Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu penyakit yang sering muncul di masyarakat adalah malformasi anorecktal letak
tinggi. Malformasi anorektal atau anus imperforata adalah tidak komplitnya perkembangan
embrionik pada distal usus (anus) atau tertutupnya anus secara abnormal (Suryadi 2006).
Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus imperforata karena mereka tidak
memiliki lubang dimana seharusnya anus ada. Ketika malformasi terjadi, otot dan saraf yang
berhubungan dengan anus juga sering mengalami malformasi dalam derajat yang sama.
Tulang belakang dan saluran urogenital juga dapat terlibat.
Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini lebih sering
terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal letak tinggi
atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari penderita mengalami satu atau
lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Defek urologi adalah anomali yang paling
sering berkaitan dengan malformasi anorektal, diikuti defek pada vertebra, ekstrimitas dan
sistem kardiovaskular. Manajemen dari malfomasi anorektal pada periode neonatal sangatlah
krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak.
Kerusakan yang paling sering terjadi pada pria adalah anus imperforata denga fistula
rektouretra, diikuti fistula rektoperineum kemudian fistula rektovesika atau bladder neck. Pada
wanita, yang tersering adalah defek rektovestibuler, kemudian fistula kutaneusperineal. Yang
ketiga yang tersering adalah persisten kloaka. Lesi ini adalah malformasi yang berspektrum
luas dimana rektum, vagina, dan traktus urinarius bertemu dan bersatu membentuk satu
saluran. Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat satu lubang saja pada perineum. Dan terletak
dimana uretra biasanya ada. Pada keaadaan ini, genital eksternanya hipoplastik.
Keputusan yang paling penting adalah apakah pasien memerlukan kolostomi dan diversi
urin untuk mencegah sepsis dan asidosis metabolik. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang anatominya, diagnosis yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan defek yang
berkaitan dan bertambahnya pengalaman dalam memanajemen, akan didapatkan dengan hasil
yang lebih baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari malformasi anorektal?
2. Bagaimana patofisiologi dari malformasi anorektal?
3. Bagaimana klasifikasi dari malformasi anorektal?
4. Apa tanda dan gejala dari malformasi anorektal?
5. Apa penyebab dari malformasi anorektal?
6. Bagaimana pemeriksaan diaknostik dari malformasi anorektal?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari malformasi anorektal?
8. Apa komplikasi dari malformasi anorektal?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian dari malformasi anorektal.
2. Untuk mendeskripsikan patofisiologi dari malformasi anorektal.
3. Untuk mendeskripsikan klasifikasi dari malformasi anorektal.
4. Untuk mendeskripsikan tanda dan gejala dari malformasi anorektal.
5. Untuk mendeskripsikan penyebab dari malformasi anorektal.
6. Untuk mendeskripsikan pemeriksaan diaknostik dari malformasi anorektal.
7. Untuk mendeskripsikan penatalaksanaan dari malformasi anorektal.
8. Untuk mendeskripsikan komplikasi dari malformasi anorektal.

1.4 Manfaat
Dari penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini memberikan sumbangan khususnya bagi mata kuliah
Keperawatan Anak I, terutama pengetahuan tentang penyakit malformasi anorektal.

2
2. Manfaat Praktis
Secara praktis makalah ini memberikan sumbangan bagi:
a. Mahasiswa, agar lebih memahami pengetahuan tentang penyakit malformasi anorektal.
b. Penulis selanjutnya, sebagai referensi untuk membuat makalah selanjutnya yang
berkaitan dengan penyakit malformasi anorektal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Malformasi Anorektal


Pengertian malformasi anorektal akan dijelaskan menurut pendapat beberapa ahli,
diantaranya yaitu:
1. Malformasi anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnua anus secara
abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. (Hidayat,
A.Aziz Alimul, 2006).
2. Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik (Manjoer Arif, dkk. 2003).
3. Malformasi anorektal adalah tidak komplitnya perkembangan embrionik pada distal usus
(anus) atau tertutupnya anus secara abnormal. (Suryadi, 2006).
4. Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi congenital dimana rectum
tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan
anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan
anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina
(Donna L.Wong,2004).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa marformasi anorektal adalah suatu
kelainan congenital dan tidak lengkapnya perkembangan embrionik dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan
anus.

2.2 Patofisiologi Malformasi Anorektal


Embriogenesis malformasi ini tidak jelas. Rectum dan anus berkembang dari bagian dorsal
usus atau ruang cloaca ketika mesenchym bertumbuh ke dalam membentuk septum anorectum
pada midline. Septum ini memisahkan rectum dan canalis anus secara dorsal dari vesica
urinaria dan uretra. Ductus cloaca adalah penghubung kecil antara 2 usus. Pertumbuhan ke
bawah septum urorectalis menutup ductus ini selama 7 minggu kehamilan.

4
Selama itu, bagian ventral urogenital berhubungan dengan dunia luar, membran analis
dorsalis terbuka kemudian. Anus berkembang dengan penyatuan tuberculum analis dan
invaginasi external, diketahui sebagai proctodeum, yang mengarah ke rectum tetapi terpisah
oleh membran anal. Membran pemisah ini akan terpisahkan pada usia 8 minggu kehamilan.
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai  stase
menimbulkan suatu spektrum anomaly, kebanyakan mengenai saluran usus bawah  dan
bangunan genitourinaria dan bagian rektum kloaka menumbulkan fistula. Menifestasi klinis
diakibatkan adanya obtruksi dan adanya fistula. Obtruksi ini mengakibatkan distensi abdomen,
sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorsi sehingga terjadi asidosis hipperchloremia,
sebaliknya feses mengalir ke arah truktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Keadaan
ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90%
dengan fistula ke vagina (revtovagina) atau perineum (rektovestibular) (Brehman, 2000).

2.3 Klasifikasi Malformasi Anorektal


Klasifikasi pada malformasi anorektal akan dijelaskan di bawah ini, diantaranya yaitu
sebagai berikut:
1. Klasifikasi pada anorektal menurut insidennya, antara lain:
a. Pada laki-laki
1) Fistula pirenium (kutaneus)
Fistula pirenium adalah cacat paling sederhana pada kedua jenis kelamin. Penderita
mempunyai lubang kecil terletak di perineum, sebelah anterior dari titik pusat,
sfingter eksterna didekat skrotum pada pria atau vulva pada perempuan.
2) Fistula rektrovesika
Pada penderita dengan fistula rektrovesika, rektum berhubungan dengan saluran
kencing pada setinggi leher vesika urinaria.
3) Fistula rektrouretra
Pada kasus fistula rektrouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra
(uretra bulbar) atau bagian atas uretra (uretra prostat).

5
4) Anus imperforate tanpa vistula
Mempunyai karakteristik sama pada kedua jenis kelamin
Rectum tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2 cm di atas kulit
perineum.
5) Atresium rektum
Atresium rektum adalah yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomaly anorektum
Cacat ini mempunyai kesamaan karakteristik pada kedua jenis kelamin. Tanda yang
unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anul & anus yang
normal. Ada obstruksi sekitar 2 cm di atas batas kulit
b. Pada perempuan
1) Kloaka persisten
Pada kasus kloaka persisten ini, rectum, vagina dan saluran kencing bertemu dalam
satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di
belakang klitoris.
2) Fistula vestibular
Fitsula vestibular adalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum
bermuara ke dalam vestibula kelamin perempuan sedikit di luar salaput dara.
2. Klasifikasi malformasi anorektal berdasarkan atas hubungan rektum dengan otot
puborektal menurut (Wong, 2004) :
Pada Malformasi Anorektal penanganan yang dilakukan tergantung dari letak ujung
atresia terhadap dasar panggul, sehingga anomaly tersebut dibuat menjadi tipe rendah, tipe
intermediate, dan tipe tinggi. Perbedaan dari 3 tipe diatas dapat dilihat dibawah ini :
a. Kelainan letak rendah (low anomalies)
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puboorektalis. Terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak
terdapat hubungan dengan saluran genitourinaius.
b. Kelainan letak sedang (intermedieat anomalies)
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis, terdapat cekungan anus,
lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

6
c. Kelainan letak tinggi (high anomalies)
Rektum berakhir di atas M.Puborektalis dengan jarak antara ujung buntu rectum
dengan kulit perineum > 1 cm. Letak tinggi biasanya disertai dengan fistel kesaluran
kencing atau kesaluran genital. Akhir rektum terletak di atas otot puborektal, tidak
terdapat spinter interna dan terdapat hubungan dengan genitourinaria pada laki-laki
fistula rektouretra, pada perempuan rektovaginal.
3. Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
a. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
b. Membran anus yang menetap
c. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak
dari peritoneum
d. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum
Malformasi anorektal terdiri dari berbagai macam bentuk. Beberapa bentuk tersebut
diantaranya adalah:
1. Congenital anal stenosis
2. Anal membrane atresia.
3. Anal agenesis
4. Rectal atresia
5. Rectoperitoneal fistula
6. Rectovaginal fistula

2.4 Tanda dan Gejala Malformasi Anorektal


Secara klinik pada bayi ditemukan tidak adanya mekonium yang keluar dalam waktu 24-
48 jam setelah kelahiran atau tidak tampak adanya lubang anus. Untuk mengetahui kelainan
ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan pemasukan thermometer melalui
anus. Tindakan ini tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga untuk mengetahui
apakah terdapat anus imperforata atau tidak. Bila anus terlihat normal dan terdapat
penyumbatan yang lebih tinggi dari perineum maka gejala akan timbul dalam 24-48 jam.
Tanda dan gejala dari malformasi anorektal menurut (Betz, 2002), diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.

7
2. Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.
3. Kejang usus.
4. Bising usus meningkat.
5. Distensi abdomen.
6. Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).
7. Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi.

2.5 Penyebab Malformasi Anorektal


Penyebab malformasi anorektal menurut (Mansjoer, 2000), diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Secara pasti belum diketahui
2. Merupakan anomali gastro intestinal genitourinari.
3. Malformasi Anus
Gangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
4. Malformasi Rektum
Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital serta gangguan
perkembangan septum anorektal yang memisahkannya (terjadi fistel).
Selain beberapa penyebab yang telah dijelaskan di atas, malformasi anorektal dapat
disebabkan oleh:
Penyakit hisprung tidak memiliki plexus myenteric sehingga bagian usus yang bersangkutan
tidak dapat mengembang. Biasanya terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.
Dimana insiden keseluruhan 1:5000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan (4:1). Penyakit ini sering terjadi pada anak dengan down syndrom. kelainan
kardiovaskuler dan kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding plexus.

2.6 Pemeriksaan Diaknostik Malformasi Anorektal


Pemeriksaan diaknostik dari malformasi anorektal diantaranya yaitu akan dijelaskan di
bawah ini:
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum
dilakukan pada gangguan ini.

8
2. Pemeriksaan colok dubur, pada atresia rektum jari tidak masuk lebih 1–2 cm.
3. Protosigmoidoskopi, anoskopi, radiografi lateral terbalik.
4. Urogram intravena, sistourethrogram: dilakukan pada waktu miksi harus dilakukan karena
seringnya malformasi traktuf urinarius menyertai anomali ini. 
5. Rontgenologis kolumna vertebralis: untuk mengetahui kelainan yang menyertai yaitu
anomali vertebra. 
6. Pemeriksaan inspeksi dan palpasi daerah perineum secara dini.
7. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium
8. Pemeriksaan sinar-X lateral inverse (teknik Wangensteen-Rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada atau di dekat perineum,
dapat menyesatkan jika rectum penuh dengan mekonium yang mencegah udara sampai
keujung kantong rectal
9. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rectal
10. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusukkan jarum tersebut
sambil melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5
cm, defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggi.
11. Pemeriksaan radiologi Invertogram
Yaitu teknik pengambilan foto untuk menilai jarak pungtum distal rectum terhadap muara
anus di kulit peritoneum.
12. Pewarnaan Radiopatik dimuskan ke dalam traknus urinarius misalnya sistouretogram
mikturasi akan memperlihatkan hubungan rekto urinarius dan kelainan urinarius.

2.7 Penatalaksanaan Malformasi Anorektal


Menurut (Wong, 1999), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
maformasi anorektal ada dua macam yaitu dengan tindakan sementara dan tindakan definitive:
1. Tindakan Sementara
a. Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia. Anak segera dipuasakan
untuk pembedahan. Bila diduga ada malformasi rektum, bayi harus segera dikirim ke
ahli bedah yaitu dilakukan kolostomi transversum akut. Ada 2 tempat yang kolostomi
yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi dan
sigmoidkolostomi. Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan selain kolostomi

9
juga dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika perlu (setelah anak lebih besar 1 –
1,5 tahun).
b. Pada malformasi anus laki-laki tipe covered anal dilakukan insisi atau diiris hanya
pada garis hitam di kulitnya, kemudian diperlebar perlahan-lahan dan apabila ada
lubang dilanjutkan dengan kelingkin yang dilapisi vaselin didorong masuk sampai
teraba atau menonjol ujung rektum kemudian ujung rektum di insisi tanpa dijahit.
Pada defek letak rendah langsung dilakukan terapi definitif yaitu anorektoplasti
posterior sagital (PSARP), sisanya dilakukan kolostomi sementara.
2. Tindakan Definitif
a. Pembedahan definitif ini dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi dan
mempertahankan kontak kontinensi. Untuk malformasi rectum setelah bayi berumur
6 bulan dilakukan ano-rekto-vagina-uretroplasti posterior sagital (PSAVURP).
b. Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada defek:
1) Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada anal dimple
dilakukan insisi dianal dimple melalui tengah sfingter ani eksternus.
2) Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung ditembus tapi
lebih dulu fistel ano uretralis tersebut diikat. Bila tidak bisa kasus dianggap dan
diperlakukan sebagai kasus malformasi rektum.
3) Pada agenesis anorektal pada kelainan tinggi setelah bayi berat badan mencapai
10 kg tersebut harus diperbaiki dengan operasi sakroperineal atau abdomino
perineal dimana kolon distal ditarik ke aneterior ke muskulus puborektalis dan
dijahitkan ke perinuem. Pada anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai
dan tidak ada sfingter internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi
muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil dari anak dengan kelainan tinggi tanpa
muskulatur atau muskolatur yang buruk, kontinensia mungkin didapat secara
lambat tetapi dengan pelatihan intensif dengan menggunakan otot yang ada,
pengencangan otot kemudian dengan levator plasti, nasihat tentang diet dan
memelihara "neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai.

10
2.8 Komplikasi Malformasi Anorektal
Semua pasien yang mempunyai malformasi anorectal dengan komorbiditas yang tidak
jelas mengancam hidup akan bertahan. Pada lesi letak tinggi, banyak anak mempunyai
masalah pengontrolan fungsi usus dan juga paling banyak menjadi konstipasi. Pada lesi letak
rendah, anak pada umumnya mempunyai control usus yang baik, tetapi masih dapat menjadi
konstipasi.
Komplikasi operasi yang buruk berkesempatan menjadi kontinensia primer, walaupun
akibat ini sulit diukur. Reoperasi penting untuk mengurangi terjadinya kontinensia. Kira-kira
90% anak perempuan dengan fistula vestibulum, 80% anak laki-laki dengan fistula
ureterobulbar, 66% anak laki-laki dengan fistula ureteroprostatic, dan hanya 15% anak laki-
laki dengan fistula bladder-neck mempunyai pergerakan usus yang baik. 76% anak dengan
anus imperforata tanpa fistula mempunyai pergerakan usus yang baik.
Selain itu komplikasi lain yang muncul pada malformasi anorektal menurut (Betz, 2002),
diantaranya yaitu:
1. Asidosis hiperkloremia
2. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
c. Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasinya sigmoid)
d. Masalah atau keterlambatan yg berhubungan dg toilet training
e. Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
f. Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)
g. Fistula kambuhan (karena tegangan diarea pembedahan dan infeksi)

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik (Manjoer Arif, dkk. 2003).
Penyebab kasus malformasi anorektal belum diketahui secara pasti, dan tindakan pembedahan
pada terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan.
Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan tinggi, dilakukan
kolostomi beberapa hari setelah lahir. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal
melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal, fistula, bila ada, harus ditutup. Defek
membrane mukosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal.
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital yang relatif sering dan seringkali
disertai dengan kelainan kongenital lain. Kelainan-kelainan inilah yang seringkali bertanggung
jawab atas morbiditas dan mortalitas penderita malformasi anorektal. Oleh karena itu, evaluasi
yang seksama harus dilakukan terhadap bayi penderita malformasi anorektal untuk
meminimalisir komplikasi-komplikasi ini.

3.2 Saran
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berharap bahwa setelah mengetahui dan
mempelajari tentang malformasi anorektal, maka dapat meningkatkan wawasan untuk:
1. Bagi seorang perawat untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru
lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan
sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus, atau dapat juga dengan jari kelingking yang
memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat
masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum.
Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah
berwarna hijau.
2. Bagi seorang ibu lebih memperhatikan bila bayinya belum BAB dalam waktu 24-48 jam,
agar segera datang kepusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan bayinya atau
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar bisa dilakukan tindakan selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Taufik. 2009. (Online). Malformasi Anorektal. (httpbedahumum-


fkunram.blogspot.com, diakses pada tanggal 26 Februari 2009).
Abiy. 2010. (Online). Karya Tulis Ilmiah "Post Operasi Tutup Colostomy atas Indikasi
Malformasi Anorecktal Letak Tinggi". (httpdie13proffesionalnursing.blogspot.com,
diakses pada tanggal 11 November 2010).
Amarayah. 2013. (Online). Laporan Pendahuluan Malformasi Anorectal (MAR).
(httpamarayah.blogspot.com, diakses pada tanggal 16 Juni 2013).
Diana. 2008. (Online). Asuhan Keperawatan Anak Malformasi Anorectal.
(httpasuhankeperawatananak.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 September
2008).
Garcia Adiy. 2013. (Online). Malformasi Anorectal. (httpadiygenuz.blogspot.com, diakses
pada tanggal 21 Juni 2013).
Rachmawati Anna. 2012. (Online). Konsep Penyakit Malformasi Anorektal (MAR).
(httpilmugreen.blogspot.com, diakses pada tanggal 13 Mei 2012).
Rangga Gilang. 2013. (Online). Askep Malformasi Anorektal.
(httpgilangrangga5.blogspot.com, diakses pada tanggal 07 Juli 2013).
Setia Ratna. 2011. (Online). Makalah MAR (Malformasi Anorektal).
(httpratnasetia91.blogspot.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2011).

13

Anda mungkin juga menyukai