PT. PEGADAIAN”
DOSEN PEMBIMBING:
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
PEKANBARU
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Dunia di guncangkan dengan berita yang membuat dunia heboh, yaitu dengan munculnya
suatu wabah penyakit yang menyerang sistem saluran pernapasan. Pada saat itu China yang
merupakan negara pertama yang telah melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
bahwa terdapat beberapa warganya yang mengalami infeksi sistem pernapasan akur yang
kasusnya belum pernah terjadi sebelumnya. Penyakit ini merupakan penyakit yang menular, dan
penyebarannya pun sangat cepat hampir keseluruh negara.
Dampak pandemi virus corona terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi pekerja
dirumahkan dan dampak sulitnya memperoleh penghasilan kini menjadi momok yang
mengerikan. Untuk mencari nafkah, orang terpaksa pergi ke pegadaian dan menggadaikan harta
bendanya untuk terus memenuhi kebutuhan hidupnya. PT. Sebagai salah satu lembaga keuangan
non bank, Pegadaian juga telah berkontribusi dalam pengembangan usaha kecil, menengah dan
mikro di Indonesia.
Di tengah krisis yang melanda Indonesia saat ini, masyarakat khususnya masyarakat
kelas bawah dan menengah tertarik untuk menggunakan pegadaian sebagai tempat alternatif
untuk memperoleh dana pinjaman (kredit) selain perbankan dan lembaga keuangan ternama.
Tidak hanya pada saat krisis, tetapi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari, kebutuhan masyarakat
harus dipenuhi, baik kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan non bank Indonesia. Ini dikelola
oleh pemerintah di bawah naungan Kementerian Keuangan. Menawarkan pinjaman mata
uang atau layanan kredit kepada publik dengan mengendalikan barang atau produk yang
digadaikan oleh pelanggan. Setelah penetapan harga, nasabah dapat meminjam langsung dari
produk gadai. Jika pinjaman jatuh tempo dan uang tidak dibayar kembali, agunan dapat dilelang
untuk membayar pelunasan, dan jika ada nilai yang tersisa, itu akan dikembalikan ke pinjaman.
Menurut Jhingan dalam Anggraini (2012 hlm. 9), pendapatan adalah pendapatan yang
berwujud dalam mata uang selama jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pendapatan dapat
diartikan sebagai semua pendapatan atau sebagai peningkatan kemampuan seseorang untuk
mengkonsumsi dan menabung
Pendapatan pegadaian merupakan faktor internal yang mempengaruhi kredit. Karena
semakin banyak pinjaman yang dikeluarkan, semakin banyak pendapatan yang akan diperoleh
perusahaan. Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh pegadaian dengan
membayar pendapatan atau upah untuk kepentingan suatu barang atau jasa tertentu dalam jangka
waktu tertentu, dan kemudian tidak mengalihkan milik dari barangnya sendiri.
Saat ini Pegadaian sebagai lembaga pembiayaan mengalami situasi yang cukup sulit.
Situasi ini disebabkan adanya kejadian force majure atau suatu keadaan memaksa diluar kontrol
Pegadaian yaitu adanya wabah pandemi COVID- 19 yang berdampak kepada hampir seluruh
negara di dunia serta berdampak kepada seluruh sektor tidak terkecuali sektor perekonomian.
Berdasarkan keterangan pihak pegadaian cukup banyak UMKM yang kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya terhadap Pegadaian sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Adanya wanprestasi oleh debitur yang disebabkan karena ketidak mampuan para debitur
Pegadaian untuk memenuhi kewajibannya, baik secara sepenuhnya maupun karena tidak pada
waktunya tersebut menyebabkan Pegadaian cabang Praya perlu mempersiapkan strategi agar para
debitur tersebut tetap dapat menyelesaikan kewajibannya. Terlebih lagi untuk menyikapi situasi
pandemi ini, Pemerintah telah mempersiapkan stimulus perekonomian dengan menerbitkan
peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020 terkait stimulus perekonomian nasional
sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran Corona Virus Disease 2019.
Untuk menilai apakah suatu perusahaan dinyatakan sehat atau tidak, suatu badan usaha
seperti PT. Pegadaian (Persero) penilaian terhadap kinerja keuangan sangat penting dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan suatu perusahaan dan bagaimana aktivitas
perusahaan tersebut dijalankan. Laporan keuangan pada perusahaan dapat menunjukkan kinerja
yang telah tercapai untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengatasi permasalahan
keuangan serta dalam pengambilan keputusan yang tepat. Laporan keuangan pada umumnya
terdiri dari neraca dan perhitungan laba/rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan sedangkan laporan
laba/rugi menampilkan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang dikeluarkan
selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas memperlihatkan sumber dan penggunaan
yang menyebabkan perubahan pada ekuitas perusahaan (Munawir, 2014:5).
Dengan menggunakan analisis rasio keuangan dapat melihat perubahan pokok pada
trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan terjadi pada perusahaan. Menurut
Kasmir (2017:104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi suatu angka dengan angka
lainnya. Analisis rasio keuangan digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang
keadaan perusahaan, maka analisis ini merupakan alat utama dalam analisis keuangan.
Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan
merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi
dalam suatu perusahaan. Seorang analisis memerlukan suatu ukuran untuk mengadakan
interpretasi tersebut. Ukuran yang umum digunakan untuk menunjukkan kinerja
perusahaan dibidang keuangan adalah analisis keuangan PT. Pegadaian (Persero)
berbentuk badan usaha ini merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara. PT.
Pegadaian (Persero) adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai
izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembayaran dalam bentuk
penyaluran dana ke masyarakat atas hukum gadai (Sigit & Totok, 2000). Jika masyarakat
membutuhkan dana cepat maka tidak perlu menjual barang tetapi hanya dijadikan
jaminan dalam mengajukan kredit di PT. Pegadaian (Persero) ini. Barang yang dijadikan
jaminan dapat diambil kembali jika pihak yang mengajukan kredit dapat melunasi
pinjamannya dalam waktu yang sudah disepakati. Saat ini kegiatan pegadaian di
Indonesia menjadi hal yang banyak dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan data nasabah
PT. Pegadaian (Persero) terus meningkat.
2. Bagaimanakah tindakan pengamanan yang dilakukan oleh PT. Pegadaian jika terjadi
kredit macet pada Layanan Kredit Kreasi di PT. Pegadaian di masa pandemi Covid-19
ini?
Penelitian ini dilakukan untuk memahami bentuk penyelesaian kredit macet pada
program pinjaman dengan jaminan kendaraan bermotor (Kreasi) di PT. Pegadaian Cabang
Praya dan untuk memahami tindakan pengamanan yang dilakukan oleh PT. Pegadaian jika
terjadi kredit macet pada Layanan Kredit Kreasi di masa Pandemi Covid-19.
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan menjadi bahan
kajian bagi PT. Pegadaian, terutama ketika menghadapi situasi khusus
seperti pandemi, serta dapat memperdalam ilmu pengetahuan dalam hukum
bisnis.
2. Secara praktis penulisan ini dapat dijadikan sebagai literature dan kerangka
acuan yang berkaitan dengan penyelesaian kredit macet pada program Kredit
Kreasi yang terjadi dalam lingkup PT. Pegadaian, serta dapat dijadikan acuan
untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Selain itu, harapannya penelitian ini
dapat digunakan pemerintah, PT. Pegadaian, serta pihak terkait lainnya
dalam membuat kebijakan dan peraturan terkait pemodalan dalam kondisi
khusus.
3. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif-
empiris, dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan
konseptual, serta studi kasus. Sumber penelitian ini menggunakan sumber
kepustakaan dengan bahan hukum primer yaitu UU Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998, POJK Nomor 31/POJK.05/2016 serta POJK Nomor
11/POJK.03/2020, bahan hukum sekunder yaitu berupa teori-teori yang
bersumber dari pakar hukum, literatur serta penelitian-penelitian ilmiah, dan
bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini, bahan hukum dikumpulkan
dengan studi dokumen, analisa literatur, perundangan, dokumen resmi dan
sumber kepustakaan lainnya, yang kemudian diolah dengan analisa deskriptif
kuantitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Covid-19
1. Pengertian Covid 19
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis baru infeksi coronavirus.
Diketahui, penyakit ini pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019 (WHO,
2020). Covid19 adalah penyakit pernapasan akut yang menjadi epidemi global, disebabkan
oleh virus corona baru atau SARCov2 (Erlich, 2020).
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran
pernapasan dan menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak napas, dan sakit tenggorokan.
Menurut situs WHO, coronavirus adalah sekelompok besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, corona diketahui menyebabkan infeksi
saluran pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Virus ini dapat menyebabkan orang kehilangan nyawa, itulah sebabnya Organisasi
Kesehatan Dunia menetapkan status virus corona ini sebagai pandemi dan meminta Presiden
Joko Widodo untuk menetapkan keadaan darurat virus corona nasional.
Coronavirus adalah sekelompok virus yang dapat menginfeksi sistem pernapasan. Dalam
kebanyakan kasus, virus ini hanya akan menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu.
Namun, virus ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang serius, seperti
infeksi paru-paru (pneumonia). Virus ditularkan melalui dahak (droplet) di saluran
pernapasan, misalnya di ruang tertutup dan ramai dengan sirkulasi udara yang buruk atau
kontak langsung dengan droplet.
2. Dampak Covid-19
a. Dampaknya bagi masyarakat, pembatasan sosial ini diberlakukan oleh pemerintah, jadi
ketika harus memakai masker di rumah, jaga jarak 1 meter satu sama lain, dan sering
cuci tangan pakai sabun selama 20 detik.
b. Dampak terhadap perekonomian. Akibat wabah COVID-19, para pelaku usaha
mengalami penurunan keuntungan yang berasal dari sektor penerbangan yang
mengalami penurunan penumpang akibat kebijakan social distancing. Di industri
manufaktur, produksi juga menurun dan banyak orang menganggur karena PHK
perusahaan dan pemulangan.
2.1.2 Pendapatan
1. Definisi Pendapatan
Tidak ada batasan jumlah kebutuhan dan keinginan, tetapi kebutuhan dan
keinginan ini dibatasi oleh jumlah pendapatan yang dapat diperoleh seseorang.
Pendapatan masyarakat pasti berbeda, hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan
yang mereka lakukan berbeda. Perbedaan pekerjaan tergantung pada tingkat
pendidikan, keterampilan dan pengalaman kerja. Indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dari pendapatan yang diperolehnya. Peningkatan taraf
hidup masyarakat dapat digambarkan dengan meningkatnya pendapatan riil per
kapita, sedangkan taraf hidup tercermin dari tingkat konsumsi dan pola konsumsi,
antara lain pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan dan faktor lainnya.
Mempertahankan status manusia yang wajar.
Adapun beberapa pengertian tentang pendapatan menurut para ahli yaitu sebagai
berikut :
Menurut Raharjo (2011), pendapatan umumnya disebut sebagai gaji. Gajinya
adalah hasil dari format layanan dan uang menggunakan layanan manusia sebagai
pekerjaan yang telah dilakukan berdasarkan pekerjaannya. Jumlah gaji yang
diperoleh seseorang sangat tergantung pada jenis pekerjaan.
Pendapatan adalah jumlah rupiah Indonesia dari harga jual satuan dikalikan
dengan jumlah penjualan. Pelaku usaha umumnya mengharapkan keuntungan, yaitu
jumlah pendapatan dalam rupiah lebih besar dari total biaya yang dibebankan.
Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan hanya dapat ditentukan dengan
membandingkan pendapatan dan pengeluaran setelah biaya dimasukkan ke dalam
pendapatan. Laba bersih atau total pendapatan akan muncul dalam mata uang
rupiah.
Ada tiga karakteristik pendapatan, yaitu sebagai berikut (Amalia dalam Putri 2017:
46):
a. Sember pendapatan
Nilai rupiah perusahaan meningkat dalam berbagai hal, tetapi tidak
semuanya mencerminkan pendapatan. Tambahan rupiah untuk asset non-
komersial, seperti aset tetap, surat berharga atau penjualan anak perusahaan atau
cabang, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aset tetap, dan penjualan
produk perusahaan. Berdasarkan transaksi di atas, hanya transaksi penjualan
produk yang dapat dianggap sebagai sumber pendapatan utama, meskipun
penjualan aset selain produk utama perusahaan dapat mengakibatkan keuntungan
dan kerugian.
Menurut Arfida dalam Pertiwi 2015 (2015 : 24) berbagai tingkah upah atau
pendapatan terkait dalam struktur tertentu yaitu :
a. Sektoral
Struktur upah sektoral mendasarkan diri pada kenyataan bahwa
kemampuan satu sektor berbeda dengan yang lain. Perbedaan karena alasan
kemampuan usaha perusahaan. Kemampuan finansial perusahaan ditopang oleh
nilai produl pasar.
b. Jenis jabatan
Sampai batas tertentu, jenis pekerjaan mencerminkan tingkat organisasi
atau keterampilan. Perbedaan gaji menurut jenis posisi adalah perbedaan formal.
c. Geografis
Perbedaan gaji lainnya mungkin karena lokasi geografis pekerjaan. Kota
besar cenderung membayar upah lebih tinggi daripada kota kecil atau desa.
d. Keterampilan
Perbedaan gaji keterampilan adalah jenis perbedaan yang paling mudah
dipahami. Umumnya, tingkat keterampilan sesuai dengan tingkat beban kerja.
e. Jenis kelamin
Perbedaan tersebut disebabkan oleh jenis kelamin.Dalam kondisi lain,
upah perempuan biasanya lebih rendah daripada laki-laki.
f. Ras
Meskipun menurut hukum formal seharusnya tidak ada perbedaan gaji
berdasarkan ras, pada kenyataannya ada perbedaan. Ini mungkin karena produk
budaya masa lalu, yang memunculkan kekuatan tiga dimensi tergantung pada ras
atau daerah asalnya.
g. Faktor lain
Daftar alasan perbedaan ini dapat diperluas untuk memasukkan faktor-
faktor lain, seperti masa kerja, hubungan kerja, danlainya. Sedangkan menurut
Sukirno dalam Pertiwi (2015 : 25) faktor- faktor yang menimbulkan perbedaan
upah antara lain :
5. Mobilitas pekerja
Upah tenaga kerja di berbagai daerah atau bahkan dalam suatu daerah tidak
selalu sama. Salah satu faktor penyebab perbedaan tersebut adalah mobilitas
pekerja yang tidak sempurna yang disebabkan oleh faktor geografis dan
kelembagaan.
2.1.3 Pegadaian
1. Definisi Pegadaian
Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjamin barang-
barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang,
dimana barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian
antara nasabah dengan lembaga gadai (Siamat, 2001:502-503).
1. Ikut serta dalam pelaksanaan dan mendukung pelaksanaan kebijakan dan rencana
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, melalui alokasi
pinjaman atau pembiayaan berdasarkan undang-undang gadai.
2. Mencegah agar masyarakat tidak jatuh ke tangan pemberi pinjaman dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi.
Kegiatan usaha pegadaian pada umumnya meliputi dua hal, yaitu penghimpunan
dana, penggunaan dana, dan penyaluran dana (Rice, 2006: 131).
1. Penghimpunan Dana
Dana yang diperlukan untuk mewakili Pegadaian dalam menjalankan kegiatan
usahanya:
a. Pinjaman jangka pendek perbankan.
Sebagian besar dana jangka pendek berupa pinjaman dari bank jangka pendek
(sekitar 80 dari total dana jangka pendek).
b. Pinjaman jangka pendek dari pihak lain.
Dana pinjaman jangka pendek pihak lain umumnya berasal dari utang rekanan,
utang nasabah, utang pajak, dan lain-lain.
c. Penerbitan Obligasi
Untuk memperoleh atau menghimpun dana, pegadaian menerbitkan
obligasi dua kali pada tahun 1993 dan 1994, masing- masing selama 5 tahun.
d. Modal sendiri
Modal sendiri yang dimiliki oleh Perum Pegadaian meliputi:
a. Modal awal, yaitu kekayaan milik negara di luar APBN
b. Penyertaan modal pemerintah
c. Saldo laba, yang merupakan akumulasi laba sejak berdirinya PT Pegadaian.
e. Penggunaan Dana
Berhasil mengumpulkan dan menggunakan dana untuk mendanai kegiatan usaha
pegadaian. Dana tersebut digunakan untuk tujuan berikut:
a. Uang kas dan dana likuid lain.
Perum Pegadaian adalah jenis likuiditas yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan setiap saat, seperti hutang yang telah jatuh tempo,
alokasi dana kredit gadai, pajak, dll.
b. Perdanaan kegiatan operasional.
Dana ini digunakan untuk gaji karyawan, pengeluaran, pemeliharaan
peralatan, dll.
c. Pembelian pegadaian
Berbagai bentuk aktiva tetap dan persediaan antara lain: tanah, gedung
perkantoran, komputer, kendaraan, dll. Aset tetap seperti inventaris tanah
dan bangunan mungkin tidak secara langsung menghasilkan pendapatan di
pegadaian, tetapi sangat penting dalam aktivitas bisnis.
d. Penyaluran Dana
Penggunaan utama dana akan dalam bentuk pembiayaan di bawah hukum
gadai. Dana yang digunakan oleh pegadaian untuk mendanai kegiatan
mencapai lebih dari 50% dari total dana yang dihimpun.
Adapun bentuk upaya persuasif yang dilakukan oleh PT. Pegadaian antara lain:
a. Menawarkan konversi kredit Pegadaian Kreasi menjadi kredit KCA (gadai)
dengan jaminan yang sama, dan Pegadaian Kreasi dilunasi dengan
mekanisme pelunasan sekaligus dari hasil gadai tersebut.
b. Bila jaminan masih dibutuhkan oleh debitur sebagai alat kerja, maka nasabah
dapat ditawarkan untuk menggadaikan jaminan lain untuk mengangsur atau
melunasi kredit Pegadaian Kreasi
c. Jika permasalahan debitur bersifat sementara, maka nilai gadai yang
dibebankan kepada debitur melalui poin a dan b hanyalah seebesar
kewajiban tunggakan debitur. Namun jika ketidakmampuan tersebut bersifat
permanen, maka nilai gadai akan dijatuhkan sebesar seluruh kewajiban
debitur dengan perhitungan pelunasan secara sekaligus.
d. Jika konversi KCA tidak dapat menutupi dan debitur masih membutuhkan
barang jaminan, maka debitur akan diminta untuk menjual aset lain miliknya.
e. Jika langkah d masih tidak memungkinkan, maka debitur akan diminta untuk
menjual barang jaminan Pegadaian Kreasi bersama dengan pihak PT.
Pegadaian.
Jika ternyata upaya-upaya persuasif yang ditawarkan oleh pegadaian
tidak diindahkan dan tidak adanya perilaku kooperatif dari debitur, maka
kemudian PT. Pegadaian akan menempuh penyelesaian melalui penarikan
barang jaminan.
(1) Character,
(2) capacity,
(3) Capital,
(4) Collateral, dan
(5) Condition.
Sedangakan analisa 7P adalah
(1) Personality,
(2) Party,
(4) Purpose,
(5) Prospect,
(6) Payment,
(7) Profitability,
(8) Protection.
Selain daripada itu, Pegadaian juga menerapkan pengamanan yang
bersifat represif, yaitu langkah yang dilakukan setelah terjadinya kredit macet.
Tujuan pengamanan represif ini adalah untuk menyelesaikan kredit bermasalah.
Menurut pihak PT.
Pegadaian cabang Praya, upaya-upaya yang dilakukan oleh Pegadaian
kepada nasabah-nasabah tersebut sebagai bentuk dari upaya represif adalah:
a. Melakukan pembinaan bahwa debitur masih memiliki kewajiban terhadap
PT. Pegadaian, serta langkah-langkah yang dapat diambil oleh debitur untuk
dapat memenuhi kewajiban tersebut
b. Setelah pembinaan Pegadaian kemudian melakukan penagihan
c. PT. Pegadaian memberikan peringatan kepada nasabah sebanyak 3 (Tiga)
kali, yaitu surat pertama dalam waktu 7 hari setelah penagihan terakhir,
d. Kemudian surat peringatan kedua setelah 7 hari dari waktu surat peringatan
pertama diberikan, kemudian terakhir peringatan ketiga 7 hari setelah
peringatan dua diberikan.
e. Jika setelah surat peringatan ketiga masih belum ada respon dari debitur,
maka pegadaian akan melakukan gugatan sederhana dengan cara mediasi
terkait dengan pilihan yang dapat dilakukan oleh nasabah untuk melunasi
pembayaran tanggung jawabnya
f. Jika setelah langkah mediasi, nasabah masih tidak melakukan pemenuhan
kewajibannya, maka pihak PT. Pegadaian akan melakukan eksekusi terhadap
barang jaminan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari setelah dilakukan
mediasi tersebut.
Namun demikian, jika diamati pada perjanjian yang ditandatangani oleh
nasabah maupun pihak pegadaian untuk mengesahkan pinjaman yang
diberikan kepada nasabah, tidak terdapat pasal yang menjelaskan bentuk
pengamanan ketika terjadi suatu kondisi yang berada di luar kuasa kedua
belah pihak. Adapun pasal ini diperlukan sebagai bentuk tindakan
pengamanan ketika terjadi suatu hal diluar perkiraan dan sifatnya
memberatkan salah satu ataupun kedua belah pihak, sehingga atas kejadian
tersebut salah satu pihak menjadi terbebankan, atau tidak dapat memenuhi
sebagian atau seluruh tanggung jawabnya.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar PT. Pegadaian terus
menjalankan restrukturisasi kredit tersebut selama pandemi dan perlu berhati-hati
dalam menerapkannya. Terkait dengan langkah pengamanan, perlu adanya tambahan
aspek penilaian kelayakan pengajuan pinjaman serta sosialisasi menyeluruh agar
nasabah memahami alur yang harus dijalani untuk dapat menikmati relaksasi.
Disamping itu, perlu adanya pasal yang membahas terjadinya kondisi terkait hardship
dalam perjanjian kesepakatan, sehingga ketika terjadi peristiwa serupa di kemudian
hari, PT. Pegadaian memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan renegosiasi
perjanjian tersebut, beserta dengan batasan-batasan yang jelas sehingga nasabah tidak
semena-mena mengeksploitasi pasal tersebut.