Anda di halaman 1dari 3

MORGUE VANGUARD & DOYZ ; SUARAKAN KONFLIK AGRARIA LEWAT GENRE HIP HOP

”Simpan doktrin kalian soal cinta tanah air, Bagi mereka yang tak punya tanah dan selalu membeli
mahal air, Bagi mereka yang terusir dan menjadi martir, Saat nasib dipaksa parkir di bawah cakar
Garuda”. Salah satu penggalan lirik dari lagu Check Your People oleh Morgue Vanguard dan Doyz.

Judul Lagu : Check Your People

Tanggal Rilis : 8 Januari 2017

Album : Demi Masa

Produser : Morgue Vanguard

Produksi : Grimloc Records

Penyanyi : Morgue Vanguard, Doyz

Durasi : 4 menit 48 detik

Morgue Vanguard, atau juga dikenal dengan Herry “Ucok” Sutresna seakan tak pernah gagal dalam
mencipta lirik persuasif dan eksplisit. Berkolaborasi dengan Doyz, dua rapper kawakan ini,
mengantarkan kita ke jantung konflik agraria yang terjadi di tiap tiap daerah di Indonesia. Dari setiap
kepedihan korban tambang, reklamasi, penggusuran dan konflik lahan lain.

Pintalan diksi cerdas pada bait-bait lirik album ini juga menjadi pengobat rindu pada Homicide –
kelompok dimana Ucok berasal. Ucok memang pandai dalam menyisipkan perspektif kritis  terkait suatu
soal pada tiap karyanya hingga menghadirkan inspirasi kepada para pendengarnya dan memprovokasi
terlahirnya wacana hingga pelaksanaan kata-kata.

Digelontorkan dengan lirik yang membabat habis setiap dalih pendukung kebijakan tersebut. Saya akan
mencoba mengajak anda untuk bersama-sama mendatangi undangan Ucok dan Doyz untuk datang di
beberapa konflik lahan yang terjadi, lewat salah satu lagu mereka. Check Your People.

Morowali, Tambang Para Jenderal

Boombap para wali, yang mengiringi kalam milisi/Dari mikropon yang dicengkram menahun/Serupa
tambang para jenderal di Morowali.

Di awal lagu kita diajak untuk menjenguk salah satu tambang nikel di Indonesia. Morowali, Sulawesi
Tengah dikenal sebagai lumbung nikel di Indonesia.

Di Morowali, Sulawesi-Tengah, ada 350.000 luas lahan yang dijadikan untuk pertambangan nikel. Jika
ditambah data perusahaan tambang dengan lahan ilegal yang ditambang luasnya hampir mencapai
600.000 hektare.Sebagian besar IUP di sana dimiliki oleh pengusaha-pengusaha kakap seperti Artha
Graha, Salim Group, Harita Group. Data tersebut berdasarkan informasi Clear & Clean, Morowali,
2013. Luas daratan Kabupaten Morowali diperkirakan seluas 15.490,12 km2 atau 22,77% dari luas
daratan Propinsi Sulawesi Tengah (cnbcindonesia.com).

Salah satu dampak yang langsung kentara terilhat ialah perkara beralihnya mata pencaharian warga
sekitar. Petani yang kini beralih profesi sebagai pekerja (buruh) tambang, hal ini terjadi karena problem
kesuburan tanah yang berdampak pada kurangnya hasil pertanian. Begitu pula, terdapat persoalan
minimnya perhatian pemerintah dalam hal peningkatan mutu pertanian seperti dengan pembuatan
akses jalan tani, irigasi penunjang persawahan serta introduksi teknologi pertanian. Harga pasca panen
juga menjadi bagian problem mendasar. Setelah musim panen tiba, harga turun, namun ketika musim
tanam, penawaran harga naik. Sehingga dengan hasil panen rendah dan harga hasil panen murah,
petani terus mengalami kekurangan.

Selain beralihnya mata pencahariaan, terdapat beberapa masalah lain seperti; petani yang tidak
mendapatkan kesempatan untuk menjadi pekerja di perusahaan tambang,upah yang tidak layak bagi
para pekerja, dan perekrutan Tenaga Kerja Asing dan Tenaga Kerja Indonesia (lokal).

Menyorot Sagu Papua, Tambang Liar Bone Sinai Hingga Gowa, Reklamasi Teluk Benoa, Hingga
Serbuan Penggusuruan Di Ibukota

Tinju di angkasa, untuk mereka yang sagunya tergantikan sawit di Papua/Untuk mereka yang terhimpit
tambang liar di Bone, Sinai, hingga Gowa/Masyarakat adat, Petani Langkat/Mereka yang
mempertahankan konservasi di Teluk Benoa/Hingga mereka yang dihujani serbuan bulldozer di ibukota.
Keep it real!

Dicekoki lagi dengan lirik tendensius, kali ini Ucok mencoba menghadirkan beberapa konflik yang ada di
pelosok negeri. Dihadirkannya sekaligus banyak kasus yang sedang terjadi. Juga mencoba memberikan
nafas semangat bagi pendengarnya. Untuk tetap mengepalkan tangan ke angkasa. Tanda asa tetap
terjaga.

Lahan sagu di Papua, yang terdampak deforestasi atau pengalihan fungsi yang sebelumnya hutan yang
ditanami sagu oleh warga setempat. Kini dibakar dan direncanakan untuk ditanami kelapa sawit. Juga
para warga yang terjepit di antara tambang-tambang liar di Bone, Sinai, dan Gowa. Petani langkat yang
tergusur lahannya oleh polisi demi perusahaan asing. Masyarakat Bali yang masih berdarah Puputan,
tetap vokal menolak reklamasi Teluk Benua. Dan mereka yang sedang dihujani penggusuran, oleh
bulldozer di Jakarta. Semuanya terangkum dalam satu bait.

Urutsewu dan Bima, Indramayu hingga Moro-moro, PLTU dari Batang hingga lereng Ciremai, sudut-
sudut kampung kota yang digempur penggusuran: Tanda Rezim yang Berkonsesi.

Di bawah bedil di Urutsewu dan Bima/Di hadapan rezim konsesi dari Indramayu hingga
Moro-moro/Yang bertahan di hadapan PLTU dari Batang hingga lereng Ciremai/Dan di sudut-sudut
kampung kota yang digempur penggusuran/Keep it real/Kabarkan.

Di penghujung lagu, dihadirkannya lagi beberapa daerah yang terdampak konflik. Urutsewu yang
berlarut dalam sengketa tanah antara warga dan TNI-AD. Klaim satu pihak dari TNI-AD yang menyatakan
atas kepemilikan tanah. Lantas mengusir, memukul, bahkan menembak warga dengan peluru karet. Di
Bima, konflik tambang yang meletus. Indramayu dengan janji reforma agraria palsu. Moro-moro yang
berkutat dengan himpitan tambang. Penolakan PLTU oleh para warga Ciremai.

Pesimisme dan Asa yang Dipupuk Sekaligus

Dalam lagunya, Ucok dan Doyz seakan muak dengan segala kultus pahlawan yang dimiliki oleh para
aparat negara. Tidak jauh-jauh dari lagu Ucok yang lain, lagu ini membabat habis posisi mapan aparat
negara-baik polisi atau tentara- sebagai pengayom dan pelindung masyararakat. “Mengayomi dan
Melayani” tak ubahnya hanya slogan yang tertulis pada kaca belakang mobil Sabhara. Menciptakan rasa
tidak percaya pada tindak tanduk aparat negara dalam menciptakan rasa aman bagi rakyatnya.
Setidaknya itu yang saya rasakan ketika mendengar lagu ini.

Selain itu, substansi paling penting dalam lagu ini adalah penguatan asa siapa saja yang masih melawan.
Menghadapi segala macam gempuran dan gejolak zaman. Seperti pada judulnya Check Your People,
untuk memeriksa ulang semangat dan asa pada setiap individu yang masih berkecimpung dalam
perlawanan. Masihkah ada, atau sudah tenggelam?.

Anda mungkin juga menyukai