MODUL
MATERI PENGUATAN IN-2 KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (ToT)
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGEMBANGKAN
KURIKULUM, PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN YANG
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA
SATUAN PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
PENGANTAR MATERI
PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS
Visualisasi Menonton
Video tentang Praktik Dialog Interaktif Hal- Penyampaian Materi
Layanan Program hal yang Menarik dari Keseluruhan
Kebutuhan Khusus Tayangan Video 20 Tayangan PPT 90
10 menit menit menit
Presentasi/Laporan
Penyimpulan Materi Hasil
Latihan/Penugasan
dan Penutup 10 Latihan/Penugasan
60 menit
menit 50 menit
7. Uraian Materi
3) Pengembangan Diri
Mata Pelajaran Program Kebutuhan Khusus Pengembangan Diri
merupakan mata pelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik
tunagrahita mengembangkan dirinya secara optimal. Hal penting bagi
peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya
meliputi kegiatan merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
komunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Mata pelajaran Program
Kebutuhan Khusus Pengembangan Diri diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik tunagrahita. Kemampuan
yang diharapkan merupakan aktifitas yang berhubungan dengan
kehidupan dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain.
Berdasarkan pentingnya peran mata pelajaran Pengembangan Diri dalam
mengantarkan peserta didik tunagrahita dalam menyesuaikan diri, maka
mata pelajaran Pengembangan Diri memiliki fungsi sebagai berikut.
o Sebagai pencegahan timbulnya permasalahan yang dihadapi peserta
didik tunagrahita dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
o Sebagai terapi, mengurangi hambatan atau memperbaiki fungsi fisik,
intelektual, sosial yang dimiliki peserta didik tunagrahita dengan
mengadakan modifikasi materi sesuai dengan kemampuan peserta
didik tunagrahita sehingga dapat melakukan kegiatan hidupnya.
o Sebagai kompensatoris, mengangganti fungsi-fungsi yang hilang atau
tidak berkembang sehingga peserta didik tunagrahita dapat melakukan
kegiatan hidup sehari-hari.
o Sebagai intervensi, memberikan layanan kepada peserta didik
tunagrahita sehingga potensinya dapat aktual dan dapat digunakannya
dalam menjalankan serta memenuhi kebutuhan hidupnya.
Fungsi-fungsi yang dikemukakan di atas menandakan bahwa
pembelajaran Pengembangan Diri berusaha menggali dan
mengaktualisasikan potensi peserta didik tunagrahita sehingga mereka
dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuannya dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Hambatan yang dimiliki peserta didik dengan keterbatasan intelektual
menurut Tumbull (2004) terdiri dari hambatan perilaku adaptif dan
rendahnya kemandirian serta tanggung jawab sosial, hambatan dalam
penyelesaian tugas, serta hambatan dalam aktivitas hidup sehari-hari
(activity daily living). Berdasarkan hambatan tersebut maka peserta didik
tunagrahita membutuhkan bimbingan dalam aktivitas hidup sehari-hari,
komunikasi, dan vokasional. Kebutuhan tersebut diakomodir dalam mata
pelajaran Program Kebutuhan Khusus Pengembangan Diri yang dibagi ke
dalam empat elemen, yaitu 1) merawat diri, mengururs diri, menolong
diri, serta komunikasi, 2) sosialisasi, 3) keterampilan sederhana, dan 4)
penggunaan waktu luang.
Untuk mengetahui kemampuan keempat elemen dalam layanan
pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita, guru harus melakukan
identifikasi dan asesmen. Dari hasil identifikasi akan diperoleh informasi
tentang dugaan-dugaan bahwa ketunagrahitaan berdampak pada
keterbatasan peserta didik dalam merawat/mengurus diri/menolong diri,
dan komunikasi atau elemen lainnya.
Dugaan-dugaan hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan asesmen agar
guru mengetahui apa yang sudah/belum dikuasai dan apa yang
dibutuhkan peserta didik dalam memberikan layanan program
pengembangan diri.
(Pelaksanaan identifikasi dan asesmen serta penyusunan rencana pelaksanaanya
dapat dilihat pada modul Pengembangan Diri)
Khusus peserta didik tuna daksa jenis cerebral palsy mengalami kerusakan
pada pyramidal tract dan extrapyramidal yang berfungsi mengatur sistem
motorik, sehingga mengalami kekakuan, gangguan keseimbangan,
gerakan tidak dapat dikendalikan, dan susah berpindah tempat.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas jika peserta didik tunadaksa tidak
mendapatkan penanganan secara khusus akan dapat mengakibatkan
pertumbuhan, dan perkembangan kondisi fisik, psikis, dan atau sosialnya
kurang seimbang bila dibandingkan peserta didik pada umumnya yang
sebaya. Untuk itu kekurangseimbangan tersebut yang melatarbelakangi
perlu diberikannya pembinaan serta latihan-latihan berupa pengembangan
diri dan gerak. Program pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik
tunadaksa, dalam pelaksanaanya menekankan pada latihan untuk
menumbuhkembangkan kemampuan motorik serta sikap percaya diri ,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri di tengah-tengah masyarakat.
Program pengembangan diri bagi peserta didik tunadaksa tidak bisa lepas
dari keterampilan diri dan gerak dalam rangka untuk ADL (Activity of
Daily Living). Pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik tunadaksa
pelaksanaannya meliputi activty of daily living (ADL) in Bad dan ADL out
Bad.
Gangguan peserta didik autis usia dini terlihat pada perilaku seperti tidak
peduli terhadap lingkungan sekitarnya, perilaku yang tidak terarah,
seperti; mondar-mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-
lompat, memiliki kelekatan terhadap benda tertentu, rutinitas yang ketat
(rigid routine), tantrum, Obsessive-Compulsive Behavior, terpukau terhadap
benda yang berputar atau benda yang bergerak dan lain-lain. Pada aspek
interaksi sosial peserta didik autis seperti tidak mau menatap mata saat
bicara, kurang merespon panggilan, kurang bisa bermain dengan teman
sebayanya bahkan asyik dengan dirinya sendiri serta kurang adanya
empati terhadap lingkungan sosial. Sedangkan pada aspek komunikasi
dan bahasa peserta didik autis menunjukkan adanya keterlambatan bicara,
tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa
tubuh, meracau dengan bahasa yang tidak dapat dipahami, membeo
(echolalia) dan tidak memahami pembicaraan orang lain. Kalaupun peserta
didik autis dapat berbicara, kemampuan bicaranya kurang dapat
digunakan untuk kepentingan dalam kehidupan sehari-hari. (Yuwono,
2019).
Guru harus mengetahui kondisi peserta didik autis secara baik. Apa yang
sudah/beluam dikuasai pada aspek komunikasi, begitu juga aspek lainnya
(interaksi sosial dan perilaku). Untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan
asesmen sebelum memberikan layanan program kebutuhan khusus
tersebut. Dari hasil identifikasi akan diperoleh informasi tentang dugaan-
dugaan bahwa spektrum autis peserta didik berdampak (misalnya) pada
komunikasi sehingga diduga pula diperlukan pengembangan dalam
kemampuan berbahasa peserta didik.
Dugaan-dugaan hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan asesmen agar
guru mengetahui apa yang sudah/belum dikuasai dan apa yang
dibutuhkan peserta didik dalam memberikan layanan program
pengembangan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
(Pelaksanaan identifikasi dan asesmen serta penyusunan rencana pelaksanaanya
dapat dilihat pada modul Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan
Perilaku).
9. Evaluasi/Tugas/Latihan/Kasus
Peserta diberi latihan/penugasan terkait penyelenggaraan Program Kebutuhan
Khusus di SLB.
a. Jelaskan secara singkat tentang Program Kebutuhan Khusus!
b. Buatlah model instrumen asesmen kebutuhan khusus!
c. Buatlah model perencanaan dan Pelaksanaan Program Kebutuhan Khusus.
10. Referensi
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak
untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
k. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 28
Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
l. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 5
Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
m. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi Nomor 7
Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
n. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam
Kondisi Khusus;
o. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak;
p. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran;
q. Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Nomor 10/D/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti-
Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan
Khusus; dan
r. Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Nomor
6565/B/GT/2020 Tentang Model Kompetensi Dalam Pengembangan Profesi
Guru.
s. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.008/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka
t. Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan
No.009/H/KR/2022 Tahun 2022 tentang Dimensi, Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.