Anda di halaman 1dari 20

TUTORIAL

MATA KULIAH BLOK GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


“ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT GINJAL”

Disusun Oleh:
WAHYU RACHMAWATI (061191015)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2022
Kasus :

I. Identitas pasien
- Nama/inisial pasien : Tn. SM
- Umur : 32 thn
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : PNS
- Diagnosa : CKD

II. Gambaran Umum Kasus


- Pola makan teratur 3x/hr dengan konsumsi nasi 3p/hr @ 200 gr, lauk
hewani 4-5p/hr berupa ikan, telur dan daging ayam. Lauk nabati 4-5p/hr
berupa tahu dan tempe goreng. Sayur 3p/hr berupa sup dan tumis sayur (
wortel, labu siam, gambas, jagung muda ) . Pasien kadang2 ngemil berupa
roti/wafer 2-3 x/minggu.. Recall 1 x 24 jam didapatkan E = 1800 kkal, P =
65 gr, L= 35 gr dan KH = 200 gr
- Antropometri : BB= 60 kg, TB = 168 cm
- Biokimia :
No Biokimia Nilai
1 Heomoglobin 11 mg/dl
2 Ureum 144 mg/dl
3 Creatinin 11,23 mg/dl
4 Natrium 133 mmol/L
- Klinis : TD = 161/95 mmHg, HR = 123x/menit, RR = 21x/menit, SpO2 =
98 %, suhu = 36,5 ° C,
- Riwayat personal pasien : RPD = hipertensi tidak terkontrol, CKD non HD
2 x/minggu. Pasien belum pernah mendapat konseling gizi.
- Terapi medis :Calcium Carbonat.3 x 1, Omephrazole 2 x 1, Asam Folat 1 x
1, Furosemid 3 x 1, Candesartan 16 mg 1 x 1, Amlodipin 10 mg 1x1
Kata Sulit :
1. Hemodialisa
2. Kreatinin, ureum
3. Omephrazole, amlodipin
KATA SULIT

1. Hemodialisa
Hemodialisa merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan pada pasien GGK
supaya mampu bertahan hidup. Namun demikian, tindakan tersebut mempunyai
efek samping pada kondisi fisik serta psikologis pendetita GGK (Kemenkes, 2018).
Haemodialisa merupakan pengobatan (replacement treatment) pada penderita gagal
ginjal kronik stadium terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh alat yang disebut
dyalizer (artifical kidney), pada dialyzer ini terjadi proses pemindahan zat-zat
terlarut dalam darah kedalam cairan dialisa atau sebaliknya. Hamodialisa adalah
suatu proses dimana komposisi solute darah diubah oleh larutan lain melalui
membran semi permiabel, hemodialisa terbukti sangat bermanfaat dan
meningkatkan kualitas hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2005; Wijaya, 2013).
Pada umumnya hemodialisa pada pasien GKK dilakukan 1 atau 2 kali
seminggu dan sekurang-kurangnya berlangsung selama 3 bulan secara
berkelanjutan. Beberapa dampak atau resiko hemodialisa harus dihadapi oleh pasien
GGK mengingat tindakan ini merupakan salah satu tindakan yang juga bermanfaat
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Brunner & Suddarth, 2005).
Beberapa kejadian adanya penyakit penyerta setelah mengalami gangguan
ginjal pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa tidak dapat dihindari, dimana
komplikasi tersebut dapat menimbulkan ketidak nyamanan, meningkatkan stress
kecemasan dan berdampak buruk pada domain kualitas hidup pasien termasuk
didalamnya dinamika keluarga (Freadman, 2010). Perubahan kondisi pada pasien
dan keluarganya tentu berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien GGK. Oleh
karena itu dukungan dari teman, tetangga, dan masyarakat sekitarnya untuk pasien
GGK menjadi sangat penting. Dukungan serta hubungan sosial yang positif
mempunyai dampak yang baik pada perilaku, psikososial dan fisiologis pasien.
Terbentuknya lingkungan sosial yang sehat disekitar pasien akan memiliki dampak
pada kesehatan yang semakin baik pada pasien GGK sehingga membantu dalam
keberlangsungan kesehatan pasien.
2. Kreatinin, ureum
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin.Kreatinin terutama
disintesis oleh hati, tedapat hampir semuanya dalam otot rangka yang terikat secara
reversible dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau keratinfosfa, yakni senyawa
penyimpan energi.Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal.Pemeriksaan ini juga sangat
membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting
dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan
tindakan hemodialysis (Alfonso, 2016).
Pemeriksaan kreatinin dalam darah yakni cara deprotoeinisasi dan
nondeproteinisasi. Ada beberapa keuntungan pengukuran kreatinin cara
deproteinisasi diantaranya kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, dan
ureum sudah terikat dengan Trichlor Acetic Acid (TCA) sehingga supernatan
terbebas dari bahan-bahan nitrogen akan tetapi sampel yang dibutuhkan cukup
banyak sedangkan beberapa keuntungan kreatinin cara nondeproteinisasi yakni,
waktu yang diperlukan cukup singkat dan sampel yang diperlukan hanya sedikit.
Cara nondeproteinisasi merupakan cara yang paling sering digunakan. Selain faktor
ekonomis, cara nondeproteinisasi lebih mudah digunakan. Namun kekurangan dari
metode ini adalah beberapa protein tidak diendapkan sehingga dapat menyebabkan
tinggi palsu pada kreatinin.Untuk itu perlu adanya penambahan zat yang dapat
mengendapkan protein tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu cara
deproteinisasi.
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler
ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi
pada keadaan dimana urin terganggu (Verdiansah, 2016).
Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan kemampuan ginjal
mengekskresikan urea. Jika ginjal mengalami kerusakan, urea akan terakumulasi
dalam darah. Peningkatan urea plasma menunjukkan kegagalan ginjal dalam
melakukan fungsi filtrasinya. (Lamb et al., 2006 dalam Indriani, dkk., 2017).
Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi
dikenal dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan
hemodialisa atau tranplantasi ginjal (Verdiansah. 2016).
3. Omephrazole, amlodipin
Omeprazol adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit refluks
gastroesofagus, ulkus peptikum, dan sindrom Zollinger-Ellison. Obat ini juga
digunakan untuk mencegah perdarahan saluran cerna atas pada orang yang berisiko
tinggi. Obat dapat diminum atau disuntikkan ke pembuluh darah.
Amlodipine adalah obat penghambat saluran kalsium yang digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner. Meskipun biasanya
tidak direkomendasikan pada gagal jantung, amlodipine dapat digunakan jika obat
lain tidak cukup untuk mengobati tekanan darah tinggi atau nyeri dada terkait
jantung.
PENGKAJIAN GIZI

A. Data Riwayat Gizi/Makanan (FH)


1. Asupan Makan

Tabel 1. Data Kualitatif Asupan Makan

Domain Data
• Karbohidrat: nasi 3p/hr @
FH 1.2.2.1 Jumlah makanan
200 gr, roti/wafer 2-3
x/minggu
• Lauk hewani: ikan, telur dan
daging ayam 4-5p/hr
• Lauk nabati: tahu dan tempe
goreng 4-5p/hr
• Sayur: kubis sup dan tumis
sayur (wortel, labu siam,
gambas, jagung muda) 3p/hr
• Karbohidrat: nasi, wafer, roti
FH 1.2.2.2 Jenis makanan
• Lauk hewani: ikan, telur dan
daging ayam
• Lauk nabati: tahu dan tempe
goreng
• Sayur: kubis sup dan tumis
sayur (wortel, labu siam,
gambas, jagung muda)
FH 1.2.2.3 Pola makan/pola snack • Makan 3x/hari
• Camilan berupa roti/wafer
FH 7.2.8 Recall makan Energi 1800 protein 65 lemak 35
KH 200
Kesimpulan : Berdasarkan data kualitatif asupan makan Tn. SM memiliki kebiasaan makan
yang teratur yaitu 3x/hari, namun tidak mengkonsumsi buah sehingga beresiko kekurangan
serat.

Tabel 2. Data recall kuantitatif


Domain Zat gizi Asupan Kebutuhan %Asupan Kategori
individu
FH 1.1.1.1 Energi (kkal) 1800 2142 84,03% Defisit
tingkat
ringan
FH 1.5.1.1 Lemak (g) 35 47,6 73,52% Defisit
tingkat
sedang
FH 1.5.3.1 Protein (g) 65 146,88 44,25% Defisit
tingkat berat
FH 1.5.5.1 Karbohidrat (g) 200 261,88 76,37% Defisit
tingkat
sedang
Kesimpulan : Berdasarkan dari data tabel recall kuantitatif asupan, Tn. SM memiliki asupan
energy dan karbohidrat defisit tingkat berat, lemak defisit tingkat sedang, dan protein defisit
tingkat berat.
Kategori TKE berdasarkan Depkes 1996
Defisit tingkat berat : <70% AKG
Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG
Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG
Normal : 90-119% AKG
Kelebihan : >120% AKG

B. Data Antropometri

Tabel 3. Data antropometri


Domain Data Interpretasi
Data
AD 1.1.1 Tinggi badan 168 cm

AD 1.1.2 Berat badan 60 kg


AD 1.1.5 IMT IMT = BB/TB² Normal
= 60/1.68²
= 21,25 kg/m²
Kesimpulan : Hasil data antropometri Tn. SM berdasarkan IMT memiliki status gizi
normal.
Klasifikasi IMT menurut kriteria WHO Asia Pasifik (2000) :
Underweight : <18,5
Normal : 18,5-22,9
Overweight : 23-24,9
Obes I : 25-29,9
Obes II : ≥30
C. Data Biokimia
Tabel 4. Data biokimia

Domain Data Nilai normal Interpretasi


Data
BD 1.10.1 Hemoglobin 11 g/dl 14 - 18 g/dl Rendah
BD 1.2.2 Kreatinin 11,23 mg/dl 0,9-1,3 mg/dl Tinggi

BD 1.2.5 Natrium 133.21 mmol/l 136 – 145 mmol/l Tinggi


Ureum 144 mg/dl 10.50 mg/dl Tinggi

GFR 8,01 >60 mg/dl Stage 5


(kegagalan
ginjal)

Kesimpulan : Berdasarkan hasil data biokimia, Tn. SM memiliki kadar Hb rendah


sehingga beresiko anemia.

D. Data Klinis
Tabel 5. Data klinis
Domain Interpretasi Data
PD 1.1.9 Tanda-tanda vital Tekanan darah (161/95 mmHg)
Tinggi
Frekuensi nadi (123x/menit) Cepat
Frekuensi Respirasi (21x/menit)
Cepat
Suhu (36,5°C) Normal
Kesimpulan : Berdasarkan hasil data klinis, Tn. SM memiliki TD tinggi yang berakibat
hipertensi.
E. Data Riwayat Pasien
Tabel 6. Data Riwayat Pasien
Domain Identifikasi Masalah
CH 1.1.1 Usia 32 tahun
CH 1.1.2 Gender/jenis kelamin Laki-laki
CH 2.1.8 Diagnosa medis CKD
CH 2.2 Terapi obat/medis Calcium Carbonat.3 x 1, Omephrazole 2 x
1, Asam Folat 1 x 1, Furosemid 3 x 1,
Candesartan 16 mg 1 x 1, Amlodipin 10 mg
1x1.
CH 3.1.6 Pekerjaan PNS
Kesimpulan : Berdasarkan hasil data riwayat pasien, Tn. SM berusia 32 tahun dan
didiagnosa CKD.
F. Standar Pembanding
Perhitungan kebutuhan energy pada pasien berdasarkan Rully Roesli, 2004
Perhitungan berdasarkan Rumus GGK, CKD, CRF :
BBI = (TB – 100) x 0,9
= (168 – 100) x 0,9
= 61,2 kg
Energi = 35 kkal x kgBB/hari
= 35 x 61,2 kg
= 2142 kkal
Kebutuhan zat gizi makro
Protein = 0,6 x kgBB/hari
= 0,6 x 61,2 kg
= 36,72 gram x 4
= 146,88 kkal
Lemak = 20% x energy total
= 20% x 2142 kkal
= 428,4 kkal : 9
= 47,6 gram
KH = energy total – (keb. protein + keb. lemak)
= 2142 kkal – (146,88 + 47,6)
= 2142 – 194,48
= 1047,52 kkal : 4
= 261,88 gram
DIAGNOSA GIZI
A. Domain Asupan

Tabel 7. Domain Asupan

Domain Problem (P) Etiology (E) Sign (S)


NI 2.1 Asupan oral tidak Berkaitan dengan Ditandai dengan hasil
adekuat terbatasnya data kuantiatif asupan
kemampuan untuk energy 84,03%, lemak
mengkonsumsi 73,52%, protein
asupan makan dalam 44,25%, dan KH
jumlah yang cukup 76,37% .
Narasi : Asupan oral inadekuat berkaitan dengan terbatasnya kemampuan untuk mengkonsumsi
asupan makan dalam jumlah yang cukup. Ditandai dengan hasil data kuantiatif asupan energy
84,03%, lemak 73,52%, protein 44,25%, dan KH 76,37%.
B. Domain Klinis
Tabel 8. Domain Klinis

Domain Problem (P) Etiology (E) Sign (S)


NC 2.2 Perubahan nilai lab Berkaitan dengan Ditandai dengan nilai
terkait gizi penyakit yang laboratorium
diderita Tn. SM yaitu hemoglobin 11 g/dl
CKD dengan rendah, kreatinin 11,23
hipertensi mg/dl tinggi, natrium
133,21 mmol/l tinggi,
ureum 144 mg/dl tinggi.
Narasi : Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan penyakit yang diderita Tn. SM
yaitu CKD dengan hipertensi. Ditandai dengan nilai laboratorium hemoglobin 11 g/dl
rendah, kreatinin 11,23 mg/dl tinggi, natrium 133,21 mmol/l tinggi, ureum 144 mg/dl tinggi
dengan hipertensi.
C. Domain Perilaku
Tabel 9. Domain Perilaku

Domain Problem (P) Etiology (E) Sign (S)


NB 1.7 Pemilihan makanan Berkaitan dengan Ditandai dengan tidak
yang salah kurangnya mengkonsumsi buah
pengetahuan terkait
makanan dan zat gizi
Narasi : Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurangnya pengetahuan terkait makanan
dan zat gizi ditandai dengan tidak mengkonsumsi buah.
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
1. Tujuan intervensi
a. Memberikan zat gizi sesuai dengan kebutuhan
b. Membantu menjaga berat badan agar IMT tetap normal
c. Membantu meningkatkan kadar hemoglobin mencapai angka normal
d. Membantu meningkatkan pengetahuan terkait gizi seimbang
e. Mengupayakan perubahan sikap, pengetahuan serta motivasi terhadap
makanan dan gizi
2. Preskripsi diet
a. Penatalaksanaan diet
- Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan yaitu 35 kkal/kgBB/hari
- Protein diberikan 0,6 g/kg dari total energy
- Lemak diberikan sebanyak 20% dari total energy
- Karbohidrat cukup yaitu sisa dari perhitungan protein dan lemak
- Natrium <2000 mg/hari
- Kalium 39 mg/kg BB/hari, disesuaikan dengan nilai laboratorium
- Kalsium 1200 mg/hari
b. Jenis diet : Diet penyakit ginjal
c. Bentuk makanan : Makanan biasa
d. Rute : Oral
e. Frekuensi makan : 3x makan utama, 3x selingan
f. Perhitungan kebutuhan gizi
Perhitungan kebutuhan energy pada pasien berdasarkan Rully Roesli, 2004
Perhitungan berdasarkan Rumus GGK, CKD, CRF :
BBI = (TB – 100) x 0,9
= (168 – 100) x 0,9
= 61,2 kg
Energi = 35 kkal x kgBB/hari
= 35 x 61,2 kg
= 2142 kkal
Kebutuhan zat gizi makro
Protein = 0,6 x kgBB/hari
= 0,6 x 61,2 kg
= 36,72 gram x 4
= 146,88 kkal
Lemak = 20% x energy total
= 20% x 2142 kkal
= 428,4 kkal : 9
= 47,6 gram
KH = energy total – (keb. protein + keb. lemak)
= 2142 kkal – (146,88 + 47,6)
= 2142 – 194,48
= 1047,52 kkal : 4
= 261,88 gram
B. Implementasi
1. Pemberian diet
Tabel 10. Standar permenu

Bahan Makan Selingan Makan Selingan Makan Selingan


Makanan Pagi Pagi Siang Sore Malam Malam
Makanan
1 1 1 1 1
Pokok
Lauk Hewani 1 1 1½
Lauk Nabati 1 ½ 1 ½
Sayur 1 1½ 1
Buah 1 1 1 1
Susu 1
Gula 1 1 1 1
Minyak dan
1 1 ½
lemak
Tabel 11. Standar porsi sehari
BAHAN Kandungan Gizi
PORSI
MAKANAN E P L KH
Makanan Pokok 5 875 20 0 200
Lauk Hewani 3½ 212,5 24,5 11,5 0
Lauk Nabati 3 200 5 3 37
Sayur 3½ 87,5 3,5 0 17,5
Buah 4 200 0 0 48
Susu 1 75 7 0 10
Gula 4 200 0 0 48
Minyak dan

lemak 125 0 0 12,5
TOTAL 2087,5 72,5 35,5 286,5

Tabel 12. Perencanaan menu


Waktu Menu Bahan URT Berat Energi Protein Lemak KH
makanan makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)
Makan Nasi Beras ½ gls 50 175 4 0 40
pagi Pepes Ikan 1/3 40 50 7 2 0
fillet ikan kakap ekor
kakap sdg
Tahu Tahu 2 ptg 110 75 5 3 7
bacem Gula
1 sdm 13 50 0 0 12
merah
Tumis Wortel 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
wortel sayur
labu siam Labu 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
siam sayur
Minyak 1 sdm 5 50 0 5 0
Buah Buah 1 ptg 100 50 0 0 12
papaya papaya bsr
Sub total 475 17 8 14,5
Selingan Kacang Kacang 2½ 25 75 5 3 7
pagi hijau hijau sdm
Gula
1 sdm 13 50 0 0 12
merah
Sub total 125 5 3 19
Makan Nasi Beras ½ gls 50 175 4 0 40
siang Empal Daging 1 ptg 35 75 7 5 0
daging sapi sdg
Orek Tempe 1 ptg 50 75 5 3 7
tempe Minyak 1 sdm 5 50 0 5 0
Sup Wortel 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
sayuran sayur
Kapri 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
sayur
Kembang 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
kol sayur
Buah Buah 1 ptg 190 50 0 0 12
melon melon bsr
Sub total 462,5 17,5 13 66,5
Selingan Kue lapis Tepung 3 sdm 25 87,5 2 0 20
sore sagu sagu
Tepung 2 sdm 25 87,5 2 0 20
terigu
Santan ¼ gls 20 25 0 2,5 0
Gula
1 sdm 13 50 0 0 12
pasir
Jus buah Buah 1 bh 85 50 0 0 12
apel apel
Sub total 300 4 2,5 64
Makan Nasi Beras ½ gls 50 175 4 0 40
malam Ayam Daging 1 ptg 40 50 7 2 0
panggang ayam sdg
Tahu Tahu 1 ptg
55 37,5 2,5 1,5 3,5
fantasi sdg
Telur ½ btr 25 37,5 3,5 2,5 0
Wortel 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
sayur
Tumis Sawi 1 sd
50 12,5 0,5 0 2,5
sawi sayur
Minyak 1 sdm 5 50 0 5 0
Pisang Pisang 1 bh 50 50 0 0 12
ambon ambon
Sub total 425 18 9 60,5
Selingan Roti Roti 3 iris 70 175 4 0 40
malam panggang Madu 1 sdm 15 50 0 0 12
madu
Susu Susu 1 gls 200 75 7 0 10
skim skim
Sub total 300 11 0 62
TOTAL 2087,5 72,5 35,5 286,5

2. Edukasi
Meningkatkan pengetahuan dan memberikan informasi tentang penyakit ginjal
dan hipertensi serta diet yang akan diberikan.
3. Konseling Gizi
a. Hari, tanggal : Selasa, 10 Mei 2022
b. Waktu : 10.00 WIB
c. Tempat : Ruang rawat inap Tn. SM
d. Topik : Gizi seimbang pada penyakit ginjal
e. Sasaran : Tn. SM
f. Tujuan konseling :
- Dapat menjalankan diet yang dianjurkan
- Dapat merubah perilaku terkait pola makan yang belum sesuai dengan gizi
seimbang
- Dapat mengerti tentang gizi dan makanan yang baik untuk tubuh dan yang
tidak baik untuk tubuh
g. Metode konseling : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
h. Materi konseling :
- Memberikan pengertian diet penyakit ginjal
- Menjelaskan tentang pentingnya pola makan yang baik dan seimbang
- Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dibatasi serta porsi
makanan dan cara pengolahannya sesuai dengan kondisi penyakit
- Meberikan contoh enu sehari
i. Media konseling : Leaflet
j. Strategi perubahan perilaku jangka panjang/pendek
- Jangka pendek :
a. Pemilihan makanan yang baik dan sehat untuk kesehatan
b. Pola makan sesuai dengan gizi seimbang
- Jangka panjang :
a. Mempertahankan status gizi normal
k. Koordinasi dengan tim kesehatan lain
Domain Identifikasi masalah
RC 1.3 Kolaborasi dengan Berkolaborasi dengan dokter,
profesi gizi lain perawat, farmasi, dan profesi
keehatan lain untuk melakukan
perawatan kepada pasien
MONITORING EVALUASI GIZI
A. Asupan Makan
Tabel 13. Montoring dan Evaluasi Asupan Makan
Indikator Waktu Metode Target pencapaian
Asupan energy 1 hari Recall 24 jam Minimal asupan 80%
Asupan lemak 1 hari Recall 24 jam Minimal asupan 80%
Asupan protein 1 hari Recall 24 jam Minimal asupan 80%
Asupan KH 1 hari Recall 24 jam Minimal asupan 80%

B. Antropometri
Tabel 14. Montoring dan Evaluasi Antropometri
Indikator Waktu Metode Target pencapaian
Berat badan 1 minggu Penimbangan Tidak terjadi perubahan
BB

C. Biokimia
Tabel 15. Montoring dan Evaluasi Biokimia
Indikator Waktu Metode Target pencapaian
Hemoglobin Selama pasca Pemeriksaan Kadar Hb normal 14-18
dialysis selama laboratorium g/dl
1 bulan

D. Klinis
Tabel 16. Montoring dan Evaluasi Klinis
Indikator Waktu Metode Target pencapaian
Tekanan darah Selama pasca Tensimeter Penurunan tekanan
dialysis selama darah dan tetap stabil
1 bulan

E. Pengetahuan Gizi
Tabel 17. Montoring dan Evaluasi Klinis
Indikator Waktu Metode Target pencapaian
Pengetahuan 1 hari Diskusi dan tanya Pasien dapat
mengenai gizi jawab dengan pasien mengulangi materi yang
sudah diberikan
Kesiapan 1 hari Diskusi dan tanya Pasien patuh dan
merubah perilaku jawab dengan pasien konsisten dalam
menerapkan pola hidup
sehat dan menjalankan
diet yang sudah
diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Academy of Nutrition and Dietetics. 2000. International Dietetic and Nutrition


Terminology (IDNT) References Manual : Standardized Languange for the
Nutrition Care Process Fourth Edition. ISBN : 978-0-88091-467-3

Wiliyanarti, P. F., & Muhith, A. (2019). Life Experience Of Chronic Kidney Diseases
Undergoing Hemodialysis Therapy. NurseLine Journal.

Hadijah, S. (2018, Juni 1). Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah
Dengan Deproteinisasi Dan Nondeproteinisasi Metode Jaffe Reaction. Jurnal Media
Analis Kesehatan .

Briawan, D. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.

Anda mungkin juga menyukai