Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Budaya merupakan sebuah sistem yang mencakup bahasa, benda, musik
kepercayaan serta aktivitas masyarakat yang mengandung makna kebersamaan
dan mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya (Yunus, 2014).
Budaya selalu melekat dan menjadi kebiasaan suatu masyarakat sehingga secara
sengaja atau tidak akan selalu diterapkan dari generasi ke generasi. Oleh karena
itu, setiap kelompok masyarakat akan memiliki budayanya masing-masing.
Budaya ini akan terus diterapkan dan dipegang teguh oleh individu dari suatu
kelompok masyarakat. Papua merupakan daerah kawasan timur Indonesia yang
belum cukup berkembang dilihat dari berbagai aspek. Suku-suku asli Papua Barat
sendiri terdiri dari Suku Doreri, Suku kokoda, Suku Kuri, Suku Simuri, Suku
Irarutu, Suku Sebyar, Suku Moscona, Suku Mairasi, Suku Kambouw, Suku Onim,
Suku Sekar, Suku Maibrat, Suku Tehit, Suku Imeko, Suku Moi, Suku Tipin, Suku
Maya, Suku Bintuni, Suku Demta, Suku Genyem, Suku Guai, Suku Hattam, Suku
Jakui, Suku Kapauku, Suku Kiman, Suku Mairasi, Suku Manikion, Suku Mapia,
Suku Marindeanim, Suku Mimika, Suku Moni, dan masih banyak suku lainnya.
Meskipun jaman dahulu suku-suku yang ada di Papua berasal dari kawasan
tertentu di Papua, saat ini suku-suku yang ada dapat ditemukan di semua kawasan
yang ada di Papua. Tiap suku yang ada di Papua Barat memiliki budayanya
masing-masing sehingga Papua Barat dikenal dengan kawasan yang memiliki
budaya yang beragam. Tiap suku yang ada di Papua Barat memiliki budayanya
masing-masing sehingga Papua Barat dikenal dengan kawasan yang memiliki
budaya yang beragam.

1.2 Rumusan masalah


1. Dimanakah lokasi, keadaan lingkungan alam dan demografi dari suku
kokoda?
2. Bagaimana asal mula dan sejarah suku kokoda?
3. Bahasa apakah yang dipakai oleh suku kokoda?
4. Bagaimanakah sistem teknologi yang dipakai oleh suku kokoda?
5. Sistem mata pencaharian apakah yang digunakan oleh masyarakat suku
kokoda?
6. Organisasi sosial apakah yang dilakukan oleh suku kokoda?
7. Bagaimana sistem pengetahuan yang dialami oleh suku kokoda?
8. Apa kesenian-kesenian yang terdapat pada suku kokoda?
9. Sistem religi apakah yang dianut oleh suku kokoda?
10. Perubahan-perubahan kebudayaan apa saja yang terjadi pada suku kokoda?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui letak lokasi, keadaan lingkungan alam dan demografi dari
suku kokoda.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan asal mula, dan sejarah dari suku kokoda.
3. Untuk mengetahui bahasa apakah yang dipakai oleh suku kokoda.
4. Untuk mengetahui sistem teknologi yang dipakai oleh suku kokoda.
5. Untuk mengetahui Sistem mata pencaharian yang digunakan oleh masyarakat
suku kokoda.
6. Untuk mengetahui dan menjelaskan organisasi sosial yang di lakukan oleh
suku kokoda.
7. Untuk mengetahui sistem pengetahuan yang dialami oleh suku kokoda.
8. Untuk mengetahui kesenian-kesenian yang terdapat pada suku kokoda.
9. Untuk mengetahui sistem religi apakah yang dianut oleh suku kokoda.
10. Untuk mengetahui Perubahan-perubahan kebudayaan apa saja yang terjadi
pada suku kokoda.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lokasi, lingkungan alam dan demografi
Suku Kokoda adalah suku lokal yang bermukim di wilayah Provinsi Papua
Barat. Pemukiman Suku Kokoda tersebar di dua lokasi besar, yaitu di Kelurahan
Klasabi, Distrik ManKota Sorong dan daerah IMEKO (Inanuatan, Matemani,
Kais, dan Kokoda). Suku Kokoda yang tinggal di Kota Sorong umumnya sudah
mulai mengenal penggunaan teknologi, mengingat lokasi perkampungan mereka
juga bersebalahan dengan lapangan terbang DEO, Kota Sorong. Sementara itu,
Suku Kokoda yang tinggal di daerah IMEKO masih hidup dengan cara
tradisional, seperti menokok sagu dan mencari ikan di dalam sungai atau kali
dengan menggunakan alat berupa tangguh ayang yang dianyam dari pelepah sagu.
Komunitas ini tersebar di empat lokasi teritori Kota Sorong dan satu lokasi
di Kabupaten Sorong, yaitu di Km. 7 dekat Bandara Domine Edward Osok, Km.
8 yang menjadi pusat atau induk dari suku Kokoda yang berada di wilayah
Sorong, Rufei Km.3, Viktori Km. 10, dan Makbusun SP 3 yang menempati
wilayah di luar keramaian kota. Dari kelima lokasi yang telah disebutkan, semua
basis kehidupannya tidak jauh dari laut. Maksudnya, sektor kelautan adalah
modal utama bagi suku Kokoda untuk meningkatkan produktifitas kehidupan
mereka.
Suku ini terdiri dari 9 kampung yakni: Nebes (Maretinaniya), Udagaga,
Kambur (Benawa), Kasueri (Giator), Migori (Towagau), Taruf (Pupiyagau),
Tambani, Kali Kamundan, dan Siwatori (Kokodaya atau Kokoda). Saat ini
masyarakat suku Kokoda mendiami 8 lokasi di kawasan Sorong raya. Ke delapan
lokasi tersebut, yaitu (1). Sekitar bandara Domine Edward Osok Sorong di km. 7
(namun saat ini sudah direlokasi di wilayah Distrik Aimas); (2). Viktori di km. 10;
(3). Kompleks “Kokoda” di km. 8 sebagai pusat pemukiman komunitas Kokoda;
(4). Rufei di km. 3 ke arah Barat (pedalaman) Kota Sorong; kampung Warmon
Kokoda (Distrik Mayamuk); Kampung Maibo (Distrik Aimas); Klalin (Distrik
Aimas), dan kampung Inamo (Distrik Aimas).
2.2 Asal mula dari sejarah suku kokoda
Komunitas Kokoda berasal dari beberapa suku yang menyatu dalam satu
wilayah3, seperti; Suku Migori, Kasweri, Siwatori, Tarof, Nebes, Udagaga,
Benawa, dan Tambani. Sementara itu, dokumen sejarah yang dimiliki oleh suku
Kokoda sangat terbatas dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang sehingga
sejarah asal usul suku Kokoda biasanya akan sedikit berbeda-beda di
masingmasing kampung. Kata Kokoda sendiri merujuk pada suatu tempat yang
awalnya berupa rawarawa dengan sungai yang mengalir dari dalam pohon sagu
yang mempunyai air berwarna coklat, dan ada telaga besar (Kokodaya).
Kokodaya inilah yang kemudian menjadi nama bagi Suku Kokoda. Sementara
menurut riset sebelumnya oleh (Wekke & Sari, 2012), kata Kokoda memiliki arti
yang berasal dari bahasa Yamueti, yakni air yang berwarna hitam yang
disekelilingnya terdapat tanaman sagu yang mengitari kawasan air tersebut.
Jauh sebelum agama Kristen masuk, suku Kokoda telah memeluk agama
Islam sejak abad ke-17 yang dibawa oleh Sultan Tidore yang berekspansi dari
Raja Ampat menuju di setiap pesisir pantai berlanjut ke Kaimana dan berlabuh di
Kokas kemudian menyeberang ke daerah Tarof.
2.3 Bahasa
2.4 Sistem teknologi
2.5 Sistem mata pencaharian
Secara garis besar, jumlah penduduk Kokoda yang bertempat di Kelurahan
Klasabi berjumlah 6.528 jiwa pada tahun 2010. Mayoritas, Suku Kokoda bekerja
di sektor formal dan informal seperti guru, buruh tani, buruh nelayan, dan buruh
bangunan. Selain itu, banyak di antara Suku Kokoda yang memilih untuk menjual
kayu dan batu karang. Meskipun sebagian besar lebih memilih untuk menjadi
buruh nelayan, mereka juga mulai mempraktikan kegiatan pertanian selama
menetap. Hal itu mereka lakukan karena banyaknya pendatang dari luar Papua
yang menetap di lingkungan tempat tinggal mereka. Mencukupi makanan melalui
kegiatan pertanian secara mandiri perlu untuk mereka lakukan.
2.6

Anda mungkin juga menyukai