Anda di halaman 1dari 9

Ma Mb Ma1 Mb1

Ra Rb Ra1 Rb1

Ma2 Mb2
Ma = Ma1 + Ma2 Mb = Mb1 + Mb2
Ra = Ra1 + Ra2 Rb = Rb1 + Rb2

Ra2 Rb2

Gambar 2.7 Superposisi Aksi

Pada gambar 2.7, reaksi struktur akibat beban gabungan sama dengan supperposisi
(penjumlahan) reaksi-reaksi struktur tersebut akibat beban yang dikerjakan satu-persatu.
Metoda superposisi ini selanjutnya akan digunakan untuk menurunkan persamaan aksi-
deformasi struktur pada metoda kekakuan.

2.4. Analisa Struktur Balok Menerus


2.4.1 Menurunkan Persamaan Aksi-Deformasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada metoda kekakuan dasar, yang
paling pertama ditentukan adalah menentukan variabel deformasi bebas dari struktur
yang dianalisa. Selanjutnya struktur tersebut dirubah menjadi struktur terjepit (kinematik
tertentu) yang dibebani sesuai dengan beban yang bekerja dan dikerjakan deformasi pada
tempat-tempat dimana terjadi deformasi bebas (pada posisi variabel bebas). Dengan
konsep supperposisi, beban-beban tersebut kemudian dikerjakan secara terpisah-pisah.

P1
q1 q2
Gambar 2.8
M1 M2
A B C
L1, EI1 L2, EI2

D1
q1 q2
Gambar 2.9
D2 D3
A B C
18
M1a M2a M3a M4a M1a = M2a = q1 L12 /12
q1 q2 V1a = V2a = q1 L1 /2
Gambar 2.9 a
M3a = M4a = q1 L12 /12
V 2a V3a V4a V3a = V4a = q1 L1 /2
V1a

M 2b
D1
M3b M1b = M2b = 6 EI1 /L12
M1b M4b
V1b = V2b = 12 EI1 /L13
Gambar 2.9 b
M3b = M4b = 6 EI2 /L22
V 2b V 3b V3b = V4b = 12 EI2 /L23
V1b V4b
M1c = 2 EI1 /L1
D2 M 3c M2c = 4 EI1 /L1
M4c
M1c V1c = V2c = 6 EI1 /L12
M 2c
Gambar 2.9 c M3c = 4 EI2 /L2
M4c = 2 EI2 /L2
V1c
V2c V 3c V4c V3c = V4c = 6 EI2 /L22

D3
M1d = 0
M2d = 0
M 3d V1d = V2d = 0
Gambar 2.9 d
M3d = 2 EI2 /L2
M4d M4d = 4 EI2 /L2
V 3d
V4d V3d = V4d = 6 EI2 /L22

Sebagai contoh, dalam menganalisa struktur balok seperti pada gambar 2.8, kita akan
menghitung deformasi yang terjadi akibat beban dan selanjutnya menghitung aksi ujung
batang atau gaya dalam batang. Untuk itu variabel deformasi bebas yang ada pada
struktur tersebut diberi nomer seperti pada gambar 2.8. Struktur ini kemudian dapat
diganti dengan struktur terjepit pada semua joint nya, dengan mengerjakan beban pada
batang dan deformasi sebesar D1, D2 dan D3 seperti gambar 2.9a, 2.9b, 2.9d, da 2.9d.
Jadi, gambar 2.8 = gambar 2.9
Dengan konsep supperposisi, beban-beban yang bekerja pada struktur gambar 2.9 ini
kemudian dikerjakan satu persatu yaitu pertama beban luar kemudian beban beban
berupa deformasi D1, selanjutnya D2, dan terakhir D3, seperti terlihat secara berurutan
pada gambar 2.9a, 2.9b, 2.9c dan 2.9d. Sehingga:
gambar 2.8 = gambar 2.9a + gambar 2.9b + gambar 2.9c + gambar 2.9d

19
Artinya; Aksi (gb.28) = Reaksi (gb.29a + aksi gb.29b + aksi gb.29c + aksi gb.29d) atau
A gb.28 = A gb.29a + A gb.29b+ A gb.29b + A gb.29d
Aksi pada gambar 28 adalah aksi sebenarnya pada struktur, disebut dengan A
Reaksi pada gambar 29a adalah aksi ujung batang akibat beban luar, disebut dengan AL
Reaksi pada gambar 29b adalah aksi u.b. akibat beban deformasi D1, disebut dengan AD1
Reaksi pada gambar 29c adalah aksi u.b.akibat beban deformasi D2, disebut dengan AD2
Reaksi pada gambar 29d adalah aksi u.b.akibat beban deformasi D3, disebut dengan AD3
Jadi pada setiap titik yang ditinjau berlaku persamaan: A = AL + AD1+ AD2 + AD3
Pada variabel no 1 A1 = A1L + A1D1+ A1D2 + A1D3
Pada variabel no 2 A2 = A2L + A2D1+ A2D2 + A2D3
Pada variabel no 3 A3 = A3L + A3D1+ A3D2 + A3D3
Ketiga persamaan diatas adalah simultan dan dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai
[AJ] = [AL] + [AD] ………………………………………………….. (2.1)
[A] adalah aksi langsung yang terdapat pada struktur berupa beban gaya atau momen.
[AL] adalah aksi akibat beban luar (terpusat atau tersebar) sepanjang batang.
[AD] adalah gabungan dari seluruh aksi akibat deformasi.
Pada contoh diatas A1 = P1, A2 = M1 dan A3 = M2 sesuai dengan beban terpusat atau
momen yang selaras pada lokasi variabel bebas yang dicari.
Akibat beban luar atau beban deformasi pada batang akan melengkung. Batang yang
melengkung menunjukkan adanya gaya lintang dan momen pada batang. Arah momen
akan sesuai dengan arah kelengkungan batang sedangkan arah gaya lintang sedemikian
sehingga menimbulkan kopel yang melawan momen ujung batang. Pada gambar diatas
digambarkan arah momen dan gaya lintang yang terjadi akibat beban maupun deformasi.
Dari gambar 2.9b didapat aksi akibat beban luar pada setiap lokasi variabel sbb:
A1L = V2a + V3a
A2L = - M2a + M3a
A3L = - M4a
Selanjutnya aksi akibat deformasi adalah
A1D1 = (V2b + V3b) * D1 A1D2 = (- V2c + V3c) * D2 A1D3 = V3d * D3
A2D1 = (- M2b + M3b) * D1 A2D2 = (M2c + M3c) * D2 A2D3 = M3d * D3
A3D1 = M4b * D1 A3D2 = M4c * D2 A3D3 = M4d * D3

20
Jika D1 , D2 , dan D3 dipisah maka persamaan dapat di tulis dalam bentuk
A1D1 = S11 * D1 A1D2 = S12 * D2 A1D3 = S13 * D3
A2D1 = S21 * D1 A2D2 = S22 * D2 A2D3 = S23 * D3
A3D1 = S31 * D1 A3D2 = S32 * D2 A3D3 = S33 * D3
Sehingga persamaan (2.1) dalam bentuk matrik menjadi

A1 A1L S11 S12 S13 D1


= A2L + S21 S22 S23 x ……….…………….. (2.2)
A2 D2
A3 A3L S31 S32 S33 D3

Disederhanakan menjadi persamaan:


[AJ] = [AL] + [S] [D] …………………………………………………..
(2.3)
Dimana:
[AJ] adalah matriks aksi langsung pada variabel deformasi
[AL] adalah matriks aksi akibat beban pada batang
[S] adalah matriks kekakuan (= matriks aksi akibat deformasi satu satuan)
[D] adalah matriks deformasi yang hendak dicari

Contoh 2.1

2t
1,2 t/m 1,2 t/m
Gambar 2.10
3 tm 1,5 tm
A B C
2m, EI 4m, 3EI

Hitung deformasi di joint B dan tumpuan C serta hitung gaya ujung batang AB dan BC

Gambar 2.11
3 Penomeran variabel deformasi bebas
A 2 C
1
1 7
4
Gambar 2.12
2 6 8 Penomeran variabel gaya ujung batang
A 3 5 C
21
M1a M2a M3a M4a M1a = M2a = 0,4
q1 q2 V1a = V2a = 1,2
Gambar 2.13 a
M3a = M4a = 1,6
V 2a V3a V4a V3a = V4a = 2,4
V1a

M 2b
D1
M3b M1b = M2b = 1,5 EI
M1b M4b
V1b = V2b = 1,5 EI
Gambar 2.13 b
M3b = M4b = 1,125 EI
V 2b V 3b V3b = V4b = 0,5625EI
V1b V4b
M1c = 1 EI
D2 M 3c M2c = 2 EI
M4c
M1c V1c = V2c = 1,5 EI
M 2c
Gambar 2.13 c M c = 3 EI
3
M4c = 1,5 EI
V2c V 3c V4c V3c = V4c = 1,125 EI
V1c
D3

M 3d M3d = 1,5 EI
Gambar 2.13 d 4d = 3 EI
M
V3d = V4b = 1,125 EI
V 3d M4d
V4d

Sebagai contoh, untuk menganalisa struktur balok seperti pada gambar 2.10, kita harus
memberi penomeran variabel aksi/deformasi bebas seperti gambar 2.11 dan penomeran
variabel gaya ujung batang yang akan dicari seperti gambar 2.12.
Dari problem pada gambar 2.10 kita dapat langsung mendapatkan aksi langsung [A]
yaitu; A1 = – 2 t , A2 = 3 tm , A3 = – 1,5 tm
Selanjutnya dihitung gaya ujung batang struktur terjepit akibat beban pada batang
(gambar 2.13a) dan gaya ujung batang struktur terjepit akibat deformasi (gambar 2.13b,
2.13c, 2.13d dan 2.13e).
Dari gaya ujung batang struktur terjepit itu dihitung aksi struktur terjepit akibat beban
(AL) dan aksi struktur terjepit akibat deformasi (AD) atau = (S) jika D = 1 satuan.
Untuk menghitung [AL] dan [AD] vektor aksi yang selaras disuperposisikan.

22
AL1 = V2a + V3a = 1,2 + 2,4 = 3,6 t
AL2 = -M2a + M3a = -0,4 + 1,6 = 1,2 tm
AL3 = -M4a = - 1,6 tm
Sehingga matriks

-4t 3,6 t
L 1,2 tm
[A] = 9 tm [A ] =
-15 tm -1,6 tm

Menghitung Aksi akibat deformasi (AD)


Jika deformasi D = 1 satuan maka (AD) = (S)
Akibat D1 =1
AD11 = S11 = V2b + V3b = 1,5 EI + 0,5625 EI = 2,0625 EI
AD21 = S21 = -M2b + M3b = -1,5 EI + 1,125 EI = - 0,375 EI
AD31 = S31 = M4b = 1,125 EI
Akibat D2 =1
AD12 = S12 = -V2c + V3c = -1,5 EI + 1,125 EI = - 0,375 EI
AD22 = S22 = M2c + M3c = 2 EI + 3 EI = 5 EI
AD32 = S32 = M4c = 1,5 EI
Akibat D3 =1
AD13 = S13 = V3d = 1,125 EI
AD23 = S23 = M3d = 1,5 EI
AD33 = S33 = M4d = 3 EI

S11 S12 S13 2,0625 -0,375 1,125


[S] = S21 S22 S23 = -0,375 5 1,5 x EI

S31 S32 S33 1,125 1,5 3

Invers dari matrik [S]


0,6974 0,1538 -0,3385

[S] –1 = 0,1538 0,2692 -0,1923 x 1 / EI

-0,3385 -0,1923 0,5564

23
[A] = [AL] + [S] [D]
[D] = [S] -1 [ A - AL]

– 2 – 3,6 – 5,6
[ A - AL] = 3 – 1,2 = 1,8
–1,5 + 1,6 0.1
tm

0,6974 0,1538 -0,3385 – 5,6 – 3,663

[S] -1 [ A - AL] = 0,1538 0,2692 -0,1923 1/EI x 1,8 = – 0,396 1/EI

-0,3385 -0,1923 0,5564 0.1 1,605

D1 – 3,663
Jadi deformasi [D] = D2 = 1/EI x – 0,396
D3 1,605

2.4.2 Menghitung Aksi Ujung Batang (Gaya Ujung Batang)

Gaya ujung batang yang sebenarnya terjadi pada struktur balok gambar 2.10, seperti
contoh soal no 2.1 adalah superposisi dari gaya-gaya ujung batang struktur terjepit akibat
beban dan akibat deformasi.
Jadi [Am]gb.2.10 = [Am]gb.2.13a + [Am]gb.2.13b + [Am]gb.2.13c + [Am]gb.2.13d
Atau [Am] = [AmL] + [AmD1] x D1 + [Am D2] x D2 + [Am D3] x D3
Dikelompokan dalam bentuk matrik menjadi

[Am] = [AmL] + [AmD] x [D] ……………………………………………….. (2.4)

dimana; [AmL] = gaya ujung batang struktur terjrpit akibat beban pada batang
[AmD] = gaya ujung batang struktur terjrpit akibat deformasi

Untuk contoh soal no 2.1

24
Gaya ujung batang yang dicari ada delapan buah, sehingga matrik [Am] dan [AmL] adalah
matrik (8x1) sedangkan matrik [AmD] adalah matrik (8x3).
Dari analisa struktur terjepit akibat beban (gambar 2.13a) didapat
[AmL1] = v1a ; [AmL2] = m1a ; [AmL3] = v2a ; [AmL4] = -m2a
[AmL5] = v3a ; [AmL6] = m3a ; [AmL7] = v4a; [AmL8] = -m4a
sehingga; 1,2
[AmL1]
[AmL2] 0,4
[AmL] = [AmL3] = 1,2
[AmL4] –0,4
[AmL5] 2,4
[AmL6] 1,6
[AmL7]
2,4
[AmL8]
–1,6

Selanjutnya dari struktur terjepit akibat deformasi didapat


Akibat D1 Akibat D2

[AmD1] –1,5 [AmD1] 1,5

[AmD2] –1,5 [AmD2] 1


[AmD3] +1,5 [AmD3] –1,5
[AmD4] –1,5 [AmD4] 2
[AmD1] = = EI x [AmD1] = = EI x
[AmD5] 0,5625 [AmD5] 1,125
[AmD6] 1,125 [AmD6] 3
[AmD7] [AmD7]
–0,5625 –1,125
[AmD8] [AmD8]
1,125 1, 5

Akibat D3 –1,5 1,5 0


[AmD1] 0
–1,5 1 0
[AmD2] 0
Sehingga +1,5 –1,5 0
[AmD3] 0
[AmD3] = = EI x [AmD] = EI x –1,5 2 0
[AmD4] 0
[AmD5] 0,5625 1,125 1,125
1,125
[AmD6] 1,125 3 1,5
1,5
[AmD7] –0,5625 –1,125 –1,125
–1,125
[AmD8] 1,125 1, 5 3
3

25
Akhirnya gaya ujung batang sesuai dengan persamaan (2.3)
[Am] = [AmL] + [AmD] x [D]

1,2 –1,5 1,5 0 6,100 t


0,4 –1,5 1 0 5,498 tm
1,2 +1,5 –1,5 0 –3,700 t
– 3,663
[Am] = –0,4 + EI x –1,5 2 0 x 1/EI x – 0,396 = 4,302 tm
2,4 0,5625 1,125 1,125 1,605 1,700 t
1,6 1,125 3 1,5 –1,302 tm
2,4 –0,5625 –1,125 –1,125 3,100 t
–1,6 1,125 1, 5 3 –1,500 tm

Berdasar dari hasil gaya ujung yang didapat maka arah dan besar nya dapat digambar
sebagai berikut

6,1t 4,3tm 1.7 t 3.1 t


1,3tm
Gambar 2.14
Besar dan Arah Gaya-gaya
A 5,5tm 3.7 t 1,5tm C Ujung Batang

Diagram gaya lintang dan momen balok tersebut adalah sebagai berikut

6,1 + 3.7 Gambar 2.15


Diagram gaya lintang (ton)
3.1

5,5 Gambar 2.16


1,5 Diagram bidang momen (t.m)
+
+ 4,3

26

Anda mungkin juga menyukai