Anda di halaman 1dari 3

NAMA:Julang Prakoso

Nim:042223834

Jawaban 1 :

P= AC (1+ mark –up )


Rp 30.000 (1+50 %)
Rp30.000 (1+0.5)
Rp 30.000(1.5)
Rp 15.000
Mark-Up = P-AC
AC
=15.000-30.000= Rp 15.000
30.0000

Jawaban 2 :

Peak-Load Pricing

Beberapa produk mempunyai permintaan yang bervariasi menurut waktu. Jasa kereta
api pada pagi dan sore hari meningkat besar dibanding waktu-waktu lainnya. Pada saat
permintaan dalam kondisi peak, kapasitas jasa kereta api diasumsikan tidak bisa ditingkatkan.
Pada saat

permintaan tinggi, perusahaan jasa kereta api bisa menaikkan harga tiketnya. Sebaliknya, pada
saat permintaan rendah, perusahaan jasa kereta api bisa menurunkan harga tiketnya. Pricing ini
disebut peak load pricing
Gambar Peak Load Pricing

Gambar diatas menggambarkan peak load pricing. Diasumsikan bahwa ongkos marjinal
sama dengan dua hingga output sama dengan 8. Kapasitas maksimal produsen adalah 8.
Diasumsikan bahwa kapasitas tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, ongkos marjinal pada
kapasitas maksimal berbentuk vertikal. Jadi, pada saat kapasitas maksimal, harga hanya
bergantung pada permintaan (DH). Harga pada permintaan tinggi adalah 6. Jadi, apabila
permintaan tidak tinggi, harga output adalah 3. Apabila permintaan tinggi (peak), harga produk
sama dengan 6. Jasa parkir mobil dan pesawat mengadopsi peak-load pricing.

Peak load pricing berbeda dengan diskriminasi harga derajat tiga. Variasi besarnya
permintaan (segmentasi pasar) dalam peak load pricing terjadi karena perbedaan waktu,
sedangkan variasi permintaan dalam diskriminasi harga derajat tiga terjadi berdasarkan
perbedaan geografis.

Jawaban 3 :

Pricing satu harga untuk semua produk menyisakan surplus konsumen. Monopoli dapat
menangkap semua surplus konsumen yang tersisa tersebut dengan teknik dua harga (two part
tariff). Teknik dua harga adalah menghargai sebuah produk dengan dua harga. Harga pertama
memberikan hak kepada pembeli untuk membeli produk, sedangkan harga kedua adalah harga
produk per satuannya.

Gambar dibawah ini menunjukkan teknik two-part tariff pricing. Secara umum, harga
pertama adalah sebesar surplus konsumen yang ada apabila harga per satuan produk sama
dengan harga kedua, sedangkan harga kedua adalah sebesar ongkos marjinal produknya.
Untuk kasus di atas, harga pertama sebesar 32, harga kedua adalah 2. Prosedur penentuan
dua harga adalah menentukan harga kedua terlebih dahulu (misalnya 2), kemudian menentukan
harga pertama, yaitu sebesar surplus konsumen apabila harga sama dengan ongkos
marjinalnya (yaitu 32).

Two-Part Tariff
Dengan two-part tariff, produsen mengambil semua surplus konsumen sehingga two-
part tariff mengakibatkan surplus konsumen menjadi sama dengan nol.

Kasus two-part tariff ini mirip dengan kasus diskriminasi harga derajat satu.
Perbedaannya adalah bahwa dalam two-part tariff seorang konsumen membeli lebih dari satu
produk pada diskriminasi harga tingkat satu, seorang konsumen hanya membeli sebuah produk.
WTP konsumen dalam kasus two- part tariff seragam sehingga dapat diwakili dengan sebuah
kurva permintaan individual yang mewakili semua konsumen, sedangkan pada kasus
diskriminasi harga derajat satu, konsumen mempunyai WTP yang berbeda. Kurva yang ada
pada diskriminasi harga derajat satu adalah kurva permintaan pasar, sedangkan kurva
permintaan pada kasus twopart tariff adalah kurva permintaan individual.

Anda mungkin juga menyukai