Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salman Alfarisi F

NPM : 117120020
Kelas : Agribisnis A

KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(Studi Kasus Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon)

I. PENJELASAN JUDUL
Konsep : ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi
atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu
istilah atau rangkaian kata. (Soedjadi, 2000)
Pemberdayaan : upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat mampu
membangun dirinya sendiri sehingga masyarakat dapat
memperbaiki kehidupannya. (Slamet, 2003)
Masyarakat : kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sitem
adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
rasa identitas yang sama. (Koentjaraningrat, 1994)
Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Balai Penyuluhan Pertanian Gegesik :
Sebuah ide abstrak yang digunakan BPP Gegesik untuk membuat sekelompok
petani Gegesik membangun dirinya sendiri dan diharapkan dapat menyejahterakan
kehidupannya.

II. PERMASALAHAN KHUSUS


Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan Konsep Pemberdayaan Masyarakat di
BPP Gegesik, terdapat permasalahan khusus yaitu :
 Konsep pemberdayaan masyarakat di BPP Gegesik dalam pelaksanaannya belum
sesuai dengan harapan

III. PEMBAHASAN
III.1 Data
Data hasil kajian lapangan berdasarkan hasil wawancara, hasil pengamatan dan
dokumen-dokumen dari BPP Gegesik sebagai berikut :
Balai Penyuluhan Pertanian Gegesik memiliki konsep pemberdayaan mapenulisrakat:
1. BPP Gegesik menjadi sumber informasi dan laboratorium pertanian untuk petani
2. Ingin mengubah sikap dan perilaku petani (bagaimana petani mau dan mampu
menerapkan inovasi-inovasi terbaru) dengan harapan terjadi peningkatan kualitas
SDM dan kesejahteraan petani.
Untuk melaksanakan konsep pemberdayaan masyarakat tersebut hal yang dilakukan
BPP Gegesik mengadakan kegiatan penyuluhan pertanian. Dalam kegiatan
penyuluhan dibagi ke dalam 19 wilayah binaan, yang terdiri dari dari dua kecamatan,
yaitu Kecamatan Gegesik dan Kecamatan Kaliwedi. Di setiap wilayah binaan (wilbin)
terdiri dari 1 orang penyuluh.
Adapun kegiatan atau program pemberdayaan masyarakat di BPP Gegesik terdiri dari
Temu lapang, PUAP, Demplot, Demfarm dan Demarea.
1. Temu lapang
2. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan)
Tabel 1. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dari Tahun
2008 sampai 2012 yaitu :
No Nama Desa Nama Gapoktan Tahun Perolehan
(Gabungan Kelompok Program PUAP
Tani)
A Kecamatan Gegesik
1 Bayalangu Kidul Sri Rejeki 2008
2 Bayalangu Lor Kramat Jaya 2009
3 Gegesik Kidul Sri Sedana 2012
4 Gegesik Wetan Harum Sari 2011
5 Gegesik Kulon Perintis 2014
6 Gegesik Lor Subur Makmur 2010
7 Kedungdelem Sri Mulya 2009
8 Sibubut Sri Unggul Jaya 2008
9 Jagapura Kidul Barokah 2011
10 Jagapura Wetan Mekar Tani 2008
11 Jagapura Lor Tunas Jaya 2008
12 Jagapura Kulon Citra Mandiri 2008
13 Slendra Mitra Usaha Tani 2008
B Kecamatan Kaliwedi
1 Kalideres Sukses Abadi 2008
2 Prajawinangun Ki Suro 2010
Wetan
3 Prajawinangun Ki Legung 2008
Kulon
4 Kaliwedi Lor Sri Tanjung Anom 2014
5 Ujungsemi Patisemi 2008
6 Wargabinangun Al Hikmah 2008
7 Guwa Kidul Madun Jaya 2007
8 Guwa Lor Al Barokah 2008
Sumber : Data Program PUAP BPP Gegesik
3. Demonstrasi Plot (Demplot)
4. Demonstrasi Farming (Demfarm)
5. Demonstrasi Area (Demarea)
Sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat BPP Gegesik yaitu mengubah
sikap dan perilaku petani (untuk menerapkan inovasi terbaru), maka penyuluh
BPP Gegesik memberikan penilaian dan evaluasi untuk kegiatan penyuluhan
pertanian yang telah digunakan yang meliputi aspek teknis, sosial dan ekonomi.
Tabel 2. Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian BPP Gegesik Tahun 2020

No Keadaan Tujuan Masalah

I Teknis
1 TANAMAN PANGAN
A. PADI SAWAH
1 Sebagian besar Meningkatkan Baru 19,18 %
petani belum Pengetahuan petani yang
memahami asal asal kompos Memahami
kompos yang dari 19,18 % asal kompos
Digunakan menjadi 22 % yang digunakan
2 Sebagian besar Meningkatkan Baru 29,23 %
petani belum Pelaksanaan Petani
Melaksanakan pengamatan OPT Pelaksanaan
Pengamatan dari 29,23 % pengamatan OPT
OPT sesuai menjadi 32%
Anjuran
II SOSIAL EKONOMI
A. SOSIAL
1. memotivasi kelom- Baru 28,27%
Poktan belum poktani untuk Poktan yang
Melibatkan mengambil keputusan mengikutsertakan
anggota dalam dari 28,27 % anggota dalam
Mengambil menjadi 34 % Mengambil
Keputusan Keputusan
2. Sebagian besar Memotivasi anggota Baru 29,31 %
anggota poktan poktan untuk selalu anggota poktan
belum mengikuti belum mengikuti Mengikuti
kegiatan belajar kegiatan belajar kegiatan belajar
mengajar di luar mengajar di luar mengajar di luar
kunjungan PPL kunjungan PPL dari kunjungan PPL
29,31 % menjadi 34%
B. EKONOMI
1. Sebagian Memfasilitasi Baru 16,19 %
poktan belum poktan untuk poktan yang
menentukan harga penetuan harja menentukan harga
jual sendiri jual dari 16,19 % jual sendiri
menjadi 19 %

2. Sebagian poktan Memotivasi Baru 17,71%


Belum poktan untuka poktan yang sudah
Melaksanakan Melaksanakan melaksanakan
penjualan hasil penjualan hasil penjualan hasil
secara kolektif secara kolektip secara kolektip
dari 17,71 %
menjadi 22 %
Sumber : Data Programa BPP Gegesik Tahun 2020
Tujuan dari adanya konsep pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan
pendapatan petani, di mana pendapatan petani menjadi indikator kesejahteraan
petani di Gegesik. Pendapatan petani per kapita dihitung berdasarkan pendapatan
kotor petani selama setahun kemudian dibagi 12 bulan kemudian dibagi lagi
berdasarkan rata-rata jumlah anggota keluarga petani. Berikut adalah data
pendapatan per kapita petani di wilayah binaan BPP Gegesik.
Tabel 3. Pendapatan Perkapita Petani Padi Wilbin BPP Gegesik Tahun 2017-2019
Pendapatan
No. Kecamatan/Desa
2017 2018 2019
Gegesik
1. Bayalangu Kidul 524.490 527.650 529.600
2. Bayalangu Kidul 583.513 583.400 580.450
3. Gegesik Kidul 497.868 496.980 510.430
4. Gegesik Wetan 989.250 980.750 985.438
5. Gegesik Kulon 531.941 534.435 535.549
6. Gegesik Lor 319.375 320.300 323.760
7. Panunggul 410.425 410.546 415.780
8. Kedungdalem 460.778 471.873 465.987
9. Sibubut 574.779 567.980 575.768
10. Jagapura Wetan 415.345 420.598 419.456
11. Jagapura Kidul 410.869 410.790 412.760
12. Jagapura Lor 565.654 564.700 579.735
13. Jagapura Kulon 316.918 310.800 318.965
14. Slendra 477.658 479.800 496.800
Kaliwedi
15. Kaliwedi Kidul 240.987 250.750 251.860
16. Kaliwedi Lor 919.536 765.900 834.768
17. Praja Kulon 446.176 440.200 445.450
18. Praja Wetan 521.987 530.980 528.760
19. Ujungsemi 240.987 251.620 260.760
20. Kalideres 765.986 760.329 755.788
21. Wargabinangun 328.987 320.535 331.765
22. Guwa Kidul 765.987 760.650 763.650
23. Guwa Lor 678.760 875.800 798.590
521.228 523.363 527.037
Rata-Rata
Sumber : Data Programa BPP Gegesik Tahun 2020

III.2 Penjelasan Data


Berdasarkan data di atas diperoleh penjelasan bahwa, BPP Gegesik
memiliki dua konsep pemberdayaan, BPP Gegesik menjadi sumber informasi dan
laboratorium pertanian untuk petani dan Ingin mengubah sikap dan perilaku petani
(bagaimana petani mau dan mampu menerapkan inovasi-inovasi terbaru) dengan
harapan terjadi peningkatan kualitas SDM dan kesejahteraan petani. Karena yang
diberdayakan petani, maka kegiatan pemberdayaannya berupa penyuluhan
pertanian. Setelah menentukan konsep pemberdayaan masyarakat, selanjutnya
BPP Gegesik melaksanakan konsep pemberdayaan tersebut dengan mengadakan
beberapa kegiatan, di antaranya temu lapang, PUAP, demplot, demfarm dan
demarea.
Temu Lapang dilaksanakan dua kali pada awal kegiatan dan pada saat mau
panen. Temu lapang juga dimanfaatkan penyuluh sebagai sarana pemberian
informasi tentang teknologi baru yang dapat meningkatkan hasil produktivitasnya,
serta memberikan informasi kepada petani, bagaimana cara merawat tanamannya
agar tidak terkena serangan hama sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan
pada saat masa panen akibatnya petani mengalami kerugian. Temu lapang
diharapkan agar petani dapat mengetahui serta memahami tentang cara teknik
budidaya padi serta manfaat penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB).
Dalam program PUAP, pemerintah memberikan modal usaha kepada
petani kurang lebih sebesar 100 juta perdesa yang disalurkan melalui gapoktan.
Pelaksanaan PUAP meliputi pendidikan dan latihan untuk pengembangan usaha,
pemberian fasilitas bantuan modal usaha petani yang disalurkan melalui gapoktan,
di setiap desa yang melaksanakan program PUAP terdapat satu penyuluh
pendamping. Demplot dilakukan dengan cara penyuluh memperagakan dan
memperlihatkan suatu inovasi baru, demplot lingkupnya perorangan yang mana
usahataninya masih kecil. Luas lahan yang digunakan sekitar 0,1 ha. Sedangkan
demfarm, Penyuluh melakukan demonstasi usahatani tentang penerapan teknologi
pertanian dilakukan secara berkelompok dan lahan yang digunakan 1-5 ha.
Demarea lebih luas dari dua demonstrasi tadi, dikarenakan demarea lingkupnya
gabungan kelompok tani, luas lahannya yang digunakan 25-100 ha.
Setelah melaksanakan program penyuluhan, penyuluh melakukan sebuah
penilaian dan evaluasi yang mana penilaian tersebut dapat memberikan informasi
kepada penyuluh apakah petani mampu menyerap informasi yang disampaikan
oleh penyuluh atau tidak. Dari aspek teknis, sosial dan ekonomi petani masih
belum maksimal dalam menerima sumber informasi dari penyuluh dikarenakan
persentase penilaiannya masih di bawah 50%. Dari segi pendapatan petani tahun
2017 hingga 2019, memang mengalami sedikit peningkatan pertahunnya, namun
peningkatan pendapatan petani tersebut belum terlalu signifikan. Pendapatan
petani digunakan sebagai salah satu faktor kesejahteraan petani dan keberhasilan
penyuluh dalam melakukan kegiatan pemberdaayaan.

III.3 Pendapat Penelaah Terhadap Data Tersebut


Menurut penulis BPP Gegesik sudah memiliki konsep pemberdayaan
masyarakat yang baik, karena menurut (Badan SDM, 2003) penyuluhan pertanian
memberikan fasilitas proses belajar, menyediakan informasi teknologi, informasi
input dan harga-harga ouput dan informasi pasar, namun dalam pelaksanaannya
petani belum maksimal dalam menerima informasi dari penyuluh, hal ini ditandai
dengan masih kecilnya persentase penilaian dari aspek teknis, sosial dan ekonomi.
Dilihat dari kesejahteraan para petaninya pula belum menunjukkan hasil yang
berarti dari adanya kegiatan penyuluhan.
Kegiatan atau program pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari temu
lapang, PUAP, dan demonstrasi sudah sesuai dengan sistem penyuluhan pertanian
yang baik, karena sistem penyuluhan yang baik terdiri dari dua bagian yaitu
penyampaian atau penyaluran dan penerimaan atau penerapan (Badan Litbang
Pertanian, 2001). Evaluasi dan penilaian setelah melakukan penyuluhan menurut
penulis sangat penting dilakukan agar mengetahui seberapa besar petani dapat
mengadopsi teknologi baru yang disampaikan penyuluh, jika dalam
pelaksanaannya masih ditemui kendala, maka penyuluh akan segera melakukan
suatu tindakan untuk meningkatkan kemampuan petani dari aspek teknis, sosial
dan budaya.

III.4 Penjelasan Kondisi Faktual


Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat permasalahan yaitu konsep
pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaannya belum sesuai dengan harapan,
bisa dilihat dari hasil penilaian terhadap petani yang masih rendah dalam teknis
budidaya, sosial dan ekonominya serta pendapatan petani yang belum mengalami
peningkatan yang signifikan. Seperti yang diketahui pula sebagian besar usia
petani bukan tergolong usia produktif, pendidikan yang minim dan sudah lama
hidup dengan budayanya. Sehingga informasi yang diserap petani masih terbilang
rendah, dan membutuhkan proses untuk dapat meningkatkan kemampuan petani.
Terkadang petani juga tidak mudah menerima informasi dari penyuluh, artinya
walaupun petani sudah diberikan penyuluhan dalam implementasinya tidak
dilakukan.
Sebagian petani memiliki profesi lain, sehingga kegiatan penyuluhan
pertanian harus menyesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki petani. Petani
juga enggan untuk berkunjung ke BPP Gegesik untuk berkonsultasi terkait
usahataninya, karena kembali lagi BPP Gegesik merupakan laboratorium
pertanian untuk petani.

III.5 Solusi yang Ditawarkan


Solusi untuk permasalahan konsep pemberdayaan masyarakat di BPP Gegesik
yaitu penyuluh melakukan kegiatan anjangsono (sering main) ke petani yang
disuluhnya, dengan terus mengunjungi petani penyuluh dapat memantau
perkembangan informasi yang diserap oleh petani dengan diselingi oleh
pembicaraan di luar topik pertanian, dengan begitu petani lebih mudah menerima
informasi dari penyuluh.

III.6 Dukungan Teori/Hasil Penelitian


Beberapa hasil penelitian terkait pentingnya konsep pemberdayaan masyarakat
adalah sebagai berikut :
1. Oman Sukmana tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Konsep
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Komunitas Berbasis Potensi Lokal”
(Studi Kasus Desa Wisata Bunga Sidomulyo, Kota Batu Jawa Timur)
menyatakan bahwa pengembangan kawasan binaan desa wisata bunga di
daerah wisata Kota Batu, Malang adalah model konsep pemberdayaan
masyarakat (komunitas) berbasis potensi dan kearifan lokal, program ini
juga mampu meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata dalam
mendukung program pengembangan Kota Batu sebagai kota pariwisata.
Jika dibandingkan dengan hasil kajian lapangan penulis, penelitian Oman
Sukmana sama-sama memberdayakan masyarakat, namun objek yang
diberdayakannya berbeda, sehingga dalam penentuan konsep
pemberdayaan masyarakatnya pun berbeda, kemudian dalam hal
bidangnya pun berbeda, hasil kajian lapangan penulis tentang pertanian
dan hasil penelitian Oman Sukmana tentang pariwisata. Namun dari kedua
penelitian ini kita bisa mengetahui jika konsep pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk masyarakat yang diberdayakan dan pelaku
pemberdayaan masyarakat.
2. Ary Munandar tahun 2016 dalam penelitiannya yang berjudul “ Peran
Penyuluh Pertanian terhadap Kelompok Tani dalam Pengembangan
Usahatani Padi Sawah” (Studi Kasus Desa Pasar Rawah Kecamatan
Gebang Kabupaten Langkat) menyatakan bahwa peran penyuluh pertanian
dalam kelompok tani dalam pengembangan usaha padi sawah di Desa
Pasar Rawah adalah baik; Motivasi petani dalam mengikuti program
penyuluhan pertanian termasuk kategori tinggi di Desa Pasar Rawah;
dengan mengikuti program penyuluhan para petani lebih mudah dalam
melakukan kegiatan usahataninya.
Jika dibandingkan, antara hasil kajian lapangan penulis dan penelitian Ary
Munandar sama-sama melakukan konsep pemberdayaan masyarakat
pertanian yaitu kegiatan penyuluhan, di mana penelitian tersebut hanya
mencakup satu desa terhadap kelompok tani, sedangkan hasil kajian
lapangan penulis mencakup dua kecamatan. Namun dalam hasil kajian
lapangan penulis, masyarakat petani kurang bisa menyerap sumber
informasi dari petani berbeda dengan penelitian Ary Munandar yang sudah
meningkatkan motoviasi petani untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
pertanian.
3. Kamaruzzaman tahun 2016 dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Metode Komunikasi oleh Penyuluh Pertanian pada Kelompok Tani
Gemah Ripah I Desa Jamur Labu Kecamatan Rantau Aceh Tamiang yang
menyatakan bahwa penerapan metode kemunikasi oleh penyuluh pertanian
dominan dengan cara membuat pertemuan rutin. Metode komunikasi
penyuluhan pertanian dengan cara pertemuan dianggap lebih efektif
karena karakteristik kelompokt ani dengan kekompakan sangat tinggi dan
mudah berkumpuul.
Baik penelitian Kamaruzzaman dengan hasil penelitian penulis sama-sama
menggunakan metode pertemuan yaitu dengan temu lapang, demplot,
demfarm dan demarea. Hal ini dianggap lebih efektif untuk
menyampaikan informasi ke petani. Namun hasil kajian lapangan penulis
juga terdapat metode demonstrasi yang memperagakan atau
mencontohkan cara-cara penggunaan teknologi baru atau budidaya

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kajian lapangan adalah sebagai berikut :
1. BPP Gegesik sudah memiliki konsep yang baik, namun dalam pelaksanaannya
belum sesuai dengan harapan

V. SARAN
Saran yang bisa disampaikan dari hasil kajian lapangan adalah :
1. Hendaknya BPP Gegesik sering memantau dan mencari informasi perkembangan
petani supaya antara konsep pemberdayaan yang dibuat dengan output yang
dihasilkan sesuai dengan harapan

DAFTAR PUSTAKA

Soedjadi. 2000. Defiisi Konsep Menurut Para Ahli.


https;//laodesyamri.net/2015/01/02/definisi-konsep-menurut-para-ahli/. Diakses
pada tanggal 29 Maret 2020
Slamet.2003. Teori Tentang Pemberdayaan Masyarakat.
https://www.bastamanography.id/teori-pemberdayaan-masyarakat/. Diakses pada
tanggal 29 Maret 2020
Koentjaraningrat, 1994. Definisi Masyarakat. https://definisimu.blogspot,com.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2020
Badan SDM, 2003. Sistem Penyuluhan Pertanian di Indonesia.
https:/sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/53/sistem-
penyuluh-pertanian-di-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Maret 2020
Badan Litbang Pertanian, 2001. Sistem Penyuluhan Pertanian di Indonesia.
https:/sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/53/sistem-
penyuluh-pertanian-di-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Maret 2020
Kamaruzzaman. 2016. Penerapan Metode Komunikasi oleh Penyuluh Pertanian pada
Kelompok Tani Gemah Ripah I Desa Jamur Labu Kecamatan Rantau Aceh
Tamiang dalam Jurnal Simbolika/Volume/2/Nomor 2/Oktober 2016
Munandar, Ary. 2016. Peran Penyuluh Pertanian terhadap Kelompok Tani dalam
Pengembangan Usahatani Padi Sawah dalam Jurnal Aplikasi Manajemen Volume
2 No. 1
Sukmana, Oman. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Melalui Komunitas
Berbasis Potensi Lokal dalam Jurnal Humanity, Volume 6, Nomor 1, September
2010:59-64

Anda mungkin juga menyukai