Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian Kemencangan
Ancaman atau kecenderungan (skewness) adalah tingkat ketidaksimetrisan atau
kejauhan simetri dari sebuah distribusi.

Distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median dan modus yang
tidak sama besarnya, sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan
kurvanya akan menceng. Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan
daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menjenguk tahanan atau memiliki
kemencengan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke
kiri dari Pada ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki
kemencengan negatif.

Berikut ini gambar kurva dari distribusi yang manceng ke kanan (menceng positif)
dan menceng ke kiri (menceng negatif).

Untuk mengetahui bahwa konsentrasi distribusi menceng ke kanan


atau menceng ke kiri dapat digunakan metode-metode berikut.

1. Koefisien KemencenganPearson
Koefisien kemencengan Pearson nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi
simpangan baku. Koefisien kemencengan pearson dirumuskan dengan :

Keterangan :
Sk : Koefisien kemencanganpearson
Apabila secara empiris didapatkan hubungan antar nilai pusat sebagai:

RUMUS
Jika nilai sk dihubungkan dengan keadaan kurva maka:

1) Sk = 0, maka kurva memiliki bentuk simetris


2) Sk > 0, maka nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan (X
terletak di sebelah kanan Mo), sehingga kurva memiliki ekor panjang
ke kanan, kurva menceng ke kanan atau mancing positif
3) Sk < 0, maka nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri (X terletak
di sebelah kiri Mo), sehingga kurva memiliki ekor memanjang ke kiri,
kurva menceng ke kiri atau menceng negatif

Contoh soal:
Berikut ini adalah data nilai ujian statistik dari 40 orang mahasiswa sebuah
universitas.

TABEL 5.5 NILAI UJIAN STATISTIK PADA SEMETER II, 1997


Nilai Ujian Frekuensi
31 - 40 4
41 - 50 3
51 - 60 5
61 - 70 8
71 - 80 11
81 - 90 7
90 - 100 2
Jumlah 40

a. Tentukan nilai sk dan ujilah arah ke mencengannya (gunakan


kedua rumus tersebut)!
b. Gambarlah kurvanya!

Penyelesaian :

Nilai X f u u2 fu fu2
31 - 40 35,5 4 -4 16 -16 64
41 - 50 45,5 3 -3 9 -9 27
51 - 60 55,5 5 -2 4 -10 20
61 - 70 65,5 8 -1 1 -8 8
71 - 80 75,5 11 0 0 0 0
81 - 90 85,5 7 1 1 7 7
91 - 95,5 2 2 4 4 8
100
Jumlah 40 -32 134
2. Koefisien Kemencengan Bowley
Koefisien kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan kuartil-kuartil
(Q 1 , Q 2 , dan Q 3) dari sebuah distribusi. Koefisien kemencengan Bowley
dirumuskan :

atau

Keterangan :
sk B = koefisien kemencengan Bowley
Q = Kuartil
Koefisien kemencengan Bowley sering juga disebut Kuartil Koefisien
Kemencengan.
Apabila nilai sk B dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :
1) Jika Q 3 – Q 2 > Q 2 – Q 1 maka distribusi akan menceng ke kanan atau
menceng secara postif.
2) Jika Q 3 – Q 2 < Q 2 – Q 1 maka distribusi akan menceng ke kiri atau
menceng secara negatif.
3) sk B positif, berarti distribusi menceng ke kanan.
4) sk B negatif,, berarti distribusi menceng ke kiri.
5) sk B = ± 0,10 menggambarkan distribusi yang menceng tidak berarti
dan sk B > 0,30 menggambarkan kurva yang menceng berarti.
6)
Contoh soal:
Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut!
Tabel 5.6 NILAI UJIAN MATEMATIKA DASAR I DARI 111
MAHASISWA, 1997
Nilai Ujian Frekuensi
20,00 – 29,99 4
30,00 – 39,99 9
40,00 – 49,99 25
50,00 – 59,99 40
60,00 – 69,99 28
70,00 – 79,99 5
Jumlah 111

Penyelesaian:
Kelas Q1 = kelas ke-3

Q1 = B1++ n – (∑f1)o .C
FQ2

= 39,995 + 27,75 – 13 X 10
25
= 45,895
Kelas Q2 = kelas ke- 4

n – (∑f2)o
Q2 =B2 + .C
F Q2

55,5 – 38
= 49,995 + X 10
40
= 54,37
Kelas Q3 = kelas ke- 5

n–
Q3 = B 3 + .C
(∑f3)o

83,25 – 78
= 59,995 + X 10
28
= 61,87

3. Koefisien Kemencengan Persentil


Koefisien Kemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antarpersentil
( P90 , P 50 , dan P 10 )dari sebuah distribusi. Koefisien kemencengan persentil
dirumuskan :

Keterangan :
sk p = koefisien kemencengan persentil
P = persentil
Contoh soal :
Tentukan nilai sk p dari distribusi frekuensi berikut!
TABEL 5.7 UPAH 65 KARYAWAN PERUSAHAAN “A” , 1997
Upah (ratusan ribu rupiah) Frekuensi
250,00 – 259,99 8
260,00 – 269,99 10
270,00 – 279,99 16
280,00 – 289,99 14
290,00 – 299,99 10
300,00 – 309,99 5
310,00 – 319,99 2
Jumlah 65

Penyelesaian :
Kelas P90 = kelas ke- 6

n – (∑f90)o
P90 =B50 + .C
f90

58,5 – 58
= 299, 995 + X 10
5

= 301

Kelas P50 = kelas- 3

n–
.C
(∑f50)o
P50 = B50 +

32,5 – 18
= 269,995 + X 10
16

= 279,06

Kelas P10 = kelas ke-1

P10 =B10 + n – (∑f10)o . C


F10
6,5 – 0
= 249,995 + X 10
8

= 258,12

P90 – 2P50 + P10


Skp =
P90 -P10

301 – 2(279,06) + 258,12


=
301 – 258,12

= 0,023

4. Koefisien Kemencengan Momen


Koefisien kemencengan momen didasarkan pada perbandingan momen ke-3 dengan
pangkat tiga simpangan baku. Dilambangkan denganα3 koefisien kemencengan
momen disebutkan juga dengan kemencengan relatif.

Apabila nila α3dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :


1) Untuk distribusi simetris (normal), nila α3= 0
2) Untuk distribusi menceng ke kanan, nila α3 = +
3) Untuk distribusi menceng ke kiri, nila α3 = -
4) Menurut Karl Pearson, distribusi yang memiliki nilai α3> ± 0,50 adalah
distribusi yang sangat menceng
5) Menurut Kenney dan Keeping, nilaiα3bervariasi antara ± 2 bagi distribusi
yang menceng.

Untuk menilai nilai α3 dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.

a. Untuk data tunggal


Koefisien kemencengan momen untuk data tunggal dirumuskan :

α3 = koefisien kemencengan momen


Contoh soal :
tentukan nilai α3 dari data berikut!
2, 3, 5, 9, 11

Penyelesaian :

= =6

X X- (X - )2 (X - )3
2 -4 16 64
3 -3 9 27
5 -1 1 1
9 3 9 27
11 5 25 125
Jumlah - 60 244

S=
= =3,873

α3 =
= 0,77

b. Untuk data berkelompok


Koefisien kemencengan momen untuk data berkelompok dirumuskan :

Atau

Dalam pemakaiannya, rumus ini lebih praktis dan lebih mudah


perhitungannya.
Contoh soal :
Tentukan tingkat kemencengan dari distribusi frekuensi di bawah ini!

Tabel Usia Peserta KB di Klinik


Usia Peserta Frekuensi
15 – 19 1
20 – 24 29
25 – 29 43
30 – 34 41
35 – 39 24
40 - 44 12
Jumlah 150
Penyelesaian :

Usia X f u fu Fu2 Fu3

15 – 19 17 1 -2 -2 4 -8
20 – 24 22 29 -1 -29 29 -29
25 – 29 27 43 0 0 0 0
30 – 34 32 41 1 41 41 41
35 – 39 37 24 2 48 96 192
40 – 44 42 12 3 36 108 324
Jumlah 150 - 94 278 520

Jika digunakan rumus pertama untuk mencari nilai α3 maka hasil nya akan
sama. dari perhitungan-perhitungan itu didapat :
X =30,13

S = 6,04

α 3=
=
= 0,27

B. Pengertian Kurtosis atau Keruncingan Kurva (Peakdness)


Keruncingan atau kurtosis adalah tingkat kepuncakan daari sebuah distribusi yang
biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal. Diilihat dari tingkat
keruncingannya kurva distribusi frekuensi dibagi menjadi 3, yaitu:leptokurtis,
platykurtis, dan mesokurtis. yang bentuk kurvanya adalah sebagai berikut :
a) Leptokurtis (puncaknya sangat runcing)
Leptokurtis merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi.
b) Platykurtis (puncak agak datar/merata)
Platykurtis merupakan distribusi frekuensi yang memiliki puncak hampir
mendatar.
c) Mesokurtis (puncaknya tidak begitu runcing)
Mesokurtis merupakan distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi.

1. Pembagian Keruncingan (Kutosis) Untuk Data Tunggal dan Data


Kelompok
Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dapat dibedakan atas tiga
macam, yaitu sebagai berikut:
1) Leptokurtik
Leptokurtik merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi.
2) Platikurtik
Platikurtik merupakan distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar
3) Mesokurtik
Mesokurtik merupakan distribusi yang memiliki puncak tiak tinggi dan
tidak mendatar.
Bila distribusinya merupakan distribusi sistematis maka distribusi
mesokurtik dianggap sebagai distribusi normal.

Untuk mengetahui keruncingan suatu distribusi, ukuran yang sering


digunakan adalah koefisien keruncingan dan koefisien kurtosis persentil.

a) Koefisien Keruncingan
Koefisien keruncingan atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan α4(alpha
4). Jika hasil penghitungan koefisien keruncingan diperoleh :
1) Nilai lebih kecil dari 3 (<3) maka distribusinya adalah distribusi platikurtik
2) Nilai lebih besar dari 3 (>3) maka distribusinya adalah distribusi
leptokurtik
3) Nilai yang sama dengan 3 (= 3) maka distribusinya adalah distribusi
mesokurtik

Untuk mencari nilai koefisien keruncingan, dibedakan antara data tunggal dan
data berkelompok.
 Untuk data tunggal

1
∑( X − X́ )4
n
α 4=
s4

Contoh soal :

Tentukan keruncingan kurva dari data:

2, 3, 6, 8, 11!

Penyelesaian :

=6

s=3,67

X X − X́ ( X − X́ )4

2 -4 256 1 4
∑ ( X− X́ )
n
3 -3 81 α 4=
s4
6 0 0 1
× 978
5 195,6
8 2 16 α 4= = =1,08
(3,67) 181,4
4

11 5 625
Jumla
0 978
h

Karena nilainya lebih kecil dari 3 = (1,08) maka distribusinya


adalah distribusi platikurtik.

 Untuk data berkemlopok


1
∑ (X − X́ )4 f
n
α 4=
s4
Atau:
C 4 ∑ f u4 ∑ f u3 ∑ fu ∑ f u2 ∑ fu 2 ∑fu 4
α 4=
s4
(
n
−4( n )( ) (
n
+6
n )( ) ( )
n
−3
n
)

Contoh soal :

Berikut ini distribusi frekuensi dari pengukuran diameter pipa.

Tabel 5.9 PENGUKURAN DIAMETER PIPA

Diamater (mm) Frekuensi


65-67 2
68-70 5
71-73 13
74-76 14
77-79 4
80-82 2
Jumlah 40

a. Tentukan nilai koefisien keruncingannya dan bentuknya!


b. Gambarkan grafiknya!
Penyelesaian:

Dari perhitungan didapat:

X f X − X́ ( X − X́ )4 f (X − X́ )4
66 2 -7,425 3.039,3858 6.078,7716
69 5 -4,425 383,4009 1.917,0044
72 13 -1,425 4,1234 53,6047
75 14 1,575 6,1535 86,1490
78 4 4,575 438,0911 1.752,3642
81 2 7,575 3.292,5361 6.585,0722
Jumlah 40 - - 16.472,9661

a.
1
×16.472,9661
40
α 4=
(3,42)4

411,8241
α 4= =3,01
136,8058

Dengan rumus kedua, perhitungan ialahsebagai berikut.


Diamete
X f u u2 u3 u4 fu fu2 fu3 fu 4
r
65-67 66 2 -3 9 -27 81 -6 18 -54 162
68-70 69 5 -2 4 -8 16 -10 20 -40 80
71-73 72 13 -1 1 -1 1 -13 13 -13 13
74-76 75 14 0 0 0 0 0 0 0 0
77-79 78 4 1 1 1 1 4 4 4 4
80-82 81 2 2 4 8 16 4 8 16 32
Jumlah 40 -21 63 -87 291

∑ f u2 ∑ fu 2
s=C
√ n
−¿(
n
)¿
63 −21 2
s=3
√ 40
−¿( )
40
¿

s=3 √1,575−¿ 0,276=3,42 ¿

C 4 ∑ f u4 ∑ f u3 ∑fu ∑ f u2 ∑ fu 2 ∑fu 4
α 4=
s4
(
n
−4 ( n )( ) (
n
+6
n )( ) ( )
n
−3
n
)

34 291 −87 −21 63 −21 2 −21 4


α 4=
(3,42)4
(
40
−4 ( )( ) ( )( ) ( )
40 40
+6
40 40
−3
40
)

81
α 4= ( 2,7075+2,6046−0,2279 )=3,0102
136,81

Karena nilai keruncingannya hampir sama atau sama dengan 3 maka bentuk
kurvanya adalah mesokurtik.
b. Gambar grafiknya adalah :
b) Koefisien Kurtosis Persentil
Koefisien kurtosis persentil dilambangkan dengan

Untuk distribusi normal, nilai Koefisien kurtosis


persentil, dirumuskan :

1
K= ¿ ¿
2

Contoh soal:
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi dari tinggi 100 mahasiswa
universitas XYZ.

a. Tentukan koefisien kurtosis persentil ( )!


b. Apakah distribusinya termasuk distribusi normal?
TABEL 5.10 TINGGI MAHASISWA UNIVERSITAS “XYZ”

Tinggi (inchi) Frekuensi (f)


60-62 5
63-65 18
66-68 42
69-71 27
72-74 8
Jumlah 100

Penyelesaian:

- Kelas kelas ke-3


1n
−( ∑f 1 )0
4
Q1=B1 + .C
f Q1
1.100
−23
4
Q1=65,5+ × 3=65,64
42

- Kelas kelas ke-4


3n
−(∑ f 3)0
4
Q3=B3 + .C
f Q3
3.100
−65
4
Q3=68,5+ × 3=69,61
27

- Kelas persentil kelas ke-2


10 n
−( ∑f 10 )0
100
P10=B10 + .C
f P 10
10.100
−5
100
P10=62,5+ ×3=63,33
18

- Kelas kelas ke-4


90 n
−(∑ f 90)0
n
P90=B90 + .C
f P 90
90.100
−65
100
P90=68,5+ × 3=71,28
27

a.
1
(69,61−65,64)
2
K=
71,28−63,33=0,25

Karena nilai maka distribusinya bukan


distribusi normal

Anda mungkin juga menyukai