Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH:

LOKASI DAN POLA RUANG


Dosen: Sri Rahayu, S.Si., M.Si.

Analisis Interaksi Keruangan Antara Kota Surakarta dan Kabupaten


Boyolali

(Pertemuan 8)

Disusun Oleh
Kelompok 8 :

Banendra Iqbal Anandharu Risna Jeremies Hedytama


Prahadipta
(21040120140173) (21040120120030) (21040120130078)

PROGRAM STUDI S1

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................i

DAFTAR TABEL.................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Tujuan dan Sasaran.................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................3

2.1 Definisi Interaksi Keruangan....................................................................................3

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi dan Keterkaitan Interaksi Antar Wilayah....................4

2.3 Faktor Utama Terjadinya Interaksi Keruangan........................................................5

2.4. Dampak Akibat Interaksi Keruangan.......................................................................6

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................7

3.1 Gambaran Wilayah Studi.........................................................................................7

3.2 Pembahasan Analisis.............................................................................................11

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Administrasi Kota Surakarta....................................................................7
Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Boyolali.............................................................9

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta 2020...................8
Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Boyolali 2020..........10

i
ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah merupakan satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya memiliki
keterkaitan secara fungsional. Apabila disandingkan dengan teori pembangunan
wilayah kontemporer saat ini, salah satu unsur pokok untuk mencapai tujuan akhir
pembangunan wilayah adalah dengan menciptakan keterkaitan antar wilayah untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antar wilayah secara tidak langsung
mendukung timbulnya sektor sektor unggulan di suatu wilayah. Dapat disadari bahwa
setiap wilayah memiliki ketersediaan sumber daya alam yang berbeda beda.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, manusia akan mencari sumber daya
ke wilayah lain sehingga terjadi kontak antar wilayah dalam hal pemenuhan kebutuhan
didalamnya. Peristiwa tersebut dalam ekonomi digambarkan sebagai proses demand
dan supply(Kasikoen,2011). Pola interaksi tersebut tidak hanya terbatas pada faktor
ekonomi, namun berlangsung pada seluruh aspek kehidupan dan memunculkan
pergerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain sebagai bentuk nyata interaksi
antar wilayah. Ketersediaan sumber daya yang berbeda antar wilayah menjadikan
setiap wilayah memiliki ciri khas tersendiri. Apabila dimanfaatkan secara maksimal, hal
tersebut akan mendatangkan nilai tambah bagi wilayah dan menjadikan wilayah lebih
maju.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki letak
strategis. Kota Surakarta kaya akan pariwisata berbasis budaya seperti keraton
surakarta, museum radya pustaka, museum batik, benteng vastenburg, dan candi
cetho, serta wisata alam seperti air terjun grojogan sewu, taman balekambang, dan
agrowisata sondokoro. Disamping sektor pariwisata, Kota Surakarta juga memiliki
dominasi perdagangan terutama industri usaha pembatikan dan pakaian jadi. Adapun
Kabupaten Boyolali memiliki sektor unggulan berupa pertanian dan industri agribisnis
susu sapi perah yang terdapat di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Cepogo,
Kecamatan Boyolali, dsb. Selain itu, Kabupaten Boyolali memiliki Bandar Udara
Internasional Adi Soemarmo yang terletak di Kecamatan Ngemplak. Jarak antara Kota
Surakarta dan Kabupaten Boyolali yang tergolong dekat berpotensi menimbulkan
interaksi keruangan mengingat adanya kebutuhan yang harus dipenuhi masing masing

1
wilayah.

1.2 Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Tujuan
Laporan analisis mengenai interaksi keruangan antara Kota Surakarta dan
Kabupaten Boyolali mencakup interaksi aktivitas perdagangan, pariwisata, perumahan,
dan transportasi. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar interaksi keruangan yang terjadi antara Kota Surakarta dan Kabupaten
Boyolali yang memiliki ciri khas berbeda baik dari segi spasial ataupun ekonomi,
perdagangan, dan pariwisata.
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan adalah :
● Mengidentifikasi kondisi umum Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
● Menganalisis interaksi keruangan yang ada antara Kota Surakarta dan
Kabupaten Boyolali dan pengaruhnya bagi kedua wilayah tersebut.

2
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Interaksi Keruangan

a) Definisi Interaksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Interaksi merupakan suatu kegiatan


yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang menyangkut aksi, hubungan, serta
saling mempengaruhi. Interaksi merupakan hubungan sosial yang dilakukan dua orang
atau lebih untuk saling mempengaruhi dan melakukan aksi. Interaksi merupakan relasi
yang terjadi antar dua sistem secara sedemikian rupa sehingga rangkaian kejadian
pada sistem akan mempengaruhi sistem lainnya (Chaplin, 2011). Adapun menurut
Macionis, interaksi merupakan sebuah proses dalam melakukan aksi serta memberikan
reaksi kaitannya dengan hubungan sosialisasi masyarakat. Sedangkan menurut Seiznic
dan Brom, interaksi merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mempengaruhi tindakan yang dilandsasi oleh kesadaran diri untuk memberi respon
terhadap apa yang telah dilakukan orang lain. Berdasarkan pengertian KBBI dan para
ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi merupakan sebuah proses yang dialami
manusia untuk memulai hubungan sosial dalam masyarakat.

b) Definisi Ruang

Ruang menurut Plati adalah sesuatu memiliki karakteristik jelas sehingga dapat
terlihat dan teraba. Menurut Ayadinata (1992), ruang merupakan seluruh permukaan
bumi yang terdiri dari lapisan biosfer, tempat hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.
Berdasarkan penjelasan dapat diartikan bahwa ruang merupakan tempat tiga dimensi
untuk menampung kehidupan dengan karakteristik yang berbeda beda. Ruang
mencakup atmosfer terbawah yang mempengaruhi permukaan bumi, ruang dipengaruhi
oleh ruang lainnya, ruang merupakan tempat berinteraksi, dan ruang merupakan
tempat segala peristiwa terjadi.

c) Definisi Interaksi Keruangan

3
Interaksi keruangan merupakan struktur yang memberikan adanya kondisi saling
mempengaruhi antar komponen ruang baik antar faktor alami, faktor manusia dengan
alam, kondisi sosial budaya, dan antar faktor sosial (Igatama, 2017). Prinsip interaksi
keruangan adalah hubungan timbal balik antara dua wilayah seperti antar kota dan
desa, serta terdapat proses pergerakan yaitu mobilitas manusia, gagasan/ informasi,
dan transportasi. Interaksi antar ruang tersebut pasti terjadi di semua daerah, daya
dorong untuk memenuhi kebutuhan mendasari adanya hubungan tersebut. Fenomena
keterkaitan dalam berinteraksi dipicu oleh faktor alam, manusia dan kondisi sosial
budaya. Jadi interaksi keruangan adalah interpendensi wilayah geografis yang
mencakup pergerakan barang, penumpang, dan uang yang dipengaruhi oleh gejala
tertentu.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi dan Keterkaitan Interaksi Antar Wilayah

Berdasarkan sumber(FIRDAUSI, 2018) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi


interaksi keruangan yaitu :

a) Komplementaritas (saling melengkapi). Antara dua wilayah/kelompok manusia


sangat memungkinkan hadirnya permintaan dan penawaran. Hal ini dapat terjadi
karena ketersediaan dan kebutuhan kedua wilayah memiliki perbedaan
kebutuhan dan dapat saling melengkapi.
b) Transferabilitas. Kemungkinan barang/manusia dapat dipindahkan ketempat lain
ditentukan oleh beberapa alasan seperti biaya, waktu, peraturan dan tata tertib
pemindahan, dan sebagainya yang tercakup dalam transferabilty.
c) Absennya alternatif lain (intervening opportunities). Jika terdapat alternatif lain,
memungkinkan tidak terjadi arus transportasi.

Sebuah wilayah tidak hanya difungsikan sebagai permukiman saja, selain itu
dijadikan sebagai wadah jaringan sosial, ekonomi, dan interaksi fisik. Interaksi yang
terjadi akan menciptakan hubungan keterkaitan diantara permukiman. Melalui sarana-
sarana tersebut, masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan dapat memperoleh
akses untuk menikmati pelayanan, infrastruktur dan aktifitas ekonomi yang berada di
perkotaan. Selain itu, melalui keterkaitan tersebut dapat memberikan kemudahan

4
masyarakat pedesaan dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Menurut Rodlinell (1985), terdapat tujuh keterkaitan dalam interaksi keruangan yaitu :

a) Keterkaitan fisik, keterkaitan fisik yang dihasilkan integrasi keruangan adalah


keterkaitan jaringan transportasi baik yang bersifat alami ataupun yang berbasis
teknologi.
b) Keterkaitan ekonomi, berupa jaringan pasar dimana bahan mentah, komoditas,
dan produk manufaktur mengalir di permukiman, aliran pendapatan.
c) Keterkaitan pergerakan penduduk, berhubungan dengan migrasi dalam waktu
singkat dan permanen.
d) Keterkaitan teknologi, memicu pembangunan wilayah sesuai kapasitas ekonomi,
sosial, dan administrasi di tahapan pembangunan yang berbeda. Teknologi
mampu mendukung inovasi yang mendukung transformasi.
e) Keterkaitan sosial, berupa pasar kota dan keterkaitan sosial ditengah
permukiman dan diantara pusat kota dengan daerah pinggiran.
f) Keterkaitan pelayanan pengiriman, penting untuk memperluas jaringan
pelayanan pengiriman untuk pengembangan Negara.
g) Keterkaitan politik, administrative dan organisasi, sistem keruangan terintegrasi
melalui dukungan politik dan kekuasaan untuk menjalankan pembangunan.

2.3 Faktor Utama Terjadinya Interaksi Keruangan

Faktor utama terjadinya interaksi keruangan adalah karena adanya


arus/pergerakan. Pergerakan tersebut menurut Daldjoeni (1992) memiliki tiga bentuk
utama arus, antara lain:

a) Mobilitas penduduk, merupakan interaksi dalam ruang yang berupa pergerakan


mqanusia dari satu wilayah ke wilayah lain. Contohnya adalah migrasi,
urbanisasi, transmigrasi, dsb.

5
b) Komunikasi, merupakan bentuk interaksi antar ruang melalui perpindahan
gagasan, ide, visi misi, dan cita cita baik langsung ataupun tidak langsung.
Contohnya adalah tayangan berita, televise, membaca buku, internet, dsb.
c) Transportasi, merupakan bentuk interaksi ruang melalui perpindahan barang dari
suatu tempat ke tempat lain seperti pengangkutan barang, perdagangan, dan
lainnya.

2.4. Dampak Akibat Interaksi Keruangan

Semua bentuk interaksi antar ruang memberikan beberapa perubahan. Berikut


merupakan dampak interaksi keruangan.

a) Berkembangnya pusat pertumbuhan, pergerakan barang dan jasa akan


menimbulkan pemusatan aktivitas manusia pada suatu tujuan sehingga aktivitas
terkonsentrasi ke perkotaan.
b) Perubahan penggunaan lahan, interaksi ruang akan mengakibatkan perubahan
penggunaan lahan dari pertanian menuju non pertanian seperti industri,
perdagangan, jasa, dll.
c) Perubahan orientasi mata pencaharian
d) Berkembangnya sarana dan prasarana, interaksi keruangan yang semakin
berkembang akan mengakibatkan peningkatan pembangunan sarana dan
prasarana untuk meningkatkan aksesibilitas.
e) Perubahan sosial budaya, pengaruh norma yang dianut mayarakat dan
kelompok pendatang akan mempengaruhi budaya penduduk asli.
f) Berubahnya komposisi penduduk, komposisi penduduk berubah menjadi banyak
etnik karena danya pergerakan dan latar belakang yang berbeda antar
penduduk.

6
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Wilayah Studi

3.1.1 Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Secara geografis, Kota Surakarta berada antara 110º45’15”- 110º45’35” BT
dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 km 2. Adapun batas-batas wilayah
Kota Surakarta antara lain sebagai berikut :

 Batas Utara : Kabupaten Boyolali

 Batas Selatan : Kabupaten Karanganyar

 Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo

 Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo

Gambar 1 Peta Administrasi Kota Surakarta

7
(Sumber : http://mapgeo.id:8826/umum/detail_kondisi_geo/19)

Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan


Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.
Menurut BPS (2021), Jumlah penduduk Kota Surakarta sebesar 522.364 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 11.861,13 jiwa/km 2.

Tabel 1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta 2020

Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


per km2

Laweyan 88.524 10.245,83

Serengan 47.778 14.977,43

Pasar Kliwon 78.517 16.289,83

Jebres 138.775 11.031,40

Banjarsari 168.770 11.395,68

Kota Surakarta 522.364 11.861,13

(Sumber : BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta Dalam Angka 2021)

3.1.2 Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang terletak


di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak antara 110° 22' - 110° 50'
Bujur Timur dan 7° 7' - 7° 36' Lintang Selatan dengan ketinggian antara 70-1500
mdpl. Wilayah Kabupaten Boyolali memiliki luas 1.015,15 km 2 yang dibatasi oleh :

8
 Batas Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang

 Batas Selatan : Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta

 Batas Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten


Sukoharjo

 Batas Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang

Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Boyolali

(Sumber : https://petatematikindo.wordpress.com/2015/01/04/administrasi-kabupaten-
boyolali/)

Kabupaten Boyolali memiliki jumlah kecamatan yang cukup banyak, yaitu 22


kecamatan.

9
Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Boyolali 2020

Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


per km2

Selo 30052 536

Ampel 40796 1343

Gladagsari 42634 710

Cepogo 60083 1134

Musuk 32039 1049

Tamansari 28923 838

Boyolali 72948 2779

Mojosongo 59356 1367

Teras 51486 1720

Sawit 32280 1873

Banyudono 53088 2092

Sambi 47311 1018

10
Ngemplak 96254 2498

Nogosari 72409 1315

Simo 49740 1035

Karanggede 45870 1098

Klego 47773 921

Andong 61023 1119

Kemusus\ 34456 423

Wonosegoro 38274 739

Wonosamodro 30606 520

Juwangi 35312 441

Kabupaten Boyolali 1062713 1047

(Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2021)

3.2 Pembahasan Analisis

a) Sektor Pariwisata

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki daya Tarik pada sektor
pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya event yang diselenggarakan oleh
Kota Surakarta, seperti Kirab Budaya, Grebeg Sudiro, dan masih banyak lagi. Dengan

11
demikian, banyak wisatawan dari daerah lain yang tertarik untuk datang untuk sekedar
melihat acara tersebut, termasuk penduduk dari Kabupaten Boyolali yang hanya
berjarak 28 km untuk menuju Kota Surakarta. Namun, sektor pertanian di Kota
Surakarta tidak bisa berbicara banyak, karena keterbatasan lahan yang ada sehingga
kebutuhan sektor ini harus bergantung pada daerah lain, seperti Kabupaten Boyolali.

b) Sektor Pertanian

Kabupaten Boyolali memiliki peran penting dalam sektor pertanian, perkebunan,


dan peternakan. Pada tahun 2020, populasi sapi potong mencapai 106.765 ekor dan
populasi sapi perah sebesar 94.143 ekor. Selain peternakan, produksi sayuran di
Kabupaten Boyolali tergolong besar. Produk sektor pertanian dan peternakan ini
kemudian dipasarkan di beberapa daerah salah satunya Kota Surakarta yang memiliki
kondisi sektor perdagangan yang baik karena adanya sektor pariwisata yang
mendukungnya.

c)Sektor Perumahan

Interaksi keruangan yang terjadi antara Kota Surakarta dengan Kota Boyolali
juga terjadi pada sektor perumahan. Fokus pengembangan permukiman di Kota
Surakarta yang ketat cukup mendorong Boyolali untuk melakukan penyediaan lahan
untuk permukiman. Boyolali harus siap dengan konsekuensi bahwa lahan untuk
perumahan di Kota Surakarta sudah cukup penuh dan dialih fungsikan kepada kota
yang paling berpotensi selain Surakarta, yaitu Boyolali.

Kawasan Boyolali diketahui dipilih menjadi salah satu tempat pengembangan


industri di wilayah Jawa Tengah. Dalam waktu 2-3 tahun terakhir, kawasan industri
datang dan berkembang di Boyolali dengan cepat, apalagi semenjak kedatangan aliran
dana investasi. Baik industri besar, industri menengah, maupun kecil yang ada di pada
kawasan tersebut diketahui mendatangkan pekerja-pekerja tidak hanya dari dalam
kabupaten namun juga beberapa wilayah di Jawa Tengah. Beberapa jenis industri yang
ada disana yakni industri tekstil, permesinan, pengolahan susu, alat angkutan,
makanan, listrik, galian non logam, olahan kayu, dan sebagainya.

12
Boyolali dapat menjadi peluang yang besar untuk penyediaan properti khusus
untuk para pekerjanya. Transaksi jual beli rumah yang terjadi belakangan ini berasal
dari pekerja-pekerja pabrik di kawasan industri. Adapun permintaan paling tinggi akan
rumah dijual disana yakni hunian murah atau rumah tipe subsidi karena sesuai dengan
kategori pendapatan mereka.

d) Sektor Transportasi

Kota Surakarta dan kawasan perkotaan Surakarta kini telah berkembang sangat
pesat dan jumlah arus lalu lintas yang terjadi sehari – hari jumlahnya sangat banyak.
Berbagai jenis moda transportasi umum telah dibangun untuk melayani pergerakan
penduduk dari dalam maupun luar kawasan perkotaan Surakarta untuk melakukan
pergerakan.

Moda transportasi umum yang tersedia antara lain adalah moda transportasi
udara dan bandar udara tingkat internasional, yaitu Bandar Udara Adi Soemarmo di
daerah Ngemplak, Boyolali yang melayani masyarakat kawasan perkotaan Surakarta,
serta moda transportasi darat yang terbagi dalam dua jalur gerak, yaitu moda
transportasi darat jalur rel dan jalur jalan. Moda transportasi darat jalur rel yang ada di
Kota Surakarta dilayani oleh tiga stasiun, yaitu stasiun Solo Balapan, Purwosari, dan
Solo Jebres yang melayani masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya, sedangkan
moda transportasi darat jalur jalan dilayani oleh Terminal Tirtonadi yang juga melayani
masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya, serta berbagai jenis moda transportasi
feeder dengan trayek tetap maupun non trayek. Contoh moda transportasi feeder
adalah mobil angkutan kota dan bus kota BST yang melayani masyarakat dalam trayek
yang tetap, taksi, ojek, serta becak yang melayani masyarakat dalam trayek bebas.
Kedua moda transportasi darat ini sangat diminati oleh masyarakat untuk digunakan
karena harga tiketnya yang terjangkau, sedangkan moda transportasi udara saat ini
mulai mengalami peningkatan animo masyarakat yang membutuhkan waktu tempuh
yang pendek untuk bepergian ke tempat yang sangat jauh.

13
BAB IV KESIMPULAN

Interaksi keruangan digunakan untuk mengidentifikasi ketergantungan antar


wilayah geografis. Hubungan interaksi keruangan yang terjadi antara Kota Surakarta
dengan Kota Boyolali dapat memenuhi kebutuhan diantara keduanya seperti pada
sektor pariwisata, pertanian, perumahan, dan transportasi. Adanya interaksi keruangan
antara keduanya dapat membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh
wilayahnya sendiri. Interaksi keruangan yang terjadi menciptakan dampak baik secara
positif maupun negatif.

14
DAFTAR PUSTAKA

FIRDAUSI, A. N. U. R. (2018). POLA INTERAKSI KERUANGAN INDUSTRI JAMU


TRADISIONAL DESA MERDIKOREJO KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN
SLEMAN. undip.

Mustafa, A., Manaf, M., & Salim, A. (2018). Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan
Tanete dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Transportasi. Urban and Regional
Studies Journal, 1(1), 1–9.

Yulianto, T. (2008). Analisis Keruangan Pasar Burung Ngasem Kota Yogyakarta.


Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kasikoen, K. M. (2011). Keterkaitan Antar Wilayah (Studi Kasus: Kabupaten Cilacap).


Planesa, 2(2), 213213.

Setiyawan. (2013). Interaksi Keruangan. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699. http://eprints.undip.ac.id/67681/6/9._BAB_II.pdf

BPS Kabupaten Boyolali, Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2021

BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta Dalam Angka 2021

15

Anda mungkin juga menyukai