LP Kehilangan Rini y
LP Kehilangan Rini y
Disusun oleh :
RINI YULIANTARI
KHG D20046
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. Pengertian
Situasi emosi sebagai respons kehilangan dan berduka seorang individu berada
dalam rentang yang fluktuatif, dari tingkatan yang adaptif sampai dengan
maladaptif.
B. Fase Kehilangan
Kehilangan meliputi fase akut dan jangka panjang.
1. Fase akut
Berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri
atas tiga proses, yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan
kesadaran, serta restitusi.
a. Syok dan tidak percaya
b. Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah kemarahan dengan menyalahkan orang
lain, perasaan bersalah dengan menyalahkan diri sendiri melalui
berbagai cara, dan menangis untuk menurunkan tekanan dalam
perasaan yang dalam.
c. Restitusi
Merupakan proses yang formal dan ritual bersama teman dan keluarga
membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima kenyataan
kehilangan.
Pada fase awal seseoarang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan
tersebut berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu kembali
pada perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan
konflik dan mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan.
Fase ini akan berlangsung selama beberapa minggu.
2. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya
perilaku obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang-ulang
peristiwa kehilangan yang terjadi.
3. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu
memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk
melanjutkan kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai
berpartisipasi kembali dalam kegiatan sosial.
4. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan
penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri,
tidak mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik,
individu menolak makan, susah tidur, letih, dan penurunan libido. Fokus
pikiran ditujukan pada orang-orang yang dicintai, misalnya “Apa yang terjadi
pada anak-anak bila saya tidak ada?” atau “Dapatkah keluarga saya mengatasi
permasalahannya tanpa kehadiran saya?” Depresi adalah tahap menuju
orientasi realitas yang merupakan tahap yang penting dan bermanfaat agar
pasien dapat meninggal dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap
penerimaan terjadi hanya pada pasien yang dapat mengatasi kesedihan
dan kegelisahannya.
b. Kesehatan fisik
c. Kesehatan mental
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu
dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan
fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran,
dan kehilangan posisi di masyarakat.
Perilaku
F. Perencanaan
Prinsip intervensi
a) Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah
memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan
cara berikut.
b) Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.
c) Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan
kehilangan pasien secara emosional.
d) Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum dan
menghakimi.
e) Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu yang
mengalami kehilangan.
f) Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk bahu,
dan merangkul.
g) Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan
singkat.
h) Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.
2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan
memberikan dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk
mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.
Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi frustasi
dan ketidakberdayaan.
a) Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).
b) Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
c) Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining)
adalah membantu pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan
takutnya.
a) Amati perilaku pasien.
b) Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
c) Tingkatkan harga diri pasien.
d) Cegah tindakan merusak diri.
4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi
tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi
rasa bersalah.
a) Observasi perilaku pasien.
b) Diskusikan perasaan pasien.
c) Cegah tindakan merusak diri.
d) Hargai perasaan pasien.
e) Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
f) Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
g) Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.
5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah
membantu pasien menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari dengan
cara berikut.
a) Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.
b) Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.
G. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
b) Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang
dialami pasien.
c) Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan
yang dialami dengan keadaan dirinya.
d) Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi
berduka yang dialaminya.
e) Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
b) Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi
pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan spiritual
sebelum/sesudah mengalami peristiwa kehilangan serta
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi).
c) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
- Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
- Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
- Cara sosial (sharing melalui self help group).
- Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
d) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas
yang tersedia untuk saling memberikan pengalaman
dengan saksama.
e) Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal
harian.
f) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
a) Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
b) Keluarga memahami cara merawat pasien berduka
berkepanjangan.
c) Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat pasien
berduka disfungsional.
d) Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di
masyarakat.
2. Tindakan
a) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan
dan berduka dan dampaknya pada pasien.
b) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka
yang dialami oleh pasien.
c) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan berdukadisfungsional.
d) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang
dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi
kehilangan yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8thEdition.
St.Loius: Mosby.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
WHO. 2001. The World Health Reports 2001, Mental Health: New
Understanding, New Hope.
Geneva: WHO