Anda di halaman 1dari 17

TEORI AGAMA EDWARD BURNOT TYLOR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori-Teori Sosial Keagamaan

Dosen Pengampu: Drs.Arison Sani, M.A

Disussun Oleh :

Fatmawati Dewi (20211400)

Hayati Adawiyah (20211408)

Indana Zulfa (20211416)

FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil Aalamiin segala puji bagi kehadirat Allah SWT, dan juga sholawat
serta salaam kepada Baginda Muhammad SAW. yang telah menuntun umatnya dari masa
kegelapan hingga masa yang terang benderang dengan banyak keilmuan seperti sekarang.
Kami ucapkan terima kasih kepada.Bapak Drs. Arison Sani, M.A selaku dosen pengampu
pada mata kuliah Terori-Teori Sosial Keagamaan. Serta kepada teman-teman kelompok 13 yang
sudah bekerja sama dalam penyusunan makalah yang berjudul dan menjelaskan tentang “Teori
Edward Burnot Tylor”.
Dengan kerendahan hati, kami selaku pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat banyak kesalahan, baik secara penulisan, penyusunan, maupun isi dari makalah ini.
Kami berharap kepada para pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun sebagai pembelajaran bagi kami agar bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa dimengerti dan dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Lumajang, 14 April 2022

Tim Kelompok 13

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Edward Burnot Tylor Dan Latar Belakang Kehidupannya..................................... 6
B. Riwayat Pendidikan Dan Karirnya ......................................................................... 9
C. Teorinya Yang Sangat Terkenal ............................................................................. 11
D. Karya-Karyanya Dalam Bidang Sosiologi dan Ilmu Lainnya ................................ 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah ilmu yang mempelajari manusia menjadi sangat penting untuk memahami agama.
Tokoh yang terkenal berdasarkan pembahasan ini adalah, Edward Burneet Tylor yang
dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Primitive Culture” Berawal dengan asumsi
keseragaman ras manusia, Tylor menegaskan bahwa semua yang dilakukan dan dikatakan
manusia pada masa dan tempat yang berbeda, maka dapat dikatakan mirip satu sama lain.
Kemiripan itu bukanlah sesuatu yang kebetulan, tetapi untuk memperlihatkan keragaman
fundamental pemikiran manusia.

Adapun fungsionalisme merupakan teori yang menekankan bahwa unsur-unsur di dalam


suatu masyarakat atau kebudayaan itu saling bergantung dan menjadi kesatuan yang berfungsi
sebagai doktrin atau ajaran yang menekankan manfaat kepraktisan atau hubungan fungsional.
Istilah suatu fungsi menunjuk pada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga sosial yang
lain, untuk mempertahankan masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan berjalan terus-
menerus. Perhatian kita adalah peranan yang telah dan masih dimainkan oleh agama dalm
rangka mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Edward Burnot Tylor?

2. Bagaimana Riwayat Pendidikan Dan Karirnya?

3. Bagaimana Teorinya yang Sangat Terkenal?

4. Bagaimana Karya-Karyanya Dalam Bidang Sosioligi dan ilmu lainnya?

4
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Latar Belakang Kehidupan Edward Burnot Tylor.

2. Untuk Mengetahui Riwayat Pendidikan dan Karirnya.

3. Untuk Mengetahui Teorinya yang Sangat Terkenal.

4. Untuk Mengetahui Karya-Karyanya dalam Bidang Sosioligi dan Ilmu Lainnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Edward Burnot Tylor Dan Latar Belakang Kehidupannya


Edward Burnett Tylor adalah seorang antropolog Inggris dan dianggap sebagai pendiri
antropologi modern. Merupakan profesor antropologi pertama di Universitas Oxford dan
mengajar pada tahun 1896-1909.Tujuan utama studi antropologinya adalah mengembangkan
kerangka kerja di mana evolusi budaya dapat dijelaskan dan asal-usulnya dapat dipahami oleh
Departemen Agama. Karya Edward Burnett Tylor yang paling terkenal adalah publikasi tentang
'Budaya Primitif' pada tahun 1871 yang dipengaruhi oleh teori Charles Darwin.
Lewat publikasi tersebut, Edward Burnett Tylor mengembangkan teori hubungan evolusi
dengan budaya primitif dan modern yang menekankan pencapaian budaya serta menandai
perkembangan umat manusia dari liar menjadi beradab. Selain itu, Edward Burnett Tylor juga
memperkenalkan kembali istilah animisme atau kepercayaan pada roh dan berpendapat bahwa
hal tersebut adalah fase pertama perkembangan agama.1
Edward Burnett Tylor lahir pada 2 Oktober 1832 di Camberwell, Inggris dari pasangan
Joseph Tylor dan Harriet Skipper. Berasal dari keluarga berada pemilik pabrik kuningan di
London, Inggris. Tylor dididik di Grove House, sebuah sekolah swasta yang dikelola oleh
yayasan. 16 tahun, Edward Burnett Tylor keluar dari sekolah untuk membantu bisnis sang ayah.
Namun, enam tahun kemudian kesehatannya mulai memburuk dan disarankan untuk bepergian.
Di tahun 1855, Tylor meninggalkan Inggris dan pergi ke Amerika Serikat. Setelah kembali ke
Inggris, Tylor menikahi Anna Fox pada 1858. Mereka hidup bersama dengan nyaman dan
bahagia selama 59 tahun tanpa anak hingga kematian Tylor di Wellington pada 2 Januari 1971.
Menggambarkan betapa pasangan ini saling mencintai satu sama lain.2
Edward Burnett Tylor adalah seorang antropolog otodidak berasal dari Inggris yang tidak
pernah mendapatkan pendidikan universitas. Namun, dalam petualangan dan studi
independennya kemudian ia mencetuskan teori animisme. Sebuah teori yang dipercayainya
sebagai kunci untuk memahami asal-usul agama. Tylor dilahirkan pada 1832 dalam keluarga
Quakers yang makmur. Quakers adalah kelompok Protestan yang ekstrim di Inggris. Mereka

1
Suyoto dan Shofwan, Purifikasi Dan Dinamikasi h. 260..
2
Ibid.

6
dahulu dikenal hanya memakai pakaian sederhana dan jauh dari tren mode.Mereka hidup
dengan mengikuti tuntunan hati nurani dari dalam diri. Namun, pada 1800-an kelompok ini
kemudian meninggalkan kebiasaannya itu dan mulai mendapat respek sosial, dan kemudian
pandangan mereka pun cenderung bergeser pada hal-hal yang liberal.3
Perspektif ini dapat kita lihat dari beberapa karya Tylor yang kebanyakan berani
menentang bentuk kepercayaan dan praktik peribadatan Kristen tradisional, khususnya Katolik
Roma (Murray, 1871). Kedua orang tua Tylor meninggal ketika ia masih muda, hingga akhirnya
ia mempersiapkan diri untuk membantu mengurus bisnis keluarga. Tak lama berselang, Tylor
mengetahui dirinya telah mengidap tanda-tanda penyakit Tuberkolosa. Karena itu, Tylor
kemudian disarankan untuk bermukim di daerah beriklim panas. Kemudian ia memilih wilayah
Amerika Tengah dan berangkat ke sana pada usianya yang ke-23 tahun tepatnya pada 1855.
Pengalamannya di Amerika ini kemudian menumbuhkan minatnya terhadap kajian kebudayaan
asing. Dalam perjalanannya, Tylor selalu mencatat setiap kebudayaan dan kepercayaan yang
ditemui. Karena kegigihannya berkarya, pada 1884 Tylor diminta Oxford untuk menjadi tenaga
pengajar utama dalam dalam bidang antropologi, sebuah program studi baru di Oxford saat itu.
Tak lama berselang akhirnya Tylor menjadi profesor pertama di bidang antropologi dan
menikmati karier panjangnya hingga masa Perang Dunia I. Tylor menghembuskan napas
terakhir pada 2 Januari 1917.4
Kenangan karyanya yang paling fenomenal adalah buku berjudul Primitive Culture
(1817), yang terdiri dari dua jilid besar. Buku inilah yang juga menjadi karya puncaknya dan
merupakan salah satu acuan utama dalam setiap studi tentang peradaban manusia. Buku
Primitive Culture pertama kali dipublikasikan kepada masyarakat Inggris Victorian pada saat
kaum agamawan sedang menghadapi tantangan-tantangan yang dapat merusak keyakinan
mereka. Orang-orang sebelum Tylor dan beberapa yang seangkatan dengannya masih
memegang keyakinan tradisional bahwa asal-usul agama, paling tidak untuk Kristen, harus
dipahami sebagai sesuatu yang selalu berkarakter menakjubkan, sebab agama Kristen berasal
dari wahyu Tuhan dan terwujud dalam tradisi gereja.
Menurut Tylor, hubungan antara basis-rasional pemikiran dengan evolusi sosial dapati
dilihat dari setiap aspek kebudayaan manusia, asalkan kita mau sedikit meluangkan waktu

3
Ibid, h.261
4
Erickson dan Murphy, Sejarah Teori Antropologi. Diakses pada 2022-04-17. 09:27

7
untuk mengamatinya dengan dekat. Tylor mencontohkan penggunaan magis, yang dapat kita
temukan hampir dalam setiap masyarakat primitif. Magis didasarkan pada gabungan ide-ide,
satu kecenderungan “yang terletak di dasar rasio manusia” (Tylor, 1817). Jika seseorang dalam
pemikirannya mengaitkan satu ide dengan ide lain, maka logika akan menuntun mereka untuk
menyimpulkan bahwa hubungan yang sama juga terdapat dalam realitas di luar pikiran.
Masyarakat primitif yakin bisa mengobati atau menyakiti orang dari jarak jauh hanya dengan
menjentikkan jari atau menggunakan sehelai rambut, sepotong kain atau benda-benda lain yang
melekat pada tubuh orang yang dituju. Tylor juga menemukan pola rasionalitas yang sama
dalam dua kemampuan yang sangat mendasar dan signifikan, yakni pengembangan bahasa dan
matematika. Dalam kedua hal ini, prosesnya berawal dari cara yang cukup sederhana, dengan
kata-kata yang ditiru dari suara-suara alam dan sistem hitungan jemari tangan dan kaki.
Kemudian selama berabad-abad, konsep-konsep seperti ini perlahan berkembang. Bahkan
mitos sekalipun, yang selama ini dianggap sebagai gudangnya ide-ide irrasional dan cerita-
cerita komikal, pada dasarnya berkembang dalam pola yang sama dengan pemikiran rasional
tadi. Mitos lahir dari kecenderungan alamiah untuk “menyelubungi setiap ide dengan pakaian
konkrit”. Baik mitos yang lahir dalam kebudayaan primitif maupun zaman modern, sama-sama
mengikuti hukum perkembangan (law of development).5
Uraian Tylor mengenai mitos sangat penting, sebab mitos-mitos tersebut telah
membentangkan jalan yang harus ditempuh dalam menyelidiki asul-usul agama. Dan tentu saja,
kata Tylor, kita tidak akan bisa menjelaskan sesuatu tanpa mengetahui apa sebenarnya hakikat
sesuatu tersebut, sehingga pertama-tama kita harus mendefinisikan agama terlebih dahulu.
Lebih lanjut Tylor mengungkapkan bahwa kita juga tidak bisa begitu saja mengikuti keyakinan
pribadi yang natural untuk mendefinisikan agama hanya sebatas percaya kepada Tuhan,
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh penulis-penulis Kristen. Tylor kemudian mengusulkan
definisinya sendiri, yakni agama sebagai “Keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual”. Definisi
ini menurut Tylor dapat diterima dan memiliki kelebihan tersendiri, sebab sederhana,
gamblang, dan memiliki cakupan yang luas. Meskipun kita dapat menemukan kemiripan-
kemiripan lain dalam setiap agama, namun satu-satunya karakteristik yang dimiliki setiap
agama, besar maupun kecil, agama purba atau modern, adalah keyakinan terhadap roh-roh yang
berpikir, berperilaku, dan berperasaan seperti manusia. Esensi setiap agama, seperti juga

5
Ibid.

8
mitologi, adalah animisme (berasal dari bahasa Latin, anima, yang berarti roh), yakni
kepercayaan terhadap sesuatu yang hidup dan punya kekuatan yang ada di balik segala sesuatu.
Animisme adalah bentuk pemikiran paling tua yang dapat ditemukan dalam setiap sejarah umat
manusia. Karena itu, Tylor berpandangan bahwa jika kita ingin menjelaskan agama, pertanyaan
pertama yang mesti kita jawab adalah, “Bagaimana dan kenapa awal mulanya manusia mulai
mempercayai keberadaan sesuatu sebagai sebuah roh?”. Pertanyaan ini terkesan sederhana,
namun jawabannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Orang-orang saleh akan mengatakan
bahwa mereka percaya kepada kekuatan spiritual, yakni Tuhan. Sebab kepercayaan itu
diwahyukan kepada mereka secara supranatural melalui Injil, Al-Qur’an, atau kitab suci
lainnya. Bagi Tylor jawaban seperti itu tidak bisa diterima. Hal itu lantaran sebuah pengakuan
secara pribadi dan tidak bersifat ilmiah. Lebih lanjut Tylor menegaskan bahwa penjelasan
kenapa umat manusia meyakini kekuatan spiritual mesti dicari dalam sebab-sebab alamiah. Hal
ini tentu saja dimaksudkan untuk menyamakan dengan hal-hal yang dicari oleh saintis dan
sejarawan dalam menegaskan peristiwa-peristiwa non-religius.6
Kita mau tidak mau harus berasumsi bahwa masyarakat kuno pertama kali memperoleh
ide tentang agama dengan mekanisme penalaran yang sama dengan penalaran yang mereka
terapkan dalam aspek kehidupan lain. Melalui alam, penalaran masyarakat primitif yang
menurut Tylor masih “kekanak-kanakan” kemudian menemukan bentuk kepercayaan
religiusnya yang pertama. Seperti mitos-mitos mereka, pengajaran agama muncul dari usaha
rasional untuk menjelaskan cara kerja alam. Dan dari perspektif ini, semuanya sudah jelas,
bahwa sebagaimana roh menggerakkan seorang manusia, maka spirit pun telah menggerakkan
alam semesta.7

B. Riwayat Pendidikan Dan Karirnya

Edward Burnot Tylor belajar di Grove House School, Tottenham. Tetapi karna keyakinan
Quaker dan kematian orang tuanya, dia meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun tanpa
mendapatkan gelar. Setelah meninggalkan sekolah, ia bersiap untuk membantu mengelola
bisnis keluarga, rencan ini dikemsampingkan ketika ia menderita tuberculosis pada usia 23
tahun. Dia mengikuti saran medis untuk tinggal di iklim yang lebih hangat, yang kemudian

6
L Pals Daniel, Seven Theories Of Religion. Studi Kooperatif Antropologi. H. 56.
7
Ibid.

9
Tylor meninggalkan Inggris pada tahun 1855, dan melakukan perjalanan ke Amerika.
Pengalaman itu yang memicu minat seumur hidupnya untuk mempelajari budaya asing. Selama
perjalanannya Tylor bertemu Henry Christy yang juga Quaker etnolog dan arkeolog. Asosiasi
Tylor dan Christy sangat berpengaruh minat kebangkitannya dalam antropologi dan membantu
memperluas penyelidikannya untuk memasukkan studi prasejarah.8

Publikasi pertama Tylor adalah hasil perjalanannya tahun1856 ke Meksiko bersama


Christy. Catatannya tentang kepercayaan dan praktik orang-orang yang ditemuinya menjadi
dasar karyanya Anahuac : Or Mexico and the Mexicans, Ancient Modern (1861), yang
diterbitkan setelah ia kembali ke Inggris. Tylor terus mempelajari adat dan kepercayaan
masyarakat suku baik yang ada maupun prasejarah (berdasarkan pertemuan arkeologis). Ia
menerbitkan karya keduanya yaitu Researches into the early history of mankind and the
development of civilization,pada tahun 1865. Setelah ini muncullah karyanya yang paling
berpengaruh yaitu Primitive Culture 1871. Karyanya ini merupakan karya yang penting tidak
hanya untuk studi, menyeluruh tentang peradaban manusia dan kontribusinya di bidang
antropologi yang muncul, tetapi juga karna pengaruhnya yang tidak dapat disangkal pada
segelincir cendikiawan muda, seperti JG Frazer yang menjadi murid Tylor dan berkontribusi
besar pada ilmu pengetahuan, studi antropologi di tahun-tahun berikutnya.

Tylor diangkat menjadi penjaga museum universitas di Oxford pada tahun 1883, dan
menjabat sebagai dosen dengan memegang gelar “Pembaca Antropologi” pertama dari tahun
1884-1895. Pada tahun 1896 ia diangkat sebagai professor Antropologi pertama di Universias
Oxford. Dia terlibat dalam sejarah awal museum Pitt Rives meskipun sampai batas
tertentu.Tylor bertindak sebagai konsultan antropologi edisi pertama Oxford English
Dictionary. The 1907 festchrift Antropological Essays yang dipersembahkan kepada Edward
Burnot Tylor secara resmi dipersembahkan kepada Tylor pada hari ulang tahunnya yang ke-75,
berisi esay oleh 20 antropolog, apresiasi 15 halaman atas karya Tylor oleh Andrew Lang, dan
bibliografi komprehensif publikasi Tylor yang disusun oleh Barbara Freire Marrec.9

8
“https://en.m.wikipedia.org/wiki/Edward_Burnett_Tylor.” Diakses pada 2022-04-17, 20:35
9
“https://en.m.wikipedia.org/wiki/Edward_Burnett_Tylor.” Diakses pada 2022-04-17. 20: 38

10
C. Teori Edward Burnett Taylor yang terkenal

Salah satu karya Taylor yang timbul di tengah-tengah masyarakat inggris Victoria yang
menghadapi ancaman dari kaum anti agama dan terbitnya karya Primitive Culture menjadi teori
baru tentang asal-usul agama sekaligus menjadikan masyarakat semakin ragu atas agama
mereka. Pendekatan agama yang mulai dicoba oleh Taylor adalah melalui etnologi dan
etnografi, etnologi berarti studi mengenai masyarakat dan etnografi membicarakan mengenai
bentuk masyarakat. Agama Kristen paling tidak menurut Taylor adalah agama yang Ajaib karna
berasal dari wahyu Tuhan dan kemudian tercermin dalam tradisi gereja. Apa yang Taylor
lakukan tidak seperti pendekatan naturalistic, seperti pendekatan bahasa yang dilakukan oleh
Max Muller.

Menurut Muller kunci untuk mendekati agama adalah bahasa, dan membangun teorinya
dari tradisi bahasa dan deveriasi kata. Taylor berpendapat bahwa agama adalah suatu sistem
yang sangat komplek sehingga tidak cukup mendekatinya hanya dari perbedaan dan kesamaan
bahasa saja seperi yang dicontohkan Muller dengan Dewa Apollo dan Dewi Daphne yang malah
hanya menjelaskan kisah-kisah mitologi belaka. Menurut Taylor, agama harus didekatkan dari
semua unsur dan aspek yang melekat dengan agama seperti tradisi, ritual, dan ide masyarakat.
Dan melakukan pendekatan agama dari segala aspek budaya adalah lebih baik dari mereka yang
mencari akar kata dan analogi-analogi.10

• Aspek Kebudayaan Masyarakat

Bagi Taylor, hubungan antara basis-rasional pemikiran dengan evolusi sosial dapat dilihat
dalam setiap aspek kebudayaan manusia. Contohnya adalah penggunanaan magis. Magis
didasarkan gabungan ide-ide, satu kecenderungan yang terletak didasar rasio manusia. Jika,
seseorang dalam pemikirannya mengaitkan satu ide dengan ide lain, maka logika akan
menuntun mereka untuk menyimpulkan bahwa hubungan yang sama juga terdapat dalam
realitas di luar pikiran, Masyarakat primitive yakin bisa mengobati atau menyakiti orang dari
jarak jauh hanya dengan menjentikkan jari atau menggunakan sehelai rambut, sepotong kain

10
“TEORI RELIGI E.B. TYLOR | DuniaKuMu.”

11
atau benda-benda lain yang berhubungan dengan lawan mereka. Mereka juga berpikir bahwa
simbol-simbol itu sudah mencakup benda yang disimbolkan.

• Asal-Usul Agama

E.B. Taylor mendefinisikan agama sebagai suatu keyakinan terhadap sesuatu yang
spiritual Menurutnya esensi setiap agama adalah animisme, yang artinya kepercayaan terhadap
sesuatu yang hidup dan punya kekuatan yang ada di balik segala sesuatu. Seperti adanya roh di
dalam tumbuhan, sungai, pepohonan, binatang dan bintang-bintang. Animisme merupakan
bentuk pemikiran tertua dalam sejarah religi manusia.

Menurut Taylor, agama berkembang dari animism menjadi politeistik dan menuju
monoteistik sebagaimana pada umat Kristiani dan Yahudi dan tentu juga Islam. Rekonstruksi
teori Taylor tentang asal-mula agama dapat dikutip sebagai berikut: Manusia dalam kebudayaan
tingkat rendah yang telah memiliki budaya berpikir sepertinya sangat dipengaruhi oleh dua
persoalan biologis. Yang pertama adalah apakah yang membedakan antara tubuh yang hidup
dan yang telah mati; apa yang menyebabkan manusia bisa terjaga, tidur, pingsan, sakit dan
mati? Kedua, wujud apakah yang muncul dalam mimpi dan khayalan-khayalan manusia?
Mencermati kedua persoalan ini, para "filosof liar" (savage philosopher) masyarakat primitive
kemudian mencoba menjawabnya dengan dua tahap; pertama, dengan menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki dua hal, yaitu jiwa dan roh (phantom) sebagai bayangan dan diri kedua
bagi jiwa. Kedua hal ini juga dianggap sebagai bagian yang terpisah dari tubuh. Kedua, dengan
mengkombinasikan jiwa dan roh tadi, para "filosof liar berhasil mendapatkan konsepsi tentang
Jiwa Yang Memiliki Pribadi.

• Perkembangan Pemikiran Keagamaan

Pada mulanya roh menempati suatu yang kecil dan spesifik seperti roh pada tetumbuhan
dan pepohonan, kemudian roh ini mulai berkembang menjadi roh hutan bahkan roh seluruh
pohon hingga kemudian roh yang sama terpisah dari objek yang pertama kali dikuasainya
dengan semakin mengukuhkan identitas dan karakternya sendiri.

Suatu perkembangan pemikiran keagamaan berpangkal pada adanya roh yang menjadi
penggerak segala benda yang ada di alam semesta. Pada masyarakat savage pemikiran

12
keagamaan masih sangat sederhana dan roh-roh halus masih bersifat egaliter. Dinamika religi
berkembang setingkat dengan semakin majunya peradaban manusia. Pada tahap masyarakat
barbarian, roh-roh mulai terstratifikasikan kerena pengaruh kebudayaan seperti munculnya
perkotaan, adanya pembagian kerja dan terjadinya struktur kekuasaan sehingga memunculkan
agama politeistik. Dan pada perkembangan selanjutnya mereka berusaha membentuk satu
masyarakat yang punya satu tuhan, kekuatan tunggal yang mengatasi tuhan-tuhan yang lain
yang disebut monoteistik. Dengan perlahan namun pasti, setiap peradaban akan menuju ke arah
ini, tahapan paling akhir dari animism adalah percaya kepada satu tuhan,sekalipun jalan yang
ditempuh tidak selalu sama.

• Kemunduran Animisme dan KemajuanPemikiran

Animisme dipandang telah mengalami kemunduran karena kegagalannya dalam


menjelaskan gejala alam yang cenderung irrasional. Animisme melihat suatu gejala alam
dipengaruhi oleh roh (phantom). Sedangkan ilmuwan alam telah menemukan bukti yang tak
terbantahkan bahwa berbagai benda di alam ini sama sekali tidak didiami oleh phantom sebagai
mana ahli geologi yang tidak menemukan adanya phantom didalam bebatuan, ahli botani pun
senada bahwa tidak ada anima yang menyebabkan hidupnya tumbuh-tumbuhan. Sains
memandang gejala alam terjadi diakibatkan tidak lebih oleh terjadinya reaksi kimia dan hukum
sebab akibat dari alam itu sendiri.

Taylor menyatakan bahwa penjelasan animisme yang selalu menekankan pada mitos
dalam menjelaskan gejala alam tidak dapat diterima. Meskipun masyarakat primitive diakui
mampu berpikir secara rasional, tapi penalaran mereka itu hanya satu tingkat di atas penalaran
anak-anak sekarang. Oleh Karena itu, sekarang ini satu-satunya cara menjelaskan peradaban
adalah dengan menyingkirkan teori-teori animistik dan menggantinya dengan penjelasan sains.
Beberapa ajaran etika animistic memang masih berguna bagi kehidupan kita, namun dewa-
dewanya harus "dibunuh" dan ditinggalkan.

Agama dan sains sama-sama lahir untuk memahami dan merespons misteri dan peristiwa
luar biasa yang terjadi di alam, serta timbul dari adanya usaha manusia untuk mencari
pemahaman tentang dunia, berupa keinginan mendalam untuk mengetahui bagaimana sesuatu

13
dapat berfungsi. "Namun agama lebih primitive dalam menjelaskannya ketimbang yang
diberikan oleh sains, kata Taylor.11

D. Karya-karya E.B Taylor


1. Anahuac: Or Mexico and the Mexican Ancient and Modern (1861), berisi tentang kisah
ekspedisinya di Meksiko bersama Christy.
Petualangan Taylor dimulai sejak ia diagnosis mengidap tanda-tanda
penyakit tuberkulosa, tanda yang membuatnya harus berpindah dari tempat tinggalnya
yang dingin menuju ke wilayah Amerika Tengah pada tahun 1955,usianya baru 23 tahun.
Dari sinilah kemudian ia menumbuhkan minatnya terhadap kajian kebudayaan asing dan
menghasilkan buku berjudul “Anahuac: Or Mexico and The Mexican Ancient and Modern”
2. Researches intpthe Early history of Mankind and the Development of Civilization (1865).
3. Primitive Culture / Budaya Primitif (1871), adalah karyanya yang terkenal yang dipengaruhi
oleh teori Charles Darwin. Lewat publikasi tersebut, Edward Burnett Tylor mengembangkan
teori hubungan evolusi dengan budaya primitif dan modern yang menekankan pencapaian
budaya serta menandai perkembangan umat manusia dari liar menjadi beradab. Selain
itu, Edward Burnett Tylor juga memperkenalkan kembali istilah animisme atau
kepercayaan pada roh dan berpendapat bahwa hal tersebut adalah fase pertama
perkembangan agama.12

Taylor banyak melakukan kajian tentang masyarakat primitive yang pada akhirnya
menghasilkan karya besarnya yang cukup fenomenal yakni “Primitive Culture”, yang
terdiri dari dua jilid besar. Karya ini kemudian menjadi acuan utama dalam studi tentang
peradaban manusia. Dan tak lama setelah itu, Tylor diangkat sebagai tenaga pengajar utama
dalam bidang antropologi di Oxford.

Karya Tylor yang terangkum dalam "Primitive Culture" atau PC ini terinspirasi oleh
perkembangan teori evolusi yang saat itu tengah asyik diperbincangkan di kalangan
masyarakat luas. Hal ini dilatarbelakangi oleh munculnya dua karya besar yang sangat
menggegerkan keyakinan masyarakat ketika itu akan asal-usul manusia. Dua buku tersebut

“TEORI RELIGI E.B. TYLOR | DuniaKuMu.”


11

“Mengenal Edward Burnett Tylor, Bapak Antropologi Modern dan PenelitiEvolusiKebudayaanasalInggris -


12

Tribunnews.com,” diakses 16 April 2022, https://www.tribunnews.com/internasional/2019/10/02/mengenal-edward-


burnett-tylor-bapak-antropologi-modern-dan-peneliti-evolusi-kebudayaan-asal-inggris.

14
ialah "The Origin of Species" karya Darwin dan "The Descent of Human". Dalam buku PC,
Taylor menggagas teori baru mengenai asal-usul seluruh agama. Tylor-lah orang yang mula-
mula menerapkan etnografi dan etnologi dalam kajian sosial keagamaan.
Salah satu buku Primitive Culture adalah ingin tujuan dari memperlihatkan pendekatan
baru dalam mengusut asal-usul agama, bagaimana proses terbentuknya sistem-sistem
kepercayaan dan ritual yang begitu kompleks, seharusnya tidak sekedar dari pemahaman
bahasa sebagaimana yang ditawarkan oleh Muller. Taylor berpendapat bahwa agama adalah
suatu sistem yang sangat komplek, sehingga tidak cukup mendekatinya hanya dari perbedaan
dan kesamaan bahasa saja seperi yang dicontohkan Muller dengan Dewa Apollo dan Dewi.
Daphne, yang malah hanya menjelaskan kisah-kisah mitologi belaka. Pendek kata, etnologi
jauh lebih baik daripada etimologi.13

4. Pada tahun 1881, E.B.Taylor menerbitkan buku teorinya yang berjudul 'Anthropology'.
5. Pada tahun 1888, Tylor menerbitkan 'On a Method of Investigating the Development of
Institutions' yang muncul dalam Journal of Royal Anthropological Institute.

13
“ANIMISME DAN MAGIS E.B. TYLOR DAN J.G. FRAZER.docx | achmad amin - Academia.edu.”

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Edward Burnett Tylor adalah seorang antropolog Inggris dan dianggap sebagai pendiri
antropologi modern. Karya Edward Burnett Tylor yang paling terkenal adalah publikasi tentang
'Budaya Primitif' pada tahun 1871 yang dipengaruhi oleh teori Charles Darwin lewat publikasi
tersebut, Edward Burnett Tylor mengembangkan teori hubungan evolusi dengan budaya
primitif dan modern yang menekankan pencapaian budaya serta menandai perkembangan umat
manusia dari liar menjadi beradab. Edward Burnett Tylor lahir pada 2 Oktober 1832 di
Camberwell, Inggris dari pasangan Joseph Tylor dan Harriet Skipper. Berasal dari keluarga
berada pemilik pabrik kuningan di London, Inggris. Di tahun 1855, Tylor meninggalkan Inggris
dan pergi ke Amerika Serikat. Setelah kembali ke Inggris, Tylor menikahi Anna Fox pada 1858.

Menurut Taylor, agama berkembang dari animism menjadi politeistik dan menuju
monoteistik sebagaimana pada umat Kristiani dan Yahudi dan tentu juga Islam. Animisme
dipandang telah mengalami kemunduran karena kegagalannya dalam menjelaskan gejala alam
yang cenderung irrasional. Animisme melihat suatu gejala alam dipengaruhi oleh roh
(phantom). Sedangkan ilmuwan alam telah menemukan bukti yang tak terbantahkan bahwa
berbagai benda di alam ini sama sekali tidak didiami oleh phantom sebagai mana ahli geologi
yang tidak menemukan adanya phantom didalam bebatuan, ahli botani pun senada bahwa tidak
ada anima yang menyebabkan hidupnya tumbuh-tumbuhan. Sains memandang gejala alam
terjadi diakibatkan tidak lebih oleh terjadinya reaksi kimia dan hukum sebab akibat dari alam
itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Suyoto dan Shofwan, Purifikasi Dan Dinamikasi h. 260..


Erickson dan Murphy, Sejarah Teori Antropologi. Diakses pada 2022-04-17. 09:27
L Pals Daniel, Seven Theories Of Religion. Studi Kooperatif Antropologi. H. 56.
TEORI RELIGI E.B. TYLOR | DuniaKuMu.”
Mengenal Edward Burnett Tylor, Bapak Antropologi Modern dan Peneliti Evolusi Kebudayaan
asal Inggris -
ANIMISME DAN MAGIS E.B. TYLOR DAN J.G. FRAZER.docx | achmad amin -
Academia.edu.”
RingkasanTeoriEvolusi Religi - PDF COFFEE.COM,” diakses 16 April 2022,
https://pdfcoffee.com/ringkasan-teori-evolusi-religi-pdf-free.html.

17

Anda mungkin juga menyukai