Anda di halaman 1dari 75

dr.

July Ivone, MKK, MPdKed


PENDAHULUAN
• Angkatan kerja Indonesia 95,7 juta
• 58,8 juta laki-laki dan 36,9 juta perempuan
• Sekitar 44% dari total angkatan kerja bekerja
di sektor pertanian dan lebih dari 60%
bekerja dalam perekonomian informal.
• ILO setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal ~ 1 orang setiap 15 detik atau 2,2
juta orang per tahun akibat sakit atau
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan
• Jumlah pria yang meninggal 2 x lebih
banyak dibandingkan wanita pekerjaan
berbahaya
• Secara keseluruhan kecelakaan di tempat
kerja telah menewaskan 350.000 orang.
Sisanya meninggal karena sakit yang
diderita dalam pekerjaan seperti
membongkar zat kimia beracun
UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN
Undang-undang DAN
Keselamatan dan Kesehatan
KESEHATAN
Kerja (K3) yang terutamaKERJA
di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
• Undang-undang ini meliputi semua tempat
kerja dan menekankan pentingnya upaya
atau tindakan pencegahan primer.
• Undang-Undang No. 23/1992 Pasal 23
kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua
pekerja dapat bekerja dalam kondisi
kesehatan yang baik tanpa membahayakan
diri mereka sendiri atau masyarakat, dan
supaya mereka dapat mengoptimalkan
produktivitas kerja mereka sesuai dengan
program perlindungan tenaga kerja
(Departmen Kesehatan 2002).
• Di Indonesia, berdasarkan UU no. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, Menteri
Tenaga Kerja bertanggung jawab
menetapkan kebijakan nasional di bidang
K3 untuk menjamin perlaksanaan yang
secara seragam dan serasi di seluruh
Indonesia.
• Direktur Jenderal Pengawasan
Ketenagakerjaan melakukan pengawasan
umum terhadap UU Keselamatan Kerja
• Para pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja,
menjalankan pengawasan langsung terhadap
obyek-obyek pengawasan K3.
• Pengaturan di bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terdapat juga dalam beberapa
Undang-Undang yang bersifat sektoral seperti
UU Kesehatan, dan beberapa peraturan yang
berhubungan dengan pertambangan, tenaga
nuklir, minyak dan gas bumi, perindustrian, dll.
di bawah yurisdiksi masing-masing departemen
yang bersangkutan.
Definisi
• Keselamatan kerja / occupational safety
adalah bidang kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja, sehingga terjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya.
Tujuan
• Melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
• Menjamin keselamatan setiap orang lain
yang berada di tempat kerja.
• Sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien.
• Keselamatan peningkatan produksi dan
produktivitas
• Untuk keselamatan di tempat kerja terdapat
komponen-komponen penting yaitu:
• tanggung jawab pimpinan perusahaan
• pendelegasian wewenang kepada staf
pengawasan
• status, dan kegiatan panitia keselamatan, peranan
ahli keselamatan, dll.
• Untuk meningkatkan keselamatan di tempat
kerja adalah dengan perencanaan yang baik
oleh pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara
kerja yang aman oleh tenaga kerja, keteraturan
dan ketata-rumah-tanggaan yang baik, dan
pemasangan pagar pengaman atau pelindung,
terhadap mesin-mesin yang berbahaya.
• Pimpinan perusahaan harus mengorganisasi
proses secara efisien dengan
mengkombinasikan produksi maksimum
dengan biaya minimum dan dengan
memasukkan keselamatan sebagai satu
bagian dari proses.
• Kebiasaan-kebiasaan bekerja secara benar
harus ditimbulkan oleh latihan kerja yang
tepat dan selanjutnya diteruskan dalam
praktek di tempat kerja.
• Keteraturan dan ketata-rumah-tanggaan
sebagaimana juga alat-alat pengaman
penting bagi produksi dan juga keselamatan.
• Mengenai aspek psikologis, kondisi kerja
yang berakibat ketenangan mental sangat
membantu meningkatkan keselamatan.
• Di perusahaan, pimpinan perusahaan harus
menetapkan apa yang harus dilakukan
tentang permasalahan tersebut dan
memberikan instruksi yang diperlukan.
• Orang yang biasanya melaksanakan tugas-
tugas ini adalah pengawas atau pimpinan
kelompok yang peranannya sangat besar
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.
KECELAKAAN KERJA
• Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses.
• 2 golongan, yaitu:
• Kecelakaan industry (kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja karena adanya sumber bahaya /
bahaya kerja)
• Kecelakaan dalam perjalanan (kecelakaan yang
terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan
hubungan kerja)
• Menurut UU Jamsostek, kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah ke
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui
jalan yang biasa atau wajar dilalui.
• Keadaan hampir celaka/near-miss atau near-
accident adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan dimana
dengan keadaan yang sedikit berbeda akan
mengakibatkan bahaya terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses.
PENYEBAB KECELAKAAN
• Faktor mekanis dan lingkungan yang
KERJA
meliputi segala sesuatu selain faktor
manusia
• Faktor manusia itu sendiri
• Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata
faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan
sangat penting.
• 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
kelalaian atau kesalahan manusia.
• Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh
perencanaan pabrik, oleh kontraktor yang
membangunnya, pembuat mesin-
mesin,pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli
listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau
petugas yang melakukan pemeliharaan
mesin dan peralatan.
• Kesehatan juga berpengaruh penting bagi
terwujudnya keselamatan.
• Sekalipun sakit ringan, gangguan kesehatan
menurunkan konsentrasi dan mengurangi
kewaspadaan sehingga kecelakaan dapat
terjadi.
Penyebab kecelakaan
ILCI (Loss Causation Model)
• Penyebab langsung atau kecelakaan adalah
suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan
dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2
kelompok:
• Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts),
yaitu tingkah laku atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan.
• Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe
conditions) yaitu keadaan yang akan
menyebabkan kecelakaan.
• Modern Safety Management, istilah unsafe
acts substandard acts / practices
• Unsafe conditions substandard conditions
• Digunakan istilah standard, karena dapat
diukur, terevaluasi, dan dapat dijadikan
dasar perbaikan.
Substandard acts / practices
• Mengoperasikan alat tanpa wewenang
• Gagal untuk memberi peringatan
• Gagal untuk mengamankan
• Bekerja dengan kecepatan yang salah
• Menyebabkan alat keselamatan tidak
berfungsi
• Memindahkan alat keselamatan
• Menggunakan alat rusak
• Menggunakan alat dengan cara yang salah
• Kegagalan memakai alat pelindung diri
secara benar
• Membongkar secara salah
• Menempatkan secara salah
• Mengangkat secara salah
• Mengambil posisi yang salah
• Memperbaiki alat yang sedang jalan
• Bersenda gurau di tempat kerja
• Mabuk karena minuman beralkohol
Substandard conditions
• Peralatan pengaman/pelindung yang tidak
memadai atau tidak memenuhi syarat.
• Bahan, peralatan yang rusak
• Terlalu sempit / sesak
• Sistem tanda peringatan kurang memadai
• Bahaya kebakaran dan ledakan
• Kerapihan / tata letak yang buruk
• Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu,
asap, uap, dll
• Bising
• Paparan radiasi
• Ventilasi dan penerangan yang kurang
Mengapa substandard acts /
practices dan substandard
conditions bisa terjadi?
• Untuk mengatasi hal-hal tersebut adalah
mengarah kepada pengontrolan yang lebih
efektif.
• Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu
diketahui penyebab dasar / basic causes.
Penyebab dasar
Faktor manusia
• Kurangnya kemampuan fisik, mental, dan
psikologi (ketidaksesuaian tinggi, berat, ukuran,
kekuatan, alergi, gangguan penglihatan dan
pendengaran, phobia, gangguan emosional, dll)
• Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
(kurangnya pelatihan, pengalaman, salah
pengertian terhadap petunjuk, dll)
• Stress
• Motivasi yang salah
Penyebab dasar
Faktor lingkungan kerja
• Tidak cukupnya:
• Pengawasan dan atau kepemimpinan (ketidaksesuaian
rencana kerja, instruksi, training)
• Rekayasa (engineering) – faktor ergonomi,
ketidaksesuaian evaluasi perubahan
• Pengadaan barang, perawatan, peralatan, bahan dan
perlengkapan (reparasi, preventif)
• Standar-standar kerja (ketidaksesuaian pengembangan
dan perawatan standard)
• Penyalahgunaan
PEKERJAAN-PEKERJAAN
• DAN
Sektor INDUSTRI YANG
pertanian
• KonstruksiBERBAHAYA
• Pertambangan
• Kehutanan
• Perikanan.
• Sektor pertanian, memberikan lapangan
kerja bagi sekitar 37,7 juta pekerja (44 %)
• Sektor pertambangan dan galian (quarrying),
memberikan lapangan kerja bagi 774.211
pekerja (0,9 %)
• Sektor konstruksi, memberikan lapangan
kerja bagi sekitar 3,8 juta pekerja (hampir
4,5 %)
KLASIFIKASI KECELAKAAN AKIBAT
KERJA
• Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
• Terjatuh ILO tahun 1962
• Tertimpa benda jatuh.
• Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali
benda jatuh.
• Terjepit oleh benda.
• Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
• Pengaruh suhu tinggi
• Terkena arus listrik
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau
radiasi
• Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan
yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-
kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi
tersebut
• Klasifikasi menurut penyebab
• Mesin
○ Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
○ Mesin penyalur (= transmisi).
○ Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.
○ Mesin-mesin pengolah kayu.
○ Mesin-mesin pertanian.
○ Mesin-mesin pertambangan.
○ Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi
tersebut
• Alat angkut dan alat angkat.
○ Mesin angkat dan peralatannya.
○ Alat angkutan di atas reI.
○ Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta
api.
○ Alat angkutan udara.
○ Alat angkutan air.
○ Alat-alat angkutan lain.
• Peralatan lain.
○ Bejana bertekanan
○ Dapur pembakar dan pemanas
○ Instalasi pendingin
○ Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan
alat-alat listrik (tangan).
○ Alat-alat listrik (tangan)
○ Alat-alat kerjadan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik
○ Tangga
○ Perancah (=steger).
○ Peralatan lain yang belum termasuk klasiftkasi tersebut.
• Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.
○ Bahan peledak
○ Debu, gas, cairan dan, zat-zat kimia, terkecuali
bahan peledak
○ Benda-benda melayang
○ Radiasi
○ Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk
golongan tersebut
• Lingkungankerja.
○ Di luar bangunan.
○ Di dalam bangunan.
○ Di bawah tanah.
• Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk
golongan-golongantersebut.
○ Hewan.
○ Penyebab lain.
• Penyebab-penyebab yang belum termasuk
golongan, tersebut atau data tak memadai.
• Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
• Patah tulang
• Dislokasi/keseleo
• Regang otot/urat
• Memar dan luka dalam yang lain
• Amputasi
• Luka-Iuka lain
• Luka dipermukaan
• Gegar dan remuk
• Luka bakar.
• Keracunan-keracunan akut
• Akibat cuaca, dan lain-lain
• Mati lemas
• Pengaruh arus listrik
• Pengaruh radiasi
• Luka-Iuka yang banyak dan berlainan.sifatnya
• Lain-lain
• Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di
tubuh.
• Kepala.
• Leher.
• Badan.
• Anggota atas.
• Anggota bawah.
• Banyak tempat.
• Kelainan umum.
• Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi
tersebut.
KERUGIAN OLEH KARENA

KECELAKAAN
Biaya langsung
• Biaya atas P3K
• Pengobatan dan perawatan
• Biaya rumah sakit
• Biaya angkutan
• Upah selam tidak mampu bekerja
• Kompensasi cacat
• Biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan,
peralatan dan mesin.
• Biaya tersembunyi
• Berhentinya operasi perusahaan oleh karena
pekerja lainnya menolong korban atau berhenti
bekerja sebagaimana biasa dialami pada
peristiwa kecelakaan
• Biaya yang harus diperhitungkan untuk
mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan
sedang sakit, serta berada dalam perawatan
dengan orang baru yang belum biasa bekerja
pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan.
• Data kecelakaan kerja di Indonesia atas
populasi kerja 7 – 8 juta menunjukkan
100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan
hilang hari kerja setiap tahunnya
• Kerugian rata-rata Rp. 100 – 200 milyar
pertahunnya; korban meninggal per tahun
rata-rata 1500 – 2000 orang
• Penelitian khusus untuk tahun 2000 akibat
kecelakaan kerja 70 juta hari kerja atau 500
juta jam kerja hilang.
• Pada tahun 2002, kecelakaan kerja
menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang
kerja (71 juta jam yang seharusnya dapat
secara produktif digunakan untuk bekerja
apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan
tidak mengalami kecelakaan) dan kerugian
laba sebesar 340 milyar rupiah.
STANDAR KESELAMATAN DAN
• StandarKESEHATAN KERJA
adalah sebuah norma atau patokan
yang diterima dan disetujui untuk mengukur
sesuatu kuantitas dan kualitas.
• Standar kualitas menyatakan sesuatu secara
spesifik tetapi tanpa kuantitas yang eksak.
Kategori
• Standar berdasar konsensus: standar yang disetujui
oleh sekelompok orang, namun pemakaiannya tidak
ditentukan oleh undang-undang.
• Standar di bawah peraturan: standar yang
pemakaiannya diwajibkan oleh pemerintah.
• Standar spesifikasi : standar yang menerangkan
kondisi fisis.
• Standar performa: standar yang menentukan
bagaimana sesuatu pekerjaan itu harus
dilaksanakan atau apakah yang harus dicapai.
• Standar Keselamatan dan Kesehatan kerja
(umumnya) dibuat “setelah kejadian”.
American Society of Mechanical Engineers
misalnya menetapkan standar Rules for
Construction of Stationary Boilers and for
Allowable Working Pressures baru pada tahun
1915.
• Standar ini mempunyai sejarah panjang setelah
peledakan yang terjadi atas ketel uap di
Connecticut pada tahun 1854 dan di kapal di
sungai Mississippi pada tahun 1865.
• Di USA dalam tahun 1970 baru dibuat
Occupational Safety and Health Act (OSHA).
• Dalam waktu yang sangat singkat (dua tahun)
OSHA harus mempunyai standar-standar yang
diakui dan dilaksanakan sebagai undang-
undang.
• OSHA mengambil standar ANSI (American
National Standard Institute) dan NFPA
(National Fire Protection Association) yang
telah ada terlebih dulu dalam banyak bidang
sebagai standarnya.
• ANSI dibentuk dalam tahun 1918, pada
waktu banyak dari himpunan-himpunan
profesi merasa perlu untuk
memformulasikan standar-standar industri.
• Di Indonesia ada SII, Lembaga Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (1957), Undang-
Undang Keselamatan Kerja (1970), dan
Ikatan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (1973).
USAHA PENCEGAHAN
• KECELAKAAN
Program KERJA
K3, lengkap dengan standarnya.
Standar program K3 paling sedikit harus
mengandung unsur "3 W" yaitu :

WHAT? Apa yang dikerjakan ?


WHO? Siapa yang mengerjakan ?
WHEN? Kapan ? Berapa sering ?
• Peningkatan usaha keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai usaha
pencegahan kecelakaan kerja, dapat
ditujukan pada:
• Lingkungan mikro
○ Lingkungan fisik
○ Right man in the right job
○ Sistem manajemen perusahaan
• Lingkungan makro
○ Tugas pemerintah beserta aparat pelaksananya.
○ Perbaikan yang perlu dilakukan antara lain:
• Memasukkan materi manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai salah satu mata pelajaran di
perguruan tinggi dan lembaga pembinaan manajemen
lainnya
• Mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan
Kerja beserta peraturan pelaksanaannya dan menindak
tegas setiap pelanggarannya
JAMINAN SOSIAL TENAGA
• KERJA
Berdasarkan (JAMSOSTEK)
Undang-Undang No 3/ 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Pemerintah mendirikan perseroan terbatas
PT JAMSOSTEK.
• Undang-undang tersebut mengatur jaminan
yang berkaitan dengan:
• Kecelakaan kerja (JKK)
• Hari tua (JHT)
• Kematian (JK)
• Perawatan kesehatan (JPK)
• Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek
berlaku bagi pengusaha:
• Mempekerjakan 10 karyawan atau lebih,
• Membayar upah bulanan sebesar 1 juta rupiah
atau lebih.
• Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak
atas manfaat/ jaminan yang meliputi biaya
transportasi, biaya pemeriksaan dan perawatan
medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit, biaya
rehabilitasi, dan pembayaran tunai untuk
santunan cacat atau santunan kematian.
• Kompensasi kecelakaan kerja dianggap
merupakan tanggung jawab pengusaha dan
karena itu, skema jaminan kecelakaan kerja
pada umumnya dibiayai oleh pengusaha.
• Ada tiga metode untuk menetapkan tingkat
iuran/ kontribusi jaminan kecelakaan kerja:
• Tingkat seragam atau uniform rate yang berlaku
bagi semua perusahaan tanpa memandang
pengalaman kecelakaan kerja yang terjadi di
perusahaan tersebut pada masa lalu atau industry.
• Tingkat diferensial atau differential rates, yang
dihitung menurut risiko kecelakaan kerja atau
risiko industri tetapi tidak tergantung pada
pengalaman actual individual perusahaan yang
bersangkutan.
• Peringkat prestasi atau pengalaman K3 yang
tingkatnya bersifat tetap atau disesuaikan secara
individu untuk setiap perusahaan berdasarkan
catatan kecelakaan dan kondisi keselamatan kerja
di masing-masing tempat kerja.
• Sistem penetapan iuran Jamsostek saat ini
tidak menerapkan metode c. , sehingga tidak
memberikan insentif kepada perusahaan
dalam meningkatkan kinerja di bidang K3.
LISTRIK
Safe
!
Scaffolding
Unsafe !
Horror of horrors
!
Who receive it ?
Where’s the landing ?

Anda mungkin juga menyukai