Anda di halaman 1dari 28

SOFT TISUE TUMOR REGIO INGUINAL

A. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Jaringan lunak adalah

bagian dari tubuh yang terletak

antara kulit dan tulang serta

organ tubuh bagian dalam.

Yang tergolong jaringan lunak

antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan

synovial (jaringan di sekitar persendian) (Adhiyaksa, 2015)

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan

fungsi yang terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur

anatomi di daerah ini banyak memakai nama penemunya sebagai

pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis

(1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan

multi laminer dan seterusnya.

Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk

ketika sel-sel tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di

dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan dan pembelahan sel sangat

teratur, dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk menggantikan

sel yang sudah tua atau untuk menggantikan fungsinya. Sel yang

rusak atau tidak diperlukan akan mati untuk memberikan ruang


kosong bagi sel pengganti baru yang sehat. Jika keseimbangan

pertumbuhan sel dan kematian terganggu, tumor bisa terbentuk

(Fitri, 2014).

Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah

suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan

pertumbuhan sel baru. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di

seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki

(Adhiyaksa, 2015).

2. KLASIFIKASI

Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan

menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).

2.1 Tumor Jinak

Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal

tetapi tidak menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh

lambat, dan tidak berbahaya. Tumor jinak dikatakan berbahaya

apabila pertumbuhannya semakin lama menekan jaringan

darah atau saraf.

Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat

ini, namun perkembangan dari tumor jinak diketahui

mempunyai kaitannya dengan beberapa faktor berikut ini.

a) Genetik atau faktor keturunan.


b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar

radiasi.

c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya

asupan sayur dan buah dapat menjadi salah satu pemicu

terjadinya tumor jinak di dalam tubuh.

d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu

terjadinya tumor jinak di berbagai bagian dari tubuh.

e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak

ditangani dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak.

Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan

juga mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk.

Jenis tumor jinak yang paling umum meliputi:

a) Lipoma – Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan

paling sering terjadi pada leher, bahu, lengan, dan

punggung; tumor ini sering diturunkan tetapi juga dapat

muncul akibat dari cedera sebelumnya. Tumbuh lambat dan

berbentuk lembut, bulat, serta dapat bergerak

b) Adenoma – Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar

atau jaringan pada kelenjar, yang paling umum adalah

tumor pada kelenjar tiroid

c) Hemangioma – Neoplasma jinak yang berasal dari

penumpukan pembuluh darah


d) Fibroma – Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat

atau serat

Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai

oleh proliferasi jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul

dalam bentuk lain, seperti kista sebasea, radang kelenjar,

hematoma, hamartoma, choristoma, jaringan nekrotik,

granuloma, dan keloid.

Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan

tumor jinak tidak membutuhkan penanganan yang serius. Yang

biasanya dilakukan oleh dokter adalah melakukan pengamatan

pada benjolan saja, dan melihat apakah benjolan tersebut

menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.

Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu

fungsi tubuh maka penanganan tumor jinak adalah dengan

cara operasi. Tujuan dari operasi adalah mengambil tumor dari

tubuh tanpa merusak jaringan yang ada di sekitar tumor.

2.2 Tumor Ganas (kanker)

Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan

sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah

penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan

mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki

potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang


berdekatan. Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan

metastasis.

Mengutip dari jurnal penelitian mengenai faktor risiko

genetik dan hormonal pada Kanker Payudara dari Universitas

Pennsylvania tahun 2000 yang dilaporkan di situs  Oxford

Journal, diketahui bahwa ada hubungan riwayat keluarga

dengan kejadian kanker payudara. Salah satu faktor genetik

yang diduga berhubungan dengan kanker payudara adalah

perubahan atau mutasi dari dua gen yang bernama BRCA1

dan BRCA2. Kedua gen ini merupakan singkatan dari Breast

Cancer Susceptibility Gene 1 dan Breast Cancer Susceptibility

Gene 2. (www.jnci.oxfordjournals.org, 15 Mei 2000)

Kedua gen tersebut bermutasi dari gen awal yang

dinamakan gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan

untuk mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal.

Dalam kondisi tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami

mutasi menjadi BRCA1 dan BRCA2, sehingga fungsi sebagai

pengontrol pertumbuhan hilang dan memberi kemungkinan

pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau timbul kanker.

Seorang wanita yang memiliki gen mutasi warisan (termasuk

BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan risiko kanker payudara.

Selain itu, kedua gen ini merupakan gen keturunan,

yang fungsi normalnya bertugas membantu mengontrol


pertumbuhan sel. Mutasi dari kedua gen tersebut erat terkait

dengan kanker payudara. Wanita yang mewarisi gen-gen ini

memiliki peningkatan risiko menghadapi kanker payudara.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa gen BRCA1

berperan sebagai faktor risiko penyakit kanker payudara

sebanyak 15-45%. Sedangkan gen BRCA2 memiliki peran

lebih tinggi sebagai faktor risiko penyakit kanker sebanyak 60-

85%.

Oleh karena itu  wanita yang memiliki risiko tinggi

kanker payudara disertai riwayat keluarga dapat melakukan tes

darah untuk mendeteksi gen BRCA, namun perlu

dipertimbangkan lebih lanjut karena pemeriksaan tes ini

memerlukan biaya yang sangat mahal hingga puluhan juta

rupiah.

Berikut beberapa faktor penyebab lain dari terjadinya

kanker secara umum dari beberapa penelitian terkait penyakit

kanker dari dunia kedokteran.

a) Umur. Semakin usia kita bertambah maka risiko mengidap

tumor ganas juga akan meningkat. Dilansir dari National

Cancer Institute risiko terjadi kanker payudara meningkat

seseorang berumur di atas 50 tahun (www.cancer.gov, 24

September 2012)
b) Faktor lingkungan; Faktor lingkungan seperti paparan

bahan kimia atau zat beracun contohnya benzena, asbes,

nikel, dan rokok. Paparan sinar radiasi seperti sinar

ultraviolet dari matahari, sinar radiasi radiologi, sinar radiasi

seperti jenis sinar alpha, gamma, dan beta. Sinar alpha,

sinar gamma dan sinar beta adalah jenis sinar radiasi yang

biasa digunakan pada praktik kedokteran radiologi.

c) Dilansir dari jurnal penelitian dari Badan Penelitian Kanker

Internasional, WHO yaitu IARC Monographs on the

Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans, vol 89

Smokeless Tobacco and Some Tobacco-specific N-

Nitrosamines, Lyon, France, 2007, sebuah Evaluasi atas

risiko pencetus kanker, menyebutkan bahwa mengunyah,

menghisap tembakau juga dapat meningkatkan risiko terjadi

kanker mulut, kanker esophagus dan kanker pankreas.       

d) Keturunan; beberapa jenis kanker dipengaruhi oleh faktor

keturunan (genetik) seperti kanker payudara, kanker kulit,

kanker rahim, kanker kolorektal (usus besar-anus) dan

kanker prostat (www.cancer.gov, 15 Mei 2000).

e) Pemilihan Menu Makanan; Sedangkan menurut sebuah

penelitian mengenai penyebab dan gejala kanker yang

diterbitkan oleh Cancer Research UK, diet yang

meningkatkan faktor risiko kanker adalah terlalu banyak


makan daging berwarna merah, kurang asupan serat,

terlalu banyak konsumsi garam, dan tidak makan sayur dan

buah setiap hari (www.cancer.gov, 15 Mei 2000)

f) Gangguan sistem imun; Seseorang yang mengalami

gangguan sistem imun akan berisiko untuk memicu

terjadinya kanker. Berikut beberapa gangguan sistem imun

yang berpotensi terkena tumor ganas:

g) Seseorang yang mendapatkan donor organ tubuh dan

terapi pengobatan yang berfungsi untuk menekan sistem

imun untuk mencegah penolakan organ baru tersebut di

dalam tubuh.

h) Terinfeksi HIV (sebuah nama virus yang dapat

menyebabkan AIDS).

i) Gangguan penyakit yang merusak sistem imunitas yang

didapatkan sejak lahir.

j) Infeksi bakteri Helicobacteria pylori yang dapat

menyebabkan infeksi pada lambung. Helicobacteria pylori

adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan

lapisan lambung yang kronis pada manusia. Menurut

penelitian kanker lambung tahun 2011 oleh Helicobacter

and Cancer Collaborative Group, sebuah analisis gabungan

dari 12 studi kasus, infeksi dari bakteri ini dapat

meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung.


k) Jenis Kelamin. Menurut penelitian mengenai kesenjangan

jenis kelamin pada angka kematian dan kelangsungan

hidup penderita kanker dari Michael B. Cook, divisi kanker

epidemiologi dan genetika, Badan Kanker Nasional Amerika

Serikat tahun 2011,  menyebutkan pria lebih banyak

mengalami kanker dibandingkan dengan wanita, namun hal

ini sifatnya relatif dan diperlukan lebih banyak penelitian

untuk mendukung hal ini. (www.cebp.aacrjournals.org, 12

Juni 2011)

Gejala dari kanker tergantung dari jenis kanker, dan

lokasi penjalaran kanker tersebut di dalam tubuh. Gejala umum

dari kanker bisa dilihat sebagai berikut:

a) Penurunan berat badan.

b) Perubahan warna kulit menjadi lebih hitam.

c) Terdapat perdarahan secara spontan di bagian tubuh.

Perdarahan ini tergantung dari lokasi kanker yang muncul.

Contohnya, kanker serviks perdarahan dari vagina bisa

muncul diluar siklus menstruasi.

d) Batuk lama lebih dari tiga bulan.

e) Perubahan suara menjadi serak.

f) Pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan bagian

dari sistem pertahanan tubuh.

g) Terdapat benjolan.
Dilansir dari National Cancer Institute, kanker terbagi

menjadi lima kategori menurut asal sel kanker:

a) Karcinoma: Kanker yang mulai berkembang dari kulit atau

jaringan yang melapisi organ tubuh bagian dalam.

b) Sarkoma: Kanker yang mulai berkembang dari tulang,

tulang rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan

penyambung atau jaringan pendukung di dalam tubuh.

c) Leukimia: Kanker yang mulai berkembang dari jaringan

tubuh yang berfungsi memproduksi darah seperti tulang

sumsum.

d) Limphoma dan myeloma: Kanker yang mulai berkembang di

dalam sel-sel imunitas tubuh.

e) Kanker sistem saraf pusat: Kanker yang mulai berkembang

dari jaringan-jaringan di dalam otak dan batang otak

Penanganan tumor ganas dilakukan berdasarkan jenis

dan stadium kanker. Berikut kami sampaikan penanganan dari

tumor ganas:

a) Operasi. Penanganan tumor ganas yang utama adalah

tindakan operasi.

b) Terapi radiasi. Terapi radiasi bertujuan untuk

menghancurkan jaringan kanker, mengurangi ukuran kanker,

dan menghilangkan gejala serta gangguan yang

menyertainya.
c) Kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan yang

menggunakan obat keras (beracun/kimia) untuk merusak

atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuan

dari kemoterapi adalah menghambat atau menghentikan

pertumbuhan sel-sel kanker pada tubuh pasien (Anonim,

2015).

3. ETIOLOGI

Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh :

a) Kondisi genetik

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah

faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam

daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran

penting dalam diagnosis.

b) Radiasi

Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen

radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik.

c) Lingkungan karsinogen

Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan

setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan

lunak.

d) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya

lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan

lunak.

e) Trauma

Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya

kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-

luka yang ada.

4. PATOFISIOLOGI

Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan

oleh virus, polusi udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik

bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan

kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini merugikan proses

pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi.

Resiko terjadinya mutasi akan semakin bertambah seiring dengan

pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang

semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan

mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.

Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa

menyebabkan tubuh tak lagi bisa memproduksi zat putih telur atau

protein penting. Akibatnya, ini akan memungkinkan terjadinya

perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski perubahan yang

terjadi hanya dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan
sel tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan gen

yang paling berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa

gen dan protein yang bertugas mengontrol pertumbuhan sel-sel.

Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel bisa keluar jalur,

sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau kemunduran.

Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut

bisa berubah menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh

sendiri tanpa perintah dan bisa membelah tanpa kontrol. Jika sel-

sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu

tempat maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa

dengan mudah diangkat melalui sebuah operasi. Akan tetapi, jika

sel-sel dari tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat

lain dalam tubuh lalu berkembang biak disana (metastasis), maka

sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel tumor jahat (ganas).

Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya

pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari

pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor

yang terletak di tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa

tumbuh (Osterath, 2014).

5. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik,

tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya


berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.

Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi

akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga

karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak

jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila

diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah

digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke

tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan X-ray

X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang

berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya

dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering

didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi

melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas

jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,

rhabdomyosarcoma, dan lainnya.

b. Pemeriksaan USG

Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan

amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa

untuk membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas

jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,


seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor

ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing

untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.

c. CT-Scan

CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial

karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode

umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa

tahun terakhir.

d. Pemeriksaan MRI

Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi

kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat

tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua

jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul

memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta

gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum

tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana

pengobatan yang lebih baik.

Pemeriksaan Histopatologis

1. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis

yang akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:

a) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode

pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan

mikroskopik
b) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura,

hanya untuk mengambil spesimen segar harus segera

konsentrasi sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear

c) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan

tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi

atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.

d) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear

tidak dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.

- Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan

untuk operasi.

- Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak,

bersama dengan bagian dari jaringan normal di sekitar

tumor reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan

histologis.

Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis

adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi

jarum halus (fine needle aspiration biopsy/ FNAB) dan Core

biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar

maka disebut core biopsy, sedangkan bila menggunakan jarum

kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsy. Bila

ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan

seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi

anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak
atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang

diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan

benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan

kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis

subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk

menentukan tindakan selanjutnya (Kaharu, 2016).

Biopsi merupakan salah satu

cara pemeriksaan patologi

anatomi yang dapat digunakan

untuk menegakkan diagnosis

pasti suatu lesi khususnya yang

dicurigai sebagai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga

bermanfaat tidak hanya menegakkan diagnosis dan rencana

pengobatan tetapi juga untuk menentukan prognosis.

Biopsi seringkali dikaitkan dengan kanker. Kanker dapat

dideteksi dalam sel dan jaringan tubuh, dimana sel dapat menjadi

tumor atau massa yang melekat pada organ tubuh. Tergantung

pada jenis biopsi yang dilakukan, tindakan ini dapat digunakan

untuk mengetahui “tingkat invasi penyakit” – yaitu apakah penyakit

telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tindakan ini juga dapat

digunakan untuk mengeliminasi keberadaan kanker atau

mengetahui apakah tumor bersifat jinak. Ada banyak cara untuk

melakukan biopsi, tergantung pada jenis jaringan yang dibutuhkan


oleh dokter, penyakit yang diduga menyebabkan gangguan, atau

hasil dari tes awal yang mendorong dokter untuk meminta agar

biopsi dilakukan. Setelah dilakukan pemeriksaan awal yang

menunjukkan kelainan jaringan atau sel yang mencurigakan,

seorang ahli penyakit dalam atau spesialis organ tubuh adalah

orang yang paling tepat untuk mengetahui apakah pasien

membutuhkan biopsi. Sebagai contoh, seorang wanita yang telah

menjalani mammogram yang menunjukkan bahwa ada

pertumbuhan tumor kemungkinan akan diminta untuk melakukan

biopsi payudara untuk mengetahui penyakit yang diderita atau

penyebab pertumbuhan tumor.

Biopsi juga dapat dilakukan untuk memeriksa keberadaan

penyakit lain, seperti sirosis hati, yaitu suatu kondisi yang ditandai

dengan hati yang terluka parah. Perubahan pada jaringan dapat

dideteksi dengan biopsi.

Biopsi juga dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan

penyakit. Selain itu, biopsi adalah proses standar dalam tes

genetik, dimana bahan kimia atau jenis agen lainnya dapat

dimasukkan ke jaringan sebelum sampel jaringan diambil. Hasil

biopsi biasanya akan diberikan setelah beberapa minggu. Namun,

ada juga kasus di mana biopsi dilakukan saat operasi. Sampel

jaringan dapat diambil sebelum atau saat operasi. Kemudian,

sampel akan segera dikirim ke laboratorium, dimana dokter


spesialis akan menganalisis sampel dan memberikan diagnosis

atau laporan awal. Setelah itu, dokter bedah dapat menggunakan

data tersebut untuk merencanakan operasi dengan baik. Biopsi

yang lebih menyeluruh akan dilakukan beberapa hari atau

beberapa minggu setelah operasi.

Biopsi dapat bersifat minim invasif atau invasif. Apabila biopsi

dilakukan selama operasi, maka tindakan ini dikenal sebagai

biopsi terbuka. Apabila biopsi membutuhkan sayatan kecil, maka

tindakan ini dikenal sebagai biopsi tertutup. Semakin besar

sayatan yang dibutuhkan saat biopsi, maka semakin besar juga

risiko dokter akan membutuhkan bius lokal atau total untuk

mengurangi pendarahan dan nyeri, serta meningkatkan

kenyamanan pasien. Biasanya, pasien tidak harus melakukan

persiapan khusus sebelum biopsi, walaupun semua hal yang

dapat memengaruhi sampel jaringan, seperti obat-obatan atau

penyakit yang telah diderita, harus dilaporkan ke dokter. Apabila

pasien sedang mengonsumsi obat tertentu, ia dapat diminta untuk

berhenti mengonsumsi obat tersebut sejak beberapa hari sebelum

biopsi.

Dua risiko atau komplikasi biopsi yang paling umum adalah

infeksi dan pendarahan. Biopsi biasanya akan menyebabkan

sedikit pendarahan, terutama apabila biopsi membutuhkan

sayatan. Namun, setelah sayatan dijahit, pendarahan juga akan


langsung berhenti. Bahaya yang lebih besar adalah pendarahan

serius, yang dapat terjadi apabila alat yang digunakan untuk

mengambil sampel atau memberikan panduan bagi alat pengambil

sampel melukai atau merusak pembuluh darah. Apabila pasien

mengalami mual, muntah, demam tinggi, dan nyeri yang tidak

normal atau sangat menyakitkan pada bagian tubuh dimana biopsi

dilakukan, maka ia harus segera menghubungi penyedia layanan

kesehatan. Infeksi juga dapat terjadi karena sayatan yang dibuat

saat biopsi. Infeksi dapat dicegah dengan pemberian obat-obatan.

Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :

a. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui

penyebabnya

b. Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda

kesembuhan sampai 3 minggu

c. Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma

d. Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis

dan radiologis

e. Lesi hiperkeratotik yang menetap

Sedangkan Kontra Indikasi Biopsi antara lain:

a. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)

b. Gangguan faal hemostasis berat (relatif)

c. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat

operasi.
f) PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis dapat dilakukan pada pasien tumor,

diantaranya yaitu :

a. Bedah

Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah

mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan.

Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau

benjolan tersebut. Tindakan pembedahan yang sering

dilakukan yaitu jenis biopsi. Biopsi adalah tindakan diagnostik

yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau sel

untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk mendiagnosis suatu

penyakit atau untuk mengetahui jenis pengobatan atau terapi

yang terbaik bagi pasien. Tindakan ini juga dikenal sebagai

pengambilan sampel jaringan

b. Kemoterapi

Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan

menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor

tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat

pertumbuhan kerja sel tumor.

Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang

berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan

cara kemoterapi ini.

c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang

bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima

merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan

dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.

Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya

tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak,

maka cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada

tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya

ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya

saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai

bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung

dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya adalah berupa

operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan kemoterapi

hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang begitu

baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari

otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker

yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan

radioterapi. Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan

ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan

operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi

biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada

tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan


ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang (Kaharu,

2016).

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau

informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan

yang dihadapi pasien. Adapun pengkajian pada pasien dengan soft

tisue tumor diantaranya yaitu :

1. Identitas klien

a. Nama

b. Umur

c. Jenis kelamin

d. Suku bangsa

e. Pekerjaan

f. Pendidikan

g. Alamat

h. Tanggal masuk RS.

i. Diagnosis

2. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.

Biasanya klien mengeluh rasa tidak nyaman pada lipatan paha


3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Bagaimana benjolan tersebut dapat muncul, serta yang

memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan

sekarang dan apakah pernah menderita hipertensi atau

penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi

proses penyembuhan klien.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah

penyakit keturunan atau menular.

Pengkajian pasien pre operatif menurut Doenges (2000), meliputi :

a) Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,

penyakit vaskular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko

pembentukan trombus).

b) Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor

stress multipel, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka

rangsang ; stimulasi simpatis.

c) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas);

membran mukosa yang kering (pembatasan

pemasukkan/periode puasa pra operasi).

d) Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e) Keamanan

Gejala : alergi/sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan; Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan

penundaan penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker

terbaru; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi

anestesi; Riwayat penyakit hepatik (efek dari detoksifikasi obat-

obatan dan dapat mengubah koagulasi); Riwayat transfusi

darah/reaksi transfusi.

Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik,

antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,

diuretic, dekongestan, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan

atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-

obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan

ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan

juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Ansietas/kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit dan

tindakan pembedahan yang akan dilakukan

b) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan akibat tindakan pembedahan pengangkatan tumor

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan post operasi

pengangkatan tumor, pembatasan aktivitas.

d) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan

dan proses tindakan invasif pembedahan

e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan sumber

informasi
PENYIMPANGAN KDM STT

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya


Adanya luka post op
kontinuitas jaringan

Perubahan fisik
Pelepasan mediator Pembatasan
kimia : histamin Tempat masuk
Anatomi kulit aktivitas
mikroorganisme
abnormal
Nyeri di
persepsikan Proses Resiko
Pembengkakan pada Penyembuhan infeksi
daerah kulit
Nyeri
Penatalaksaan medik Intoleransi
aktivitas
Rencana tindakan
invasif pebedahan

Cemas

Informasi Penyakit
Inadekuat

Defisiensi / Kurang
Pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.2005. Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar


Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R. 2008. Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China :


Mosby Elsevier

Manuaba, T.W. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi


2010. Jakarta : Sagung Seto

Smeltzer C. Suzanne. 2000. Buku ajar keperawatan medikal bedah.


Jakarta : EGC

Reeves, J.C. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba


Medika

Price, Sylvia A. 2006.Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 . 2006. Fundamental Keperawatan.


Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai