Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348455111

Evaluasi Pembelajaran Sejarah Laporan Literatur Review

Preprint · January 2021

CITATIONS READS
0 41

1 author:

Nuur Kumala Yanti


Universitas Lambung Mangkurat
9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Inovasi pendidikan View project

Arsip dan Kearsipan View project

All content following this page was uploaded by Nuur Kumala Yanti on 14 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Laporan Literatur Review

Oleh
(Nuur Kumala Yanti)
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM

NIM
(1810111220034)

Karya ilmiah yang di review


Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., &Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning.PalArch's
Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.

Ringkasan isi artikel


Model Berpikir Historis dalam Mencapai Dimensi Kognitif Pembelajaran
Sejarah Indonesia
Keberhasilan Pembelajaran harus didukung oleh berbagai komponen baik
input maupun proses, sehingga menghasilkan outout yang diharapkan. Dalam
pembelajaran Sejarah harus tersedia model berpikir historis dalam mencapai dmensi
kognitif yang digunakan untuk mengevaluasi program pembelajara secara
Komprehensif. Kajian tentang pengembangan model berpikir sejarah dengan berbagai
model evaluasi yang digunakan telah berkembang mulai dari ketidakpuasan terhadap
konsep dan penilaian pembelajaran konservatif hingga solusi tentang pemikiran
sejarah, termasuk penilaian dan evaluasinya (Subiyakto, 2020).
Evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan, sehingga
model evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemikiran
historis sebagai tujuan pembelajaran memerlukan penilaian yang mampu
menerjemahkan tujuan dan indikator pencapaian kompetensi dalam bentuk
instrumen evaluasi yang valid dan reliabel sehingga mampu memberikan penilaian
terhadap hasil belajar yang ditentukan (Bal, 2020). Berbagai kajian bertema
pemikiran sejarah menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lain. Di satu sisi siswa
masih dianggap belum mampu menyelesaikan masalah dan keefektifan mendapatkan
kendala (Bartelds, 2020), disisi lain studi validitas pembelajaran sejarah berfikir
(HATS) yang digunakan untuk tes Pemikiran HAT ternyata lebih baik dari pada
mereka yang di tes menggunakan soal pilihan ganda (Smith, 2019).
Analisis Kebutuhan Kurikulum, Berdasarkan hasil analisis kebutuhan
berdasarkan kompetensi kurikulum program studi diketahui bahwa dimensi dengan
cakupan terluas adalah dimensi faktual dan konseptual l. Dengan kognisi terendah
aspek itive pada level C3 dan level C6 tertinggi. Kebutuhan akan instrumen penilaian
sebagian besar harus mencakup dimensi faktual dan konseptual. Mengacu pada
taksonomi yang dikemukakan Anderson dan Krathwohl (2010) cakupan dimensi
faktual adalah: pengetahuan tentang terminologi; pengetahuan tentang detail dan
elemen tertentu (dalam hal ini peristiwa). Selanjutnya dimensi konseptual tersebut
meliputi: pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi; pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang terminologi dalam sejarah adalah pengetahuan tentang
terminologi dalam sejarah, misalnya istilah kolonialisme, imperialisme, sedangkan
pengetahuan tentang detail dan elemen, misalnya pengetahuan tentang detail
peristiwa termasuk waktu kejadian, adegan, tokoh-tokoh yang terlibat, dan kronologi
peristiwa. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa pengetahuan inilah yang menjadi
kunci pencapaian dimensi kognitif.Penelitian tentang pengembangan model berpikir
sejarah dengan berbagai model evaluasi yang digunakan telah berkembang mulai dari
ketidakpuasan terhadap konsep dan penilaian pembelajaran konservatif hingga solusi
tentang pemikiran sejarah. termasuk penilaian dan evaluasinya (Laksana, 2020).
Perancangan Model Asesmen Berpikir Historis Berdasarkan Pencapaian
Dimensi Kognitif. Perencanaan penilaian pemikiran historis didasarkan pada hasil
analisis kebutuhan. Berdasarkan analisis kebutuhan, instrumen yang disusun
meliputi 4 dimensi kognitif; faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
(Anderson & Krathwohl, 2010). Matriks model asesmen yang dikembangkan dapat
dilihat pada tabel berikut. Sedangkan penentuan model instrumen yang dibuat
berdasarkan kajian terhadap model instrumen yang terstandarisasi yaitu APUSH dan
HATS dengan menggunakan penerapan dimensi kognitif yang ketat sebagai indikator
pencapaiannya.
Hasil Pengujian Instrumen, Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya ada
satu item instrumen yang tidak valid yaitu item 17 model soal pilihan ganda. Data
dari item yang tidak valid tidak digunakan dalam analisis hasil penelitian, dan karena
representasi masing-masing indikator telah terpenuhi maka tidak mempengaruhi
proses analisis data. Dengan demikian kebutuhan instrumen untuk setiap dimensi
kognitif telah terpenuhi.Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa untuk semua jenis
instrumen skor Cronbach's Alpha lebih besar dari nilai kritis 0,361 dengan n = 28,
atau r11> rt maka semua instrumen tes reliabel Berdasarkan hasil uji validitas dan
reliabilitas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian berpikir historis yang
dibuat valid dan reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam tes.
Pencapaian Dimensi Kognitif, Tes pertama adalah Tes KMO dan Bartlett untuk
mengetahui kelayakan variabel-variabel tersebut untuk digunakan dalam analisis
selanjutnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai KMO MSA (Measure of
Sampling Adequacy) lebih besar dari 0,50 atau 0,542> 0,50 sehingga hasil analisis
faktor dapat dilanjutkan. Sebagai syarat lainnya, nilai signifikansi menunjukkan
0,000 <0,50. Kedua indikator tersebut menegaskan bahwa variabel tersebut dapat
digunakan untuk analisis lebih lanjut. Pengukuran Kecukupan Sampling (MSA),
Berdasarkan hasil uji Anti-Image Matries dapat diketahui bahwa nilai MSA pada
masing-masing variabel lebih dari 0,50, sehingga keempat variabel tersebut dapat
digunakan dalam analisis faktor. Dilihat dari persentase, skor total 2.301 dapat
menjelaskan varian peserta tes sebesar 57.514% atau terdapat 57.514% peserta tes
yang memiliki pola linier dengan ketercapaian dimensi kognitif.

Relevansi jenis/metode evaluasi yang dibahas


Evaluasi Berdasar Analisis Dan Hasil Uji Coba Menggunakan Kegiatan Tes,
Pengukuran Dan Penilian.
Dalam Proses belajar mengajar tentu ada kesadaran dalam keberhasilan atau
ketidakpuasan dalam pembelajaran, Sasaran Hasil Pembelajaran Sejarah adalah
untuk membuat siswa mengadari akan Sejarah dan Pentingnya Sejarah. Evaluasi
pembelajaran berfungsi Menjadi tolak ukur keberhasilan, sehingga model evaluasi
yang digunakan harus sesuai dengan tujuan hasil Pembelajaran Sejarah itu sendiri.
Untuk mengenal Identitas Bangsa diperlukan Pengetahuan Sejarah pada
Umumnya, dan Sejarah Nasional Khususnya. Sejarah Nasional mencakup secara
Komprehensif segala aspek kehidupan bangsa, yang terwujud sebagai tindakan,
perilaku, prestasi hasil usaha atau kerjanya mempertahankan kebebasan atau
kedaulantan, meningkatkan taraf hidupnya, menyelenggarankan Kegiatan ekonomi,
Sosial, Poltiik, Religiuas, lagi pula menghayati Kebudayaan politik beserta ideologi
nasionalnya, keberlangsungan masyarakat dan kulturnya. Sejarah Nasional
mencakup segala lapisan Sosial beserta bidanh kepentingan, subkulturalnya. Sejarah
Nasional Mengungkapkan perkembangan Multietnisnya, Sistem Hukum Adatnya,
Bahasa, Ssitem Kekebaratan, Kepercayaan dan segalanya (Aman, 2011: 30-31).
Menggunakan Perancangan Model Asesmen Berpikir Historis Berdasarkan
Pencapaian Dimensi Kognitif, Sesuai dengan standar Kurikulum dan memasuki aspek
sesuai Taksonomi dan Instrumen Evaluasinya. Matriks Model Pencapaian Kognitif
Dimensi dalam Sejarah Berpikir Penilaian pada dimensi Faktual, Konseptu, dan
Metakogn. Dalam hal ini proses dan hasil berlajar siswa terlihat dilakukan secara
Sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi Informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Menurut Allen dan Yen, Pengukuran (Measurement) didefinisikan sebagai
Kualifikasi tentang keadaan Individu baik berupa kemampuan kognitif, efektif,
maupun psikomotorik. Terlihat bahwa Evaluasi menjadi proses menghimpun
informasi secara sistematis melalui pengukuran, penilaian dan diakhiri dengan
evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto, Penilaian dilakukan bertujuan untuk sebagai
berikut.
1. Merangsang Aktivitas Ssiwa
2. Menemukan penyebab kemajuan atau kegagalan Siswa, Guru, maupun
proses pembelajaran itu sendiri.
3. Memberi bimbingan yang sesuai kepada setiap Siswa.
4. Memberi laporan tentang kemajuan atau perkembangan Siswa Kepada
Orangtua dan lembaga Pendidikan terkait.
5. Sebagai Feed back Program atau Kurikulum Pendidikan yang sedang
Berlaku (Aman, 2011: 74).
Evaluation instruments are the object of student success targets, based on
basic competencies there are 6 instruments, namely: Remembering (C1),
Understanding (C2), applying (C3), Analyzing (C4), Evaluating (C5), and Creating (C6).
It turns out that historical thinking instruments that are considered important are
still not standardized, making educators attempt to research the instruments needed
for historical learning. The instrument developed in this study is a historical thinking
assessment instrument that refers to the achievement of the cognitive dimensions,
namely factual, conceptual, procedural, and metacognitive. To ensure the suitability of
the designed instrument, the development of this instrument begins with a needs
analysis followed by a study of the types of standardized instruments that have been
used in the historical field assessment.

Simpulan
Mempelajari Model Berpikir Historis dalam Mencapai Dimensi Kognitif
Pembelajaran Sejarah Indonesia yang sudah dipaparkan tentu perlu pemahaman
terhadap Evaluasi pembelajaran Sejarah. Dimana dalam penjalananya diperlukan
Instrumen yang sesuai dengan Kompetensi Dasar itu sendiri. Dalam Evaluasi
Pembelajaran Sejarah tentu ada sasaran yang semestinya perlu dilihat lagi seperti
Kinerja Guru Sejarah, Materi Pembelajaran Sejarah, Metode Pembelajaran Sejarah,
Sarana Pembelajaran Sejarah, Iklim Kelas, Sikap Siswa, dan Motivasi Belajar Sejarah.
Jika dilihat pentingnya model pembelajaran dalam Sejarah agar tepat sasaran dan
berhasil dalam proses penerimaan Pembelajaran Sejarah.
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen
penilaian berpikir historis yang mengacu pada pencapaian dimensi kognitif yaitu
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dalam hal ini proses dan hasil
berlajar siswa terlihat dilakukan secara Sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi Informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil uji, jika variabel faktual telah terpenuhi, maka variabel lain
yaitu pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
metakognitif berpeluang untuk dicapai. Sebaliknya jika pengetahuan faktual belum
tercapai maka pengetahuan lain sulit untuk dicapai. Jika dibandingkan dengan
kaidah taksonomi, maka hasil pengujian instrumen secara keseluruhan memenuhi
kaidah pencapaian dimensi kognitif, cascading dari dimensi paling sederhana ditinjau
dari aktivitas kognitif, yaitu dimulai dari pengetahuan faktual, kemudian
pengetahuan konseptual, prosedural dan terakhir metakognitif. Dari hal itu dapat
membuktikan suatu keberhasilan Pembelajaran Sejarah itu Sendiri.
Terlebih lagi Pembelajara Sejarah lebih ke Pengetahuan tentang detail peristiwa
termasuk waktu kejadian, adegan, tokoh-tokoh yang terlibat, dan kronologi peristiwa.
Tentu hal diatas bisa menjadi model Evaluasi dalam Pembelajaran Sejarah.
Referensi
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., &Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History
Learning.PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-
7906.
Referensi Tambahan
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai