Anda di halaman 1dari 7

Diskriminasi Harga

A. Pengertian
Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda

untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar yang berbeda. Diskriminasi harga terjadi jika

produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda, atas dasar

alasan yang tidak berkaitan dengan biaya.


B. Syarat-syarat diskriminasi harga
a. Barang tidak dapat dipisahkan dari pasar satu ke pasar yang lain.
b. Sifat barang dan jasa memungkinkan untuk melakukan diskriminasi harga.
c. Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing – masing pasar haruslah sangat

berbeda.
d. Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan
keuntungan yang diperoleh tersebut
e. Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional konsumen.
C. Diskriminasi harga berdasarkan tingkatanya
1. Diskriminasi Harga Tingkat I

Diskriminasi harga tingkat I dilakukan dengan cara menerapkan harga yang

berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To

Pay) masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing

konsumen. Walaupun harga yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang

dikeluarkan oleh produsen adalah sama.

Contoh dari diskriminasi harga :

 Pelayanan dokter : Jika si dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien

lemah, dokter bisa meminimalkan biaya bahkan bisa menggratiskan biaya.

Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara ekonomi dapat

dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap

pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien,

dokter tidak menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.
 Tiket pesawat terbang : Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi

harga tingkat I. Harga Tiket Pesawat Sriwijaya Air dari Jakarta menuju
Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari 2013 pukul 10.10 jika

dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.

Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat

yang sama) harganya menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hampir

150%. Dalam satu pesawat yang sama, kemungkinan setiap orang membayar

berbeda untuk harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang dikeluarkan

produsen untuk setiap konsumen sama.


 Jasa Pengacara : Jika seorang pengacara mengetahui bahwa kasus yang akan

dihadapinya cukup besar/rumit maka pengacara akan menerapkan tarif yang

cukup berbeda dibandingkan dengan kasus yang dihadapi tidak terlalu sulit

untuk di selesaikan.

2. Diskriminasi Harga Tingkat II

Diskriminasi harga tingkat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang

berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini

dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price

konsumen.

Contoh Diskriminasi harga tingkat 2 :

 Perbedaa harga per unit pada pembelian teh kotak grosir dan pembelian eceran

akan berbeda harganya. Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada

produk mie instan produksi PT ABC , yang di jual di Toko Cemerlang,

sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan Harga Teh Pada Pembelian Kardus Dan Eceran

Nama produk Harga Harga satuan Harga satuan Selisih


per bila membeli eceran Harga
Kardus 1 Kardus ( Rp ) (Rp)
(Rp) (Rp)
Teh Kotak Sosri 72.000 3.000 3.200 200
Teh Kotak A 75.000 3.125 3.500 375
Teh Kotak Sisro 78.000 3.250 3.600 350
Keterangan : 1 Kardus teh kota isi 24 pcs

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran dan

pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 200 sampai

dengan Rp 375. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara eceran

sebenarnya menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika membeli secara

kardus, produsen mendapatkan keuntungan pembelian 24 pcs secara langsung walaupun

secara nominal lebih sedikit dengan keuntungan pembelian 24 pcs secara eceran. Konsumen

pun merasa diuntungkan dengan harga yang lebih murah bila membeli banyak (kardus). Bagi

konsumen yang tidak memerlukan teh kotak dalam jumlah banyak, pembelian secara eceran

sangat menguntungkan konsumen. Bagi produsen pun, penjualan secara eceran akan

menambah keuntungan.

Kebijakan diskriminasi harga tingkat II dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen

karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku

usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian

eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per kardus, sehingga konsumen lebih baik

membeli barang langsung per kardus daripada membeli barang eceran.

3. Diskriminasi Harga Tingkat III

Diskriminasi harga tingkat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda

untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok

konsumen. Diskriminasi harga tingkat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui


reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok

konsumen.

Contoh kasus dari diskriminasi harga tingkat ketiga :

 Perbedaan harga yang ditawarkan oleh pedagang minuman dan makanan ringan.

Untuk jenis produk yang sama, harga makanan yang di jual di warung pinggir

jalan dan di Bandara SMB mengalami perbedaan sebesar Rp 5.000,00,

sedangkan untuk harga minuman berbeda Rp. 2.000,00. Perbedaan harga ini

disebabkan karena menurut produsen, terjadi perbedaan kemampuan atau daya

beli antara dua lokasi tersebut. Produsen menganggap bahwa bandara merupakan

kawasan yang cukup elit, sehingga produsen menganggap bahwa konsumen

mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban

biaya antara di warung klontongan dan di Bandara SMB adalah sama. Tetapi

karena daya belinya yang berbeda, harga yang ditawarkan pun berbeda.
 PT Pertamina menetapkan harga minyak tanah lebih tinggi untuk sektor industri

dari pada sektor rumah tangga.


 Tarif dasar listrik per KwH ditetapkan PLN lebih rendah untuk sektor rumah

tangga yang mengkonsumsi listrik lebih sedikit dari pada sektor rumah tangga

yang mengkonsumsi listrik lebih banyak.


 Tarif percakapan interlokal ditetapkan PT Telkom lebih rendah pada malam hari

dari pada siang hari.


 Dokter ahli bedah menetapkan harga lebih tinggi untuk operasi pembedahan usus

buntu untuk pasien berpendapatan tinggi yang dirawat di kamar kelas VIP, dari

pada pasien berpendapatan rendah yang dirawat di kamar kelas III.


D. Grafik Diskriminasi Harga.
1. Tingka Pertama

Kasus: Seorang monopolis menghadapi


fungsi permintaan Q=8-P
P,

8
SK  1 / 2( AT )

Surplus
konsumen
E*
4*
 Tanpa diskrimninasi Dengan diskriminasi
TR=PQ
penerimaan total tingkat pertama:
hanya sebesar harga  harga tertinggi $ 8
dikalikan jumlah  Harga terendah $ 4
output yang dijual.  Output yang dijual 4 unit
TR = PxQ  TR =24
 TR = 4x4 =16 Q
0 4* 8
2. Tingkat Kedua

Kasus: Seorang monopolis menghadapi


fungsi permintaan Q=8-P

P,  Tanpa diskrimninasi
penerimaan total
hanya sebesar
8
SK  1 / 2( AT ) harga dikalikan
jumlah aoutput
yang dijual.
TR = PxQ
 TR = 4x4 =16
Surplus
konsumen Dengan diskriminasi
E*
4* tingkat Kedua:
 TR1 = 2 x 6= 12
TR1
 TR2 = 2 X 4= 8
TR2  TR1+TR2 = 20

Q
0 4* 8
3. Tingkat ketiga

Perusahaan monopolis untuk


P, memaksimalkan penerimaan bila
MR1+2 = MC

Perusahaan akan menerapkan


harga tinggi pada pasar yang sifat
MR1 = MR 2 permintaannya lebih inelastis

Perusahaan akan menerapkan harga


rendah pada pasar yang sifat
P1 permintaannya lebih elastis

P2
MC

AR2
MR1 MR2 AR1

Q
0
Q*

Anda mungkin juga menyukai