kerja, Mobilisasi dan Demobilisasi
a. Penyedia Jasa harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja
dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup
pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutan.
b. Penyedia Jasa harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama pejalanan alat-
alat berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
c. Direksi/Penanggung Jawab Kegiatan berhak memerintahkan untuk menambah
peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi
persyaratan.
d. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia Jasa diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya
dan membersihkan bekas-bekasnya.
e. Selain harus menyediakan alat-alat yang diperlukan, seperti yang dimaksud pada
ayat 2.1.a. Penyedia Jasa harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat
bekerja dalam kondisi apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu
hujan, perancah (scafolding) pada sisi ruang bangunan atau tempat lain yang
memerlukan, serta peralatan lainnya dan memperhitungkan untuk keperluan
tersebut pada harga satuan yang sesuai dengan pemakaian alat.

Pengukuran
a. Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran
setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang
direncanakan dalam gambar-gambar grading dan seperti yang disetujui Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas.
b. Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau
penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan.
c. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Gambar Kerja dan Persyaratan Teknis.

Sarana Air Kerja dan Penerangan


a Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia Jasa
harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air
minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC, selama berlangsungnya proyek.
b Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi keet, Kantor Penyedia Jasa,
Kamar Mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c Penyedia Jasa juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksi keet dan penerangan proyek pada malam
hari sebagai keamanan selam proyek berlangsung. Penyediaan Penerangan/tenaga
listrik berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
d Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN dan semua perijinan
untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Pengadaan fasilitas
penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur,
stop kontak serta saklar atau panel.

Pembuatan Los Kerja dan Bangunan Istirahat

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

a Penyedia Jasa harus membuat los kerja dan bangunan untuk tempat istirahat dan
sholat bagi pekerja, serta menempatkan Petugas Keamanan selama Proyek berjalan.
b Bangunan tersebut adalah milik Penyedia Jasa dan setelah selesai pekerjaan
secepatnya dibongkar dan dibawa keluar dari site.

Kantor Proyek (Direksi Keet) dan Perlengkapannya


a. Penyedia Jasa harus menyediakan kantor pengelola proyek lengkap dengan
peralatan/perabotan serta fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan proyek, seperti berikut :
 Luasan bangunan sesuai dengan volume BoQ sesuai paket pekerjaan
 1 set meja kerja lengkap dengan kursinya
 Meja rapat
b. Fasilitas-fsilitas tersebut tetap menjadi milik Penyedia Jasa Bangunan, serta untuk
Direksi keet harus dibongkar setelah selesai pembangunan atas persetujuan
pengelola proyek.

Kantor dan Gudang Penyedia Jasa.


a Penyedia Jasa harus membuat Kantor di lokasi proyek untuk tempat dan seluruh
stafnya bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
b Penyedia Jasa juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan dan
pencurian.
c Penempatan Kantor dan gudang Penyedia Jasa harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.

Keselamatan Kerja
a. Penyedia Jasa harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan
untuk semua bidang pekerjaan (ASTEK)
b. Dilokasi pekerjaan harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK)

Dokumentasi
a. Penyedia Jasa harus memperhitungkan baiya perawatan pembuatan dokumentasi
serta pengirimannya ke Kantor Pengelola Pekerjaan serta pihak-pihak lain yang
diperlukan.
b. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah :
- laporan-laporan perkembangan proyek
- foto-foto proyek, berwarna minimal ukuran kartu pos dilengkapi album
- Surat-surat dan dokumen yang lain.
c. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan proyek hendaknya dilakukan sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sebanyak 5 (lima)
peristiwa, yaitu : 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%

Lokasi dan Keadaan Proyek


Lokasi pekerjaan akan ditunjukan setelah rapat Aanwijzing dan nantinya lokasi ini tidak
akan berubah pada waktu penyerahan surat Penyerahan Pekerjaan Lapangan.
Untuk pengamanan bahan-bahan pada waktu membangun, bila perlu dari pihak
Penyedia Jasa mengadakan pagar darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan
yang mengharuskan.

Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan pembersihan site dimulai Penyedia Jasa terlebih dahulu minta ijin
kepada pihak-pihak terkait saat/waktu yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan.

Pemberitahuan untuk Memulai Pekerjaan

7
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Penangggung Jawab Kegiatan. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus
terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi/Penangggung Jawab Kegiatan dan dalam
jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian
dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

Pekerjaan Persiapan
Lingkup Pekerjaan :
- Administrasi dan Dokumentasi
Pekerjaan Administrasi dan Dokumentasi akan meliputi namun tidak terbatas
pada:
a. Dokumen Kontrak
b. Shop Drawing dan As Built Drawing
c. Surat-surat koordinasi
d. Format-format Pengendalian (Mutu, Waktu dan Biaya) Pelaksanaan Pekerjaan
e. Foto Kondisi Pelaksanaan Pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%, 100%)
- Pemasangan Patok dan pengukuran kembali
Pemasangan ditujukan untuk memberi batas lokasi pelaksanaan pekerjaan. Patok
dibuat dari kayu yang dicat dan ditancapakan di atas tanah sebagai batas-batas
stasioning pelaksanaan pekerjaan.
- Pembuatan Direksi Keet
Papan Nama Proyek
Pada papan Nama Proyek harus diinformasikan hal-hal sebagai berikut:
 Nama Kegiatan
 Pemilik Kegiatan
 Volume Kegiatan
 Penyedia Jasa Pelaksana Pekerjaan
 Konsultan Pengawas Pekerjaan
 Nilai Kontrak
- Penyiapan Lokasi
 Membuat gambar denah lokasi rencana kerja, penempatan direksi keet,
penggudangan material, dan sebagainya
 Berkoordinasi dengan pihak terkait atas rencana penempatan direksi keet,
penggudangan material, dan sebagainya
 Pembersihan lapangan
 Langkah-langkah penunjang lain yang diperlukan untuk memulai pekerjaan
fisik konstruksi.
- Pemasangan Bouwplank
 Pemasangan bouwplank harus dapat dijadikan acuan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaan dengan dimensi-dimensi aktual yang didasarkan
pada dimensi-dimensi yang tertera dalam gambar perencanaan.
 Pemasangan boplank harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa
atau Konsultan Pengawas pada tempat dan setiap jarak yang ditentukan
 Ketepatan letak bangunan diukur dibawah pengamatan Pengawas dengan
piket/patok yang dipancang kuat – kuat, dihubungkan dengan papan kayu
yang kuat dengan ketebalan minimum 2 ½ cm, diketam rata pada sisi atasnya.
Pengukuran dilakukan dengan koordinat seperti ditentukan dalam gambar
rencana..
 Pemborong harus menyediakan sedikitnya 4 (empat) orang pembantu yang
ahli dalam cara - cara pengukuran dengan alat - alat penyipat datar
(theodolit,waterpas dan sebagainya ), prisma silang dan lain-lain peralatan
yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi tanah
bangunan
- Letak dan jumlah patok dasar ditentukan oleh pengawas

8
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Tugu / patok (Bench Mark) dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-
kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1
meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-
kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah, atau sesuai arahan Konsultan
Pengawas.
 Tugu / patok dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi
tanda yang jelasdan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Direksi / Pengawas untuk membongkarnya.
 Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu / patok dasar
termasuk tanggungan Kontraktor.
 Pada waktu pematokan ( penentuan ) peil dan setiap sudut -sudut
tapak (perpindahan) Kontraktor wajib membuat shop drawing
dahulu sesuai dengan keadaan lapangan.
 Papan bangunan dipasang pada patok kayu semutu Meranti Mer ah
ukuran 5/7 cm, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-
gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,5 meter satu sama lain.
 Papan bangunan/bouwplank dibuat dari kayu Meranti, dengan
ukuran minimal 2 ½ cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut pada sisi sebelah
atasnya.
 Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama satu dengan lainnya
(waterpas),kecuali dikehendaki lain dan atas ijin Pengawas. Papan
bangunan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah
pondasi lajur atau sloof.
 Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-
tanda yangmenyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan warna
yang jelas dan tidak mudah hilang j ika terkena air / hujan.
 Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus
melaporkannya kepada Pengawas.
 Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan bangunan
termasuk tanggungan Kontraktor.
- Mobilisasi Alat dan Bahan
Mendatangkan peralatan dan menempatkan bahan-bahan ke tempat/lokasi
pekerjaan disesuaikan dengan efektifitas dan efisiensi yang diperhitungkan oleh
Penyedia Jasa. Penggunaan alat bantu (gerobak, pick-up, dump truck, dan
sebagainya) sudah diperhitungkan dalam penawaran yang diajukan.
- Keamanan Proyek
Penyedia Jasa harus menempatkan petugas keamanan untuk menjaga keamanan
proyek yang sedang dilaksanakan, baik barang-barang milik Penyedia Jasa
maupun Pemberi Tugas/Pengguna Jasa atau Konsultan Pengawas. Biaya untuk
keamanan ini dianggap sudah termasuk dalam harga penawaran, kecuali
ditentukan lain dalam berita acara penjelasan pekerjaan.

9
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 2
PEKERJAAN TANAH

2.1. Lingkup Pekerjaan


Sesuai dengan peil-peil yang ditetapkan dalam gambar rencana maka harus
diadakan penggalian-penggalian dan atau pengurugan sehingga ukuran peil-peil-nya
sesuai rencana. Tanah bekas galian harus segera diangkat ke tempat di mana diperlukan
tanah urugan dan jika tidak diperlukan diangkut ke tempat di luar pekerjaan yang akan
dintunjukan/ditentukan oleh Direksi.
Tanah dasar bangunan, saluran dan badan jalan atau semua pekerjaan yang
berhubungan dengan paket pekerjaan, harus dipadatkan dengan stamper atau dengan
mesin gilas sesuai dengan yang ditentukan oleh Direksi, sehingga Direksi menyatakan
cukup. Pekerjaan urugan/timbunan tanah dilaksanakan pada pekerjaan galian yang
terlampau dalam atau lubang-lubang bekas galian harus diisi dengan tanah merah atau
tergantung dari material untuk pengurugan yang baik dengan cara disebarkan kemudian
dipadatkan dengan stamper atau mesin gilas sesuai dengan item pekerjaannya yang
diminta. Tinggi peninggian perlapisan maksimal 45 cm, dilakukan selapis demi selapis
sampai tinggi peil yang direncanakan. Hasil dari pengurugan material tersebut harus
dilakukan pengujian terhadap bestek apakah sudah masuk CBR-nya atau belum dengan
standar uji diantaranya SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193-81), SNI 03-2828-1992
(AASHTO T191-86), dll.

2.2. Pekerjaan Tanah untuk Struktur.


Lingkup Pekerjaan :
1. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan
galian struktur dan urugan kembali sesuai dengan gambar rencana.
2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain
3. Uraian pekerjaan :
- Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian lantai lama dan
penimbunan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap
kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan
pekerjaan sampai pengurugan kembali hingga padat.
- Pembersihan
Penyedia Jasa harus membersihan dan menyingkirkan semua sisa bongkaran
dan sampah – sampah atau bahan – bahan lain yang tidak akan dipergunakan
harus dibakar dalam daerah yang lapang sehingga selama pembakaran tidak
akan merusak lingkungan disekitarnya.
4. Persyaratan :
- Pemborong harus benar-benar mempelajari gambar, dimana letak titik-titik
pondasi, jarak dan dimensinya, dari mana pengukuran dimulai dan hal
- hal lain yang menyangkut ketepatan letak galian struktur.
- Setelah titik-titik ditentukan dan diberi tanda, sekali lagi dilakukan
pengecekan bersama Pengawas lapangan, apakah rencana galian
sudah benar. Kesalahan menentukan titik-titik sehingga galian harus diulang
menjadi tanggung jawab Pemborong.
- Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap
galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian yang
gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi
kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan
kembali dasar yang waterpas, kecuali ditentukan lain dalam gambar
struktur.
- Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalianmaupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air
atau pompa-pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus,
untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian


agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
- Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan
terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galianyaitu
denganmemberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
- Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan
pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Pengawas.
- Bagian - bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
bersih bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah
urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang
galian yang terletak didalam garis bangunan harus diisi lagi dengan pasir urug
yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 90 % kepadatan
keringmaksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium (proctor test).
- Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah, kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai mengalami
kerusakan harus direparasi/ diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya
sendiri. Bila suatu alat atau pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui di
lapangan dan hal tersebut tidaktertera pada gambar atau dengan cara lain yang
dapat diketahui oleh Kontraktor dan ternyata diperlukan perlindungan atau
pemindahan. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap
langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung
tersebut tidak terganggu. Bila pekerjaanpelayanan umum terganggu sebagai
akibat pekerjaan Kontraktor, Kontraktor harus segera mengganti kerugian yang
terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang yang rusak akibat pekerjaan
Kontraktor. Sarana yang sudah tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan
dibawah tanah dan terletak didalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan
keluar lapangan ke tempat yang disetujui oleh Pengawas atas tanggung jawab
Kontraktor.
5. Bahan
- Tanah urugan yang dipakai harus bersih dari humus dan dapat diambil dari
tanah bekas galian dari jenis yang baik dan disetujui Ahli / Pengawas.
- Tanah urug yang berasal dari luar site / lokasi harus lebih berbutir, tidak mahal,
bebas sampah, batu yang lebih besar dari 10 cm, akar-akaran dan bahan organik
lainnya. Pasir sebagai urugan dapat diterima.
6. Pengujian
- Pengukuran ketinggian / kedalaman muka tanah dan pencetakan tanah
harusdilakukan oleh juru ukur ahli yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
- Pemeriksaan tanah dan kontrol kepadatan di Laboratorium harus atas
persetujuan Pemberi tugas. Biaya-biaya pengujian sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pemborong.

2.3. Pekerjaan Galian dan Penimbunan


2.3.1. Penggalian dan Penimbunan Kembali untuk Bangunan
1. Lingkup pekerjaan.
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali,
termasuk pengupasan dan penimbunan kembali lapisan atas (Top Soil) serta
pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan
dengan gambar – gambar.
2. Pelaksanaan
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan
kedalaman yang perlu untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau
pada gambar – gambar.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu – batu dan bahan


lain yang dijumpai dalam pengerjaannya.
Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman
yang diperlihatkan dalam gambar – gambar maka penggalian harus
diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas
, dimana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tambah.
Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar
atau yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka kelebihan
diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa
pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan
rencana maka Penyedia Jasa harus mengusahakan dan meyakini bahwa
pada pekerjaan galian tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan
atau konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan dan penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah –
daerah ataupun bagian – bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran –
ukuran ketinggian, kemiringan – kemiringan dan bentuk – bentuk seperti
yang ditunjukkan dalam gambar – gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk – bentuk lapisan – lapisan
dengan ketebalan 25 cm gembur.
Padatkan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas. Penimbunan dan
timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus
dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran – kotoran, tumbuh –
tumbuhan batu – batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
3. Cara Pengerjaannya.
a. Sebelum memulai pekerjaan ini, pekerjaan medan sampai dengan finish
grading harus sudah diselesaikan terlebih dahulu. Semua galian,
urugan dan pemadatan dalam pekerjaan ini harus sesuai dengan
ketentuan yang dibutuhkan.
b. Kecuali untuk pondasi sumuran, bidang vertikal galian struktur harus
mempunyai jarak cukup dari kolom atau balok untuk
memungkinkan pemasangan dan pembongkaran cetakan, penopangan
dan lain-lain pekerjaan demi kelancaranpelaksanaan. Dasar galian
harus sesuai dengan kedalaman dan bentuk yang direncanakan.
c. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan
dibawah tanah,seperti rollaag atau sloof , pondasi dan bidang
rembesan penanaman pohon dan lain-lain yang nyata-nyata harus
dilakukan sesuai gambar rencana.
d. Bahan - bahan yang terlepas atau runtuh dari tebing galian,
harus secepatnya diangkat dari lubang galian.
e. Galian struktur untuk bukan pekerjaan cetakan harus cukup lebar pada
masing-masing sisinya, untuk memungkinkan membentuk permukaan
bidang pasangan sesuai gambar rencana.
f. Apabila galian dibuat lebih dalam dari semestinya tanpa
sepengetahuan dan persetujuan Ahli / Pengawas, maka
kelebihan galian itu tidak boleh diurug, tetapi harus diisi dengan
beton tumbuk atau bahan yang sama dengan bahan pondasi tanpa
biaya tambahan dari Pemberi tugas.
g. Pada bagian-bagian yang mudah longsor harus diadakan
tindakan pencegah andengan memasang papan-papan penahan
atau cara lain yang disetujui Pengawas. Kerusakan- kerusakan
yang terjadi akibat gangguan tanah dengan alasan apapun tetap
menjadi tanggungan Pemborong.
h. Lubang galian harus selalu bebas dari genangan air, baik air
hujan maupun air tanah dan harus diperiksa oleh Ahli /

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Pengawas sesaat sebelum pekerjaan pondasi (batu kali atau beton


) dilaksanakan. Untuk itu pemborong harus menyediakan pompa-
pompa penyedot air atau alat pengering lainnya yang siap pakai
dalam jumlah kapasitas yang cukup memadai untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
i. Urugan kembali lubang galian sesuai dengan persyaratan harus
dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan setiap lapis tidak
melebihi 15 cm dan setiap lapis harus dipadatkan dengan " portable
power compactors". Penyiraman dengan air secara berlebihan tidak
diperbolehkan.
j. Sebelum pengurugan, semua bahan yang tidak berguna dan sampah-
sampahharus dikeluarkan dari lubang galian.Urugan kembali baru
boleh dilaksanakan setelah pondasi mencapai kekuatan penuh, telah
diperiksa dan disetujui oleh Ahli / Pengawas.
c. Perlindungan terhadap air.
Selama pekerjaan berlangsung Penyedia Jasa harus dengan semua cara
yang disetujui Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan
– genangan air yang dapat menggangu/merusak semua pekerjaan galian
atau urugan.
d. Penghamparan dan pemadatan.
Tanah harus dihamparkan dalam lapisan – lapisan tidak lebih dari 20 cm
gembur, agar dapat mangatur kepadatan yang merata untuk seluruh
ketebalannya. Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum
dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
Segera setelah penempatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan
harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok
dan memadai yang disetujui oleh Direksi Teknik sampai kepada
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
i. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan dasar
harus dipadatkan sampai > 95% kepadatan kering standar maksimum
yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99.
ii. Lapisan-lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan
tanah dasar, harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering standar
maksimum yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99 (PB. 0111-76
).
Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan
tersebut berada di dalam batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai
1% lebih dari kadar air optimum, kadar air optimum akan ditetapkan
sebagai kadar air dimana kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah
tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T99 (PB 0111-76). Kepadatan
tanah harus dilakukan test kepadatannya setiap lapis demi lapis agar
tanah mencapai kepadatan yang sama. Setiap kepadatan tanah ini harus
mendapar persetujuan dari Pengguna Jasa/Pemberi Tugas atau konsultan
Pengawas. Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling
luar serta masuk ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian
menerima desakan pemadatan yang sama.

Test Kepadatan
a. Test kepadatan akan dilaksanakan tiap lapis secara bersamaan (Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa). Mengenai pembiayaan
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
b. Test kepadatan untuk tiap lapis dilakukan sebanyak 1 (satu) titik setiap 2500 m2,
yang mana titik tersebut akan ditunjuk/ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Peralatan yang digunakan untuk tes kepadatan adalah dengan menggunakan sand
cone dan atau DCP atau ssuai petunjuk Konsutan Pengawas.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

d. Apabila di suatu lapisan, hasil tes kepadatan tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan maka pada lapisan tersebut harus diulangi proses pemadatannya,
hingga persyaratannnya tercapai.
e. Titik lokasi dan jadwal test kepadatan akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

Permukaan Tanah
Sebelum memulai suatu penggalian, Penyedia Jasa harus memeriksa permukaan tanah,
baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak
sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Pengawas,
jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.
Tinggi Pendugaan (Peil)
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti
yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana. Tinggi
lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/selesai
dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.
Bouwplank.
Pemasangan tanda dan papan bangunan (Bouwplank). Patok-patok untuk penjelasan dan
pedoman letak bangunan dibuat dari besi yang dibeton, ditanam didalam tanah kuat –
kuat. Papan – papan untuk bangunan, dibuat dari kayu sekurang – kurangnya ukuran
2x20 cm. Diserut pada sisi atasnya dan dipakukan pada sisi atasnya dan dipakukan pada
tiang – tiang kayu yang cukup kuat ditanam dalam tanah. Tanda – tanda ukuran
dilakukan dengan tanda gergaji dan cat merah.

2.2.2 Penggalian dan Penimbunan Kembali untuk


Infrastruktur Galian Tanah
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri pembersihan sisa penggalian, penanganan atau
penumpukan tanah atau batu ataupun bahan-bahan lainnya dari jalan
kendaraan dan sekitarnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
kontrak yang memuaskan.
Pekerjaan ini diperlukan untuk pembuatan jalan, pembuatan parit atau
pondasi pipa, gorong-gorong, saluran-saluran atau bangunan-banguan
lainnya, untuk pembuangan bahan-bahan yang tidak cocok dan tanah bagian
atas untuk galian bahan konstruksi ataupun pembuangan bahan-bahan
buangan dan pada umumnya pembentukan kembali daerah jalan sesuai
dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat bertanggung jawab
terhadap galian batas, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan
pada gambar rencana.
Pemeriksaan Dilapangan
a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar di bawah bab ini, ketinggian
dan garis batasnya harus disetujui oleh Direksi Teknik, sebelum
Penyedia Jasa memulai pekerjaan.
b. Sesudah masing-masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau
pondasi dipadatkan.
Penjadwalan Pekerjaan
Pembuatan parit atau penggalian lainnya memotong jalan kendaraan
harus dilaksanakan dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar
atau secara lain diadakan perlindungan sehingga jalan tersebut dijaga
tetap terbuka untuk lalu lintas setiap waktu.
Penggunaan dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian
a. Semua bahan-bahan yang cocok yang digali di dalam batas-batas dan
lingkup kerja proyek, dimana mungkin akan digunakan dengan cara
yang paling efektif, untuk pembuatan formasi pematang atau untuk
urugan kembali.
b. Penyedia Jasa akan bertanggung jawab untuk semua penyelenggaraan
dan biaya-biaya untuk pembuangan bahan-bahan lebihan atau bahan-

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

bahan tidak cocok, termasuk pengangkutannya dan mendapatkan ijin


dari pemilik atau penyewa lahan dimana buangan tersebut dilakukan.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksanaan galian harus sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap
bahan-bahan di bawah dan di luar batas galian yang ditentukan
sebelumnya.
2. Sejauh mungkin dan seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik,
Penyedia Jasa harus menjaga galian tersebut bebas air dan harus
dilengkapi dengan pompa-pompa, peralatan dan tenaga kerja, serta
membuat tempat air mengumpul, saluran sementara atau tanggul
sementara seperlunya untuk mengeluarkan atau membuang air dari
daerah-daerah sekitar galian.
Urugan
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, pengangkutan, penempatan dan
memadatkan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembangunan,
pematangan, pengurugan kembali parit-parit atau galian di sekeliling pipa
atau struktur serta pengurugan sampai kepada garis batas, kemiringan dan
ketinggian garis penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
B. Bahan-Bahan
Sumber pengadaan
Bahan-bahan urugan harus dipilih dari sumber-sumber yang disetujui
sesuai dengan persyaratan pada bab “bahan-bahan dan penyimpangan” dari
spesifikasi ini. Pengujian klasifikasi tanah halus dilaksanakan atas perintah
Direksi Teknik, yang sesuai dengan AASHTO M145 untuk menentukan
distribusi ukuran partikel dan plastisitas.
C. Pelaksanaan Pekerjaan
Penyiapan Lapangan
Sebelum mendapatkan urugan di atas suatu lapangan, semua operasi
pemotongan dan pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran akar-
akar harus diselesaikan sesuai dengan spesifikasi, dan semua bahan-bahan
yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Penimbunan Urugan
a. Urugan harus dipersiapkan sampai ke permukaan yang telah dibuat dan
ditebarkan dalam lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan
pada 40 cm, yang memenuhi toleransi tebal lapisan yang diberikan pada
spesifikasi ini. Bilamana lebih dari satu lapisan harus dipasang, lapisan-
lapisan tersebut sedapat mungkin harus sama ketebalannya.
b. Urugan tanah harus diangkut secara langsung dari daerah galian bahan
ketepatan yang sudah dipersiapkan dan dihampar ( dalam cuaca kering
). Penumpukan tanah pada umumnya tidak diijinkan khususnya pada
musim hujan.

Pemadatan Urugan
a. Segera setelah penempatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan
harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan
memadai yang disetujui oleh Direksi Teknik sampai kepada persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
I. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan dasar harus
dipadatkan sampai > 95% kepadatan kering standar maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99.
II. Lapisan-lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah
dasar, harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering standar
maksimum yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99 (PB. 0111-76).
b. Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan tersebut
berada di dalam batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

dari

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

kadar air optimum, kadar air optimum akan ditetapkan sebagai kadar air
dimana kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah tersebut dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T99 (PB 0111-76). Kepadatan tanah harus dilakukan
tes kepadatannya setiap lapis demi lapis agar tanah mencapai kepadatan yang
sama. Setiap kepadatan tanah ini harus mendapar persetujuan dari Pengguna
Jasa/Pemberi Tugas atau konsultan Pengawas.
c. Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta
masuk ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima
desakan pemadatan yang sama.

Test Kepadatan
a. Test kepadatan akan dilaksanakan tiap lapis secara bersamaan (Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa). Mengenai pembiayaan
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
b. Test kepadatan untuk tiap lapis dilakukan sebanyak 1 (satu) titik setiap 2500 m²,
yang mana titik tersebut akan ditunjuk/ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Peralatan yang digunakan untuk test kepadatan adalah dengan menggunakan
sand cone dan atau DCP atau sesuai petunjuk Konsutan Pengawas.
d. Apabila di suatu lapisan, hasil tes kepadatan tidak memnuhi syarat yang telah
ditentukan maka pada lapisan tersebut harus diulangi proses pemadatannya,
hingga persyaratannnya tercapai.
e. Titik lokasi dan jadwal tes kepadatan akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

2.4. Penyiapan Tanah Dasar


A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari menyiapkan tanah dasar yang langsung terletak di
bawah pondasi jalan, dalam keadaan siap menerima struktur perkerasan atau
bahu jalan. Tanah dasar tersebut meluas sampai lebar penuh dasar jalan
seperti ditunjukkan pada gambar, dan dapat dibentuk di atas timbunan biasa,
timbunan pilihan, galian batu dan diatas diatas bahan filler porous.
Penjadwalan Pekerjaan
a. Semua pekerjaan drainase tepi jalan disebelah tanah dasar harus
diselesaikan dan dapat berfungsi sampai satu tingkat yang dapat
menyediakan drainase yang efektif bagi limpasan air permukaan dari
tanah dasar selama hujan lebat ataupun sebagian hasil banjir dari
daerah sekitarnya.
b. Gorong-gorong, dan bangunan-bangunan kecil lainnya yang diletakkan
di bawah tanah dasar harus diselesaikan sepenuhnya dengan urugan
padat, sebelum penyiapan tanah dasar dimulai.
Pengendalian Lalu Lintas
a. Pengendalian lalu lintas harus dilakukan oleh Penyedia Jasa sesuai
dengan peryaratan umum kontrak.
b. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap semua konsekuensi
lalu lintas yang diijinkan lewat di atas tanah dasar, selama pelaksanaan
pekerjaan dan ia harus melarang lalu lintas tersebut bilamana mungkin
dapat menyediakan satu jalan pengalihan atau pembangunan setengah
lebar.
Perbaikan Penyiapan Tanah Dasar yang Tidak Memuaskan
Penyedia Jasa akan memperbaikinya atas biaya Penyedia Jasa sampai disetujui
Direksi Teknik, setiap alur bebas roda, gundukan dan kerusakan-kerusakan
lain yang diakibatkan oleh lalu lintas atau tenaga kerja Penyedia Jasa atas
tanah dasar yang sudah selesai.
B. Bahan-Bahan
Bahan tanah dasar dan kualitasnya harus sesuai dengan persyaratan yang
berkaitan untuk timbunan biasa, timbunan pilihan, atau galian tanah dasar
yang ada. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam masing-masing keadaan
dipasang seperti yang telah ditetapkan.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
a. Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar harus seperti yang
ditetapkan pada spesifikasi ini.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menggunakan mal logam dan
mistar logam untuk memeriksa punggung atau kemiringan melintang.
2. Pemadatan Tanah Dasar
Pemadatan lapisan tanah di bawah permukaan tanah dasar harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini.
i. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95% kepadatan kering maksimum
yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99.
ii. Lapisan-lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang dan sampai
permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai 100% kepadatan
kering maksimum.
D. Pengendalian Mutu
Pengujian-pengujian kualitas untuk kepadatan di lapangan dan daya dukung
harus dilakukan untuk setiap 100 m panjang jalan sesuai dengan persyaratan
pada spesifikasi ini. CBR minimum untuk tanah dasar harus 5%, dan bilamana
hal ini tidak dapat tercapai perlu dipasang bahan lapis pondasi bawah atau
bahan timbunan pilihan.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 3
PEKERJAAN PONDASI

3.1. Pondasi Strauss Pile


Syarat dan kondisi penggunaan pondasi strauss pile:
Pekerjaan strauss pile atau bor pile manual dilakukan pada tanah lunak dan bukan
berupa:
1. Tanah urug campur puing. Bila dalam pelaksaan lokasi pekerjaan strauss pile
terdapat puing/sampah yang kedalamannya lebih dari 50 cm maka pihak
pertama (pemberi tugas) harus menggali terlebih dahulu atau bila terkena
pondasi lama maka harus dibobok dahulu.
2. Tanah pasir berair, untuk jenis tanah ini kesulitan pekerjaan bor pile manual adalah
pada pengangkatan tanah dikarenakan tanah merosot pada saat proses
pengangakatan, meski dapat dikerjakan dengan mata bor berbentuk tabung
namun proses pekerjaan yang agak lama menjadikan metode ini tidak disukai
pekerja.
3. Tanah Padas / tanah semen, jenis tanah ini termasuk tanah keras sehingga jenis
tanah ini tidak mampu di kerjakan dengan metode strauss pile.
4. Apabila rencana kedalaman pondasi berdasarkan hasil test sondir/rekomendasi
dari hasil soil test maka pondasi tersebut tidak bisa dikerjakan dengan metode
strauss pile / bor pile manual.

Pekerjaan persiapan :
1. Mempersiapkan alat pengerjaan seperti mata bor, pipa, stang dan alat pendukung
lainnya.
2. Tanah dibor hingga mencapai dimensi diameter tiang strauss yang direncanakan,
kemudian mata bor diputar dan diberi beban tekanan hingga dirasakan massa
tanah memenuhi. Tanah diangkat lalu dibuang. Proses tersebut dilakukan terus
menerus hingga mencapai kedalaman tanah yang diinginkan.
3. Pengeboran sebaiknya dikerjakan oleh minimal 2 orang
4. Tahap pembesian : pekerjaan pembesian dilakukan dengan membuat besi spiral
dan pemotongan besi pokok untuk jari – jari. Kemudian dilanjutkan dengan
merangkai keduanya hingga menjadi keranga tulangan utuh.
5. Proses pengecoran merupakan tahap terakhir dalam pekerjaan pondasi strauss
pile. Jika lokasi proyek merupakan daerah bekas rawa, pengecoran bisa
menggunakan pipa paralon (sebagai pipa tremie) sebagai pengantar cor supaya
tidak bercampur dengan lumpur dan hasil beton yang lebih baik. Jika berada di
tanah kering, adukan cor dapat langsung dituangkan.

3.2. Pekerjaan Pondasi Poer


Lingkup pekerjaan
Posisi beton poer ini terletak di atas setiap titik pondasi strausspall.
Pekerjaan pondasi beton poer yang dimaksud adalah meliputi :
- adukan beton bertulang K250, ukuran besi beton dapat dilihat pada gambar kerja.
- Ukuran poer P1 160 x 70 x 50 cm
- Ukuran poer P2 70 x 70 x 50 cm

Persyaratan bahan-bahan
a. Semen portland / PC
Semen yang digunakan adalah Semen Portland jenis Portland Cement Tipe I dan
merupakan hasil produksi dalam negeri. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya ridak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan
lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut di lokasi
pekerjaan.

1
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

b. Agregat : Pasir dan Split/Kerikil


- Pasir laut tidak oleh dipergunakan;
- Kerikil / Split harus bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan
semen, jika agregat yang datang ternyata kotor, maka sebelum dipakai harus
dicuci (disiram) lebih dahulu.
- Jika kerikil/split yang akan digunakan ternyata terlalu kering, maka
sebelum digunakan harus dibasahi dengan disiram air.
- Pasir yang digunakan harus berbutir kasar, sedangkan ukuran kerikil/split
- mengikuti persyaratan-persyaratan beton yang telah diterangkan sebelumnya.
c. Air
- Air untuk campuran adukan beton harus bebas dari asam, garam, bahan alkali
dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
- Penggunaan air untuk kerja harus mendapat persetujuan Pengawas.
- Bila akan digunakan air kerja yang bukan untuk air minum dan mutunya
meragukan, maka Pengawas dapat meminta kepada Pelaksana untuk
mengadakan pengujian tersebut dengan biaya tanggungan Pelaksana.
d. Baja tulangan
- Baja tulangan yang digunakan adalah Baja Ulir diameter 16mm.
- Kondisi baja tulangan yang didatangkan tidak dalam kondisi berkarat dan
- mengelupas.
- Baja ulir/deform yang di datangkan ke lokasi proyek tidak holeh.
- dibengkok/ditekuk, harus dalam bentuk lonjoran.
- Diameter baja tulangan yang digunakan harus sama dengan ukuran
diameteryang tertera dalam gambar rencana bagian struktur. Toleransi
diameter baja yang dapat diambil adalah sesuai dengan persetujuan tertulis
dari Pengawas /Perencana.
e. Bekisting (Acuan)
- Kuat menahan beban adukan beton tanpa brubah bentuk (stabil), tahan terhadap
perbedaan cuaca yang dapat mengakibatkan perubahan bentuknya
(melengkung), harus kedap air, tidak meloloskan air campuran (pasta semen),
yang dapat merusak kualitas beton dan mempunyai permukaan yang rata /halus.
- Bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh, untuk mendapatkan
bentuk penampang, ukuran dari bahan beton seperti dalam gambar kerja.
- Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum mendapatkan ijin tertulis dari Pengawas.

Pelaksanaan pekerjaan
a. Bentuk dan ukuran bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mengahasilkan dimensi beton sesuai dengan gambar kerja.
b. Sambungan bekisting harus dibuat benar-benar rapat, sehingga air adukan beton
tidak banyak keluar.
c. Rangka/penguat bekisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kokohnya bekisting.
d. Sebelum dilakukan pengecoran, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari
semua kotoran maupun serpihan kayu.
e. Pelaksana harus membuat gambar detil rencana pemotongan besi tulangan, tempat
sambungan/pemberhentian, overlapping sambungan maupun pembengkokan.
f. Semua gambar tersebut harus mendapatkan persetujuan Pengawas/Perencana.
g. Tidak diperkenankan membengkokkan baja tulangan ditempat bekisting terpasang
kecuali keadaan yang sangat memaksa dengan pesetujuan Pengawas/Perencana dan
dihindari menimbulkan kerusakan terhadap bekisting.
h. Semua tulangan harus diikat dengan kawat bendrat atau las, sehingga dijamin tidak
bergeser pada waktu pengecoran.
i. Pada muka pondasi dan kolom-kolom beton bertulang harus dipasang stek-stek
tulang yang besarnya sama dengan diameter tulangan kolom tersebut, stek-stek
tersebut harus ditanam dalam pondasi minimal 30 cm.
j. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan setelah pemasangan tulangan serta
kelengkapannya telah diperiksa dan dianggap benar oleh Pengawas/Perencana.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

k. Pelaksana harus mendapatkan ijin tertulis dari Pengawas / Perencana untuk


memulai pengecoran.
l. Perbandingan campuran beton harus dilaksanakan dengan alat-alat takaran yang
tetap, agar selalu dicapai kualitas beton yang direncanakan.
m. Pelaksana harus menyediakan masin pengaduk adukan beton (mollen) dalam
jumlah yang cukup, demikian juga mesin penggetar adukan (vibrator). Mesin
pengaduk yang akan digunakan harus dalam kondisi siap pakai, agar tidak terjadi
hambatan saat pengadukan. Tempat pengadukan harus benar-benar bersih/bebas
dari debu terutama minyak dan karat.
n. Pemberhentian pengecoran harus dilakukan pada tempat-tempat yang telah disetujui
Pengawas / Perencana.
o. Untuk menyambung, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaannya dan
dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan sebelum adukan
beton dituangkan, permukaan yag akan disambung harus disiram dengan pasta
semen dengan campuran 1 PC : 0,5 air.
p. Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor harus
menyesuaikan kedalamannya sesuai dengan gambar kerja.
q. Pelaksanaan pemasangan pondasi telapak harus dibuat sesuai dengan ukuran yang
tertera pada gambar.
r. Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 4
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pasangan batu bata adalah meliputi pekerjaan pasangan batu bata
untuk dinding bangunan dan seluruh detail yang ditunjukan dalam Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas. Meliputi pengadaan semua tenaga kerja,
peralatan dan bahan-bahan untuk pemasangan semua dinding batu bata dan pasangan
lainnya. Sesuai dengan gambar dan persyaratan.
Mengadakan kordinasi yang baik dengan pekerjaan lainnya seprti pekerjaan pasangan
batu belah, tembokan site dan plesteran, pemipaan air dan pekerjaan lain yang berkiatan
erat dengan pekerjaan pasangan bata.
Persyaratan Bahan
a. Batu bata yang dipasang adalah dari bahan dengan mutu terbaik, merupakan hasil
produksi lokal yang sebelumnya disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Syarat-
syarat batu bata harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam NI-10 dan PU BB. 1970
(NI-3).
b. Batu bata / bata merah yang digunakan ukuran nominal 5 x 12 x 22 cm, harus siku,
sama ukuran dan sama warnanya.
c. Pasir aduk harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2 dan tidak mengandung
lumpur/minyak/asam basa serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9. Batu-bata harus
masif, mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku satu sama lain.Bidang-bidang
sisinya harus datar dan tidak menunjukkan retak-retak.
d. Batu bata / bata merah harus terbuat dari tanah liat kualitas terpilih dan
baik sesuai dengan persyaratan dalam NI 10 - 1964 dan PUBI - 1970 (NI 3).
e. Batu bata harus matang dan rata pembakarannya dan harus hasil
pembakaran oven, sedang untuk satu unit bidang dinding harus dipakai
bata dari hasil pembakaran yang sama dan dengan dimensi yang sama.
f. Bata yang dipakai harus utuh menurut standar. Bata yang ukurannya kurang dari
standard tidak boleh dipakai, kecuali untuk pembukaan-pembukaan atau sudut-
sudut yang memang diperlukan ukuran lebih kecil.
g. Sebelum batu bata didatangkan ke lokasi pembangunan, Pemborong
harusmengajukan contoh-contoh yang diisyaratkan kepada Ahli/Pengawas
untukmendapatkan persetujuannya.
h. Semua pekerjaan pasangan bata harus diatur sebelumnya agar hubungan-hubungan
vertikal dan horizontal dapat bertepatan dengan pembukaan dandimensi
yang dikehendaki dan dipersyaratkan dalam gambar perencanaan.
i. Pasangan dinding bata yang lurus, tegak dan rata dalam la pisan-lapisan
sejajar dan waterpas yang teratur rapi, dipasang dalam " running bond ".
Tidak satupun bata yang berukuran kurang dari 10 cm boleh dipakai, kecuali pada
pembukaan-pembukaan atau sudut-sudut yang memang dikehendaki
ukuran yang lebih pendek.
j. Sebelum dipasang, batu bata harus dicelup air hingga jenuh, terutama
padapengerjaan dimusim kemarau, dengan maksud agar pengeringan
pasangan tidakterlalu cepat sehingga dapat terjalin ikatan yang sempurna
antara bata denganadukan. Siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm, sehingga
terdapat alur-alur yangrapi sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
k. Pada prinsipnya semua dinding bata merupakan dinding 1/2 bata,
kecualibeberapa pasangan seperti ditunjukkan dalam gambar. Dalam satu
haripengerjaan pasangan dinding tidak boleh melebihi ketinggian 1 m.
Pekerjaan baruboleh diteruskan setelah pasangan sebelumnya betul-betul
mengeras.
l. Untuk setiap dinding bata yang luasnya melebihi 12 m harus diberi
rangka penguat dari beton dengan tulangan praktis dan ditempat dimana
angker-angker kosen berada harus dicor beton 1 pc : 2 ps : 3 kr sebagai
ikatan.8.3.6. Pasangan bata yang menempel pada beton harus diangker
pada beton tersebut,dan dalam proses pengeringannya, pasangan harus

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

selalu dibasahi selama minimal 7 hari. Pasangan dinding bata tidak boleh
diterobos, paralel/horizontal , kecualipembukaan- pembukaan dan lubang
- lubang yang sudah direncanakan dandisediakan sesuai dengan gambar -
gambar untuk keperluan pekerjaan mekanikal, listrik, pemipaan dan lain-lain.
m. Semua dinding bata harus di finish dengan plesteran, kecuali disebutkan
lain dalam gambar atau akan dilapis dengan lapisan batu alam. Dalam hal
dipasang bata klinker,alur-alurnya (naad) harus selebar 0,5 inch dan dalamnya 0,5
inch. Pasangan harus lurus, teratur dan rapi.

4.2. Pemasangan Batu Bata


- Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contohnya kepada Direksi/Konsultan Pengawas, minimal 3 (tiga) contoh dari
hasil produk yang berlainan, untuk mendapatkan persetujuan.
- Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air hingga penuh atau
dengan disiram air secara merata sehingga masuk kedalam pori-pori batu bata.
- Seluruh dinding dari pasangan batu bata, menggunakan adukan dengan
campuran 1 PC : 5 Pasir, kecuali pasangan batu bata trasraam.
- Untuk dinding semenraam/trasraam/rapat air dengan adukan campuran 1
PC : 3 pasir pasang, yakni pada dinding dari atas permukaan lantai setempat,
dan sampai setinggi 150 cm permukaan lantai setempat untuk sekeliling
dinding ruang-ruang basah (kamar mandi, WC) serta semua pasangan batu
bata dibawah permukaan tanah.
- Setelah batu bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering harus
dibasahi dengan air.
- Pemasangan batu bata harus dilakukan secara bertahap, setiap tahap
maksimum 24 lapis perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis.
Bidang dinding batu bata dengan luasan maksimum 9 m2, harus ditambahkan
kolom dan balok penguat praktis dengan kolom ukuran 13 x 13 cm, dari
tulangan pokok 4, diameter minimal 10 mm, beugel diameter 6 mm pada
jarak 20 cm, jarak antar kolom satu dengan yang lain dibuat maksimal 3 (tiga)
meter.
- Pelubangan akibat pembuatan perencah pada pasangan batu bata sama sekali
tidak dibenarkan.
- Bagian pasangan batu bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton harus diberi penguat stek-stek beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian
yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
- Pasangan batu bata setebal ½ bata harus menghasilkan dinding finish setebal
15 cm setelah diplester (lengkap acian) pada kedua belah sisi/permukaan
dinding.
- Pelaksanaan pemasangan dinding batu bata harus cermat, rapi dan benar-
benar tegak lurus terhadap lantai serta merupakan bidang rata.
- Pasangan batu bata semenraam/trasraam maupun dibawah permukaan tanah
lantai harus diberapen dengan adukan 1 PC : 3 pasir.
- Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila disisi bidang pada
arah diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum
diaci/diplester).

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 5
PEKERJAAN BETON

5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,
pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai
dengan Gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dari
arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya. Kecuali ditentukan lain dalam
persyaratan-persyaratan selanjutnya, sebagai dasar pelaksanaan digunakan pedoman
sebagai berikut :
 Persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia (PUBI-1982, NI-3).
 Peraturan beton bertulang Indonesia 1971 (NI-2)
 Peraturan konstruksi kayu Indonesia 1961 (NI-5)
 Peraturan Portland cement Indonesia 1972 (NI-8)
 ASTM C-150 “Spesification for Portland Cement”
 ASTM C-33 “Standard Spesification for Concreted Aggregates”
 Peraturan pembangunan Pemerintah Daerah setempat
 Peraturan Bangunan Nasional 1978
 American Society for Testing and Material (ASTM)
 American Concrete Institute (ACI)
 Petunjuk-petunjuk dan peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya
disediakan Penyedia Jasa di lokasi.’

Bahan Acuan/Bekisting yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja,


pasangan batako yang tidak diplester atau kayu, pemakaian bambu tidak diperbolehkan.
Lain-lain jenis bahan diluar yang disebutkan diatas bila akan dipergunakan harus
mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
Rangka Acuan/Bekisting yang menggunakan bahan kayu, setara kayu meranti.
Ukuran kayu yang digunakan tergantung dari rencana struktur. Apabila dipandang perlu
dengan mengingat pertimbangan terhadap volume, waktu dan hasil yang dicapai maka
dapat dipergunakan rangka acuan/bekisting yang terbuat dari bahan-bahan yang telah
terbentuk dan siap pakai (scaffolding terangkai) ataupun bahan sejenis formwork eks-ferri.
Acuan/Bekisting yang terbuat dari bahan multiplek pada umumnya
menggunakan multiplek tebal minimal 16 mm. Khusus untuk beton ekspose Lapisan
Acuan/Bekisting harus dibuat dari bahan multiplek sejenis Penofilm dengan ketebalan
minimal 18 cm, dengan permukaan yang dilapisi bahan film, rata dan tidak cacat.

5.2. Perencanaan dan Pelaksanaan


1. Acuan/Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan cukup kuat untuk menampung beban-beban
sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
2. Semua Acuan/Bekisting harus diberi penguat atur dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya Acuan/Bekisting selama pelaksanaan pekerjaan dapat
dihindarkan, juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian cairan
dari adukan beton (mortar leakage).
3. Susunan Acuan/Bekisting dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian
rupa hingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh
Konsultan Pengawas. Penyusunan Acuan/Bekisting harus sedemikian rupa
hingga pada waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada
bagian beton yang bersangkutan.
4. Kekuatan penyanggah, silang-silangan, kedudukan serta dimensi yang tepat dari
Acuan/Bekisting harus selalu diperhatikan.
5. Acuan/Bekisting harus menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan Gambar Kerja.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

6. Pada bagian terendah (dari setiap fase pengecoran) dari Acuan/Bekisting kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.
7. Kayu Acuan/Bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran, harus diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air
pembasahan tersebut pada sisi bawah.
8. Pada fase ini dilakukan pemasangan pipa-pipa maupun perlengkapan-
perlengkapan lain yang harus tertanam didalam beton, dengan catatan bahwa
pekerjaan ini jangan sampai merugikan kekuatan konstruksi (lihat pasal 5.7 ayat I
PBI 1971).
9. Setelah pekerjaan diatas selesai, Penyedia Jasa harus meminta persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas dan minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran
Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan pengecoran kepada
Direksi/Konsultan Pengawas.
10. Perencanaan Acuan/Bekisting dan konstruksinya harus diperhitungkan untuk
dapat menahan beban-beban tekanan lateral dan tekanan yang diijinkan seperti
pada “Recommended Practice for Concrete Formwork” (ACI. 347-68) dan peninjauan
terhadap beban angin dan lain-lain peraturan dikontrol terhadap peraturan
pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
11. Kayu Acuan/Bekisting beton exposed harus dilapisi dengan menggunakan release
agentmud oil pada permukaan Acuan/Bekisting yang menempel pada permukaan
beton. Berhubung pemakaian release agent berpengaruh pula pada warna
permukaan beton, maka pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan
dengan seksama. Untuk itu Penyedia Jasa harus memberitahukan terlebih dahulu
nama perdagangan dari release agent tersebut data bahan-bahan bersangkutan,
nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu untuk memperoleh persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
12. Untuk bidang-bidang yang luas dimana digunakan form-tie, penempatan form-tie
harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
13. Untuk penyetelan Acuan/Bekisting pekerjaan beton di atas pekerjaan yang baru
dicor, dibutuhkan waktu minimal 3 (tiga) hari dan penyetelan Acuan/Bekisting
tersebut baru dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

Pembongkaran Acuan/Bekisting
1. Waktu minimal dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran Acuan/Bekisting dari bagian-bagian struktur harus ditentukan
dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti
tercantum dalam daftar sebagai berikut :
Tabel 5.1. Tabel Waktu Minimal Pembongkaran Bekisting
Waktu Minimal Pembongkaran Acuan
Bagian-Bagian Struktur Bekisting
(dalam hari setelah pengecoran)
- Sisi samping balok dan kolom 3 Hari
- Penyangga balok 21 Hari

Kecuali bila pengecoran dicampur dengan bahan aditif sesuai dengan yang
ditentukan maka pada prinsipnya pembongkaran Acuan/Bekisting dapat
dilakukan dan dengan ketentuan sebagai berikut :
Bagian Struktural Sisi Samping : minimal 3 hari setelah pengecoran
Bagian/Sisi Bawah : minimal 14 hari setelah pengecoran

2. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat Acuan/Bekisting dibuka, tidak
bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala
keropos/tidak sempurna.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Acuan/Bekisting harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dibenarkan


dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton. Material-material
lain yang ada disekitarnya dalam memindahkannya harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan. Perbaikan yang rusak akibat
kelalaian Penyedia Jasa menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Seluruh bahan-bahan bekas Acuan/Bekisting yang tidak terpakai harus
dibersihkan dari lokasi proyek dan dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
4. Perbaikan-perbaikan pada permukaan beton yang tidak sempurna harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas dan biaya yang
diperlukan untuk perbaikan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
5.3. Pekerjaan Beton Bertulang
Meliputi pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan
pekerjaan beton sesuai dengan Gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari Konsultan Perencana dalam
RKS.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli dan tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya. Semua pekerjaan yang
dihasilkan harus mempunyai mutu sebanding dengan standar yang umum
berlaku. Apabila Direksi/Konsultan Pengawas memandang perlu, Penyedia Jasa
dapat meminta nasehat-nasehat dari tenaga ahli yang ditunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaiannya. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung
di atas tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton ringan dengan campuran
semen: pasir: koral/split = 1 : 3 : 5 setebal minimal 5 cm.
5.3.1. Bahan - bahan
1. Digunakan portland cement jenis II menurut NI-8 atau type-I menurut ASTM dan
memenuhi S.400 menurut standard portland cement yang digariskan oleh
Assosiasi Semen Indonesia (Semen Tiga Roda atau setara). Merk yang dipilih
tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan, kecuali dengan persetujuan tertulis
dari Direksi/Konsultan Pengawas. Pertimbangan Direksi/Konsultan Pengawas
hanya dapat dilakukan dalam keadaan bila tidak terdapat merk semen yang
dimaksudkan maka Penyedia Jasa harus memberikan jaminan dengan data-data
teknis bahwa mutu semen penggantinya berkualitas setara dengan mutu semen
tersebut diatas.
2. Aggregat :
 Kualitas dan gradasi dari aggregat harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971,
Aggregate kasar harus berupa baru pecah yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya yang padat (tidak porous).
 Penyedia Jasa harus melakukan percobaan dilaboratorium yang ditunjukan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk menentukan susunan gradasi
aggregate tersebut. Untuk menguji kekerasan dari aggregat kasar tersebut
digunakan mesin Pengaus dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 1 % yang ditentukan terhadap berat kering.
 Dimensi maksimum dari aggregat kasar tidak lebih dari 0,3 cm dan tidak lebih
dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan dan minimum ukuran butirnya 5 mm.
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur tanah lempung dan sebagainya.
 Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % ditentukan terhadap
berat kering, apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka pasir harus dicuci
sampai memenuhi syarat yang ditentukan.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Aggregat yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus mendapatkan


persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Air
 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi mutu pekerjaan.
 Apabila dipandang perlu, Direksi/Konsultan Pengawas dapat meminta
kepada Penyedia Jasa supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa.
4. Besi Beton
 Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton, kecuali ketentuan lain dalam Gambar Kerja,
digunakan besi beton dari jenis BJTD 40 untuk tulangan utama balok dan
kolom serta BJTD 30 untuk tulangan plat biasa kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja konstruksi.
 Mutu besi beton yang dipakai adalah :
diameter > 16 mm – mutu baja U-39 ulir
diameter < 12 mm – mutu baja U-24
Jenis besi tersebut diatas harus mempunyai tegangan limit elastis karakteristik
sesuai dengan angka yang tercantum dalam PBI-1971, khusus untuk U-39
tegangan tarik leleh besi tidak boleh lebih dari 50 kg/mm.
 Untuk memperoleh jaminan atas kualitas besi beton, maka disamping adanya
sertifikat dari laboratorium, baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik harus diambil contoh minimal 2 (dua) buah untuk percobaan stress
and strain sebanyak minimal 3 (tiga) kali yaitu pada saat permulaan besi
datang, pada saat pencapaian prestasi 35 % dan 50 %.
 Tetapi bila selama pelaksanaan ditemukan hal-hal yang mencurigakan
percobaan stress and strain harus dilakukan lagi. Percobaan stress and strain
dengan satu set percobaan untuk setiap 10 ton untuk diameter besi <12 mm
dan 20 ton untuk diameter besi > 16 mm dengan panjang sampel 1 m dan
minimal 3 sampel yang harus dicoba.
 Perlengkapan besi beton meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya.
 Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi beton yang diminta, maka
disimpan adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat
dari laboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk
melakukan percobaan, baik pada saat pemesanan maupun secara periodik
minimum masing-masing 2 (dua) perlengkapan untuk setiap 20 ons besi.
Pengetesan/Pengujian besi beton pada laboratorium yang disetujui dan
ditunjuk oleh Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Jasa.
5. Admixture
 Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak
diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
 Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Penyedia Jasa harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas mengenai hal tersebut dengan keterangan tentang tujuan, data-
data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakainnya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu.
6. Penyimpanan
 Pengeringan dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
 Semen harus didatangkan dalam sak yang tidak pecah (utuh), tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada sak, segera setelah

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

diturunkan semen harus disimpan ditempat yang kering, terlindung dari


pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dari lantai yang bebas dari tanah.
 Semen harus dalam keadaan baik (belum mulai mengeras) dan tidak boleh
ada bagian yang mulai mengeras. Jika dijumpai semen yang tidak sesuai
dengan persyaratan di atas maka Direksi/Konsultan Pengawas wajib menolak
semen yang tidak memenuhi syarat tersebut dan semen tersebut harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan kayu dan bebas lumpur atau zat-zat asing lainnya yang dapat
merusakkan besi beton (minyak dan lain-lain).
 Aggregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut
jenis dan gradasinya serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk
menghindari tercampurnya dengan tanah.
7. Certificate Test
Sebelum dilaksanakan pemasangan, Penyedia Jasa diwajibkan memberikan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas “Certificate Test” dari bahan-bahan besi dan
Portland cement dari produsen/pabrik.
8. Bahan Beton Ready Mix
 Semua beton ready mix harus disuplay dari perusahaan yang telah disetujui
dan disepakati oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
 Nama dan alamat perusahaan ready mix harus disampaikan untuk mendapat
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas dan bila diperlukan Penyedia Jasa
harus dapat memberikan dan mengatur peninjauan lokasi perusahaan/lokasi
tempat ready mix dibuat.
 Tanpa dilakukan peninjauan pabrik ready mix atau dengan tanpa persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab
terhadap semua supply ready mix yang harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam spesifikasinya.
 Perbandingan berat dari semen, aggregat kasar dan aggregate halus harus
terus menerus dicatat pada batching plant dengan alat timbangan yang sudah
di-kalibrasi oleh lembaga/badan yang berwenang. Pencatatan dari bahan
semen, aggregat dan kandungan air dari setiap truck mixer harus dapat
ditunjukkan/diberikan kepada Direksi/Konsultan Pengawas bila diperlukan.
 Secara periodik harus dilakukan testing untuk menentukan kadar air
(moisture content) dari aggregat untuk menentukan pengaturan tambahan
jumlah air yang perlu dicampurkan.
 Beton ready mix harus sudah di-cor pada tempatnya dalam waktu maksimal 2
(dua) jam dihitung mulai dari keluarnya truck mixer dari plant/pabrik
produksi campuran pada saat dicampurkan dalam truck mixer, kecuali dipakai
retarder bisa lebih dan waktu tersebut diatas atau maksimal 4 (empat) jam.
 Bila ditentukan lain, Penyedia Jasa dapat melakukan pembicaraan khusus
dengan Produsen Ready Mix dan Direksi/Konsultan Pengawas menyangkut
lama waktu yang diperlukan oleh Truck Mixer yang mengangkut ready mix
menuju ke lokasi pengecoran pekerjaan ini.
 Penyedia Jasa harus dapat menjamin bahwa semua pencatatan adalah benar-
benar dilakukan dengan teliti dan benar di plant dan dibuat untuk semua
kegiatan pada saat material/bahan dicampurkan dan air ditambahkan.
Pencatatan waktu ini hendaknya disertakan pada bon pengiriman bersama
dengan truck mixer yang ditandatangani oleh penanggung jawab plant.
 Waktu kedatangan truck mixer ke lokasi pengecoran harus dicatat dan
disimpan dalam log-book yang antara lain juga memuat :
- Waktu Kedatangan Truck Mixer
- Waktu Pencampuran material dan penambahan air
- Waktu Pengecoran
- Data Nomor dan kode truck mixer dan nama pabrik ready mix-nya
- Lokasi Pengecoran

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Pengambilan jumlah test kubus


- Slump
 Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap semua hasil pengecoran dengan
menggunakan ready mix. Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk
meminta ganti pabrik plant ready mix selama pelaksanaan pekerjaan bila
nyata- nyata syarat-syarat dari yang ditentukan diatas tidak dapat terpenuhi.
5.3.2 Kualitas Beton
1. Kecuali ditentukan lain sesuai dalam Gambar Kerja, kualitas yang akan dipakai
dalam pekerjaan ini adalah beton K – 250.
2. Evaluasi ketentuan karakteristik ini menggunakan ketentuan-ketentuan dalam
PBI-1971.
3. Penyedia Jasa harus memberikan/membuat kualitas beton dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
4. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang
disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 PBI-1971 mengingat bahwa Wc factor yang sesuai
disini adalah sekitar 0,52-0,55, maka pemasukan bahan adukan + kendala cetakan
benda uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 PBI-1971 tanpa menggunakan
penggetar. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1
benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat-cepat diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Selanjutnya harus dibuat 2 buah benda uji untuk setiap 5 m3 beton
dengan minimum 2 buah benda uji setiap hari.
5. Penyedia Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat.
6. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristik beton tersebut dan
harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus
disertai sertifikat dari laboratorium dan harus dibuat rangkap 5 (lima).
7. Selama pelaksanaan harus ada penguji slump, minimal 5 cm dan maksimal 12 cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting).
- Cetakan beton ditempatkan di atas kayu yang rata atau pelat beton.
- Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
- Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 15
mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
- Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya.
- Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus yang
dibawahnya setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya (nilai slump-nya).
8. Jumlah semen minimal 340 Kg per m3 beton. Khusus pada atap, luifel, konsol dan
pada daerah kamar mandi dan WC, daerah talang beton, jumlah minimum
tersebut dinaikkan menjadi 375 Kg/m3 beton.
9. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang sesuai dan
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Jasa.
10. Perawatan kubus percobaan tersebut didasari pasir dalam kondisi basah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan dalam udara terbuka.
11. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk
umur 3,7,14,21,28 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari
persentase kekuatan yang diminta pada 28 hari, untuk lebih jelasnya lihat tabel
4.1.4 PBI-1971.
12. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh adukan masuk ke dalam mixer.
13. Penuangan beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak berakibat terjadinya pemisahan komponen beton.
14. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
15. Minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran dilakukan Penyedia Jasa harus
memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan pengecoran baru
dapat dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.

2
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Sebelum memberikan persetujuan pengecoran Direksi/Konsultan Pengawas


wajib memeriksa pembesian yang terpasang pada daerah yang akan dicor.
16. Diluar uraian diatas terhadap tempat atau bagian lain dari pekerjaan yang
memerlukan penggunaan beton bukan sebagai struktur utama (mis: beton rabat)
dapat dipakai campuran adukan I PC : 3 Psr : 5 Kr yang dicetak, dan dicor
berdasar ketentuan PUBB (NI.3-1957) dan PBI (NI.2-1971).
5.3.3 Siar-siar Kontruksi dan Pembongkaran Acuan/Bekisting
1. Penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam
Gambar Kerja, harus mengikuti pasal 6.5 PBI-1971. Siar-siar tersebut
permukaannya harus dikasarkan dan harus dibasahi lebih dahulu dengan air
semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai.
2. Letak siar-siar tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila pengecoran terhenti lebih dari 1 jam maka
pengecoran berikutnya untuk daerah yang terhenti pengecorannya baru dapat
dilakukan kembali dalam waktu 24 jam kemudian dengan memperhatikan syarat-
syarat tersebut di atas.
3. Pembongkaran Acuan/Bekisting sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar
Kerja harus mengikuti pasal 5.8 PBI-1971. Pembongkaran Acuan/Bekisting baru
dilakukan apabila bagian konstruksi dengan sistem Acuan/Bekisting yang masih
ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan
beban- beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan
dengan pemeriksaan benda uji laboratorium dan dengan perhitungan-
perhitungan yang harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Pembongkaran baru dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
4. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih
besar dari beton rencana atau terjadi keadaan yang lebih membahayakan dari
pada yang diperhitungkan, serta pengaruh cuaca yang tidak memungkinkan maka
dari bagian konstruksi tersebut tidak dapat dibongkar selama keadaan tersebut
terus berlangsung.
5. Acuan/Bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom
penunjangnya telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata hasil
pengecorannya baik.

Bending Schedule dan Pergantian Besi


1. Penyedia Jasa harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada Gambar Kerja. Sebelum dilakukan pemotongan besi
beton, maka Penyedia Jasa harus membuat “Bending Schedule” (rencana
pembengkokan tulangan) untuk diajukan dan dimintakan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Jasa atau menurut
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan
pembesian yang ada, maka :
- Penyedia Jasa dapat menambahkan ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam Gambar Kerja. Secepatnya hal ini
diberitahukan pada perencana konstruksi untuk informasi.
- Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Penyedia Jasa sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari perencana konstruksi.
- Jika diusulkan perubahan dari jalan/arah pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis dari perencanaan
konstruksi.
3. Jika Penyedia Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Gambar Kerja, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter yang terdekat setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

4. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam Gambar Kerja (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
5. Pergantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat
tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian pengetar.
6. Toleransi Besi
Tabel 5.2. Tabel Toleransi Besi yang Digunakan
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam berat yang Toleransi
(jarak antara dua diameter permukaan yang diperbolehkan
berlawanan)
Dibawah 10 mm x/- 7 % x/- 0.4 mm
10 mm sampai 16 mm
+/- 5 % +/- 0.4 mm
(tapi tidak termasuk diameter 16 mm)
16 mm sampai 28 mm (tapi tidak termasuk
+/- 4 % +/- 0.3 mm
diameter 28 mm)

5.3.4. Perawatan Beton


1. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
terlalu cepat.
2. Harus diperhatikan pula perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
3. Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari setelah
pengecoran untuk mencegah pengeringan bidang beton. Pembasahan terus
menerus ini dilakukan antara lain dengan cara menutupinya menggunakan
karung-karung basah. Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus
dilakukan dengan merendam atau menggenanginya dengan air.
4. Khusus untuk pelat lantai yang akan diberi lapisan waterproofing pembasahan
terus menerus juga berfungsi untuk memastikan bahwa pelat beton tidak
mengalami kebocoran. Apabila terjadi kebocoran maka pelat tersebut harus
diperbaiki oleh Penyedia Jasa sampai disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
5. Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh
diganggu.
6. Tidak diperkenankan untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras
sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut
bahan-bahan yang berat. Minimal 1 (satu) minggu setelah pengecoran selesai,
baru dapat dibebani untuk pekerjaan selanjutnya dengan syarat Acuan/Bekisting
lantai yang dibebani tersebut tidak dibongkar dan untuk memulai pekerjaan
tersebut harus dengan persetujuan tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
7. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai
setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
5.3.5. Tanggung Jawab Penyedia Jasa
1. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan Gambar Kerja yang diberikan.
2. Dengan tanpa diminta, apabila ternyata ditemukan bahwa hasil pengecoran
mengalami cacat, tidak sesuai dengan perencanaan, gagal pengecoran, maka
secara langsung Penyedia Jasa melakukan perbaikan dan penyempurnaan yang
hasilnya dipertanggungjawabkan dengan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
3. Akibat yang timbul dari ketidak-sempurnaan pengecoran merupakan tanggung
jawab prinsip Penyedia Jasa.
5.3.6. Perbaikan Permukaan Beton
Pada proyek ini permukaan beton yang dihasilkan merupakan hasil akhir
(final/ekspose) yang tidak mengalami finishing arsitektur sehingga tidak akan ada
pekerjaan plesteran baik untuk balok, kolom, dan pelat lantai. Apabila terjadi
ketidak-sempurnaan dalam pengecoran sehingga terjadi keropos dan lain-lain
maka harus dilakukan hal-hal berikut ini :

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

1. Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan menggunakan


campuran adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan Acuan/Bekisting dan
hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dan
sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan yang diharapkan dan diterima Direksi/Konsultan Pengawas, maka
harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan (pengecoran) kembali atas
biaya Penyedia Jasa.
3. Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah,
retak, ada gelembung udara. Keropos berlubang, tonjolan dan lain-lain yang tidak
sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.
Bagian-bagian Yang Tertanam Dalam Beton
1. Pasangan angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
2. Dipergunakan juga tempat kelos-kelos untuk kosen atau instalasi.
Hal-hal Lain (Miscellaneous Items)
1. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal dibeton bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuatkan bantalan beton untuk
pondasi alat-alat mekanik dan elektronik dengan ukuran, rencana dan tempatnya
berdasarkan Gambar Kerja mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton
seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.
2. Pegangan plafon dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 150 cm.
Dipasang sebelum pengecoran beton dan penggantungan harus dikaitkan pada
tulangan pelat atau balok.
Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah tertimbun. Pembersihan harus dilakukan
setiap sore secara baik dan teratur.
Contoh Yang Harus Disediakan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus memberikan contoh
material, split, pasir, besi beton, wiremesh, semen untuk mendapatkan
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas akan
dipakai sebagai pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Penyedia Jasa kelapangan.
3. Penyedia Jasa diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
ditempat yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
Pertemuan Dinding
1. Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran
(anchorage) dengan jarak antara 75 cm, panjang jangkar minimum 60 cm dimana
bagian yang tertanam dalam beton 30 cm dan yang tertanam dalam dinding 30
cm dan berdiameter 8 mm.
2. Tiap luas dinding yang lebih besar dari 8 meter persegi harus diberi kolom
praktis/ring balok minimal ukuran 13 cm x 13 cm dengan tulangan sengkang
berdiameter 6 mm jarak 29 cm.
3. Untuk railing tangga, listplank dan dinding lainnya yang tingginya kurang dari
3,00 meter harus diberi kolom praktis seperti huruf b setiap jarak 3,00 meter dan
pada bagian atasnya diberikan ring balok sebagai pengikat, ukuran dan tulangan
seperti kolom praktis dan ring.
Sparing Conduit dan Pipa-pipa
1. Letak dari sparing harus tidak mengurangi kekuatan struktur.
2. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai Gambar Kerja pelaksanaan dan
bila tidak ada dalam Gambar kerja, maka Penyedia Jasa harus mengusulkan dan
minta persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Bilamana sparing (pipa, conduit dll) berpotongan dengan tulang besi, maka besi
tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas.
4. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu


pengecoran.

5.4. Pekerjaan Beton Non- Struktural


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton komposit, pembungkus baja.
5.4.1. Mutu Beton
Mutu beton yang dibenarkan untuk dipakai untuk pekerjaan Beton Non Struktural
tersebut adalah beton dengan mutu K-250
5.4.2. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
- Jenis Semen Portland yang digunakan harus memenuhi ketentuan dan syarat
seperti yang ditentukan dalam NI-8. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk dipakai.
- Merk semen yang dianjurkan adalah setara mutu semen merk Semen Tiga
Roda atau Semen Holcim.
- Tidak dibenarkan mengganti merk semen yang telah disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas tanpa alasan yang jelas.
- Penggantian semen dengan merk lain harus seijin Direksi/Konsultan
Pengawas.
- Tempat penyimpanan bahan beton terutama semen dan besi harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air
dan harus memenuhi syarat penumpukkan semen pada lantai dengan
diangkat dan diberi landasan agar tidak berhubungan langsung dengan
permukaan tanah atau lantai serta ditata/ditumpuk sesuai dengan petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Pasir Beton
Pasir beton harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, campuran lumpur, tanah liat dan sebagainya dan harus memenuhi
persyaratan komposisi butir pasir serta kekerasan yang sesuai dengan yang
disyaratkan.
3. Koral Beton / Split
- Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
ukuran bongkahan dan gradasi.
- Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton sebelum bahan
dicampurkan harus dipisahkan satu sama lainnya, sehingga dapat dijamin dan
diketahui kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
perbandingan adukan beton yang tepat.
4. Air
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya yang dapat merusak
beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
- Apabila dipandang perlu Direksi/Konsultan Pengawas dapat meminta
kepada Penyedia Jasa supaya air yang dipakai adalah air yang telah diperiksa
dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi.
5. Besi Beton
Digunakan besi beton mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak,
bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan kotoran lainnya. Penampang besi
adalah bulat dan memenuhi persyaratan baik ukuran maupun mutunya.
6. Syarat PBI 1971
Penyedia Jasa diwajibkan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tentang
Pekerjaan Beton seperti yang tercantum dalam PBI 1971 dan bila dipandang perlu
untuk memeriksa mutu bahan-bahan yang akan dipakai kelaboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan syah atas biaya Penyedia Jasa.
7. Pedoman Pelaksanaan
a. Peraturan / standard setempat yang biasa dipakai
b. Peraturan Beton bertulang Indonesia 1971; NI-2

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

c. Peraturan Konstruksi kayu Indonesia 1961; NI-5


d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8
e. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
f. Ketentuan-ketentuan maupun Peraturan Umum tentang Pelaksanaan
Penyedia Jasaan Pekerjaan Umum ( A.V ) No.9 tanggal 28 Mei 1941 dan
tambahan Lembaran Negara No. 14571
g. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Direksi/Konsultan Pengawas
h. Standard normahsasi Jerman (DIN)
i. American Society for Testing and Material (ASTM)
j. American Concrete Institute (ACI)

5.4.3. Syarat-syarat pelaksanaan


1. Penulangan
- Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar Kerja.
- Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
dengan memasang beton decking.
- Bahan besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi.
2. Cara Pengadukan
- Cara pengadukan beton harus dengan menggunakan peralatan pencampur
beton atau beton molen.
- Takaran/perbandingan untuk bahan semen Portland, pasir dan koral harus
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan tercapai mutu pekerjaan
seperti yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat.
- Selama pengadukan bahan, kekentalan adukan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru pengujian slump minimal
5 cm dan maksimal 10 cm.
3. Pengecoran Beton
- Penyedia Jasa diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-
ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas.
- Pengecoran beton harus dikerjakan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat, harus dihindarkan
terjadinya koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
- Apabila dalam pelaksanaan pengecoran beton akan dihentikan dan akan
diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian pengecoran
tersebut harus diketahui dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
4. Pekerjaan Acuan/Bekisting
- Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
ditetapkan/diperlukan sesuai Gambar Kerja. Bahan dari jenis papan kayu
setara Meranti yang memenuhi persyaratan NI-2 pasal 5.1.
- Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan
sehingga cukup kuat kedudukannya selama pengecoran.
- Acuan harus rapat, tidak terdapat celah, tidak bocor, permukaannya licin,
bebas dari kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu,
tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah
dibongkar tanpa merusak hasil pengecoran.
- Tiang-tiang acuan harus diletakkan/didasari diatas papan atau baja untuk
memudahkan pemindahan perletakkan. Tiang-tiang tidak boleh disambung
lebih dari satu. Tiang-tiang dibuat dari kayu semutu kayu dolken diameter: 8 –
10 cm atau kaso 5/7 cm.
- Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok
secara cross/menyilang.

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Pembukaan acuan baru dilakukan setelah memenuhi syarat-syarat yang


dicantumkan dalam PBI 1971.
- Penggunaan Bekisting Formwork/Scafolding harus sesuai dengan
petunjuk/spesifikasi pabrik.
5. Kawat Pengikat
- Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI tahun 1971).
- Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilaksanankan dengan
ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas setelah acuan dibuka, tidak
diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus memberikan contoh-
contoh material: besi, koral, pasir, PC untuk memperoleh persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
- Bila terjadi kerusakan Penyedia Jasa diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
- Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai
ketentuan dalam PBI-1971).
6. Sparing Conduit dan Pipa-pipa
- Letak sparing harus diatur agar tidak mengurangi kekuatan struktur.
- Tempat-tempat sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksana dan
bila tidak ada dalam Gambar Kerja, maka Penyedia Jasa harus mengusulkan
dan minta persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
- Bilamana sparing (pipa, conduit dan lain-lain) berpotongan dengan tulang
besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
- Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran
dengan perkuatan hingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
- Sparing-sparing harus dilindungi hingga tidak akan terisi adukan beton waktu
pengecoran.
7. Hal-hal Lain (Miscellaneous Items)
Lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal dibeton bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan harus diisi dengan beton. Digunakan beton seperti yang
ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.
5.5. Pekerjaan Besi Non Struktural
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan besi-besi untuk angkur tiang, plat begel
rangka atap, pembesian plat serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
5.5.1. Persyaratan Bahan
1. Digunakan besi beton mutu U-24 dan dengan diameter besi beton minimal 12
mm atau sesuai yang ditunjukan dalam detail gambar kerja. Bahan harus bersih
dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpihan dan sebagainya.
2. Penampang bahan besi beton adalah bulat atau berulir dan memenuhi syarat-
syarat PBI-1971.
3. Penyedia Jasa diwajibkan bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu bahan
yang digunakan ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan syah atas
biaya Penyedia Jasa.
5.5.2. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pembuatan tulangan/pembesian dan pemasangannya harus sesuai dengan yang
ditentukan dalam Gambar Kerja.
2. Bila pembesian/tulangan merupakan suatu rangkaian, maka pembesian/tulangan
beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

tempat selama pengecoran dan harus bebas dari acuan dengan memasang beton
decking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari bahan baja lunak dan tidak
disepuh seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI-2 (PBI-1971).
4. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dan kebenaran dari
semua persyaratan yang ditentukan.
5. Penyedia Jasa harus mengikuti semua petunjuk tentang persyaratan peralatan,
baik yang terdapat pada RKS maupun yang tercantum dalam Gambar Kerja.
6. Bila terjadi kerusakan pada hasil pemasangan Penyedia Jasa diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu, pekerjaan seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
7. Pasangan angkur dan bentukan lainnya harus menyatu dengan adukan beton,
pemasangan harus tepat dan kuat pada tempatnya.

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 6
PEKERJAAN KUSEN DAN JENDELA ALUMUNIUM

6.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht seperti
yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari Penyedia Jasa.
Persyaratan Bahan
- Kusen alumunium yang digunakan :
Bahan : Dari bahan almunium framing system setara
Alcomexindo. Ukuran dan warna : 4 inch, warna (hitam / coklat tua, atau
sesuai persetujuan). Bentuk Profil : Sesuai shop drawing yang disetujui.
- Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
- Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail
gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
- Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
dipersyaratkan.
- Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-profil
harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit,
jendela, pintu partisi dll, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap
unit didapatkan warna yang sama.
- Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu
mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
Untuk tinggi dan lebar 1 mm
Untuk diagonal 2 mm
- Aksesoris
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat
alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup caulking dan
sealant, angkur-angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plat tebal
2
– 3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
- Bahan Finishing
- Penanganan untuk permukaan kusen jendela dan daun pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus
diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan
insulating warnish seperti asphaltie varnish atau bahan insulasi lainnya

6.2. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum memulai pelaksanaan Penyedia Jasa diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi lapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh
jadi untuk semua detail sambungan dan profil alumunium yang berhubungan
dengan sistem konstruksi bahan lain).
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan
Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran.
c. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaanya.
e. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

rivet, stap dan harus cocok.

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai
dengan gambar.
f. Angkur-angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plate
setebal 2 – 3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
g. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1000
kg/m2.
Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
h. Disyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
1. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
2. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dll.
3. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
4. Untuk sistem partisi, harus mampu dipindahkan, dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5. Mempunyai asesoris yang mampu mendukung kemungkinan diatas.
i. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kusen alumunium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
j. Toleransi pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10 - 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
k. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada
ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat
digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini pada
swing door dan double door.
l. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap udara.
m. Tepi bawah ambang kusen eksterior agar dilengkapi flashing untuk penahan
air hujan

3
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 7
PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

7.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan
adukan dan plesteran dengan berbagai komposisi campuran, sesuai
persyaratan dan ketentuan dalam gambar. Mengadakan koordinasi dengan
disiplin pekerjaan lain yang ada hubungannyadengan pekerjaan adukan dan
plesteran yaitu, seperti : pekerjaan batu belah, batu bata, pekerjaan ubin da n
pelapis dinding, pekerjaan beton, pemipaan listrik, plumbing dan lain-lain
Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh item pekerjaan plesteran dinding batu bata
bagian dalam dan bagian luar bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.

Bahan
a. Bahan semen portland yang digunakan/dipakai harus terdiri dari satu produk,
mutu I dan yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas serta memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam NI-8. Bahan pasir harus memenuhi syarat NI-3 dan
PUBI-1982. Semen Portland (PC) Semen untuk pekerjaan adukan plesteran
sama dengan yang digunakan untukpekerjaan beton. Pasir yang
digunakan harus pasir yang berbutir, tajam dan ke ras. Kadar
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari 5 % dan
harus memenuhipersyaratan NI.3 PUBB 1970
b. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10. Air yang digunakan untuk adukan dan
plesteran sama dengan persyaratan yangdigunakan untuk pekerjaan
beton.
c. Campuran (agregat) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas
dari segala macam kotoran, harus bersih dan diayak dengan ayakan # 1,6 – 2,0 mm.

7.2. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran


Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk
dengan alat /mesin pengaduk sehingga campur benar -benar, baru kemudian
dicampur dengan air hingga merata dalam warna dan konsistensi. Adukan
yang telah mulai mengerasharus dibuang. Melunakkan adukan yang telah mengeras
tidak diperbolehkan.10.3.2. Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti NI 2-1970, Ni 8 -
1964 atau dengan proporsi campuran seperti tersebut dibawah ini.

Tabel 7.1. Tabel Perbandingan Penggunaan Bahan Plesteran


PERBANDINGAN PENGGUNAAN
1 PC : 2 PS 1. Untuk pemasangan batu belah, dinding batu bata, bata ko
dan pasangan lain yang kedap air.
2. Untuk plesteran pekerjaan tersebut pada No. 1 dan
untukplesteran beton yang kedap air
3. Untuk pekerjaan pasangan ubin plint dan bata ekspos.
1 PC : 3 PS 1. Untuk Plesteran beton bertulang yang tidak kedap air.
2. Untuk rollaag pasangan batu bata dan bata ekspos.
1 PC : 4 PS 1. Untuk pasangan pondasi batu gunung / belah2 . Untuk
adukan ubin dibawah lantai.
2. Untuk plesteran linggir.
3. Untuk pasangan ubin yang menempel pada pasangan beton.
1 PC : 5 PS 1. Untuk pasangan batu bata yang tidak kedap air.
2. Untuk semua plesteran dinding batu bata tidak kedap
air,untuk bagian dalam maupun luar

Syarat-syarat pelaksanaan plesteran


- Seluruh plesteran pada dinding batu bata dengan campuran adukan 1 PC : 5 pasir,
kecuali pada dinding batu bata semen/trasraam/rapat air.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Pada dinding batu bata semen raam/rapat air, diplester dengan campuran
adukan 1 PC : 3 pasir (dilakukan pada bagian-bagian yang ditentukan disyaratkan
dalam detail Gambar Kerja).
- Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan
seperti yang telah disyaratkan.
- Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik
dari jenisnya dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
- Semen Portland yang dikirim ke site/lokasi kerja harus dalam keadaan tertutup
atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type
dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
- Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan untuk dinding finish sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam detail Gambar Kerja. Ketebalan plesteran yang melebihi
2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memprkuat daya lekat
plesteran, pada bagian pekerjaan yang diijinkan Direksi/Konsultan Pengawas.
- Pertemuan antara plesteran dengan jenis pekerjaan yang lain, dibuat naad (tali air)
dengan lebar minimal 7 mm kedalaman 5 mm, kecuali bila ditentukan lain.
- Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari
(kering betul).
- Kelembaban plesteran harus dijaga hingga pengeringan permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat.
- Seluruh permukaan pada beton sebelum diplester harus dibuat kasar terlebih
dahulu dengan cara dipahat atau pada saat setelah acuan dibuka, dikamprot
merata dengan adukan 1 PC : 3 pasir atau dengan cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas.
- Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton serta disiram/dibasahi
dengan air semen.
- Plesteran untuk beton, dipasang dengan adukan kedap air campuran adukan 1 PC
: 3 pasir.
- Pasir pasang yang akan dipergunakan untuk campuran harus diayak lebih dahulu
dengan mata ayakan seperti yang disyaratkan.
- Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik
dari jenisnya dan disetujui Konsultan Pengawas.
- Tebal lapis plesteran maksimal 1,00 cm. Tebal plester yang melebihi 1,00 cm
harus diberi kawat ayam yang digalvanis untuk membantu dan memperkuat daya
lekat plesteran.
- Pertemuan antara plesteran dengan jenis pekerjaan yang lain (kusen dan
sebagainya), dibuat naat (tali air) lebar minimal 7 mm dalam 5 mm, kecuali bila
ditentukan lain.
- Kelembaban plesteran harus dijaga hingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu cepat dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan dilindungi dari panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa
mencegah penyerapan air secara cepat.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 8
PEKERJAAN ATAP

8.1. Rangka Atap Baja Ringan


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan atap yang dimaksud adalah pekerjaan rangka atap dan pemasangan
penutup atap genteng metal yang dipasang dengan kemiringan atap sesuai dengan
gambar.

Persyaratan Bahan-Bahan
a. Untuk pekerjaan rangka atap menggunakan bahan baja ringan Profil berbentuk S
dan Web bentuk Capsule dengan pengiktat Baut-Mur.
- Frame : bentuk S 85.50 (Tinggi profil 85 mm dan tebal 0.75 - 08mm BMT)
- Web : Capsule 62.27 (Tinggi 62 mm dan tebal 045 - 0,5 mm BMT)
- Baut-Mur : Hexagonal Bolt, diameter 12mm
b. Lapis dasar material baja ringan dilapis dengan zinc, aluminium dan silikon alloy
c. Ukuran material-material rangka atap disesuaikan dengan hasil perhitungan
produsen rangka atap baja ringan.
d. Kontraktor harus memberikan contoh bahan, brosur serta data teknis/gambar
teknis/Shop drawing berikut perhitungan strukturnya kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
e. Menyertakan Garansi dan biodata produsen rangka atap baja ringan.
f. Profil “S” Sebagai Frame
- Semakin besar luas permukaan profil “S”,
maka semakin besar Momone Inersia /
beban yang dapat ditahan di atas
permukaan tersebut.
- Dengan bentuk profil S resiko puntiran
dapat diminimalkan. Jika profil “S” dapat
gaya puntir dari atas, maka bagian bawah
akan menahannya, begitu juga sebaliknya.
- Dibandingkan dengan profil C, maka
jumlah tekukan pada profil “S” lebih
banyak yaitu 5 tekukan. Dengan semakin
banyak tekukan, maka semakin banyak
tulangan yang memperkuat daya dukung
beban.
g. Profil Kapsul Sebagai Web
 Penggunaan kapsul sangat baik untuk pelaksanaan, karena permukaan kapsul
tidak memiliki sudut yang tajam.
 Bentuk capsul digunakan karena simetris terhadap as vertikal dan as horisontal.
Untuk bisa dipasang ke frame, ujung-ujung kapsul dipress. Ini dilakukan agar
beban-beban yang bekerja tepat di tengah titik pusatnya.
 Rangkaian kuda-kuda jika sudah menyatu maka berat gravitasinya terjadi di
tengah-tengah pertemuan, sehingga tidak terjadi berat ke satu satu sisi saja /
seimbang.
 Bentuk kapsul merupakan bentuk C dobel, sehingga menjamin kekuatan dalam
distribusi/penyaluran beban atap. Dengan menggunakan 1 kapsul berarti sama
dengan menggunakan 2 profil C.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Lubang Mur Baut Ø 12 mm

h. Baut + Mur Sebagai Sambungan


Dengan menggunakan baut dan mur diameter 12 mm, maka sambungan tidak bisa
lepas karena ikatan dari dua arah.
Dibandingkan dengan menggunakan sekrup memiliki kekurangan sebagai berikut:
o hanya mengandalkan kekuatan jepit dari drat sekrup terakhir
o bila terjadi sobek pada lubang material, maka kekuatan sekrup untuk mengikat
sama sekali tidak ada (lepas)
o diameter sekrup lebih kecil dibandingkan baut. Sehingga kekuatan sekrup akan
lebih kecil juga

i. Penyimpanan semua bahan atap harus memperhatikan cara-cara sedemikian rupa


sehingga bahan atap terhindar dari lecet, retak, tertekuk selama penyimpanan.

Pelaksanaan Pekerjaan
a. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing yang dibuat oleh suplier, shop
drawing tersebut yang telah dihitung dari segi bentuk dan ukuran bahan
menggunakan program perhitungan struktur rangka atap baja ringan, shop drawing
tersebut diberikan kepada Pengawas untuk persetujuan tertulis bagi pemasangan
b. Memastikan seluruh permukaan ring balok telah monolith dengan kolom dan
memiliki permukaan yang rata.
c. Menandai posisi perletakan kuda-kuda (trust) sesuai dengn gambar rencana atap.
d. Meletakan kuda-kuda sesuai dengan nomornya diatas ring balok atau wall plate
berdasarkan gambar kerja.
e. Mengontrol posisi berdiri kuda-kuda agar tegak lurus dengan ring balok dan dengan
jarak yang sesuai dengan gambar kerja. Memastikan leveling semua puncak kuda-
kuda dan memastikan garis nok memiliki ketinggian yang sama / datar.
f. Mengencangkan kuda-kuda dengan ring balok menggunakan bracket, memasang
balok nok, memasang bracing/pengikat, memasang reng dengan jarak yang
disesuaikan dengan penutup atap yang digunakan.
g. Memasang outrigger (gording tambahan), memasang ceilling batens pada
permukaan bagian atas bottom chord kuda-kuda.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

h. Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan


tertulis dari Konsultan Pengawas.

8.2. Penutup Atap Metal Roof


Penutup atap menggunakan Atap Echoroof rubber coating insulasi Colour.
Atap Metal Echoroof Ruber coating Insulasi memiliki warna yang berbahan insulasi rubber
powder sehingga mempunyai kemampuan meredam panas sebesar 28.5% dan suara sebesar
6.5dB dan memiliki sertifikat Sucofindo no. 22721/ DBBPAJ
Atap Echoroof coating insulasi berbahan dasar Metal Zinkalum ZinkCoatid G550
serta pada bagian atasnya memiliki warna yang berbahan insulasi rubber powder
sehingga mampu Peredam Panas dimana lapisan peredam ini menjadi satu kesatuan
material utuh dengan metal zinkalaum. Penutup atap spanroof ini harus memiliki
sertifikat Sucofindo no.22721/DBBPAJ

Persyaratan Bahan-Bahan
- Panjang Material : 1000 mm
- Lebar material : 33 mm
- Jarak Reng : 30 cm
- Tebal : 0.25 mm
- Finishing metal atas : memiliki warna yang memiliki kemampuan
meredam panas 28.5% dan sura 6,5 db
- Finishing dibagian atas : lapisan batuan berpasir
- Jenis Peredam : Rubber Powder coating insulasi
- Garansi Material : 3 Tahun

Pelaksanaan Pekerjaan
a. Bahan penutup atap dan bubungan atap yang digunakan adalah Atap Metal
Echoroof Insulasi rubber coating Insulasi Colour tebal 0,25 mm
b. Sebelum pemasangan penutup atap semua pekerjaan yang mendahuluinya telah
disetujui oleh Pengawas, diantaranya rangka atap, pekerjaan gording dll.
c. Dalam pemasangan penutup atap harus diperhatikan benar-benar dan dipasang
sedemikian rupa agar jangan sampai terlihat bergelombang dan alurnya tidak lurus,
yang mengakibatkan kelihatan tidak estetika.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 9
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

9.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil
pekerjaan yang baik. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sebagai alas lantai finishing.

Persyaratan Bahan
Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya kepada Direksi atau Konsultan Pengawas untuk disetujui. Pelapis lantai yang
digunakan adalah :
Keramik
- Untuk lantai ruang kelas dan teras menggunakan Keramik Polos ukuran 40x40cm
sekelas Mulya.
- Untuk dinding bagian depan bawah kusen dilapisi batu andesit finishing coating.
- Untuk dinding bak cuci tangan, dilapisi keramik polos ukuran 40x40cm sekelas
Mulya.

9.2. Pemasangan pelapis lantai


1. Persetujuan, sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan (mock up) yang memperlihatkan dengan jelas pola
pemasangan,warna dan grouting-nya (kolotannya).
2. Sebelum pemasangan lantai keramik di lantai dasar dimulai, kontraktor wajib
memeriksa lapisan dasarnya terutama pemadatan tanah serta pembuatan lantai
beton tumbuk 1 : 3 : 5 tebal 5 cm.
3. Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan dipasang sub-
lantai harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat
sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan
dipergunakan alat timbris.
4. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan
yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya
yang dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug yang
disyaratkan minimum 5 cm atau sesuai gambar, disiram air dan ditimbris
sehingga diperoleh kepadatan yang maksimal.
5. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan sub-lantai setebal 6 - 8 cm atau sesuai
yang ditunjukkan dalam gambar detail dengan campuran 1 pc : 2 pasir (Volume)
6. Untuk pasangan diatas pelat beton, pelat beton diberi lapisan plester (Screed)
campuran 1 pc : 3 pasir setebal minimum 2 - 3 cm dengan memperhatikan
kemiringan lantai, terutama didaerah basah.
7. Untuk semua pasangan lantai menggunakan adukan 1 pc : 5 ps kecuali untuk
ruang dan dinding KM/WC menggunakan adukan 1 pc : 3 ps.
8. Pada sekeliling ruangan yang dipasang lantai keramik harus dipasang plint
keramik
9. Pengisi celah antar ubin, digunakan acian Portland Cement sesuai dengan warna
ubin yang dipasang atau warna lain atas persetujuan Pengawas/Perencana.
10. Kontraktor harus melindungi keramik yang telah dipasang maupun adukan
perata dan harus mengganti, atas biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi,
penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
11. Pada saat penyerahan pertama pekerjaan semua permukaan lantai dalam
keadaan bersih dari kotoran yang menempel pada muka lantai.
12. Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.
13. Sub lantai plesteran + acian 1 : 2 diatas lantai dasar permukaannya harus
dibuat benar-benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah
basah dan ruang lainnya.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 10
PEKERJAAN KACA

10.1. Lingkup Pekerjaan


Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukan dalam gambar (shop drawing).

Persyaratan Bahan
1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses-proses tarik tembus cahaya, tarik, gilas dan pengambangan
(float glass).
2. Toleransi lebar dan panjang
Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang
ditentukan oleh pabrik.
3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan
adalah 1,5 mm per meter.
4. Cacat-cacat
- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari
pabrik.
- Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi
gas yang terdapat pada kaca).
- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (gari-garis pecah baik sebagian atau seluruh
tebal kaca).
- Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke
arah luar/masuk).
- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat
garis timbul yang tembus pandang, gelombang adalah permukaan kaca yang
berubah dan mengganggu pandangan.
- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
- Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi
yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.

5. Bahan Kaca
- Bahan kaca polos setebal 5 mm untuk pintu dan jendela menurut gambar –
gambar rencana. Persyaratan bahan harus sesuai SNI 0047-1989-A. Semua
bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

10.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kaca


1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini.
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat


pemotong kaca khusus.
6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk
kedalam alur kaca pada kusen.
7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon warna transparan cara pemasangan dan persiapan-
persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
9. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan
retak dan pecah pada sealant/ tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.

BAB 11
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

11.1. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun pintu/daun
jendela dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga
tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kayu dan daun jendela seperti yang
ditunjukan/disyaratkan dalam detail gambar.

Persyaratan Bahan
1. Semua “hardware” yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian hardware akibat dari pemilihan merk, Penyedia Jasa wajib
melaporkan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal. Tanda pengenal ini
dihubungkan dengan cincin kesetiap anak kunci.

11.2. Pemasangan Perlengkapan Pintu dan Jendela


1. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci silinder setara produk DN (Dalam
Negeri) sedangkan espanolet pintu double menggunakan produk sekelas DN.
b. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
2. Pekerjaan Engsel
a. Engsel yang digunakan untuk pintu dan jendela serta slot jendela dan hak
angin adalah sekelas DN.
b. Engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah dipasang + 32 cm (as) dari permukaan bawah
pintu.
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
d. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 12
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFON

12.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan langit-langit, peralatan dan konstruksi
penggantungnya, penyiapan tempat serta pemasangan plafonnya sesuai dengan
gambar rencana.

Bahan-bahan
1. Penutup Plafond menggunakan Gypsumboard dengan tebal 9 mm Sek. Knauft.
Semua bahan yang digunakan harus dari kualitas terbaik dengan tipe ditentukan
kemudian.
2. Penutup plafond menggunakan GRC untuk area lembab di km/wc dan selasar
luar.
3. Rangka Plafond menggunakan rangka Hollow galvanis umuran 4/4cm dan 2/4 cm
untuk dalam gedung kantor, rambu luar dan drop ceiling. dengan list plafond
gypsum 5 cm, gypsum beding drop ceiling.
4. Pada pemasangan bahan langit – langit gypsum, sebaiknya permukaan modulnya
ditutup dengan dempul agar pemasangan terlihat rapi.

12.2. Pemasangan Plafon


Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana langit-langit kepada Konsultan
Pengawas untuk persetujuannya. Pertemuan sambungan harus rapi dan rata.
Siapkan sambungan-sambungan lubang-lubang untuk pekerjaan lain (listrik,
mekanikal) pada pekerjaan langit-langit.
Pemasangan
Gypsumboard yang cacat dan retak-retak tidak boleh digunakan dan harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Rangka langit-langit dipasang tidak lebih
besar dari 60 x 60 cm.
Penyimpanan
Gypsumboard yang akan dipakai di daerah yang terlindung baik dari cuaca.
Tumpukkan diatas tiga kayu penahan (alas) pada setiap panjang lembaran ini.
Tinggi tumpukkan lembaran-lembaran tidak boleh lebih dari 2 meter. Tempat
tumpukkan harus jauh dari lalu lintas kendaraan-kendaraan proyek yang
mungkin mengganggu.

BAB 13
PEKERJAAN PENGECATAN

13.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya
dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel,
politur/teak oil, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai
pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua
permukaan kayu, plesteran tembok, plafon, list plafon dan beton, dan permukaan-
permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan
ini. Untuk semua bahan pelaksanaannya harus mentaati PUBB 1973 NI-3.

Bahan-bahan
a. Umum
Bahan-bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan dari Pengawas,
baik mengenai kualitas maupun pabrik asalnya. Bahan-bahan yang didatangkan
ketempat pekerjaan harus diberikan kepada Pengawas Lapangan untuk
contoh/pengujian. Contoh tersebut akan diambil secara acak dengan disaksikan
oleh Pengawas Lapangan. Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

lainnya tanpa persetujuan Pengawas tidak diperbolehkan. Tempat-


tempat/kaleng-kaleng cat yang dimasukan harus lengkap dengan merk, nomor
spesifikasi dan sebagainya. Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan
pengecatan dimulai, Penyedia Jasa harus mengajukan daftar tertulis dari semua
bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan. Pengawas
Lapangan berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan persetujuan.
Warna-warna cat yang digunakan akan kemudian ditentukan oleh Konsultan
Perencana.
b. Cat dinding eksterior/tembok/plafon.
Cat yang digunakan adalah produk sekelas Vinilex. Bahan penutup (dempul)
yang digunakan merupakan campuran dari bahan cat yang sama. Untuk cat dasar
harus digunakan bahan cat dasar yang dikeluarkan dari pabrik yang sama. Untuk
dinding luar sebelum dicat, dilapisi dulu dengan sintetis anti lumut.
c. Cat kayu
Cat yang digunakan untuk pengecatan permukaan kayu (bilamana tidak
dipolitur) yang akan diekspose harus mengandung bahan sintetis (synthetic resin)
dari jenis yang baik. Bahan penutup (dempul) dan cat dasar atau meni harus
dipakai produk yang dikeluarkan oleh pabrik yang sama. Cat yang digunakan
untuk daun pintu, kusen dan jendela adalah sekelas Avian.

Persetujuan Ahli
Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
boleh dipakai didalam pekerjaan. Cat didatangkan kelapangan pekerjaan dalam kaleng-
kaleng asli dari pabrik, lengkap dengan label perusahaan, merk dan sebagainya.

13.2. Pelaksanaan Pengecatan


- Sebelum pengecatan dilaksanakan, lantai harus dicuci dan dijaga agar debu tidak
beterbangan. Alat pembersih seperti lap harus disediakan dalam jumlah cukup.
Sewaktu pelaksanaan pengecatan lantai harus ditutupi sedemikian sehingga
terhindar dari cipratan-cipratan cat. Cipratan yang masih mengenai lantai dan
bagian-bagian lain harus langsung dibersihkan segera begitu pekerjaan cat pada
bagian tertentu selesai.
- Pengecatan dinding tembok
Semua bidang plesteran yang tidak ditutupi dengan lapisan lain harus dicat
dengan cat tembok. Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk mengecat sampai
permukaan plesteran dinding benar-benar kering. Permukaan plesteran yang
belum rata tidak boleh dicat. Bidang plesteran yang dicat harus diperbaiki dengan
pendempulan/plesteran yang sama. Retak-retak harus ditambal dengan bahan
penutup. Retak-retak yang lebar harus dipotong bersama-sama dengan
pinggirannya dan ditambal dengan plesteran yang baru. Sebelum diratakan
dengan bahan penutup, tembok harus digosok dengan batu kembang sampai rata
dan halus. Pengecatan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan petunjuk dari
pabrik cat yang bersangkutan, sampai terdapat warna yang rata.
- Pengecatan besi
Semua pekerjaan besi dan baja harus dicat dengan zinkromat. Sebelum dicat akhir
besi dan baja harus dicat meni terlebih dahulu menurut syara-syarat yang ada.
Pekerjaan pengecatan harus mengikuti cara yang ditentukan. Besi/baja yang akan
dicat harus diampelas, kemudian dicat meni dan dicat dasar. Pengecatan
dilakukan lapis demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata. Pekerjaan harus
rapi, sesedikit mungkin cipratan mengenai bagian-bagian lain.
- Pengerjaan plafond dilakukan menurut proses sebagai berikut :
a. Membersihkan bidang plafon yang akan dicat, lalu mendempul bagian –
bagian sambungan dan sudut plafon.
b. Mengecat plafon 3 (tiga) kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan yang
merata sama dan tidak terdapat belang – belang atau noda mengelupas.
- Pengerjaan plitur

4
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang dijelaskan


dalam gambar atau keterangan lainnya (daun pintu kecuali untuk kamar
mandi/WC, daun jendela) dipolitur dengan bahan dari produk yang baik.
Pekerjaan harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Bagian
yang akan diplitur harus benar-benar bersih dan kering. Bagian yang retak harus
ditutup dulu dengan dempul yang khusus untuk plitur. Sebelum pengecatan
dimulai kayu harus digosok dulu dengan batu kambang sampai rata kemudian
dihaluskan dengan ampelas. Pengecatan dilakukan setelah permukaan kayu
benar-benar telah bersih dan kering. Tingkat politur yang dikehendaki adalah dof
(tidak mengkilat).

BAB 14
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

14.1. Lingkup Pekerjaan


Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
1. Penyediaan material, peralatan, pemasangan, pemeliharaan, pengujian dan
pengawasan dalam konstruksinya, pemasangan sistem listrik lengkap sesuai
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
2. Penyediaan maupun pemasangan panel-panel pembagi tegangan rendah
lengkap dengan komponen dan kelengkapan/asesories sesuai gambar kerja,
mencakup :
- Instalasi jaringan dari PLN ke-KWH meter yang berada diruang panel
terpusat di lantai dasar.
- Instalasi jaringan dari lantai dasar ke lantai diatasnya (s/d lantai 3).
- Instalasi jaringan dari lantai dasar menuju ke halaman.
3. Pengadaan maupun pemasangan titik-titik lampu, stop kontak,
sakelar/switch lengkap dengan fixture dan armaturnya.
4. Mengerjakan Instalasi penangkal petir secara lengkap mencakup splitzen,
tiang kabel pengantar, pentanahan dan alat bantu lainnya agar dapat
berfungsi dengan baik serta pemasangan jalur telepon.
5. Melakukan pengujian/pengetesan.
6. Membuat dan menyerahkan gambar As Build Drawing dan buku petunjuk
operasinya untuk pemeliharaan.
8. Penyedia Jasa diwajibkan untuk melatih para calon Operator produk dan
peralatan dimaksud, agar mereka dapat menjalankan/mengoperasikan
peralatan tersebut.

Standard dan Pedoman Pelaksanaan


1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No : 023/PRT178 tentang
Peraturan Instalasi Listrik (PIL)
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No : 024/PRT178 tentang
Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL)
4. AVE Belanda
5. VDE Jerman Barat
6. British Standard Associates
7. Standard IEC; NEMA

Syarat Pelaksanaan
1. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sesuai dengan yang disyaratkan dan
harus dalam keadaan baru.
2. Pelaksana/Ahli Instalatur listrik harus orang yang benar-benar ahli yang
mendapat pengesahan atau sertifikat dari PT. PLN (Persero) setempat.
3. Pelaksana harus mempunyai Surat Ijin Kerja (SIKA) dan surat pas dari PT. PLN
(Persero), kelas B atau C yang masih berlaku.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

4. Penyedia Jasa harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambar-
gambar pelaksanaan yang tepat pada lokasi dari seluruh jenis outlet,
panel/kabinet, peralatan perkabelan dan seterusnya dengan mengambil
pedoman pada as center kolom.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan gambar pemasangan yang sebenarnya (As
Installed).
6. Dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari kerja setelah Penyedia Jasa
menerima SPK, Penyedia Jasa diharuskan menyerahkan Daftar dari bahan dan
material yang akan digunakan.
7. Daftar tersebut harus memuat data suku cadang pemasok dan suppliernya,
pabrik/manufacturer, katalog dan keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
8. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh bahan/material yang akan dipasang
untuk dimintakan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
9. Tidak dibenarkan mengganti bahan/material dengan alasan apapun tanpa
sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

Prinsip Desain/Sistem Instalasi


1. Umum
Sistem Suplai, sistem distribusi dan sistem proteksi/perlindungan.
2. Distribusi
Sistem distribusi yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah Distribusi
Tegangan Rendah 220/380 Volt, 3 fase 50 Hz dengan hantaran bawah tanah 4
kawat.
3. Proteksi
- Sistem proteksi terhadap hubung singkat pada panel-panel proteksi yang
overload dan hubung singkat pada panel utama dan panel daya kecuali
ditunjukkan lain dari ketentuan Gambar Kerja.
- Semua bagian yang terbuat dari bahan metal dari peralatan listrik harus di-
grounded (hubungkan ketanah) dan semua panel harus di-G kan dengan
elektroda terpisah sebagai pengaman dari sentuhan.
- Sistem Proteksi lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pada pemasangan
instalasi.

Syarat Pelaksanaan
1. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sesuai dengan yang disyaratkan dan
harus dalam keadaan baru.
2. Pelaksana/Ahli Instalatur listrik harus orang yang benar-benar ahli yang
mendapat pengesahan atau sertifikat dari PT. PLN (Persero) setempat.
3. Pelaksana harus mempunyai Surat Ijin Kerja (SIKA) dan surat pas dari PT. PLN
(Persero), kelas B atau C yang masih berlaku.
4. Penyedia Jasa harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambar-
gambar pelaksanaan yang tepat pada lokasi dari seluruh jenis outlet,
panel/kabinet, peralatan perkabelan dan seterusnya dengan mengambil
pedoman pada as center kolom.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan gambar pemasangan yang sebenarnya (As
Installed).
6. Dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari kerja setelah Penyedia Jasa
menerima SPK, Penyedia Jasa diharuskan menyerahkan Daftar dari bahan dan
material yang akan digunakan.
7. Daftar tersebut harus memuat data suku cadang pemasok dan suppliernya,
pabrik/manufacturer, katalog dan keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
8. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh bahan/material yang akan dipasang
untuk dimintakan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
9. Tidak dibenarkan mengganti bahan/material dengan alasan apapun tanpa
sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

14.2. Pekerjaan Elektrikal


1. Bahan Kabel Tegangan Rendah
- Kabel Tenaga/Daya (NYY)
 Kabel berinti 5 inti, 3 fase dan 3 inti untuk 1 fase.
 Kabel dengan diameter inti 6 mm2 sampai dengan 185 mm2 harus dibuat
multi stranded multi core cable.
 Kabel dengan diameter inti 250 mm2 sampai dengan 500 mm2 harus
berinti tunggal.
 Inti dari copper.
 Lapisan isolasi sama dengan kabel NYFGBY tetapi tanpa lapisan metal
sheath.
 Merk kabel setara produk Eterna
- Kabel Instalasi Penerangan/General Outlet
Kabel instalasi/general outlet yang dipasang dalam conduit, berisolasi PVC,
multi/single core kabel inti dari copper, solid copper atau stranded copper wire,
diameter minimal 2.5 mm2.
- Penyambungan dan Pencabangan
Penyambungan dan pencabangan kabel NYM dilakukan sebagai berikut :
 Warna kabel sama
 Ukuran kabel sama
 Menggunakan terminal dan pegas ulir berisolasi
 Pencabangan hanya diijinkan didalam kotak outlet, kotak penyambungan,
gear box, panel.
- Warna Kabel atau Isolasi Kabel
Warna kabel ataupun isolasinya harus standar, yaitu :
 Fasa S warna Isolasi Kuning
 Fasa T Isolasi Hitam
 Netral warna Isolasi Biru
 Pentanahan/G warna Isolasi Hijau strip Kuning
2. Pipa dan Fitting
Saluran Instalasi Penerangan, Stop Kontak dilaksanakan dalam Pipa dan Fitting
- Bahan Pipa dan Fitting dientukan sesuai persetujuan dengan bahan yang dicat
dasar anti karat untuk luar bangunan dengan persyaratan mutu/kualitas baik.
- Semua teknis pemasangan yang mencakup pencabangan, penyambungan,
pembelokan, pengetapan, penghalusan ujung-ujung pipa dan sebaliknya
harus menggunakan fitting yang sesuai yang meliputi : sok, elbouw, cross doos,
terminal 3 puntir, isolasi band, klem dan lain-lain yang diperlukan.
3. Stop Kontak dan Sakelar
- Bahan Stop Kontak, Sakelar dan Plug memakai setara produk Broco
- Outlet Stop Kontak dan Sakelar dipasang inbouw (tertanam dalam tembok)
dengan ketinggian 1.5 m kecuali pada tempat khusus (lihat gambar).
- Pemasangan Sakelar dan Plug/Stop Kontak harus lengkap dengan boks
tempat dudukannya yang terbuat dari bahan sesuai produknya (PVC)
pengecualian untuk Stop Kontak tenaga yang terbuat dari bahan metal.
- Pengkawatan untuk sakelar, stop kontak ditanam dalam tembok (inbouw)
dengan pipa PVC
- Mekanisme sakelar ungkit rating 10 A – 250 Volt 2 Kutub ditambah 1 untuk
pentanahan. Khusus untuk Stop Kontak tenaga dengan rating 15 – 250 Volt
dengan terminal pentanahan dan cara pemasangan inbouw.

4. Instalasi Lampu/Lighting Fixtures


- Lampu TL
 Lampu TL dipasang menempel pada ceiling atau sesuai Gambar Arsitektur.
 Lampu yang digunakan mencakup TL 1 x18 W sekelas Phillips.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Wiring ke lampu TL harus melalui kotak pencabang yang dilengkapi


terminal.
 Starter setara Phillips spek 240 Volt – 50 Hz.
 Baud-baud ekspose harus dengan kepala khusus.
 Kabel flexible NYY 4x6 mm² + NYA 2,5 mm²..
- Lampu Pijar
 Fitting dapat ditentukan kemudian
 Lampu yang digunakan adalah Lampu pijar 25 watt
 Seluruh bahan lampu dan kelengkapannya menggunakan produk setara
Phillips.
5. Panel Distribusi Tegangan Rendah
- Panel terdiri dari Panel Utama dan Panel
Distribusi Panel Utama :
 Panel Listrik Utama/Panel pada lantai dasar berfungsi untuk menerima
daya dari PLN dengan pengamanan MCCB dan MCB sesuai dengan yang
tertera dalam Gambar Kerja.
 Pengamanan terdiri dari jenis MCB dengan jumlah dan ukuran
disesuaikan dengan Gambar Kerja.
 Ukuran jumlah panel harus dapat mencakup semua peralatan dengan
penempatan yang cukup secara elektris dan fisiknya.
 Pasangan semua komponen harus dapat dicapai dari bagian depan dengan
mudah tanpa menunggu kunci.
 Rumah panel terbuat dari plat baja dengan didasari lapisan anti karat dan
difinish cat dengan warna standar abu-abu.
 Ruangan Panel harus cukup untuk memudahkan kerja dan dilengkapi
dengan ventilasi dari bagian sisi panel.
 Busbar dan teknik penyambungan harus menurut peraturan PUIL, bahan
yang terbuat dari tembaga yang berdaya hantar tinggi bentuk persegi
panjang dipasang pada pole-pole isolator dengan kekuatan dan jarak
sesuai ketentuan untuk dapat menahan tekanan elektris maupun mekanis
pada level hubungan singkat.
 Batang penghubung antara busbar dan breaker mempunyai penampang
yang cukup dengan rating ams tidak kurang dari 125 % dari rating breaker.
 Ujung kabel harus diberi sepatu kabel dari bahan tembaga.
 Kabel penghubung MCCB ke MCB menggunakan kabel NYM.
- Panel yang dipasang pada ketinggian sampai 0.60 m dipasang inbouw pada
dinding, pada ketinggian diatas 1.00 m dipasang free standing menempel
dinding.
- Tinggi panel maksimum dari lantai 1.80 m.
- Panel harus berventilasi cukup, diberi pengaman/kunci sesuai dengan yang
disyaratkan.
- Bahan panel terbuat dari logam anti korosif, dapat terbuat dari galvanized,
stainless steel atau cat anti karat. Ketebalan logam/ plat minimal 1.2 mm.
- Pengaman terdiri dari jenis MCB dengan jumlah dan ukuran sesuai
perhitungan dalam gambar.
6. Instalasi Kabel Tegangan Rendah Diluar Bangunan
- Semua kabel yang ditanam didalam tanah harus menggunakan kabel tanah
(Ground Cabel NYFGBY).
- Kabel ditanam dengan kedalaman lebih kurang 0.80 m dibawah permukaan
tanah dengan ketentuan sebagai berikut :
- Galian harus bersih dari segala macam bahan yang dapat merusak kabel,
setelah dibersihkan dilapis pasir setebal minimal 5 cm kemudian kabel
dipasang diatasnya dan diurug dengan pasir setebal 5 cm dan diatas pasir
dilindungi dengan bata atau ubin khusus baru kemudian dipadatkan rata
sesuai permukaan tanah yang diinginkan.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Untuk pemasangan yang melintasi perkerasan permukaan tanah (jalan,


perkerasan, area parkir) konstruksi sama dengan sebelumnya kecuali bahan
pelindung bata diganti dengan buis beton diameter 20 cm.
- Penyambungan kabel menggunakan Junction Box sesuai material kabel yang
dipakai.
- Tidak dibenarkan terdapat pencabangan kabel yang tertanam dibawah tanah.
- Kabel harus dilengkapi dengan sleevers/insert apabila menembus lapisan
beton dengan ukuran yang sesuai.
7. Pentanahan/Grounding
- Hantaran pentanahan terus menerus (continuos) dan dalam setiap bangunan
harus membentuk rangkaian tertutup (loop) dengan Junction pada panel.
- Penghantar harus terlindung dari gangguan mekanis, pada setiap panel harus
disediakan rel hantaran tanah dan frame/penutup metal tidak boleh
dipergunakan sebagai penghantar. Setiap panel harus ditanahkan dengan
elektroda pentanahan.
- Apabila terdapat beberapa panel yang berdekatan letaknya, maka elektroda
pentanahan dapat digabungkan dengan hitungan jarak antar panel maksimum
5 m.
- Elektroda pentanahan harus dilengkapi dengan kontrol box dan terminal uji.
- Tahanan pentanahan maksimum 2 ohm.
- Elektroda pentanahan harus dipasang diluar bangunan.

14.3. Ketentuan lain


Pelatihan
Penyedia Jasa harus memberikan pelatihan tentang manual dan cara-cara
mengoperasikan peralatan Instalasi kepada operator yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas, sebelum masa Penyerahan Pekerjaan Tahap Pertama dengan beban dan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
Masa Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan Penyedia Jasa diwajibkan untuk :
1. Menyempurnakan dan memperbaiki kekurangan, cacat yang ada yang bukan
diakibatkan oleh kesalahan pemakaian/operator.
2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara berkala.
3. Menyerahkan gambar-gambar Instalasi terpasang, buku pedoman
operasi/brosur/spesifikai peralatan terpasang dan cara-cara perawatan sebanyak
1 (satu) set kepada Konsultan Perencana dan 2 (dua) set kepada Pemberi Tugas.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam ketentuan tersebut diatas wajib
dikonsultasikan dengan Direksi/Konsultan Pengawas.
Ketentuan Teknis Pekerjaan Listrik
- Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di Indonesia.
- Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9. Apabila
ternyata alat yang dipilih mempunyai faktor daya kurang dari 0,9 maka Penyedia
Jasa wajib menambahkan kapasitor.
- Kabel listrik dan kabel kontrol (type NYY) yang dipergunakan untuk memberikan
pelayanan pada beban satu phasa, harus diproduksi sesuai dengan standard SII,
sesuai dengan ketentuan dari SPLN dan tidak menyalahi ketentuan VDE, dengan
tegangan uji sebesar 500 Volt.
- Kabel listrik (type NYY) yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan pada
beban satu phasa, harus diproduksi sesuai dengan standard SII, sesuai dengan
ketentuan dari SPLN dan tidak menyalahi ketentuan VDE, dengan tegangan uji
sebesar 600/1000 Volt.
- Pipa pelindung kabel yang dipergunakan hendaknya terbuat dari bahan PVC ex
import, dimana diameter dalam minimum pipa pelindung adalah sebesar 150 %
kali diameter kabel yang akan dipasang.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Pipa pelindung kabel yang dipergunakan hendaknya diproduksi sesuai


dengan standard BS dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
 Tidak mudah terbakar.
 Tidak berubah bentuk bila terbakar.
 Tidak merambat api/dapat melakukan pemadaman sendiri.
 Tidak mengeluarkan gas beracun pada saat terbakar.
- Dapat dibentuk dalam keadaan dingin.
- Apabila ternyata peralatan yang diajukan Penyedia Jasa mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari yang telah direncanakan, Penyedia Jasa wajib menyesuaikan
semua perubahan komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas
pada waktu penawaran pelelangan.

Ketentuan Teknis Pekerjaan Listrik


1. Umum
Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya Indonesia.
Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari 0,9. Apabila
ternyata alat yang dipilih mempunyai faktor daya kurang dari 0,9 maka Penyedia
Jasa wajib menambahkan kapasitor.
Apabila ternyata peralatan yang diajukan Penyedia Jasa mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari yang telah direncanakan, Penyedia Jasa wajib menyesuaikan
semua perubahan komponen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas
pada waktu penawaran pelelangan.
2. Ketentuan Teknis Panel Tegangan Rendah
- Panel listrik yang akan dipergunakan baik dalam distribusi daya maupun
untuk melayani beban listrik, untuk tipe pemasangan baik didalam maupun
diluar bangunan dan akan ditempatkan baik diatas lantai dengan dudukan
baja maupun ditempatkan didinding harus terbuat dari bahan plat baja
setebal 1.8 mm atau lebih yang diproses anti karat. Secara keseluruhan
kotak panel harus dicat warna abu-abu dengan cat bakar.
- Penyedia Jasa wajib menyediakan panel listrik yang berdimensi sesuai
dengan ruang yang tersedia dan memperhatikan jarak antar komponen
dalam panel untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan. Semua pintu
panel harus dapat dibuka dengan mempergunakan satu kunci tetapi
Penyedia Jasa wajib menyediakan anak kunci sebanyak 2 buah untuk setiap
panel.
- Pengaturan komponen dalam panel harus sedemikian rupa sehingga
temperature kerja dalam kotak panel tidak lebih dari 45 derajat Celcius dan
dapat menahan beban mekanis selama terjadi gangguan operasi hubung
singkat 3 fasa pada daya dasar sebesar 500 MVA, tegangan kerja 20 KV
dimana reaktansi hubung singkat Transformator tidak lebih dari 6%
- Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus berjumlah kutub dan
berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukan Gambar Rencana serta
mampu menahan semua arus gangguan yang mungkin timbul sebelum
bagian pengamannya memberikan reaksi.
- Alat pengaman rangkaian distribusi daya harus mempunyai bagian
pengaman untuk gangguan arus lebih, gangguan hubung singkat, gangguan
tegangan kerja dibawah batas kerja normal, serta dilengkapi dengan motor
penggerak seperti ditunjukan dalam Gambar Rencana.
- Alat pengaman rangkaian distribusi daya yang lebih besar dari 1250
Ampere adalah tipe Air Circuit Breaker dan untuk arus beban dibawah nilai
tersebut adalah tipe Moulded Case Circuit Breaker.
- Alat pengaman rangkaian beban harus sesuai dengan tipe bahan yang
terpasang dan mempunyai alat pembatas arus lebih dan arus hubung
singkat. Khusus untuk beban listrik dinamis, pengaman ini harus dilengkapi
dengan pembatas tegangan kerja normal tiga fase.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Saklar pemutus beban harus selalu dilengkapi dengan pengaman arus lebih
tipe lebur dengan kapasitas yang tidak kurang dari yang ditunjukan dalam
Gambar Rencana serta mampu menahan arus gangguan yang mungkin
timbul sebelum alat pengaman lebur putus.
- Alat pengaman lebur yang dipakai adalah tipe HRC/HHC yang
konstruksinya dapat menahan arus gangguan hubung singkat sampai
dengan 100 KA, dilengkapi dengan dudukan dan alat pemegang untuk
melepaskan hubungan.
- Kontaktor magnetis yang dipergunakan harus mempunyai kapasitas tidak
kurang dari yang ditunjukan dala Gambar Rencana dan kapasitas tersebut
didasarkan pada jenis beban yang sesuai untuk jangka waktu pemakaian
paling lama (table long life).
- Setiap bagian dari kontaktor magnetis harus mampu menahan arus
gangguan yang mungkin timbul sebelum alat pengaman arus lebih dan arus
hubung singkat yang dihubungkan ke alat ini bekerja.
- Alat pengaman arus lebih yang merupakan suatu kesatuan pada kontaktor
magnetis harus mempunyai kurva operasi yang dapat melindungi beban
dari gangguan hilangnya catu daya satu phasa. Alat pengaman ini harus
memiliki 3 buah elemen Bimetal, serta diperlengkapi dengan 2 buah kontak
bantu operasi.
- Semua kontaktor magnetis yang akan melayani beban tiga phasa harus
dilengkapi dengan suatu alat pengaman baik untuk gangguan hilangnya
catu daya satu phasa maupun gangguan arus beban tiga phasa tidak
seimbang lebih dari 10 %.
- Alat ukur yang dipergunakan berdimensi tidak kurang dari 90x90 mm
sesuai untuk pemasangan di pintu panel dan mempunyai ketelitian yang
tidak kurang dari kelas 1,5. Setiap alat ukur harus diberikan alat pengaman
gangguan arus lebih dan arus hubung singkat.
- Pendistribusi daya listrik didalam panel (BUSBAR) harus mempunyai
dimensi yang dapat melakukan arus beban maksimum yang mungkin
terjadi tanpa memperhatikan penempatan komponen serta harus mampu
menahan besarnya arus gangguan yang mungkin terjadi sesuai ketentuan
DIN 43-071
- Penyedia Jasa harus menambah peralatan listrik yang berhubungan dengan
kontrol-kontrol AC seperti Trafo, MCB, relay, kontaktor, kabel, dll sesuai
dengan kebutuhan pada tiap-tiap panel AC (P. AHU, P Chiller, dll).
3. Ketentuan Teknis Kabel Listrik
- Kabel yang akan dipergunakan untuku menyalurkan daya listrik dan akan
ditanam adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas
penampang tidak kurang dari yang ditunjukan dalam Gambar Rencana,
dimana setiap intinya diisolasi dengan bahan PVC dan diisolasi secara
keseluruhan dengan PVC. Pada lapisan luarnya harus terdapat bagian
pelindung dari beban mekanis dan dilapis dengan bahan PVC.
- Kabel listrik dan kabel kontrol (type NYY) yang dipergunakan untuk
memberikan pelayanan pada beban satu (1) phasa, harus diproduksi sesuai
dengan standard SII, sesuai dengan ketentuan dari SPLN dan tidak
menyalahi ketentuan VDE, dengan tegangan uji sebesar 500 Volt.
- Kabel listrik (type NYY) yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan
pada beban tiga (3) phasa, harus diproduksi sesuai dengan standard SII,
sesuai dengan ketentuan dari SPLN dan tidak menyalahi ketentuan VDE,
dengan tegangan uji sebesar 600/1000 Volt.

14.4. Pekerjaan Perpipaan/Plumbing


a. Instalasi air bersih
b. Pemasangan instalasi saluran pembuangan/drainase termasuk sistem
penyaluran dan pembuangannya.
c. pemasangan sanitary textures.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

d. Pekerjaan pengujian/testing dan pengaturan sistem distribusi pada instalasi


perpipaan untuk air bersih dan air kotor.
e. Pemeliharaan (Operation and Maintance)..

Standar dan Peraturan Instalasi


a. Material, peralatan maupun cara instalasi harus sesuai dengan standard dan
peraturan instalasi yang ditentukan oleh Direktorat Teknik Penyehatan-
DJCK- Departemen Pekerjaan Umum sesuai yang tertera dalam buku
“Pedoman Plumbing Indonesia 1979” maupun standard lain yang berlaku
dan diakui penggunaanya oleh pihak yang berwenang.
b. Pelaksanan Pekerjaan Plumbing harus memenuhi persyaratan sertifikasi :
1. Dari Instansi yang berwenang
2. Persyaratan lain yang diminta oleh Pemberi Tugas

14.5. Instalasi perpipaan air


bersih Sistem Perpipaan
1. Air Bersih diperoleh dari PAM atau bila belum ada diperoleh dari air tanah yang
dipompa (dengan pompa air listrik) dan ditampung kedalam bak penampung
bawah/Ground Reservoir dan kemudian dipompakan ke bak penampung
atas/Water Tower/Roof Tank melalui pipa bulat dengan diameter 2.00” yang
dilayani oleh pompa air otomatis sebanyak sesuai keperluan.
2. Selanjutnya air bersih yang berada di Water Tower (Roof Tank) kemudian
didistribusikan ke unit fixtures, secara gravitasi.
Bahan
1. Pipa yang dipakai untuk distribusi dari sumber (PAM atau air tanah) memakai
jenis pipa PVC setara produk Maspion diameter ½ inch, 1 inch, 2 inch dan ¾ inch
untuk masing – masing kegunaan.
2. Fitting terbuat dari bahan Melleaeble iron screwet ditentukan kemudian.
Pemasangan
1. Pipa terpasang diluar bangunan (outbouw), ditanam pada kedalaman minimum
60 cm dari permukaan tanah dan tidak mengganggu pondasi.
2. Pipa yang berada dibawah area parkir, jalan setapak, jalan dan daerah yang
diatasnya difungsikan (terbebani) ditanam minimal 100 Cm dari permukaan
perkerasan dengan diberi perlindungan khusus terhadap beban diatasnya.
3. Pipa ditimbun dengan pasir urug setebal 20 cm yang disebar disekeliling pipa,
kemudian diurug dengan tanah urug yang bebas dari sampah dan puing.
4. Pipa yang terdapat didalam bangunan dipasang dilangit-langit untuk pipa
horizontal, dan dipasang didalam shaff untuk pipa-pipa tegak, pemasangan harus
menggunakan klem, hanger yang sesuai dan cukup kuat untuk menahan tekanan.
5. Pipa tegak yang inbouw harus diberi kolom praktis bila diameter pipa dilakukan
dengan test PAM dalam kondisi tetap.
6. Setelah pemasangan pipa selesai, harus dilakukan pengujian dengan test PAM
dengan tekanan 3 atau selama 2 jam dalam keadaan tekanan tetap.
7. Pipa distribusi ke unit fixtures memakai pipa Galvanized Iron Pipe (GIP) dengan
tekanan 10 Kg/Cm2.

14.6. Instalasi Perpipaan Air


Kotor Sistem Desain :
Sistem buangan terdiri dari beberapa bagian yang mencakup :
1. Buangan dari WC dan Urinoir yang dibuang kedalam pengolah limbah.
2. Buangan dari floor drain, teras/lantai dibuang kedalam saluran air hujan..
4. Sistem perpipaan harus dilengkapi dengan pipi ventilasi.
Material Pipa dan Fittings
1. Jenis pipa beserta fittings adalah PVC kelas AW diameter ¾ inch, tekanan 10
Kg/Cm2 sekelas Maspion.
2. Pipa yang digunakan untuk instalasi air kotor untuk talang luar adalah pipa PVC
(AW) diameter 2,5 inch dan diameter 1,5 inch sekelas Maspion abu.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

3. Pipa PVC dengan tekanan 8 Kg/Cm2 sampai 10 Kg/Cm2 ketebalan dindingnya


tidak boleh kurang dari :
Tabel 12.1. Tabel Daftar Diameter Pipa Terhadap Tebal Dinding
Diameter Pipa Tebal Dinding Minimal

50 s/d 75 mm – 4.05 mm
100 s/d 125 mm – 5.40 mm
150 s/d 0 mm 6.40 mm
200 8.30 mm
250 10.30 mm

3. Fitting dan Yent Cap terbuat dari bahan PVC injection moulded yang ditentukan
atas persetujuan dengan Direksi/Konsultan Pengawas
4. Floor Drain dan Floor Dean Out terbuat dari bahan Brass Chroom Plated yang
ditentukan atas persetujuan dengan Direksi/Konsultan Pengawas
Sistem Jaringan
1. Air Kolar
Tidak ada pemisahan antara air kolar dari Kloset/WC dengan air buangan dari
KM/Urinoir dimana pada setiap fixture unit dipasang U trap dan pada awal
saluran dipasang Clean Out (CO) untuk pemeliharaan/maintanance. Kemiringan
Pipa saluran antara 1 (satu) sampai 2 (dua) persen dan digabung dengan Pipa
saluran induk Kotor yang berada didalam shaft untuk menuju ke pengolahan
limbah.
2. Pipa Ventilasi
Pipa ventilasi pada setiap daerah basah dapat dipasang menyatu dengan dinding
(inbouw), diameter pipa maksimal 1,5”.
3. Pengolah Limbah
Pengolah Limbah dibuat dengan Sistem Septic Tank yang dalam pemasangan,
spesifikasi, perhitungan besaran dan volume, instalasi dan operasinya
disesuaikan dengan persyaratan yang ditetapkan.
Air buangan dari Sistem Septic Tank disalurkan melalui Pipa Resapan sesuai
Gambar Kerja.
Pemasangan Pipa, Fixture dan Fitting
1. Semua Pipa, Fixture dan Fitting harus dipasang rapi serta tidak mengganggu hasil
pelaksanaan lain (dinding, lantai, plafon, dll). Kesemuanya harus dipasang
dengan kedudukan yang kuat dengan segala macam kelengkapan pemasangan
untuk hal tersebut.
2. Untuk Pipa dengan tekanan tinggi terutama pipa-pipa induk dipasang blok-blok
dari campuran beton dan dipasang pada tiap sambungan misalnya : Knee, Elbow,
Valve, dsb.
3. Semua Pipa yang menggantung harus diikat/ditetapkan dengan kuat pada
penggantung atau ankur yang kokoh/rigid agar inklinasinya tetap dan untuk
mencegah timbulnya getaran.
4. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur dengan
jarak antar penggantung maksimum 3 (tiga) meter.
5. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup/terikat pada konstruksi
bangunan dengan ankur yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau
dengan Ramset dan Fisher.
6. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem dan dibuat dengan jarak antar klem
maksimum 3 (tiga) meter.
7. Pipa yang tertanam dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan
yang tepat (antar 1 – 2 %). Dasar lubang galian tempat pipa harus cukup stabil
dan rata sehingga badan pipa dapat tertumpu dengan baik dan rata (tidak
bergelombang).
8. Setelah pipa dipasang pada lubang galian kemudian diurug kembali dengan pasir
urug atau tanah urug bekas galian, urugan harus padat dan ditimbris dengan alat
timbris berat minimal 1 Kg dan diurug perlapis.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

9. Pedoman ukur yang dipakai untuk kedalaman galian tempat pipa diukur dari
garis tengah pipa (as pipa) sampai kepermukaan tanah asli/jalan atau bila tidak
dengan menggunakan ketentuan persyaratan minimal menurut RKS dan buku
Petunjuk tentang kedalaman galian untuk Pipa.
10. Pada tempat-tempat dimana diatas tempat lajur pipa tertanam dibawah muka
tanah berupa jalan perkerasan atau permukaan yang terkena beban hidup, maka
semua pipa harus diperkuat dengan mantel balut (sabut, kain, dll) agar pipa
terhindar dari tekanan langsung beban diatas permukaan tersebut.
11. Semua jaringan pipa harus dilengkapi dengan :
Valve air vent, wash out untuk pipa air bersih
Dean out, vent, valve, wash out untuk pipa air kotor
12. Semua ujung pipa yang berakhir/tidak berlanjut harus ditutup dengan dop/plug
atau blank flange.
13. Pada sambungan antar pipa-pipa pada umumnya digunakan sambungan ulir
(screw) untuk diameter lebih kecil dari 4”.
14. Penyambungan dengan ulir tersebut terlebih dulu harus dilapisi dengan sel-tape.
Pada tempat-tempat tertentu sambungan dapat dilakukan dengan flange dan
dilengkapi dengan ring type gasket, sedang tempat lain bila dipandang perlu
dilengkapi dengan sambungan ekspansi.
15. Pemotongan pipa harus menggunakan cutter-pipe dan setelah dipotong harus
diamplas rapi.
Perijinan
1. Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Instalasi
Plumbing, Drainasi, Pemadam Kebakaran, pembuangan air kotor sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
2. Ketepatan pengukuran terhadap peil, ketinggian site terutama untuk saluran, peil
banjir menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

14.7. Pengujian
Instalasi Umum
1. Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk pengujian Instalasi menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
2. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas
paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum mengadakan pengujian.
3. Dalam hal masih terdapat cacat, bocor atau belum berfungsi sempurna pada hasil
pekerjaan instalasi, Penyedia Jasa harus memperbaiki hingga Instalasi dapat
berjalan sempurna dan harus dilakukan pengujian lagi.
4. Alat bantu pengujian yang memerlukan presisi/ketepatan dalam penggunaannya
harus ditera secara resmi.
Pengujian Jaringan Pipa
1. Pipa Air Bersih
- Pengujian jaringan pipa air bersih dilakukan dengan ketentuan 2 (dua) kali uji
tekanan kerja selama 3x24 jam tanpa ada penurunan tekanan uji.
- Dalam hal ini tekanan uji saluran air bersih = 5-6 atm dan untuk jaringan pipa
hidran/kebakaran = 10 atm.
- Sebelum jaringan pipa dipakai untuk pertama kali harus dilakukan
“Desinfeksi” dengan cara yang sesuai yang tercantum dalam Pedoman
Plumbing Indonesia 1979.
2. Pipa Air Kotor
- Pengujian dilakukan dengan memakai asap yang keluar dari bangunan selama
2 x 30 menit tanpa ada kebocoran disemua sambungan. Bila terdapat
kebocoran harus dilakukan tes dengan air sabun.
- Sebelum pengujian dilakukan, trap seal (leher angsa) diisi air dan clean out
(pipa ventilasi) dalam keadaan tertutup.

5
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

BAB 15
PEKERJAAN SANITAIR
15.1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini
hingga tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya /
operasinya. Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai yang dinyatakan / ditunjukkan
dalam detail gambar, uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.

Persyaratan Bahan-Bahan
a. Semua material harus memenuhi ukuran, standar dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali bila ditentukan lain.
b. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya sesuai
dengan yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.
c. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk
masing-masing type yang dipilih.
d. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah diisyaratkan dalam uraian dan
syarat-syarat dalam buku.
e. Sebelum mulai pemasangan pekerjaan sanitair, Kontraktor terlebih dahulu harus
menyerahkan contoh-contoh perlengkapan sanitair yang akan dipasang lengkap
dengan sertifikat / surat pernyataan dari produsennya yang menjelaskan bahwa
kwalitas produk tersebut benar-benar sesuai dengan persyaratan di atas.
f. Contoh-contoh tersebut apabila oleh Pengawas dianggap perlu, harus ditest di
Laboratorium yang disetujui Pengawas, biaya pengujian di Laboratorium ini
menjadi tanggungan Kontraktor.
g. Alat-alat Sanitair.
- Washtafel. Washtafel digunakan adalah merk semutu TOTO atau American
Standard, lengkap dengan segala accessoriesnya seperti tercantum dalam
brosurnya. Washtafel dinding semutu TOTO atau American Standard with
pedestal. Warna akan ditentukan kemudian . Washtafel dan perlengkapannya
yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik tidak ada bagian yang gompal,
retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh Pengawas.
- Kloset Kloset duduk dan jongkok berikut segala kelengkapannya yang dipakai
adalah semutu TOTO atau American Standard dengan warna akan ditentukan
oleh Pengawas. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacatcacat
lainnya dan telah disetujui Pengawas. Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan
jati tua tebal 3 Cm dan telah dicelup dalam larutan pengawet tahan air, dibentuk
seperti dasar kloset. Kloset disekrupkan pada papan tersebut dengan sekrup
kuningan.
- Pekerjaan Urinal : Urinal berikut kelengkapannya yang digunakan adalah merk
American Standard, TOTO atau setara. Type yang dipakai adalah type Wall Hung
Urinal dengan fitting. Urinal yang dipasang adalah urinal yang telah diseleksi
dengan baik, tidak ada bagian-bagian yang gompal, retak dan cacat lainnya dan
telah disetujui Pengawas. Pemasangan urinal pada tembok menggunakan baut
ficher atau stainless steel dengan ukuran yang cukup menahan beban seberat 20
Kg tiap baut. Setelah urinal terpasang, letak dan ketinggian pemasangan harus
sesuai gambar untuk itu, baik waterpassnya. Semua celah-celah yang mungkin
ada, antar dinding dengan urinal, ditutup dengan semen berwarna sama dengan
urinal sempurna. Sambungan instalasi plumbingnya harus baik tidak ada kebocoran-
kebocoran air.
- Perlengkapan Toilet : Perlengkapan-perlengkapan lain untuk toilet yaitu
gantungan handuk, tempat sabun, tempat kertas rol, tempat kertas tissue,
gantungan lap, gantungan baju, dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar,
dipakai adalah semutu TOTO atau American Standard. Perlengkapan-
perlengkapan tersebut harus dalam keadaan baik tanpa ada cacat-cacat, sudah
mendapat persetujuan Pengawas. Letak pemasangan disesuaikan gambar-gambar
6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

untuk itu dan cara-cara pemasangan mengikuti petunjuk-petunjuk dari produsen


seperti diterangkan dalam brosur-brosur yang bersangkutan.
- Kran. Semua kran yang dipakai semutu merk TOTO atau American Standard
Verchroom, atau setara, dengan chromed finish. Ukuran disesuaikan keperlauan
masing-masing sesuai gambar plumbing brosur alat-alat sanitair.
- Floor Drain dan Clean Out. Floor drain dan clean out yang digunakan adalah
floor drain semutu merk TOTO atau American Standard dilengkapi dengan
siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan doperchroom dengan draad
untuk clean out. Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan
disetujui Pengawas.

15.2. Pelaksanaan Pekerjaan


d. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta
persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
e. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / pengantian bahan, pengganti
harus disetujui Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
f. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-
detail sesuai gambar.
g. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan spesifikasi dan
sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pengawas
h. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disatu tempat bila ada
kelainan /perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut terselesaikan.
i. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
j. Kontraktor wajib memperbaiki / mengulangi / mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya
Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.
k. Syarat Pemasangan
- Tenaga : Pemasangan pekerjaan sanitair harus dilaksanakan oleh tenaga
kerja yang berpengalaman dan trampil dalam pekerjaannya dengan
menunjukkan Surat Keterangan yang pernah dikerjakan.
- Persiapan : Sebelum mulai pemasangan pekerjaan sanitair, Kontraktor
terlebih dahulu harus memeriksa semua pekerjaan yang nantinya akan
ditutup oleh pasangan pekerjaan ini
- Pekerjaan yang harus diperiksa diantaranya adalah pekerjaan
pemasangan instalasi-instalasi, pekerjaan waterproofing dan lain-lain
yang dianggap perlu.
- Sebelum pemasangan pekerjaan sanitair, alas permukaannya harus
dibuat rata dan halus terlebih dahulu.
- Sesudah pekerjaan-pekerjaan tersebut selesai diperiksa, Kontraktor
harus meminta persetujuan Pengawas untuk melanjutkan pekerjaannya.
- Kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) untuk
pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar rencana. Ukuran-ukuran
berdasarkan dengan kondisi lapangan.
- Gambar kerja ini terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Pengawas.
- Pelaksanaan : Setiap pemasangan pekerjaan sanitair pada dinding harus
diperkuat dengan angkur-angkur dan perlengkapan / accessories lainnya
yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
- Setiap pemasangan pekerjaan sanitair harus dilaksanakan dengan teliti,
tepat pada posisi pipa sanitasinya.
- Syarat Pemeliharaan : Setiap pasangan pekerjaan sanitair yang rusak
harus diperbaiki dengan cara-cara yang dianjurkan oleh pabriknya.
- Perbaikan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

- Apabila ada pekerjaan finishing yang rusak akibat perbaikan pekerjaan


lantai keramik tersebut, maka kerusakan-kerusakan pekerjaan finishing
tersebut harus segera diperbaiki atas biaya Kontraktor.
- Selama 3 x 24 jam sesudah pekerjaan sanitair selesai terpasang, harus
dibiarkan mengering dan selama itu tidak boleh dipergunakan.
- Sesudah pekerjaan sanitair terpasang harus dijaga terhadap
kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-cairan dan benda-benda lain
yang mungkin bisa menimbulkan cacat, noda-noda dan sebagainya.
- Apabila hal ini terjadi Kontraktor harus memperbaiki cacat tersebut
hingga pulih kembali seperti semula atas biaya Kontraktor.
- Syarat Penerimaan :. Setiap pekerjaan sanitair yang dipasang harus teliti
pada posisinya dan rapat, tidak bocor dan terjamin hubungan
kerapihannya.
- Setiap pekerjaan sanitair harus dipasang lengkap dengan accessoriesnya
dan dapat berfungsi dengan sempurna, tanpa cacat.

BAB 16
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

16.1 Peraturan Perundang – undangan


1. Umum
Terdapat beberapa produk hukum yang mengatur pelaksanaan K3. Konstruksi
yaitu:
 Masing-masing No. 3 Tahun 1996 tentang pemenuhan sosial tenaga kerja.
 Peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tentang penyelenggaraan program
pemenuhan sosial tenaga kerja.
a. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan pada Konstruksi Bangunan Peraturan Pelaksanaan dari UU No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan
c. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No.
i. KEP. 174/MEN/86 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi
pada
ii. 104 / KPTS / 1986
iii. Tempat Kegiatan Konstruksi beserta Buku Pedomannya, sebagai
persyaratan teknis pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.
01/MEN/1980.
 Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum No. KEP. 07 / MEN / 1984 tentang tenaga kerja
borongan dan harian 30 / KPTS / 1984 bebas pada proyek-proyek
Departemen Pekerjaan Umum.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 425/MEN/1984 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Program Jamsostek bagi proyek-proyek APBD,
Inpres, APP1N instansi lain serta proyek-proyek swasta.
2. Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau
kejadian berbahaya harus dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan
Departemen Pekerjaan Umum yang dalam hal ini dapat diinterprestasikan Kadep
atau Kanwil masing-masing.
3. Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas
pelaksanaan ketentuan-ketentuan didalam SK tersebut secara fungsional oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas
dan tanggung jawab masing-masing,
4. Sanksi

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 01/MEN/1980 menyebutkan bahwa


pelanggar ketentuan K3 Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-. Didalam SKB disebutkan bahwa
Menteri PU berwenang memberi sanksi administrative terhadap pihak-pihak
yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah ditetapkan.

16.2 Organisasi K3 Konstruksi pada Pelaksanaan Pekerjaan


Pada pelaksanaan suatu proyek, Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk
organisasi K3 Konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Ketentuan
 Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung
jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk
menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
 Petugas K3 Konstruksi harus bekerja full-time untuk mengurus dan
menyelenggarakan K3 Konstruksi.
 Penyedia Jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100
orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, wajib membentuk
unit struktural dari organisasi Penyedia Jasa.
 Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-
baiknya dibawah koordinasi Penyedia Jasa.
 Serta bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.
B. Kewajiban Petugas K3 Konstruksi
 Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat
memahami kewajiban-kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi.
 Mengusahakan pembuatan sarana dan prasarana yang diharuskan dalam K3
Konstruksi untuk menghindari kecelakaan atau bahaya kesehatan pada
penyelenggaraan proyek.
 Menyelenggarakan keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan.
 Memeriksa secara berkala semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana
pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja
yang aman.
 Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja di lingkungan proyek
kepada Departemen Tenaga Kerja dan dapat diperiksa oleh Panitia Pembina
K3 Konstruksi tentang pelaksanaan K3 Konstruksi di proyek.
C. Kewajiban Penyedia Jasa
 Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3
Konstruksi.
 Memberikan fasilitas kepada Unit Pembina K3 Konstruksi untuk
melaksanakan tugasnya.
 Jika dalam satu proyek terdapat lebih dari satu Penyedia Jasa, maka harus
bekerjasama dalam kegiatan K3 Konstruksi.

16.3. Perlengkapan K3 Konstruksi


Perlengkapan untuk melindungi tubuh dari kecelakaan akibat kerja.
 Tutup Kepala
1. Helm untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.
2. Topi untuk melindungi dari terik matahari.
 Tutup Telinga
Untuk melindungi telinga dari suara yang bising atau keras.
 Masker
Untuk melindungi pernafasan dari kotoran-kotoran debu atau gas beracun.
 Kaca Mata Hitam
Untuk melindungi dari sinar yang terlalu terang.
 Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari luka akibat gesekan atau zat-zat.

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Sabuk Pengaman
Untuk melindungi dari kecelakaan ditempat yang tinggi atau terperosok
dalam lubang atau lumpur yang dalam.
 Jaket Pelampung
Untuk menghindari tenggelam dalam air.
 Sepatu Karet
Untuk melindungi kaki dari luka akibat menginjak benda-benda tajam dan
menghindari dari tergelincir akibat jalan licin.
 Jas Hujan
Untuk melindungi tubuh dari air hujan.

16.4. Persyaratan Teknis K3 Konstruksi pada Tempat Kerja


A. Tempat Kerja
 Tempat kerja harus ditata dan diperlengkapi sarana dan prasarana untuk
mencegah kecelakaan kerja dan fasilitas yang diperlukan secara darurat bila
terjadi kecelakaan kerja.
 Penyediaan sarana penerangan pada tempat kerja yang kurang cahaya.
 Menyediakan ventilasi cukup agar pekerja dapat menghirup udara segar dan
mencegah terkonsentrasinya udara yang dikotori oleh debu, atau zat lainnya
yang disebabkan oleh/akibat kerja.
 Menjaga tempat kerja selalu bersih dan rapi atas barang-barang atau
peralatan yang mengganggu atau mengakibatkan kecelakaan kerja.
 Perencanaan (desain) dan pelaksanaannya harus benar-benar memperhatikan
kekuatan “tempat kerja” sesuai dengan beban (barang atau orang) yang
dipikul sehingga tidak goyang atau melentur.
 Jembatan harus dilengkapi dengan terali atau pagar pengaman yang
tingginya antara 1 – 1,5 m diatas lantai, terdiri dari 2 rel dan dilengkapi
pinggir pengaman (toe board) tinggi 15 cm untuk mencegah orang terpelest.
 Lebar jembatan harus cukup untuk rencana barang atau orang yang
melewati, minimum 50 cm.
 Di dalam kondisi darurat perlu disediakan perahu penyelamat.
B. Pencegahan Perhadap Kebakaran
1. Alat
 Ditempat kerja harus selalu tersedia alat-alat pemadam kebakaran.
 Alat pemadam kebakaran harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh
orang yang berwenang.
 Alat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
 Harus diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
 Alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat/yang ada alat-alat
pengelas, yang mudah terbakar dan bahaya aliran listrik.
2. Petugas
 Semua pengawas dan beberapa tenaga kerja harus dilatih menggunakan
alat pemadam kebakaran.
 Orang yang terlatih dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran
harus selalu siap selama jam kerja.
3. Pencegah dan Peringatan
 Perlu dihindarkan penempatan peralatan yang mudah mengakibatkan
kebakaran pada bahan yang mudah terbakar seperti kayu, terpal, bahan
kanvas dan lain-lain.
 Menghindari penimbunan atau penempatan barang-barang yang mudah
terbakar diruang yang tidak terjaga keamanannya seperti : debu, serbuk
gergaji, lap berminyak, potongan kayu, bahan-bahan kimia, minyak solar
atau bensin.
 Pengawasan secara rutin pada tempat-tempat dimana resiko kebakaran
sangat besar.

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Tanda, petunjuk, sign dan peringatan atas : tempat/area yang berbahaya


untuk umum, tampat alarm atau alat pemadam kebakaran serta nomor
telepon Dinas Pemadam Kebakaran.
C. Pencegahan Terhadap Benda-benda Jatuh
Pada lokasi dimana kemungkinan terjadinya benda jatuh dari suatu
ketinggian perlu dibuat :
 Jaringan/jalan atau konstruksi pencegah (toe board atau perancah).
 Pemasangan pagar atau papan petunjuk tentang lokasi yang perlu
dihindari.
 Alat atau konstruksi khusus untuk transportasi barang/material buangan
dari ketinggian.
D. Perlindungan Terhadap Orang Jatuh
Kepada pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian perlu dibuat atau
dilengkapi failitas pencegah atau alat bantu seperti :
 Pagar atau terali pengaman.
 Konstruksi tempat kerja yang kuat dan stabil.
 Pinggir pengaman (toe board) untuk menghindari kaki terpeleset.
E. Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan di ketinggian yang tidak dapat dikerjakan
secara aman, maka perlu dibuat perancah dengan ketentuan sebagai berikut :
 Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.
 Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut :
- Kayu untuk konstruksi harus berurat lurus, padat, tak ada mata kayu
yang besar, kering, tidak busuk, tidak ada cacat atau kerusakan yang
memperlemah.
- Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai
secara utuh, digunakan tali pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan
dilarang untuk hanya menggunakan paku sebagai pengikat.
- Besi pipa logam untuk konstruksi harus dari material yang baik, lurus
dan bebas karat.
- Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat
material yang baik, tidak lapuk/berkarat atau kena asam atau bahan
kimia.
- Papan lantai perancah harus tahan
retak/pecah.
 Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
- Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
- Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
- Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
- Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan
dengan kuat pada tiang/tembok penyangga.
 Perancah harus secara periodik diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi
dan sambungan-sambungannya).
 Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bambu harus
memenuhi ketentuan :
- Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertikal harus overlap 1,5 m.
b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang
atau perletakan yang memadai.
c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2 klaim bulat), pada tempat
yang tidak menerima banyak goyangan, kecuali untuk bambu tidak
diperkenankan membuat coakan.
d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.
- Balok Memanjang
a. Jarak vertikal balok memanjang tidak boleh melebihi 4 m.
b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu
dengan tiang vertikal.
6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang


perancah.
d. Balok memanjang harus diberi palang penguat (braced) yang cukup.
- Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus di kopel,
secara diagonal dari atau ke bawah pada seluruh panjangnya.
b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertikal
pada titik-titik silangnya.
c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan
menggunakan palang penguat.
- Perancah Pipa Logam harus memenuhi ketentuan :
a. Pipa vertikal dan horizontal terpasang kuat satu dengan lainnya.
b. Harus dipasang palang penguat dengan arah diagonal.
c. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 5 m dari
jaringan/peralatan listrik.
d. Pipa harus mempunyai ukuran dan ukuran yang cukup untuk
menahan beban, minimal diameter 5 cm.
F. Tangga
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bangunan Air dengan konstruksi yang tinggi
mungkin diperlukan tangga.
Tangga Kerja
Tangga kerja menurut penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:
 Tangga Kerja Sementara.
 Tangga Kerja Lepas.
Khusus untuk tangga kerja lepas, dapat diklasifikasikan menjadi :
 Tangga kerja lepas (kayu atau besi).
 Tangga yang dapat berdiri sendiri.
 Tangga yang dapat diperpanjang.
Umum
 Tangga yang terbuat dari kayu harus terbuat dari mutu yang kuat, tidak
ada kerusakan dan kayu yang arah seratnya memanjang.
 Tangga yang terbuat dari logam harus tidak licin, bersih dan tidak
berkarat serta dicat dengan cat anti karat.
 Jarak antara anak tangga harus sama, tidak boleh kurang dari 25 cm
atau lebih dari 35 cm.
 Tangga kerja terbuat dari kayu tidak boleh dicat tetapi harus dipernis
atau diberi pengawat yang jernih (transparan).
 Tangga kerja yang dipergunakan dalam waktu lama perlu dirawat dan
diadakan pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu.
 Jarak perletakan kaki bawah ke dinding sandaran harus lebih kurang ¼
panjang tangga.
 Pekerja yang menggunakan tangga harus :
- Kedua tangan bebas untuk memegang tangga dan tidak membawa
beban berat.
- Menghadap tangga.
- Tidak menggunakan alas kaki yang licin.
 Tempat/kedudukan tangga harus dalam kondisi yang sempurna/stabil
dan aman dari gangguan kendaraan atau orang serta tidak diletakkan di
depan pintu yang terbuka ke arahnya, dan terikat kuat/tidak bergeser.
 Pengaman diperlukan bila dipakai di tempat ramai.
Tangga Lepas Dua Kaki
 Tinggi maksimal tangga lepas 9 m setiap perbedaan tinggi 9 m harus
diberi bordes yang mempunyai ukuran yang cukup dan mempunyai
railing.

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

 Tangga kerja lepas yang terbuat dari kayu harus diberi besi pengikat
silang untuk menjamin kekuatannya.
 Setiap tangga lepas yang digunakan untuk hubungan tingkat harus :
- Paling sedikit 1 m lebih tinggi dari tingkat yang dituju.
- Satu dari kaki tangga diperpanjang ke atas 1 m untuk pegangan.
Tangga yang dapat berdiri sendiri :
 Tangga boleh lebih panjang dari 6 m, lebar antara kaki di ujung atas
minimal 40 cm, lebar di bawah minimal 50 cm.
 Kaki bagian belakang diberi alas yang kuat.
 Tangga yang melebihi 1,5 m panjangnya harus diberi dua atau lebih
ikatan silang.
 Antara kaki depan dengan belakang harus terikat dengan kuat.
 Dalam kondisi terbuka anak tangga harus horizontal.
Tangga yang dapat diperanjang :
 Tangga lepas yang dapat disambung tidak boleh lebih panjang 15 m.
 Tangga lepas yang disambung harus dibuat oleh orang yang ahli
dilengkapi dengan kunci dan alat pengaman, satu atau lebih.
 Tali penggerak, diangker kuat dan dikaitkan melalui roda kerekan.
 Pada bagian sambungan yang berhimpit anak tangga harus berhimpitan
juga.
Tangga Lepas Mekanik
Tangga lepas mekanik artinya dapat diperpanjang secara mekanik dan
ditumpu oleh alas yang beroda dengan ketentuan sebagai berikut :
 Dilengkapi dengan peralatan tempat bekerja yang aman dan terbuat
dari kerangka besi yang tipis tetapi kuat.
 Bila sedang digunakan rodanya harus terkunci.
 Tangga lepas mekanik tidak boleh digerakkan bila seseorang sedang
bekerja, kecuali sudah dirancang untuk hal tersebut.
G. Kendaraan Proyek
Dalam pelaksanaan pekerjaan pengurugan lahan untuk peninggian level
Bangunan sesuai dengan perencanaan maka diperlukan tanah urugan yang
harus didatangkan ke lokasi proyek. Sehingga Penyedia Jasa harus
memperhatikan beberapa hal :
 Tanah yang didatangkan dari quarry menuju lokasi pengurugan (lokasi
proyek) dengan menggunakan dump truck harus ditutup dengan terpal
agar tanah yang dibawa tidak berjatuhan ke area jalan yang dilalui oleh
dump truck tersebut.
 Setiap dump truck yang keluar dan masuk di quarry maupun di lokasi
proyek (pengurugan) harus dilakukan pembersihan tanah yang melekat
pada semua roda dengan menggunakan air atau dengan alat lainnya
(terutama di musim penghujan) agar tanah yang melekat di roda tersebut
tidak membahayakan pengendara lain baik pejalan kaki maupun kendran
roda dua.
 Tenaga-tenaga untuk pelaksanaan kebersihan tersebut sudah merupakan
tanggungjawab serta kewajiban (sudah diperhitungkan seluruh biayanya)
dari Penyedia Jasa dari mulai awal pelaksanaan sampai dengan akhir
pelaksanaan proyek.

16.5 Kecelakaan Kerja


A. Pengertian Istilah
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pengusaha adalah :
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri


menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia,
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun
milik Negara.
4. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa
atau wajar dilalui.

5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bagi


tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
B. Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh)
orang tenaga kerja atau membayar upah kepada seluruh tenaga kerja,
kerjanya paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib
mengikut sertakan kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas
diselelnggarakan oleh Badan Penyelenggara, dalam hal ini PT. Jamsostek.
3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan
kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini,
tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja
kontrak dalam program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh :
a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. : KEP-07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29
Januari 1984, khusus bagi pekerja yang bekerja di proyek-proyek
Departemen Pekerjaan Umum.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : KEP.425/MEN/1984 tentang
petunjuk pelaksanaan Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian
lepas pada Penyedia Jasa jasa konstruksi khusus bagi pekerja pada :
 Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain, pemotongan iuran
ASTEK dilaksanakan oleh bendaharawan proyek.
 Proyek-proyek APBN, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan menyetorkan langsung ke bank yang ditunjuk atas
rekening Perum ASTEK.
 Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia
Jasa/pemilik proyek pada saat menerima Ijin Mendirikan Bangunan
dan/atau

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap


resiko kecelakaan kerja yang meliputi seluruh biaya pengangkutan,
pengobatan, perawatan di rumah sakit dan tunjangan sementara tidak
mampu bekerja, tunjangan cacat, tunjangan kematian dan biaya penguburan.
7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja, tenaga kerja atau siapa saja
harus secepatnya memberitahukan ke perusahaan/pengusaha.
8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan.
9. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir Jamsostek 3 kepada
Depnaker dan PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat sebagai Laporan
Kecelakaan Kerja Tahap 1 tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat)
jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
10. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap ke II kepada Kantor
Depnaker dan PT. Jamsostek (Persero) setempat dengan mengisi formulir
Jamsostek 3a dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat)
jam setelah menerima surat keterangan dokter (formulir Jamsostek 3b) yang
menerangkan :
a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.
b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau
c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental, atau meninggal Dunia.
C. Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan
kecelakaan kerja. Dalam hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan
sendiri.
2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja
kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam
waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.
3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan
Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya
dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia.
4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja
dibayarkan langsung kepada yang bersangkutan, dalam hal tenaga kerja
meninggal dunia kepada ahli warisnya yang sah.

16.6 Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja


A. Pengertian
Menurut keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993, penyakit yang timbul karena
hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja.
 Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
kerja berhak mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih
dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas
Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah
berakhir akan diberikan, apabila menurut hasil diagnosis dokter yang
merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja
yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan
kerja tersebut akan diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
 Bila tenaga kerja tertimpa penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
pengusaha wajib mengisi dan mengirimkan formulir khusus tidak lebih dari
2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak menerima diagnosis dari Dokter
Pemeriksa. Penyampaian formulir tersebut berfungsi sebagai pengajuan
permintaan pembayaran jaminan kecelakaan kerja. Karena itu harus disertai
bukti-bukti sesuai ketentuan yang berlaku.
B. Penyakit Akibat Hubungan Kerja

6
Rencana Kerja dan Syarat - Syarat Teknis
Pembangunan SMP Negeri 36 Bandung

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud disini,


sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden Nomor 22
Tahun 1993 (terlampir).

DAFTAR PENYAKIT YANG TIMBUL


KARENA HUBUNGAN KERJA
------------------------------------------------------------------------
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut
(Silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (Bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu, logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (Bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh kapas, vlas henep dan sisal (Bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyakit sensitisasi dan zat perangsang yang
dikena yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organis.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaan yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaan yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan krom atau persenyawaan yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan mangan atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan arsen atau persenyawaan yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan raksa atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan timbal atau persenyawaan yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan flour atau persenyawaan yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaannya hidrokarbon
allfatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab astiksia atau keracunan
seperti karbonmonoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya yang
beracun, amonial seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit spitelioma primer yang disebabkan oleh terpic, bitumen, minyak
mineral, antrasema atau persenyawaan produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Anda mungkin juga menyukai