Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Profil Gugus Diponegoro


Gugus Diponegoro adalah gugus sekolah dasar
yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Gugus ini menyebar di beberapa kelurahan
yang saling berdekatan yaitu kelurahan Langensari,
Candirejo, Gogik dan Gintungan. Gugus ini terdiri
sembilan sekolah yaitu SD N Langensari 1, SD N
Langensari 2, SD N Langensari 3, SD N Langensari 4, SD
N Candirejo 01, SD N Candirejo 02, SD N Gogik 01, MI
Gogik, dan SD I Gintungan. Gugus Diponegoro diketua
oleh SD N Langensari 03 sebagai SD inti dan 8 SD imbas.
Gugus Diponegoro memiliki berbagai kegiatan diantaranya
KKKS, KKG guru kelas dan KKG guru mapel. Tujuan
dibentuknya Gugus Diponegoro adalah untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas sumber daya manusia
dan meningkatkan proses belajar mengajar yang inovatif
dan kreatif.
Untuk meningkatkan kualitas SDM dan kinerja
guru maka Gugus Diponegoro mengadakan Kegiatan
Kerja Guru yang dialokasikan pada hari Sabtu pukul
10.00-13.00 WIB. Kegiatan Kerja Guru dilaksanakan
sesudah kegiatan belajar mengajar siswa.

35
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berasal dari kondisi awal
yang dimiliki oleh subyek penelitian sebelum dilakukan
tindakan. Dalam identifikasi masalah dilakukan
observasi data awal subyek penelitian dan wawancara
terhadap beberapa guru dan kepala sekolah di Gugus
Diponegoro. Sesuai metode penelitian identifikasi
masalah dilakukan sebelum pelaksanan tindakan dan
selama pelaksanaan tindakan siklus I maupun siklus
II. Kondisi guru-guru SD Gugus Diponegoro Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang baik guru kelas,
guru mapel maupun kepala sekolah masih banyak yang
belum mengerti dan sebagian besar belum pernah
mengikuti pelatian PTK. Dari hasil observasi dan
wawancara melalui questioner sebanyak 90 lembar
dibagikan pada guru SD di Gugus Diponegoro hanya 60
lembar yang terisi. Dari 40 lembar 5 lembar
diantaranya menulis mengerti mengenai proposal PTK.
Dari hasil wawancara dan observasi awal dilakukan
analisi data. Analisis data tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.1 yang terdiri dari kesulitan membuat judul,
merumuskan masalah, menyusun landasan teori dan
menentukan metode penelitian.

36
Tabel 4.1
Analisis tingkat kesulitan guru
Dalam membuat proposal PTK pada pra siklus
Kategori
No Uraian Kemampuan Nilai
Kesulitan
1. Membuat judul 30 kurang
2. Merumuskan masalah 30 kurang
3. Menentukan tinjauan 50 kurang
pustaka
4. Menentukan metode 30 kurang
penelitian
Rata-rata 35 kurang

Tabel 4.2
Presentase pemahaman guru dalam
pembuatan proposal PTK pada pra siklus
Jumlah
NO. Kriteria Presentase
Peserta
1 Sangat Baik - -
2 Baik 5 8,3%
3 Cukup 15 25%
4 Kurang 40 66,7%
Jumlah 60 100%

Hasil wawancara mengenai proposal PTK melalui


questioner dilaksanakan pada Kamis 04 Februari
2016. Melalui pembagian 90 questioner di SD Gugus
Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang berupa dua lembar pemahaman mengenai
PTK dan satu lembar format pembuatan judul PTK.

37
4.2.2 Perencanaan Workshop PTK
Penyusunan proposal PTK merupakan upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru.
Sedangkan menurut UU no. 14 tahun 2002 tentang
guru dan dosen kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan yang harus dikuasai guru dalam
menjalankan tugas keprofesionalannya. PTS ini
memberikan pendekatan bagaimana merencanakan,
mengembangkan dan mengaplikasikan aturan
pendidikan dalam tingkat satuan pendidikan dan
mengevaluasi serta mengevaluasi. Hasil penelitian ini
dapat sebagai pemacu kenaikan pangkat bagi guru di
Gugus Diponegoro. Hasil Proposal tersebut dapat
diusulkan kepada pengawas sehingga akan menjadi
Proposal penelitian yang siap di lakukan oleh guru Di
Gugus Diponegoro.
Perencanaan dan pengawasan dilakukan untuk
mengendalikan proses workshop yang sedang
dilakukan. Untuk memudahkan terselenggaranya
workshop PTK peneliti mempersiapkan segala
perlengkapan yang diperlukan saat proses workshop.
Peneliti juga berkoordinasi dengan ketua panitia
sehingga segala sesuatu dapat berjalan dengan lancar.
Subjek penelitian adalah guru-guru dalam
kegiatan kerja guru sekolah dasar di Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat. Dari hasil wawancara
sebelumnya mengenai pemahaman awal guru sd di
38
Gugus Diponegoro menunjukan hasil banyaknya guru
yang belum memahami PTK. Kegiatan Workshop
dilaksanaan dalam kegiatan rutin KKG sehingga tidak
mengganggu dalam proses belajar mengajar.
Pertama peneliti meminta ijin kepada Ketua
Gugus Diponegoro Ibu RA. Dwi Astuti, S.Pd yang
sekaligus menjabat sebagai Kepala Sekolah di SD
Negeri Langensari 03. Untuk mengadakan dua kali
workshop di dalam KKG rutin guru. Peneliti juga
mendikusikan workshop ini kepada Ketua KKG Gugus
Diponegoro yaitu Ibu Tri Urip Yuliani, S.Pd yang
merupakan guru kelas IV di SD N Langensari 04.
Kemudian peneliti mendiskusikan perlengkapan
apa saja yang diperlukan dalam proses workshop PTK
dan menentukan jadwal Workshop PTK yaitu pada hari
Sabtu tanggal 06 Februari 2016 pukul 10.00 WIB.
Sepulang bapak ibu guru mengajar. Kemudian peneliti
membagikan undangan pelaksanaan KKG yang diisi
dengan kegiatan Workshop PTK.
Tujuan dari workshop ini adalah adanya
perubahan terhadap guru-guru SD di Gugus
Diponegoro yang semula belum memahami PTK
menjadi sedikitnya paham sehingga tidak mengalami
kesulitan dalam pembuatan proposal PTK.

39
4.2.3 Pelaksanaan Workshop Penyusunan Proposal
PTK Gugus Diponegoro
4.2.3.1 Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Dengan berkoordinasi dengan ketua KKG
undangan pelaksanaan Workshop “Penyusunan
Proposal PTK“ dibagikan. Pada hari Sabtu 6 Februari
2016 dilakukan pelaksanaan workshop yang dihadiri
sebanyak 137 guru kelas, guru bidang studi dan 9
kepala sekolah, serta Pengawas Sekolah. Lokasi
pelaksanaan workshop PTK siklus I adalah di SD inti
SD N Langensari 03 sedangkan siklus II di SD imbas
SD N Langensari 02 Kecamatan Ungaran Barat.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan Workshop dimulai dengan
sambutan Ketua KKG Gugus Diponegoro Ibu Urip
Yuliani dari SD N Langensari 04, dilanjutkan
pembukaan mengenai pentingnya pembuatan PTK bagi
kesejahteraan guru oleh Bapak Sukiman, S.Pd. M.M
selaku Pengawas Sekolah Gugus Diponegoro. Kegiatan
selanjutnya perkenalan peneliti kepada semua guru
dan mengulas mengenai questioner dan format awal
pembuatan PTK.
Selanjutnya pelaksanaan workshop oleh
pembicara dilakukan melalui beberapa tahapan.
Pertama pemaparan rumusan masalah yang dihadapi,
penyusunan tujuan proposal PTK, penyusunan latar
40
belakang dan yang terakir pembuatan judul PTK.
Beberapa guru memberikan contoh judul PTK kepada
pembicara. Apakah sudah mengenai tujuan serta
sasaran pembelajaran. Semua guru melakukan sesi
tanya jawab mengenai penyusunan proposal PTK.
Kegiatan terakhir penulisan judul PTK sebagai hasil
dari workshop.
c. Observasi Siklus I
Pengenalan urutan pembuatan proposal dari Bab
I yang berisi judul penelitian, latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, sedangkan Bab II yang berisi kajian teori,
hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan
hipotesis tindakan, serta Bab III yang terdiri dari
metode penelitian, lokasi penelitian, prosedur
penelitian, jadwal penelitian yang akan dilaksanakan,
teknik pengumpulan data, analisis data, dan indikator
keberhasilan penelitian.
d. Refleksi Siklus I
Dari workshop siklus satu diperoleh data berupa
lembar format PTK dan observasi siklus II. Peneliti
melakukan analisis sehingga diperoleh data berupa
tabel 4.3 yang berisi tingkat kesulitan guru dalam
proses pembuatan proposal PTK dan Tabel 4.4 yang
berisi paparan pemahaman guru mengenai nilai sikap
saat proses worshop siklus I.

41
Tabel 4.3
Analisis tingkat kesulitan guru
Dalam membuat proposal PTK pada siklus I
Kategori
No Uraian Kemampuan Nilai
Kesulitan
1. Membuat judul 75 Baik
2. Merumuskan masalah 60 cukup
3. Menentukan tinjauan 60 cukup
pustaka
4. Menentukan metode 50 kurang
penelitian
Rata-rata 61.3 cukup

Tabel 4.4
Presentase sikap guru dalam
pembuatan proposal PTK pada siklus I
NO. Kriteria JumlahPeserta Presentase
1 Sangat Baik - -
2 Baik 5 8,3%
3 Cukup 30 50%
4 Kurang 25 41,7%
Jumlah 60 100%
Dari hasil workshop pada tanggal 06 Februari
2016 sebanyak 50% guru sudah mampu menyusun
rumusan masalah, latar belakang masalah dan
menuliskan judul proposal PTK melalui lembar format
awal penyusunan PTK. Kemampuan menulis judul
PTK masuk dalam kategori cukup. Sebagian besar guru
sudah ikut berpartisipasi aktif dalam menuliskan judul
PTK secara tertulis maupun secara lisan dalam
pelaksanaan workshop tersebut.

42
4.2.3.2 Tindakan Siklus 2
a. Perencanaan Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan di SD N
Langensari 02. SD Negeri Langensari 02 beralamat di
Jl. Jend. Sudirman, Langensari, Ungaran Barat
Semarang, Jawa Tengah. Wilayah ini merupakan
bagian selatan Kecamatan Ungaran Barat yang
berbatasan dengan Kecamatan Bergas. Pada siklus 2
pembahasan mengenai penjabaran uraian dari Bab 1
yaitu latar belakang yang berisi uraian mengenai
permasalahan yang dihadapi peserta yaitu harus
mengetahui masalah itu sendiri dan mampu
menuangkannya dalam proposal PTK. Peneliti
mempersiapkan ATK dan lembar wawancara selama
proses siklus 2 dan lembar format PTK. Peneliti
berkoordinasi dengan ketua Gugus Diponegoro serta
Ketua KKG dengan mengkonsultasikan susunan acara.
b. Pelaksanaan Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan hari Sabtu tanggal 5 Maret
2016. Menyusun rumusan masalah dengan
menggunakan metode tertentu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Kemudian kalimat yang digunakan
untuk menuliskan tujuan penelitian serta manfaat
penelitian. yang terdiri dari manfaat teoretis dan
manfaat praktis yang hendak diuraikan peserta
workshop. Beberapa peserta mengungkapkan rumusan
yang hendak di tulis. Setelah menentukan latar
43
belakang dari rumusan yang telah dibuat guru
menentukan tujuan dari PTK tersebut. Kegiatan siklus
II difokuskan untuk memecahkan permasalah guru
mengenai penulisan PTK dari Bab 1 sampai Bab 3.
Setelah penjelasan mengenai Bab 1 yaitu latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian. Penulisan proposal PTK berlanjut
ke Bab 2 yaitu landasan teori. Landasan teori yaitu
penjabaran dari judul PTK yang telah dibuat.
Penggunaan metode yang hendak digunakan untuk
meningkatkan prestasi siswa.
Para guru dapat mengunakan bantuan internet
untuk mengunduh pengertian dari beberapa kata yang
hendak dijabarkan pada Bab 2. Dengan bantuan
handphon dapat mengunduh berbagai pengertian pada
masing-masing kata kerja operasional dalam judul
proposal PTK yang telah disusun. Sedangkan pada Bab
3 metode yang digunakan adalah berupa subyek
penelitian, tempat penelitian, dan prosedur penelitian
berupa perencanaan tindakan dan pengolahan hasil
penelitian.
c. Observasi Siklus 2
Observasi siklus II dilakukan bersamaan
pelaksanaan workshop siklus II. Observasi dilakukan
terhadap pelaksanaan workshop menggunakan lembar
pengamatan lampiran 3, hasil unjuk kerja peserta
berupa penulisan proposal PTK menggunakan lembar
44
analisis tingkat kesulitan dalam menyusun proposal
PTK. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu
observer (teman guru yang tidak ikut workshop).
d. Refleksi Siklus II
Setelah workshop siklus II dibagikan angket
mengenai refleksi respon peserta terhadap workshop
yaitu pada lampiran 5. Dari hasil angket yang
dibagikan sebanyak 45 guru mengisi sangat bermanfaat
sedangkan 10 guru mengisi kurang bermanfaat sisanya
mengisi bermanfaat. Sedangkan hasil pembuatan
proposal PTK menunjukan guru di Gugus Diponegoro
rata mendapat nilai 76 yaitu masuk katergori baik.
Berikut dapat kita lihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6
Tabel 4.5

Analisis tingkat kesulitan guru


Dalam membuat proposal PTK pada siklus II
Kategori
No Uraian Kemampuan Nilai
Kesulitan
1. Membuat judul 85 Baik
2. Merumuskan masalah 80 Baik
3. Menentukan tinjauan pustaka 75 Cukup
4. Menentukan metode penelitian 65 Cukup
Rata-rata 76 Baik

Tabel 4.6
Presentase sikap guru dalam
pembuatan proposal PTK pada siklus II
NO. Kriteria JumlahPeserta Presentase
1 Sangat Baik 5 8,3%
2 Baik 10 16,6%
3 Cukup 40 66,6%
4 Kurang 5 8,3%
Jumlah 60 100%

45
Dari hasil workshop siklus II tampak
sebagian besar peserta pada kategori cukup. Karena
sebagian besar dari mereka adalah guru PNS.
Sedangkan sangat baik adalah merupakan guru
muda wiata bakti yang merupakan lulusan terbaru
sehingga tidak banyak mengalami kesulitan dalam
menyusun proposal PTK. Sedangkan pada posisi
kurang adalah guru yang sudah apatis terhadap
pembuatan PTK karena masa kerja yang mendekati
pensiun sehingga tidak mengisi format penulisan
proposal PTK. Demikian hasil penelitian tindakan
sekolah yang dapat disimpulkan bahwa workshop
pembuatan proposal PTK dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun proposal PTK
mulai dari judul, Bab I sampai Bab 3. Walaupun
proposal tersebut masih jauh dari relevansi akan
tetapi minat untuk membuat proposal PTK
meningkat.
Dalam proses workshop proposal PTK ditemui
banyak permasalahan yaitu sikap apatis guru yang
kesulitan dalam menggunakan Komputer. Banyak guru
yang merasa belum diharuskan membuat proposal PTK
sehingga masih banyak peserta yang belum
berpartisipasi aktif.

46
4.3 Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil analisa refleksi siklus I dan


siklus II kemampuan guru SD Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dalam
menulis proposal PTK terlihat sebanyak 90 guru yang
mengukuti workshop 83% diantaranya belum mampu
menyusun proposal PTK dan sebanyak 17% guru sudah
pernah menyusun PTK saat masa perkuliahan. Dari
hasil wawancara pra siklus menunjukan rata-rata nilai
dalam membuat proposal PTK masih dalam kategori
kurang.

4.3.1 Workshop Penyusunan Proposal PTK

Workshop atau nama lain dari pelatihan dan


pengajaran merupakan salah satu jenis model yang
sering digunakan selain di dunia pendidikan juga
sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru yang
berkemampuan masih heterogen dan disamakan dalam
workshop penyusunan proposal PTK sesuai teori
Harbinson (1973:52) tentang pengertian workshop.

Tata Pelaksanaan Workshop Penyusunan


Proposal PTK adalah:
a. Penjelasan tujuan pelaksanaan kegiatan
workshop adalah menyusun proposal PTK.

47
b. Perumusan masalah pokok yang ingin
dibahas dalam acara workshop adalah
bagaimana menyusun proposal PTK.
c. Penentuan prosedur teknis pemecahan
masalah yang hendak dipakai adalah
menentukan permasalahan yang berkaitan
dengan nilai siswa.
d. Pembahasan kulit permasalahan oleh
narasumber.
e. Penjelasan aktivitas diskusi dan Tanya
jawab mengenai judul proposal PTK.
f. Penentuan pemecahan masalah yang akan
diselesaikan dalam kelas adalah dengan
melakukan penelitian tindakan kelas.

Workshop ini dilakukan pada dua tempat yang


mana termasuk dalam Gugus Diponegoro Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang yaitu di SD Negeri
Langensari 03 dan SD Negeri Langensari 02. Adapun
kendala dalam melaksanakan workshop proposal PTK
adalah penentuan jadwal worksop. Peneliti sudah
meminta hendak melakukan workshop dari bulan
Oktober 2016. Akan tetapi pada bulan tersebut anak
sekolah sedang persiapan UTS I sehingga pelaksanaan
workshop ditunda. Sedangkan pada Bulan November
persiapan UAS I sehingga Guru SD di Gugus
Diponegoro keberatan apabila harus mengikuti
48
workshop penyusunan proposal PTK. Peneliti
berkoordinasi dengan narasumber untuk membantu
pelaksanaan workshop. Kepanitian workshop
menggunakan kepanitiaan KKG. Pelaksanaan
Workshop siklus I pada Hari Sabtu 06 Februari 2016
dan siklus II pada Hari Sabtu 05 Maret 2016 pukul
10.00 WIB sampai 12.00 WIB.

4.3.2 Proposal PTK

Penyusunan proposal PTK menurut teori Supardi


dalam Arikunto, dkk (2006:4) kegiatan untuk
menyusun suatu proposal penelitian yang akar
permasalahannya berasal dari kelas. Permasalahan
yang setiap hari dialami oleh guru namun jarang yang
diselesaikan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
Proposal adalah bentuk usulan penelitian yang berisi
judul, bab I yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian. Sedangkan pada bab II berisi
kajian teori mengenai apa variable yang digunakan dan
pada bab III berisi metode penelitian yang berisi jenis
penelitian, subyek penelitian, tempat penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data.

Pada tahap pra siklus hasil penelitian


menunjukan sebanyak 5 peserta pemahami dan
mampu menuliskan isi dari rumusan masalah, tujuan
masalah, dan manfaat teoriti maupun manfaat praktis

49
dan menuliskan judul penelitian dan masuk kategori
baik. Sedangkan sebanyak 40 peserta menuliskan
belum pernah membuat PTK dan belum pernah
menerima pelatihan PTK maupun tugas perkuliahan.
sisanya masuk kategori cukup. Dikatakan baik karena
mereka sudah mampu mengisi kesulitan dalam
menuliskan latar belakang sampai menyusun indikator
keberhasilan. Sedangkan masuk kategori cukup apabila
mampu menuliskan latar belakang. Sedangkan masuk
kategori kurang jika hanya mengisi pedoman
wawancara sampai nomer 2.
Pada tahap siklus I peneliti melakukan tindakan
pertama yaitu workshop penyusunan PTK. Penjelasan
secara teoritis mengenai PTK telah dilakukan oleh
narasumber. Pemberian motivasi mengenai keharusan
pembuatan PTK bagi guru PNS dilakukan. Hal ini
dilakukan agar anggapan mengenai sulinya pembuatan
proposal PTK adalah keliru. Pembahasan mengenai
subjek penelitian dilakukan. Setelah itu pembuatan
judul penelitian tindakan kelas. Dari judul tersebut
dibuatlah rumusan masalah berbentuk kalimat
pertanyaan. Sampai pada tahap penulisan metode
penelitian. Dari hasil worksop siklus I dituliskan
mengenai kesulitan mengenai pembuatan proposal PTK.
Hal tersebut dilakukan agar mengetahun kekurangan
tindakan dan dapat diperbaiki pada siklus II.

50
Dari hasil siklus I dan siklus II tampak
peningkatan tingkat kesulitan dari semula memperoleh
rata-rata nilai 35 masuk kategori kurang, pada siklus I
memperoleh nilai rata-rata 61,3 yaitu masuk kategori
cukup. Sedangkan pada siklus II rata-rata peserta
masuk dalam kategori baik dengan nilai tingkat
kesulitan 76.
Berikut tabel mengenai nilai dari ke-4 aspek
kesulitan dari pra siklus, siklusI dan siklus II:
Tabel 4.7
Analisis tingkat kesulitan guru
dari pra siklus, siklus I dan siklus II

Nilai Nilai Nilain


No Uraian Kemampuan Pra siklus Siklus I Siklus II

1. Membuat judul 30 75 85
2. Merumuskan 30 60 80
masalah
3. Menentukan tinjauan 50 60 75
pustaka
4. Menentukan metode 30 50 65
penelitian
Rata-rata 35 61.3 76

51

Anda mungkin juga menyukai