Anda di halaman 1dari 28

MATERI PENGUATAN IN-2 KEGIATAN TOT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

DALAM MENGEMBANGAKN KURIKULUM, PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN YANG


MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
KODE MODUL: IN-2-P2

MODUL AJAR
MATERI PENGUATAN IN-2 KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (ToT)
MATERI PENGUATAN
PENINGKATAN IN-2 KEGIATAN
KOMPETENSI TOT PENINGKATAN
GURU SPPPI KOMPETENSI
DI DAERAH KHUSUS DALAM GURU
DALAM MENGEMBANGAKN KURIKULUM,
PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN,
PENDIDIKAN DAN PENILAIAN YANG
INKLUSIF
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

MENGENAL GURU PEMBIMBING KHUSUS


DAN PELAKSANAAN TUGASNYA
DI SPPPI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT GURU PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS
TAHUN 2022
MENGENAL GURU PEMBIMBING KHUSUS
DAN PELAKSANAAN TUGASNYA DI SPPPI

1. Topik Pembelajaran Modul


Topik pembelajaran modul adalah Mengenal Guru Pembimbing Khusus dan
Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI.
2. Alokasi Waktu Tatap Muka
Alokasi waktu tatap muka untuk modul ini adalah 4 jam pelatihan a. 60 menit (240
menit).
3. Capaian Pelatihan
Capaian pelatihan pada materi ini adalah peserta IN-2 secara mandiri dapat
memanfaatkan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
mengenai Guru Pembimbing Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI.
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah peserta dapat:
a. menjelaskan pengertian Guru Pendidikan Khusus dan Guru Pembimbing Khusus
b. menjelaskan tugas Guru Pembimbing Khusus
c. menyusun program pendampingan/pembimbingan dan program kebutuhan
khusus yang harus dilakukan oleh Guru Pembimbing Khusus kepada guru dan
peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI.
d. melaksanakan tugas Guru Pembimbing Khusus di SPPPI
e. mengevaluasi program pendampingan/ pembimbingan di SPPPI.
5. Skenario Pembelajaran
a. Visualisasi
Peserta diajak menonton video tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di
SPPPI. Tayangan video untuk memantik tentang pengertian Guru Pembimbing
Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI. Setelah menayangkan video
dilanjutkan dengan dialog interaktif.
b. Dialog interaktif
1) Peserta diajak berdiskusi hal-hal yang menarik dari video tentang
penyelenggaraan pendidikan inklusif di SPPPI.
2) Dalam dialog interaktif tersebut narasumber menggali jawaban peserta pada
materi tentang permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dan
pentingnya adanya Guru Pembimbing Khusus di SPPPI.
3) Dialog interaktif diawali dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik sebagai
berikut
a) Persamalahan apa yang sering dihadapi guru dan tenaga kependidikan di
SPPPI?
b) Mengapa perlu ada Guru Pembimbing Khusus di SPPPI?
c) Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh Guru Pembiming Khusus di
SPPPI?
4) Penyampaian materi keseluruhan
Narasumber presentasi dengan menayangkan PPT secara keseluruhan
mengenai Guru Pembimbing Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI:
1) Pengertian Guru Pendidikan Khusus dan Guru Pembimbing Khusus
2) Tugas Guru Pembimbing Khusus di SPPPI
3) Pelaksanaan Tugas Guru Pembimbing Khusus di SPPPI
5) Latihan/Penugasan
Peserta diberi latihan/penugasan terkait pengertian Guru Pendidikan Khusus
dan Guru Pembimbing Khusus, tugas Guru Pembimbing Khusus, dan
Pelaksanaan tugas Guru Pembimbing Khusus di SPPPI.
6) Presentasi /laporan hasil latihan/penugasan
Setelah selesai mengerjakan latihan/penugasan, hasilnya ditempel pada kertas
plano atau flipchart. beberapa peserta (perwakilan peserta laki-laki dan
perempuan) melaporkan hasil latihan/tugasnya.
7) Penyimpulan materi dan penutup.

Visualisasi Menontotn
Video tentang Dialog Interaktif Hal- Penyampaian Materi
Penyelenggaraan hal yang Menarik dari Keseluruhan
Pendidikan Inklusif 10 Tayangan Video 20 Tayangan PPT 90
menit menit
menit

Presentasi/Laporan
Penyimpulan Materi Hasil Latihan
Latihan/Penugasan
dan Penutup 10 /Penugasan 50 menit
60 menit
menit

Gambar 1 Skenrio Pembelajaran

6. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran materi ajar
Guru Pembimbing Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI adalah:
a. LCD proyektor, layar dan sound system.
b. Laptop, printer, dan jaringan internet.
c. Bahan tayang (PPT dan Video)
d. Kertas tempel warna/memo stick
e. Kertas plano atau flipchart
f. Spidol berwarna
g. Pensil
h. Pulpen
i. Penghapus
j. Gunting
k. Shop Lakban atau doubletip.

7. Uraian Materi

MENGENAL GURU PEMBIMBING KHUSUS DAN PELAKSANAAN TUGASNYA


DI SPPPI

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional antara lain menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu setiap satuan
pendidikan wajib memenuhi kebutuhan guru sesuai dengan kondisi dan
karakteristik satuan pendidikan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (2), dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu. Agar beban kerja guru tidak kurang dari 24 jam tatap muka
atau lebih dari 40 jam tatap muka, maka setiap satuan pendidikan harus menghitung
kebutuhan guru berdasarkan alokasi jam pelajaran/beban belajar dalam kurikulum
dan jumlah rombongan belajar pada setiap satuan pendidikan.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,


terdapat pembagian urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan. Kewenangan
pemerintah pusat dalam urusan yang terkait dengan guru yang dikelola oleh
pemerintah provinsi adalah; a) pengendalian formasi tenaga pendidik, pemindahan
pendidik, dan pengembangan karier pendidik, b) pemindahan pendidik dan tenaga
kependidikan lintas daerah provinsi. Hal ini merupakan kewenangan bagi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat regulasi dalam
perencanaan Guru Pendidikan Khusus pada Satuan Pendidikan Khusus atau
Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Satuan Administrasi Pangkal Satuan Pendidikan
Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

Pendidikan Khusus diselenggarakan secara inklusif pada satuan pendidikan umum


dan kejuruan serta melalui satuan pendidikan khusus (Taman Kanak-Kanak Luar
Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa) atau SLB. Permasalahan utama dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan inklusif terkait dengan perencanaan
kebutuhan guru antara lain belum adanya pengaturan dan penempatan Guru
Pendidikan Khusus dan ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan
bidang yang diampu. Mengingat kebutuhan Guru Pendidikan Khusus pada Satuan
Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif, maka beberapa
Kabupaten/Kota/Provinsi berupaya untuk memenuhinya dengan memberikan
insentif/honor setiap tahun dari dana APBD kepada Guru Pembimbing Khusus.

Pasal 15 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Pasal
4 ayat (7) huruf e Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
menjelaskan bahwa: “Tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok
sesuai dengan beban kerja guru meluputi: pembimbing khusus pada satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu.”

Guru Pendidikan Khusus yang bertugas sebagai pembimbing khusus di TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK terlebih dahulu harus memiliki tugas pokok sebagai guru
kelas/guru mata pelajaran baru mendapat tugas tambahan sebagai pembimbing
khusus. Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai pembimbing khusus
berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
15 Tahun 2018 diekuivalensikan dengan (6) enam jam tatap muka per minggu bagi
Guru Pendidikan Khusus untuk pemenuhan beban kerja dalam melaksanakan
pembelajaran atau pembimbingan. Guru Pendidikan Khusus yang melaksanakan
tugas penuh sebagai pembimbing khusus atau yang tidak memiliki tugas pokok
sebagai guru kelas/guru mata pelajaran maka keberadaannya tidak akan linier
dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Pada Tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2016 tentang
Penataan Linieritas Guru Bersertifikat Pendidik. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan bahwa Guru Pendidikan Khusus atau Guru Pendidikan Luar Biasa dapat
diangkat dan linier sebagai Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Guru Pembimbing
seperti dijelaskan Pada Lampiran I (TK) sebagai Guru Kelas, Lampiran II (SD)
sebagai Guru Kelas) Lampiran III (SMP) sebagai Guru Mapel/Guru Pembimbing
Khusus, Lampiran IV (SMA) sebagai Guru Mapel/Guru Pembimbing Khusus, dan
Lampiran V (SMK) sebagai Guru Inklusif. Artinya Guru Pendidikan Khusus
memiliki tugas pokok sebagai guru kelas/guru mata pelajaran dan tugas
tambahannya adalah sebagai pembimbing khusus.

Pasal 5 ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas menyebutkan
bahwa: “Penyediaan guru pendidikan khusus pada Lembaga Penyelenggara
Pendidikan yang menerima Peserta Didik Penyandang Disabilitas.” Mengingat
pentingnya Guru Pendidikan Khusus pada satuan pendidikan umum dan kejuruan,
beberapa Pemerinrah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota telah mengangkat Guru
Pendidikan Khusus yang melaksanakan tugas secara penuh sebagai pembimbing
khusus namun pada prosesnya terkendala terkait dengan pemenuhan beban
kerjanya dan penilaian kerjanya yang berpengaruh terhadap kesejahteraan dan
peningkatan kariernya karena saat ini pembimbing khusus pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 dan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 hanya
sebagai tugas tambahan. Oleh karena itu, dalam rangka optimalisasi penataan dan
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, jenis pendidikan, kabupaten/kota, dan
antarprovinsi, serta dalam upaya mewujudkan optimalisasi pemerataan mutu
pendidikan secara nasional serta pencapaian tujuan pendidikan nasional, perlu
disusun Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru Pendidikan Khusus pada Satuan
Administrasi Pangkal (Satminkal) atau pada Satuan Pendidikan Penyelengara
Pendidikan Inklusif (SPPPI) sehingga dapat dijadikan acuan oleh pemerintah daerah
dalam pemenuhan kebutuhan Guru Pendidikan Khusus tersebut di SPPPI.

Guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting dan
menjadi ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, salah
satu upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menyediakan guru
profesional dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Kebutuhan Guru Pendidikan Khusus pada SPPPI merupakan langkah awal yang
perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penataan dan
pemerataan melalui pendistribusian guru berdasarkan kualifikasi akademik, beban
kerja tatap muka minimal, dan rasio maksimal peserta didik terhadap guru serta
penyelenggaraan pendidikan secara inklusif yang diamanatkan berbagai peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu SPPPIf perlu memiliki Guru Pendidikan
Khusus atau Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Pembimbing Khusus seperti
diamanatkan Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan
Khusus, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang memiliki Kelainan dan yang Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.

Kondisi eksisting di SPPPI keberadaan guru yang memiliki kualifikasi akademik


pendidikan khusus/pendidikan luar biasa atau Guru Pendidikan Khusus
jumlahnya sangat sedikit, sedangkan kebutuhan Guru Pembimbing Khusus sangat
banyak. Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan Guru Pembimbing Khusus
tersebut maka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui
Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus menyelengarakan
Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pembimbimg Khusus bagi Guru Kelas/Guru
Mata Pelajaran/Guru Bimbingan dan Konseling di SPPPI. Dengan harapan setelah
mengikuti bimbingan teknis tersebut guru-guru lebih kompeten dalam
melaksanakan tugas tambahan sebagai pembimbing khusus yang seharusnya
diampu oleh Guru Pendidikan Khusus.
a. Pengertian Guru Pendidikan Khusus dan Guru Pembimbing Khusus
1) Guru Pendidikan Khusus
Guru Pendidikan Khusus adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi
kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan (Permendiknas
Nomor 32 Tahun 2008)
2) Guru Pembimbing Khusus
Guru Pembimbing Khusus adalah Guru Pendidikan Khusus atau Guru Kelas,
Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Guru Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang telah mendapat pelatihan tentang pendidikan
khusus/pendidikan inklusif dari lembaga yang berwenang dan mendapat
tugas tambahan sebagai pembimbing khusus pada satuan pendidikan
umum/kejuruan (Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif).

Menurut Pasal 171 huruf j Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Guru
Pembimbing Khusus adalah sebagai pendidik profesional membimbing,
mengajar, menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan
pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan
keagamaan.

b. Tugas Guru Pembimbing Khusus


Tugas Guru Pembimbing Khusus adalah:
1) melaksanakan pendampingan kepada guru kelas, guru mata pelajaran, guru
bimbingan konseling, dan guru teknologi informasi dan komunikasi dalam
merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melatih sesuai
dengan ragam disabilitas peserta didik; dan
2) merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melatih peserta
didik secara bersama dalam kelas maupun secara individu dalam program
kebutuhan khusus.

c. Pelaksanaan Tugas Guru Pembimbing Khusus di SPPPI.


Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Guru Pembimbing Khusus harus: 1)
merencanakan program; 2) melaksanakan program, dan 3) mengevaluasi
program.

Guru merupakan unsur penentu utama bagi keberhasilan pendidikan. Dalam


menjalankan tugasnya, beberapa guru dihadapkan pada berbagai situasi dan
kondisi seperti kondisi alam, sosial, ekonomi, komunikasi, transportasi yang
merupakan kesulitan yang dihadapinya, disamping tuntutan terhadap
tanggungjawab, dedikasi, loyalitas, serta semangat yang tinggi. Pada satun
pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, guru juga mulai dikenalkan
dengan keragaman kondisi dan kebutuhan peserta didik, dimana guru
diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya dalam merencanakan,
melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan hasil
asesmen awal.

Guru pada SPPPI adalah pendidik profesional, baik sebagai guru kelas, guru mata
pelajaran, guru TIK, maupun guru Bimbingan dan Konseling yang memberikan
layanan pembelajaran/pembimbingan bagi peserta didik yang memiliki
hambatan dalam belajar karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, serta
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pemerintah wajib mengupayakan pemenuhan kebutuhan guru pada setiap


satuan pendidikan melalui pengangkatan dan penyediaan Guru (Guru Kelas,
Guru Mata pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Guru Pembimbing
TIK) dan minimal 1 (satu) orang Guru Pendidikan Khusus atau Pembimbing
Khusus pada SPPPI sesuai kewenangannya. Ketersediaan Guru Pembimbing
Khusus menjadi tugas dan tanggung jawab penyelenggara pendidikan, baik itu
SPPPI yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau
masyarakat.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan Guru Pembimbing Khusus banyak upaya


yang ditempuh SPPPI antara lain menjalin kerjasama dengan SLB baik yang
sudah ditetapkan maupun yang tidak ditetapkan sebagai Pusat Sumber (Resource
Centre) oleh Pemerintah Daerah, kerjasama dengan Perguruan Tinggi, Unit
Layanan Disabilitas, dan Organsiasi Masyarakat atau Lembaga Mitra dari dalam
maupun luar negeri yang mendukung pendidikan inklusif. Bagi SPPPI yang
memiliki cukup dana untuk memberi gaji/insentif/honor banyak yang telah
memperkerjakan Guru Pembimbing Khusus yang memiliki kualifikasi akademik
pendidikan khusus. Dalam hal belum tersedia Guru Pembimbing Khusus yang
memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV Pendidikan Khusus, beberapa lembaga
mitra terkait bekerjasama dengan Dinas Pendidikan/Provinsi/Kabupaten/Kota
dan SPPPI mengadakan pelatihan bagi Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/ Guru
Bimbingan dan Konseling untuk dapat melaksanakan tugas sebagai pembimbing
khusus pada SPPPI.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah perlu mengangkat/menyediakan Guru


Pembimbing Khusus sesuai kewenangannya. Guru Pembimbing Khusus adalah
guru yang memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D-IV Pendidikan Khusus
(PK) atau Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas merencanakan program
pendampingan pembelajaran/pembimbingan, melaksanakan program
pendampingan pembelajaran/pembimbingan, dan mengevaluasi program
pendampingan pembelajaran/pembimbingan pada SPPPI. Guru Pembimbing
Khusus dapat dari Guru SLB yang diberi tugas tambahan sebagai pembimbing
khusus pada SPPPI atau Guru Pembimbing Khusus yang diangkat langsung pada
SPPPI.

Guru kelas dan/atau guru mata pelajaran yang memiliki kesulitan atau
permasalahan berkenaan dengan layanan pembelajaran bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dapat sharing dengan Guru Pembimbing Khusus. Guru
Pembimbing Khusus dapat membantu guru kelas dan/atau guru mata pelajaran
misalnya dalam melaksanakan identifikasi, asesmen, dan merencanakan Program
Pembelajaran Individual (PPI). PPI disusun bagi peserta didik berkebutuhan
khusus yang kemampuan akademiknya di bawah standar atau yang
menggunakan kurikulum yang diadaptasi bagi peserta didik yang kemampuan
akademiknya sedemikian rupa di bawah standar. Peserta didik tersebut biasa
disebut peserta didik dengan hambatan akademik (hambatan intelektual),
misalnya peserta didik tunagrahita dan peserta didik down syndrome.

Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 menyebutkan hawa:
“Penyiapan dan penyediaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c dilakukan dengan:
a. pemberian mata kuliah pendidikan inklusif dalam program pendidikan calon
guru
b. penyediaan guru pendidikan khusus pada Lembaga Penyelenggara
Pendidikan yang menerima Peserta Didik Penyandang Disabilitas; dan/atau
c. penyelenggaraan pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dilakukan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan melalui daring dan/atau luring dengan tahapan:
1. penentuan kebutuhan pelatihan;
2. penentuan sasaran pelatihan;
3. penentuan program pelatihan;
4. pelaksanaan pelatihan; dan
5. penilaian pelaksanaan prograrn pelatihan.

Kehadiran atau keberadaan Guru Pendidikan Khusus seperti diamanatkan Pasal


5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tersebut diatas sebagai
Guru Pembimbing Khusus pada SPPPI adalah sangat penting dalam rangka
optimaliasi penyelenggaraan layanan pendidikan yang mengakomodasi semua
peserta didik. Dengan beragamnya peserta didik pada SPPPI banyak hal yang
belum diketahui atau belum dipahami oleh Guru Kelas/Guru Mata
Pelajaran/Guru Bimbingan dan Konseling/Guru Pembimbing TIK.
Permasalahan atau kesenjangan yang ditemui/dihadapi Guru Kelas/Guru Mata
Pelajaran/Guru Bimbingan dan Konseling/Guru Pembimbing TIK bisa
dikomunikasikan dengan Guru Pembimbing Khusus untuk dicarikan solusinya
atau pemecahannya. Begitu pula jika ada permasalahan atau kesulitan yang
dihadapi Peserta DidikBerkebutuhan Khusus dapat dibantu atau dibimbing oleh
Guru Pembimbing Khusus. Kepala sekolah dan tenaga kependidikan-pun dapat
sharing dengan Guru Pembimbing Khusus mengenai perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluas penyelenggaraan pendidikan inklusif pada SPPPI.

Berdasarkan Pasal 171 huruf (J) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan bahwa guru
pembimbing khusus sebagai pendidik profesional membimbing, mengajar,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan
umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.
Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: a. merencanakan pembelajaran atau
pembimbingan; b. melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; c. menilai
hasil pembelajaran atau pembimbingan; d. membimbing dan melatih peserta
didik; dan e. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru. Beban kerja Guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam I
(satu) minggu.Penjelasan Pasal 52 Ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2017
menyebutkan bahwa: “Istilah tatap muka berlaku untuk pelaksanaan beban kerja
Guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Beban kerja Guru untuk
melaksanakan pembelajaran paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
tersebut merupakan bagian jam kerja dari jam kerja sebagai pegawai yang secara
keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja dalam 1
(satu) minggu.

Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Guru Pembimbing Khusus pada SPPPI
memperoleh ekuivalensi beban kerja tambahan 6 (enam) jam tatap muka.
Ketentuan tugas tambahan ini disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku bila kebijakan dalam pengangkatan Guru
Pembimbing Khusus dilakukan bukan sebagai tugas tambahan tetapi sebagai
tugas pokok oleh guru yang memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV Pendidikan
Khusus/Pendidikan Luar Biasa.

Tugas Guru Pembimbing Khusus sebagai tugas tambahan yang melekat dari
tugas pokoknya sebagai Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Guru Bimbingan dan
Konseling/Guru Pembimbing TIK perlu dipahaminya agar dapat merencanakan,
melaksanaskan, dan mengevaluasi programnya dengan baik dan benar. Tugas
Guru Pembimbing Khusus sebagai berikut:

1) Merencanakan pendampingan pembelajaran/pembimbingan


a) Menyusun program tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan
pendampingan pembelajaran/pembimbingan SPPPI yang diampunya
b) Menyusun jadwal kunjungan ke SPPPI bersama dengan Kepala
Sekolah/Wakil Kepala Sekolah dan pihak terkait lainnya.
2) Melaksanakan pendampingan pembelajaran/pembimbingan
a) Menyusun instrumen, menyelenggarakan, dan melaporkan hasil
identifikasi bekerjasama dengan guru kelas/guru mata pelajaran/guru
Bimbingan dan Konseling/Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) untuk menemukan dan mengenali peserta didik yang diindikasikan
memerlukan pendidikan khusus
b) Menyusun instrumen, menyelenggarakan, dana melaporkan hasil asesmen
bekerjasama dengan Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Guru Bimbingan
dan Konseling/Guru TIK
c) Mengoordinasikan hubungan antara Guru Kelas/Guru Mata
Pelajaran/Guru Bimbingan dan Konseling/guru TIK, pihak SPPPI dengan
orang tua Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dalam penyelenggaraan
layanan pendidikan khusus
d) Melaksanakan kunjungan ke SPPPI sesuai jadwal yang
disepakati/ditentukan
e) Memberikan bimbingan kepada Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
(PDBK) agar mereka mampu mengatasi kesulitan belajar yang diakibatkan
oleh hambatan fisik/mental/emosional/sosial/perilaku yang
disandangnya/ dimilikinya
f) Memberikan saran dan dukungan kepada PDBK dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di SPPPI
g) Bekerjasama dengan dengan Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Guru
Bimbingan dan Konseling/Guru TIK di SPPPI dalam merancang program
pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran /Modul Ajar/Program
Pembelajaran Individual) yang disesuaikan dengan kondisi atau
karakteristik PDBK.
h) Memfasilitasi pihak atau mitra terkait dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif.
i) Menyusun dan melaksanakan program kebutuhan khusus untuk PDBK
bekerjasama dengan Guru Pendidikan Khusus yang memiliki keahlian
sesuai dengan kekhususan peserta didik
(tunanetra/tunarungu/tuhagrahita/tunadaksa, dan autis)
j) Membuat jurnal harian atau catatan kegiatan SPPPI untuk bahan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3) Menilai hasil pendampingan pembelajaran/pembimbingan
a) Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan program pendampingan
SPPPI tiap semester dan tahunan
b) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut hasil pendampingan
pada SPPPI.

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program pendampingan


pembelajaran/pembimbingan tahun sebelumnya, Guru Pembimbing Khusus
menyusun Program Pendampingan Pembelajaran/Pembimbingan pada satuan
administrasi pangkalnya atau SPPPI yang ditugaskannya oleh pihak yang
berwenang.

Pembinaan Guru termasuk Guru Pembimbing Khusus adalah sangat penting.


Pembinaan tersebut antara lain dengan pemberdayaan Kelompok Kerja Guru
(KKG) TK dan SD serta Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP dan
SMA/SMK. Di samping memberdayakan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif,
Pusat Sumber (Resource Centre) Pendidikan Inklusif, Organsiasi Profesi, Unit
Layanan Disabiloitas, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Mitra atau Organsiasi
Masyarakat terkait maka dalam meningkatkan kompetensi guru di SPPPI, cukup
strategis memberdayakan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) TK dan SD,
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) TK dan SD, Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS) SMP, SMA, dan SMK serta Kelompok Kerja Pengawas Sekolah
(KKPS) TK dan SD dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKKPS) SMP, SMA,
dan SMK baik tingkat kabupaten/kota, atau provinsi sesuai kewenangannya.
dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru termasuk dalam memahami
konsep dan penyelenggaraan pendidikan inklusif.

Mengingat pentingnya bantuan profesional bagi SPPPI pada Pasal 11 Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Peserta Didik yang Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa menjelaskan sebagai berikut.
1. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif berhak memperolah
bantuan profesional sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kabupaten/kota.
2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat memberikan
bantuan profesional kepada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif.
3. Bantuan profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
melalui kelompok kerja pendidikan inklusif, kelompok kerja organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga mitra terkait, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Jenis dukungan dapat berupa:
a. bantuan profesional perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi;
b. bantuan profesional dalam penerimaan, identifikasi dan asesmen, prevensi,
intervensi, kompensatoris dan layanan advokasi peserta didik.
c. bantuan profesional dalam melakukan modifikasi kurikulum, program
pendidikan individual, pembelajaran, penilaian, media, dan sumber belajar
serta sarana dan prasarana yang asesibel.

Satuan Pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat bekerjasama dan


membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguruan tinggi,
organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumahsakit dan pusat kesehatan
masyarakat, klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan
masyarakat.

Sebagian peserta didik berkebutuhan khusus terutama di kelas-kelas rendah


memerlukan pendamping. Pendamping biasa juga disebut Shadower dan Helper.
Pendamping tidak mensyaratkan kualifikasi akademik S1/A-IV seperti guru.
Keberadaan mereka sangat diperlukan untuk membantu peserta didik
berkebutuhan khusus dan guru kelas atau guru mata pelajaran di kelas.
Pendamping dapat membantu peserta didik berkebutuhan khusus agar lebih
memfokuskan dalam belajar. Membantu peserta didik berkebutuhan khusus
tertentu apabila akan atau sedang tantrum (marah yang hebat) agar tidak terlihat
oleh teman-temannya, peserta didik berkebutuhan khusus tersebut dapat dibawa
ke ruang pusat sumber belajar (learning support centre) atau ruang khusus yang
disiapkan di SPPPI.

Menjadi pendamping bukanlah pekerjaan yang mudah. Pendamping perlu


memahami perilaku dan kebiasaan peserta didik yang didampinginya serta perlu
memiliki cara dan metode khusus dalam menghadapi peserta didik yang
berperilaku tidak wajar. Untuk itu maka pendamping harus memiliki kesabaran
karena peserta didik yang dihadapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan
peserta didik pada umumnya. Agar semua hal yang dikerjakan oleh pendamping
terdokumentasikan maka sebaiknya pendamping memiliki jurnal harian. Jurnal
harian ini akan memudahkan pendmping berkenaan dengan masalah yang dialami,
cara penyelesaiannya, dan catatan-catatan peningkatan kompetensi yang dialami
oleh peserta didik yang didampinginya.

Selain tenaga tata usaha sekolah atau tenaga administrasi sekolah, tenaga
perpustakaan sekolah, tenaga laboratorium sekolah, dan tenaga layanan khusus,
penting adanya tenaga kependidikan lainnya yang diadakan di SPPPI antara lain
adalah terapis. Beberapa sekolah sudah ada yang memiliki terapis dengan berbagai
bidangnya seperti pada Sekolah Luar Biasa (SLB). Keberadaan terapis di SLB diatur
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Karena berbagai alasan dan kebutuhan terapis, di beberapa SPPPI telah
memiliki terapis. Pengadaannya ada yang secara kerjasama, diangkat oleh
Penyelenggara Pendidikan, sukarelawan, dan sebagainya.

8. Produk yang Dihasilkan


Setelah mempelajari modul ini, produk yang dihasilkan peserta IN-2 adalah:
a. Product knowladge dan prilaku paripurna sebagai cerminan dari penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berbasis semua materi, informasi dan
bahan ajar yang telah diberikan tentang Guru Pembimbing Khusus dan
Pelaksanaan tugasnya di SPPPI.
b. Peserta memahami pengertian Guru Pembimbing Khusus
c. Model rancangan tugas Guru Pembimbing Khusus
d. Model program pendampingan/pembimbingan dan program kebutuhan khusus
yang harus dilakukan oleh Guru Pembimbing Khusus kepada guru di SPPPI.
e. Model format evaluasi program pendampingan/pembimbingan di SPPPI.

9. Evaluasi/Tugas/Latihan (Lembar Kerja)


Pelajari modul “Mengenal Guru Pembimbing Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di
SPPPI.”
Cermati tugas-tugas di bawah ini kemudian kerjakan secara mandiri setelah selesai
mengikuti pelaksanaan daring. Bila menemui kesulitan dapat berkomunikasi dengan
Peserta ToT atau dengan fasilitator/narasumber.
a. Jelaskan pengertian Guru Pendidikan Khusus dan Guru Pembimbing Khusus
b. Jelaskan tugas Guru Pembimbing Khusus
c. Buatlah rancangan program pendampingan/pembimbingan yang harus
dilakukan Guru Pembimbingan Khusus di SPPPI
d. Buatlah model evaluasi program pendampingan/pembimbingan
Keterangan: Untuk soal nomor 3 dan 4 dapat menggunakan model format pada
lampiran modul atau membuat model sendiri baik dalam bentuk format atau
deskripsi).

10. Referensi
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah
d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak
untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
k. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi;
l. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 5 Tahun
2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
m. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 7 Tahun
2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
n. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 16 Tahun
2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
o. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi
Khusus;
p. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak;
q. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran;
r. Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Nomor 10/D/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti-Kompetensi
Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus; dan
s. Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Nomor
6565/B/GT/2020 Tentang Model Kompetensi Dalam Pengembangan Profesi
Guru.
t. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.008/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah
Pada Kurikulum Merdeka
u. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.009/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Dimensi, Elemen dan Sub Elemen Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.
LAMPIRAN-LAMPIRAN:

Lampiran 1 Model Sistematika Program Tahunan

MODEL SISTEMATIKA PROGRAM TAHUNAN PENDAMPINGAN/PEMBIMBINGAN


1. Cover
2. Lembar Pengesahan
3. Daftar Isi
4. Glosarium
5. Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Visi, Misi, dan Strategi Pendampingan
E. Kegiatan Pendampingan
F. Sasaran dan Target Pendampingan
6. Bab II Identifikasi dan Analisis Hasil Pendampingan
A. Indentifikasi Hasil Pendampingan Tahun Sebelumnya
B. Analisis dan Evaluasi Hasil Pendampingan Tahun Sebelumnya
C. Tindak Lanjut Hasil Pendampingan sebagai Acuan dalam Penyusunan
Program Pendampingan
7. Bab III Program Tahunan Pendampingan Pembelajaran/ Pendampingan
A. Matrik Program Tahunan Pendampingan Guru
B. Matrik Program Tahunan Pembimbingan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
C. Matrik Program Tahunan Bantuan kepada Kepala Sekolah dan Pihak Lainnya
dalam Pengembangan Pendidikan Inklusif
8. Bab IV Program Semester Pendampingan Pembelajaran/ Pendampingan
A. Matrik Program Semester Pendampingan Guru
B. Matrik Program Semester Pembimbingan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
C. Matrik Program Semester Bantuan kepada Kepala Sekolah dan Pihak Lainnya
dalam Pengembangan Pendidikan Inklusif
9. Bab V Rencana Pelaksanaan Pendampingan/ Pembimbingan/Bantuan
A. Rencana Pelaksanaan Pendampingan Pembelajaran/ Pembimbingan
B. Rencana Pelaksanaan Pembimbingan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
C. Rencana Pelaksanaan Bantuan atau Advokasi kepada Kepala Sekolah dan Pihak
Lainnya dalam Pengembangan Pendidikan Inklusif
10. Bab VI Penutup
11. Lampiran-Lampiran
a. Rencana Pelaksanaan Pendampingan Pembelajaran/ Pembimbingan
b. Rencana Pelaksanaan Pembimbingan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
c. Rencana Pelaksanaan Bantuan atau Advokasi kepada Kepala Sekolah dan Pihak
Lainnya dalam Pengembangan Pendidikan Inklusif
d. Instrumen-instrumen
e. Jadwal Pelaksanaan Pendampingan yang disusun secara runtut dan dapat
dilaksanakan
f. SK tugas sebagai Guru Pembimbing Khusus
g. PPT/Templet Materi Pendampingan/Pembimbingan/ Pembantuan.
Lampiran 2: Model Format Program Tahunan Pendampingan Pembelajaran/
Pembimbingan Tahun Pelajaran 2022/2023

MODEL FORMAT PROGRAM TAHUNAN PENDAMPINGAN


PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Nama Guru Pembimbing Khusus : ………………………………….


Nama SLB/Satminkal*) : ………………………................
Nama Sekolah/SPPPI : ....................................................
Tahun Pelajaran : 2022/2023

No Kegiatan Sub/Uraian Kegiatan Alokasi Waktu


……………., 2022
Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.

Lampiran 3: Model Format Program Semester Pendampingan


Pembelajaran/Pembimbimgsn

CONTOH FORMAT PROGRAM SEMESTER PENDAMPINGAN


PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN

Nama Guru Pembimbing Khusus : ………………………………………


Nama SLB/Satminkal*) : …………………………………..........
Nama Madrasah : .........................................................
Semester :I
Tahun Pelajaran : 2022/2023

Alokasi Waktu
Uraian
No. Kegiatan Juli Agustus Sept. Okt. Nov. Des.
Kegiatan
12345 12345 12345 12345 12345 12345
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

………………, ……. Juli 2022


Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.

Lampiran 4: Model Rencana Pelaksanaan Pendampingan/Pembimbingan

MODEL RENCANA PELAKSANAAN PENDAMPINGAN/PEMBIMBINGAN

Nama Guru Pembimbing Khusus: ………………………………….


Nama SLB/Satminkal*) : .…………………………...........
Nama Sekolah : ....................................................
Tahun Pelajaran : 2022/2023
A. Aspek/Masalah :
B. Tujuan :
C. Indikator :
D. Waktu :
E. Strategi/Metode/Teknik :
A. Skenario Kegiatan
1. Tahap Pertemuan Pendahuluan
2. Tahap Pelaksanaan Pendampingan
3. Tahap Pertemuan Penutup
B. Sumber Daya :
C. Penilaian dan Instrumen :
D. Rencana Tindak Lanjut :

………………, ……. Juli 2022


Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.

Lampiran 5: Model Format Jurnal Guru Pembimbing Khusus pada SPPPI

MODEL FORMAT JURNAL GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA SPPPI

Nama Sekolah : ………………………………….


Nama Pembimbing : ………………………………….
Jumlah PDBK : ………………………………….
Jumlah Rombel yang Ada PDBK : ………………………………….
Kelas/Semester : ………………………………….
Tahun Pelajaran : ………………………………….

Catatan/Keterangan
No Hari/Tgl Kegiatan Uraian Kegiatan
/Tanda Tangan
………………, ……. Juli 2022
Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.

Lampiran 6: Model Format Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan


Pembelajaran/Pembimbingan Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023

MODEL FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN PENDAMPINGAN


PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Kesenjang Tindak
No. Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian
an Lanjut
1
2
3
4
5
6
7

…………., Desember 2022


Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 7: Model Format Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan
Pembelajaran/Pembimbingan Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023

MODEL FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN PENDAMPINGAN


PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Tindak
No. Aspek/Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian Kesenjangan
Lanjut
1
2
3
4
5
6
7

……………….. Juni 2023


Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 8: Model Format Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan
Pembelajaran/Pembimbingan Tahun Pelajaran 2022/2023

MODEL FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN PENDAMPINGAN


PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Tindak
No. Aspek/Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian Kesenjangan
Lanjut
1
2
3
4
5
6
7

……………. Juni 2023


Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus

________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 9: Model Format Jurnal Pendampingan pada SPPPI

MODEL FORMAT JURNAL PENDAMPING PADA SPPPI

Nama Sekolah : ………………………………….


Nama Pendamping : ………………………………….
Nama Peserta Didik yang Didamping : ………………………………….
Jenis Kekhususan/Disabilitas : ………………………………….
Kelas/Semester : ………………………………….
Tahun Pelajaran : ………………………………….

Catatan/
Uraian
No. Hari/Tanggal Kegiatan/Kejadian Keterangan/
Kegiatan/Kejadian
Tanda Tangan

………………., Juni 2023


Guru Kelas/Wali Kelas, Pendamping,
________________________ ___________________________
NIP. NIP.

Mengetahui
Kepala Sekolah,

__________________________
NIP.

Anda mungkin juga menyukai