Anda di halaman 1dari 4

1.

Definisi diskriminasi harga


Ketika produk atau jasa yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga
yang berbeda, ini disebut dengan diskriminasi harga. Ini terjadi karena penjual percaya
bahwa demografi atau cara mereka melihat produk atau layanan tertentu dapat membuat
mereka membayar lebih atau kurang.
Perusahaan monopoli melakukan diskriminasi harga untuk memaksimumkan keuntungan
mereka.karena perusahaan monopoli kadang-kadang dapat menjual produknya di dua
pasar yang sangat berbeda sifatnya, seperti pasar domestik dan internasional.
Untuk mengetahui seberapa berhasil diskriminasi harga dan berapa lama berbagai
kelompok bersedia membayar harga yang berbeda untuk produk yang sama, bergantung
pada elastisitas relatif permintaan di sub-pasar. Konsumen pada subpasar yang
relatif tidak elastis akan membayar harga yang lebih tinggi, sebaliknya konsumen
pada subpasar yang relatif elastis akan membayar harga yang lebih rendah. Keuntungan
dari pemisahan pasar lebih besar daripada keuntungan dari penggabungan pasar.

2. Jenis-Jenis Diskriminasi Harga di Pasar Monopoli


Menurut Sugiarto diskriminasi harga dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
diskriminasi harga derajat pertama, derajat kedua, dan derajat ketiga. Selain itu terdapat
varian dari diskriminasi harga derajat kedua dan derajat ketiga, yaitu two part tariff,
intertemporal price discrimination and peak load pricing.

1. Diskriminasi Harga Derajat Pertama


Monopolis dalam diskriminasi harga derajat pertama berusaha untuk mengambil seluruh
surplus konsumen dengan mengubah harga untuk setiap jumlah komoditas. Kebijakan ini
memastikan bahwa setiap unit output dijual pada harga tertinggi yang dapat diterima
pembeli.
Ilustrasi berikut akan digunakan untuk memulai penjelasan tentang diskriminasi harga.

Monopolis menghasilkan suatu jurnal yang terbit bulanan. Terhadap jurnal tersebut tiap
konsumen hanya akan membeli satu unit tiap bulannya; jarang diantara mereka mau
membeli dua atau lebih jurnal yang sama bahkan dengan harga yang lebih rendahpun.
Kurva permintaan yang dihadapi oleh pengusaha monopoli tersebut ditunjukkan oleh
kurva D yang memiliki kemiringan negatif karena konsumen hanya mau membayar
dengan harga yang berbeda untuk kuantitas yang berbeda (Gambar 1)
Kuantitas jurnal yang diminta meningkat pada harga terendah karena lebih banyak pembeli yang
tertarik untuk membeli jurnal tersebut, tetapi setiap pembeli hanya membeli satu unit jurnal.
Margin cost per jurnal tetap pada 10. Monopolis harus menetapkan harga yang sama untuk tiap
pelanggan, dengan mempertimbangkan untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal; mereka
akan menetapkan harga 15 pada unit output 100, sehingga daerah A menunjukkan keuntungan
yang dapat mereka raih. Seandainya pengusaha monopolis tersebut berharap untuk
meningkatkan keuntungannya atas dasar kurva permintaan yang dihadapinya, maka yang
bersangkutan dapat menerapkan kebijakan diskriminasi harga.

2. Diskriminasi harga derajat kedua


Pada kebijakan diskriminasi harga tahap kedua, harga satuan barang diturunkan sesuai
dengan jumlah pembelian barang.
Dengan asumsi bahwa penurunan harga mencerminkan pertimbangan biaya (misalnya,
skala ekonomi), kebijakan diskriminasi harga tingkat kedua memanfaatkan fakta bahwa
kurva permintaan suatu perusahaan mempunyai kemiringan negatif.
Contoh diskriminasi harga derajat kedua di Indonesia adalah tarif dasar listrik dengan
volume 220 yang ditetapkan sebagai berikut:

Dalam hal ini harga per unit listrik yang dikonsumsi tergantung pada jumlah listrik yang
dikonsumsi konsumen.
Fenomena ini sering disebut dengan block pricing.
Dalam hal ini, pengguna yang jumlah barang A-nya bertambah akan menerima harga
yang sama atau mendekati biaya marjinal.
Sebagaimana dengan kebijakan harga sebelumnya block pricing dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan mengambil bagian dari surplus konsumen dengan bertambahnya pemakaian
produk. Meskipun demikian harga derajat kedua ini tidak dapat mengambil semua surplus
konsumen menjadi keuntungan pengusaha monopoli sebagaimana yang dapat dilakukan pada
kebijakan diskriminasi harga derajat pertama.

3. Diskriminasi harga derajat ketiga


Perusahaan monopoli yang ingin menerapkan kebijakan diskriminasi harga harus
menetapkan harga di setiap pasar agar keuntungannya maksimal.
Dalam hal ini, perusahaan monopoli harus mempertimbangkan biaya produksi dan sifat
permintaan di setiap pasar.
Misalnya, kurva biaya rata-rata (AC) dan biaya marjinal (MC) suatu perusahaan
monopoli seperti ditunjukkan pada Gambar 3 (iii).
Asumsikan juga bahwa output perusahaan monopoli dijual di dua pasar, pasar
domestik, dengan kurva permintaan (Dd ) dan pendapatan marjinal (MRd ), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3(i).
ditunjukkan di pasar luar negeri dengan permintaan (Dw) dan pendapatan marjinal
(MRw) pada kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3(ii).
Total permintaan untuk dua pasar ditunjukkan pada Gambar 3 (iii), kurva Dd+w.
Demikian pula, kurva MRd+w adalah kurva pendapatan marjinal untuk menggabungkan
analisis hasil penjualan untuk kedua pasar.
Perusahaan monopoli akan memperoleh keuntungan maksimum bila MRd+w = MC,
keadaan tersebut dicapai bila monopolis memproduksi sebagai Qd+w. Saat perusahaan
memproduksi Qd+w marginal costnya adalah OC. Agar di tiap pasar diperoleh
keuntungan maksimum (dan selanjutnya memaksimumkan keseluruhan keuntungan
perusahaan), maka penjualan di tiap-tiap pasar harus memenuhi syarat marginal cost OC
sama dengan marginal revenue di masing-masing pasar. Dengan demikian
pemaksimuman keuntungan di pasar dalam negeri tercapai saat OC = MRd dan di pasar
luar negeri tercapai saat OC = MRw. Dengan demikian, keuntungan maksimum di kedua
pasar akan dicapai bila di pasar dalam negeri dijual output sebanyak Qd dan di pasar luar
negeri dijual output sebanyak Qw. Harga pasar di dalam negeri dalam Pd dan harga di
pasar luar negeri adalah Pw. Jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut
adalah CdePd (di pasar dalam negeri) ditambah CabPw (di pasar luar negeri).
Perusahaan monopoli menjual barang di pasar dengan elastisitas permintaan yang
berbeda.
Misalnya seorang produsen menjual barangnya di dua pasar yang berbeda, yaitu Pasar A
dan Pasar B.
Pertama, harus dipahami bahwa produsen mencapai total pendapatan maksimum jika
pendapatan marjinal (MRA) pasar A sama.
terhadap pendapatan marjinal pasar lain (MRB).
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produk Q, , sama dengan QA di pasar A, , dan di
pasar B, jumlah yang sama dengan QB, .
Harga Pasar A PA dan harga Pasar B PB.
Harga di pasar A lebih tinggi dibandingkan pasar B karena permintaan di pasar A lebih
inelastis dibandingkan permintaan di pasar B.
Misal A = 2444, B = 3, maka PB =.
3/4 PA.

Anda mungkin juga menyukai