MODUL AJAR
MATERI PENGUATAN IN-2 KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (ToT)
MATERI PENGUATAN
PENINGKATAN IN-2 KEGIATAN
KOMPETENSI TOT PENINGKATAN
GURU SPPPI KOMPETENSI
DI DAERAH KHUSUS DALAM GURU
DALAM MENGEMBANGAKN KURIKULUM,
PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN,
PENDIDIKAN DAN PENILAIAN YANG
INKLUSIF
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
Visualisasi Menontotn
Video tentang Dialog Interaktif Hal- Penyampaian Materi
Penyelenggaraan hal yang Menarik dari Keseluruhan
Pendidikan Inklusif 10 Tayangan Video 20 Tayangan PPT 90
menit menit
menit
Presentasi/Laporan
Penyimpulan Materi Hasil Latihan
Latihan/Penugasan
dan Penutup 10 /Penugasan 50 menit
60 menit
menit
6. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran materi ajar
Guru Pembimbing Khusus dan Pelaksanaan Tugasnya di SPPPI adalah:
a. LCD proyektor, layar dan sound system.
b. Laptop, printer, dan jaringan internet.
c. Bahan tayang (PPT dan Video)
d. Kertas tempel warna/memo stick
e. Kertas plano atau flipchart
f. Spidol berwarna
g. Pensil
h. Pulpen
i. Penghapus
j. Gunting
k. Shop Lakban atau doubletip.
7. Uraian Materi
Pasal 15 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Pasal
4 ayat (7) huruf e Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
menjelaskan bahwa: “Tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok
sesuai dengan beban kerja guru meluputi: pembimbing khusus pada satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu.”
Guru Pendidikan Khusus yang bertugas sebagai pembimbing khusus di TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK terlebih dahulu harus memiliki tugas pokok sebagai guru
kelas/guru mata pelajaran baru mendapat tugas tambahan sebagai pembimbing
khusus. Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai pembimbing khusus
berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
15 Tahun 2018 diekuivalensikan dengan (6) enam jam tatap muka per minggu bagi
Guru Pendidikan Khusus untuk pemenuhan beban kerja dalam melaksanakan
pembelajaran atau pembimbingan. Guru Pendidikan Khusus yang melaksanakan
tugas penuh sebagai pembimbing khusus atau yang tidak memiliki tugas pokok
sebagai guru kelas/guru mata pelajaran maka keberadaannya tidak akan linier
dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Pasal 5 ayat (3) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas menyebutkan
bahwa: “Penyediaan guru pendidikan khusus pada Lembaga Penyelenggara
Pendidikan yang menerima Peserta Didik Penyandang Disabilitas.” Mengingat
pentingnya Guru Pendidikan Khusus pada satuan pendidikan umum dan kejuruan,
beberapa Pemerinrah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota telah mengangkat Guru
Pendidikan Khusus yang melaksanakan tugas secara penuh sebagai pembimbing
khusus namun pada prosesnya terkendala terkait dengan pemenuhan beban
kerjanya dan penilaian kerjanya yang berpengaruh terhadap kesejahteraan dan
peningkatan kariernya karena saat ini pembimbing khusus pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 dan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 hanya
sebagai tugas tambahan. Oleh karena itu, dalam rangka optimalisasi penataan dan
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, jenis pendidikan, kabupaten/kota, dan
antarprovinsi, serta dalam upaya mewujudkan optimalisasi pemerataan mutu
pendidikan secara nasional serta pencapaian tujuan pendidikan nasional, perlu
disusun Pedoman Perencanaan Kebutuhan Guru Pendidikan Khusus pada Satuan
Administrasi Pangkal (Satminkal) atau pada Satuan Pendidikan Penyelengara
Pendidikan Inklusif (SPPPI) sehingga dapat dijadikan acuan oleh pemerintah daerah
dalam pemenuhan kebutuhan Guru Pendidikan Khusus tersebut di SPPPI.
Guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting dan
menjadi ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, salah
satu upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menyediakan guru
profesional dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Kebutuhan Guru Pendidikan Khusus pada SPPPI merupakan langkah awal yang
perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penataan dan
pemerataan melalui pendistribusian guru berdasarkan kualifikasi akademik, beban
kerja tatap muka minimal, dan rasio maksimal peserta didik terhadap guru serta
penyelenggaraan pendidikan secara inklusif yang diamanatkan berbagai peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu SPPPIf perlu memiliki Guru Pendidikan
Khusus atau Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Pembimbing Khusus seperti
diamanatkan Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik
Penyandang Disabilitas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan
Khusus, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang memiliki Kelainan dan yang Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
Menurut Pasal 171 huruf j Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Guru
Pembimbing Khusus adalah sebagai pendidik profesional membimbing,
mengajar, menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan
pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan
keagamaan.
Guru pada SPPPI adalah pendidik profesional, baik sebagai guru kelas, guru mata
pelajaran, guru TIK, maupun guru Bimbingan dan Konseling yang memberikan
layanan pembelajaran/pembimbingan bagi peserta didik yang memiliki
hambatan dalam belajar karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, serta
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Guru kelas dan/atau guru mata pelajaran yang memiliki kesulitan atau
permasalahan berkenaan dengan layanan pembelajaran bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dapat sharing dengan Guru Pembimbing Khusus. Guru
Pembimbing Khusus dapat membantu guru kelas dan/atau guru mata pelajaran
misalnya dalam melaksanakan identifikasi, asesmen, dan merencanakan Program
Pembelajaran Individual (PPI). PPI disusun bagi peserta didik berkebutuhan
khusus yang kemampuan akademiknya di bawah standar atau yang
menggunakan kurikulum yang diadaptasi bagi peserta didik yang kemampuan
akademiknya sedemikian rupa di bawah standar. Peserta didik tersebut biasa
disebut peserta didik dengan hambatan akademik (hambatan intelektual),
misalnya peserta didik tunagrahita dan peserta didik down syndrome.
Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 menyebutkan hawa:
“Penyiapan dan penyediaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c dilakukan dengan:
a. pemberian mata kuliah pendidikan inklusif dalam program pendidikan calon
guru
b. penyediaan guru pendidikan khusus pada Lembaga Penyelenggara
Pendidikan yang menerima Peserta Didik Penyandang Disabilitas; dan/atau
c. penyelenggaraan pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dilakukan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan melalui daring dan/atau luring dengan tahapan:
1. penentuan kebutuhan pelatihan;
2. penentuan sasaran pelatihan;
3. penentuan program pelatihan;
4. pelaksanaan pelatihan; dan
5. penilaian pelaksanaan prograrn pelatihan.
Berdasarkan Pasal 171 huruf (J) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan bahwa guru
pembimbing khusus sebagai pendidik profesional membimbing, mengajar,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan
umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.
Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: a. merencanakan pembelajaran atau
pembimbingan; b. melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; c. menilai
hasil pembelajaran atau pembimbingan; d. membimbing dan melatih peserta
didik; dan e. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru. Beban kerja Guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam I
(satu) minggu.Penjelasan Pasal 52 Ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2017
menyebutkan bahwa: “Istilah tatap muka berlaku untuk pelaksanaan beban kerja
Guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Beban kerja Guru untuk
melaksanakan pembelajaran paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
tersebut merupakan bagian jam kerja dari jam kerja sebagai pegawai yang secara
keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja dalam 1
(satu) minggu.
Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Guru Pembimbing Khusus pada SPPPI
memperoleh ekuivalensi beban kerja tambahan 6 (enam) jam tatap muka.
Ketentuan tugas tambahan ini disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku bila kebijakan dalam pengangkatan Guru
Pembimbing Khusus dilakukan bukan sebagai tugas tambahan tetapi sebagai
tugas pokok oleh guru yang memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV Pendidikan
Khusus/Pendidikan Luar Biasa.
Tugas Guru Pembimbing Khusus sebagai tugas tambahan yang melekat dari
tugas pokoknya sebagai Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Guru Bimbingan dan
Konseling/Guru Pembimbing TIK perlu dipahaminya agar dapat merencanakan,
melaksanaskan, dan mengevaluasi programnya dengan baik dan benar. Tugas
Guru Pembimbing Khusus sebagai berikut:
Selain tenaga tata usaha sekolah atau tenaga administrasi sekolah, tenaga
perpustakaan sekolah, tenaga laboratorium sekolah, dan tenaga layanan khusus,
penting adanya tenaga kependidikan lainnya yang diadakan di SPPPI antara lain
adalah terapis. Beberapa sekolah sudah ada yang memiliki terapis dengan berbagai
bidangnya seperti pada Sekolah Luar Biasa (SLB). Keberadaan terapis di SLB diatur
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Karena berbagai alasan dan kebutuhan terapis, di beberapa SPPPI telah
memiliki terapis. Pengadaannya ada yang secara kerjasama, diangkat oleh
Penyelenggara Pendidikan, sukarelawan, dan sebagainya.
10. Referensi
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah
d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak
untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
k. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi;
l. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 5 Tahun
2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
m. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 7 Tahun
2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
n. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 16 Tahun
2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
o. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi
Khusus;
p. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak;
q. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran;
r. Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Nomor 10/D/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti-Kompetensi
Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus; dan
s. Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Nomor
6565/B/GT/2020 Tentang Model Kompetensi Dalam Pengembangan Profesi
Guru.
t. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.008/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah
Pada Kurikulum Merdeka
u. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.009/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Dimensi, Elemen dan Sub Elemen Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Alokasi Waktu
Uraian
No. Kegiatan Juli Agustus Sept. Okt. Nov. Des.
Kegiatan
12345 12345 12345 12345 12345 12345
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Catatan/Keterangan
No Hari/Tgl Kegiatan Uraian Kegiatan
/Tanda Tangan
………………, ……. Juli 2022
Kepala Sekolah, Guru Pembimbing Khusus
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Kesenjang Tindak
No. Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian
an Lanjut
1
2
3
4
5
6
7
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 7: Model Format Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan
Pembelajaran/Pembimbingan Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023
Tindak
No. Aspek/Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian Kesenjangan
Lanjut
1
2
3
4
5
6
7
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 8: Model Format Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan
Pembelajaran/Pembimbingan Tahun Pelajaran 2022/2023
Tindak
No. Aspek/Materi Kegiatan Sasaran Target Metode Hambatan Ketercapaian Kesenjangan
Lanjut
1
2
3
4
5
6
7
________________________ ___________________________
NIP. NIP.
Lampiran 9: Model Format Jurnal Pendampingan pada SPPPI
Catatan/
Uraian
No. Hari/Tanggal Kegiatan/Kejadian Keterangan/
Kegiatan/Kejadian
Tanda Tangan
Mengetahui
Kepala Sekolah,
__________________________
NIP.