Anda di halaman 1dari 14

Penyelesaian Persamaan Ellips dengan Metode Gauss-Seidel

I. Persamaan Elips

Persamaan diferensial parsial PDE linear bertingkat dua dengan fungsi


dua variabel bebas (x,y) memiliki bentuk umum sebagai berikut:

𝜕 2𝑈 𝜕 2𝑈 𝜕 2𝑈
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 −𝐷 =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑦 2

𝐴, 𝐵, 𝐶 : Fungsi x dan

𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝐷 : Fungsi 𝑥, 𝑦, 𝑈, dan
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Persamaan diferensial parsial diatas dapat dikelompokkan menjadi:

𝑩𝟐 − 𝟒𝑨𝑪 Kategori
<0 eliptik
=0 parabolik
>0 hiperbolik

𝑩𝟐 − 𝟒𝑨𝑪 Kategori Nama Persamaan

<0 Eliptik Persamaan laplace 𝜕2𝑇 𝜕2𝑇


+ =0
(permanen,2D 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
spasial)
=0 Parabolik Persamaan 𝜕2𝑇 𝜕2𝑇
𝑘 =
konduksi panas 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
(tak-permanen, 1D
spasial)
>0 Hiperbolik Persamaan 𝜕2𝑦 1 𝜕2𝑇
+
gelombang (tak 𝜕𝑥 2 𝑐 2 𝜕𝑡 2
permanen, 1D
spasial)
Dalam pembahasan ini akan fokus membahas mengenai persamaan elliptic.
Contoh dari persamaan eliptik adalah persamaan Poisson dan Laplace pada
ruang dimensi dua, masing-masing berbentuk
 Persamaan Poisson
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
+ = 𝑝(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
 Persamaan Laplace
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

Persamaan Poisson memperkenalkan sumber panas ke dalam sistem yang


ditinjau sedangkan persamaan Laplace merupakan kasus khusus dari
persamaan Poisson tanpa sumber. Disamping itu, persamaan Laplace juga
bisa diturunkan dari persamaan difusi. Jika sebuah objek diisolasi dari
lingkungan, maka akan dicapai distribusi suhu dalam keadaan mantap, suatu
kondisi setimbang yang digambarkan oleh derivatif waktu sama dengan nol
pada persamaan difusi. Keadaan mantap suatu aliran panas ditunjukkan oleh
kuantitas yang sama antara panas yang keluar dan masuk suatu tampang
lintang. Dari kenyataan bahwa derivatif waktu pada persamaan difusi sama
dengan nol, maka diperoleh persamaan Laplace. Oleh karena tidak ada
variabel waktu yang gayut, maka penyelesaian untuk persamaan Laplace
maupun Poisson tersebut adalah tak gayut waktu.
Persamaan menarik lain yang menggambarkan persamaan eliptik dan agak
mirip dengan persamaan Poisson adalah persamaan Helmholtz yaitu,
Persamaan Helmotz
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
+ + 𝜆𝑢 = 0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
II. Teknik penyelesaian Persamaan laplace
Perhatikan gambar berikut

o Sebuah plat logam persegi tipis


 Kedua permukaan dilapisi dengan isolator panas
 Sisi plat diberi panas dengan temperatur tertentu
 Transfer panas hanya dimungkinkan pada arah x dan y
o Ditinjau pada saat transfer permanen telah tercapai (steady state condition)

Pada steady-state condition, aliran ke dalam sebuah elemen (lihat gambar di


atas) selama periode t haruslah sama dengan aliran yang keluar dari elemen
tersebut:
q( x)yzt  q( y )xzt  q( x  x)yzt  q( y  y )xzt

𝑞(𝑥) dan 𝑞(𝑦) berturut-turut adalah fluks panas arah 𝑥 dan arah 𝑦 dalam satuan
kal/cm2/s
jika semua suku pada persamaan tersebut dibagi dengan z t , maka :
q( x)y  q( y )x  q( x  x)y  q( y  y )x

Pengelompokan suku dan perkalian dengan x / x atau y / y menghasilkan


:
q( x)  q( x  x) q( y )  q( y  y )
xy  yx  0
x y

Pembagian dengan x  y menghasilkan


q( x)  q( x  x) q( y )  q( y  y )
 0
x y

Mengambil nilai limit persamaan tersebut dan memperhatikan definisi


differensial parsial,maka diperoleh :
q q
   0 (persamaan konservasi energi)
x y

Penyelesaian PDE tersebut membutuhkan syarat batas fluks panas 𝑞; padahal


syarat batas yang diketahui adalah temperatur 𝑇

Oleh karena itu, PDE di atas di ubah menjadi PDE dalam T dengan menerapkan
Hukum Fourier untuk konduksi panas .
T
qi   kC (Fourier’s low of heat conduction)
i
T
 k '
i
T T
qi  kC  k '
i i
Keterangan :
qi : fluks panas arah i (kal/cm2/s)
k : koefisien difusi thermal (cm2/s)
 : rapat massa medium (g/cm3)
𝐶 : kapasitas panas medium (kal/g/oC)
𝑇 : temperatur (oC)
𝑘′ : konduktivitas thermal (kal/s/cm/oC)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa fluks panas tegak lurus sumbu i


sebanding dengan gradien/slope temperatur pada arah i.

Dengan memakai Fick’s Law, maka persamaan konservasi energy dapat ditulis
2
 2T  2T
  0 (Persamaan Laplace)
x 2 y 2
Jika ada source atau sink :
 2T  2T
  f ( x, y ) (Persamaan Poisson)
x 2 y 2

III. Penyelesaian persamaan Ellips metode Gauss-Seidel


Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan
linear (SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar, seperti
sistem-sistem yang banyak ditemukan dalam sistem persamaan diferensial.
Metode iterasi Gauss-Seidel dikembangkan dari gagasan metode iterasi pada
solusi persamaan tak linier. Metode relaksasi Gauss-Seidel telah terbukti
memperoleh sukses besar dalam keberhasilannya menyelesaikan persamaan
diferensial parsial eliptik

Metode Gauss-Seidel merupakan modifikasi dari metode Iterasi Jacobi,


metode ini dapat menunjukan kekonvergenan lebih cepat dibanding iterasi
Jacobi. Secara umum sebelum menggunakan metode Guass-Seidel terlebuh
dahulu harus dilakukan diskritisasi, selanjutnya menggunakan rumus dari
metode Gauss-Seidel itu sendiri kemudian dilakukan kriteria konvergensi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan penjelasan mengenai penyelesaian persamaan
laplace menggunakan Iterasi Gauss-Seidel berikut.

Sebelumya diberikan formula dari Iterasi Gauss-Seidel

𝑇𝑖+1,𝑗 + 𝑇𝑖−1,𝑗 + 𝑇𝑖,𝑗+1 + 𝑇𝑖,𝑗−1 𝑇𝑖,𝑗−1 + 𝑇𝑖−1,𝑗 + 𝑇𝑖+1,𝑗 + 𝑇𝑖,𝑗+1


𝑇𝑖,𝑗 = atau 𝑇𝑖,𝑗 =
4 4

Perhatikan gambar berikut :

o Sebuah plat logam persegi tipis


 Kedua permukaan dilapisi dengan isolator panas
 Sisi plat diberi panas dengan temperatur tertentu
 Transfer panas hanya dimungkinkan pada arah x dan y
o Ditinjau pada saat transfer permanen telah tercapai (steady state
condition)
Plat logam diatas dapat digambarkan dalam bidang koordinat sebagai berikut
𝜕2𝑇 𝜕2𝑇
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

𝑇𝑡 = suhu sisi atas plat logam


𝑇𝐼 = suhu sisi kiri plat logam
𝑇𝑟 = suhu sisi kanan plat logam
𝑇𝑏 = suhu sisi bawah plat logam
L = panjang absis (x) plat logam
W = panjang ordinat (y) plat logam
Sedangkan temperatur di dalam plat logam tersebut dinyatakan dalam fungsi
𝑇(𝑥, 𝑦), dan tingkat suhu setelah mencapai saat transfer permanen (steady
state condition) dinyatakan oleh persamaan laplace, yaitu
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Dalam hal ini akan dicari suhu di dalam plat logam tersebut dengan dari
persamaan laplace tersebut.
Selanjutnya, dilakukan diskritisasi dengan membagi plat logam tersebut
menjadi beberapa bagian dengan titik sebagai berikut :
Pada gambar di atas suhu yang dicari pada titik i,j. Atau persamaan diskritisasi
𝑇𝑖+1,𝑗 +𝑇𝑖−1 ,𝑗+𝑇𝑖,𝑗+1 +𝑇𝑖,𝑗−1
dapat dituliskan dalam bentuk 𝑇𝑖,𝑗 = , karena titik
4

tersebut mewakili suhu pada titik tersebut. Nah proses ini dilakukan pada setiap
titik dalam bidang plot yang telah terbagi-bagi dalam beberapa kumpulan
persegi.
Setelah melakukan proses tersebut pada setiap titik/node dalam plot logam
tersebut maka iterasi 1 telah selesai, dilanjutkan melakukan perlakuan yang
sama diulang pada titik yang tadi sampai selesai maka berakhirlah iterasi 2.
Dilanjutkan sampai mendapatkan nilai toleransi yang tepat yaitu <1%.
Adapun persamaan untuk mencari nilai toleransi/ kriteria konvergensi suatu
iterasi adalah sebagai berikut

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 (𝑛+1)


𝑛
𝑇1,1 − 𝑇1,1 𝑇𝑖,𝑗 − 𝑇𝑖,𝑗
|𝜀𝑎 |1,1 =| 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 | × 100 atau 𝑚𝑎𝑥|𝜀𝑖,𝑗 | = 𝑚𝑎𝑥 | (𝑛+1)
| < 1%
𝑇1,1 𝑇𝑖,𝑗

Dengan metode iterasi Gauss-Seidel sesatan pembulatan dapat diperkecil


karena dapat meneruskan iterasi sampai solusinya seteliti mungkin sesuai
dengan batas sesatan yang diperbolehkan.
Contoh penyelesaian persamaan Ellips metode Gauss-Seidel

Untuk lebih jelasnya, diberikan contoh berikut :

Soal: Diberikan sebuah plat logam berukuran 2,4 𝑚 × 3,0 𝑚 dengan perlakuan
kondisi batas. Tentukan suhu dari titik bagian dalam plat logam dengan
pembagian kisi dengan panjang 0.6 𝑚 menggunakan metode Gauss-
Seidel. Asumsikan bahwa temperatur awal pada setiap titik dalam plat
logam adalah 0° C serta temperatur pada pada pinggir sisi plat diberikan
pada gambar berikut:

Penyelesaian :

Dik :
𝑇𝑡 = 300° C
𝑇𝐼 = 75° C
𝑇𝑟 = 100° C
𝑇𝑏 = 50° C
L = 2,4 m
W=3m
Melakukan diskritisasi dengan ∆𝑥 = ∆𝑦 = 0,6 𝑚, seperti gambar
berikut

Suhu plat logam pada titik batas yang diberikan :


𝑇0,𝑗 = 75, 𝑗 = 1,2,3,4

𝑇4,𝑗 = 100, 𝑗 = 1,2,3,4

𝑇𝑖,0 = 50, 𝑖 = 1,2,3

𝑇𝑖,5 = 300, 𝑖 = 1,2,3

Sekarang kita dapat mencari suhu didalam plat logam (titik) dengan menggunakan

𝑇𝑖+1,𝑗 + 𝑇𝑖−1 , 𝑗 + 𝑇𝑖,𝑗+1 + 𝑇𝑖,𝑗−1


𝑇𝑖,𝑗 =
4

Asumsikan semua suhu didalam plat logam (titik) adalah nol

Iterasi pertama

𝑇2,1 + 𝑇0,1 + 𝑇1,2 + 𝑇1,0


𝑖 = 1 dan 𝑗 = 1 𝑇1,1 =
4

0 + 75 + 0 + 50
=
4

= 31.25000 𝐶

𝑇2,2 + 𝑇0,2 + 𝑇1,3 + 𝑇1,1


𝑖 = 1 dan 𝑗 = 2 𝑇1,1 =
4
0 + 75 + 0 + 31.2500
=
4

= 26.56250 𝐶

setelah, suhu plat logam pada iterasi pertama akan digunakan sebagai suhu
plat logam untuk iterasi kedua

Iterasi 2

𝑖 = 1 dan 𝑗 = 1

𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠
𝑇2,1 + 𝑇0,1 + 𝑇1,2 + 𝑇1,0 𝑇1,1 − 𝑇1,1
𝑇1,1 = |𝜀𝑎 |1,1 = | 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 | × 100
4 𝑇1,1

20.3125 + 75 + 26.5625 + 50 42.9688 − 31.2500


= =| | × 100
4 42.9688

= 42.96880C = 27.27%
gambar di bawah ini menunjukkan distribusi temperatur dan mutlak distribusi
relatif error setelah dua iterasi

iterasi dilakukan hingga suhu pada plat logam memenuhi , dengan mutlak
distribusi relatif error < 1%

untuk plat logam diatas, diperoleh suhu plat logam memenuhi pada saat
iterasi ke-10 dengan mutlak distribusi relatif error < 1%
Dengan mutlak distribusi relatif error pada iterasi 10 sebagai berikut :

Absolute relative Approximate Error


Node
Distributif
𝑻𝟏𝟏 2.04%
𝑻𝟏𝟐 2.17%
𝑻𝟏𝟑 2.12%
𝑻𝟏𝟒 0.70%
𝑻𝟐𝟏 2.25%
𝑻𝟐𝟐 3.54%
𝑻𝟐𝟑 2.08%
𝑻𝟐𝟒 1.11%
𝑻𝟑𝟏 1.80%
𝑻𝟑𝟐 1.91%
𝑻𝟑𝟑 1.93%
𝑻𝟑𝟒 0.66%

Pada 𝑇14 dan 𝑇34 memilki nilai error <1% , sehingga dapat disimpulkan,
suhu plat logam telah memenuhi pada iterasi 10

Anda mungkin juga menyukai