Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK 3 : (masalah terkait dengan pembentukan pemerintah sipil oleh Jepang)

1. Ajeng Windi Setia Ningsih (03)


2. Novita Putri Angel Wijaya (19)
3. Regita Shanda Aulia (26)
4. Rendy Angriawan Harjaya (28)

Jepang membentuk Pemerintahan Sipil

Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang juga
mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha
meningkatkan sistem pemerintahan antara lain :
1. Mengeluarkan UU No 27 tentang pemerintahan daerah
2. Dimantapkan dengan UU No 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi

Menurut UU No 28, pemerintah daerah tertinggi adalah shu (keresidenan). Seluruh pulau Jawa dan
Madura kecuali Kochi Jogyakarta dan Kochi Surakarta di bagi menjadi daerah-daerah shu (keresidenan),
Shi (kotapraja), Ken (kabupaten), Gun (kawedanan), Son (kecamatan) dan ku (desa/kelurahan). Seluruh
pulau Jawa dan Madura di bagi menjadi 17 shu .

Pemerintahan shu di pimpin : Shucokan memiliki kekuasaan seperti Gubernur, pada kekuasaan Hindia
Belanda meliputi legislatif dan eksekutif. Di bantu oleh : Cokan Kanbo ( Majelis Permusyawaratan Shu)
memiliki 3 bagian yaitu : Naisebu (bagian pemerintahan umum, kaisaibu (bagian ekonomi), dan
keisatsubu (bagian kepolisian) Jepang membentuk sebuah kota swatantra (otonomi) disebut
tokubetsushi (kota istimewa) yang posisi kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah
pengawasan gunseiken, Contohnya : Kota Batavia di bawah pimpinan Tokubetu Shico.

Untuk mengatasi kekurangan jumlah pegawai, pemerintah Jepang dapat menempuh beberapa pilihan,
di antaranya:
1. Memanfaatkan orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia. Pilihan ini sangat tidak mungkin
karena Jepang sedang menanamkan sikap anti Belanda di kalangan pen-duduk Indonesia.
2. Menggunakan tenaga Timur Asing (Cina). Pilihan ini juga sangat berat karena Cina dianggap sebagai
lawan politik Jepang yang paling berbahaya untuk mewujudkan cita-cita Jepang, yaitu membangun Asia
Timur Raya.
3. Memanfaatkan penduduk Indonesia. Pilihan ini dianggap yang paling realistik karena sesuai dengan
semboyan ‘Jepang sebagai saudara tua’ yang ingin membebaskan suadara mudanya dari belenggu
penjajahan bangsa Eropa. Di samping itu, pemakaian bangsa Indonesia sebagai dalih agar bangsa
Indonesia benar-benar bersedia membantu untuk memenangkan perang yang sedang dilakukan Jepang.
Sumber :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI
Semester 2. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai