Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMANGGANGAN

TERHADAP KUALITAS CHIFFON CAKE

Ambar Rizqi Firdausa


Universitas Negeri Yogyakarta
ambarfirdausa@uny.ac.id

ABSTRAK

Konsumsi kue masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatkan. Meningkatnya permintaan pasar
terhadap kue juga meingkatkan jumlah produsen kue. Salah satu produk yang hampir selalu ada di produsen kue
adalah Chiffon Cake. Chiffon telah terkenal di seluruh dunia hingga ke Indonesia karena karakteristik kue yang
lembut seperti kapas dan rasanya yang manis. Kualitas Chiffon Cake berbanding dengan tingkat kerumitan
pembuatannya. Oleh sebab itu perlu adanya standar kualitas pada pembuatan Chiffon Cake yang baik
untuk membantu peningkatan mutu produk Chiffon cake terutama pada industri. Penelitian ini
membahas tentang pengaruh penggunaan suhu dan lama waktu pemanggangan kue terhadap kualitas Chiffon
Cake ditinjau dari volume, warna, rasa, aroma dan tekstur kue. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen
menggunakan 4 perlakuan dari kombinasi 2 faktor yaitu suhu 150 oC dan 175oC serta waktu 45 menit dan 60
menit. Hasil yang diperoleh adalah Chiffon Cake dengan suhu pemanggangan 150 oC dan waku memanggang 60
menit. Chiffon Cake cenderung memerlukan suhu pemangangan yang rendah namun membutuhkan waktu yang
lebih lama.

Keywords: chiffon cake, suhu panggang, waktu panggang

PENDAHULUAN kue basah. Masyarakat Indonesia sering


mengkonsumsi kue basah untuk menjamu tamu
Mondelez International bekerja sama dalam berbagai kesempatan seperti acara
dengan The Harris Poll merilis sebuah survei keluarga, acara kantor, hingga menjadi pilihan
pada Desember 2019 yang dilakukan secara utama dalam menu snack box. Banyaknya
daring terhadap 6.068 partisipan berusia 18 permintaan dan potensi penjualan kue
tahun ke atas di 12 negara di seluruh dunia berpengaruh pada bertambahnya toko kue di
seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Indonesia. Menurut Maulana yang mengutip
Australia, dan termasuk Indonesia. Hasil dari data Euromonitor, pertumbuhan rata-rata
survei menunjukkan bahwa meningkatnya periode (CAGR) periode 2014-2020 untuk
urbanisasi dan padatnya kesibukan serta bisnis roti dan kue 10%. Pelaku usahanya 60%
berubahnya keinginan masyarakat Indonesia tradisional UMKM, sedangkan 20% produsen
mempengaruhi perubahan kebiasaan makan besar, sisanya 12% ialah produsen roti artisan.
yang lebih banyak mengonsumsi makanan Hampir diseluruh pelaku industri kue dan roti
ringan. [19]. Hal tersebut merefleksikan potensi memiliki produk Chiffon Cake. Chiffon Cake
yang sangat besar bagi industri makanan ringan memiliki pasaran dan permintaan yang cukup
baik tingkat lokal, nasional, maupun global. banyak [2].
Berdasarkan data statistik konsumsi Banyaknya UMKM bidang kue dan roti
pangan yang diterbitkan oleh Kemeterian yang memiliki produk Chiffon Cake
Pertanian tahun 2018 menunjukkan bahwa mengakibatkan munculnya beragam kualitas
pertumbuhan konsumsi kue basah masyarakat Chiffon Cake. Kualitas Chiffon Cake
Indonesia sebesar 23% dari tahun 2014 hingga berbanding dengan tingkat kerumitan
2018 [6]. Data tersebut menandakan bahwa pembuatannya. Oleh sebab itu perlu adanya
masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi standar kualitas pada pembuatan Chiffon Cake
yang baik untuk membantu peningkatan mutu membuat tekstur Chiffon Cake menjadi lebih
produk Chiffon cake terutama pada industri ringan dan tidak padat daripada menggunakan
UMKM. mentega cair [4]. Sekain minyak sayur, jenis
Chiffon Cake adalah salah satu jenis kue minyak yang baik digunakan dalam pembuatan
yang sangat populer di dunia. Chiffon Cake chiffon adalah minyak jagung. Hal ini
memiliki karakteristik tekstur yang sangat dikarenakan minyak jagung memiliki sifat yang
lembut seperti kapas. Chiffon Cake merupakan tidak mudah beku dan dapa mempengaruhi rasa
kue yang berasal dari Amerika Serikat dan cake menjadi lebih manis [13].
diciptakan oleh Harry Baker pada tahun 1927. Teknik pembuatan (mixing method)
Keunggulan yang dimiliki Chiffon Cake dapat Chiffon Cake menggunakan teknik kombinasi
dengan mudah terkenal dikalangan masyarakat antara teknik batter method dengan foam
Amerika. Pada tahun 1947 sebuah perusahaan method. Batter method identik dengan proses
retail Mollie Stone’s Market membeli resep pencampuran adonan dengan komposisi lemak
tersebut dan dipublikasikan pada majalah tinggi (banyak menggunakan kuning telur)
Better Homes and Gardens. Sejak saat itu resep sedangkan foam method identik dengan proses
Chiffon Cake menyebar ke seluruh penjuru pencampuran adonan dengan memanfaatkan
dunia hingga sampai ke Indonesia [21]. putih telur sebagai pengembang seperti busa.
Chiffon Cake memiliki perbedaan Pada metode pembuatan Chiffon Cake adonan
terhadap jenis kue yang lainnya, seperti sponge di-mixing menjadi dua bagian yaitu adonan
dan butter cake. Perbedaan terletak pada bahan- kuning (terdiri dari kuning telur, terigu, sedikit
bahan dan teknik pengolahan yang digunakan. gula, terigu, garam, air dan minyak) dan adonan
Perbedaan ketiga jenis kue tersebut dapat putih (terdiri dari putih telur, gula yang lebih
dirasakan dengan sentuhan tangan. Di antara banyak, dan cream of tar-tar). Setelah kedua
ketiga kue tersebut, Chiffon Cake merupakan nya tercampur masing-masing kemudian kedua
kue dengan tekstur yang paling empuk dan adonan dicampur menjadi satu [22]. Chifon
berongga besar menyerupai spons, sedangkan Cake yang memiliki kualitas baik ditandai
butter cake merupakan kue yang paling padat dengan beberapa indikator yaitu indikator
sehingga lebih mudah kering pada saat volume, warna, aroma, rasa, dan tekstur.
didiamkan di suhu ruang [8]. Chiffon Cake yang baik ditandai dengan
Chiffon Cake memiliki komposisi bahan volume kue yang maksimal, rata permukaannya
yang hampir sama dengan kue lain pada dan kokoh, tidak mengempis kue telah dingin
umumnya. Komposisi Chiffon Cake terdiri [13]. Volume yang kecil disebabkan oleh
dari tepung terigu protein rendah (cake flour), terlalu banyak air, kekurangan tepung,
gula, garam, baking powder, minyak sayur, kekurangan bahan pengembang, dan
putih telur, kuning telur, air, vanilla ekstrak, pemanggangan terlalu panas [22]. Oven yang
dan cream of tar-tar [22]. Cake flour adalah terlalu panas di bagian api atas dapat
tepung yang memiliki kadar gluten rendah dan menyebabkan bagian tengan kue cepat
terbuat dari gandum lunak. Cake flour memiliki mengembang namun bagian dalam belum
tekstur lembut, halus dan warna putih bersih matang [13]. Chiffon Cake yang memiliki
serta digunakan untuk kue dan makanan bentuk tidak rata disebabkan oleh teknik
panggang halus lainnya yang membutuhkan pencampuran (mixing) kurang tepat, menuang
kandungan gluten rendah. Kadar protein tepung adonan tidak rata dan panas oven tidak stabil
terigu kurang lebih 8%, dan kadar abu kurang [22].
lebih 0,3% [22]. Warna Chiffon Cake dipengaruhi oleh
Komposisi yang paling membedakan bahan dalam pembuatanya. Menurut [17]
antara Chiffon cake dengan kue yang lain kuning telur dapat membangkitkan warna pada
adalah jenis cairan yang digunakan adalah hasil produksi. Warna kue akan menjadi warna
minyak sayur dan air. Minyak sayur akan coklat keemasan yang umumnya diasosiakan
bahwa kue tersebut dibuat menggunakan jenis tepung yang salah. Tekstur Chiffon
banyak telur. Warna Chiffon cake yang terlalu Cake yang keras disebabkan oleh
gelap menandakan bahwa terlalu banyak penggunaan jenis tepung dengan kadar
komposisi gula atau bisa juga disebabkan oleh protein terlalu tinggi, penggunaan tepung
suhu pemanggangan yang terlalu tinggi. Warna terlalu banyak serta terlalu lama diaduk (over
Chiffon Cake yang terlalu terang mencirikan mixing) [22].
bahwa adonan kekurangan komposisi gula atau Beberapa indikator keberhasilan
bisa juga dikarenakan suhu pemanggangan pembuatan Chiffon Cake disebabkan oleh
kurang panas [22].
penggunaan suhu dan lama pemanggangan
Aroma pada kue merupakan sensasi yang
kue. Pembuatan kue perlu memperhatikan suhu
terbentuk dari hasil perpaduan bahan dan
dan lama pemanggangan untuk mendapatkan
komposisi pada suatu produk makanan yang
hasil akhir yang maksimal. Suhu dan lama
ditangkap oleh indera penciuman [18]. Rasa
pemanggangan dapat mempengaruhi
chiffon cake diperoleh dari bahan yang karakteristik beberapa jenis kue seperti kue sus,
digunakan, salah satunya gula. Rasa manis roti manis, dan food bars [12][14][15][16].
yang ditimbulkan pada chiffon cake Suhu oven yang terlalu tinggi menyebabkan
disebabkan oleh penggunaan gula saat proses kue hangus atau warna kulit tidak menarik,
pembuatannya [13]. Tektur Chiffon Cake sedangkan suhu oven yang terlalu rendah
yang baik adalah lembut dan memiliki pori- menyebabkan kue tidak mengembang dan
pori yang halus [13]. cendrung bantat. Menurut PT. Bogasari
Chiffon Cake yang memiliki rasa enak memanggang Chiffon Cake berkisar pada suhu
berasal dari penggunaan bahan-bahan yang 160oC – 180oC selama 45-60 menit [4].
berkualitas, teknik penyimpanan bahan dan Menurut Gisslen pemanggangan Chiffon Cake
juga bisa disebabkan oleh komposisi formula pada suhu 175oC selama 50-60 menit. Menurut
yang kurang tepat [22]. Chiffon Cake dengan Riantika pemanggangan Chiffon Cake pada
rasa yang kurang enak disebabkan oleh suhu 180oC dengan waktu 45 menit. Sumber
pemilihan bahan yang kurang berkualitas, lain dari Taste From Within [20] menyebutkan
teknik penyimpanan bahan yang salah chiffon cake dipanggang pada suhu 150oC
sehingga bahan rusak, serta formula atau selama 60 menit.
ukuran komposisi bahan yang tidak tepat. Chiffon Cake perlu memperhatikan
teknik pemanggangan agar mencapai
Terlalu banyak gula mengakibatkan Chiffon
keberhasilan pembuatannya. Penentuan suhu
Cake terlalu manis. Pemanggangan Chiffon
oven dan lama memanggang sangat
Cake dengan suhu tinggi dan waktu yang
menentukan kualitas Chiffon Cake. Tujuan dari
lama dapat menyebabkan rasa kue menjadi
penlitian adalah mengetahui suhu dan lama
pahit.
pemanggangan yang paling sesuai untuk
Menurut [22] tektur Chiffon Cake yang menghasilkan Chiffon cake yang berkualitas.
buruk yakni berat dan padat. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya bahan
pengembang, terlalu banyak bahan cair dan METODE PENELITIAN
gula, serta kurangnya temperatur
pemanggangan. Tekstur Chiffon Cake yang 1. Jenis Penelitian
kasar disebabkan oleh terlalu banyak bahan Peneltian ini menggunakan jenis
pengembang, kekurangan telur, dan teknik penelitian eksperimen dengan model
mixing yang kurang tepat. Tekstur kue yang Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
mudah rapuh (crumbly) dikarenakan oleh faktor perlakuan yaitu Faktor I adalah suhu
terlalu banyak pengembang dan penggunaan pemanggangan (A) terdiri dari taraf: A1=
150oC, A2=175oC dan Faktor II adalah lama Berikut ini adalah kombinasi suhu dan lama
pemanggangan (B) terdiri dari taraf: B1= 45 pemanggangan:
menit, B2= 55 menit. Sehingga memiliki 4
kombinasi. Dengan suhu awal oven semuanya Tabel 1. Kombinasi Perlakuan
100oC selama 15 menit. Suhu Awal Suhu Waktu Simbol
Perlakuan Perlakuan
100oC 150oC 45 menit A
2. Waktu dan Tempat 100oC 150oC 60 menit B
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan 100oC 175oC 45 menit C
pada bulan Agustus 2020. Penelitian 100oC 175oC 60 menit D
dilaksanakan di dapur produksi Hannah Cake,
Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, 5.Prosedur Penelitian:
Kalimantan Utara. Pembuatan Chiffon cake mengacu pada
formula dari Gisslen dengan menggunakan
3. Alat dan Bahan teknik pembuatan chiifon cake dengan teknik
Alat yang digunakan dalam penelitian ini pencampuran kombinasi. Prosedur pembuatan
terdiri alat produksi Chiffon Cake, diantaranya: chiffon cake digambarkan pada gambar 2.
hand mixer, balloon whisk, kom, kitchen scale,
spatula, chiffon pan, electric oven, dan cooling
rack. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini mengacu pada formula Chiffon Cake dari
[22].

Gambar 1. Formula Chiffon Cake Gambar 2. Pembuatan Chiffon Cake

6. Parameter yang Diamati


4. Rancangan Percobaan
Parameter yang diamati dalam penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan
ini meliputi volume, warna, aroma, rasa, dan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
tekstur chiffon cake.
faktor perlakuan yaitu Faktor I adalah suhu
pemanggangan (A) terdiri dari taraf: A1=
7. Analisis Data
150oC, A2=175oC dan Faktor II adalah lama
Analisis data pada penelitian ini
pemanggangan (B) terdiri dari taraf: B1= 45
menggunakan uji sensoris menggunakan 15
menit, B2= 60 menit. Dengan suhu awal oven
orang panelis terlatih meliputi tingkat kesukaan
semuanya 100oC selama 15 menit. Sehingga
pada indikator volume, warna, aroma, rasa, dan
diperoleh 4 kombinasi perlakuan dengan 3 kali
tekstur chiffon cake.
ulangan sehingga terdapat 12 unit percobaan.
lama (175oC,45 menit dan 175oC,60 menit)
HASIL DAN PEMBAHASAN juga mengakibatkan kue agak mengempis. Hal
ini dikarenakan suhu panas yang dapat
Karakteristik Organoleptik merangsang adonan lebih cepat mengembang
Uji organoleptik merupakan pengujian sehingga mengakibatkan permukaan kue
dengan menggunakan kegiatan penginderaan. menjadi retak atau merekah namun ketika kue
Penginderaan merupakan proses fisio- didinginkan akan mengempis kembali [1].
psikologis diamana kesadaran atau kepekaan
Chiffon Cake A mendapat penilaian
alat indera manusia menerima rangsangan dari
suatu benda. Dalam konteks pangan uji sensori panelis yang cukup rendah. Kondisi kue A
dilakukan dengan menggunakan indera ketika didinginkan mengalami pengempisan,
penglihatan, perasa, peraba dan penciuman. sehingga volume kue tidak bisa maksimal.
Indera pendengaran jarang digunakan dalam Chiffon Cake C dan D mengalami kondisi yang
pengujian suatu makanan [3]. hampir sama yaitu mengempis ketika kue sudah
dingin dan dikeluarkan dari loyang.
1. Volume Berdasarkan hasil tersebut sebagain besar
Volume merupakan salah satu indikator panelis menilai bahwa Chiffon Cake B yang
keberhasilan pembuatan Chiffon Cake. Volume memiliki volume terbaik. Hal tersebut ditandai
Chiffon Cake pada percobaan ini menunjukkan dengan ukuran kue yang maksimal setinggi
hasil yang beragam. Berdasarkan uji sensoris loyang. Setelah didinginkan kue tidak
karakteristik volume oleh panelis terlatih yang mengalami pengempisan atau penurunan
terdapat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa volume kue. Chiffon Cake yang memiliki
Chiffon Cake A (150oC,45 menit) memperoleh volume maksimal ketika sudah dingin
rerata 3,2; Chiffon Cake B (150oC,60 menit) menandakan kue tersebut memiliki tingkat
dengan rerata 4,467; Chiffon Cake C (175oC,40 kekokohan yang baik.
menit) dengan rerata 3,8; dan Chiffon Cake D Pada suhu 150oC dan waktu pemanggan
(175oC,60 menit) dengan rerata 3,2. 60 menit, Chiffon Cake dapat megembang
dengan maksinal tanpa adanya keretakan
permukaan ataupun bagian tenga kue yang
masih basah. Chiffon Cake cocok dipanggang
dengan suhu rendah namun membutuhkan
waktu yang cukup lama.

2. Warna
Manusia memiliki alasan psikologis atas
penginterpretasian warna makanan. Sejak lahir,
manusia mulai mengasosiasikan berbagai
Gambar 3. Hasil Uji Sensoris Karakteristik Volume
kualitas makanan dengan warna-warna tertentu
Chiffon cake dengan pemanggangan dan menggunakan persamaan ini sepanjang
suhu lebih rendah dan waktu singkat (150oC,45 hidup [5]. Dengan demikian warna sangat
menit) menghasilkan kue yang mengempis. Hal memiliki peran penting dalam preferensi selera
tersebut dikarenakan kue belum mengembang makan manusia.
sempurna. Bagian tengah kue masih basah Berdasarkan hasil uji sensoris, Chiffon
pertanda kue belum matang sempurna. Kue Cake A mendapat penilaian pada rerata skor
masih memiliki potensi untuk mengembang 2,46. Warna pada Chiffon Cake A dinilai
namun pemanggangan dipaksa selesai [10]. kurang menarik sebab warnanya masih pucat.
Selain itu Chiffon Cake yang dipanggang Kue belum menunjukkan warna cokelat
dengan suhu tinggi dan waktu singkat atau keemasan. Warna kue yang masih pucat
dikhawatirkan belum mengalami proses
pematangan yang sempurna. Selain itu Sehingga penggunaan suhu yang relatif rendah
mengurangi daya tarik pada penampilan kue. akan memperlambat mailard reaction sehingga
Chiffon Cake B mendapat penilaian skor Chiffon Cake memiliki warna yang baik.
sebesar 4,533 yang menandakan bawa panelis
memberikan penilaian warna terbaik pada kue 3. Rasa
B. kue B telah menunjukkan warna permukaan Cita rasa suatu makanan memiliki
cokelat keemasan, sehingga menjadikan kue pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
lebih menarik. Chiffon Cake C memiliki skor pelanggan [11]. Rasa menjadi parameter yang
rerata sebesar 4,2 yang menunjukkan bahwa sangat penting terhadap kualitas suatu
penilaian penelis terhadap warna kue baik. makanan. Makanan yang disajikan dalam
warna kue B sedikit lebih cokelat jika kondisi suhu terlalu panas atau terlalu dingin
dibandingkan dengan B namun masih dalam akan mempengaruhi indra pencecap/perasa.
batas penerimaan warna kue yang baik. Oleh sebab itu pada penelitian ini panelis
Sedangkan Chiffon Cake D memiliki skor diminta menilai Chiffon Cake pada suhu ruang
rerata penilaian terendah yaitu sebesar 2,267. [7] agar panelis dapat memberi penilaian
Sebagian besar panelis menilai warna pada Kue dengan maksimal.
D terlalu cokelat. Warna kue yang terlalu
cokelat mengurangi daya tarik kue tersebut.

Gambar 5. Hasil Uji Sensoris Karakteristik Rasa

Gambar 4. Hasil Uji Sensoris Karakteristik Warna Berdasarkan hasil uji sensoris
karakteristik rasa Chiffon Cake A, B, C dan D
Berdasarkan pemaparan hasil uji sensoris memperoleh skor penilaian hampir sama.
terhadap warna kue, maka karakteristik warna Chiffon Cake A memiliki skor rerata 3,46;
terbaik adalah Chiffon Cake B dengan suhu Chiffon Cake B sebanyak 3,6; Chiffon Cake C
150oC dan lama pemanggangan 60 menit. sebanyak 3,53 dan D 3,33. Tidak terlihat
Berdasarkan hasil penelitian untuk perbedaan yang siginifikan diantara keempat
mendapatkan warna terbaik Chiffon Cake perlu Chiffon Cake. Panelis memberikan penilaian
suhu yang relatif rendah dengan waktu yang hampir merata. Hal tersebut
pemanggangan yang cukup lama. Proses mengindikasikan bahwa cita rasa yang
pencokelatan warna kue terjadi akibat proses ditimbulkan keempat kue hampir sama. Kue D
mailard reaction dimana protein dan gula memiliki catatan khusus dimana beberapa
mengalami peningkatan suhu [22]. Apabila panelis menilai rasa kue secara keseluruhan
dilihat dari komposisi gula yang terkandung di cukup baik, hanya pada bagian permukaan atau
dalam adonan Chiffon Cake maka kue memliki kerak memiliki rasa yang sedikit berbeda.
kandungan gula dan protein yang cukup tinggi Terdapat sensasi burnt (gosong) pada kerak kue
yaitu gula sebanyak 25% (325gr dari 1288gr), D. Meskipun memberikan penilaian cita rasa
tepung 19% dan putih telur 19%. Semakin hampir sama terhadap keempat Chiffon Cake,
banyak kandungan gula dan protein maka namun penilaian tertinggi adalah Chiffon Cake
semakin cepat pula mailard reaction terjadi. B. Hal ini bisa terjadi dikarenakan Chiffon B
memiliki dua karakteristik sebelumnya yaitu
volume dan warna yang paling baik dimana kue
matang dengan baik sehingga memperoleh cita
rasa maksimal.

4. Aroma
Aroma merupakan reaksi dari makanan
yang akan dirasakan manusia melalui indra
penciuman. Aroma dapat mempengaruhi selera
makan seseorang sebelum orang tersebut Gambar 6. Hasil Uji Sensoris Karakteristik Aroma
memakannya [9].
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 5. Tekstur
rerata penilaian aroma pada Gambar 6, Chiffon Tekstur merupakan kualitas tertentu dari
Cake A sebesar 3,2; Chiffon Cake B sebesar suatu permukaan yang timbul akibat dari
3,8; Chiffon Cake C sebesar 4,73; dan Chiffon struktur 3 dimensi. Tekstur dapat dirasakan
Cake D sebesar 2,46. Chiffon Cake A dan B melalui indera peraba. Pada makanan terdapat
memperoleh penilaian aroma yang cukup banyak macam tekstur seperti cair, padat, halus,
berarti bahwa aroma kedua kue tersebut dapat kasar, kering serta lembab [9]. Berdasarkan
diterima namun masih belum maksima. hasil pengujian sensoris tekstur kue pada
Penerimaan aroma tertinggi ada pada Chiffon Gambar 7 diperoleh bahwa Chiffon Cake A
cake C. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mendapat nilai retara 2,2; B mendapat 4; C
aroma terbaik ada pada kue dengan suhu mendapat 3,4 dan D mendapat 2,4.
pemanggangan 175oC dengan waktu 45 menit.
Sedangkan kue D memiliki penilaian aroma
terendah, mengindikasikan aroma pada kue
tersebut kurang bisa diterima oleh banyak
panelis.
Chiffon Cake D kurang memiliki aroma
yang diharapkan. Kue D cenderung beraroma
lebih burnt (gosong). Hal tersebut menandakan
bahwa suhu yang digunakana saat
pemanggangan terlalu tinggi dan menggunakan
Gambar 7. Hasil Uji Sensoris Karakteristik Tektur
waktu yang cukup lama sehingga membuat kue
Suhu pemanggangan dan juga lamanya
terlalu matang dan mengakibatkan aroma
waktu memanggang berpengaruh terhadap
Chiffon Cake berubah.
tekstur kue. Kue A memiliki skor 2,2 yang
Chiffon Cake C memperoleh penilaian
menandakan bahwa panelis kurang menerima
aroma terbaik diantara ketiga kue lainnya. Hal
tekstur kue. Sebagian besar panelis menilai
tesebut dikarena suhu oven yang cukup tinggi
bahwa tektur kue A bertekstur lembut namun
sehingga merangsang aroma menjadi maksimal
lembab di bagian permukaan (kerak) dan juga
dan waktu yang tidak terlalu lama sehingga
dibagian dalam. Selain itu pada bagian tengah
aroma ang telah maksimal tidak berubah
masih terdapat bagian kue yang basah. Kue
menjadi burnt. Meskipun aroma kue C terbaik
yang masih basah menandakan bahwa kue
namun memiliki kualitas volume dan warna
belum matang sempurna. Meskipun bagian
yang kurang baik berdasarkan pembahasan
pinggir dan permukaan sudah matang namun
sebelumnya.
belum merata hingga ke bagian tengah. Kue
masih membuthkan waktu lebih lama untuk
bisa matang sempurna.
Panelis memberikan penilaian tertinggi Chiffon Cake cenderung memerlukan suhu
pada tekstur kue B. Tekstur kue B adalah pemanggangan yang relatih rendah namun
kualitas tekstur Chiffon Cake yang paling baik memerlukan waktu yang lebih lama.
menurut penilaian panelis. Kue memiliki
tekstur yang lembut dengan tingkat kelembaban REFERENSI
tidak terlalu lembab dan tidak teralalu kering.
Pada bagian tengah kue memiliki tekstur yang [1] A.K. Wardhani, “Selalu Gagal Membuat
masih lembut. Pada permukaan kue (kerak) Kue? Mungkin Ini Penyebabnya”, 2014,
lebih keras daripada bagian dalam. [Online]. Available:
o https://www.tribunnews.com/lifestyle/
Pemanggangan dengan suhu 150 C selama 60
[2] Agung Hidayat, “Bisnis Kue dan Roti
menit menghasilkan Chiffon cake dengan Indonesia Bertambah 10%”, 2017,
tekstur tebaik. [Online]. Available:
Tekstur pada kue C sedikit lebih kasar https://industri.kontan.co.id/
pada bagian dalam jika dibandingkan dengan [3] Armien Syukri, “Praktikum Evaluasi
kue B. Selain itu bagian permukaan (kerak) kue Sensori, 1th ed. Tangerang Selatan:
C lebih keras daripada kue B. Pada bagian Universitas Terbuka, 2009, pp. 1.1- 1.41.
[4] Bogasari, “Tips dan Trik membuat Chiffon
tengahh dan bagian dalam kue C hampir sama
Cake”, 2019, [Online] Available:
lembut dengan kue B. Hal tersebut menandakan https://www.bogasari.com/
bahwa pemanggangan dengan suhu yang lebih [5] K. S. Hidayat, “Pentingnya Psikologi
tinggi dapat meningkatkan tektur permukaan Warna Dalam Bisnis Kuliner”, 2020,
kue menjadi lebih keras. [Online]. Available: https://www.jurnal.id/
Chiffon Cake D dengan suhu 175oC dan lama [6] Kementerian Pertanian Republik
pemanggangan 60 menit memiliki tektur kerak Indonesia, “Statistik Konsumsi Pangan
Tahun 2018” [Online]. Available:
yang cukup keras. Tekstur pada bagian dalam
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/
kue lebih kering dari ketiga kue lainnya. [7] Kumboyo, Vina. (2013, Oct.). Indikator
Meskipun begitu pada bagian tengah chiffon Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Oleh Pasien
cake masih basah. Hal tersebut dikarena suhu RawatInap Rumah Sakit Tentara dr.
terlalu tinggi merangsang kue cepat Soepraoen Malang. Jurnal Ners. [Online].
mengembang namun tidak merata. Bagian yang 8(2), pp. 183-189. Available: https://e-
journal.unnair.ac.id/
tidak meneriam panas dengan baik cenderung
[8] Livianca, “Apa Bedanya Sponge Cake,
belum matang. Hal ini yang menyebabkan chiffon Cake dan Butter Cake?”, 2018,
bagian tengah chiffon masih bertekstur basah. [Online]. Available: https://kumparan.com/
[9] M. Fiani, E. Japarianto. (2011, Oct.).
KESIMPULAN Analisa Pengaruh Foof Quality dan Brand
Image Terhadap Keputusan Pembelian Roti
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Kecik Toko Rori Ganep’s di Kota Solo.
Jurnal Manajemen Pemasaran.
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
[Online]. 1(1), pp. 1-6. Available:
perlakuan suhu dan lama pemanggangan https://jurnalpemasaran.petra.ac.id
memiliki penngaruh terhadap kualitas atau [10] Manggarayu, “7 Kesalahan yang Bikin
mutu Chiffon Cake. Kue Kempis dan Bergelombang”, 2017,
Chiffon Cake dengan kualitas volume, [Online]. Available: https://resepkoki.id/
warna, rasa dan tekstur terbaik adalah Chiffon [11] N. Indrasari, “Pengaruh Lemak Nabati
Cake B. Chiffon Cake dengan kualitas aroma Pada Kualitas Chiffon Cake,” Skripsi,
Prodi PKK.,Universitas Negeri Padang.,
terbaik ditunjukkan oleh kue C. Ditinjau dari
Indonesia, 2017.
keunggulan kualitas Chiffon cake B daripada [12] Nesya Tresia, “Pengaruh Suhu Oven
C, maka Chiffon Cake yang paling banyak Terhadap Pemanggangan Kue Sus,”
diterima oleh panelis adalah kue B dengan suhu Skripsi, Prodi PKK.,Universitas Negeri
pemanggangan 150oC dan waktu 60 menit. Padang., Indonesia, 2017.
[13] Nurli Nabilah, “Pengaruh Lemak [17] Ruaida, “Roti dan Kue”, Universitas
Nabati Pada Kualitas Chiffon Cake,” Negeri Padang, 2013.
Skripsi, Prodi PKK.,Universitas Negeri [18] Sri Harwanti, T. Zubaidi & S.S
Padang., Indonesia, 2017. Antarlina, “Pengkajian Organoleptik
[14] Qisthi Meilita, “Pengaruh Suhu dan terhadap Es Krim pada Berbagai
Waktu Pemanggangan dan Perbandingan Konsentrasi Daging Buah Durian”, 2011,
Tepung Kacang Merah dengan Tepung Malang, Universitas Islam Negeri Malang.
Talas Terhadap Karakteristik Cookies” [19] Syaiful Millah, “Survei: Orang
Tugas Akhir, Prodi Teknologi Pangan, Indonesia Lebih Banyak Makan Camilan
Universitas Pasundan, Indoneisa: 2019. Ketimbang Makanan Berat”, 2019,
[15] R. Kasim, S.A. Liputo, M. Limonu, [Online]. Available:
F.P. Mohamad. (2018, Nov.). Pengaruh https://traveling.bisnis.com/
Suhu dan Lama Pemanggangan Terhadap [20] Taste From Within, “How to Make
Tingkat Kesukaan dan Kandungan Gizi Chiffon Cake”, 2020, [Online]. Available:
Snack Food Bars Berbahan Dasar Tepung https://www.youtube.com/watch?v=yPANp
Pisang Goroho dan Tepung Ampas Tahu. 1H3zJA
Journal Technopreneur. [Online]. 6(2), [21] Viziati, “Chiffon Cake”, 2011,
pp. 41-48. Available: [Online].
http://jurnal.poligon.ac.id/ Available:http://nursetiawatirahayu.blogspo
[16] R. M. Astuti. (2015, Nov.). Pengaruh t.com/
Penggunaan Suhu Pengovenan Terhadap [22] Wayne Gisslen, “Basic Baking
Kualitas Roti Manis Dilihat dari Aspek Principles,” in Proffesional Baking, 7th ed.
Warna Kulit, Rasa , Aroma dan Tekstur. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc, 2016,
Jurnal Teknobuga. [Online]. 2(2), pp. 61- pp. 93-100.
79. Available:
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/te
knobuga

Anda mungkin juga menyukai