Anda di halaman 1dari 11

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI DATA KESEHATAN DAN SISTEM


INFORMASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
Nama : TERA MILIA DIANA
Nim : P0 5170019082
Kelas : 2B

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN D4 PROMOSI KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Penulis menyusun laporan ini untuk memenuhi
tugas dari Bapak Likusman, SKM.MPH.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada, Bapak Likusman selaku dosen mata kuliah sistem
informasi kesehatan dan juga kepada teman-teman sekelas yang sudah memberi dukungan
dalam proses pembuatan makalahini.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
sederhana dan hasilnya jauh dari sempurna.

Demikianlah kata pengantar dari penulis, semoga makalah ini mendapatkan hasil yang
memuaskan dan berguna bagi para pembaca.

Penulis,21 oktober 2020

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................…………………………2

DAFTAR ISI..........................................................................................…………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….……………..4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….…………….4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Konsep Open e-Health…………………………………………………….…6

DAFTAR ARTIKEL:

1.Pengembangan Konsep Open e-Health Gunadarma Information System……6


2. Model Informasi Struktur Data (Data Structure Information Model)
………………………………………….7
3.Pembahasan Hasil Penelitian
…………………………………………………………………………….…..9
4.Pengaruh Faktor Organisasi dengan Ketersediaan Dataset Prioritas .................................9
5.Model Informasi Struktur Data (Data Structure Information Model)
………………………………………….....11

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………………
……………………………….12

SIMPULAN………………………………………………………………………………………
………………………………………….12

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
…………………………....13

BAB I
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Konsep Open e-Health

Untuk mengembangkan Sistem In- formasi Kesehatan yang terintegrasi dengan Health
Information System On- line, diperlukan sebuah konsep disain arsitektur sistem yang dapat
menjadi jembatan antara Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi Puskesmas dan
Sistem Informasi Dokter Keluarga men- jadi sebuah sistem terkoneksi dan ter- integrasi
dengan asas interoperabiliti. Ko- neksi dan integrasi sistem tersebut dapat digambarkan pada
Gambar 1. Skema Koneksitas Sistem
Berikut penjelasan tujuh langkah
reuseable system dengan metode SOA:

1. High Level Architecture. Rancangan services mengacu pada kepentingan menyeluruh,


Manajemen, Pelaksana Layanan (Dokter, Perawat, Teknisi, Laboran), Laboratorium,
Apotek, Pe- ngawas Kesehatan, Departemen Ke- sehatan, dan Masyarakat. Proses ini
menjadi bagian teramat penting karena memerlukan interaksi yang intensif dengan
pelaksana lapangan dan bersifat subjektif.
2. Select and Provide Tooling. Pemi- lihan dan penentuan alat bantu dise- suaikan
dengan model pelayanan yang akan diberikan dan mengacu
pada sistem pelayanan yang optimal dan efektif.
3. Select process Chains. Menentukan urutan dan bagian proses yang harus dijalankan
secara berurutan/sequential atau yang dapat dilakukan secara parallel. Tidak
memisahkan proses berdasarkan kepentingan dan pesanan bagian tertentu tapi
merupakan sistem proses yang terintegrasi.
4. Define Services. Mendefinisikan se- tiap services dengan layak, tidak berlebihan dan
mencakup semua yang menjadi kepentingan manajemen dan pelanggan. Service
didefinisikan ber- dasarkan prosedur yang telah dise- pakati dan mengacu pada aturan
legal.
5. Build Services on legacy system. Melakukan reusable dan restructures pada sistem yang
sudah terimple- mentasi, agar lebih menghemat dan memudahkan user melaksakan apli-
kasi sistem yang telah diperbaharui.
6. Build and implement Orchestration Layer. Membangun aplikasi yang menggabungkan
dan menghubungkan semua sistem layanan pada tingkat aplikasi, untuk tidak merubah
secara mendasar dan menyeluruh aplikasi layanan yang sudah terimplementasi.
Membangun sebuah aplikasi antara yang menjadi tempat pertukaran data dan informasi
dari satu sistem layanan ke sistem layanan lainnya.
7. Build and Implement Presentation Layer. Membangun aplikasi yang lebih baik pada
bagian layanan yang memerlukan perubahan tampilan un- tuk memberikan kemudahan
baru bagi pelaksana dan penerima layanan.

2.2 Model Informasi Struktur Data (Data Structure Information Model)

Prinsip desain yang utama untuk model struktur data adalah kebutuhan memberikan
spesifikasi yang jelas pada struktur logis dengan menggunakan re- presentasi generic
yang sama seperti hirarki. Struktur logis termasuk tabel, daftar, rangkai pohon, dan
konsep sejarah. Representasi dari struktur logis itu dapat sebagai representasi murni atau
sebuah arti semantik, hal ini menjadi penting, karena (1) Untuk proses interoperabilitas
sistem, sebagai contoh struktur daftar tabel logis dan daftar sejarah dikodekan kedalam
representasi generik yang sama oleh pengirim dan penerima informasi.(2) Memudahkan
pengembang perangkat lu- nak secara eksplisit mengambil struktur logis sebagai
antarmuka fungsional yang universal. (3) Memudahkan proses infor- masi oleh penerima
menggunakan anta- rmuka fungsional dengan penyajian data yang sesuai tujuan dan data
di layar komputer pemakai yang sama.
Salah satu motivasi mendifinisikan struktur data logis secara eksplisit adalah
untuk menghilangkan ambiguitas dalam merekam struktur dan waktu, dengan me-
ngacu pada standar spesifikasi CEN 13606, GEHR, GEHR Australia dan HL7 v3.
Pendekatan standard yang menghapus semua ambiguitas tersebut akan mening- katkan
kualitas data dan perangkat lunak (OpenEHR Release 1.0.1, Data Structure Information
Model, 2006).
Struktur data dibentuk oleh jejak sejarah dan struktur item dimana struktur item
merepresentasikan elemen-element yang berisi tipe data awal.Struktur data mengacu
pada tabel local.Paket struktur data sendiri berisi kelas struktur data tunggal yang
merupakan asal mula dari semua data struktur.Pada penelitian kami, struktur data
tersebut menggunakan fitur OpenEHR sebagai satu fungsi hirarki yang
diimplementasikan oleh masing- masing sub struktur data.Hal ini dika- renakan
OpenEHR mendukung kompa- tibel sistem dengan sistem lainnya seba- gai standar
interoperabilitas yang men- dukung standar CEN EN 13606.

2.3 Hasil Dan Pembahasan

Untuk mencerminkan upaya pelayanan publik yang baik sebagai bentuk reformasi birokrasi
dalam pengelolan data dan informasi di bidang kesehatan, selanjutnya penelitan ini mencermati
proses pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan dalam pengelolan data dan informasi melalui
dimensi ± dimensi atau indikator prinsip ± prinsip pengelolan Sistem Informasi Kesehatan yang
baik sesuai dengan yang diamanahkan dalam Undang ± undang nomor 36 tahun 209 tentang
kesehatan dan Peraturan Walikota Pagar Alam nomor 09 tahun 2015 tentang penyelengaran
sistem elektronik pemerintahan (E-Government) di lingkungan Pemerintah Kota Pagar Alam
yaitu untuk meningkatkan efektif, efisien, transparan dan bisa dipertangung jawabkan
(akuntabiltas) dalam penyelengaran pemerintah.

Pembahasan Hasil Penelitian

Mencermati aktivitas dan proses pengelolan data dan informasi yang dilaksanakan dilngkungan
Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan dengan mengunakan Sistem
Informasi Kesehatan, maka dapat dikatakan bahwa berbagai aktivitas tersebut telah memenuhi
ketentuan sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang ± undang nomor 36 tahun 209 tentang
kesehatan dengan ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Kesehatan diatur dengan
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan.

Pengaruh Faktor Organisasi dengan Ketersediaan Dataset Prioritas

A. Pengaruh Sarana Terhadap Ketersediaan Data Set Prioritas

Tabel 3.1 Hasil Uji Chi Square


Pengaruh Sarana Terhadap
Ketersediaan Data

Ketersediaan data Set


Prioritas Jumlah
No Sarana
Kurang Baik
n % N % n %
1 Kurang 13 86,7 2 13,3 15 10
0
2 Baik 32 80,0 8 20,0 40
10
0
10
Total 45 81,8 10 18,2 61
0
p-value = 0,710; RP = 1,625; CI95%= (0,303-
8,704)
Sumber: Data Primer, 2016

Pada Tabel 3.1 Hasil Uji chi square Pengaruh sarana terhadap ketersediaan data
diperoleh nilai ρ = 0,710 > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada pengaruh antara sarana terhadap ketersediaan data set prioritas.
Menurut pengertian yang didasarkan kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah, Sarana
kerja adalah fasilitas yang secara langsung berfungsi sebagai penunjang proses
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mencapai sasaran yang ditetapkan, antara lain
ruangan kantor, perlengkapan kerja dan kendaraan dinas.
Namun dari hasil penelitian, ternyata sarana yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam hal
pengelolaan dan penyediaan data, tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal, ini terlihat dari tabel
diatas dimana sebanyak 80% responden menjawab sarana yang tersedia sudah baik

Pada Permenkes Nomor 92 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data


dalam Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab terhadap pendanaan penyelenggaraan Komunikasi Data. Alokasi dana
untuk Penyelenggaraan Komunikasi Data digunakan untuk pembangunan, pengembangan,
operasional, dan pemeliharaan Komunikasi Data. Alokasi dana pembangunan dan
pengembangan Komunikasi Data meliputi dana untuk penyusunan sistem, pengadaan
perangkat, pengembangan tenaga pengelola, dan kegiatan lainnya yang terkait. Alokasi dana
operasional Sistem Informasi Kesehatan tersebut meliputi dana operasional untuk
pengumpulan, pengolahan, analisis data, penyajian dan diseminasi data dan informasi, dan
biaya operasional untuk Komunikasi Data. Alokasi dana pemeliharaan Komunikasi Data
meliputi dana untuk pemeliharaan data, pemeliharaan perangkat, dan kegiatan pemeliharaan
lainnya yang terkait.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dana dan imbalan telah disediakan oleh
pemerintah untuk dapat mengelola dan menyajikan data set prioritas. Namun, pada
kenyataanya imbalan ataupun dana tersebut tidak dapat membuat Dinas Kesehatan
termotivasi untuk menyediakan data set prioritas yang seharusnya dapat dikirimkan rutin ke
Pusdatin.
2.4 Model Informasi Struktur Data (Data Structure Information Model)

Prinsip desain yang utama untuk model struktur data adalah kebutuhan memberikan
spesifikasi yang jelas pada struktur logis dengan menggunakan representasi generic yang sama
seperti hirarki. Struktur logis termasuk tabel, daftar, rangkai pohon, dan konsep sejarah.
Representasi dari struktur logis itu dapat sebagai representasi murni atau sebuah arti semantik,
hal ini menjadi penting, karena (1) Untuk proses interoperabilitas sistem, sebagai contoh struktur
daftar tabel logis dan daftar sejarah dikodekan kedalam representasi generik yang sama oleh
pengirim dan penerima informasi.(2) Memudahkan pengembang perangkat lunak secara eksplisit
mengambil struktur logis sebagai antarmuka fungsional yang universal. (3) Memudahkan proses
informasi oleh penerima menggunakan antarmuka fungsional dengan penyajian data yang sesuai
tujuan dan data di layar komputer pemakai yang sama. Salah satu motivasi mendifinisikan
struktur data logis secara eksplisit adalah untuk menghilangkan ambiguitas dalam merekam
struktur dan waktu, dengan mengacu pada standar spesifikasi CEN 13606, GEHR, GEHR
Australia dan HL7 v3. Pendekatan standard yang menghapus semua ambiguitas tersebut akan
meningkatkan kualitas data dan perangkat lunak (OpenEHR Release 1.0.1, Data Structure
Information Model, 2006).
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Salah satu solusi untuk memperbaiki proses pengelolan data dan informasi kesehatan adalah
melalui penerapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia merupakan salah satu lembaga negara yang menyelengarakan kegiatan pengelolan data
dan informasi kesehatan melalui Sistem Informasi Kesehatan yang telah di laksanakan pada
Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Dari hasil penelitan yang di
lakukan, maka kesimpulan yang di dapat dalam penelitan ini adalah : 1. Pelaksanan Sistem
Informasi Kesehatan dalam pengelolan data dan informasi pada Dinas Kesehatan Kota Pagar
Alam Provinsi Sumatera Selatan menunjukan telah tercapainya aspek efektivitas, efisiensi,
transparansi dan akuntabiltas didalam pelaksananya. 2. Sistem Informasi Kesehatan dalam
pengelolan data dan informasi yang mengunakan aplikasi Komunikasi Data secara online
merupakan inovasi baru didalam memberikan pelayanan yang baik kepada publik, namun di
dalam penerapanya menghadapi beberapa kendala seperti : x Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam hal ini pengelola yang memilki keterampilan
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/169454-ID-standardisasi-sistem-informasi-
kesehatan.pdf

OpenEHR Release 1.0.1, The openEHR Reference Model, Data Structures Information Model ,
Ocean Informatic, 26 September 2006.

OpenEHR Release 1.0.1, The openEHR Reference Model, Data Types Infromation Model,
Ocean Infromatic, 12 April 2007.

OpenEHR release 1.1, The openEHR archetype Model, openEHR Templetes, Ocean Informatics,
12 January 2012.

https://media.neliti.com/media/publications/290431-pelaksanaan-sistem-informasi-kesehatan-s-
75f0d447.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/4284-Article%20Text-10706-1-10-20180807%20(4).pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/295346591.pdf

[1] Ade Hadiono (2010), Sistem Informasi Daftar Obat dan Kesehatan Keluarga Indonesia
melalui Internet., Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 1, April 2010.

[2] Joko Lianto Buliali, Suhadi Lili, Deddy Cahyadi (2007), Sistem Pencatatan Informasi Medis
Berbasis Teknologi Microsoft .Net. Jurnal Informatika Vol. 3 No.1: 97-118, Juni 2007.

[3] Kemenkes RI. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
http://depkes.go.id

https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2017-07 17berkas1979112520090320016.pdf

Anda mungkin juga menyukai