Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE


DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

Di Susun Oleh :
NAMA : LESTARI
NIM : 2019012422

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN


PRODI DII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

PURWODADI

2020/2021
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x
sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung
kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat.
Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebihBAB
dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) Diare
adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
disertai lendir dan darah.

B. ETIOLOGI
Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio
parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus,
T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien dewasa
yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut
terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14
%).

1
C. PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang
berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung,
empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan
sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar
akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama
lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas
usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan
mekanisme kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada
gambar berikut:

Lumen Usus Entero toksin Sel Epitel Usus

AMP Siklik

Cl Cl diiringi H2O, K+, Na+,


(H2O, K+, Na+, HCO3)
HCO3
Glukosa
Glukosa diiringi H2O,
Na+ Na , K+, Cl-, HCO3
+

Glukosa
H2O
HCO3
Cl-
Na+
K+

Vaskuler

Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik


dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam

Patogenesis

2
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi
adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan
juga mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama
waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber
penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis
yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan
bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi
antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi
murium pada mikroflora usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang
dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi
sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat
membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri
dibedakan atas:
1. Bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli (ETEC) dan C. perfringens tidak
merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30
menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke dalam
lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga tubuh akan
kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja.
2. Bakteri enterovasif
Misalnya Enteroinvasive E. Coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, dan C.
perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens. Dalam
hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik
eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-
kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis.

D. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang

3
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor
kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )
a) Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
b) Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
c) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. 4.
Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik..
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a) Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan

4
memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang
terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.
b) Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO. 2.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a) Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b) Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c) Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan
cara mengurangi penularan.

G. KONSEP KEPERAWATAN
1. Focus pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas
Pada pengkajian identitas biodata (nama, jenis kelamin, umur, suku agama,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan), tanggal MRS, No.register, diagnosa
medis.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Adanya kehilangan pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih
jarang hanya di mata). Kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih
pucat dan memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah. Kulit yang
mudah terbakar ketika terpajan sinar matahari secara langsung, atau pengeluhkan
gangguan pandangan, seperti sering merasa silau jika terkena sorotan sinar secaea
langsung.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya Klien dengan albinisme masih memiliki hubungan dengan
ganggauan endokrin dan metabolic, termasuk gangguan hormonal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada umumnya sering ditemukan mengalami penyakit kulit yang berkaitan
dengan mudah terbakar
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada umumnya dalam satu pohon keluarga, ada salah satu anggota keluarga
yang juga memiliki gen yang sama.

5
6. Riwayat Psiko, Sosio, Kultural
Pada pasien albino, maka pekerjaannya sangat mempengaruhi tingkat
keparahannya karena orang albino tidak memiliki pigmen melanin (berfungsi
melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari matahari) sehingga mereka
akan menderita karena sengatan sinar matahari
B. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya dilakukan pemeriksaan fisik dengan cara head to toe
1. Pemeriksaan pada warna rambut, ditemukan rambut tidak berwaran atau putih
2. Pemeriksaan alis mata, warna alis mata juga biasanya senada dengan warna rambut
yaitu tidak berwarna, atau putih.
3. Pemeriksaan pada mata dan warna mata, pada umumnya ditemukan warna iris mata
merah dan terjadi penurunan visi mata atau penurunan ketajaman penglihatan.
4. Pemerikasaan pada konjungtiva, jika tidak disertai dengan adanya anemia warna
konjunctiva merah dan tidak pucat.
5. Pemeriksaan pada kulit, dan warna kulit secara keseluruhan, pada klien dengan
albinisme pada umumnya tidak memiliki warna kulit. Kaji, apakah klien mengeluhkan
kelaianan, ketidaknyamanan, atau gangguan pada kulitnya, misal seperti bercak-
bercak kulit yang terbakar.
6. Pemeriksaan mulut, rongga mulut, dan mukosa biasanya tidak ditemukan adanya
masalah pada daerah tersebut.
7. Pemeriksaan dada, biasanya tidak ditemukan adanya kelaian. bentuk dan gerakan dada
simetris.
8. Pemeriksaan abdomen, pada umumnya tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah
abdomen. Bentuk dan pergerakan abdomen simetris.
9. Pemeriksaan pada kaki, pada umumnya tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah
kaki.

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah

1.Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a. Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
b. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
c. Gelisah dan ansietas
2.Sirkulasi:
Tanda:
a. Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
b. Hipotensi
c. Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
3.Integritas ego:
6
Gejala:
a. Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda:
a) Respon menolak, perhatian menyempit, depresi
4.Eliminasi:
Gejala:
a.Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
b. Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
a.Bising usus menurun atau meningkat
b. Oliguria/anuria
5.Makanan dan cairan:
Gejala:
a. Haus
b. Anoreksia
c. Mual/muntah
d. Penurunan berat badan
e. Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan
berlemak
Tanda:
a. Penurunan lemak sub kutan/massa otot
b. Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
c. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6.Hygiene:
Tanda:
a. Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
b. Badan berbau
7.Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
a. Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda:
a. Nyeri tekan abdomen, distensi.
8.Keamanan:
Tanda:
a. Peningkatan suhu pada infeksi akut,
b. Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
c. Lesi kulit sekitar anus
9.Seksualitas

7
Gejala:
a. Kemampuan menurun, libido menurun
10. Interaksi sosial
Gejala:
a. Penurunan aktivitas sosial
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
a. Riwayat anggota keluarga dengan diare
b. Proses penularan infeksi fekal-oral
c. Personal higyene
d. Rehidrasi

Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

PATHWAY
Faktor Mal Absorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi
-Karbohidrat -Makanan Besi -Rasa Takut
-Protein -Beracun -Cemas
-Alergi Makanan

Penyerapan Sari-Sari
Makanan dalam
satuan pencernaan tidak adekuat

Terdapatnya zat-zat yang tidak diserap Peradangan isi usus Gangguan


motilitas Usus

Tekanan kosmotif meningkat Gangguan sekresi Hiperperistaltik

8
Reabsorbsi didalam sekresi air dalam elektrolt kesempatan usus
Usus besar terganggu dalam usus meningkat menyerap
Merangsang usus makanan
Mengeluarkan isinya

BAB sering dengan DIARE Inflamasi saluran pencernaan


Konsintesi cair

Cairan yang Frekuensi defekasi Mual dan muntah


Keluar banyak

Dehidrasi BAB encer dengan atau tanpa darah Anoreksia

Gangguan pemenuhan Gangguan eliminas Nutrisi kurang dari


cairan dan elektrolit BAB diare kebutuhan

Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan cairan & elektrolit b/d kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2. Defisit nutrisi b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Defisit pengetahuan b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.1 Resiko ketidakseimbangan cairan & elektroit b/d kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Intervensi dan Rasional:
1. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
a. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2. Pantau intake dan output.
a. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
3. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
a. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.

9
4. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
a. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui.

Dx.2 Defisit nutrisi b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik
usus.
Intervensi dan Rasional:
1. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
a. Menurunkan kebutuhan metabolik.
2. Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
a. Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
3. Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
a. Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya
malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi
sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM.
b. Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
4. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
a. Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih lanjut.

Dx.3 Defisit pengetahuan b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi


informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang
penyakit dan perawatannya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien.

10
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul.
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai