Monopolis menghasilkan suatu jurnal yang terbit bulanan. Terhadap jurnal tersebut tiap
konsumen hanya akan membeli satu unit tiap bulannya; jarang diantara mereka mau
membeli dua atau lebih jurnal yang sama bahkan dengan harga yang lebih rendahpun.
Kurva permintaan yang dihadapi oleh pengusaha monopoli tersebut ditunjukkan oleh
kurva D yang memiliki kemiringan negatif karena konsumen hanya mau membayar
dengan harga yang berbeda untuk kuantitas yang berbeda (Gambar 1)
Kuantitas jurnal yang diminta meningkat pada harga terendah karena lebih banyak pembeli yang
tertarik untuk membeli jurnal tersebut, tetapi setiap pembeli hanya membeli satu unit jurnal.
Margin cost per jurnal tetap pada 10. Monopolis harus menetapkan harga yang sama untuk tiap
pelanggan, dengan mempertimbangkan untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal; mereka
akan menetapkan harga 15 pada unit output 100, sehingga daerah A menunjukkan keuntungan
yang dapat mereka raih. Seandainya pengusaha monopolis tersebut berharap untuk
meningkatkan keuntungannya atas dasar kurva permintaan yang dihadapinya, maka yang
bersangkutan dapat menerapkan kebijakan diskriminasi harga.
Dalam hal ini harga per unit listrik yang dikonsumsi tergantung pada jumlah listrik yang
dikonsumsi konsumen.
Fenomena ini sering disebut dengan block pricing.
Dalam hal ini, pengguna yang jumlah barang A-nya bertambah akan menerima harga
yang sama atau mendekati biaya marjinal.
Sebagaimana dengan kebijakan harga sebelumnya block pricing dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan mengambil bagian dari surplus konsumen dengan bertambahnya pemakaian
produk. Meskipun demikian harga derajat kedua ini tidak dapat mengambil semua surplus
konsumen menjadi keuntungan pengusaha monopoli sebagaimana yang dapat dilakukan pada
kebijakan diskriminasi harga derajat pertama.