Anda di halaman 1dari 9

PERTANIAN

Inovasi Varietas Tanaman Toleran Untuk Beradaptasi


Dalam Kondisi Perubahan Iklim

Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Esai Mahasiswa


Pekan Ilmiah Fisika (PIF) XXX11 Tahun 2021

Disusun oleh

Sefa Falahudin (20180210122/2018)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KOTA YOGYAKARTA

2021
I. PENDAHULUAN

Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi masyarakat


Indonesia pada saat ini dan masa mendatang. Global Warming merupakan suatu
penyebab utama terjadinya perubahan iklim dan meningkatnya intensitas kejadian
iklim ekstrim (El-Nino dan La-Nina). Dampak dari perubahan iklim secara
langsung dan tidak langsung menyebabkan kerugian pada sector pertanian, hal
tersebut dikarenakan menurut Las et al., (2010) perubahan iklim mengakibatkan
penurunan produktivitas serta produksi panen, peningkatan frekuensi iklim ekstrem
(El-Nino dan El-Nina), peningkatan suhu, dan peningkatan intensitas gangguan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Tabel 1. Proyeksi penurunan hasil panen pada tanaman jagung akibat kenaikan
suhu pada tahun 2050

Provinsi Hasil Panen 2006 Kenaikan Suhu Penurunan Hasil


Menjelang 2050 Panen 2050
Ton/ha (ºC) Ton/ha %
Bali 2,8 0,0 0,0 0,0
Jawa Timur 3,7 0,0 0,0 0,0
Jawa Tengah 3,7 3,2 0,7 19,9
Yogyakarta 3,2 2,9 0,6 18,2
Jawa Barat 5,0 1,6 0,5 10,5
Source: Las et al., (2010)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa perubahan iklim menyebabkan kenaikan


suhu dimasa mendatang yang dapat menyebabkan penurunan hasil panen jagung.
Dari table tersebut terlihat bahwa menjelang 2050 beberapa Provinsi di Indonesia
diproyeksikan akan mengalami kenaikan suhu, di Jawa Tengah mengalami
kenaikan suhu 3,2 ºC, Yogyakarta 2,9 ºC, dan Jawa Barat 1,6 ºC. Kenaikan suhu
tersebut menyebabkan penurunan hasil panen, di Jawa tengah mengalami
penurunan hasil panen 0,7 ton/ha, Yogyakarta 0,6 ton/ha, dan Jawa Barat 0,5 ton/ha.
Gambar 1. Variasi serangan hama wereng batang coklat pada tanaman padi,
meningkat nyata pada tahun La-Nina 1998 dan 2005.

Source: Direktorat Perlindungan Hortikultura (2016)

Selain peningkatan suhu perubahan iklim juga berdampak pada peningkatan


intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), dari Gambar 1.
Direktorat Perlindungan Hortikultura (2016) melaporkan bahwa serangan hama
wereng coklat meningkat drastis pada tahun kejadian La-Nina yaitu ditahun 1998
dan 2005. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada tahun 1998 serangan wereng
batang coklat >110.000 ha dan ditahun 2005 serangan wereng batang cokelat
>60.000 ha. Pemanasan global cenderung meningkatkan frekuensi El-Nino dan
menguatkan fenomena La-Nina. Peningkatan siklus El-Nino dari 3-7 tahun sekali
menjadi 2-5 tahun sekali (Las et al., 2010). Jika hal tersebut tidak diatasi maka
kerugian tanaman akibat OPT akan meningkat.

Keadaan tersebut jika tidak dikendalikan dengan baik akan semakin memburuk
untuk kedepannya dan dampak dari perubahan iklim akan lebih merugikan bagi
sektor pertanian, maka dari permasalahan tersebut perlu adanya solusi atau sebuah
inovasi mengenai bagaimana sektor pertanian dapat bertahan dan beradaptasi dalam
kondisi perubahan iklim yang merugikan. Menurut Mahyastuti et al., (2019) tanpa
adanya adaptasi perubahan iklim di tahun 2023 akan menyebabkan kerugian
ekonomi sebesar 112,2 Trilliun Rupiah.
II. PEMBAHASAN

Menyikapi dampak negatif dari perubahan iklim di sektor pertanian, maka perlu
adanya suatu inovasi untuk meminimalisasi dampak negatif dari perubahan iklim
tersebut supaya sasaran pembangunan pertanian dapat dicapai. Inovasi tersebut
perlu adanya sebuah penelitian yang dapat mengembangkan produk yang dapat
membuat revolusi pertanian ditahun 2050, untuk mengatasi masalah kenaikan suhu
inovasi tersebut dapat berupa varietas tanaman toleran terhadap cekaman air,
sedangkan untuk mengatasi peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) inovasi tersebut dapat berupa varietas tanaman tolerant terhadap serangan
organisme penganggu tanaman (OPT).

A. Varietas Toleran Kekeringan

Varietas tanaman yang toleran terhadap kekeringan harus memiliki


kerapatan perakaran yang lebih besar, perakaran yang mampu menembus
kedalaman profil tanah yang lebih besar, dan perakaran mampu mengekstrasi
air tanah. Menurut Tesfaye et al., (2018) varietas tersebut dapat diperoleh
dengan cara mengubah fungsi distribusi relatif akar dan batas bawah
ketersediaan air tanah.

Varietas tanaman yang toleran terhadap kekeringan diharuskan dapat


mengekstrak air lebih efektif dari setiap lapisan profil tanah, sehingga air yang
tersedia disetiap profil lapisan tanah meningkat 5%. Menurut Tesfaye et al.,
(2018) hal tersebut dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi batas bawah
(LL) ekstraksi air tanah menggunakan persamaan sebagai berikut:

LLd = LL-0.05 x (DUL-LL)

dimana LLd adalah batas bawah (LL) untuk varietas kekeringan dan DUL
adalah batas atas yang dikeringkan.

Hasil penelitian Tesfaye et al., (2018) menyatakan bahwa penggunaan


varietas toleran kekeringan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman jagung
sebesar 53%-62% dibawah iklim yang lebih panas dan lebih kering dengan
skenario kenaikan suhu 4 ºC.
B. Varietas Toleran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Usaha untuk mendapatkan varietas tanaman yang toleran terhadap serangan


OPT dengan cara mengetahui kemampuan untuk memprediksi karakteristik
fenotip berdasarkan genotip. Berdasarkan penelitian Peterson et al., (2017) hal
tersebut merupakan kunci untuk mempercepat varietas unggul, karena mampu
menambah efisiensi dan presisi untuk penyaringan dan seleksi plasma nutfah.
Namun untuk memahami genetika toleran terhadap OPT membutuhkan
kemampuan untuk mendeteksi alel polimorfik dan reombinasi atau pemisahan
alel.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut perlu adanya pengembangan


pengetahuan tentang mekanisme yang mendasari toleransi kemampuan
tanaman secara tepat fenotipe. Berdasarkan penelitian Marimuthu & Smith
(2012) variasi genetik dalam toleransi terhadap herbivora telah ditunjukan
spesies tanaman. Sama dengan antibiosis dan atixenosis, toleransi tampaknya
sebagian besar dikendalikan oleh banyak lokus dan interaksinya. Upaya untuk
mengidentifikasi hal tersebut perlu adanya penelitian lanjut yang bertujuan
untuk meningkatkan rosolusi genetik QTL target, agar dapat menghasilkan
identifikasi dan kloning gen penyebab.

Varietas toleran organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah


satu inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas karena memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama. Dalam contoh kasus nyata
berdasarkan penelitian Sirappa et al., (2007) penggunaan padi varietas unggul
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi padi nasional sebesar
56%. Penggunaan varietas toleran terhadap organisme pengganggu tanaman
(OPT) dapat mencegah kehilangan panen beras dan jagung global hampir 40%
setiap tahunnya (IPCC, 2021).
III. KESIMPULAN

Perubahan iklim mengakibatkan penurunan produktivitas serta produksi


panen, peningkatan frekuensi iklim ekstrem (El-Nino dan El-Nina),
peningkatan suhu, dan peningkatan intensitas gangguan organisme pengganggu
tanaman (OPT). Keadaan tersebut jika tidak dikendalikan dengan baik, masalah
tersebut akan semakin memburuk untuk kedepannya dan dampak dari
perubahan iklim akan lebih merugikan bagi sektor pertanian, maka dari
permasalahan tersebut perlu adanya solusi atau sebuah inovasi. Untuk
mengatasi permasalah tersebut dapat berupa inovasi varietas yang toleran
terhadap kekeringan dan OPT. Penggunaan varietas toleran kekeringan dapat
meningkatkan hasil produksi tanaman jagung sebesar 53%-62% dibawah iklim
yang lebih panas dan lebih kerning dengan skenario kenaikan suhu 4 ºC.
Penggunaan varietas toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT)
dapat mencegah kehilangan panen beras dan jagung global hampir 40% setiap
tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2016. Informasi Teknis Adaptasi Dan


Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Di Sentra. Jakarta: Direktorat
Perlindungan Hortikultura.
Las, I., Unadi, A., & Runtunuwu, E. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral
Roadmap ICCSR Sektor Pertanian. Jakarta: Litbang.
Marimuthu M, & Smith M. Barley. 2012. Plant Signalling and Behavior.
Hemiptera, 7:1–10
Mahyastuti, P., Mufida, S. F., Utomo, E. T., Ariyanto, Y., & Nurwanda, A. 2019.
Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim 2020-2045. Jakarta:
Bappenas.
Peterson, R. K., Varella, A. C., & Higley, L. G. 2017. Tolerance: the forgotten child
of plant resistance. PeerJ, 117-129.
Sirappa, M.P., A.J. Riewpassa, dan E.D. Waas. 2007. Kajian pemberian pupuk
NPK pada beberapa varietas unggul padi sawah di Seram Utara. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 10(1): 48−56.
Tesfaye, K., Kruseman, G., Cairns, J. E., Zaman-Allah, M., Wegary, D., Zaidi, P.,
Erenstein, O. 2018. Potential benefits of drought and heat tolerance for
adapting maize to climate change in tropical environments. ELSEVIER,
106-119.
LAMPIRAN

A. Pernyataan Orisinil Karya


B. Biodata Penulis
1. Nama Lengkap : Sefa Falahudin
2. Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 26 Juli 1999
3. Nomor Induk Mahasiswa : 20180210122
4. Jurusan : Agroteknologi
5. Fakultas : Pertanian
6. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7. Nomor HP : 085157937702
8. E-mail : sefafalahudin19@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai