Anda di halaman 1dari 2

Pada suatu malam yang sunyi, sebagaimana biasa Khalifah Umar Ibn Khattab berkeliling

sendirian ke seluruh pelosok kota Madinah. Usai berkeliling, beliau menyandarkan tubuhnya pada
dinding sebuah rumah sederhana di pinggiran Kota Madinah. Tak sengaja Umarmendengar
pembicaraan dua orang wanita. Umar mendengar seorang wanita sedang berbicara kepada anak
gadisnya.
“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan penjual susu itu.
“Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.”
“Benar anakku,” kata ibunya.
“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya
penghasilan kita cepat bertambah.”
“Tidak, Bu!” katanya cepat. “Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu
dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada
pembeli.
“Namun tidak akan ada yang tahu kita mencampurnya dengan air! Tengah malam begini tidak
ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya memaksa.
“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu
dengan air, tetapi Allah SWT tetap melihat. Allah SWT pasti mengetahui segala perbuatan kita
sekalipun kitamenyembunyikannya,” tegas gadis itu.
Di luar rumah, Khalifah Umar tersenyum mendengar percakapan ibu penjual susu dan anak
gadisnya itu. Khalifah Umar pun beranjak meninggalkan gubuk itu dan cepat-cepat pulang ke
rumahnya. Esoknya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Umar menceritakannya
tentang kejujuran gadis penjual susu itu.
“Anakku menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya. Di zaman sekarang,
jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Namun takut pada Allah
SWT yang Maha Melihat.” kata Khalifah Umar.

Pertanyaan Studi Kasus 1:

1. Perilaku kedua pedagang pada kasus di atas mencerminkan nilai-nilai apa?


2. Jelaskan dampak ekonomi dari masing-masing sikap pedagang di atas?

-JAWAB –
1. Perilaku kedua pedagang tersebut mencerminkan nilai kejujuran bersaing dengan seimbang. Dalam
teks, dijelaskan sang ibu hendak mencampur susu dengan air. Niat tersebut terdorong dengan situasi
yang mendukung dimana sang ibu merasa tidak akan ada yang tahu mengenai kecurangan yang
hendak ia lakukan. Namun, sang anak bersikeras menolak ide curang dari sang ibu karena meyakini
bahwa Allah SWT Maha Melihat segala sesuatu yang mahkluknya lakukan. Maksud dari nilai
kejujuran disini adalah sang anak yang mencoba meyakini sang ibu bahwa memasukan air ke dalam
susu adalah tindakan yang sangat salah. Dalam berdagang juga kita harus memiliki nilai bersaing
dengan sseimbang dengan tidak melakukan kecurangan apapun itu yang dapat merugikan orang lain.
Hal ini sesuai dengan dasar ekonomi islam berdasarkan pada kepemilikan yang mana segala sesuatu
adalah milik Allah SWT, manusia sebagai khalifah di muka bumi dipercaya dapat mengelola apa yang
telah diciptakanNya, dan dapat disalurkan melalui distribusi yang adil dan saling menguntungkan
untuk mencapai falah.
2. Dampak ekonomi yang timbul dari kejadian diatas yaitu bisa tercapainya maslahat. Kejujuran
adalah hal yang terpenting dan terdasar bagi setiap orang dalam melakukan kegiatan berdagang.
Aqidah membentuk syariah, akhlak, dan ukhuwah sebagai pondasi ekonomi islam yang kemudian jika
pondasi tersebut bisa terbangun dengan baik, maka pilar ekonomi syariah bisa terwujud melalui
dengan keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan. Dari ketiga pilar tersebut terciptalah falah untuk
mencapai maslahah kebahagiaan dunia dan akhirat melalui suatu tatanan hidup yang baik sesuai
dengan pedoman agama islam yaitu Al-Quran dan hadits. Falah adalah tujuan dari semua orang yang
mencari keadilan dalam menjalankan kehidupannya terutama pada bidang ekonomi. Oleh karena itu,
contoh kejujuran yang ada dalam teks diatas menjadi contoh yang baik untuk bisa di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai