Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM

OBSERVASI TERHADAP FENOMENA


TERITORIALITAS PADA TAMAN
SANGKAREANG
PERSEPSI & PERILAKU
(Dosen pengampu : Ni Ketut Intan Putri Mentari Indriani, ST., M.Ars)

Oleh Kelompok 1 :
Lira Dwi Cahyani (F1E021035)
Arya Hilman Alfarizi (F1E021073)
I Gede Andika (F1E021084)
Fadiah Syarafina (F1E022006)
Annisa Ayu Nurr Saufitri (F1E022022)
Diaz Orchida Mardhotillah (F1E022031)
Ida Bagus Eka Digantara (F1E022039)
Hilma Luthfia (F1E022086)

T. A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Observasi Terhadap Fenomena
Teritorialitas Pada Taman Sangkareang”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Mataram, 20 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
1.4 Masalah ..............................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................3
2.1 Fenomena Teritorialitas yang Terbentuk ...........................................................3
2.2 Bentuk-Bentuk Teritorialitas ..............................................................................4
2.3 Penyebab Adanya Teritorialitas .........................................................................6
2.4 Rekomendasi ......................................................................................................7
BAB III ....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................9
3.2 Saran ...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 .................................................................................................................3
Gambar 2 ..................................................................................................................3
Gambar 3 ..................................................................................................................4
Gambar 4 ..................................................................................................................4
Gambar 5 ..................................................................................................................4
Gambar 6 ..................................................................................................................4
Gambar 7 ..................................................................................................................5
Gambar 8 ..................................................................................................................5
Gambar 9 .................................................................................................................5
Gambar 10 ................................................................................................................5
Gambar 11 ...............................................................................................................6
Gambar 12 ................................................................................................................6
Gambar 13 ...............................................................................................................6
Gambar 14 ................................................................................................................7
Gambar 15 ................................................................................................................7
Gambar 16 ................................................................................................................7
Gambar 17 ................................................................................................................8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persepsi merupakan proses aktif memilah, menata dan menafsirkan orang,
obyek, kejadian, situasi dan aktivitas (Wood, 1997: 47). Manusia memilah
hanya hal ihwal tertentu dalam hidup mereka, lalu menata dan menafsirkannya
secara selektif. Persepsi membentuk bagaimana manusia memahami orang lain
dan dunianya sekaligus berbagai pilihan yang diambil dalam hidup mereka.
Contohnya, bila seseorang beranggapan (perceive) orang lain sebagai
bermusuhan atau menentangnya, maka ia bisa berinteraksi secara defensif atau
meminimalkan komunikasi. Dengan sendirinya, persepsi memotivasi seseorang
untuk bersikap dan bertindak dalam sebagian besar aktivitas hidupnya.

Ruang terbuka publik merupakan elemen kotayang sangat penting


kehadirannya dalam kehidupan kota. Sebagai ruang terbuka yang bersifat
publik maka berbagai aktivitas dapat dilakukan manusia baik perorangan
maupun berkelompok. Karakteristik manusia sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial menjadi hal yang menarik untuk diteliti
bagaimanamanusia mempertahankan sifat keprivasian mereka dalam ruang
terbuka publik yang dapat diakses siapa saja. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini untuk melihat gambaran bagaimana manusia
mengaktualisasikan karakternya sebagai makhluk individu dalam suatu
ruang sosial di ruang terbuka publiksehingga manfaat dari penelitian ini
diharapkan bisa digunakan para perancang ruang kota dalam memperhatikan
kebutuhan karakter manusia sebagai pengguna ruang tersebut.

Brower (1976) : Teritorialitas adalah hubungan individu atau kelompok dengan


setting fisiknya, yang dicirikan oleh rasa memiliki dan upaya kontrol terhadap
penggunaan interaksi yang tidak diinginkan melalui kegiatan penempatan,
mekanisme defensif, dan keterikatan. Kontrol teritorial memungkinkan untuk
mencapai tingkat privasi dan keintiman yang berbeda dari tingkat tinggi hingga
tingkat rendah.
Manusia dan lingkungan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia
yang pada dasarnya sebagai makhluk individu dan sosial akan terus melakukan
hal-hal (perilaku) yang dapat berdampak pada lingkungan dan begitupun
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi manusia itu sendiri. Salah satu
perilaku yang dilakukan adalah teritorialitas. Teritorialitas dapat disimpulkan
sebagai suatu perilaku penandaan ruang publik dengan berbagai cara, seperti
penggunaan trotoar sebagai area PKL (Pedagang Kaki Lima). Perilaku tersebut
tentunya dapat terjadi karena pengaruh setting fisik/lingkungan yang bebas atau
tanpa pengawasan khusus sepanjang waktu.

1
Hal ini dapat membawa dampak bagi sosial masyarakatnya maupun tata ruang
yang ada, dampak buruk maupun dampak baiknya. Dampak buruk seperti
kurangnya area yang dapat digunakan oleh pengunjung lain, tertutupnya
sirkulasi berupa akses jalan, dan lainnya. Sedangkan dampak baiknya adalah
pemanfaatan ruang oleh pihak tertentu membuka peluang bagi penggunanya
untuk mendapat pekerjaan, seperti pedagang dan petugas parkir. Maka
demikian, dibutuhkan rekomendasi atau analisis dan rencana terkait fenomena
teritorialitas tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja fenomena teritorialitas yang terjadi di Taman Sangkareang?
2. Apa saja bentuk teritori yang terjadi di Taman Sangkareang?
3. Bagaimana teritorialitas tersebut dapat terbentuk?
4. Apa langkah yang dapat dilakukan (Rekomendasi) terhadap fenomena
teritorialitas yang terjadi?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi fenomena teritorialitas yang terjadi di Taman
Sangkareang
2. Untuk membandingkan bentuk-bentuk teritorialitas yang terjadi di Taman
Sangkareang
3. Menganalisis penyebab fenomena teritorialitas tersebut dapat terbentuk
4. Mencari rekomendasi yang cocok untuk mengatasi adanya fenomena
teritorialitas tersebut

1.4 Manfaat
1. Mengetahui tentang apa saja fenomena teritorialitas yang terbentuk di
Taman Sangkareang dan kaitannya dengan ruang
2. Mengetahui bentuk-bentuk teritorialitas di Taman Sangkareang
3. Mengetahui alasan atau penyebab terbentuknya teritorialitas di Taman
Sangkareang
4. Mengetahui rekomendasi apa saja yang dapat diberikan terhadap fenomena
teritorialitas yang terjadi.

2
BAB II
ISI

2.1 Fenomena Teritorialitas yang Terbentuk


Brower (1976) : Teritorialitas adalah hubungan individu atau kelompok dengan
setting fisiknya, yang dicirikan oleh rasa memiliki dan upaya kontrol terhadap
penggunaan interaksi yang tidak diinginkan melalui kegiatan penempatan,
mekanisme defensif, dan keterikatan. Kontrol teritorial memungkinkan untuk
mencapai tingkat privasi dan keintiman yang berbeda dari tingkat tinggi hingga
tingkat rendah.
Dapat disimpulkan teritorialitas adalah sebuah perilaku personalisasi atau
penandaan dari suatu area tertentu, seperti yang terjadi di Taman Sangkareang.
Teritorialitas terbentuk akibat adanya hubungan antara individu dengan setting fisik
di sekitarnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa bagaimana setting fisik yang baik
maupun buruk dapat mempengaruhi perilaku individu atau kelompok.
Fenomena teritorialitas yang terbentuk di Taman Sangkareang, seperti pemakaian
ruang publik berupa trotoar dan bahu jalan di beberapa bagian sebagai area parkir.
Fenomena ini terjadi di setiap saat, berdasarkan hasil survei weekdays (hari kerja)
dan weekend (akhir pekan). Hal ini dikatakan sebagai fenomena teritorialitas karena
area yang seharusnya menjadi tempat bagi pejalan kaki (trotoar) dan lalu-linta
kendaraan baik roda dua maupun roda empat padahal area tersebut tidak disediakan
tanda khusus, seperti garis atau tanda nama yang jelas.

Gambar 1 area parkir trotoar Gambar 2 Tampak atas area parkir trotoar

Namun demikian, teritorialitas yang terbentuk tidak mengganggu pengunjung


karena tersedianya PKL (Pedagang Kaki Lima) sebagai wisata kuliner dengan area
pejalan kaki di lapangan masih cukup luas. Sedangkan pada bagian bahu jalan yang
digunakan untuk parkir bergantung pada waktu ramainya lalu-lintas sekitar, jika di
hari kerja atau weekdays pagi hari kendaraan yang melalui jalan tersebut hanya
sedikit dan tidak menimbulkan kemacetan.

3
Gambar 3 Area PKL Gambar 4 Tampak Sketsa

Fenomena teritorialitas lain yang terbentuk adalah penggunaan ruang publik oleh
sebuah kelompok olahraga bela diri Taekwondo yang melakukan latihan bersama
di area dekat lapangan belakang Taman Sangkareang. Penandaan ruang publik yang
dilakukan adalah dengan cara meletakkan barang pada area duduk pengunjung di
sebelah timur lapangan dan berbaris membentangkan tangan membentuk ruang di
antara individu yang hadir. Penandaan area ini juga tidak mengganggu sebab
Taman Sangkareang yang cukup luas dapat menampung berbagai kegiatan di
dalamnya.
Setting fisik atau penataan ruang yang ada rupanya dapat memengaruhi bagaimana
perilaku masing-masing pengunjung. Hal ini juga dipengaruhi oleh persepsi (latar
belakang) masing-masing individu tersebut.

2.2 Bentuk-Bentuk Teritorialitas


Bentuk-bentuk teritorialitas yang terjadi juga bersamaan dengan adanya pola-pola
atau klasifikasi teritori yang terjadi di Taman Sangkareang pada saat weekdays dan
weekend, seperti berikut :
a. Teritoris Primer

Gambar 5 Teritorial Primer Gambar 6 Animasi Teritorial Primer

Menurut pengertiannya, teritorialitas primer adalah teritori dimana individu


yang masuk dalam area tersebut adalah yang sudah memiliki izin ataupun
akrab dengan pihak yang membentuk teritori tersebut, seperti area mobil
SAMSAT yang hanya boleh diakses oleh petugas dan area gerobak kuliner
yang hanya boleh diakses oleh pedagang ataupun pembeli yang dirasa
cukup akrab dengan pedagang itu sendiri.
b. Teritori Sekunder

4
Teritori dimana setiap orang yang datang adalah orang-orang yang dirasa
sudah cukup mengenal satu sama lain. Hal ini seperti pada area duduk
kuliner.
c. Teritori Publik

Gambar 7 Tampak Atas Area Jogging

Area yang termasuk teritori publik pada Taman Sangkareang cukup luas.
Seperti pada area jogging. Hal ini menyebabkan banyak dari pengunjung
yang menggunakan area tersebut tanpa merasa terganggu dan terhalang
karena aktivitas yang dilakukan sejenis/serupa. Bahkan ada area luas yang
masih bisa digunakan dan diakses secara bebas.
d. Teritori Komunitas

Gambar 8 Contoh Teritori Komunitas

Area yang termasuk teritori komunitas adalah area yang digunakan oleh
sekelompok olahraga beladiri khususnya taekwondo yang mengambil area
di dekat lapangan jogging. Dikatakan sebagai teritori komunitas sebab
setiap anggota yang datang bisa berubah-ubah, tetapi setiap anggota tersebut
telah melalui beberapa tahap berupa pelantikan dan upacara-upacara terkait.
e. Teritori Bebas

Gambar 9 Area Duduk SAMSAT Gambar 10 Animasi 2D Area SAMSAT

5
Area yang termasuk dalam teritori bebas adalah area duduk pengunjung
SAMSAT. Area ini dikatakan teritori bebas sebab setiap pengunjung yang
datang bebas, berubah-ubah, dan tidak dalam kontrol suatu pihak. Seperti
pengunjung SAMSAT yang datang sesuai dengan
kebutuhan/kepentingannya masing-masing, tidak dikontrol oleh petugas.

2.3 Penyebab Adanya Teritorialitas


Teritorialitas terbentuk tentunya dengan penyebab-penyebab yang
mendasarinya,termasuk fenomena teritorialitas yang terjadi di Taman Sangkareang
pada saat weekdays (hari kerja) dan weekend (akhir pekan) yang telah disurvei
dengan rentang waktu dan jam yang sama. Penyebab terbentuknya fenomena
teritorialitas di Taman Sangkareang sebagai berikut :
a. Penataan area PKL (Pedagang Kaki Lima) yang tersedia belum cukup untuk
menampung seluruh PKL yang datang berjualan di sekitar Taman
Sangkarean dan keberadaan PKL tersebut akhirnya dimanfaatkan sebagai
wisata kuliner bagi pengunjung.Untuk sebagian orang berpendapat bahwa
fenomena seperti ini adalah saling menguntungkan ketika area yang terpakai
tidak mengganggu aktivitas lainnya.

Gambar 11 Area Kuliner Yang Tidak Tertata

b. Area parkir yang tersedia belum cukup untuk menampung jumlah


kendaraan pengunjung yang datang dan area parkir dengan akses masuk
kecil sehingga pengendara lebih memilih untuk memarkirkan kendaraan di
luar.

Gambar 12 Area Parkir Dalam Gambar 13 Area Parkir Luar

c. Taman Sangkareang dengan lapangan cukup luas sehingga dapat


menampung berbagai kegiatan termasuk olahraga baik secara individu
maupun kelompok, seperti kelompok olahraga yang memanfaatkan ruang
dan suasana asri di tepi lapangan. Taman Sangkareang juga belum
menyediakan area khusus untuk olahraga selain jogging dan jalan santai.

6
Gambar 14 Animasi 2D Tampak
Atas Area Jogging

d. Setiap pengunjung yang datang memiliki persepsi (latar belakang/kognisi)


yang berbeda-beda. Hal ini tentunya mempengaruhi bagaimana individu
tersebut berpikir dan menyikapi penataan ruang yang tersedia, bisa individu
tersebut mengikuti/melanjutkan/mendukung pola teritorialitas yang ada
sehingga pola tersebut terus terjadi. Kemungkinan lain adalah beberapa
individu dengan pemikiran lain akan merasa bahwa fenomena teritorialitas
yang terjadi dapat mengganggu aktivitasnya sehingga jika sebagian besar
merasa demikian akan mengurangi pengunjung yang datang (daya tarik
Taman Sangkareang berkurang)
2.4 Rekomendasi
a. Penyediaan dan penataan area untuk PKL (Pedagang Kaki Lima) di bagian
belakang sebelah barat Taman Sangkareang. Hal ini dimaksudkan agar
setiap area Taman Sangkareang dapat berfungsi sesuai rencana awal, seperti
trotoar sebagai area pejalan kaki dan area kuliner ini nantinya akan lebih
tertata (jelas kepemilikannya).

Gambar 15 Rekomendasi Penataan Area PKL


b. Memperluas area parkir ke arah selatan dan pembagian area parkir di antara
kendaraan roda dua dan roda empat dengan akses lebih memadai (akses
lebar dua arah). Jika tidak mengganggu dan atas kesepakatan dapat
direkomendasikan membuat garis parkir di bahu jalan agar kendaraan tertata
rapi.

7
Gambar 16 Rekomendasi Area Parkir
c. Penyediaan area khusus olahraga yang membutuhkan ruang untuk olahraga
kelompok, seperti panggung atau penanda sederhana sehingga area yang
digunakan tidak mengambil area pengunjung lain.

Gambar 17 Rekomendasi Area Khusus Olahraga

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keterkaitan sirkulasi di ruang publik dengan suasana ruang yang tercipta dari
settting ruang dan peran perilaku manusia mempengaruhi perilaku manusia lain
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi manusia dengan
manusia dan interaksi manusia dengan ruang. Melalui penelitian dan penjabaran
diatas menunjukan perilaku manusia terhadap area publik muncul sebagai poin
penting dalam penelitian .
3.2 Saran
Tidak dipungkiri penelitian ini masih memilki kekurangan yang tentu saja
berpengaruh pada hasil penelitiannya, sehingga diharapkan penelitian serupa
dimasa depan dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dan inspirasi dengan
menambahkan jumlah konten penelitian serta menambahkan litertur-literatur yang
relevan sehingga menghasilkan sintesa dan luaran yang lebih komperhensif.

9
DAFTAR PUSTAKA
Nur’aini Ratna Dewi, Ikaputra (2019). “TERITORIALITAS DALAM TINJAUAN
ILMU ARSITEKTUR”. Vol. XV (1) :5-6.
Pranata I Komang Indra Wira, A.A. Gede Rai Remawa.” PENGARUH SETING
RUANG DAN AKTIFITAS MANUSIA TERHADAP PERILAKU PENGUNJUNG
DI RUANG PUBLIK”. 11 (3) : 3-4.
Hantono Dedi, Diananta Pramitasari. “ ASPEK PERILAKU MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK INDIVIDUDAN SOSIALPADA RUANG TERBUKA PUBLIK”. 5 (2) :
85 – 86.

10

Anda mungkin juga menyukai