Materi Pencinta Alam BWT Pawaska
Materi Pencinta Alam BWT Pawaska
I. PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
II. MOUNTAINEERING................................................................................................. 8
III. MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN……………............................... 15
IV. PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL……………………………...................... 30
V. ROCK CLIMBING..................................................................................................... 39
VI. PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT.................................................... 45
VII. (Susur Gua) CAVING.............................................................................................. 52
Bibliografi………………………………………………………………......................... 72
Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi
kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak
ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat
suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang
sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi
jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun
ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan
itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang
pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu,
petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti
pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi
kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.
Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah
dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam
sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya
tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan
terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan
dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-
hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola
PAWASKA, Environmental+Analytical+Adventurer
Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran
pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk
melengkapi perannya sebagai duta lingkungan hidup, PAWASKA sebagai organisasi
pencinta alam yang Notabene anggotanya adalah seorang siswa, dituntut pula untuk
mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu belajar,
menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut tentang outdoor skill
tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena seorang anggota PAWASKA juga
adalah seorang analis yang memiliki intelektual. seorang anggota PAWASKA dituntut
bukan hanya menguasai skill tentang outdoor activities, tetapi juga haruslah sebagai
siswa/analis yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis. PAWASKA sadar
dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan melengkapi sisi environmental
dengan sisi adventurer. PAWASKA sebagai ekstrakulikuler intelektual dengan gerakan
enviromentalisme bermental adventure yang berjuang keras dalam menjaga
keseimbangan alam ini sebagai satu gerakan untuk masa depan akan lebih berarti
tindakannya dengan komitment dan loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah
harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah
gerak environment dengan adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya
yang merupakan spesialisasi dan menjadi ciri dari PAWASKA yang memahami
pentingnya menjaga, memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta
ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi
tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya
lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan
masa depan.
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu
kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang
menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya).
Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian
bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki
dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus
kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian,
perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-
lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung
dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan
yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang
hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol
adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering,
namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan
banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara
khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan
hanya memberi pertolongan.
3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah
cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik
pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya
telah mencakup : Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK
pegunungan, teknikteknik Rock Climbing dan lain-lain.
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki
harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan
kompas serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk
mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang
pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan
orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan
kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui
peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah
semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan
merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
suatu pendakian.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak
dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan
yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan
mental.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek
pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat
berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain. Kecelakaan yang
terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa
keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan,
1. Orientasi Medan
A. Perencanan perjalanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan
data- data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau
artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan
pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari
penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang
akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan
secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan
berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa,
perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur
pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail
mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan.
Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan
kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
¦ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
¦ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
¦ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
¦ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
¦ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan pembantu
¦ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
¦ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
¦ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
¦ Jam tangan.
Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis
medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan
perlengkapannya sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya
: semir, kelambu, gaiter, dll). Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam
suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list
terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana
yang perlu dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok,
maka check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan
memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana
saja yang dibawa dari rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan
mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita. Yang tidak
kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas
selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk
meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk
pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang
penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena
akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun,
baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir
barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian,
makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin
memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu
bungkuspakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak
basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan
tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan
plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet
didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari
makanan.
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko
dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil
musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat
bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan
jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap
mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian
yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko
tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam
keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat
melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau
topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik
adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut
kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi
sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk
menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air
ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik
digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya
disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang
kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa
ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat
menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas
dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel
atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang
mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah
diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal
ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat
badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan
dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena
berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan
ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas
dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis. Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa
juga untuk menyediakan serep ganti.
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan
seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag [kantong
tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin
dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai
dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal
tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari
kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan
cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat
dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan
sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu
yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk
ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga
tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan peralatan yang
dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong
dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan
carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi
rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada
jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
D. Perencanaan Perbekalan
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat
diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang
perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Susun daftar
makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi
dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap
dimakan).
Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada
kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
Catatan :
Kandungan kalori : - hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein
Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)
1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki
harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali
mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan
berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara
rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan
pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet
atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus
bagi penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang
kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
Makanan (logistik)
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan
kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat
obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit,
jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau
menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas /
kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor
dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali
sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah
dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain mengotori, membuang sampah dapat
menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami
kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari
barang-barang yang tercecer.
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari
keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk
dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari
keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup.
Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi
yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu
yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan
cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan
pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival
karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan
berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi
dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam
mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan
tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat
pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat
keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara
ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan
kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu
akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup.
Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam
situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau
psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan
gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang
pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang
terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan
adaptasi efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik
untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan
hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam.
sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur
yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat
melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh,
jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan
terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah
istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk
bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan
yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri.
Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik
ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai
kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang
juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum
dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan
penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada
akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya
otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional
berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan
dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh
kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah
menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut,
agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika
anda tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat,
Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
2. Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan
Syarat bivouck :
• Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
• Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
• Bukan sarang nyamuk/serangga
• Bahan kuat
• Jangan terlalu merusak alam sekitar
• Terlindung langsung dari angin
a. Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut
[dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti
gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir
nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.
b. Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan
pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan
d. Gigitan Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas
lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas
lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada
kambiumnya.
e. Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada
jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
Membaca Jejak
Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya
adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai
tanda keadaan lingkungan. Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang
lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya
gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang
ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau
tanah yang tercecer di atas rumput.
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa
makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
a. Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh
air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara
memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
[nesting atau phipless]. Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya,
yaitu potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes
dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut. Selain rotan, bambu dan
tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.
b. Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air
sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter
dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering,
caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
c. Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon
pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang
ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.
Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya
Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva,
Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh
tengahnya], Binatang besar lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
• Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Binatang yang mengandung racun : penyu laut
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah
jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini
lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
Cara membuat api dalam keadaan darurat :
• Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana
diletakkan bahan yang mudah terbakar.
• Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya
dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian
dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
• Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu
atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan
sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul /
sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kits
Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan
sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama
perjalanan. Beberapa contoh survival kits adalah :
• Mata pancing /kait
• Pisau / sangkur / vitrorinoc
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• Ponco / jas hujan / rain coat
• Lain-lain
Pendahuluan
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini
di Indonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan
yang begitu diminati oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang
selalu muda. Pada dasarnya, rock climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang
memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang dapat dijadikan pijakan atau
pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan salah satu cara untuk mencapai
puncak.
Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan. Rock Climbing bukan hanya menjadi
komoditi industri olah raga dan petualangan saja. Tetapi aplikasinya juga telah menjadi
komoditas industri-industrilainnya seperti wisata petualangan,outbound
training,entertaiment,iklan dan film,serta industri industri lainnya yang membutuhkan
jasa ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock climbing yang sangat mendasar sebagai
acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah
olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan,
dikenal teknik-teknik berikut.
• Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar.
Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah
sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
• Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan
masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki
menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua
tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas
bersamaan
dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
• Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).
Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua
celah
tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
• Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan
kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung
miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang
berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian
bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik
adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya
keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan
dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak
memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing,
seorangpendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan
pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan
free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang
dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan
benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor,
stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau
peluang gerak yang memadai.
Sistem Pendakian
1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai
sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian
pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas
beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga
dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah
berhasil untuk seluruh team.
2. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan
bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil.
Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi
kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya
dilanjutkan kembali).
Peralatan Pemanjatan
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang
ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
• Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali
static digunakan untuk rappelling.
• Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok
(merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3. a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah
untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka
lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan
dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan
leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun
memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba
pendakian.
5. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus
memasang achor.
6. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai
belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika
sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak
menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya
menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka
waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta
ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu,
latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada
akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang
akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di
proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil
dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini
memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan
laut menjadi bentuk garis kontur.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat.
Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai
ada dua macam yaitu :
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat
ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di
peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya,
pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta,
tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa
ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan
selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara
yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
• Badan, tempat komponen lainnya berada
• Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta
dalam posisi horizontal.
• Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin. Jenis kompas yang
biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas
prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu
titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun
untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan
efisien. Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara
umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara
secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan
kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat
kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi
satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya
(atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya
(untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya,
sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya
sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan
sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk
dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan
posisi anda di peta sesering mungkin.
4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa
medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut
sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur
lintasanjika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.
• Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburanvdan
untuk pemujaan roh leluhur
• 1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset
Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing)
yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society
• 1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang
melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan
komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800 halaman.
Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah kepadanya
• 1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan
kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang Gua
Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di
daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang pertama
• 1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana
gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS. Olehnya
gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto bernama Stephen
Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut. karena tugasnya
tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua Profesional (Cave
Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop
menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai
ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology,
Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World Herritage)
• 1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang
dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha kerasnya selama 5
yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam suatu Kampanye
Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu Riset Dasar
dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang Multi
disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara
yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan
tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika
dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa sekarang.
• Moto Speleologi :
o Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil GAMBAR
o Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali meninggalkan JEJAK
o Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU
o Bertindak WAJAR
o Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian (merasa minder atau malu)
o Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan kehendaknya
o Tunjukkan RESPEK Kepada Sesama Penelusur Gua
o Tidak menggunakan peralatan atau bahan-bahan yang disediakan oleh rombongan
lain tanpa persetujuan
• Membahayakan penelusur gua yang lain, misalnya :
o Mengambil atau memutuskan tali yang terpasang
o Memindahkan peralatan ketempat lain
o Menimpuk batu jika ada penelusur lain didalam gua
o Menghasut penduduk disekitar gua agar menghalang-halangi atau melarang rombongan
lain masuk gua karena tidak satu orang/kelompok pun boleh merasa memiliki
kekuasaan/hak terhadap sebuah gua bahkan bila dia itu seorang ahli yangmenemukan gua
tersebut pertama kali kecuali pemilik tanah di mana gua itu berada
o Jangan melakukan penelitian yang sama jika ada rombongan penelusur lain yang
sedang mengerjakannya DAN BELUM DIPUBLIKASIKAN (kecuali mendapatkan ijin)
o Jangan gegabah sebagai penemu sesuatu sebelum mendapat konfirmasi dari kelompok2
resmi yang lain
o Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi
o Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA dan hasil publikasi tidak
boleh menonjolkan DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa SESAMA PENELUSUR
o Jangan menjelek-jelekkan penelusur lain dalam publikasi walau penelusur itu mungkin
melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Setiap publikasi negatif tentang sesama
penelusur maka akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.
• Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan Speleologi dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR
• Membersihkan gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para
penelusur
• Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat para penelusur
gua wajib memberikan pertolongan itu
• Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua.
Minta ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis kepada yang berwenang, tidak
membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketenteraman dan
menyinggung perasaaan panduduk. Jangan merusak pagar, tanaman penduduk atau
menganggu hewan milik penduduk. Sedapat mungkin menghormati dan mematuhi
larangan2
yang diberikan pemuka masyarakat setempat berkaitan dengan gua yang akan
ditelusuri demi menjaga martabat kepercayaan setempat
• Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan
sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan hasilnya pada instansi
tersebut. Apabila meminta nasihat pada penelusur atau seorang lainnya, maka wajib
pula menyerahkan laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu
• Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada
kelompok penelusur lain, apabila anda mengetahui adanya tempat-tempat yang
berbahaya
• Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati
atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON Speleologi. Hal
ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk melakukan penelusuran gua tanpa
pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila perlu hanya di pamerkan dalam
bentuk foto2 tanpa menyebutkan lokasi
• NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan2 di dalam gua
atau lokasi dari gua sebelum diyakini betul adanya pelestarian oleh yang
berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang awam menjadi
tanggung
jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua2 itu sebagai akibat
publikasi dalam media massa
• Setiap terjadi musibah diwajibkan untuk di laporkan kepada sesama penelusur
melalui media Speologi yang ada, hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama
dapat dihindari
• Menjadi kewajiban mutlak bagi penelusur gua untuk memberitahukan kepada
rekan-rekan terdekat lokasi mana akan pergi dan kapan ia akan diharapkan pulang.
Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan penduduk nama dan alamat
para penelusur dan kapan diharapkan selesai menelusuri gua. Wajib memberitahukan
penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila penelusur belum keluar dari gua
sesuai dengan waktu yang direncanakan
A. Peralatan Pribadi
Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang
digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan
prinsip sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan
Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun
canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam
melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon
sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya
sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif
lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat
dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier
atau sling.
4. Security Link
Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari
Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih.
Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer
dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan
webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness
berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar
dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar.
Alternatif lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
B. Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat
menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai
berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah tali
setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di
tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor,
dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag),
juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu
karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa
karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor. Untuk mengarungi sungai di dalam
gua diperlukan perahu karet khusus.
Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-
simpulyang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
Sistim Anchor
Anchor merupakan sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin
keselamatan penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat
kembali naik. Dalam verical caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan
beberapa titik (point). Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang
belay) , guna menghindari gesekan batu.
Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti
hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam sistim anchor, yaitu :
1. Anchor Alam (Natural Anchor)
Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain.
Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung
menggunakan tali, dengan simpul bowline.
2. Artificial Anchor
Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat
anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton
dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :
2. 1 Posisi Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu
2.2 Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan
hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk
dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah
anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
-Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.
-Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang
pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
-Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
-Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
-Pasang cow’s tail pada anchor
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
-Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)
-Pasang cow’s tail pada ‘safety loops’ figure of eight knot.
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
-Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur
sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan
kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat
dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang
tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat
rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan
jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk
melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat
perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu
perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan ragu-
ragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya. Bahaya
banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu
udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi di gua
yang basah. Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya
tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting,
bahkan pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat
petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di
dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi,
Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang
paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian
Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang wajib
dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’. Begitu penting pemetaan, sampai-
sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang menyatakan bahwa “sebuah peta
lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata”.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau
pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan
fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen,
apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua
tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia
akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain
sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga
memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua
juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.
Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang
yang membaca peta tersebut dengan mudah. Sehingga sebuah peta gua harus Informatif,
dan Komunikatif. Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat
ditemukan disini, dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan
eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk kepentingan penelitian,
atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif apabila dalam hasil akhirnya
tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas
dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama. Peta sebuah gua minimal
menerangkan tentang;
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan
lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong,
dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang
terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun
digambarkan potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan
administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini
termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena
lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
Prosedur Pemetaan
Prosedur pemetaan yang dimaksud disini adalah teknis pengambilan data untuk
menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan dicatat di sebuah catatan lapangan
untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis besar, pengambilan data dilakukan dengan
membuat bentukan kasar gua yang dieksplorasi, dengan cara mengambil beberapa titik
untuk dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun tersebutlah data-data direkam,
diantaranya arah lorong, ketinggian lorong, kemiringan antara stasiun, tinggi langit-langit
gua, lebar lorong dan keterangan lainnya.
Pemetaan dapat dilakukan oleh minimal dua orang, dimana satu orang menjadi
leader yang memegang ujung alat ukur dan menentukan posisi stasiun, sementara orang
kedua menjadi pencatat data yang memasukkan data ke dalam field note. Leader, adalah
orang yang berhak menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat dijadikan stasiun karena
beberapa sebab yaitu;
-Lorong yang dieksplorasi berubah arah
-Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua
-Terdapat kemiringan yang ekstrim
-Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
-Terdapat ornamen yang unik
Cara Kerja
1. Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat
data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh
Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat
lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiunB.
Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang
antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa
atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan
kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau
khusus.
Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data
lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan
kemungkinan tidak jelas terbaca. Kemudian kita membuat peta gua kasar di kertas
milimeter block. Data Azimuth, Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat
Penampang atas atau denah, sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna
untuk membuat irisan atau penampang samping. Setelah itu, kita dapat menyalin draft
Hambatan
7. Peralatan
Peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :
A. Perlengkapan pribadi :
• Lampu, syaratnya harus bisa ditempelkan pada helm
• Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika ternyata pecah tidak akan
melukai kepala
• Coverall (Werkpak), dengan warna yang menyolok
• Sarung tangan, sebaiknya dari kulit yang lemas atau karet
• Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat melindungi dari gigitan binatang
berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki
• Sumber cahaya cadangan, bisa berupa lilin senter korek api
• Peluit, sebagai alat komunikasi darurat.
Perlengkapan tersebut hanya dapat dipergunakan untuk gua Horisontal (datar), atau
gua yang agak rumit hingga memerlukan keterampilan untuk mendaki dan menuruni
secara bebas tanpa peralatan (Free Climbing). Perlengkapan pribadi ini harus
diperluas apabila hendak melakukan penelusuran dalam jangka waktu yang lama,
banyak terdapat air dan banyak memiliki lorong.
• Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam, dapat pula
untuk mengisi tabung karbit
• Makanan, harap dibawa jika menelusuri gua lebih dari 6 jam
• Pakaian, yang kering luar dan dalam
• Pelampung, untuk berenang
• Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak Guano-nya
(penyebab sakit paru-paru)
• Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh sebagai catatan
perjalanan dan untuk keperluan pemetaan
• Peralatan pemetaan, klinometer, rollmeter, kompas prisma, altimeter,
barometer, thermometer dan tripod
• Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll. dipergunakan
untuk gua yang banyak lorongnya
B. Perlengkapan kolektif :
Peralatan ini sangat dibutuhkan untuk kegiatan bersama (beregu) dan harus ada
seseorang yang bertanggung jawab pada peralatan tersebut. Pemeliharaan barang kolektif
ini sebaiknya dilakukan bersama dan dapat juga ditugaskan kepada satu orang. Sebaiknya
yang memelihara alat tersebut diserahkan pada orang yang mengerti pada peralatan
tersebut, jangan diberikan pada pemula karena sensitifnya peralatan. Namun adakalanya
kecenderungan dalam suatu organisasi untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut pada
pemula, dalam hal ini sangatlah tidak tepat.
• Tali, dalam hal ini mutlah diperlukan dalam kegiatan penelusuran gua
vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas
dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran dipergunakan tali statik atau tali
Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11 mili. Untuk panjang tali disesuaikan
dengan kebutuhan
• Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya dan mudah dibawa.
Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama jika rombongan sebagian besar
kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap penggunaan tangga baja ini harus
menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis
• Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau peralatan yang lainnya
• Perahu karet, untuk mengarungi sungai atau danau
• Pulley, sering disebut dengan katrol dan bermanfaat untuk Rescue
8. Bahaya-bahaya
Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di
dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka
tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua.
Macam-macam bahaya :
• Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap.
Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua
• Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano,
banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus
dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan H2S. Tanda-tanda
numum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan
halusinasi
• Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari
bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit
dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk
menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur
atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek
• Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa
hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding
sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau
cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir
• Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah
mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di
dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi
gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka
bersarang. Bahaya lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies,
kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti
TBC). namun umumnya hewan gua tidak mengganggu
• Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin
kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam
terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus
(ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah
sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan
dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan
jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
• Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila
tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutin
• Bahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat
padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik
sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang
mobilitas.