Anda di halaman 1dari 13

PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN
(ISPA/Pneumonia)

YOKI MUHAMAD IBRAHIM


220112210545
KELOMPOK 1

Departemen Keperawatan Anak


Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2020
Page 1
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................................1
Daftar Isi ..............................................................................................................................2
A. Definisi ..........................................................................................................................3
B. Klasifikasi ......................................................................................................................3
C. Etiologi ..........................................................................................................................3
D. Patofisiologi ...................................................................................................................4
E. Manifestasi Klinik .........................................................................................................4
F. Pemeriksaan diagnostik .................................................................................................4
G. Penatalaksanaan .............................................................................................................5
H. Analisa Data ..................................................................................................................5
I. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................8
J. Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................................................9
Daftar Pustaka......................................................................................................................13

Page 2
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
A. Definisi
Pneumonia merupakan infeksi saluran napas bagian bawah yang bersifat akut terjadi
pada jaringan paru oleh mikroorganisme (Corwin, 2009). Pneumonia adalah peradangan
parenkim paru terutama pada bronchielos dan alveoli, sering terjadi pada masa kanak-
kanak tetapi lebih sering terjadi pada bayi dan anak usia dini (Ball & Bindler, 2003;
Hockenberry & David, 2015). Berdasarkan Riskesdas (2013), menunjukkan angka
prevalensi pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Artinya 4 atau 5 dari 100
balita, menderita pneumonia.
B. Klasifikasi
Pneumonia dapat diklasifikasikan menurut Hockenberry dan David (2015) berdasarkan
morfologi dan agen etiologi (virus, bakteri, mikoplasma, atau aspirasi zat asing). Untuk
berdasarkan morfologi yang pertama yaitu pneumonia lobaris adalah pneumonia pada
semua atau sebagian besar dari satu atau lebih lobus paru terlibat. Ketika kedua paru-paru
terpengaruh, itu dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda. Kedua yaitu
bronkopneumonia adalah pneumonia dimulai di bronkiolus terminal, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak yang terkonsolidasi di lobulus terdekat.
Dan pneumonia interstisial adalah pneumonia dari proses inflamasi kurang lebih terbatas di
dalam dinding alveolus (interstitium) dan jaringan peribronkial dan interlobular.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan agen etiologi yaitu pada neonatus seperti disebabkan
streptokokus grup B, bakteri enterik gram negatif, cytomegalovirus, ureaplasma
urealyticum, listeria monocytogenes, chlamydia trachomatis. Pada bayi seperti disebabkan
respiratory syncytial virus (RSV), virus parainfluenza, virus influenza, adenovirus,
metapneumovirus, streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, mycoplasma
pneumoniae, mycobacterium tuberculosis. Pada anak-anak prasekolah seperti disebabkan
RSV, virus parainfluenza, virus influenza, adenovirus, metapneumovirus, S. pneumoniae,
H. influenzae, M. pneumoniae, M. Tuberculosis. Dan pada anak usia sekolah seperti
disebabkan M. pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, M. tuberculosis, dan virus
pernapasan.
C. Etiologi
Penyebab awal pneumonia adalah bakteri, virus atau mycoplasma. Organisme yang
paling umum RSV, virus parainfluenza, adenovirus, enterovirus dan pneumococcus. Pada
anak-anak dengan gangguan imun maka akan mudah terserang bakteri, parasite dan fungal
(Nining, 2016).

Page 3
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
D. Patofisiologi

(Mansjoer, 2000 & Suriadi dan Rita, 2006)

E. Manifestasi Klinik
Menurut Hockenberry, David, dan Rodgers (2017) manifestasi klinis pada anak demam
tinggi, pada respirasi biasanya batuk, takipnea, suara napas (crackles, penurunan suara
napas), nyeri dada, retraksi, pernapasan cuping hidung, dan sianosis. Perilaku biasanya
iritabilitas, gelisah, malaise, dan lesu. Sedangan pada gastrointestinal biasanya anoreksia,
muntah, dan diare.
F. Pemeriksaan diagnostik
Berdasarkan Nining (2016), pemeriksaan diagnostik yang dapat menegakkan
pneumonia, meliputi pemeriksaan:
- Pulse Oximetry biasanya menunjukkan saturasi oksigen tampak menurun
- Pemeriksaan rontgen, tergantung mikroorganisme penyebab dan usia anak. Pada
bayi dan anak yang masih mudah tampak ada infiltrasi dan konsolidasi paru.
- Kultur sputum untuk menentukan mikroorganisme penyebab.
- Pemeriksaan sel darah putih biasanya meningkat pada pneumonia yang disebabkan
bakteri.

Page 4
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
G. Penatalaksanaan
Berdasarkan Hockenberry, dan David (2015) penatalaksanaan yang dapat dilakukan
diantaranya:
- Terapi antimikroba telah secara signifikan mengurangi morbiditas dan kematian
akibat pneumonia bakteri.
- Amoksisilin oral adalah banyak digunakan untuk manajemen rawat jalan bayi dan
anak-anak lebih muda dari 5 tahun. Pasien tidak diimunisasi secara lengkap
terhadap H. influenzae harus menerima amoksisilin-klavulanat atau sefalosporin
generasi kedua (misalnya, cefuroxime, cefadroxil).
- Eritromisin adalah obat pilihan untuk anak-anak dan remaja yang lebih tua karena
aktivitasnya melawan M. pneumoniae. Dalam rumah sakit, obat diberikan secara
parenteral untuk tindakan cepat dan efek maksimal. Eritromisin parenteral atau oral
harus ditambahkan untuk anak di atas 5 tahun sampai M. pneumoniae disingkirkan.
- Sefuroksim IV, sefotaksim, dan seftriakson dianggap sebagai agen antibakteri
utama untuk bakteri pneumonia pada anak yang dirawat di rumah sakit.
- CPT dengan drainase postural dapat membantu dalam membersihkan sekret dalam
beberapa kasus. Sebagian besar anak yang lebih tua dengan pneumonia dapat
dirawat di rumah, terutama jika kondisinya dikenali dan pengobatan dimulai sejak
dini.
- Terapi antibiotik, istirahat, asupan cairan oral secara bebas, dan pemberian
antipiretik untuk demam adalah tindakan terapeutik utama.
- Rawat inap diindikasikan bila efusi pleura atau empiema menyertai penyakit, bila
kepatuhan terapi diperkirakan buruk, bila terdapat penyakit kronis seperti penyakit
jantung bawaan atau displasia bronkopulmonalis, dan dapat diindikasikan pada bayi
kurang dari 3 bulan. Pneumonia pada bayi atau anak kecil mungkin juga
memerlukan rawat inap karena perjalanan penyakit bervariasi dan komplikasi lebih
sering terjadi pada pasien yang sangat muda. Indikator lain untuk rawat inap
termasuk dehidrasi, gangguan pernapasan (sedang sampai berat), hipoksemia, atau
kegagalan terapi rawat jalan.
H. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Bakteri, Virus atau Hipertermia
- mycoplasma
DO:

Page 5
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
- Suhu: > 37,5 C
- Kulit merah
- Kejang Masuk alveoli
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
Terjadi peradangan

Peningkatan suhu tubuh

DS: Bakteri, Virus atau Bersihan jalan napas tidak


- Mengeluh sesak mycoplasma efektif
DO:
- Suhu: > 37,5 C
- Batuk Masuk alveoli
- Sputum berlebih
- Mengi
- Sianosis Terjadi peradangan
- Gelisah
- Bunyi napas
menurun Infeksi
- Frekuensi napas
berubah
Kerja sel goblet meningkat

Produksi sputum meningkat

Akumulasi sputum di jalan


napas

DS: Bakteri, Virus atau Pola napas tidak efektif


- Mengeluh sesak mycoplasma

Page 6
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
DO:
- Suhu: > 37,5 C
- Penggunaan otot Masuk alveoli
bantu pernapasan
- Pola napas abnormal
- Pernapasan pursed- Terjadi peradangan
lip
- Napas cuping hidung
Eksudat & serous masuk
alveoli

Konsolidasi di alveoli

Konsolidasi di paru

Compliance paru meningkat

Hambatan upaya napas


DS: Infeksi Risiko defisit nutrisi
- Mengeluh tidak
nafsu makan
DO: Kerja sel goblet meningkat
- Suhu: > 37,5 C
- Tidak mampu
Produksi sputum meningkat
menelan makanan
Akumulasi sputum di jalan
napas

Tertelan ke lambung

Page 7
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

Akumulasi sputum (bersifat


basa)

Lambung mengadakan
untuk menyeimbangkan
asam basa

Meningkatkan asam
lambung

Mual, muntah

Tidak mampu menelan

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sputum di jalan napas d.d batuk,
sputum berlebih, mengi
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d penggunaan otot bantu
pernapasan, pola napas abnormal, pernapasan pursed-lip, napas cuping hidung
3. Hipertermia b.d peningkatan suhu tubuh d.d suhu tinggi, kulit merah, kulit terasa
hangat
4. Risiko defisit nutrisi d.d mengeluh tidak nafsu makan, tidak mampu menelan

Page 8
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
J. Rencahan Asuhan Keperawatan

DX TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL RASIONAL
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)

(D.0001) Setelah dilakukan Manajemen jalan napas 1. Untuk mendeteksi apakah ada suara
Bersihan jalan napas tidak tindakan keperawatan 3 Observasi napas tambahan
efektif b.d akumulasi x 24 jam, diharapkan 1. Monitor bunyi napas 2. Untuk mendeteksi apakah terdapat
sputum di jalan napas d.d bersihan jalan napas 2. Monitor sputum sputum
batuk, sputum berlebih, meningkat dengan Terapeutik 3. Untuk membantu melegakkan
mengi kriteria hasil : 3. Berikan minum hangat tenggorokan
- Batuk efektif 4. Lakukan fisioterapi dada dan latihan 4. Untuk membantu mengeluarkan
meningkat batuk efektif sputum
- Produksi 5. Lakukaan penghisapan lendir kurang 5. Untuk mengeluarkan sputum
sputum dari 15 detik 6. Untuk membantu menurunkan distres
menurun 6. Berikan oksigen pernapasan karena kekurangan
- Mengi menurun Edukasi oksigen
- Sianosis 7. Kolaborasi pemberian bronkodilator 7. Untuk mengecerkan sputum agar
menurun mudah dikeluarkan

Page 9
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
- Gelisah
menurun
- Sesak menurun

(D.0005) Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Untuk mengetahui status pernapasan


Pola napas tidak efektif b.d tindakan keperawatan 3 Observasi 2. Untuk mengetahui perubahan pola
hambatan upaya napas d.d x 24 jam, diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas
penggunaan otot bantu pola napas membaik dan upaya napas 3. Untuk mengetahui status saturasi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas oksigen
- Sesak napas 3. Monitor saturasi oksigen 4. Mencatat hasil pemantauan dapat
menurun Terapeutik membantu tindakan selanjutnya yang
- Penggunaan 4. Dokumentasikan hasil pemantauan dapat dilakukan
otot bantu napas Dukungan ventilasi 5. Agar mengetahui tindakan selanjutnya
menurun Observasi yang dapat dilakukan
- Pernapasan 5. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu 6. Agar mengetahui posisi yang sesuai
pursed-lip napas 7. Untuk membantu klien posisi yang
menurun 6. Identifikasi efek perubahan posisi nyaman bagi kondisinya
- Pernapasan terhadap status pernapasan 8. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
cuping hidup Terapeutik yang kurang karena gangguan pola
menurun 7. Fasilitasi mengubah posisi senyaman napas
- Frekuensi napas mungkin 9. Agar klien mengetahui posisi yang

Page 10
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
membaik 8. Berikan oskigen sesuai kebutuhan sesuai kondisinya dilakukan dengan
Edukasi mandiri
9. Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri

(D.0130) Setelah dilakukan Manajemen hipertermia 1. Untuk mengetahui tindakan


Hipertermia b.d peningkatan tindakan keperawatan 3 Observasi selanjutnya yang sesuai dengan
suhu tubuh d.d suhu tinggi, x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia penyebab masalah klien
kulit merah, kulit terasa termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui perubahan suhu
hangat dengan kriteria hasil : 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia 3. Untuk memantau jika ada komplikasi
- Kulit merah Terapeutik yang di akibatkan hipertermia
menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 4. Agar membantu menurunkan suhu
- Kejang 5. Berikan cairan oral tubuh
menurun 6. Ganti linen setiap hari jika mengalami 5. Untuk membantu cairan hilang akibat
- Takipnea hiperhidrosis pengeluaran keringat
menurun Edukasi 6. Agar membuat klien nyaman
- Suhu tubuh 7. Anjurkan tirah baring 7. Agar klien dapat beristirahat untuk
membaik membantu proses pemulihan

(D.0032) Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui status nutrisi dari
Risiko defisit nutrisi d.d tindakan keperawatan 3 Observasi klien

Page 11
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
mengeluh tidak nafsu x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui adanya alergi dan
makan, tidak mampu status nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi intoleransi makanan pada klien
menelan dengan kriteria hasil : makanan 3. Untuk mengidentifikasi kebutuhan
- IMT membaik 3. Monitor asupan makanan asupan pada klien
- Nafsu makan 4. Monitor berat badan 4. Untuk mengetahui adanya perubahan
membaik Terapeutik berat badan
- Porsi makanan 5. Lakukan oral hygiene sebelum makan 5. Mulut yang bersih dapat
yang dihabiskan 6. Fasilitasi menentukan pedoman diet meningkatkan nafsu makan
meningkat 7. Sajikan makanan secara menarik dan 6. Untuk membantu klien kebutuhan
suhu yang sesuai nutrisi yang sesuai
7. Agar meningkatkan nafsu makan klien

Page 12
PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK
Daftar Pustaka

Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing : Caring For children : New Jersey :
Pearson Education Inc.

Corwin, J.E. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta

Hockenberry, M. J., & David, W. (2015). Wong’s Nursing Care of Infants and Children
(10th ed.) Elvesier Mosby. In Nursing Care of Infants and Children.
Hockenberry, M., Wilson, D., & Rodgers, C. C. (2017). Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing (10th ed.). In Elsevier.
Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Nining, Y. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Anak. Jakarta:
Kemenkes RI.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawtan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Suriadi & Yuliana, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung seto.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Page 13

Anda mungkin juga menyukai