Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

MOTOR DC
 
 

SEMESTER IV

 
 

AFRILIA PUTRI

34220041

2B TKE / D

 
 
 
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR

      
PERCOBAAN 3
MOTOR DC
 

3.1 TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


3.1.1 Tujuan Umum
 Mengetahui cara kerja mesin arus searah yang dioperasikan sebagai motor dc.
 Mengetahui sifat motor arus searah dalam keadaan beban nol maupun
berbeban.
 Mengetahui besaran resistansi belitan motor dc.
 Mengetahui dan bisa mengoperasikan/menjalankan motor arus searah dengan
aman dan benar.
 Mengetahui dan bisa menganalisa/menjalankan urutan-urutan pembebanan
kerja mesin dc.
 
3.1.2 Tujuan Khusus
 Mencari harga resistansi belitan motor dc dengan menggunakan metoda Ohm
meter.
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh tahanan motor dc terhadap
kerugian-kerugian motor dan terhadap efisiensi motor.
 Mencari karakteristik putaran vs arus penguatan, (n = f (Iex); T = 0; V
= konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh putaran terhadap arus penguatan
yang diberikan.
 Mencari karakteristik beban, (n = f(I); n= f(T); V= konstan; Iex = konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh pembebanan terhadap putaran
pada kondisi tegangan masukan maupun arus penguatan yang tetap.
 Mencari karakteristik efisiensi, ( = f(P); n= konstan; V = konstan).

      
3.2 TEORI DASAR
3.2.1 Pengukuran Resistansi Belitan Motor dc
Mesin dc bisa dioperasikan sebagai motor dc maupun sebagai generator
dc. Belitan motor terdiri dari:
1. Belitan jangkar
2. Belitan kutub bantu
3. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan yang pertama, belitan ini
mempunyai resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan belitan jangkar ini
ada beberapa metode pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm
meter, volt dan ampere meter, serta metode statis dan dinamis. Dalam
percobaan ini kita memakai sistem pengukuran dengan metode statis dan
dinamis. Pengukuran resistansi belitan arus penguatan dilakukan dengan
menggunakan metode yang sama dengan pengukuran tahanan belitan jangkar.

3.2.2 Pengukuran Tahanan Secara Tidak Langsung

Yang dimaksud dengan pengukuran tahanan secara tidak langsung


adalah pengukuran tanpa menggunakan ohmmeter. Dari hukum Ohm dapat
diketahui:

R= ..........................................................................................................(1-1)

Terlihat dari persamaan (1-1) bahwa untuk mengetahui nilai suatu


tahanan maka diperbagikanlah antara tegangan yang diukur dengan arus yang
terukur pada tahanan tersebut. Inilah yang disebut cara tidak langsung, yaitu
mengukur tegangan dan arus menentukan tahanan. Dengan demikian cara ini
disebut juga “metode Voltmeter-Amperemeter”. Karena Voltmeter dan
Amperemeter mempunyai cara sambung yang berbeda, dikenal dua macam
rangkaian pengukuran yaitu rangkaian dengan “metode tahanan tinggi” dan

      
rangkaian dengan “metoda tahanan rendah”. Kata “tinggi” bersifat relatif saja,
yaitu tahanan yang diukur relatif jauh lebih tinggi dari tahanan Amperemeter.
Juga kata “rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih
tendah dari tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang akan
diukur adalah 1000 Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999
kΩ, maka kedua macam rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil
pengukuran dengan persentase kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan
yang diukur diperkirakan 0,1 Ω? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah
lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat
diabaikan. Bagaimana jika tahanan yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas
rangkaian dengan metode tahanan–tinggi lebih cocok karena akan memberikan
persentase kesalahan yang dapat diabaikan.

Gambar 1.1 Pengukuran tahanan secara tidak langsung. (a) Metode


Tahanan-Tinggi, (b) Metode Tahanan-Rendah.
 

Terminologi yang dapat dianut dalam percobaan ini adalah:

Rx = nilai tahanan yang akan diukur (nilai tahanan yang sebenarnya) =

Rm = Nilai tahanan hasil pengukuran =

      
Vx dan Ix = tegangan dan arus pada tahanan yang diukur.
Vm dan Im = hasil penunjukan berturut-turut pada voltmeter dan amperemeter
 
Rangkaian dengan Metode Tahanan-tinggi :

Dari gambar 1.1 (a) dapat ditulis:

Ix = Im ............................................................................................................(1-2)

Dan :

Vm = Im rA + Im Rx ........................................................................................(1-3)

Maka :

Rm = = rA+ Rx .......................................................................................................................................(1-4)

Persamaan (1-4) menunjukan bahwa ternyata nilai hasil pengukuran (Rm) lebih
besar dari nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :

Rx = Rm - Ra....................................................................................................(1-5)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh metode tahanan-tinggi adalah :

E= × 100% = × 100% ...............................................................(1-6)

E= × 100% .................................................................................(1-7)

      
Rangkaian dengan Metode Tahanan-Rendah :

Dari gambar 1.1 (b) dapat ditulis :

Im = Ix + Iv .................................................................................................................................................. (1-8)

V m = V x ; Ix = ; Iv = ..............................................................................(1-9)

Maka dapat diperoleh :

Rm = = .................................................................................(1-10)

Dengan mensubtitusikan persamaan (1-9) ke dalam (1-10), diperoleh :

Rm = = .........................................................................(1-11)

Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai hasil pengukuran (Rm)
lebih kecil dari pada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang
sedang diukur adalah :

Rx = ...........................................................................................(1-12)

Rx= ...........................................................................................(1-13)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh tahanan-rendah ini adalah :

E= × 100% = × 100% .................................................(1-14)

E= × 100% .......................................................................................(1-15)

      
3.2.3 Pengaruh Arus Penguat Terhadap Putaran Motor dc
Pengaruh muatan pada motor dc ini sangat besar terhadap putarannya.
Apabila kita menjalankan motor dc tanpa beban maka arus yang kita butuhkan
hanya kecil saja, hanya beberapa persen dari arus nominalnya. Hal ini akibat
adanya tegangan induksi motor yang hampir sama dengan tegangan yang
diberikannya. Oleh karena itu bisa kita asumsikan bahwa V (tegangan yang
diberikan ke motor) sama dengan E (tegangan induksi motor).
Dari asumsi diatas kita peroleh formula sebagai berikut :

 
Untuk motor dc shunt
 

......................................................(1-16)

atau,

..........................................................................................................(1-17)

............................................................(1-18)

Maka,

.........................................................................................................(1-19)
 
Untuk motor dc penguat terpisah

......................................................(1-20)

........................................................................................................(1-21)

      
...................................................................(1-22)

.........................................................................................................(1-23)

 dimana :

V= tegangan suplai motor (volt)

E = tegangan induksi motor (volt)

K= konstanta

 = fluks

Iex = arus eksitasi

n = putaran motor (rpm)

I = arus jangkar (ampere)

R = tahanan jangkar (ohm) 

Pada kondisi beban nol (I = 0), nilai E = V = tegangan suplai motor.


Kesimpulan awal didapat bahwa putaran motor berbanding terbalik
dengan arus penguatannya. Bentuk karakteristik putaran vs arus penguatan
dapat dilihat pada gambar berikut.

      
Gambar 1.2 Karakteristik putaran vs arus penguatan motor dc.

3.2.4 Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran Motor dc

Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa pengaruh arus penguatan


motor sangat berpengaruh terhadap putarannya. Sementara tegangan induksi
motor diasumsikan sama dengan tegangan suplainya.

Pada motor-motor yang berbeban, besarnya beban sangat berpengaruh


terhadap kerugian-kerugian dalamnya, hal ini akan berpengaruh pula terhadap
tegangan induksinya yang selanjutnya akan mempengaruhi putarannya.

konstan
Dimana:

.........................................................................................(1-24)

.......................................................................................(1-25)

Karena,

...............................................................................................(1-26)

      
...............................................................................................(1-27)

.........................................................................................(1-28)

......................................................................................(1-29)

.......................................................................................(1-30)
 
Maka:

...............................................................................................(1-31)

...............................................................................................(1-32)

Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal pada motor dc


dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

Gambar 1.3 Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal


pada motor dc.
 
3.2.5 Karakteristik Torsi
 

Dari persamaan dapat dilihat bahwa pada motor shunt dimana

apabila torsi ( T=k.Ia ) bertambah maka putaran motor akan menurun.

      
Karakteristik n=f(T) dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 1.4 Karakteristik putaran vs torsi.

 
3.2.6 Karakteristik Efisiensi

Selama motor dc beroperasi, terjadi kerugian/kehilangan daya.


Besaran rugi-rugi daya dalam berbagai variasi kondisi beban sangat
diperlukan untuk menghitung kurva efesiensi mesin.

Rugi-rugi motor dc dijelaskan dibawah ini :

a. Rugi-rugi Mekanik

Rugi-rugi mekanik menggambarkan rugi-rugi daya dalam bagian


yang berputar yaitu karena gesekan di bantalan dan ventilasi. Daya ini hanya
tergantung pada putaran dan tidak bergantung pada kondisi beban (beban nol
maupun beban penuh harganya sama).

b. Rugi-rugi Besi

Rangkaian magnetik motor dc yang diakibatkan arus penguatan pada


bagian yang tetap (stator) yang berinteraksi dengan putaran rotor akan
menimbulkan kerugian. Kerugian ini diakibatkan oleh histeris magnet dan
arus Eddy. Kehilangan daya ini menunjukkan rugi-rugi besi motor dc yang

      
erat hubungannya dengan harga fluks yang dibangkitkan kutub dan
kecepatannya.

c. Rugi-rugi Tahanan Belitan Jangkar

Rugi-rugi ini harus dihitung berdasarkan perkalian antara besarnya


arus yang melewati belitan jangkar dengan besarnya resistansi jangkarnya
yaitu:

∆P = Ia2............................................................................................... (1-20)

dimana :

∆P = rugi-rugi belitan (watt)

Ra = tahanan jangkar (ohm)

Ia = arus jangkar (ampere)

Untuk mencari karakteristik efesiensi, motor dibebani sesuai dengan


kondisi beban yang dibutuhkan dan pengukuran daya dilakukan pada sisi
yang dibangkitkan maupun yang diserapi. Efesiensi merupakan
perbandingan antara keduanya.

....................................................................................(1-34)

.................................................................................(1-35)

      
karena,

.............................................................................................(1-36)

....................................................................................(1-37)

.............................................................................................(1-38)

.............................................................................................(1-39)

Maka:

...............................................................................................(1-40)

...................................................................................................(1-41)

Bentuk karakteristik efisiensi motor dc seperti pada gambar berikut :

Gambar 1.5 Karakteristik efisiensi motor dc.

      
3.3 RANGKAIAN PERCOBAAN
3.3.1 Percobaan Statis

Gambar 1.6 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( Ra )


secara tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.
 
 
 

Gambar 1.7 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( R a )


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.
 

      
Gambar 1.8 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( R f ) belitan
secara tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.
 
 

Gambar 1.9 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( R f ) belitan


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.

 
 

      
3.3.2 Percobaan Dinamis
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
Gambar 1.10 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus penguat
sendiri.

Gambar 1.11 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus


penguat terpisah.
 
 

      
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN 
3.4.1 Pencatatan Name Plate Motor DC
1. Mencatat data-data motor dc yang terdapat pada name plate.
2. Melakukan analisis terhadap data-data Motor dc yang diperoleh dari name
plate.
 
3.4.2 Pengukuran Tahanan Belitan
1. Mengukur tahanan belitan jangkar dan belitan medan motor dc dengan
menggunakan ohm meter.
2. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.
 
3.4.3 Mencari Karakteristik Putaran vs Arus Penguatan
1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari karakteristik beban nol.
2. Membuat urutan kerja (hati-hati dalam menjalankan mesin tanpa ada arus
penguatannya). Motor diputar dengan menggunakan tahanan
awal/tahanan asut atau menggunakan regulator untuk mengurangi arus
start yang besar.
3. Apabila sudah disetujui oleh pembimbing, melakukan percobaan.
4. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.

      
3.4.4 Mencari Karakteristik Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran Motordc
 
1. Menggambar rangkaian percobaan untuk karakteristik pengaruh
pembebanan terhadap putaran.
2. Membuat urutan kerjanya dan lakukan percobaannya.
(Memutar motor sebelum motor dibebani pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm kemudian mencatat semua alat ukur pada kondisi
ini.Membebani motor dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu
oleh pembimbing).Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga
mencapai kondisi nominalnya.
3. Mencatat hasil percobaan ke dalam tabel data yang telah tersedia.
 
3.4.5 Pengukuran Efisiensi Motor dc.

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari besarnya efisiensi motor


dc.
2. Membuat urutan kerjanya dan melakukan percobaannya.
(Sebelum motor dibebani motor diputar pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm catatlah semua alat ukur pada kondisi ini. Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh pembimbing),
Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai kondisi
nominalnya dengan mempertahankan putaran nominalnya dengan
mengatur arus penguatannya. Kemudian mencatat daya yang masuk ke
motor yang dikeluarkan generator.
3. Mencatat data hasil pengukuran kedalam tabel data yang telah disediakan.
Efisiensi yang akan dihitung adalah efisiensi total antara motor dan
generator.
 

      
3.5 HASIL PENGAMATAN
Dari hasil praktikum, maka diperoleh data hasil pengamatan sebagai berikut:
3.5.1 Data dari papan nama mesin
DC Motor Excitation = Shunt
Type DL:2055/S n◦ = 068718
Supply voltage = 400 volt
Rated current = 14,2 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/I
Rated exc. current = 0,56 ampere
Insulation class =F
 
3.5.2 Percobaan Statis
Tabel 2.1 Hasil pengukuran tahanan belitan secara langsung.
Tahanan Belitan (Ω)
Jangkar, Ra Medan, Rf
   
 
Tabel 2.2 Hasil pengukuran tahanan beitan secara tidak langsung.

Tahanan Metode Tahanan Tinggi Metode Tahanan Rendah


Belitan V(V) I (A) V(V) I(A)
Jangkar, Ra        
Medan, Rf        
 

      
2.3 Hasil percobaan motor DC penguat shunt tidak terkopel dengan generator
off (Vm,Iam=konstan)
 

No. Vm (V) Ifm Iam (A) n (rpm)


1.        
2.        
3.        
4.        
5.        
6.        
 
 
 
Tabel 2.4 Hasil percobaan motor dc shunt tanpa beban, terkopel dengan
generator off.
 
No. Vm (V) Ifm (A) Iam(A) n (rpm)
1.        
2.        
3.        
4.        
5.        
6.        
 

      
Tabel 2.5 Hasil percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt beregangan tanpa beban.
(Vm,Iam=konstan)
 
No. Vm (V) Iam (A) Ifm(A) Vg (V) Ifg (A) n (rpm)
1.            
2.            
3.            
4.            
5.            
6.            
 

Tabel 2.6 Hasil percobaan motor penguat dc shunt terkopel dengan


generator penguatan shunt berbeban (Vm,Ifm=konstan)
 

Iag (A) Posisi


No. Vm (volt) Ifm(A) n (rpm) Vg(v)
Beban
1.            
2.            
3.            
4.            
5.            
6.            
 
 
 
 
  

      
Tabel 2.7 Hasil percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban. (n=konstan)
 

Vtm Vg Iag Posis


No. Ifm (A) Iam (A) n (rpm)
(Volt) (volt) (A) beban
1.              
2.              
3.              
4.              
5.              
 

      
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

      

Anda mungkin juga menyukai