Anda di halaman 1dari 15

PERUNDINGAN DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasarn
Internasional

Kelompok 11
Thoriq Habsyi 1930602227
Richo Juliansyah 1930602229
Mega Wati 1930602234

Dosen Pengampuh
Dr. Chandra Zaky Maulana. SE.MM

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang
seperti saat ini.

Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah yang membahas
Tahapan Evolusi Dan Pengelolaan Perusahaan Internasional . Penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada Bapak Dr. Chandra Zaky Maulana SE.MM selaku dosen mata kuliah yang
telah menyerahkan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini dan
kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka
yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah, pembahasan yang
menjelaskan, dan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi
dari makalah kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.
Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang
menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 23 Mei 2022


Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4
A. Makna Perundingan Dan Perjanjian Internasional .................................................................... 4
B. Tahapan-Tahapan Dalam Peranjian Internasional ..................................................................... 8
BAB III ............................................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menjalankan dan mengelola pemasaran internasional dibutuhkan keahlian atau


kemampuan mengelola pemasaran secara global, karena aktivitas pemasaran internasional
menyangkut pemenuhan kebutuhan dari berbagai macam negara di dunia. Faktor penting
yang perlu dikendalikan adalah pemahaman akan lingkungan yang memengaruhi
pemasaran internasional tersebut, karena lingkungan pemasaran ini merupakan hal yang
cukup kompleks. Mengelola pasar global jauh lebih kompleks daripada mengelola pasar
domestik.

Lingkungan pemasaran internasional ditandai dengan trend perkembangan


perekonomian global, lingkungan politik dapat bermuara terhadap struktur perdagangan
antar negara tanpa batas, posisi penawaran dan permintaan yang terbuka secara global.
ingkungan pemasaran internasional dapat dilihat dari lingkungan geografi, demografi,
ekonomi, sosial dan budaya, politik dan hukum, serta teknologi. Lingkungan ini disebut
sebagai lingkungan makro yang penting dipahami setiap karakteristiknya dalam membidik
negara sebagai pasar sasaran yang dijadikan target pemasaran, sehingga aktivitas
pemasaran internasional dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Kompleksitas lingkungan pemasaran internasional membuat pemasar internasional


membutuhkan kompetensi untuk menahan rintangan dan hambatan dari setiap negara yang
berkaitan dengan arus produk antar negara, cara mengatasi perbedaan yang ada dalam
setiap negara dalam banyak hal. serta kemampuan mendukung aktivitas pemasaran disetiap
negara yang berbeda. Sebelum mengembangkan strategi memasuki pasar internasional
perlu dilakukan analisis lingkungan pemasarannya. Lingkungan pemasaran internasional
dapat ditinjau dari lingkungan geografi, demografi, ekonomi, sosial-budaya, politik dan
hukum, serta teknologi dan informasi.

Hubungan yang saling membantu di seluruh dunia biasanya diformalkan dalam satu
atau beberapa kesepakatan damai. Pengaturan di seluruh dunia mungkin merupakan
instrumen utama dalam hubungan global. Belum lama ini, para ahli sebenarnya memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang arti penting perjanjian damai dengan tujuan agar
implikasi dari istilah-istilah tersebut masih berbeda. Kesepakatan damai adalah
pemahaman antara setidaknya dua subjek peraturan di seluruh dunia (misalnya negara,

1
organisasi global) yang seperti yang ditunjukkan oleh peraturan di seluruh dunia membuat
hak istimewa dan komitmen untuk pertemuan untuk pengaturan. Pengaturan-pengaturan
yang dibuat oleh subyek-subyek regulasi di seluruh dunia memiliki tujuan untuk
menghasilkan hasil-hasil yang sah secara spesifik. Selain itu, tujuan dari kesepakatan damai
mencakup penyelesaian perdebatan antar negara, menjaga keharmonisan, permintaan dan
bantuan manusia dari pemerintah.

Sesuai pasal 38 bagian 1 Sanksi Ruang Sidang Global, dinyatakan bahwa kesepakatan
damai, baik yang umum maupun yang eksplisit, mengandung pengaturan yang sah yang
secara eksplisit dirasakan oleh negara-negara yang bersangkutan.

Mengenai pasal ini, setiap negara yang mengadakan kesepahaman harus menjaga dan
mengikuti pengaturan yang terkandung di dalamnya. Hal ini karena salah satu standar yang
digunakan dalam perjanjian damai, khususnya aturan pacta sunt servanda yang menyatakan
bahwa setiap pengaturan yang telah dibuat harus dipatuhi oleh masing-masing pihak yang
bersangkutan.

Mengingat pentingnya kesepakatan damai, baik untuk suatu bangsa dan sebagai sumber
regulasi di seluruh dunia, metode yang terlibat dengan penyelesaian kesepakatan damai
tidak begitu alami seperti pengaturan yang berbeda. Oleh karena itu, ada beberapa tahapan
dan prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap negara yang akan mencapai kesepakatan
damai. Tahapan dan siklus yang perlu dan biasanya diselesaikan menggabungkan
Exchange, Mark, Approval dan Distribution.

Dengan latar belakang tersebut kami selaku penulis akan membahas tentang
perundingan dan perjanjian internasional, sehingga penulis dan para pembaca tahu dan
paham tentang perundingan dan perjanjian internasional.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas tentang:

1. Apa yang dimaksud dengan perundingan dan perjanjian internasional?


2. Bagaimana tahap-tahap perundingan dan perjanjian internasional?

2
C. Tujuan Masalah

Dengan latar belakang tersebut dan rumusan masalah yang disebutkan penulis
bertujuan:

1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan perundingan dan perjanjian
internasional.
2. Mengetahui dan paham bagaimana tahap-tahap perundingan dan pejanjian
internasional.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Makna Perundingan Dan Perjanjian Internasional

Pemasaran internasional adalah pemasaran yang kegiatan operasinya melewati batas-


batas lebih dari satu negara. Pemasaran global adalah kegiatan pemasaran oleh perusahaan
global yang mempunyai bisnis global dengan strategi pemasaran global, pasar global
maupun produk dan standar global di berbagai negara. Perdagangan internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan dengan penduduk negara
lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
perorangan (individu dengan individu), diantara individu dengan pemerintah suatu negara
dengan pemerintah negara lain1.

Lingkungan ekonomi dalam kaitannya dengan pemasaran internasional erat kaitannya


dengan sistem perekonomian yang dianut oleh setiap negara. Di mana sistem ini akan
mengatur aktivitas perekonomian dan juga menyangkut kebijakan pemasaran produk di
negara tersebut. Negara yang menganut sistem perekonomian kapitalis akan berbeda
strategi pemasaran yang dilakukan dengan negara dengan sistem perekonomian sosialis 2.
Dengan berbedanya sistem yang dianut sangat memungkinkan adanya perselisihan antar
negara tersebut, dan hal yang biasa dilakukan yaitu dengan cara damai ataupun bahkan
kekerasan atau secara paksa.

Adapun penyelesaian masalah atau sengketa secara damai merupakan ketentuan umum
yang telah diterima hukum internasional bahwa sengketasengketa internasional sebaiknya
diselesaikan secara damai. Dikatakan demikian karena jika masyarakat internasional
konsisten dengan apa yang telah disepakati bersama yakni sebagaimana telah dituangkan
di dalam Piagam PBB, maka hal tersebut adalah merupakan suatu keharusan, karena
penyelesaian sengketa secara damai bertujuan untuk mencegah dan menghindarkan
kekerasan atau peperangan dalam suatu persengketaan antar Negara3.

1
Hadion Wijoyo, Denok Sunarsi, and Haaudi, Manajemen Internasional, ed. Siti Jamalul Insani (Solok: Insan
Cendikia Mandiri, 2020).
2
Sherly et al., Pemasaran Internasional, ed. Abdul Karim (Yayasan Kita Menulis, 2020).
3
Christian R. A. W. Mayaut, Harold Anis, and Thor Bangsaradja Sinaga, “KAJIAN HUKUM INTERNASIONAL
TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA WILAYAH PERBATASAN INDONESIA-TIMOR LESTE,” Lex Privatum IX (April
2021): 140–50.

4
Hal pertama yang dilakukan setelah mengetahui adanya permasalahan antar negara atau
permasalahan internasional adalah perundingan atau negoisasi. Dalam hubungan global,
upaya untuk menyelesaikan pembicaraan dan menangani isu-isu yang berbeda sering
muncul antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini membuat negara-negara tersebut
perlu menyelesaikan pembahasan yang pada akhirnya akan berjalan dengan suatu
kesepakatan atau kesepahaman. Motivasi di balik mengadakan transaksi adalah untuk
bertukar pandangan tentang isu atau isu yang berbeda, misalnya, pada isu-isu yang
didorong oleh kebijakan, aspek keuangan, pemikiran atau pertanyaan kritis dan fondasi
organisasi global, seperti Negara Bersatu, ILO, dan WTO4.

Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi
dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar
dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar dalam
kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Manusia memerlukan hubungan
dan relasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi manusia
berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi). Dalam
perkspektif lain, seperti dalam aplikasi bisnis terdapat bentuk komunikasi yang umumnya
dinamakan negosiasi. Jadi negosiasi merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana
negosiasi dalam konteks komunikasi dapat dijelaskan sebagai sebuah bentuk interaksi
sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang
berbeda dan bertentangan.

Negosiasi merupakan salah satu keterampilan dalam berkomunikasi yang sering kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana negosiasi merupakan kegiatan
antara dua pihak atau lebih untuk mencapai kesepakatan bersama. Secara definisi negosiasi
dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk
menyelesaikan masalah, melakukan perundingan untuk mencapai suatu keputusan
bersama, melakukan kegiatan tawar menawar untuk mendapatkan keuntungan tertentu, dan
atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keutungan tertentu. Negosiasi pada
perspektif umumnya dikenal sebagai salah satu bentuk alternative dispute resulation.

4
Dewi Ratna, “Perundingan Dan Perjanjian Internasional, Seperti Apa Ya?,”
https://www.merdeka.com/pendidikan/perundingan-dan-perjanjian-internasional-seperti-apa-ya.html, May
19, 2016.

5
Alternative dispute resulation merupakan alternatif penyelesaian sengketa, contohnya
adalah mediasi atau negosiasi5.

Negosisasi merupakan metode yang diterima secara universal dan paling umum dipakai
untuk menyelesaikan sengketa internasional. Negosiasi merupakan cara yang primer dan
pokok untuk menyelesaikan konflik kepentingan. Negosiasi merupakan cara yang pertama-
tama digunakan oleh para pihak sengketa sebelum mereka mempergunakan cara
penyelesaian sengketa yang lain. Dalam negosiasi peran agen diplomatik adalah vital 6.

Setelah melakukan perundingan yang telah sama-sama disepakati selanjutnya langkah


yang diambil yaitu perjanjian tentang apa saja yang sudah disepakati saat negoisasi.
Definisi perjanjian internasional juga dijelaskan dalam Pasal 2 ayat 1 huruf a Konvensi
Wina 1969, yakni: "Perjanjian internasional merupakan perjanjian yang dibuat oleh negara-
negara dalam bentuk tertulis, serta diatur oleh hukum internasional, baik yang diwujudkan
dalam satu instrumen tunggal maupun dua atau lebih instrumen terkait, dan apa pun sebutan
khususnya"7.

Sampai saat ini para ahli masih mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda terhadap
makna perjanjian internasional sehingga makna istilah tersebut masih beranekaragam.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli hukum
internasional mengenai istilah perjanjian internasional sebagai berikut.

1. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa "Perjanjian internasional adalah


perjanjian antaranggota masyarakat bangsabangsa yang mengakibatkan berlakunya
hukum tertentu."

2. G. Schwarzenberger mengemukakan bahwa "Perjanjian intemasional sebagai suatu


persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-
kewajiban yang mengikat, baik berbentuk bilateral maupun multilateral. Subjeksubjek
hukum dalam hal ini bukan hanya lembaga-lembaga internasional melainkan negara-
negara."

5
Angga Bagas Samudra, “Negotiation Across Culture (Negosiasi Lintas Budaya / Negosiasi Internasional) -
Manajemen Lintas Budaya,” Academia, June 23, 2016.
6
Mayaut, Anis, and Sinaga, “KAJIAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA WILAYAH
PERBATASAN INDONESIA-TIMOR LESTE.”
7
Maria Ulfa, “Pengertian Perjanjian Internasional Serta Manfaat & Tahap-Tahapnya Baca Selengkapnya Di
Artikel "Pengertian Perjanjian Internasional Serta Manfaat & Tahap-Tahapnya,” https://tirto.id/pengertian-
perjanjian-internasional-serta-manfaat-tahap-tahapnya-gj6P, October 4, 2021.

6
3. Michel Virally mengemukakan bahwa “Sebuah perjanjian merupakan perjanjian
internasional bila melibatkan dua atau lebih Negara atau subjek internasional dan diatur
oleh hukum Internasional.”

4. Oppenheimer-Lauterpacht mengemukakan bahwa "Perjanjian internasional adalah


persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara kedua pihak."

5. Definisi perjanjian internasional dari Konvensi Wina 1969, yaitu "Perjanjian yang
diadakan oleh dua negara atau lebih yang bertujuan mengadakan akibat-akibat hukum
tertentu. Tegasnya, mengatur perjanjian antamegara selaku subjek hukum
internasional,"

6. Menurut Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, perjanjian internasional baik


yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum
yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersangkutan.

7. Dalam Academy of Sciences of USSR, perjanjian internasional adalah suatu persetujuan


yang dinyatakan secara formal antara dua negara atau lebih mengenai pemantapan,
perubahan, atau pembatasan dari hak-hak dan kewajiban mereka secara timbal balik.

Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat jelas adanya perbedaan. Namun, pada


prinsipnya memiliki tujuan yang sama. Pengertian pertama dan kedua perjanjian
internasional dilakukan oleh seluruh subjek hukum internasional, baik negara maupun
lainnya. Pada pengertian ketiga dan keempat hanya negara yang bisa melakukan perjanjian
internasional dengan negara-negara lainnya.

Dari beberapa batasan perjanjian internasional diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pihak-pihak yang dapat masuk di dalam perjanjian internasional, yaitu:

1. Perjanjian antarnegara.
2. Perjanjian antara negara dengan organisasi internasional.
3. Perjanjian antar-organisasi internasional.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa perjanjian internasional adalah


kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum internasional (lembaga internasional,
negara) yang menurut hukum internasional menimbulkan hak dan kewajiban bagi para
pihak yang membuat kesepakatan.

Berkenaan dengan hal itu, setiap bangsa dan negara yang ikut dalam suatu perjanjian
harus menjunjung tinggi dan menaati seluruh ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut sudah
merupakan kewajiban dan sesuai dengan asas hukum perjanjian yang berbunyi "Janji itu
mengikat para pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik." Asas ini disebut asas
pacta sunt servanda.

7
Apabila yang terjadi adalah sebaliknya atau ada sebagian negara atau bangsa yang
melanggar atau tidak menaati aturan-aturan yang telah diputuskan sebelumnya,
ketidakdamaian atau ketidakharmonisan akan tercipta. Bahkan, akan menimbulkan
pertentangan di antara negara-negara yang melakukan perjanjian8.

B. Tahapan-Tahapan Dalam Peranjian Internasional

Mengingat pentingnya suatu perjanjian internasional, baik bagi suatu negara maupun
sebagai salah satu sumber hukum internasional, proses pembuatan-perjanjian internasional
tidaklah semudah seperti perjanjian lainnya. Untuk itu, terdapat beberapa tahap dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap negara yang akan membuat perjanjian
internasional. Adapun tahap dan proses yang perlu dan biasa dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Perundingan (Negotiation)
Pembuatan perjanjian internasional biasanya dimulai dengan perundingan di antara
negara-negara yang akan membuatnya. Hal ini dilakukan dengan dasar kebutuhan
atau kepentingan dan kemampuan negara-negara yang bersangkutan agar kelak
dapat dihindari adanya masalah.
Isi dari perundingan yang dilakukan biasanya menyangkut beberapa masalah
pokok, antara lain menyangkut masalah politik, masalah keamanan, masalah
pertikaian, masalah perdagangan, masalah pertikaian dalam bidang ekonomi,
masalah pertikaian dalam bidang sosial-budaya, masalah pertikaian dalam bidang
pertahanan, serta masalah-masalah lainnya yang menyangkut pembentukan dan
pelaksanaan perjanjian internasional.
Dalam rangka membentuk perjanjian internasional, tidak semua orang dapat
melakukan perundingan. Menurut ketentuan hukum internasional tentang kuasa
penuh (powers full), seseorang hanya dapat dianggap mewakili suatu negara dengan
sah apabila is dapat menunjukkan surat kuasa penuh (full powers atau credential).
Kecuali, jika dari semula peserta konferensi sudah menentukan bahwa surat kuasa
penuh seperti yang dijelaskan tidak diperlukan. Keharusan menunjukan surat kuasa
penuh, tidak berlaku bagi kepala negara, kepala pemerintahan (perdana menteri),
menteri luar negeri, atau yang karena jabatannya dianggap sudah mewakili
negaranya dengan sah dan dapat melakukan segala tindakan untuk mengikat
negaranya pada perjanjian yang diadakan, termasuk perwakilan diplomatik.

2. Penandatanganan (Signature)
Setelah perundingan selesai, dilanjutkan dengan pengesahan bunyi naskah yang
merupakan tindakan formal. Bagi perjanjian multilateral (perjanjian yang dilakukan
oleh beberapa negara), penandatangan naskah perjanjian dapat dilakukan apabila
disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) suara peserta yang hadir. Kecuali, jika ada
ketentuan lain yang mengaturnya.
Adapun dalam perjanjian bilateral (perjanjian yang dilakukan oleh dua negara),
penerimaan secara bulat dan penuh mutlak diperlukan oleh kedua belah pihak yang
melakukan perundingan. Persetujuan dalam bentuk penandatanganan merupakan

8
Retno Mayapada, “Makalah Perjanjian Internasional,”
https://www.academia.edu/8078965/Makalah_Perjanjian_Internasional, n.d.

8
suatu tindakan yang sangat penting dalam rangka mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian internasional. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak saat
ditandatanganinya tanpa harus menunggu adanya ratifikasi (pengesahan).

3. Pengesahan (Ratification)
Dalam pelaksanaan suatu perjanjian, adakalanya suatu perjanjian belum mengikat
sepenuhnya sehingga diperlukan proses ketiga, yaitu pengesahan. Pengesahan tanda
tangan atau ratifikasi dilakukan oleh wakil negara yang turut serta dalam
perundingan. Maksudnya, untuk meyakinkan bahwa utusan tersebut benar-benar
melakukan tugasnya serta tidak melampaui wewenangnya. Dengan kata lain,
ratifikasi sebenarnya memiliki arti sebagai persetujuan secara formal terhadap
perjanjian yang melahirkan kewajiban-kewajiban internasional agar suatu
perjanjian berlaku bagi setiap negara peserta.
4. Pengumuman(Publication)
Hal lain yang biasa ditemukan dalam perjanjian intemasional adalah lembaga
persyaratan. Keberadaan lembaga ini sangat'dibutuhkan oleh negara-negara yang
ikut serta dalam perjanjian internasional, khususnya perjanjian yang sifatnya
multilateral. Lembaga persyaratan dibutuhkan karena biasanya ada saja negara-
negara peserta.yang kurang sepenuhnya menerima'isi materi perjanjian atau kurang
sesuai dengan kepentingan nasional negaranya. Selain itu, dimungkinkan pula
merugikan kepentingan nasional negaranya sehingga untuk melaksanakannya
dibutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, lembaga persyaratan adalah pemyataan yang diajukan
oleh suatu negara untuk dapat terikat pada perjanjian. Artinya, dalam melakukan
perjanjian, negara yang mengajukan persyairatan tidak berarti hares mengundurkan
diri dari perjanjian, tetapi tetap terikat terhadap apa-apa yang diajukan dan
membawa keuntungan bagi negaranya.
Oleh karena itu, setiap pihak (negara) yang mengadakan perjanjian atau turut serta
dalam suatu perjanjian, berkeinginan agar apa yang dijanjikan dapat terselenggara
dengan baik atau dihormati dan ditaati oleh masing-masi.'ng pihak. Namun, dalam
kenyataannya semua perjanjian tidak dapat bertahan lama seperti yang dikehendaki
oleh para pihak. Hal ini bisa saja terjadi jika salah satu pihak meminta pembatalan
perjanjian yang telah mereka setujui. Tmdakan pembatalan pada dasarnya tidak
dilarang, bahkan diperkenankan asal pembatalan dilaksanakan dengan itikad baik
dan tindakan yang jujur.
Konvensi Wina 1969 menetapkan alasan-alasan yang dapat diajukan oleh suatu negara
untuk membatalkan persetujuan atau perjanjian yang telah disepakati, di antaranya sebagai
berikut.
1. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional salah satu peserta
yang berlcaitan dengan kewenangan (kompetensi) kuasa penuh negara yang
bersangkutan.
2. Terdapat unsur kesalahan (error) berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan pada
waktu perjanjian dibuat.
3. Terdapat unsur penipuan oleh suatu negara peserta terhadap negara peserta lain pada
waktu pembejitukan perjanjian.

9
4. Terdapat kelicikan atau akal bulus, baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap mereka yang menjadi kuasa penuh dari negara peserta tertentu.
5. Terdapat unsur paksaan dalam arti penggunaan kekerasan dan ancaman kepada seorang
kuasa penuh atau negara peserta tertentu.
6. Terdapat ketentuan yang bertentangan dengan suatu kaidah dasar atau asas jus cogent.
Maksud asas ini adalah kaidah atau nortna yang telah diterima dan diakui oleh
masyarakat internasional secara keseluruhan yang tidak boleh dilanggar dan hanya
dapat diubah oleh suatu norma dasar hukum internasional umum yang baru dan
mempunyai sifat sama.

Adapun mengenai berakhir atau hapusnya suatu perjanjian internasional secara umum
dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

1. Telah tercapai tujuan perjanjian.


2. Habis masa berlakunya.
3. Salah satu pihak peserta perjanjian punah (misalnya, Negara tersebut hancur akibat
peperangan atau bencana alam).
4. Persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri perjanjian.
5. Diadakannya perjanjian baru antarpeserta yang isinya meniadakan perjanjian
terdahulu.
6. Telah dipenuhinya tentang berakhirn berakhirnya perjanjian sesuai dengan ketentuan-
ketentuan sendiri.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam sebuah hubungan apalagi hubungan perdagangan internasional yang


berhubungan dengan negara-negara lain, tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus
apalagi setiap negara memiliki sistem yang dianut pun berbeda-beda tidak menutup
kemungkinan adanya konflik atau permsalahan. Dengan Adanya permasalahan biasaya
jalan keluarnya kalau tidak dengan secara damai dan cara kekerasan atau paksa.

Dalam makalah ini kami membahas tentang secara damai, dimana dilakukannya
perundingan untuk membuat perjanjian yang bertujuan memecahkan masalah secara
damai. Perundingan atau negoisasi diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh
beberapa pihak untuk menyelesaikan masalah, melakukan perundingan untuk mencapai
suatu keputusan bersama, melakukan kegiatan tawar menawar untuk mendapatkan
keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keutungan
tertentu.

Setelah melakukan perundingan yang telah sama-sama disepakati selanjutnya langkah


yang diambil yaitu perjanjian tentang apa saja yang sudah disepakati saat negoisasi.
Perjanjian internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum
internasional (lembaga internasional, negara) yang menurut hukum internasional
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Mayapada, Retno. “Makalah Perjanjian Internasional.”
https://www.academia.edu/8078965/Makalah_Perjanjian_Internasional, n.d.
Mayaut, Christian R. A. W., Harold Anis, and Thor Bangsaradja Sinaga. “KAJIAN HUKUM
INTERNASIONAL TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA WILAYAH
PERBATASAN INDONESIA-TIMOR LESTE.” Lex Privatum IX (April 2021): 140–
50.
Ratna, Dewi. “Perundingan Dan Perjanjian Internasional, Seperti Apa Ya?”
https://www.merdeka.com/pendidikan/perundingan-dan-perjanjian-internasional-seperti-
apa-ya.html, May 19, 2016.
Samudra, Angga Bagas. “Negotiation Across Culture (Negosiasi Lintas Budaya / Negosiasi
Internasional) - Manajemen Lintas Budaya.” Academia, June 23, 2016.
Sherly, Fitria Halim, Marini Butarbutar, Arfandi SN, Sisca, Bonaraja Purba, Rolyana Ferinia,
et al. Pemasaran Internasional. Edited by Abdul Karim. Yayasan Kita Menulis, 2020.
Ulfa, Maria. “Pengertian Perjanjian Internasional Serta Manfaat & Tahap-Tahapnya Baca
Selengkapnya Di Artikel "Pengertian Perjanjian Internasional Serta Manfaat & Tahap-
Tahapnya.” https://tirto.id/pengertian-perjanjian-internasional-serta-manfaat-tahap-
tahapnya-gj6P, October 4, 2021.
Wijoyo, Hadion, Denok Sunarsi, and Haaudi. Manajemen Internasional. Edited by Siti
Jamalul Insani. Solok: Insan Cendikia Mandiri, 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai